Kelas : F
NIT : 22314181
HAK MILIK
HUKUM AGRARIA
Kata-kata turun–temurun berarti bahwa hak milik atas tanah tidak hanya berlangsung
selama hidup pemegang hak, akan tetapi apabila terjadi peristiwa hukum yaitu dengan
meninggalnya pemegang hak dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya. Hak milik atas tanah
ini wajib didaftarkan. Sedangkan kata terpenuh berarti bahwa hak milik atas tanah telah
memberi wewenang yang luas kepada pemegang hak dalam hal menggunakan tanahnya.
Hak milik atas tanah yang terjadi karena ketentuan Undang-Undang artinya Undang-
Undang yang menetapkan hak milik tersebut. Contohnya hak milik atas tanah yang
berasal dari konversi tanah bekas milik adat. Tanah milik adat pada hakekatnya
merupakan tanah hak, akan tetapi menurut hukum tanah nasional yang berlaku di
Indonesia pada tanggal 24 September 1960 tanah milik adat dapat menjadi hak milik jika
telah dikonversikan. Konversi adalah penyesuaian suatu tanah hak menurut hukum yang
lama menjadi sesuatu hak atas tanah menurut hukum yang baru. Penyesuaian hak ini juga
terjadi pada hak-hak atas tanah yang tunduk pada hukum Barat (eigendom, Erfpacht, dan
opstal). Adapun konversi hak-hak Barat tersebut dapat menjadi hak milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai berdasarkan ketentuan-ketentuan konversi
UUPA ( Boediharsono, 2008:319-320).
Pasal 21 ayat (3) UUPA mengatur mengenai hapusnya hak milik yang disebabkan
karena pemegang hak milik tidak memenuhi syarat sebagai subyek hak yang
bersangkutan, misalnya jika terjadi perkawinan campur pemegang hak milik lalai untuk
melepaskan atau memindahkannya dalam waktu yang ditentukan, maka tanah tersebut
akan menjadi tanah negara ( Boedi Harsono, 2008:334).
Berdasarkan Pasal 26 ayat (2) UUPA menentukan bahwa: Setiap jual-beli, penukaran,
penghibahan pemberian dengan wasiat, dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan
untuk langsung dan tidak 27 langsung memindahkan hak milik kepada orang asing,
kepada seorang warga negara yang disamping kewarganegaraan Indonesianya
mempunyai kewarganegaraan asing atau kepada suatu badan hukum kecuali yang
ditetapkan oleh Pemerintah termasuk dalam Pasal 21 ayat (2), adalah batal karena
hukum dan tanahnya jatuh kepada negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain
yang membebaninya tetap berlangsung. Pemindahan hak milik atas tanah kepada pihak
lain yang tidak memenuhi syarat sebagai subyeknya, dilarang oleh Pasal 26 ayat (2)
UUPA.
Apabila larangan ini dilanggar, hak milik yang bersangkutan menjadi hapus dan tanah
yang bersangkutan karena hukum jatuh kepada negara ( Boedi Harsono, 2008 : 337).
b. Tanahnya musnah Istilah musnah dalam hal ini dipahami dalam pengertian yuridis,
yaitu secara fisik tanah tersebut tidak dapat dipergunakan secara layak sesuai dengan
isi/kewenangan haknya. Contohnya tanah yang hilang terkikis erosi sungai maupun
pantai. Meskipun secara fisik bidang tanah tersebut masih dapat ditemukan, akan tetapi
karena sudah tidak dapat mendukung penggunaannya secara layak, maka haknya hapus
menjadi tanah negara.