Anda di halaman 1dari 9

Lex et Societatis, Vol. V/No.

1/Jan-Feb/2017

IMPLEMENTASI HAK PENGELOLAAN DAN oleh masyarakat adat sudah jelas merupakan
PEMBERIAN HAK ATAS TANAH NEGARA1 cermin dari sistem sosial budaya, dan
Oleh : Afra Fadhillah Dharma Pasambuna2 perekonomian, untuk itu negara harus
mengatur secara menata/adil untuk
ABSTRAK dipergunakan hidup dan kehidupan masyarakat
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk banyak yang sejahtera.
mengetahui bagaimana pengaturan terjadinya Dengan adanya hak pengelolaan tanah
hak pengelolaan atas tanah dan bagaimana sebagaimana diatur dalam UUPA No. 5 Tahun
pengaturan tata cara pemberian hak atas tanah 1960, diharapkan supaya tanah benar-benar
negara. Dengan menggunakan metode dikelola/digunakan sesuai dengan
penelitian yuridis normative, disimpulkan: 1. kemampuannya, tidak ada sebidang tanah yang
Hak Pengelolaan merupakan pelimpahan diterlantarkan sehingga tidak ada sebidang
kewenangan dari hak menguasai Negara atas tanah dapat dikelola/digunakan sesuai
tanah; Hak Pengelolaan hanya dapat dipunyai keberadaan tanah dan dapat tercapai suatu
oleh badan hukum yang mempunyai tugas tujuan yakni pencapaian ekonomi yang lestari.
pokok dan fungsinya berkaitan dengan Sehubungan dengan pemberian hak atas tanah
pengelolaan tanah; Tanah Hak Pengelolaan dan pemberian ijin perubahan
digunakan untuk kepentingan mendirikan pengelolaan/penggunaan atas tanah yang
bangunan dan/atau bukan bangunan;Hak dilakukan oleh negara melalui Badan
Pengelolaan terjadi melalui penegasan Pertanahan kepada warga negara yang
konversi, atau pemberian hak;Hak Pengelolaan menggunakan sesuatu hak atas tanah.
wajib didaftarkan ke kantor pertanahan Implementasi hak pengelolaan tanah dapat
kabupaten/kota; Kewenangan dalam Hak dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok
Pengelolaan ada yang beraspek publik dan yakni: (1) Pengelolaan tanah
privat. 2. Pemberian hak atas tanah negara pedusunan/pedesaan dan (2)
kepada pemohon yang memenuhi persyaratan pengelolaan/penggunaan tanah perkotaan, dari
menurut peraturan perundang-undangan yang kedua pola pengelolaan/ penggunaan tanah
berlaku, bagi penerima hak milik, hak guna tersebut memiliki tujuan yang sangat berbeda.
usaha, hak guna bangunan, hak pakai, Pengelolaan/penggunaan tanah
menindaklanjuti dengan mendaftarkan hak atas pedusunan/pedesaan dititikberatkan pada
tanah kepada Badan Pertanahan di wilayahnya, tujuan produksi perekonomian, perkebunan
menandai lahirnya sah atas tanah yang telah dan pengelolaan/penggunaan tanah perkotaan
dicatat dalam buku tanah dan diterbitkan dititikberatkan pada tujuan tempat tinggal,
sertifikat hak atas tanah dan diserahkan kepada perkantoran, pertokoan karena itu
pemohon atau kuasanya. pengelolaan/penggunaan tanah perkotaan
Kata kunci: Implementasi, hak pengelolaan, hak diperuntukkan, aman, tertib, lancar, rata/datar
atas tanah negara dan sehat.
Begitu juga tentang pemberian hak atas
PENDAHULUAN tanah negara yang diberikan kepada warga
A. Latar Belakang negara yang diberikan kepada warga
Hak pengelolaan tanah di Indonesia masyarakat yang memohon atas hak milik, hak
khususnya yang menyangkut hubungan hukum guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai
antara manusia dengan tanah telah lama yang diatur menurut UUPA No. 5 Tahun 1960
mendapatkan perhatian dari negara. Hal ini yang diselenggarakan menjadi 3 kelompok,
terlihat sifat hubungan itu senantiasa yakni: hak atas tanah yang bersifat tetap (Pasal
berkembang menurut perkembangan budaya 4 ayat (1) UUPA), hak atas tanah yang bersifat
terutama oleh pengaruh sosial, politik, dan sementara (Pasal 53 UUPA) dan hak atas tanah
ekonomi. Kuatnya sistem penguasaan tanah yang ditetapkan dengan UU Pasal 16 ayat (1)
UUPA.
1
Memperhatikan uraian latar belakang
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ronald J.
Mawuntu, S.H, M.H; Godlieb N. Mamahit, S.H, M.H
tersebut di atas, maka penulis hendak mengkaji
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. dan meneliti secara mendalam yang hasilnya
10071101753

35
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Berkaitan dengan perolehan Hak
“Implementasi Hak Pengelolaan dan Pemberian Pengelolaan melalui konversi, Boedi
Hak Atas Tanah Negara”. Harsono menyatakan bahwa menurut
Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun
B. Perumusan Masalah 1965, Hak Pengelolaan yang pertama-tama
1. Bagaimana pengaturan terjadinya hak adapada waktu mulai berlakunya UUPA
pengelolaan atas tanah? adalah yang berasal dari konversi hak
2. Bagaimana pengaturan tata cara penguasaan atau hak beheer, yaitu yang
pemberian hak atas tanah negara? tanahnya selain digunakan untuk
kepentingan instansi yang bersangkutan,
C. Metode Penelitian dimaksudkan juga untuk dapat diberikan
Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga.
pendekatan penelitian yuridis normatif yang Hak Pengelolaan yang berasal dari konversi
bersifat kualitatif. SoerjonoSoekanto dan Sri tersebut berlangsung selama tanahnya
Mamudji mengatakan, penelitian yuridis digunakan untuk keperluan itu. Pelaksanaan
normatif adalah penelitian yang mengacu pada konversi itu diselenggarakan oleh Kepala
norma hukum yang terdapat dalam peraturan Kantor Pendaftaran Tanah yang bersang-
perundang-undangan dan keputusan kutan dan jika tanahnya belum terdaftar di
pengadilan serta norma yang hidup dalam Kantor Pendaftaran Tanah baru
masyarakat. Penelitian ini bersifat kualitatif, diselenggarakan setelah pemegang haknya
yaitu menganalisis secara mendalam dan dari datang mendaftarkannya.6
segala segi.3 Peraturan yang mengatur pelaksanaan
konversi Hak Pengelolaan
PEMBAHASAN yang semula berasal dari Hak Penguasaan
A. Pengaturan Terjadinya Hak Pengelolaan atas tanah negara yang dipunyai oleh
Atas Tanah departemen, direktorat, atau daerah
Terjadinya hak pengelolaan atas tanah swatantra adalah Peraturan Menteri Agraria
terbagi atas 2 (dua) macam/bentuk menurut No. 9 Tahun 1965.
peraturan perundang-undangan sebagai Melalui ketentuan konversi, Hak
berikut: Penguasaan atas tanah Negara yang
dipunyai oleh departemen, direktorat, atau
a.Konversi daerah swatantra diubah haknya menjadi
Menurut A.P. Parlindungan, yang dimaksud Hak Pengelolaan. Hak Pengelolaan ini lahir
dengan konversi adalah penyesuaian hak- se-telah Hak Penguasaan atas tanah negara
hak atas tanah yang pernah tunduk kepada didaftarkan dan telah diterbitkan Sertifikat
sistem hukum yang lama yaitu hak-hak atas Hak Pengelolaan oleh Kantor Pertanahan
tanah menurut BW dan tanah-tanah yang Kabupaten/ Kota setempat.
tunduk kepada Hukum Adat untuk masuk
dalam sistem hak-hak atas tanah menurut b.Pemberian Hak Atas Tanah
ketentuan UUPA.4 Konversi adalah Menurut Pasal 1 ayat (8) Permen
perubahan status hak atas tanah dari hak Agraria/Kepala BPN No. 9 Tahun 1999, yang
atas tanah menurut hukum yang lama dimaksud dengan pemberian hak atas
sebelum berlakunya UUPA, yaitu hak atas tanah, adalah penetapan Pemerintah yang
tanah yang tunduk pada Hukum Barat (BW), memberikan sesuatu hak atas tanah Negara,
Hukum Adat, dan Daerah Swapraja menjadi perpanjangan jangka waktu hak, pembaruan
hak atas tanah menurut UUPA.5 hak, perubahan hak, termasuk pemberian
hak di atas Hak Pengelolaan.7 Dalam
3
SoerjonoSoekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI
Press, Jakarta, hal. 43. Pengelolaan dan Upaya Penyelesaiannya, Fakultas Hukum
4
A.P. Parlindungan, Op Cit., hal. 5. Universitas Airlangga, Surabaya, 24 Juli 2004, hal. 13.
5 6
Sri Hajati, “Aspek Yuridis Tanah Hak Pengelolaan dan Boedi Harsono, Op Cit, hal. 325-326.
7
Pemanfaatan oleh Pihak Lain”, Makalah Pasal 1 ayat (8) Permen Agraria/Kepala BPN No. 9 Tahun
Seminar,Problematika Penggunaan Tanah Hak 1999.

36
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

pemberian hak atas tanah ini, Hak 4. Hak Pakai;


Pengelolaan yang lahirtersebut berasal dari 5. Hak Sewa untuk Bangunan;
tanah negara yang dimohonkan oleh 6. Hak Membuka Tanah;
pemegangHak Pengelolaan. Ketentuan 7. Hak Memungut Hasil Hutan.
tentang lahirnya Hak Pengelolaan melalui b. Hak atas tanah yang akan ditetapkan
pemberian hak semula diatur oleh dengan undang-undangyang disebutkan
Permendagri No. 5 Tahun 1973,kemudian dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA.
diubah dengan PermenAgraria/Kepala BPN c. Hak atas tanah yang bersifat sementara
No. 9 Tahun1999. yang disebutkan dalamPasal 53 UUPA,
yaitu:
B. Pengaturan Tata Cara Pemberian Hak Atas 1. HakGadai;
Tanah Negara 2. Hak Usaha Bagi Hasil;
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 3. Hak Menumpang;
1960 (UUPA) menetapkan bahwa wewenang 4. Hak Sewa Tanah Pertanian.10
hak menguasai dari negara atas bumi, air, dan
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang Secara perinci, pihak-pihak yang dapat
terkandung di dalamnya, yaitu: diberikan dan mempunyai hak atas tanah,
a. mengatur dan menyelenggarakan adalah:
peruntukan, penggunaan, persediaan, a. Perseorangan warga negara Indonesia.
dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang b. Orang asing yang berkedudukan di
angkasa; Indonesia.
b. menentukan dan mengatur hubungan- c. Badan hukum yang didirikan menurut
hubungan hukum antara orang-orang hukum Indonesia dan berkedudukan di
dengan bumi, air, dan ruang angkasa; Indonesia.
c. menentukan dan mengatur hubungan- d. Badan hukum asing yang mempunyai
hubungan hukum antara orang-orang perwakilan di Indonesia. Badan hukum
dan perbuatan-perbuatan hukum yang publik. Badan hukum privat.
mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.8 Menurut keperluannya, hak atas tanah yang
Pasal 4 ayat (1) UUPA menetapkan bahwa diberikan kepadaperseorangan atau badan
atas dasar hak menguasai negara ditentukan hukum untuk keperluan:
adanya macam-macam hak atas permukaan a. Mendirikan bangunan.
bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan Bentuk bangunan dapat berupa rumah
kepada dari dipunyai oleh orang-orang, baik tempat tinggal, rumah toko, kantor,
sendiri maupun bersama-sama dengan orang- pasar, hotel, pabrik, rumah sakit.
orang lain serta badan-badan hukum. Hak atas b. Pertanian, perikanan, peternakan, dan
tanah dapat diberikan dan dipunyai oleh orang- perkebunan.
orang secara sendiri-sendiri maupun bersama- Dari aspek masa penguasaan tanah, hak
sama dengan orang lain, dan kepada badan atas tanah dibagi menjadi 3 (tiga),
hukum Indonesia maupun badan hukum asing yaitu:11
yang mempunyai perwakilandi Indonesia.9 1. Hak atas tanah yang tidak dibatasi
Macam-macam hak atas tanah yang oleh jangka waktu tertentu. Hak atas
disebutkan dalam Pasal 4ayat (1) UUPA tanah ini adalah Hak Milik.
dijabarkan oleh Pasal 16 dan Pasal 53 UUPA, 2. Hak atas tanah yang mempunyai
yaitu: jangka waktu tertentu.
a. Hak atas tanah yang bersifat tetap yang Hak atas tanah ini, adalah:
disebutkan dalam Pasal a. Hak Guna Usaha.
16ayat(l) UUPA, yaitu: b. Hak Guna Bangunan atas tanah
1. HakMilik; negara.
2. Hak Guna Usaha; c. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak
3. Hak Guna Bangunan;
10
UUPA No. 5 Tahun 1960, Pasal 16 dan 53.
8 11
UUPA No. 5 Tahun 1960, Pasal 2 ayat (2). Muh. Yamin, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju,
9
UUPA No. 5 Tahun 1960, Pasal 4 ayat (1). Bandung, 2008, hal. 241.

37
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Pengelolaan. b. Hak atas tanah terjadi melalui Penetapan


d. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pemerintah.
Milik. Hak atas tanah ini, adalah:
e. Hak Pakai atas tanah negara. 1. Hak Milik.
f. Hak Pakai atas tanah Hak 2. Hak Guna Usaha.
Pengelolaan. 3. Hak Guna Bangunan atas tanah negara
g. Hak Pakai atas tanah Hak Milik. dan tanah Hak Pengelolaan.
h. Hak Sewa untuk Bangunan. 4. Hak Pakai atas tanah negara dan tanah
3. Hak atas tanah yang berlaku selama Hak Pengelolaan.
tanahnya digunakan c. Hak atas tanah terjadi karena ketentuan
untukpelaksanaan tugasnya atau undang-undang.
untuk keperluan tertentu. d. Hak atas tanah ini, adalah Hak Milik.
Hak atas tanah ini adalah Hak Pakai yang e. Hak atas tanah terjadi dengan pemberian
dikuasai oleh: hak.
a. Lembaga negara; Hak atas tanah ini, adalah Hak Guna
b. Departemen; Bangunan atau Hak Pakaiatas tanah Hak
c. Lembaga pemerintah nondepartemen; Milik.
d. Pemerintah daerah; Sejak berlakunya Undang-undang No. 5
e. Pemerintahan desa; Tahun 1960 (UUPA) 3 (tiga) macam jenis tanah
f. Perwakilan negara asing; di Indonesia, yaitu:
g. Perwakilan badan internasional; a. Tanah Negara.
h. Badan keagamaan dan badan sosial. Tanah negara adalah tanah yang di atasnya
Menurut asal tanahnya, hak atas tanah belum terdapat atau belum dibebani
dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:12 dengan hak atas tanah tertentu.
1. Hak atas tanah yang berasal dari tanah b. Tanah hak.
negara. Tanah hak adalah tanah yang di atasnya
Macam hak atas tanah ini, adalah: sudah terdapat atau sudah dibebani
a. Hak Milik atas tanah negara. dengan hak atas tanah tertentu.
b. Hak Guna Usaha. c. Tanah ulayat.
c. Hak Guna Bangunan atas tanah negara. Tanah ulayat adalah tanah yang dikuasai
d. Hak Pakai atas tanah negara. secara bersama-samaoleh masyarakat
2. Hak atas tanah yang berasal dari tanah Hak Hukum Adat.
Pengelolaan. Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
Macam hak atas tanah ini, adalah: dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996
a. Hak Milik atas tanah Hak Pengelolaan. tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
b. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak dan Hak Pakai Atas Tanah ditetapkan bahwa
Pengelolaan. hak atas tanah dapat terjadi dengan Penetapan
c. Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan. Pemerintah. Ketentuan hak atas tanah yang
3. Hak atas tanah yang berasal dari tanah Hak terjadi dengan Penetapan Pemerintah, adalah:
Milik. 1. Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
Macam hak atas tanah ini, adalah: (1) Terjadinya Hak Milik menurut Hukum
a. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Adat diatur denganPeraturan
Milik. Pemerintah.
b. Hak Pakai atas tanah Hak Milik. (2) Selain menurut cara sebagai yang
c. Hak Sewa Untuk Bangunan. dimaksud dalam ayat 1pasal ini,
Dalam peraturan perundang-undangan HakMilik terjadi karena:
ditetapkan 4 (empat) cara terjadinya hak atas a. Penetapan pemerintah menurut
tanah, yaitu: cara dan syarat-syaratyang
a. Hak atas tanah yang terjadi menurut ditetapkan dengan Peraturan
Hukum Adat. Pemerintah.
Hak atas tanah ini adalah Hak Milik. b. Ketentuan undang-undang.
2. Pasal 21 Undang-Undang No. 8 Tahun 1986
12
Ibid.

38
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Hak Guna Usaha terjadi karena Penetapan Negara dan atastanah Hak
Pemerintah. Pengelolaan diatur lebih lanjut
3. Pasal 37 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 dengan Keputusan Presiden.
Hak Guna Bangunan terjadi: 7. Pasal 42 Peraturan Pemerintah No. 40
a. mengenai tanah yang dikuasai langsung Tahun 1996.
oleh negara karenapenetapan (1) Hak Pakai atas tanah negara diberikan
pemerintah; dengan keputusanpemberian hak oleh
b. milik karena perjanjian yang berbentuk Menteri Negara Agraria atau
autentik antara pemilik tanah yang pejabatyang ditunjuk.
bersangkutan dengan pihakyang akan (2) Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan
memperoleh Hak Guna Bangunan itu, diberikan dengankeputusan
yang bermaksud menimbulkan hak pemberian hak oleh Menteri Negara
tersebut. Agrariaatau pejabat yang ditunjuk
4. Pasal 41 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 berdasarkan usul pemegang
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan HakPengelolaan.
dan/atau memungut hasil dari tanah yang (3) Ketentuan mengenai tata cara dan
dikuasai langsung oleh negara atautanah syarat permohonan danpemberian
milik orang lain, yang memberi wewenang Hak Pakai atas tanah negara dan atas
dan kewajiban yang ditentukan dalam tanah HakPengelolaan diatur lebih
keputusan pemberiannya oleh pejabat yang lanjut dengan keputusan presiden.
berwenang memberikannya atau dalam Pada dasarnya, Kepala Badan Pertanahan
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang Nasional Republik Indonesia yang berwenang
bukan perjanjian sewa menyewa atau memberikan hak atas tanah negara kepada
perjanjian pengolahan tanah, segala perseorangan atau badan hukum. Dalam
sesuatu asal tidak bertentangan dengan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada
jiwa dan ketentuan-ketentuan undang- Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
undang ini. Nasional Provinsi atau Kepala Kantor
5. Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun Pertanahan Kabupaten/Kota. Peraturan yang
1996. mengatur kewenangan dalam pemberian hak
(1) Hak Guna Usaha diberikan dengan atas tanah negara adalah Peraturan Menteri
keputusan pemberian hak oleh Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Menteri Negara Agraria atau pejabat Nasional No. 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan
yang ditunjuk. Kewenangan Pemberian dan Pembatalan
(2) Ketentuan mengenai tata cara dan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.
syarat permohonan pemberian Hak Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Guna Usaha diatur lebih lanjut dengan Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1999
Keputusan Presiden. menyatakan tidak berlaku Peraturan Menteri 1
6. Pasal 22 Peraturan Pemerintah No. 40 Dalam Negeri No. 6 Tahun 1972 tentang
Tahun 1996. Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas
(1) Hak Guna Bangunan atas tanah tanah. Tata cara pemberian hak atas tanah
negara diberikan dengankeputusan negaradiatur dalam Peraturan Menteri Negara
pemberian hak oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
Agraria atau pejabat yang ditunjuk. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
(2) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan diberikan dengan Pengelolaan.
keputusan pemberian hak oleh Menurut Pasal 1 angka 6 Peraturan Menteri
Menteri Negara Agraria atau pejabat Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
yang ditunjuk berdasarkan usul Nasional No. 3 Tahun 1999, yang dimaksud
pemegang Hak Pengelolaan. pemberian hak adalah penetapan pemerintah
(3) Ketentuan mengenai tata cara dan yang memberikan suatu hak atas tanah negara,
syarat permohonan danpemberian termasuk perpanjangan jangka waktu hak dan
Hak Guna Bangunan atas tanah pembaruan hak. Pasal 1 ayat (8) Peraturan

39
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden
Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 No. 10 Tahun 2006,yang dimaksud dengan
memperluas pengertian pemberian hak, yaitu Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga
penetapan pemerintah yang memberikan suatu Pemerintah Non-Departemen yang berada di
hak atas tanah negara, perpanjangan jangka bawah dan bertanggungjawab kepada
waktu hak, pembaruan hak, perubahan hak, presiden. Badan Pertanahan Nasional dipimpin
termasuk pemberian hak di atas Hak oleh Kepala.14
Pengelolaan. Kewenangan pemberian hak atas tanah yang
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan
Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1999 Kabupaten/Kota menurut Peraturan Menteri
menetapkan 3 (tiga) macam pemberian hak, Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
yaitu: Nasional No. 3 Tahun1999, yaitu:
1. Pemberian hak secara individual. 1. Pemberian Hak Milik atas tanah pertanian
Pemberian hak secara individual adalah yang luasnya tidaklebih dari 2 (dua) hektar.
pemberian hak atas sebidang tanah 2. Pemberian Hak Milik atas tanah non-
kepada seorang atau sebuah badan pertanian yang luasnyatidak lebih dari
hukum tertentu, atau beberapa orang 2.000 M2 (dua ribu meter persegi).
atau badan hukum secara bersama 3. Pemberian Hak Milik atas tanah dalam
sebagai penerima hak bersama, yang rangka pelaksanaan program:
dilakukan dengan satu penetapan a. transmigrasi;
pemberian hak. b. redistribusi tanah;
2. Pemberian hak secara kolektif. c. konsolidasi tanah;
Pemberian hak secara kolektif adalah 4. Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah
pemberian hak atas beberapa bidang yang luasnya tidak lebih dari 2.000 M2
tanah masing-masing kepada seorang (duaribu meter persegi), kecuali
atau sebuah badan hukum atau kepada mengenaitanah bekas Hak Guna Usaha.
beberapa orang atau badan hukum 5. Semua pemberian Hak Guna Bangunan
sebagai penerima hak bersama, yang atas tanah Hak Pengelolaan.
dilakukan dengan satu penetapan 6. Pemberian Hak Pakai atas tanah pertanian
pemberian hak. yang luasnya tidaklebih dari 2 ha (dua
3. Pemberian hak secara umum. hektar).
Pemberian hak secara umum adalah 7. Pemberian Hak Pakai atas tanah non-
pemberian hak atas bidang tanah yang pertanian yang luasnya tidak lebih dari
memenuhi kriteria tertentu kepada 2.000 M2 (dua ribu meter persegi), kecuali
penerima hak yang memenuhi kriteria mengenai tanah bekas Hak Guna Usaha.
tertentu yang dilakukan dengan satu 8. Semua pemberian Hak Pakai atas tanah
penetapan pemberian hak.13 Hak Pengelolaan.
Instansi Pemerintah yang diberikan Kewenangan pemberian hak atas tanah yang
kewenangan mengurusi administrasi diserahkan kepada Kepala Kantor Wilayah
pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional Provinsi menurut
Republik Indonesia. Semula Badan Pertanahan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1999,
No. 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan yaitu:
Nasional. Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1. Pemberian Hak Milik atas tanah pertanian
1988, kemudian ditambahkan dengan yang luasnya lebihdari 2 ha (dua hektar).
Keputusan Presiden No. 154 Tahun 1999, 2. Pemberian Hak Milik atas tanah non-
diubah dengan Keputusan Presiden No. 95 pertanian yang luasnya tidak lebih dari
Tahun 2000, dan terakhir diubah dengan 5.000 M2 (lima ribu meter persegi), kecuali
Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang yang kewenangan pemberiannyatelah
BadanPertanahan Nasional. dilimpahkan kepada Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota.
13
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas
14
Tanah, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hal. 213. Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006, Pasal 1 ayat (1).

40
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

3. Pemberian Hak Guna Usaha atas tanah hak;Hak Pengelolaan wajib didaftarkan ke
yang luasnya tidak lebihdari 200 ha (dua kantor pertanahan kabupaten/kota;
ratus hektar). Kewenangan dalam Hak Pengelolaan ada
4. Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah yang beraspek publik dan privat.
yang luasnya tidaklebih dari 150.000 M2 2. Pemberian hak atas tanah negara kepada
(seratus lima puluh ribu meter pemohon yang memenuhi persyaratan
persegi),kecuali yang kewenangan menurut peraturan perundang-undangan
pemberiannya telah dilimpahkan kepada yang berlaku, bagi penerima hak milik, hak
Kepala Kantor Pertanahan guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai,
Kabupaten/Kota. menindaklanjuti dengan mendaftarkan hak
5. Pemberian Hak Pakai atas tanah pertanian atas tanah kepada Badan Pertanahan di
yang luasnya lebihdari 2 ha (dua hektar). wilayahnya, menandai lahirnya sah atas
6. Pemberian Hak Pakai atas tanah non- tanah yang telah dicatat dalam buku tanah
pertanian yang luasnyatidak lebih dari dan diterbitkan sertifikat hak atas tanah dan
150.000 M2 (seratus lima puluh ribu meter diserahkan kepada pemohon atau kuasanya.
persegi), kecuali yangkewenangan
pemberiannya telah dilimpahkankepada B. Saran
Kepala Kantor Pertanahan 1. Sangat diharapkan kepada warga
Kabupaten/Kota. masyarakat dalam rangka permohonan hak
Kewenangan Kepala Badan Pertanahan pengelolaan tanah kepada pemerintah
Nasional menurut Peraturan Menteri Negara hendaknya dapat melengkapi surat-surat
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. sebagaimana yang disyaratkan oleh
3 Tahun 1999, yaitu: peraturan perundang-undangan untuk
1. Pemberian hak atas tanah yang diberikan mempermudah proses diterbitkannya surat
secara umum. hak pengelolaan tanah oleh pemangku
2. Pemberian dan pembatalan hak atas tanah kebijakan/pemerintah dan warga
yang tidak dilimpahkan kewenangannya masyarakat benar-benar mampu mengelola
kepada Kepala Kantor Wilayah Badan tanah sebagaimana fungsi tanah yang
Pertanahan Nasional Provinsi atau Kepala dimohonkan.
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 2. Sangat diharapkan kepada warga
3. Pemberian dan pembatalan keputusan masyarakat harus benar-benar
pemberian hak atas tanah yang telah memanfaatkan hak atas tanah yang
dilimpahkan kewenangannya kepada diberikan oleh pemangku
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan kebijakan/pemerintah sebagaimana
Provinsi atau Kepala Kantor Pertanahan peruntukan/fungsi tanah, dan bagi
Kabupaten/Kota apabila atas laporan pemerintah tidak pandang bulu dalam
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan rangka pemberian hak atas tanah negara
Provinsi hal tersebut berdasarkan keadaan yang dipakai oleh warga masyarakat,
di lapangan. sebagaimana yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PENUTUP
A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
1. Hak Pengelolaan merupakan pelimpahan Adrian Sutedi, Peralihan Hak atas Tanah, Sinar
kewenangan dari hak menguasai Negara Grafika, Jakarta, 2007.
atas tanah; Hak Pengelolaan hanya dapat HadjonPhilipus M., “Tentang Wewenang”,
dipunyai oleh badan hukum yang Majalah YURIDIKA,No. 5 dan No. 6
mempunyai tugas pokok dan fungsinya Tahun XII, Fakultas Hukum Universitas
berkaitan dengan pengelolaan tanah; Tanah Airlangga, Surabaya, September-
Hak Pengelolaan digunakan untuk Oktober 1997.
kepentingan mendirikan bangunan dan/atau HadjonPhilipus M., Pengantar Hukum
bukan bangunan;Hak Pengelolaan terjadi Administrasi Indonesia, GadjahMada
melalui penegasan konversi, atau pemberian University Press, Yogyakarta, 2000.

41
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Hajati Sri, “Aspek Yuridis Tanah Hak SitorusOloandan NomaDyawati, Hak atas
Pengelolaan dan Pemanfaatan oleh Tanah dan Kondominium Suatu
Pihak Lain”, Makalah Tinjauan Hukum, Dasamedia Utama,
Seminar,Problematika Penggunaan Jakarta, 1994.
Tanah Hak Pengelolaan dan Upaya Soegiarto I., Hak Pakai Atas Negara, Jurnal
Penyelesaiannya, Fakultas Hukum Hukum Bisnis, volume I, Yayasan
Universitas Airlangga, Surabaya, 24 Juli Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta,
2004. 1997.
Harsono Boedi, Undang-undang Pokok Agraria SoekantoSoerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
SedjarahPenjusunan, Isi, dan Hukum Normatif. Suatu Tinjauan
Pelaksanaannja, Jambatan, Djakarta, Singkat. Rajawali Jakarta, 1986.
1971. SoekantoSoerjono, Pengantar Penelitian
IrawanSoerodjo,. Kepastian Hukum Hak Atas Hukum, UI Press, Jakarta.
Tanah di Indonesia, Arkola, Surabaya, Sulaiman Abdullah, Metode Penulisan Ilmu
2003. Hukum, YPPSDM, Jakarta, 2012.
MertokusumoSudikno (selanjutnya disebut Sumardjono Maria S.W., Eksistensi dan Prospek
SudiknoMertokusumo II), Mengenal Hak Atas Tanah, Makalah Seminar
Hukum Suatu Pengantar,Liberty, Nasional, Prospek.
Yogyakarta, 2002. YaminMuh., Hukum Pendaftaran Tanah,
MertokusumoSudikno, Hukum dan Politik Mandar Maju, Bandung, 2008.
Agraria, Karunika UT Jakarta, 1998. ZeinRamli, Hak Pengelolaan dalam Sistem
MertokusumoSudikno, Mengenal Hukum Suatu UUPA, Rineka Cipta, Jakarta, Maret,
Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2002. 1995.
Notonagoro, Politik Hukum dan Pembangunan
Agraria di Indonesia, Bina Aksara, Sumber-sumber Lain
Jakarta, 1984. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Parlindungan A.P., Beberapa Konsep tenting Indonesia 1945.
Hak-hak Atas Tanah, Majalah CSIS, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Tahun XX Nomor 2, Jakarta, Maret-April Pokok-pokok Agraria.
1991. Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang
Parlindungan A.P., Hak Pengelolaan Menurut BadanPertanahan Nasional.
Sistem Undang-undang Pokok Agraria, Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965
Mandar Maju, Bandung, 1989. tentang Konversi Hak Penguasaan Atas
Parlindungan A.P., Serba Serbi Hukum Agraria, Tanah Negara.
Alumni, Bandung, 1984. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
PeranginEffendi,Perangin,, Hukum Agraria Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999.
Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Pandang Praktisi Hukum, Rajawali, No. 5 Tahun 1973tentang Ketentuan-
Jakarta, 1989. ketentuan Mengenai Tata Cara
RamelanEman, “Hak Pengelolaan Setelah Pemberian HakAtas Tanah.
Berlakunya Peraturan Menteri Negara Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun No. 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-
1999”, Majalah YURIDIKA,Vol. 15 No. 3, ketentuan Mengenai Penyediaan dan
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Pemberian Tanah untuk
Surabaya, Mei-Juni 2000. KeperluanPerusahaan.
RamelanEman, Hak Pengelolaan Setelah Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Berlakunya Permen Agraria No. 9 No. 1 Tahun 1977 tentang Tata
Tahun 1999, FH UNER, Surabaya. CaraPermohonan dan Penyelesaian
Santoso Urip, Pendaftaran dan Peralihan Hak Pemberian Hak Atas bagian-bagian
Atas Tanah, Prenada Media Group, Tanah Hak Pengelolaan serta
Jakarta, 2010. Pendaftarannya.

42
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996


tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah.

43

Anda mungkin juga menyukai