Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH HUKUM AGRARIA

“HAK GUNA USAHA”

DOSEN PEMBIMBING:

SRI ARLINA, S.H., M.H.

Disusun oleh :

ALEXA SUCI ARASY : 171010403

NOVRI YANTI : 171010522

SITI NUR’AINI MAWADDAH : 171010455

VALENTINE SIMANJORANG : 171010626

KELOMPOK 2

KELAS : C

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


T.A. 2019/2020

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960, pengertian tanah negara


ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1953 (L.N. 1953, No. 14, T.L.N. No.
362). Dalam Peraturan Permerintah tersebut tanah negara dimaknai sebagai tanah yang dikuasai
penuh oleh negara. Substansi dari pengertian tanah negara ini adalah tanah-tanah memang bebas
dari hak-hak yang melekat diatas tanah tersebut, apakah hak barat maupun hak adat (vrij
landsdomein). Dengan terbitnya UUPA tahun 1960, pengertian tanah Negara ditegaskan bukan
dikuasai penuh akan tetapi merupakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara.
Dasar hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam pasal 4 ayat 1 UUPA, yaitu “Atas
dasar hak yang menguasai dari negara atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 2
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang-orang lain serta badan-badan hukum.
Hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari negara atas tanah dapat diberikan kepada
perseorang baik warga Negara Indonesia maupun warga negara asing, sekelompok orang secara
bersama-sama dan badan hukum baik badan hukum private maupun badan hukum politik.
Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Agraria
Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah
yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29,
guna perusahaan pertanian, perikanan, atau peternakan.
Hak Guna Usaha merupakan hak tanah yang bersifat primer yang memiliki spesifikasi.
Spesifikasi Hak Guna Usaha tidak bersifat terkuat dan terpenuh. Dalam artian bahwa Hak Guna
Usaha ini terbatas daya berlakunya walaupun dapat beralih dan dialihkan pada pihak lain. Jadi,
tidak dapat terjadi atas suatu perjanjian antara pemilik suatu hak milik dengan orang lain.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Hak Guna Usaha?


2. Bagaimana pemberian dan subjek Hak Guna Usaha?
3. Apa saja ciri-ciri Hak Guna Usaha?
4. Bagaimana tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha ?
5. Berapa jangka waktu Hak Guna Usaha dan pembaruan Hak Guna Usaha?
6. Bagaimana terjadinya Hak Guna Usaha?
7. Bagaimana kewajiban Pemegang Hak Guna Usaha?
8. Bagaimana terhapusnya Hak Guna Usaha?
9. Bagaimana tata cara pengajuan Hak Guna Usaha
10. Bagaimana UUPA tentang Hak Guna Usaha?
11. Bagaimana beralihnya Hak Guna Usaha?
12. Bagaimana pembebanan Hak Guna Usaha dengan hak tanggungan?

3. TUJUAN PENULISAN.
1. Untuk mengetahui pengertian Hak Guna Usaha.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemberian dan subjek Hak Guna Usaha.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri Hak Guna Usaha.
4. Untuk mengetahui bagaimana tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha.
5. Untuk mengetahui berapa jangka waktu Hak Guna Usaha dan pembaruan Hak Guna
Usaha.
6. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya Hak Guna Usaha.
7. Untuk mengetahui bagaimana kewajiban Pemegang Hak Guna Usaha.
8. Untuk mengetahui bagaimana terhapusnya Hak Guna Usaha.
9. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pengajuan Hak Guna Usaha.
10. Untuk mengetahui UUPA tentang Hak Guna Usaha.
11. Untuk mengetahui bagaimana beralihnya Hak Guna Usaha.
12. Untuk mengetahui bagaimana pembebanan Hak Guna Usaha dengan hak tanggungan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN HAK GUNA USAHA


Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh negara dalam
jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 29, untuk perusahaan pertanian
atau peternakan (pasal 28 UUPA). Tujuan pengguna tanah yang mempunyai dengan Hak Guna
Usaha itu terbatas yaitu pada usaha pertanian, perikanan dan peternakan. Dengan kata lain, HGU
terikat oleh jangka waktu tertentu. Menurut pasal 29 pada undang-undang yang sama HGU
diberikan waktu paling lama 25 tahun atau untuk perusahaan tertentu dapat diberikan HGU
untuk waktu paling lama 35 tahun.1
Luas tanah HGU adalah untuk perseorangan luas minimalnya 5 hektar dan maksimalnya 25
hektar. Sedangkan untuk badan hukum, luas minimalnya 5 hektar dan maksimalnya ditetapkan
oleh kepala Badan Pertanahan Nasional (Pasal 28ayat (2) UUPA jo. Pasal 5 PP No. 40 Tahun
1996).2

2. PEMBERIAN DAN SUBJEK HAK GUNA USAHA


Pemberian hak atas tanah berkaitan dengan subjek dan objek serta proses yang terjadi dalam
pemberian hak tersebut, termasuk pula pemberian HGU. Menyangkut subyek HGU diatur dalam
Pasal 2 PP 40 Tahun 1996, dinyatakan bahwa yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha adalah :
a) Warga Negara Indonesia;
b) Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.3

1
Kartini muljadi, Gunawan wijaya, Hak-hak atas tanah, Kencana Prenada Media group, Jakarta.
2
Urip Santoso, Op.cit hal. 99
3
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta. Hal 110-111.
Berkaitan dengan ketentuan dalam pasal 2 PP No 40 Tahun 1996 di atas, Sudargo Gautama
mengatakan bahwa di Indonesia di pentingkan sistem inkorporasi dan di samping itu juga prinsip
Legal Seat atau Real Seat (tempat kedudukan menurut hukum atau menurut keadaan
sebenarnya.

3. CIRI-CIRI HAK GUNA USAHA


Ciri-ciri Hak Guna Usaha sebagai berikut:
1) Hak yang harus didaftarkan.
2) Dapat beralih karena pewarisan, artinya dapat diwariskan oleh ahli waris yang empunya
hak pasal 28 ayat 3.
3) Mempunyai jangka waktu terbatas, artinya Hak Guna Usaha pada suatu waktu pasti
berakhir, pasal 29.
4) Dapat dijadikan jaminan hutang.
5) Dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya Hak Guna Usaha dapat dijual, ditukarkan
dengan lain, dihibahkan/diberikan dengan waris, sesuai pasal 28 ayat 3.
6) Dapat dilepaskan menjadi tanah negara.

4. TANAH YANG DAPAT DIBERIKAN DENGAN HAK GUNA USAHA


Menyangkut tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha telah diatur dalam Pasal 4
PP Nomor 40 Tahun 1996 sebagai berikut :
1) Tanah yang dapat diberikan Hak Guna Usaha adalah tanah Negara.
2) Dalam hal tanah yang akan diberikan HGU itu adalah tanah Negara yang merupakan
kawasan hutan, maka pemberian HGU dapat dilakukan setelah tanah yang bersangkutan
dikeluarkan statusnya sebagai kawasan hutan.
3) Pemberian HGU atas tanah yang telah dikuasai dengan hak tertentu sesuaiketentuan yang
berlaku, pelaksanaanya baru dapat dilaksanakan setelah selesainya pelepasan hak tersebut.
4) Dalam hal diatas tanah yang akan diberikan dengan HGU itu terdapat tanaman atau
bangunan milik pihak lain yang keberadaanya berdasarkanatas hak yang sah, pemilik
bangunan dan tanaman tersebut harus diberiganti rugi yang dibebankan kepada pemegang
HGU baru.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4), ditetapkan dengan Keputusan Presiden4.

Dalam kenyataannya, Hak Guna Usaha merupakan hak atas tanah yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan perkembangan dunia usaha semakin pesat,
seiring dengan adanya kebijakan pemerintah mengembangkan dunia usaha “agrobisnis” dan
“agroindustri”. Untuk mengembangkan usaha dibidang “agrobisnis” dan “agroindustri, maka
salah satu persyaratan yang harus tersedia adanya tanah luas yang mendukung lokasi usaha
tersebut. Oleh karena itu adanya peraturan pemerintah nomor 40 ini, khususnya Hak Guna
Usaha, memberikan kemudahan kepada pemegang Hak Guna Usaha untuk melakukan
perpanjangan apabila jangka waktu Hak Guna Usaha telah berakhir.

Selain mengenai perpanjangan dari Hak Guna Usaha, maka pemegang Hak Guna Usaha
harus memperhatikan pula mengenai kewajiban dan hak atas pemegang hak tersebut. Hal ini
sesua ketentuan pasal 12 PP nomor 40 tahun 1996 dinyatakan bahwa pemegang Hak Guna Usaha
berkewajiban untuk:
a. Membayar uang pemasukan
b. Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan, dan/ atau peternakan sesuai
peruntukan dan persyaratan sebagaimana di tetapkan dalam keputusan pemberian hak
c. Mengusahakan sendiri tanah Hak Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha
berdasarkan kriteria yang di tetapkan dengan instansi teknis.
d. Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam
lingkunan area Hak Guna Usaha.
e. Memelihara kesuburan, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga kelestarian
kemampuan lingkungan hidup, sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.
f. Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan Hak Guna
Usaha.
g. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada negara
sesudah Hak Guna Usaha tesebut hapus.

4
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta. Hal 111-114.
h. Menyerahkan sertifikat Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada kepala kanor
pertanahan.

5. JANGKA WAKTU HAK GUNA USAHA DAN PEMBARUAN HGU


Lebih rinci mengenai HGU ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah (“PP 40/1996”)
dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pengaturan dan Tata Cara Penetapan Hak Guna Usaha (“Permen ATR
7/2017”).
HGU mempunyai jangka waktu untuk pertama kalinya paling lama 35 tahum dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun (pasal 29 UUPA)5.
Pasal 8 PP No. 40 tahun 1996 untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun, diperpanjang
paling lama 25 tahun dan diperbaharui paling lama 35 tahun6.
Perpanjangan jangka waktu HGU diajukan selambat-lambatnya dua tahun sebelum
berahirnya jangka waktu yang telah ditentukan
Perpanjangan HGU adalah penambahan jangka waktu berlakunya sesuatu hak tanpa
mengubah syarat-syarat dalam pemberian hak tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan
pembaruan HGU adalah pemberian hak yang sama kepada pemegang hak atas tanah yang telah
dimilikinya dengan HGU sesudah jangka waktu hak tersebut atau perpanjangannya habis.
Menurut Pasal 9 PP 40/1996 perpanjangan dan pembaruan HGU dapat dilakukan atas
permohonan pemegang hak, jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan
pemberian hak tersebut;
b. Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak; dan
c. Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.

5
UUPA
6
Urip Santoso, Op.cit . hal 100
Sedangkan Pasal 31 ayat (2) dan Pasal 35 ayat (2) Permen ATR 7/2017 mensyaratkan
perpanjangan dan pembaruan HGU lebih rinci yakni :
a. Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang HGU;
b. Tanahnya masih dipergunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat
dan tujuan pemberian hak yang bersangkutan;
c. Penggunaan tanahnya masih sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah setempat.
d. Tanahnya tidak termasuk dalam database tanah terindikasi terlantar; dan/atau
e. Tanahnya tidak dalam perkara di lembaga peradilan, dan tidak diletakkan sita atau
blokir/status quo.
Permohonan perpanjangan jangka waktu HGU ini, dapat diajukan oleh pemegang hak paling
cepat dalam tenggang waktu 5 (lima) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu hak. Jangka
waktu perpanjangan hak diberikan sejak tanggal berakhirnya HGU. Dalam hal permohonan
perpanjangan, tidak dilakukan sampai berakhirnya hak, pemegang Hak Guna Usaha dapat
mengajukan permohonan pembaruan hak.
Setelah jangka waktu HGU dan perpanjangannya berakhir, kepada pemegang hak dapat
diberikan pembaruan HGU di atas bidang tanah yang sama.
Bekas pemegang hak dapat mengajukan permohonan pembaruan HGU paling lama 2 (dua)
tahun sejak jangka waktu HGU dan/atau perpanjangannya berakhir. Dalam hal permohonan
pembaruan tidak diajukan oleh bekas pemegang hak dalam jangka waktu pembaruan, maka
HGU hapus karena hukum dan tanahnya menjadi tanah Negara7.

6. TERJADINYA HAK GUNA USAHA


1) Karena Konversi
Yang dimaksudkan dengan konversi adalah perubahan hak atas tanah sehubungan dengan
berlakunya UUPA. Hak-hak atas tanah yang ada sebelum berlakunya UUPA diubah menjadi
hak-hak atas tanah yang ditetapkan dalam UUPA (Pasal 16 UUPA)8.
Hak-hak lama yang dikonversi menjadi Hak Guna Usaha adalah :

7
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5c13a9ece2113/jangka-waktu-perpanjangan-dan
pembaruan-hak-guna-usaha-hgu 29 November 2019, 16:50
8
Efendi Perangin, Op.cit. hal. 145
a) Hak Erfpacht untuk perusahaan kebun besar yang masih berlaku pada tanggal 24
september 1960, tanpa dipersoalkan apakah pihak yang empunya memenuhi syarat atau
tidak. Jangka waktunya samadengan sisa hak erfpacht tersebut, tetapi paling lama 20
tahun terhitung sejak tanggal 24 september 1960 (pasal III ketentuan konversi)
b) Hak milik (adat) dan hak lainya yang sejenis sebagai yang disebutkan dalam pasal II
ketentuan konversi, jika tanah pertanian, tanah perikanan, atau tanah peternakan dan yang
empunya tidak memenuhi syarat umum mempunyai tanah dengan hak milik yang
ditetapkan dalam pasal 21. HGU yang berasal dari hak milik (adat) dan hak lainnya itu
berjangka waktu 20 tahun, sesuai denganketentuan mengenai konversi hak eigendom
dalam pasal 1 ayat 3 ketentuan-ketentuan konversi.

2) Karena Penetapan Pemerintah


Hak Guna Usaha terjadi dengan penetapan pemerintah. HGU ini terjadi melalui permohonan
pemberian HGU oleh pemohon kepada Badan Pertanahan Nasional. Apabila semua persyaratan
tersebut terpenuhi, maka BPN menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH) dan wajib
didaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk dicatat dalam Buku Tanah
dan diterbitkan sertifikat sebagai tanda bukti haknya.

7. KEWAJIBAN PEMEGANG HAK GUNA USAHA


Sesuai dengan ketentuan Pasal 12 PP Nomor 40 Tahun 1996 bahwa pemegang hak
berkewajiban9 :
a) Membayar uang pemasukan kepada Negara;
b) Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan, dan atau peternakan sesuai
peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetap kan dalam keputusan pemberian hak;
c) Mengusahakan sendiri tanah Hak Guna Usaha dengan baik;
d) Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanahyang ada dalam
lingkungan areal HGU;
e) Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan SDA dam menjagakelestarian
lingkungan;

9
Supriadi, Op.cit, hal 113
f) Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan HGU;
g) Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan HGU kepada Negarasetelah HGU
tersebut hapus;
h) Menyerahkan sertifikat HGU yang telah hapus kepada kepala kantor pertanahan.

8. HAPUSNYA HAK GUNA USAHA


Sebagaimana yang terdapat pada hak milik sebagai hak primer utama tetap mempunyai batas
waktu atau hapus. Hal ini juga berlaku pada Hak Guna Usaha.
Hak Guna Usaha itu hapus karena :
a. Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian atau
perpanjangannya;
b. Dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya berakhir
karena:
a. Tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak dan/atau dilanggarnya
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13 dan/atau Pasal 14 PP
40/1996; atau
b. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
c. Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir;
d. Dicabut berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961;
e. Ditelantarkan;
f. Tanahnya musnah;
g. Apabila dalam jangka waktu satu tahun HGU itu tidak dilepaskan atau dialihkan karena
si pemegang HGU tidak lagi memenuhi syarat untuk dapat memiliki HGU (Warga Negara
Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia).

9. TATA CARA PENGAJUAN HAK GUNA USAHA


Tata cara permohonan untuk mendapatkan Hak Guna Usaha diatur dalam pasal 15 sampai
pasal 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1973, yaitu sebagai berikut 10:
1. Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pejabat yang berwenang melalui
Kepala Direktorat Agraria Provinsi yang bersangkutan, dengan tembusan kepada Bupati
Kepala Daerah c.q. Kepala Sub Direktorat Agraria yang bersangkutan. Jika tanah tersebut
terletak dalam wilayah lebih dari satu Kabupaten, maka tembusan permohonan tersebut harus
disampaikan kepada masing-masing Bupati Kepala Daerah c.q. Kepala Sub Direktorat
Agraria yang bersangkutan
2. Mengenai kelengkapan keterangan-keterangan berlaku sesuai dengan kelengkapan keterangan
dalam pengajuan permohonan hak milik dan ditambah dengan keterangan-keterangan, sebagai
berikut :
a. Tentang bonafiditas dan likuiditas perusahaan.
b. Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang.
c. Tenaga ahli yang tersedia.
d. Rekomendasi dari instansi-instansi yang dianggap perlu.
3. Setelah menerima berkas permohonan Hak Guna Usaha, maka berlaku juga tata cara
penyelesaian permohonan Hak Guna Usaha sesuai tata cara penyelesaian permohonan Hak
Milik.
4. Seksi Pendaftaran Tanah atau Sub Direktorat Pendaftaran Tanah membuat gambar situasi dari
tanah yang bersangkutan yang digunakan sabagai bahan pertimbangan oleh Panitia
Pemeriksaan Tanah.
5. Apabila segala persyaratan permohonan pemberian Hak Guna Usaha telah lengkap, Kepala
Direktorat Agraria Provinsi bersama dengan instansi-instansi lainnya yang merupakan Panitia
Pemeriksaan Tanah untuk Hak Guna Usaha mengadakan pemeriksaan setempat terhadap
tanah yang dimohonkan.
6. Apabila semua keterangan telah lengkap dan tidak ada keberatan untuk meluluskan
permohonan, sedangkan wewenang untuk memutuskan ada pada Gubernur Kepala Daerah,
dengan segera mengeluarkan surat keputusan pemberian Hak Guna Usaha atas tanah tersebut
dan dicatat dalam daftar khusus.

10
http://badriyatuss.blogspot.com/2014/05/makalah-hak-guna-usaha.html, 29 November 2019, 17:03
7. Syarat-syarat umum dalam pemberian Hak Milik juga berlaku pada pemberian Hak Guna
Usaha.
8. Jika wewenang untuk memberikan keputusan tentang permohonan Hak Guna Usaha tersebut
ada pada Gubernur Kepala Daerah, tetapi syarat-syarat tidak terpenuhi, maka permohonan
tersebut dibatalkan dan ketentuan penyelesaian permohonan Hak Milik berlaku juga untuk
penyelesaian permohonan Hak Guna Usaha dan pendaftaran.

10. UUPA TENTANG HAK GUNA USAHA.

Pasal 28
1) Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna perusahaan
pertanian, perikanan atau peternakan.
2) Hak Guna Usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan
ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus memakai investasi modal yang
layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan zaman.
3) Hak Guna Usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Pasal 29
1) Hak Guna Usaha diberikan untuk waktu paling lama 25 tahun.
2) Untuk perusahaan yang memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan Hak Guna
Usaha untuk waktu paling lama 35 tahun.
3) Atas permintaan pemegang hak dan mengingat keadaan perusahaannya jangka waktu
yang dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini dapat diperpanjang dengan waktu yang
paling lama 25 tahun.

Pasal 30
1) Yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha ialah:
a.Warga negara Indonesia;
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
diIndonesia,
2) Orang atau badan hukum yang mempunyai Hak Guna Usaha dan tidak lagi memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka waktu 1 tahun wajib
melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat.
Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh Hak Guna Usaha, jika ia
tidak memenuhi syarat tersebut. Jika Hak Guna Usaha, yang bersangkutan tidak
dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut maka hak itu hapus karena
hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain akan dipindahkan, menurut
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pasal 31
Hak Guna Usaha terjadi karena penetapan pemerintah.

Pasal 32
1) Hak Guna Usaha, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan
dan penghapusan hak tersebut, harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang
dimaksud dalam pasal 19.
2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai
peralihan serta hapusnya Hak Guna Usaha, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka
waktunya berakhir.

Pasal 33
Hak Guna Usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan.

Pasal 34
Hak Guna Usaha hapus karena:
a. Jangka waktunya berakhir;
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi;
c. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir;
d. Dicabut untuk kepentingan umum;
e. Ditelantarkan;
f. Tanahnya musnah;
Ketentuan dalam pasal 30 ayat (2).

11. BERALIHNYA HAK GUNA USAHA.


Hak Guna Usaha dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain dengan cara :
1. Jual beli;
2. Tukar Menukar;
3. Penyertaan dalam Modal;
4. Hibah;
5. Pewarisan11.

12. PEMBEBANAN HAK GUNA USAHA DENGAN HAK TANGGUNGAN.


Prosedur tannggungan atas hak guna usaha adalah:
a. Adanya perjanjian utang piutang yang dibuat dengan akta notariil atau akta dibawah
tangan sebagai perjanjian pokoknya.
b. Adanya penyerahan hak guna usaha sebagai jaminan utang yang dibuktikan dengan akta
pemberian hak tanggungan yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT) sebagai
perjanjian ikutan.
c. Adanya pendaftaran akta pemberian hak tanggungan kepada kantor pertanahan
kabupaten/kota setempat untuk dicatat dalam buku tanah dan diterbitkan sertifikat hak
tanggungan12.

11
https://www.jurnalhukum.com/hak-guna-usaha/ 29 November 2019, 17:28
12
http://termaviakijang.blogspot.com/2017/05/hukum-agraria-hak-guna-usaha.html , 29 November 2019,
19:37
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh negara dalam
jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 29, untuk perusahaan pertanian
atau peternakan (pasal 28 UUPA).
Yang menjadi Subjek Hak Guna Usaha Warga Negara Indonesia (WNI) dan badan hukum
Indonesia.
Hak guna usaha mempunyai jangka waktu untuk pertama kalinya paling lama 25 tahun dan
dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 35 tahun (pasal 29 UUPA).
Berdasarkan pasal 12 ayat 1 PP no. 40 tahun 1996, pemegang hak guna usaha berkewajiban
untuk: Membayar uang pemasukan kepada Negara, Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan,
perikanan dan atau peternakan sesuai peruntukan pemberian haknya, Mengusahakan sendiri
tanah hak guna usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha berdasarkan kriteria yang
ditetapkan oleh instansi teknis, Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas
tanah yang ada dalam lingkungan areal hak guna usaha,dll.
Hapusnya hak guna usaha secara lebih jelas telah diatur didalam pasal 17 peraturan
pemerintah nomor 40 tahun 1996 yang menjelaskan sebagai berikut : 
a. Berakhirnya jangka waktu sebagaimana yang ditetapkan dalam keputusan pemberian hak
atau perpanjangannya.
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena: 1. Pemegang hak tidak
melakukan kewajiban-kewajibannya. 2. Adanya putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap.

2. SARAN
Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Kartini muljadi, Gunawan wijaya, Hak-hak atas tanah, Kencana Prenada Media group,

Jakarta.

Supriadi.2007. Hukum Agraria, Jakarta: Sinar Grafika.

Santoso, Urip. 2005. Hukum Agraria & hak-hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Perangin, Efendi. 1989. Hukum Agraria di Indonesia Suatu Telaah dari Sudut pandang Praktisi

Hukum, Jakarta: Rajawali.

UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5c13a9ece2113/jangka-

waktuperpanjangan-dan pembaruan-hak-guna-usaha-hgu 29 November 2019, 16:50

http://badriyatuss.blogspot.com/2014/05/makalah-hak-guna-usaha.html, 29 November 2019,

17:03

https://www.jurnalhukum.com/hak-guna-usaha/ 29 November 2019, 17:28

http://termaviakijang.blogspot.com/2017/05/hukum-agraria-hak-guna-usaha.html, 29 November

2019, 19:37

Anda mungkin juga menyukai