Anda di halaman 1dari 33

KONVERSI HAK

ATAS TANAH
Kelompok 5
1. Anisa Bulqis Zahra
2. Ihsan Riznawara
3. Geraldine Patricia
4. Moses Ngaro Hirohito
5. Pinehas Shallomta Barus
01.
PENGERTIAN HAK
ATAS TANAH
Hak atas tanah adalah suatu hak untuk
menguasai tanah oleh negara yang
diberikan kepada seseorang, sekelompok
orang, maupun kepada badan hukum baik
warga negara Indonesia (WNI) maupun
warga negara asing (WNA).
02.
MACAM-MACAM HAK
ATAS TANAH
Hak Primer
1.Hak milik
2.Hak Guna Usaha (HGU)
3.Hak Guna Bangunan (HGB)
4.Hak pakai
5.Hak sewa untuk bangunan
Hak Sekunder

1.Hak gadai
2.Hak usaha bagi hasil
3.Hak menumpang
4.Hak sewa pertanian
03.
PENGERTIAN
KONVERSI
Menurut A.P Parlindungan,
konversi hak-hak atas tanah adalah
bagaimana pengaturan dari hak-hak
atas tanah yang ada sebelum
berlakunya UUPA untuk masuk
dalam sistem UUPA.
Dua Kelompok Hak Atas Tanah Sebelum
Berlakunya UUPA:

1. Hak-hak atas tanah yang tunduk kepada


Hukum Barat (Hak-hak Barat)
2. Hak-hak atas tanah yang tunduk kepada
Hukum Adat (Hak-hak Adat)
Hak-hak Barat
Hak Eigendom

Merupakan hak untuk membuat suatu


barang secara leluasa dan untuk berbuat
terhadap barang itu secara bebas sepenuhnya,
selama tidak bertentangan dengan undang-
undang atau peraturan umum yang ditetapkan
oleh kuasa yang berwenang dan tidak
mengganggu hak-hak orang lain. Hak ini dapat
dikonversi menjadi hak milik.
Hak Opstal

Hak kebendaan untuk


memiliki bangunan dan
tanaman-tanaman di atas
sebidang tanah orang lain.
Dapat dikonversi menjadi hak
guna bangunan (HGB).
Hak Erfpacht

Hak untuk memetik kenikmatan seluas-luasnya


dari tanah milik orang lain dan mengusahakannya
untuk waktu yang sangat lama. Tigas jenis hak
erfpacht:
• Untuk perusahaan kebun besar, dikonversi
menjadi HGU
• Untuk perumahan, dikoversi menjadi HGB
• Untuk pertanian kecil.
Hak Gebruik (recht van
gebruik)

Hak kebendaan atas benda orang lain


bagi seseorang tertentu untuk mengambil
benda sendiri dan memakai apabila ada
hasilnya, sekedar buat keperluannya
sendiri beserta keluarganya. Hak ini
dikonversi menjadi hak pakai.
Hak Bruikleen

Suatu perjanjian dimana pihak yang satu


menyerahkan benda dengan cuma-cuma
kepada pihak lain untuk dipakainya dengan
disertai kewajiban untuk mengembalikan
benda tersebut pada waktu yang ditentukan.
Hak ini dikonversikan enjadi hak pakai
Hak-hak Adat
Hak Gogolan

Hak seorang gogol (kuli) atas komunal desa. Hak gogolan juga
sering disebut hak sanggao atau hak pekulen. Dua jenis hak gogol,
yaitu:
• Bersifat tetap, apabila si gogol secara terus-menerus mempunyai
tanah yang sama dan dapat diwariskan kepada ahli warisnya. Hak
ini dapat dikonversi menjadi hak milik.
• Tidak tetap, apabila tanah tersebut tidak dimiliki secara terus-
menerus dan tidak dapat diwariskan. Dapat dikonversi menjadi hak
pakai.
Hak Erfpacht yang
Altiddurend

Hak Erfpacth yang khusus


diberikan kepada orang-orang
golongan Timur Asing sebagai ganti
Hak Usaha di atas bekas tanah
Partikelir dengan syarat tertentu.
Dapar dikonversi menjadi hak milik,
HGU, atau HGB.
Hak Agrarische
Eigendom

Hak buatan semasa Pemerintahan


Hindia Belanda yang diberikan kepada
pribumi sebagai suatu hak baru yang
kuat atas sebidang tanah. Dapat
dikonversi menjadi hak milik, HGU, atau
HGB sesuai dengan subyek hak dan
peruntukannya.
Hak Grant

Hak atas tanah atas pemberian hak raja kepada bangsa asing.
Tiga macam hak grant, yaitu:
• Grant Sutan, hak milik untuk mengusahakan tanh yang
diberikan oleh sultan kepada para kaula swapraja. Dapat
dikonversi menjadi hak milik, HGU, atau HGB.
• Grant controleur, diberikan oleh Sultan kepada bukan kaula
swapraja. Dikonversi menjadi hak pakai.
• Grant deli maatschappy, diberikan Sultan kepada deli
maatschappy yang berwenang memberikan bagian tanah
kepada pihak lain. Menurut Boedi Harsono dapat dikonversi
menjadi hak pakai.
Hak Hanggaduh

Hak untuk memakai tanah


kepunyaan raja. Di Daerah Istimewa
Yogyakarta, semua tanah adalah
kepunyaan raja. sedangkan rakyat
hanya menggaduh saja. Hak ini dapat
dikonversi menjadi hak pakai.
Jenis-jenis Konversi Berdasarkan UUPA

1. Konversi hak atas tanah, berasal dari tanah


hak barat
2. Konversi hak atas tanah, berasal dari hak
Indonesia
3. Konversi hak atas tanah, berasal dari tanah
bekas Swapraja
04.
CARA TERJADINYA
KONVERSI
Karena Hukum (Van
Rechtswage)

Konversi hak tanah yang disebabkan oleh


hukum dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
1.Dengan sendirinya
2.Dengan syarat-syarat tertentu
Konversi Karena Hukum dengan
Sendirinya
Berarti perubahan atas hak tanah dari hak lama
menjadi hak baru tanpa diperlukan adanya ketetapan dari
instansi yang berwewenang untuk itu, misalnya hak
erfpacht untuk perusahaan perkebunan besar dikonversi
menjadi hak guna usaha sejak berlakunya UUPA, tanggal
24 September 1960 dengan jangka waktu selama sisa hak
erfpacht tersebut tetapi paling lama 20 tahun.
Konversi Karena Hukum dengan
Syarat Tertentu

Merupakan perubahan hak atas tanah dari hak lama


menjadi hak baru dengan adanya suatu ketetapan
deklaratoir, yaitu suatu ketetapan dari instansi yang
berwenang yang memberikan hak yang sudah ada kepada
pemegang haknya, misalnya, hak eigendom itu tidak selalu
dikonversi menjadi hak milik secara otomatis, akan tetapi
hak eigendom tersebut bisa dikonversi ke dalam hak milik
apabila dipenuhi syaratnya, yaitu pemegang haknya harus
WNI tunggal.
Bukan Karena
Hukum

Merupakan konversi yang hanya


bisa terjadi karena ketetapan
konstitutif, yaitu suatu keputusan dari
instansi yang berwenang untuk itu
yang memberikan hak dan kewajiban
baru kepada pemegang haknya
05.
KETENTUAN
KONVERSI HAK ATAS
TANAH
1. Konversi terhadap tanah yang berasal dari tanah hak barat diatur
dalam UUPA:
• Pasal 1
• Pasal 3
• Pasal 5
• Pasal 8
1. Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomoer 2 Tahun 1962
tentang Penegarasan dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia
Atas Tanah
2. Pasal 1 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang
Pelaksanaan Komversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan
Kebijakan Selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasanah, Ulfia. “Status Kepemilikan Tanah Hasil Konversi
Hak Barat Berdasarkan UU NO. 5 Tahun 1960.” Jurnal
Ilmu Hukum Riau 2, no. 01 (2012).
Muwahid. Pokok-Pokok Hukum Agraria Indonesia.
Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2016.
Ramadhani, Rahmat. Hukum Agraria (Suatu Pengantar).
Medan: UMSU Press, 2018.

Anda mungkin juga menyukai