Anda di halaman 1dari 6

KEKUATAN HUKUM

PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH


BEKAS HAK EIGENDOM
MADE SUARTINI
DEWA GEDE BUDIARTA
PUTU ANDHIKA KUSUMA YADNYA
Fakultas Hukum Universitas Tabanan

ABSTRAK

Sebelum UUPA disahkan, masalah pertanahan di Indonesia diatur dalam hukum benda
Buku II KUH Perdata (BW). Dalam Buku II KUHPerdata mengatur beberapa hak barat terkait
tanah yaitu : hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal, hak hypotheek, dan hak lain – lain yang
dapat membebani hak eigendom. Hak eigendom atas tanah dinyatakan dalam Pasal 571 Bab Ketiga
Buku II KUHPerdata, yang menentukan bahwa “Hak milik (eigendom) atas sebidang tanah
mengandung di dalamnya kemilikan atas segala apa yang ada diatasnya dan di dalam tanah.”
Namun setelah UUPA disahkan pada tanggal 24 September 1960, keanekaragaman aturan tersebut
diakhiri. UUPA dan berbagai peraturan pelaksanaan lainnya merupakan hukum tanah nasional
tunggal untuk semua tanah di seluruh wilayah negara.
Setelah berlakunya UUPA, hak-hak atas tanah yang pernah ada yang berasal dari tanah adat
dan tanah barat tersebut harus dikonversikan sesuai dengan ketentuan konversi yaitu pasal I dan
pasal II.UUPA, sesuai dengan hak –hak atas tanah yang diatur dalam UUPA. Adapun pengertian
konversi adalah “perubahan status dari hak atas tanah, dari status tanah menurut perundang-
undangan agraria sebelum UUPA menjadi status tanah menurut hak tanah yang disebutkan dalam
Undang-undang Pokok Agraria”. (Effendi Perangin, 1986).
Selanjutnya sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UUPA dan penjelasannya, bahwa untuk
menjamin adanya kepastian hukum semua hak atas tanah harus didaftarkan, dan pendaftaran tanah
itu harus dilakukan dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti serta dijalankan oleh
masyarakat yang bersangkutan. Hasil dari pendaftaran tanah adalah sertifikat yangt merupakan alat
bukti yang kuat atas kepemilikan hak atas tanah. Jenis penelitian yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut adalah penelitian yuridis normatif.

Kata Kunci : Kekuatan Hukum, Pendaftaran Hak Atas Tanah, Hak Eigendom

PENDAHULUAN pembangunan yang berkelanjutan tanpa


mengabaikan prinsip kelestarian lingkungan.‘ (
Latar Belakang Masalah Djuhaendah Hasan, 1996).
Falsafah bagi bangsa Indonesia tentang Secara formal, dalam Pasal 33 ayat (3)
tanah adalah bahwa “tanah dipergunakan UUD 1945, secara konstitusional telah
sebesar–besarnya kemakmuran rakyat dan memberikan landasan bahwa bumi dan air dan
dibagi secara adil dan merata.( Boedi Harsono, kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
2002). Oleh karena falsafah tersebut maka dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
tanah akan diusahakan atau digunakan untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.
pemenuhan kebutuhan yang nyata, sehingga Pengaturan lebih lanjut terhadap tanah
penyediaan, peruntukan, penguasaan, ada dalam Pasal 2 ayat (1) Undang – Undang
penggunaan dan pemeliharaannya perlu diatur, Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pengaturan
yang tujuannya adalah “menjamin kepastian Pokok – Pokok Agraria (UUPA) , yang
hukum, memberikan perlindungan hukum bagi menentukan :”Bumi, air dan ruang angkasa
rakyat dalam konteks mendukung termasuk kekayaan alam di dalamnya ini pada
tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara

Majalah Ilmiah Untab, Vol. 17 No. 1 Maret 2020; ISSN 0216 - 8537; Hal. 63 - 68 63
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.” mengurus konversi tersebut, apabila tanah
Sehingga berdasarkan atas ketentuan pasal tersebut tidak dikonversi , maka tanah hak
tersebut dapat dikatakan bahwa negara selaku eigendom itu akan menjadi tanah yang kembali
badan penguasaan atas bumi, air dan ruang dikuasai oleh negara. (Parlindungan.AP, 2001).
angkasa serta kekayaan alam yang terkandung Hak eigendom yang merupakan hak
di dalamnya berwenang untuk mengatur dalam barat berakhir, karena UUPA menganut
rangka mencapai sebesar–besarnya untuk prinsip nasionalisme. Hal ini berarti
kemakmuran rakyat Indonesia. bahwa”hak atas tanah yang dimiliki oleh
Dalam UUPA, asas hak menguasai Warga Negara Asing (WNA) menjadi gugur
negara atas tanah itu diatur dan diturunkan ke dan kembali menjadi tanah yang dikuasai oleh
macam–macam hak atas tanah yang diberikan negara. Namun dalam hal ini pemerintah
kepada orang maupun badan hukum. Negara “tidak punya kewajiban untuk memberikan
memberikan beberapa macam hak atas tanah ganti rugi kepada bekas pemilik tanah tersebut,
kepada perorangan atau badan hukum dengan karena UUPA telah memberi kesempatan
maksud agar si pemegang hak mengelola tanah kepada WNA untuk mengalihkan haknya
sesuai hak tersebut sejauh tidak bertentangan kepada pihak ketiga dengan sesuai
dengan batas–batas yang ditetapkan negara. kesepakatan antara pemilik tanah dengan
Pemegang hak juga dibebani kewajiban untuk pihak ketiga tersebut. (Gunawan Wiradi, 2001).
mendaftarkan hak atas tanah itu dalam rangka Bila hak atas tanah barat itu akhirnya
menyokong kepastian hukum. gugur, maka negara bebas menyerahkan hak
“Pendaftaran hak atas tanah merupakan atas tanah itu kepada pihak ketiga. Namun
sarana penting dalam membangun dan tentu harus ada permohonan dari pihak yang
mewujudkan kepastian hukum dan penataan berkepentingan. Hal ini meyebabkan sengketa
kembali penggunaan, penguasaan dan kepemilikan tanah bermunculan terkait dengan
pemilikan tanah.” (Boedi Harsono, 1998). konversi hak eigendom, terutama tanah yang
Berdasarkan hak menguasai negara yang sempat ditinggalkan atau ditelantarkan. Dalam
diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA dan hal ini banyak orang yang berusaha mendapat
pelaksanaannya Peraturan Menteri Agraria atau merebut pengakuan atas tanah bekas hak
Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan eigendom, entah yang telah kembali dikuasai
Konversi Hak Penguasaan atas Tanah Negara oleh negara atau secara de fakto digarap lewat
dan Ketentuan – Ketentuan tentang keterangan garap atas tanah atau populer
Kebijaksanaan Selanjutnya, dimana hak dengan istilah hak atas, yang berkebalikan
pengelolaan bisa diberikan kepada badan dengan pemegang titel eigendom yang
hukum publik. Dimana hak pengelolaan ini memegang hak bawah. Pada umumnya yang
bersifat istimewa karena hak pengelolaan tetap berupaya mendapat pengakuan atas tanah
berlangsung sementara hak penguasaan tidak bekas hak eigendom antara lain penggarap.
terputus diatas segala macam wewenang yang Para penggarap biasanya mengajukan hak
dimiliki badan hukum publik pemegang hak garap kepada lurah setempat dalam rangka
pengelolaan itu. Melalui UUPA, dicabut melakukan pembayaran pajak bumi. Namun
ketentuan – ketentuan dalam Buku II KUH lurah setempat kadang tidak memahami status
Perdata sepanjang terkait dengan tanah. tanah garap tersebut, demikian juga batas –
Sehingga hak atas tanah Barat yang diatur batas tanah eigendom. Lurah atau camat
dalam Buku II KUHperdata pun tidak berlaku setempat seringkali tidak mengetahui secara
lagi dan harus dikonversi berdasarkan hak – pasti. Apalagi terjadi perubahan pesat dalam
hak atas tanah yang diatur dalam UUPA. pembangunan kota sehingga kedudukan atau
Hak Eigendom adalah suatu hak atas letak peta eigendom yang ada sudah tidak
tanah barat , merupakan hak – hak yang gugur relevan.
atau dikonversi melalui UUPA. Dalam UUPA
ditentukan bahwa batas konversi adalah per 24
September 1980, artinya bahwa “pemilik hak
atas tanah diberi waktu sampai 20 tahun untuk

64 Made Suartini, Dewa Gede Budiarta, Pt. Andhika Kusuma Y., Kekuatan Hukum Pendaftaran Hak.....
Rumusan Masalah guna bangunan; 3. hak guna usaha; dan 4. hak
Berdasarkan atas uraian tersebut diatas, pakai.
maka dapat di rumuskan beberapa 1. Hak milik adalah hak turun temurun,
permasalahan, yaitu : terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
1. Bagaimanakah kekuatan hukum sertifikat orang atas tanah.
baru hak atas tanah bekas hak eigendom ? 2. Hak guna usaha adalah hak untuk
2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum mengusahakan tanah yang dikuasai
yang diberikan kepada pemilik baru langsung oleh negara dalam jangka waktu
sertifikat hak atas tanah negara bekas hak yang terbatas, guna perusahaan pertanian,
eigendom? perikanan atau peternakan dan guna
perusahaan perkebunan.
METODE PENELITIAN 3. Hak guna bangunan adalah hak untuk
mendirikan dan mempunyai bangunan atas
Jenis Penelitian dalam karya ilmiah ini tanah yang bukan miliknya sendiri dengan
adalah bersifat Yuridis Normatif, yaitu jangka waktu paling lama 30 tahun dan
penelitian yang mengkaji dari berbagai dapat diperpanjang untuk jangka waktu
Peraturan Perundang – Undangan yang paling lama 20 tahun.
berlaku yang berhubungan dengan 4. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan
permasalahan yang dibahas, yang didukung dan atau memunggut hasil dari tanah yang
dengan bahan-bahan dari literatur atau dikuasai lang sung oleh negara atau tanah
pendapat para sarjana. milik orang lain, yang memberi wewenang
dan kewajiban yang ditentukan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam
Pengertian Hak – Hak Atas Tanah Dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang
Hukum Pertanahan Indonesia bukan perjanjian sewa menyewa atau
Hak atas tanah bersumber dari hak perjanjian pengolahan tanah dan segala
menguasai dari negara atas tanah yang dapat sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa
diberikan kepada perseorangan baik Warga dan ketentuan-ketentuan dalam UUPA.
Negara Indonesia maupun Warga Negara
Asing, sekelompok orang secara bersama- Pengertian Hak Eigendom
sama, dan badan hukum baik badan hukum Sebelum berlakunya Undang – Undang
privat maupun badan hukum publik. Adapun Nomor 5 tahun 1969 tentang Pengaturan
yang dimaksud hak atas tanah adalah “hak Pokok – Pokok Agraria (UUPA) , diIndonesia
yang memberikan wewenang kepada berlaku dualisme hukum dalam bidang hukum
pemegang haknya untuk menggunakan tanah pertanahan, yaitu Hukum adat yang berlaku
atau mengambil manfaat dari tanah yang bagi golongan penduduk bumiputra dan bagi
dihakinya” (Effendi Perangin, 1986). golongan penduduk penjajah Belanda serta
Macam-macam hak atas tanah dimuat golongan Eropa berlaku hukum perdata
dalam pasal 16 jo pasal 53 Undang-undang belanda (BW) / Kitab Undang – Undang
Pokok Agraria (UU No. 5 tahun 1960) Hukum Perdata.
dikelompokkan menjadi 3 bidang yaitu : Eigendom merupakan istilah yang
a. Hak atas tanah yang bersifat tetap; dikenal dalam hukum kebendaan Perdata
b. Hak atas tanah yang akan ditetapkan Barat, yang kurang lebih bermakna hak Milik.
dengan undang-undang; “Eigen berarti diri atau pribadi, sedang dom
c. Hak atas tanah yang bersifat sementara. diartiikan sebagai hak milik. Sehingga
Dari keseluruhan hak-hak atas tanah Eigendom dapat diartikan sebagai hak milik
tersebut diatas hingga saat ini yang dapat pribadi. (Bambang Eko Supriyadi, 2013) Sesuai
didaftarkan dalam daftar umum atau dalam dengan ketentuan Pasal 570 BW, yang
daftar buku tanah yaitu: 1. hak milik; 2. hak dimaksud dengan Hak Eigendom adalah “hak
untuk dengan bebas menggunakan

Majalah Ilmiah Untab, Vol. 17 No. 1 Maret 2020; ISSN 0216 - 8537; Hal. 63 - 68 65
(menikmati) suatu benda sepenuh–penuhnya Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok – Pokok
dan untuk menguasai seluas–luasnya, asal saja Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak
tidak bertentangan dengan undang–undang Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak Barat,
atau peraturan-peraturan umum yang berlaku.” dan sebagai tindak lanjutnya telah dikeluarkan
Dalam Pasal 570 BW, ditetapkan dengan tegas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3
bahwa hak Eigendom adalah hak kebendaan Tahun 1979.
(Zakelijk recht), artinya bahwa orang yang
mempunyai hak eigendom itu mempunyai Pemberian Hak Atas Tanah Bekas Hak
wewenang untuk: Eigendom
a. Menggunakan atau menikmati benda itu Sejak berlakunya UUPA, hak atas tanah
dengan bebas dan sepenuh–penuhnya. bekas hak eigendom yang tidak dikonversi dan
b. Menguasai benda itu dengan seluas– tidak dialihkan kepada pihak ketiga gugur dan
luasnya. tanah tersebut kembali dikuasai oleh negara.
Selanjutnya dengan berlakunya UUPA, “Negara secara sepihak menyatakan bahwa
berdasarkan ketentuan konversi Pasal I ayat tanah tersebut kembali ia kuasai dan negara
(1) UUPA, Hak Eigendom atas tanah yang bebas menyerahkan hak atas tanah tersebut
ada dikonversi menjadi hak milik, tetapi kepada pihak ketiga dengan permohonan dari
sipemegang hak harus memenuhi syarat–syarat yang berkepentingan. (.Parlindungan, 2001).
yang melekat pada hak milik yaitu berstatus Pemohon yang ingin mendapatkan hak
Warga Negara Indonesia (WNI) tunggal. atas tanah bekas hak eigendom diwajibkan
Selanjutnya dengan berlakunya UUPA, melakukan pendaftaran tanah berdasarkan
berdasarkan ketentuan konversi Pasal 1 ayat Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961
(1) UUPA , Hak Eigendom atas tanah yang yang telah disempurnakan dengan Peraturan
ada dikonversi menjadi hak milik, tetapi Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang
sipemegang hak harus memenuhi syarat – Pengurusan dan Pendaftaran Hak Atas Tanah.
syarat yang melekat pada hak milik yaitu Adapun tujuannya adalah untuk memberikan
berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) jaminan kepastian hukum di bidang
tunggal. Dalam Peraturan Menteri Agraria pertanahan.
(PMA) Nomor 2 Tahun 1960, dalam Pasal 2 Setelah proses pembukuan hak atas
disebutkan bahwa :Mereka yang WNI tunggal tanah yang bersangkutan dalam buku tanah
pada tanggal 24 September 1960 dan memiliki selesai berdasarkan Pasal 28 ayat (3)
tanah Eigendom dalam waktu 6 (enam) bulan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,
sejak berlakunya UUPA wajib datang pada pembukuan tanah sebagai alat bukti dan berita
Kepala Kantor Pendaftaran Tanah (KKPT) acara pengesahan sesuai Pasal 30 ayat (1) dan
untuk menegaskan status data fisik dan data yuridisnya sudah lengkap
kewarganegaraannya. Jika terbukti serta tidak ada yang disengketakan, dilakukan
berkewarganegaraan tunggal maka hak pembukuan dalam buku tanah.
Eigendom dikonversi menjadi hak milih.
Namun untuk hak – hak Eigendom yang Pensertifikatan Hak Atas Tanah Bekas Hak
setelah jangka waktu 6 (enam) bulan Eigendom
terlampaui, namun pemiliknya tidak datang Dalam rangka kepastian hukum terhadap
pada KKPT atau pemiliknya tidak dapat pemegang hak atas tanah diseluruh wilayan
membuktikan bahwa ia berkewarganegaraan Republik Indonesia, sebagaimana yang dicita –
Indonesia Tunggal, maka oleh KKPT akan citakan oleh pembuat UUPA, maka wajib
dikonversi menjadi hak guna bangunan dilaksanakan pendaftaran tanah sesuai Pasal
dengan jangka waktu 20 (dua puluh) tahun . 19 UUPA. Berdasarkan atas ketentuan Pasal
Untuk mengatur akibat–akibat hukum 19 UUPA , akibat hukum pendaftaran hak atas
dari ketentuan konversi UUPA dan tanah adalah “berupa diberikannya surat tanda
menentukan status hukum serta penggunaan / bukti hak yang dikenal dengan nama sertifikat
peruntukannya lebih lanjut dari tanah – tanah tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian
tersebut, telah dikeluarkan Keputusan Presiden yang kuat terhadap pemegang hak atas tanah.

66 Made Suartini, Dewa Gede Budiarta, Pt. Andhika Kusuma Y., Kekuatan Hukum Pendaftaran Hak.....
Bachtiar Effendie, 1993) Sertifikat yang terhadap kepemilikan hak atas tanah. Namun
diberikan itu akan memberikan arti dan peran kuat “bukan” berarti bahwa sertifikat itu
penting bagi pemegang hak yang bersifat “mutlak”, “maksudnya bahwa akibat
bersangkutan, yang dapat berfungsi sebagai hukum pendaftaran hak atas tanah ini, segala
alat bukti atas tanah, baik apabila ada yang tercantum dalam sertifikat dapat
persengketaan terhadap tanah yang dianggap benar sepanjang tidak ada orang lain
bersangkutan ataupun dapat pula berfungsi yang dapat membuktikan keadaan sebaliknya.
sebagai jaminan pelunasan jaminan suatu (Irawan Soerodjo, 2003).
utang pada bank. Dengan adanya kesempatan atau peluang
Terhadap tanah yang bertitel hak untuk menggugat pemegang sertifikat,
eigendom berdasarkan ketentuan konversi sehingga membuat sebagian orang mencoba
menjadi hak milik, hak eigendom milik mengajukan gugatan ke peradilann umum
pemerintah negeri asing menjadi hak pakai, untuk mengambil alih hak atas tanah, meski
hak eigendom milik orang asing dan seorang sebenarnya si penggugat ini hanya penggarap
dengan dwi kewarganegaraan akan berubah tanah. Dengan timbulnya banyak gugatan di
menjadi Hak Guna Bangunan dalam jangka peradilan umum, sehingga pemegang sertifikat
waktu 20 (dua puluh) tahun yaitu berakhir selalu dalam keadaan was–was lantaran tanpa
pada tanggal 24 September 1980.. Konversi diduga bisa saja muncul gugatan dari orang
hak eigendom menjadi hak milik, hak pakai yang mengaku pemilik tanah sejati untuk
dan hak guna bangunan diterbitkan dalam membatalkan sertifikat yang ia miliki. Dengan
suatu sertifikat sebagai bukti pendaftaran atas demikian kepastian hukum malahan tidak
tanah bekas hak barat tersebut. Tetapi jika dirasakan para pemegang sertifikat tanah.
konversi atas tanah bekas hak eigendom Namun secara umum sebagaimana tujuan
tersebut tidak memenuhi prinsip nasionalitas pemerintah untuk mensertifikatkan semua hak
sesuai ketentuan Pasal 21 ayat (3) UUPA, atas tanah adalah untuk memberikan kepastian
maka dalam jangka waktu 1 (satu) tahun hak hukum bagi pemilik hak atas tanah. Dengan
tersebut harus dilepaskan kepada pihak adanya sertifikat akan memberikan jaminan
ketiga.”Jika lewat dalam jangka waktu 1 (satu) kepastian hukum bagi seseorang bahwa dialah
tahun tanah tersebut tidak dialihkan maka hak yang mempunyai hak atas tanah tersebut.
atas tanah tersebut hapus karena hukum dan Demikian juga dari segi perlindungan hukum,
tanah tersebut dikuasai langsung oleh negara. dengan adanya sertifikat maka pengadilan
akan memberikan perlindungan bahwa orang
Kepastian dan Perlindungan Hukum Bagi yang tertera namanya disertifikat adalah orang
Pemilik Tanah Bekas Hak Eigendom yang berhak atas tanah tersebut, sepanjang
Stelsel negatif yang digunakan dalam tidak dapat dibuktuikan sebaliknya oleh pihak
pendaftaran hak atas tanah di Indonesia lain. Demikian juga halnya terhadap tanah
bertujuan untuk memberikan perlindungan yang merupakan tanah bekas hak eigendom.
hukum bagi pemilik tanah sejati. Hal ini Sepanjang tanah bekas hak eigendom tersebut
terjadi karena stelsel negatif menganut asas sudah dikonversi kedalam hak atas tanah yang
nemo plus yuris, yaitu “tak seorangpun dapat diatur dalam UUPA, dan tanah tersebut sudah
mengalihkan hak yang lebih besar dari pada dimiliki oleh orang yang memenuhi syarat
yang ia miliki, yang tujuannya adalah untuk memiliki hak atas tanah di Indonesia
melindungi pemegang hak atas tanah yang sesuai dengan yang tercantun dalam UUPA.
sebenarnya dari tindakan orang lain yang Apabila tanah bekas hak eigendom itu sudah
mengalihkan hak tersebut tanpa diketahui disertifikatkan, maka pemberian jaminan
sipemegang hak sejati (Elza Syarief, 2014.) kepastian hukum akan hak atas tanah tersebut
Selanjutnya setelah didaftarkan , maka juga akan didapatkan. Juga jika terjadi
pemerintah akan menerbitkan sertifikat tanah sengketa maka perlingdungan hukum, seperti
sebagai tanda bukti kepemilikan hak atas tanah pemegang sertifikat hak atas tanah lainnya
dari pihak pemohon. Sertifikat tanah ini akan didapatkannya sepanjang tidak dapat
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain.

Majalah Ilmiah Untab, Vol. 17 No. 1 Maret 2020; ISSN 0216 - 8537; Hal. 63 - 68 67
SIMPULAN DAN SARAN sertifikat juga tidak dapat dilaksanakan
secara penuh.
Simpulan
Berdasarkan atas uraian dari DAFTAR PUSTAKA
pembahasan tersebut diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan atas permasalahan yang diajukan Bambang Eko Supriyadi, 2013, Hukum
sebagai berikut : Agraria Kehutanan :Aspek Hukum
1. Kekuatan hukum dari sertifikat hak atas Pertanahan Dalam Pengelolaan Hutan
tanah baru yang berasal dari hak atas tanah Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
eigendom adalah sama seperti sertifikat – Bachtiar Effendi, 1983, Pendaftaran Tanah Di
sertifikat hak atas tanah lainnya yaitu Indonesia dan Peraturan – Peraturan
sebagai alat pembuktian yang kuat akan hak Pelaksananya , Alumn, Bandung
atas tanah tersebut, sepanjang penerbitan Boedi Harsono, 2002, Menuju Penyempurnaan
sertifikat tersebut sudah sesuai dengan Hukum Tanah Nasional Dalam
syarat – syarat yang ditentukan serta pihak Hubungannya Dengan TAP MPR RI / X /
penerima hak baru sudah sesuai dengan MPR / 2001, Universitas Trisakti,
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal Jakarta
21 UUPA. Bachtiar Effendie, 2003, Kumpulan Tulisan
2. Bentuk perlindungan hukum yang dapat Tentang Hukum Tanah , Alumni,
diberikan kepada pemegang hak atas tanah Bandung
baru yang berasal dari hak atas tanah Djuhaendah Hasan, 1996, Lembaga Jaminan
eigendom adalah secara yuridis bahwa Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain
semua hal yang tercantum dalam sertifikat Yang Melekat Pada Tanah Dalam
hak atas tanah baru tersebut dianggap benar Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan
adanya. Sertifikat sebagai akta otentik Horisontal ( Suatu Konsep Dalam
hanya dapat dibatalkan oleh putusan Menyongsong Lahirnya Lembaga Hak
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan Tanggungan), PT.Citra Aditya Bakti,
hukum tetap jika pihak yang menggugat Bandung,
berhasil membuktikan yang sebaliknya atas Effendi Perangin, 1986, Hukum Agraria di
kebenaran ysng tercantum dalam sertifikat. Indonesia Suatu Telaah Dari Sudut
Pandang Praktisi Hukum,Cet.I, Rajawal,
Saran – Saran Jakarta
Berdasarkan dari simpulan tersebut di Elza Syarief, 2014, Pensertifikatan Tanah
atas, maka saran – saran sebagai berikut : Bekas Hak Eigendom, Kepustakaan
1. Untuk memberikan kepastian hukum Populer Gramedia, Jakarta
terhadap isi dari sertifikat hak atas tanah Gunawan Wiradi, 2001, Prinsip – Prinsip
maka perlu kiranya diadakan sistem Reforma Agraria Jalan Penghidupan
pendaftaran tanah yang baru yang dapat dan Kemakmuran Rakyat, Lapera
mengakomodir kebenaran secara pasti akan Pustaka Utama, Yogyakarta
data – data yang diajukan oleh pemohon Irawan Soerodjo, 2003, Kepastian Hukum Hak
dalam pengajuan pendaftaran hak atas Atas Tanah Di Indonesia, Arkola,
tanah, sehingga pemegang sertifikat hak Surabaya
atas tanah merasa aman dan tidak merasa Parlindungan.AP, 2001, Berakhirnya Hak –
was – was lagi. Hak Atas Tanah Menurut Sistem UUPA
2. Ketidaksesuaian data yang disebabkan (Undang – Undang Pokok Agraria), CV.
kesalahan dalam penerbitan dua sertifikat Mandar Maju, Bandung
atas tanah negara bekas hak eigendom yang
berbeda nomor dapat menimbulkan
tumpang tindih letak fisik tanah dilapangan
sehingga perlindungan hukum yang
seharusnya diberikan kepadan pemegang

68 Made Suartini, Dewa Gede Budiarta, Pt. Andhika Kusuma Y., Kekuatan Hukum Pendaftaran Hak.....

Anda mungkin juga menyukai