Anda di halaman 1dari 8

HUKUM AGRARIA

HAK-HAK
ATAS TANAH
DOSEN PENGAMPU : GUNAWAN, S.H., M.H.

BLUE SAMURAI
PRODUCTIONS
Agil Rizkal Hadi Aprila
KELOMPOK 5
NIM : 41033300221174

M Diva Aditama
NIM : 41033300211023

Fauzan Dwiahna H. Putra


NIM : 41033300211120
HAK ATAS TANAH
Berbicara mengenai hak atas tanah dalam bab ini bertujuan untuk memahami mengenai hak-hak atas
tanah yang tertuang dalam UUPA yaitu Pasal 16 yang dimaksud dalam Pasal 4 (1) yang menyatakan Atas
dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-
macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik sendiri maupun bersamasama dengan orang lain serta badan-badan hukum.

Berdasarkan definisi mengenai hak atas tanah tersebut diatas dapat diartikan bahwa hak atas tanah yaitu
hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak dapat mempergunakan atau
mengelolanya untuk mengambil manfaat dari hasil tanah tersebut. Jadi hak atas tanah ini berisikan:
1) adanya Wewenang “artinya menggunakan tanah dan tubuh bumi, air, ruang angkasa sepanjang untuk
kepentingan penggunaan haknya. Dalam hal ini tidak dibenarkan pemegang ha katas tanah menggali
tubuh bumi sembarangan, diperlukan izin tersendiri untuk itu;
2) adanya Larangan artinya penggunaan wewenang tidak boleh merugikan pihak lain dan adanya
pembatasan wewenang yang terletak pada sifat haknya misalnya Hak Guna Bangunan (HGB) tidak
dibolehkan untuk pertain dan;
3) adanya Kewajiban dalam hal ini yang mengelola atau mempergunakan tanah itu harus sesuai dengan
keadaan, sifat dan tujuan pemberian haknya; wajib memelihara tanah; dan mengusahakan sendiri tanah
tersebut secara aktif.
KONSEP HAK ATAS TANAH
Konsep hak atas tanah yang terdapat dalam Hukum Agraria Nasional membagi hak-hak atas tanah dalam
dua bentuk yaitu pertama, hak-hak atas tanah yang bersifat primer. Kedua, ha-hak atas tanah yang bersifat
skunder. Hak atas tanah yang bersifat primer yaitu hak atas tanah yang dapat dimiliki atau dikuasai secara
langsung oleh seseorang atau badan hukum yang mempunyai waktu lama dan dapat dialihkan kepada orang
lain atau ahli warisnya. Adapun hak atas tanah yang bersifat primer dalam UUPA yaitu :

1. Hak Milik atas tanah (HM)


2. Hak Guna Usaha (HGU)
3. Hak Guna Bangunan (HGB)
4. Hak Pakai (HP)

Sedangkan hak atas tanah yang bersifat sekunder yaitu hak atas tanah yang sifatnya sementara, dikarenakan
hak tersebut dipakai atau dinilati dalam waktu tertentu/terbatas dan hak atas tanah ini dimiliki oleh orang
lain. Adapun hak atas tanah yang sifatnya sementara ini di atur dalam Pasal 53 UUPA yaitu:

1. Hak Gadai
2. Hak usaha bagi hasil
3. Hak menumpang
4. Hak menyewa atas tanah pertanian
DASAR-DASAR HUKUM MENGENAI HAK ATAS
TANAH
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria atau yang
sering disingkat (UUPA)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang dapat
mempunyai Hak Milik atas Tanah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 (PP No. 10/1961) tentang Pendaftaran Tanah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (PP No. 24/ 1997)
tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997
(Permen-Agra/Ka.BPN No. 3/1997) tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24
tahun 1997
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha
5. Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah yang kemuadian dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku oleh Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan
6. Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun
7. Pendaftaran Tanah, dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya, akan tetapi hak milik atas
tanah belum mempunyai peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus tentang hak
milik sebagaimana diamanahkan Pasal 22 dan Pasal 24 UUPA
TUJUAN HUKUM TANAH
Tujuan Hukum Agraria sejalan dengan tujuan dari UUD RI 1945 sebagai dasar hukum pembentukan
UUPA, yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Atas dasar hal tersebut diatas, maka didalam Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria Nasional, yaitu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 dirumuskanlah tujuan pokok pembentukan UUPA sebagai
berikut :

1. Meletakkan dasar-dasar dalam penyusunan Hukum Agraria Nasional yang merupakan alat untuk
membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani dalam
rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
2. Meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan.
3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi
rakyat seluruhnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya UUPA tersebut bertujuan untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia yang sebesarbesarnya serta mencapai kebahagian dan
keadilan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Maka setiap warganegara perlu menjaga dan
menghormati hak-hak atas tanah tersebut.
KESIMPULAN
Bahwasannya sistem pertanahan di Indonesai mengaju kepada Undang-Undang Pokok Agraria yaitu Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960. Undang-Undang ini menjelaskan bahwa hukum tanah di Indonesia bersifat
Unfikasi. Artinya, seluruh permasalahan, status, serta dasar hukum tanah yang ada di Indonesia harus
merujuk pada UUPA No.5 Tahun 1960. Sebenarnya UUPA ini adalah proyek Nasionalisasi tanah di
Indonesia. Agar tanah memang dimilki dan dinikmati benar oleh warga negara Indonesia, sehingga warga
negara asing tidak mempunyai hak akan tanah di Indonesia kecuali Hak Pakai.

Adapun tujuan diundangkannya UUPA adalah demi kepentingan rakyat Indonesia sendiri untuk mendapatkan
keadilan, kebahagiaan dan kemakmuran di bidang pertanahan. Disamping itu juga bertujuan untuk memberikan
kepastian hukum akan hak-hak atas tanah apa yang boleh dikuasai oleh negara, rakyat dan masyarakat hukum
adat di Indonesia. Pada akhirnya tujuan dari sistem hukum tanah nasional adalah sejalan dengan tujuan Negara
Republik Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945 yaitu: memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jadi jelas bahwa sistem hukum pertanahan Indonesia memang didasarkan pada nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia itu sendiri seperti kebersamaan, keadilan, kemakmuran serta kekeluargaan dalam penguasaan dan
pemanfaatan tanahdengan tetap berpengang pada prinsip tanah haruslah mempunyai fungsi sosial, meskipun
dalam pelaksanaannya masih banyak persoalan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai