Anda di halaman 1dari 3

Hubungan antara Hak 

Eigendom, Hak Erfpacht, Hak Opstal, dan Hak Gebruikadalah


keempatnya merupakan sama-sama jenis Hak atas Tanah Barat.
 
Hak Eigendom merupakan hak milik dalam pengaturan tanah barat, Hak Erfpachtmerupakan hak
guna usaha atau hak kebendaan untuk menikmati kegunaan tanah kepunyaan pihak lain.
Pemegang hak erfpacht boleh menggunakan kewenangan yang terkandung dalam hak eigendom
atas tanah.
 
Sedangkan Hak Opstal merupkan hak numpang karang, yaitu hak kebendaan untuk mempunyai
gedung bangunan atau tanaman di atas tanah orang lain. danHak Gebruik merupakan salah satu
jenis dari Hak Eigendom.
 
Tetapi, perlu diketahui bahwa sejak berlakunya UUPA, maka pengaturan mengenai Hak atas
Tanah Barat yang diatur dalam Buku II KUH Perdata telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.
 
Setelah berlakunya UUPA, hak-hak barat tersebut dikonversi dan dijadikan hak guna-usaha dan
hak guna-bangunan, hanya berlaku untuk sementara selama sisa waktu hak-hak tersebut, dengan
jangka waktu paling lama 20 tahun.

Macam-macam tanah-tanah Hak Barat adalah:


 
1.    Hak Eigendom (eigendomrecht)
a.    Hak Hypotheek
b.    Hak Servituut
c.    Hak Vruchtgebruik
d.    Hak Gebruik
e.    Hak Grant Controleur
f.     Hak Bruikleen
g.    Acte van Eigendom
2.    Hak Erfpacht (erfpachtrecht)
3.    Hak Postal (opstalrechts)
 
Sementara, Boedi Harsono dalam bukunya Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya (hal. 59) menjelaskan bahwa Hukum
Tanah Barat bersumber pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”).
 
Berdasarkan penelusuran kami, Hak Eigendom, Hak Erfpacht, Hak Opstal dan
HakGebruik merupakan jenis Hak atas Tanah Barat yang dikenal pada zaman kolonial Belanda
yang pengaturannya dapat dijumpai pada Buku ke-II KUH Perdata.[1]
 
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (“UUPA”), maka UUPA telah mencabut aturan agraria yang berhubungan
dengan tanah pada zaman kolonial:
 
1.    "Agrarische Wet" (Staatsblad 1870 No.55), sebagai yang termuat dalam pasal 51 "Wet op de
Staatsinrichting van Nederlands Indie" (Staatsblad 1925 No.447) dan ketentuan dalam ayat-
ayat lainnya dari pasal itu;

2. a. "Domienverklaring" tersebut dalam pasal 1 "Agrarisch Besluit " (Staatsblad 1870 No.118);
b. "Algemene Domienverklaring" tersebut dalam Staatsblad 1875 No.119A;
c. "Domienverklaring untuk Sumatera" tersebut dalam pasal 1 dariStaatsblad 1874 No.94f;
d. "Domeinverklaring untuk keresidenan Menado" tersebut dalam pasal 1 dari Staatsblad
1877 No.55;
e. "Domienverklaring untuk residentie Zuider en Oosterafdeling van Borneo" tersebut dalam
pasal 1 dari Staatsblad 1888 No.58.
3. Koninklijk Besluit tanggal 16 April 1872 No.29 (Staatsblad 1872 No.117) dan peraturan
pelaksanaannya;
4. Buku ke-II KUH Perdata Indonesia sepanjang yang mengenai bumi, air serta kekayaan alam
yang terkandung didalamnya, kecuali ketentuan-ketentuan mengenai hypotheek yang masih
berlaku pada mulai berlakunya Undang-undang ini.

Hak Eigendom, Hak Erfpacht, Hak Opstal, dan Hak Gebruik

Hak Eigendom (Hak Milik)

Pengaturan mengenai Hak Eigendom terdapat pada Pasal 570 KUH Perdata yang berbunyi:

Hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara lebih leluasa dan untuk berbuat
terhadap barang itu secara bebas sepenuhnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang
atau peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak mengganggu
hak-hak orang lain; kesemuanya itu tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak demi
kepentingan umum dan penggantian kerugian yang pantas, berdasarkan ketentuanketentuan
perundang-undangan.

Hak Eigendom sebagai hak individu tertinggi, sekaligus juga merupakan hak penguasaan atas
tanah yang tertinggi dalam Hukum Tanah Barat.[2]

Jadi Hak Eigendom itu merupakan salah satu jenis Hak atas Tanah Barat yang dikenal sebagai
hak milik.

Hak Erfpacht

Menurut Pasal 720 dan Pasal 721 KUHPerdata, Hak Erfpacht merupakan hak kebendaan yang
memberikan kewenangan yang paling luas kepada pemegang haknya untuk menikmati
sepenuhnya akan kegunaan tanah kepunyaan pihak lain.[3] Pemegang Hak Erfpacht boleh
menggunakan kewenangan yang terkandung dalam Hak Eigendom atas tanah.[4]

Pasal 720 KUH Perdata berbunyi:

Hak guna usaha adalah hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya barang tak bergerak milik
orang lain, dengan kewajiban membayar upeti tahunan kepada pemilik tanah, sebagai pengakuan
tentang pemilikannya, baik berupa uang maupun berupa hasil atau pendapatan. Alas hak lahirnya
hak guna usaha harus diumumkan dengan cara seperti yang ditentukan dalam Pasal 620.

Jadi Hak Erfpacht merupakan Hak Guna Usaha atau hak kebendaan untuk menikmati
sepenuhnya tanah kepunyaan pihak lain.

Hak Opstal

Hak Opstal atau dikenal juga dengan sebutan Hak Numpang Karang diatur dalamBab VII Buku
ke-II KUH Perdata, yakni disebut dalam Pasal 711 KUH Perdatayang berbunyi:

Hak numpang karang adalah hak kebendaan untuk mempunyai gedung bangunan atau tanaman
di atas tanah orang lain.

Setiap orang yang mempunyai hak numpang karang atas sebidang pekarangan, boleh
mengalihkannya kepada orang lain atau memberikannya dengan hipotek. Ia juga boleh
membebani pekarangan tadi dengan pengabdian pekarangan tetapi hanya untuk jangka waktu
selama ia boleh menikmati haknya.[5]

Hak Gebruik

Sedangkan Hak Gebruik seperti yang telah kami sebutkan di awal, termasuk jenis Hak Eigendom
(hak milik). Sebagaimana informasi yang kami peroleh dari materi perkuliahan Hukum Agraria
yang disampaikan oleh Prof. Ny. Arie S. Hutagalung, SH, MLI yang kami akses dari laman
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hak Gebruik diatur dalam
Pasal 818 KUH Perdata yang berbunyi:
Hak pakai dan hak mendiami, diperoleh dan berakhir dengan cara yang sama seperti hak pakai
hasil.

Jadi Hak Gebruik merupakan hak pakai, yaitu hak pakai atas sebidang tanah pekarangan, yang
kepada pemakainya hanya boleh mengambil hasil-hasilnya, sebanyak yang diperlukan untuk diri
sendiri dan seisi rumahnya.[6]

Konversi Hak atas Tanah Barat

Hak-hak barat tersebut (Hak Eigendom, Hak Erfpacht, Hak Opstal dan HakGebruik) yang
menurut ketentuan konversi pasal I, II, III, IV dan V dijadikan hak usaha-usaha dan hak guna-
bangunan hanya berlaku untuk sementara selama sisa waktu hak-hak tersebut, dengan jangka
waktu paling lama 20 tahun.[7]

Oleh karena itu, setelah berlakunya UUPA, Hak-Hak atas Tanah Barat tersebut dikonversi dan
dijadikan hak guna-usaha dan hak guna-bangunan, hanya berlaku untuk sementara selama sisa
waktu hak-hak tersebut, dengan jangka waktu paling lama 20 tahun.

Kesimpulan

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Hak Eigendom,
Hak Erfpacht, Hak Opstal, dan Hak Gebruik merupakan sama-sama jenis dari Hak atas Tanah
Barat. Hak Eigendom merupakan hak milik dalam pengaturan tanah barat, Hak Erfpacht
merupakan hak guna usaha atau hak kebendaan untuk menikmati kegunaan tanah kepunyaan
pihak lain, Hak opstalmerupkan hak numpang karang, yaitu hak kebendaan untuk mempunyai
gedung bangunan atau tanaman di atas tanah orang lain, dan Hak Gebruik merupakan hak pakai,
yaitu hak pakai atas sebidang tanah pekarangan, yang kepada pemakainya hanya boleh
mengambil hasil-hasilnya, sebanyak yang diperlukan untuk diri sendiri dan seisi rumahnya.

Tetapi, perlu diketahui bahwa sejak berlakunya UUPA, maka pengaturan mengenai Hak atas
Tanah Barat yang diatur dalam Buku II KUH Perdata dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Setelah berlakunya UUPA, Hak-Hak atas Tanah Barat tersebut dikonversi dan dijadikan hak
guna-usaha dan hak guna-bangunan, hanya berlaku untuk sementara selama sisa waktu hak-hak
tersebut, dengan jangka waktu paling lama 20 tahun.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.


Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Referensi:
1. Boedi Harsono. 1997. Hukum Agararia Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
2. Gunanegara. 2017. Hukum Pidana Agraria: Logika Hukum Pemberian Hak Atas Tanah dan
Ancaman Hukum Pidana. Jakarta: PT. Tatanusa.
3. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia, diakses pada 19 Juli
2017 pukul 11.20 WIB.
_______________________________________
[1] Buku Kedua Bab III, Bab VII, dan Bab VIII KUH Perdata
[2] Boedi Harsono, hal. 59
[3] Boedi Harsono, hal. 37
[4] Boedi Harsono, hal. 37
[5] Pasal 712 KUH Perdata
[6] Pasal 821 KUH Perdata
[7] Pasal 55 ayat (1) UUPA jo, Bagian Kedua UUPA Pasal I, II, III, IV dan V UUPA

Anda mungkin juga menyukai