Anda di halaman 1dari 5

Nama : Silvy Permatasari

NPM : 110110160262
Mata Kuliah : Hukum Agraria
Dosen : Dr. Hj. Supraba Sekarwati, S.H., CN.
Yusuf Saiful Zamil, S.H., M.H.

RESUME KONVERSI HAK ATAS TANAH INDONESIA

1. Pengertian Konversi Hak atas Tanah


Konversi Hak atas Tanah adalah penyesuaian Hak-Hak atas tanah yang pernah tunduk
kepada sistem hukum lama yaitu: Hak-Hak tanah menurut kitab undang-undang
Hukum Perdata Barat dan tanah-tanah yang tunduk kepada Hukum Adat untuk masuk
dalam sistem hak-hak tanah menurut ketentuan UUPA.

2. Tujuan dan Fungsi Konversi


Konversi bertujuan untuk mengadakan unifikasi hak-hak atas tanah, sehingga kelak
tidak ada lagi hak-hak atas tanah produk Hukum yang lama yakni Hak-hak atas tanah
yang tunduk pada KUH perdata yang lebih mengutamakan kepentingan individu
maupun hak-hak atas tanah menurut Hukum adat dengan keanekaragamannya itu.
Keseluruhan dari hak-hak atas tanah dari produk hukum yang lama disesuaikan dan
diubah ke dalam salah satu hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
UUPA.

3. Prinsip dalam Pelaksanaan Konversi


a. Prinsip Nasionalitas
Prinsip ini dapat terdapat dalam pasal 9, 21, 30 dan 36 UUPA. Menurut pasal
9 bahwa warga Negara Indonesia dapat mempunyai hubungan yang
sepenuhnya dengan bumi air dan ruang angkasa, tanpa membedakan antara
laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh hak-hak atas tanah. Dari ketentuan pasal 21 UUPA dapat
diketahui bahwa hak milik sebagai hak terpenuh dan terkuat hanya di
peruntukan bagi warga negara Indonesia, orang asing tidak diperkenankan
mempunyai tanah walau pun karena pewarisan.
b. Prinsip Pengakuan Hak-hak atas Tanah Terdahulu
Berlakunya UUPA terjadilah Unifikasi Hukum di Bidang pertanahan. Namun
bukan berarti hak-hak atas tanah yang tunduk pada Hukum yang lama, yakni
Hukum Perdata Barat dan Hukum Adat menjadi hilang begitu saja, terhadap
tanah, yang tunduk pada sistem hukum lama masih diakui keberadaanya.
Untuk kemudian melalui Lembaga Konversi disesuaikan kedalam salah satu
hak atas tanah menurut sistem UUPA.
c. Prinsip Kepentingan Hukum
Dengan adanya ketentuan konversi maka ada kepastian Hukum mengenai
status Hak-hak atas tanah yang tunduk pada sistem Hukum yang lama. Apakah
hak tersebut akan dihapuskan atau disesuaikan kedalam hak-hak menurut
sistem UUPA dan kepastian berakhirnya masa-masa konversi hak-hak atas
tanah bekas tunduk pada KUH Perdata dinyatakan telah berakhir pada tanggal
24 September 1960.
d. Penyesuaian kepada Kepentingan Konversi
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ketentuan konversi Indonesia mengakui
hak-hak atas tanah, yang lama yang pernah ada sebelum berlaku UUPA, maka
terhadap hak-hak yang lama tersebut melalui Lembaga konversi disesuaikan
atau dipadankan dengan hak-hak atas tanah menurut UUPA.
e. Status Quo Hak-hak Tanah Terdahulu
Setelah berlaku nya UUPA maka tidak mungkin lagi di terbitkan hak-hak baru
atas tanah yang tunduk pada Hukum Barat maupun Adat. Dengan demikian
setiap ada perbuatan suatu hak baru atas tanah yang tunduk atau yang akan
ditundukkan pada sistim hukum yang lama adalah batal dan tidak berkekuatan
Hukum.

4. Hak-hak atas Tanah yang Dikonversi


a. Konversi Hak atas Tanah yang Berasal dari Tanah Barat
1) Hak Eigendom
Hak eigendom adalah hak penguasaan tertinggi yang dilaksanakan asal
tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang
ditetapkan oleh yang berwenang. Hak eigendom adalah hak yang
paling sempurna. Hak eigendom dapat dikonversi menjadi hak milik,
hak guna bangunan, dan hak guna pakai. Namun apabila terhadap hak
eigendom tersebut dibebani hak opstal atau hak erfpacht, maka
konversinya harus atas kesepakatan antara pemegang hak eigendom
dengan pemegang hak opstal atau hak erfpacht.
2) Hak Opstal
Hak kebendaan untuk memiliki bangunan dan tanaman-tanaman di atas
sebidang tanah milik orang lain. Hak opstal dapat dikonversi menjadi
hak guna bangunan.
3) Hak Erfpacht
Hak untuk memetik kenikmatan seluas-luasnya dari tanah milik orang
lain yang mengusahakannya untuk waktu yang sangat lama. Hak
erfpacht untuk perusahaan kebun besar dapat dikonversi menjadi hak
guna usaha, hak erfpacht untuk perumahan dapat dikonversi menjadi
hak guna bangunan dan hak erfpacht untuk pertanian kecil tidak
dikonversi dan dihapus.
4) Hak Gebruik
Hak kebendaan atas benda orang lain bagi seseorang tertentu untuk
mengambil benda sendiri dan memakai apabila ada hasilnya, sekedar
untuk keperluannya sendiri beserta keluarganya. Hak gebruik
dikonversi menjadi hak pakai.
5) Bruikleen
Suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyerahkan benda dengan
Cuma-Cuma kepada pihak lain untuk dipakai dengan disertai
kewajiban untuk mengembalikan benda tersebut pada waktu yang
ditentukan. Bruikleen dikonversi menjadi hak pakai.

b. Konversi Hak atas Tanah yang Berasal dari Tanah Bekas Hak Indonesia
1) Hak Erfpracht yang Altijddurend
Hak erfpracht yang diberikan sebagai pengganti hak usaha di atas
bekas tanah partikelir. Hak ini dapat dikonversi menjadi hak mlik, hak
guna usaha atau hak guna bangunan.
2) Hak Agrarische Eigendom
Hak buatan semasa pemerintahan Belanda yang memberika kaum
bumiputera suatu hak baru yang kuat atas sebidang tanah. Dapat
dikonversi menjadi hak milik, hak guna usaha, atau hak guna
bangunan.
3) Hak Gogolan’
Hak seorang kuli atas komunal desa. Dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
- Hak Gogolan yang bersifat tetap, apabila secara terus menerus
mempunyai tanah yang sama dan tanah tersebut dapat diwariskan
kepada ahli warisnya. Dapat dikonversi menjadi hak milik.
- Hak Gogolan yang bersifat tidak tetap, apabila tidak secara terus-
menerus memegang tanah gogolan yang sama dan apabila ia
meninggal dunia, tanah gogolan kembali pada desa. Dapat
dikonversi menjadi hak pakai.

c. Konversi Hak atas Tanah yang Berasal dari Tanah Bekas Swapraja
1) Hak Hanggaduh
Hak untuk memakai tanah kepunyaan raja, misalnya seperti di DI
Yogyakarta. Hak hanggaduh dapat dikonversi menjadi hak pakai.
2) Hak Grant
Hak atas tanah atas pemberian hak raja kepada bangsa asing.
Dibedakan menjadi tiga macam:
- Grant Sultan, adalah hak milik untuk mengusahakan tanah yang
diberikan oleh sultan kepada para kaula swapraja. Dapat dikonversi
menjadi hak milik, hak guna usaha atau hak guna bangunan.
- Grant Controleur, diberikan oleh sultan kepada kaula swapraja.
Hak ini dikonversi menjadi hak pakai.
- Grant Deli Maatschappy, diberikan oleh sultan kepada deli yang
berwenang untuk memberikan bagian-bagian tanah kepada pihak
lain. Dapat dikonversi menjadi hak pakai.
3) Hak Konsesi dan Sewa untuk Perusahaan Kebun Besar
Hak untuk mengusahakan tanah swapraja yang diberikan oleh kepala
swapraja. Sedangkan hak sewa untuk perusahaan kebun besar adalah
hak sewa atas tanah negara, termasuk tanah bekas swapraja untuk
dipergunakan sebagai perkebunan yang luasnya 25 Ha atau lebih. Hak
ini dapat dikonversi menjadi hak guna usaha.

Anda mungkin juga menyukai