OLEH:
KELOMPOK 1
1. Agryan Prayudi 1903120184
2. Tegar 2003120101
3. Habib Pandapotan 2003120153
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1960 dengan lahirnya UUPA tidak diatur secara tegas
mengenai pembebasan tanah. Sedangkan Pelepasan tanah secara tegas diatur
dalam UUPA.DalamPasal 18 UUPA disebutkan bahwa untuk kepentingan umum,
termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat,
hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberiganti kerugian yang layak dan
menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang. Dari ketentuanPasal 18 UUPA
tersebut maka dapat dikatakan bahwa Pelepasan Hak atas Tanahtersebut dapat
dilakukan sepanjang tanah tersebut diperuntukkan bagi kepentingan umum.
1
peruntukkan, mengatur dan menentukan hubungan rakyat dan tanah, tetapi hanya
bersifat hukum publik
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Pelepasan Hak atas Tanah?
2. Apa yang menjadi landasan hukum dari Pelepasan Hak atas Tanah?
3. Apa Pengertian dari Jual Beli atas Tanah?
4. Apa yang menjadi landasan hukum dari Jual Beli atas Tanah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian dari Pelepasan Hak atas Tanah?
2. Dapat Menjelaskan Landasan Hukum dari Pelepasan Hak atas Tanah?
3. Mengetahui Pengertian dari Jual Beli atas Tanah?
4. Dapat Menjelaskan Landasan Hukum dari Jual Beli atas Tanah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dan juga menurut hukum yang berlaku di indonesia ada dua cara yang di
tempuh pemerintah untuk melakukan pengambilan atas tanah yang dimiliki oleh
warga masyarakat, yaitu cara pembebasan/pelepasan hak atas tanah (prijsgeving)
dan cara Pelepasan Hak atas Tanah (onteigening)
3
bangsa dan negara, serta kepentingan pembangunan. Dalam pasal 1UU nomor 20
tahun 1961 dinyatakan bahwa:
Dan dasar pokok dari UU No 20 tahun 1961 tentang Pelepasan Hak atas
Tanahitu adalah ketentuan pasal 18 UU No. 5 tahun 1960 (UUPA) yang
menggariskan untuk kepentingan umum negara dapat melakukan Pelepasan hak
atas tanah. Pada pasal 18 UUPA tersebut selengkapnya sebagai berikut:
4
Pelepasan hak yang dilakukan oleh pemerintah tanpa mengindahkan
persyaratan tersebut adalah merupakan perbuatan melanggar hukum atau
menyalahgunakan wewenang oleh pemerintah.
Apabila penetapan bentuk dan besarnya ganti kerugian atas tanah tidak
diterimah oleh pemegang hak atas tanah akibat Pelepasan sesuai ketentuan dalam
pasal 8 UU No 20 tahun 1961, pengadilan berkewajiban untuk melakukan
pemeriksaan kasus tersebut. Hal ini diatur dalam peraturan pemerintah dalam
Nomor 39 tahun 1973 tentang acara penetapan ganti kerugian oleh pengadilan
tinggi sehubungan denagan hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di
atasnya. Dalam pasal 1 PP Nomor 39 tahun 1973 dinyatakan sebagai berikut:
“permintaan banding tersebut pada pasal 1 peraturan pemerintah ini diajukan
kepada pengadilan tinggi yang daerah kekuasanya meliputi tanah dan benda-
benda yang haknya di cabut, selambat-lambatnya dalam waktu 1 (bulan) terhitung
sejak tanggal keputusan presiden itu di maksud dalam pasal 5 dan 6 UU Nomor
20 tahun 1961 tersebut di sampaikan kepada yang bersangkutan”
5
Berkaitan dengan perkara tersebut, untuk memperlancar jalannya
pemeriksaan, maka pengadilan tinggi dapat memanggil para pihak untuak di
dengar keterangannya masing masaing (pasal 5 ayat (1)). Selanjutnya permintaan
keterangan dari para pihak dapat di limpahkan oleh pengadilan tinggi ke
pengadilan negeri, di mana tanah dan benda-benda tersebut terletak (ayat (2)).
6
1. Pertahanan;
2. Pekerjaan umum;
3. Jasa umum;
4. Keagamaan;
5. Ilmu pengetahaun dan seni budaya;
6. Kesehatan;
7. Olahraga;
8. Perlengkapan umum;
9. Keselamatan umum terhadap bencana;
10. Kesejahteraan sosial;
11. Makam/kuburan
12. Pariwisata dan rekriasi;
13. Usaha-usaha ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan umum
Suatu hal yang dapat disalut dari adanaya instruksi presiden ini
menyangkut mengenai penghargaan terhadap pemegang hak atas tanah yang akan
dicabut dengan alasan demi kepentingan umum, karena alasan sangat mendesak.
Hal ini di atur dalam pasal 4 intruksi Presiden ini sebagai berikut:
7
keselamatan umum merupakan persyaratan kedua yang mensyaratkan agar
Pelepasan dapat dilakukan dengan dalih suatu pembangunan yang sangat sulit
untuk di buktikan. Oleh kerena itu, kesimpulannya bahwa pelaksanaan yang
sangat sulit di buktikan. Oleh karena itu, kesimpulannya bahwa pelaksanaan
Pelepasan Hak atas Tanahmeruoakan instrumen hukum yang sangat melindungi
kepentingan pemegang hak atas tanah.
Dari pengertian yang diberikan pasal 1457 diatas, persetujuan jual beli sekaligus
membebankan dua kewajiban yaitu :1[1]
1[1]M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni,1986, hlm. 181
2[2]Salim H.S.,Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar
Grafika, 2003, hlm. 49
8
membayar harga dan berhak menerima objek tersebut. 3[3] Unsur yang terkandung
dalam defenisi tersebut adalah :
Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana
antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang
menjadi objek jual beli.Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua
belah pihak telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian
jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi “ jual beli dianggap
sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai kata
sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang ini belum diserahkan maupun
harganya belum dibayar ”.4[4]
Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal
lain yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual
beli tetap tidak terjadi karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para
pihak telah menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para
pihak tidak mempersoalkan hal lainnya, klausul-klausul yang dianggap berlaku
dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan-ketentuan tentang jual beli yang
ada dalam perundang-undangan (BW) atau biasa disebut unsur naturalia.5[5]
3[3]Ibid.
4[4] Prof.R.Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 2.
5[5]Dr. Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2007, hlm. 127.
6[6]Op.Cit. Salim H.S.hlm. 49.
9
1. Benda Bergerak
Penyerahan akan piutang atas nama dan benda tak bertubuh lainnya
dilakukan dengan sebuah akta otentik atau akta di bawah tangan.
Hak dari Penjual menerima harga barang yang telah dijualnya dari pihak
pembeli sesuai dengan kesepakatan harga antara kedua belah pihak. Sedangkan
Kewajiban Penjual adalah sebagai berikut :
10
b. Penyerahan Benda Tidak Bergerak
Mengenai risiko dalam jual beli terhadap barang tertentu diatur dalam
pasal 1460 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Hal pertama yang harus
dipahami adalah pengertian dari barang tertentu tersebut.Yang
dimaksudkan dengan barang tertentu adalah barang yang pada waktu
perjanjian dibuat sudah ada dan ditunjuk oleh pembeli. 8[26] Mengenai
barang seperti itu pasal 1460 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menetapkan bahwa risiko terhadap barang tersebut ditanggung oleh si
pembeli meskipun barangnya belum diserahkan.
11
dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung No 3 tahun 1963.
Menurut Prof. R. Subekti, Surat edaran Mahkamah Agung tersebut
merupakan suatu anjuran kepada semua hakim dan pengadilan untuk
membuat yurisprudensi yang menyatakan pasal 1460 tersebut sebagai
pasal yang mati dan karena itu tidak boleh dipakai lagi.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian dari jual beli dapat berarti suatu perjanjian yang bertimbal balik
dan suatu perjanjian yang konsensuil. Maksudnya disini adalah perbuatan jual beli
ini menimbulkan suatu kewajban bagi kedua belah pihak yang saling berkaitan
antara pihak penjual dan pembeli dan ditandai dengan adanya suatu penerimaan
yang dilakukan oleh pembeli dan penyerahan yuang dilakukan oleh penjual.
13
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 20 tahun 1961 tentang Pelepasan Hak-Hak Tanah Dan Benda Yang Ada
di Atasnya
Peraturan menteri dalam negeri No. 15 tahun 1975, tentang Ketentuan Ketentuan
Tentang Pembebasan Tanah.
14
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
"Perbandingan Pelepasan Hak atas Tanah dengan Jual Beli atas Tanah."
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak / yang telah
membantu penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang
pentingnya penggunaan hukum dalam pembelajaran.
Penulis
15
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
16
ii