Anda di halaman 1dari 40

POKOK PEMBAHASAN

PENGELOLAAN PENGUASAAN TANAH

PENGELOLAAN PENGGUNAAN TANAH

KONSOLIDASI LAHAN

LAND POLICY
DASAR HUKUM PERTANAHAN
• UUD 1945
• Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
• Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Dan Hak
Pakai Atas Tanah.
• Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 Tentang Penunjukan Badan- Badan Hukum Yang Dapat
Mempunyai Hak Milik Atas Tanah.
• Keputusan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 1997
Tentang Perubahan Hak Milik Menjadi Hak Guna Bangunan Atau Hak Pakai Hak Guna Bangunan
Menjadi Hak Pakai.
• Keputusan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999
Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah Negara.
• Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
KONSEPSI PENGUASAAN TANAH
Konsepsi Penguasaan Tanah oleh Negara
(Land Tenure)
• Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 mengatakan : bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
• Pengertian dikuasai negara, dijelaskan juga pada pasal 2 UUPA
(UU no 5 tahun 1960) dimana negara mempunyai kewenangan
untuk : – Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
Menentukan dan mengatur hubungan hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
– Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi,
air, dan ruang angkasa.
KONSEPSI PENGUASAAN TANAH
• Atas dasar hak menguasai dari Negara terhadap tanah, maka
dapat ditentukan dan diberikan macam-macam hak atas tanah
• Hak Atas Tanah : hak yang dipunyai oleh seseorang atau badan
hukum yang melekat pada tanah.
• Berdasarkan UUPA pasal 6 bahwa semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial
Pelepasan Hak

Hak Atas Tanah Atas Tanah


TANAH
TANAH
KEPEMILIKAN LAHAN UU NO. 5 TAHUN 1960
(UUPA)
Pasal 21
yang dapat memiliki hak milik atas sebidang tanah adalah warga Negara Indonesia
maupun badan-badan hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan syarat-
syaratnya
Pengaturan mengenai badan-badan hukum tersebut diatur lebih jelas dalam Peraturan
Pemerintah No. 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan- Badan Hukum Yang
Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah (“PP No 38 Tahun 1963”)

BADAN-BADAN HUKUM YANG DIMAKSUD :


1. Bank-bank yang didirikan oleh Negara (“selanjutnya disebut Bank Negara”);
2. Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian yang didirikan berdasar atas Undang-undang No. 79 tahun 1958
atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari batas maksimum sebagai ditetapkan dalam Undang-Undang
No. 56 PRP Tahun1960;
3. Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian atau Agraria, atas tanah yang dipergunakan
untuk keperluan-keperluan yang langsung berhubungan dengan usaha keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri
Pertanian atau Agraria dan setelah mendengar Menteri Agama;
4. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian atau Agraria, atas tanah yang dipergunakan untuk
keperluan-keperluan yang langsung berhubungan dengan usaha sosial dan setelah mendengar Menteri
Kesejahteraan Sosial.
KEPEMILIKAN LAHAN
LAND TANURE
• Tanah merupakan karunia Tuhan yg diberikan kepada :
– Raja
– Marga/Masyarakat, yaitu Hak Ulayat (Kepala Adat yang
merupakan hak perorangan atas tanah
– Barat (Hukum tanah Administratif Hindia Belanda (dibuat th 1870 :
Agrarische Wet)
Hak ulayat :
a. Hak bersama yang dimiliki oleh Marga
b. Dalam penggunaannya ada peranan KepalaAdat
c. Kepala adat membuat peraturan thd hak perorangan atas tanah
d. Hak Ulayat dari tanah adat bisa mjd hak milik jika disetujui oleh
penguasa adat setempat.
Hakekatnya : Tanah dan Hak Ulayat merupakan Tanah Negara Setelah
merdeka tdk disetujui hak atas tanah Barat, yaitu
dilakukan Transformasi Hak Ulayat menjadi “Hak Bangsa” UU PA No. 5
Tahun 1960 “Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria”
• Hak-Hak atas tanah yang diatur pada UUPA pasal 16 terdiri dari :
– Hak milik
– Hak guna usaha
– Hak guna bangunan
– Hak Pakai
– Hak Sewa
– Hak membuka tanah
– Hak memungut hasil Hutan
– Hak-hak lain yang termasuk dalam hak-hak tersebut diatas
yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak yang
sifatnya sementara (seperti hak pakai)
KETENTUAN DALAM HAK ATAS TANAH
1. Terdapat pengaturan luas maksimum dan/atau minimum tanah
yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak
2. Penetapan batas maksimum ini dilakukan dengan peraturan
perundangan di dalam waktu yang singkat.
3. Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum ini
diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk
selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan
menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.
4. Tercapainya batas minimum akan ditetapkan dengan peraturan
perundangan, dilaksanakan secara berangsur-angsur.
HAK MILIK
– Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
orang atas tanah, tetapi tidak berarti bahwa hak milik tersebut merupakan hak
yang mutlak, tidak terbatas, dan tidak dapat diganggu gugat
– Hak milik terjadi karena ketentuan undang-undang atau berdasarkan peraturan
pemerintah.
– Yang dapat mempunyai hak milik adalah :
• Warga negara Indonesia
• Badan hukum yang telah ditunjuk oleh pemerintah dan dipergunakan langsung
dalam bidang sosial atau keagamaan

– Jangka waktu hak milik atas tanah adalah tidak terbatas


HAK MILIK
– Sifat-sifat hak milik :
• Terkuat
• Turun-temurun dan dapat dialihkan kepada pihak lain
• Dapat dijaminkan hutang piutang dengan dibebani hak tanggungan
(Hipotik atau Credeiet Verband)
• Dapat dilepaskan oleh pemilik hak dan dapat diwakafkan
• Harus didaftarkan sebagai dasar pembuktian
• Hak ini bisa diberikan kpd perusahaa, kecuali badan- badan atau
lembaga-lembaga sosial/koperasi & Bank Negara
• Tanah dengan status hak milik tdk boleh untuk pertambangan
– Hapusnya hak milik :
• Karena pencabutan hak
• Karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya
• Karena ditelantarkan
HAK GUNA USAHA
– HGU : hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
dalam jangka waktu tertentu, misalnya digunakan untuk perusahaan
pertanian/perkebunan, perikanan dan peternakan.
– Yang dapat mempunyai HGU adalah WNI dan Badan Hukum yang didirikan
menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
– tidak diperbolehkan untuk WNA kecuali sesuai dengan persyaratan-
persyaratan investasi
– Jangka waktu HGU 25 – 35 tahun dengan perpanjangan selama 25 tahun (luasnya
tak terbatas)
– Sifat HGU : dapat beralih dan dialihkan, dapat diagunkan, terdaftar.
– Hapusnya HGU : Jangka waktu berakhir, dihentikan oleh suatu syarat,
dilepaskan oleh pemegang hak, dan diperlukan oleh negara.
HAK GUNA BANGUNAN
– HGB : hak untuk mendirikan bangunan diatas tanah yang bukan
miliknya dengan jangka waktu tertentu.
– Yang dapat mempunyai HGB adalah WNI dan Badan Hukum yang didirikan
menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
– Jangka waktu HGB 25 – 30 tahun. Bisa diperpanjang s/d 20 tahun
(luasnya tdk terbatas).
– Sifat HGB : dapat beralih dan dialihkan, dapat diagunkan, terdaftar.
– Terutama untuk kegiatan konstruksi, boleh memiliki bangunannya (untuk
WNI), WNA tidak diperbolehkan kecuali menggunakan syarat PMA
– Hapusnya HGB : Jangka waktu berakhir, dihentikan oleh suatu syarat,
dilepaskan oleh pemegang hak, dan diperlukan oleh negara, ditelantarkan.
HAK-HAK LAIN
4. Hak Pakai
• Hak untuk menggunakan hanya untuk 10 tahun
Boleh untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan produksi,
boleh diberikan kepada WNA. Harus diregistrasi, terutama yang
berasal dari tanah negara
5. Hak Sewa
• Dilakukan berdasarkan perjanjian (termasuk jenis penggunannya).
Perusahaan dalam negeri dan asing diperbolehkan, tidak
diregistrasi, tidak bisa dijaminkan, tidak bisa dipindahkan.
6. Hak Gadai
• Mirip dengan hak sewa, melalui perjanjian, tidak diberikan kepada
WNA, tidak dilakukan pendaftaran
HAK PENGELOLAAN
– HAK PENGELOLAAN : hak untuk menguasai atas tanah yang langsung dikuasai
oleh negara, dimana negara memberikan wewenang kepada pemegang haknya
untuk :
• Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan
• Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya
• Menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ke tiga menurut
persyaratan yang ditunjukkan oleh perusahaan pemegang hak tersebut.

– Hak Pengelolaan diberikan kepada Departemen/Instansi Pemerintah dan Badan


Hukum yang seluruh modalnya dimiliki pemerintah dan atau Pemerintah Daerah.
– Jangka waktu diberikan selama tanah tersebut dipergunakan oleh
pemegang haknya.
– Hapusnya Hak Pengelolaan adalah oleh pemegang hak, pembatalan dan
pencabutan.
KEPEMILIKAN LAHAN
Hak Atas Tanah 1. Hak 2. Hak 3. Hak 4. Hak 5. Hak 6. Hak 7. Hak 8. Hak 9. Hak
Mili Guna Guna pa- Se- Ga- Usa- Menum- Penge
Subyek k Usa- Bgn kai wa dai ha pang lo-
ha Bagi laan
Hak Atas Tanah Hasil
1. Lembaga/Instansi
Pemerintah
2. BUMN/BUMD
3. NGO (Koperasi)
4. Bank Pemerintah
5. BUSN (Swasta)
6. Perush. Modal
Asing
7. Badan Perwakilan
Asing
8. Badan Hukum
Asing
9. WNA
10. WNI
MANFAAT PENGATURAN KEPEMILIKAN DAN
PENGUASAAN TANAH
INDIVID • Menghindari konflik fisik
U DAN • Memberikan kepastian hukum tentang kepemilikan dan penguasaan hak atas tanah
MASYA
• Dengan adanya sertipikat yang dimiliki dapat dipakai jaminan di Bank
RAKAT
• Menjadi bukti otentik untuk warisan
• Sebagai bukti otentik dalam suatu sengketa
• Jaminan untuk jual beli
• Menghindari penyerobotan tanah oleh pihak lain
• Membatasi pemerintah untuk tidak semena-mena mengambil tanah rakyat
• Tercipta ketertiban dan ketenteraman kepada masyarakat, karena tidak terjadi konflik atas tanah
PEMERINT 1) Memudahkan registrasi administrasi pertanahan
AH 2) Memungkinkan pemerintah untuk mengetahui tanah-tanah milik pribadi, swasta dan
pemerintah/Negara
3) Sebagai pembatasan terhadap pemerintah agar tidak sewenang-wenang mengambil tanah
rakyat
4) Memudahkan pemerintah mengetahui jenis-jenis hak milik, hak guna bangunan, hak
pakai, hak sewa dll
5) Memberi peluang kepada pemerintah untuk menyewa tanah kepada pihak asing dan atau
perusahaan dalam negeri
PERALIHAN HAK ATAS TANAH
1. Melalui jual-beli.
2. Tukar-menukar.
3. Hibah.
4. Pemasukan dalam perusahaan.
5. Lelang.
6. Pewarisan.
7. Peleburan atau penggabungan perseroan atau koperasi
8. Dasar Hukum : PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Pengalihan Pemilikan rumah atau tanah oleh orang asing atau badan
usaha asing
• Pengalihan dapat dilakukan melaui pembelian atau penjualan hibah, pertukaran,
pewarisan.
• Pengalihan melalui penjualan, pembelian dan hibah hanya dapat dilakukan kepada
warga Negara Indonesia atau Badan Usaha Indonesia.
• Apabila orang asing memiliki rumah yang dibangun diatas tanah hak pakai atas tanah
Negara atau berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah tidak lagi
berkedudukan di Indonesia, maka dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan
atau mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya kepada orang lain yang memenuhi
syarat
JANGKA WAKTU KEPEMILIKAN OLEH
ORANG ASING/BADAN USAHA ASING
Pemilikan rumah atau tempat tinggal oleh orang asing atau badan usaha asing
berdasarkan Draft Peraturan Pemerintah yang baru : revisi Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 41 tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tinggal atau Hak Hunian bagi Orang Asing
yang Berkedudukan di Indonesia
• Dibangun di atas tanah hak pakai yaitu (i), hak pakai atas tanah Negara, atau hak
pakai di atas tanah hak pengelolaa, (ii). Hak pakai di atas tanah hak milik.
• Dibangun diatas tanah Hak sewa yaitu (i). hak sewa di atas tanah hak milik, (ii) tanah
hak sewa di atas tanah hak pengelolaan.

Jangka Waktu Pemilikan rumah atau tempat tinggal oleh orang asing atau badan usaha
asing berdasarkan draft Peraturan Pemerintah yang baru
• Jika dibangun di atas tanah hak pakai : maksimal 25 tahun dan dapat
diperpanjang maksimal 20 tahun lagi, total 45 tahun
• Dibangun diatas tanah hak sewa yaitu (i) hak sewa diatas tanah hak milik maksimal
50 tahun dan dapat diperpanjang maksimal 25 tahun lagi; (ii) hak sewa di atas tanah
hak pengelolaan maksimal 75 tahun dan tidak dapat diperpanjang lagi.
PENGELOLAAN LAHAN
HAK PENGELOLAAN
• Pengelolaan Lahan (Land Management) adalah
upaya penanganan berbagai hal yang berkaitan
dengan :
– Masalah dan potensi pembebasan
– Pengalihan
– Pemanfaatan dan penggunaan
– Pengendalian dan pengawasan pembangunan pertanahan
sesuai dengan kebijaksanaan pertanahan dan rencana TGL
yang telah ditetapkan.
HAK PENGELOLAAN
• Ruang Lingkup Pengelolaan Lahan :
– Sistem Pengelolaan Lahan :
1. Instrumental : 2. Teknis :
a. Kelembagaan a. Teknik Pengem Lhn
b. Aspek Hukum b. Pembebasan Lhn
c. Policy c. Pematangan Llhn
d. Peraturan d. Pembangunan Lhn
e. Sistem Pemilikan e. Pengawasan dan
f. Rencana TGL Pengendalian Pemb
g. Prosedur Lahan
HAK PENGELOLAAN
• Proses yang diatur & dikelola dlm Manajemen
Lahan meliputi proses sbb :
1. Proses Penyesuaian dan Pencegahan
Proses ini diterapkan pada lahan perkotaan yang
pemanfaatan ruangnya sudah ADA/TERJADI,
- Tidak perlu penyesuaian thd Tata Ruang yg
direncanakan atau
- Melakukan tindakan-tindakan pengendalian yg bersifat
pencegahan thd kemungkinan terjadinya
pengrusakan/pencemaran lingkungan
a. Status Penguasaan & Pemilikan Hak
b. Penggunaan & Pemanfaatan
c. Gangguan/Kerusakan
d. Police Power : Kewenangan Pemerintah utk mengatur,
mengawasi dan mengendalikan (Ps 2 UU PA)
HAK PENGELOLAAN
2. Proses Pengalihan,
Pembebasan/Pencabutan
Proses ini diterapkan pada lahan perkotaan yang
pemanfaatan ruangnya TIDAK SESUAI dgn
penataan ruang, sehingga perlu,
- Pengalihan Hak, pembebasan
- Tidak perlu dipindahkan Masy
(Konsolidasi Tanah)
a. Pengalihan hak, jual beli
b.Eminent Domain : Tindakan mengambil alih/pencabutan hak
atas tanah (UU PA Ps 18 dan
Keppres 55/1985 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaks
Pemb utk Kepentingan Umum)
HAK PENGELOLAAN
3. Proses Perubahan dan Pengadaan
proses ini diterapkan utk mencari lahan yg sesuai dgn
kebutuhan lahan utk menerapkan kegiatan
pembangunan perkotaan yang sama sekali
baru/belum pernah ada sebelumnya,
Proses rumit krn didalamnya tjd proses 1&2
a. Konsolidasi Lahan
b. Bank Lahan
c. Pengenaan insentif dan disinsentif
d. Kelestarian Lingkungan
HAK PENGELOLAAN
4. Azas Saling Ketergantungan
Memperhatikan keterkaitan &
Ketergantungan dengan pihak-pihak lain,
a. Kerjasama berbagai pelaku & kepentingan
(participatory Approach)
b. Keterpaduan rencana & program
c. Kesesuaian dgn keadaan
sekitarnya/lingkugan
HAK PENGELOLAAN
Unsur-unsur Pengelolaan Lahan
Unsur-unsur yg menjadi pertimbangan dasar dalam sistem
pengelolaan lahan adalah :
1. Undang-undang Pertanahan/UUPA
2. Kebijaksanaan Pertanahan/Land Policy
3. Rencana TGL/Land Use Plan
4. Sistem Perpajakan Lahan/PBB
5. Ideologi Pembangunan & Perekonomian
6. Pola Pemilikan Lahan
7. Politik Pertanahan yang dianut
HAK PENGELOLAAN
Lembaga Pengelola Lahan
Pengelolaan lahan dapat dilakukan oleh :
1. Lembaga Pemerintah (Nasional, Daerah)
2. Lembaga Swasta
3. Badan Usaha Milik Pemerintah
4. Lembaga Semi Pemerintah
5. Badan Koperasi
6. Lembaga Swadaya Masyarakat
7. Kelompok Masyarakat Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
HAK PENGELOLAAN
Masalah Lahan Perkotaan
Bagaimana Menyediakan lahan untuk dimanfaatkan bagi
pemb kota pada waktu, lokasi dan harga yang tetap.
2 6a 6b
Investasi PEMERINTAH
Sarana
4 7
1 Prasarana PENYEDIAAN
Supply LAHAN SULIT 5c
Terbatas
6
3 5b
& Langka SWASTA/ KOMODITI
DEVELOPER MENGUNTUNGKAN
5
1 Harga & Nilai
Tanah/Lahan 4b
Semakin Tinggi) SPEKULASI MASYARAKAT
4 4c PEMILIK LAHAN
4a
2
Masy Pemakai 4d
3 Tanah yg sangat
Kebutuhan membutuhkan PENYEDIAAN LAHAN
Meningkat MAKIN SULIT

2a ‘Urbanisasi’ 2b
‘Alamiah’
KONSOLIDASI LAHAN
DASAR HUKUM KONSOLIDASI LAHAN
• Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.4 Tahun 1991
Pasal 1
Konsolidasi Lahan adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai
penataan atau penataan kembali penguasaan tanah dan
penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan, (antara lain untuk pembangunan
prasarana dan sarana) untuk meningkatkan kualitas lingkungan
pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi
aktif masyarakat.
Direktorat Agraria Indonesia (1985: 1 dalam Krismasari, 1988: 23)
Konsolidasi Lahan adalah suatu model pembangunan yang
•mengatur semua bentuk tanah yang semula terpecah-pecah dengan
bentuk yang tidak teratur menjadi tanah-tanah yang bentuk dan tata
letaknya teratur, melalui cara pergeseran, penataan, penukaran,
penggabungan, pemecahan, penghapusan dan pengubahan letak
persil tanah yang disempurnakan dengan adanya pembangunan
fasilitas umum seperti jalan, jalur hijau dan sebagainya, sehingga
menghasilkan pemanfaatan tanah yang lebih baik (ekonomis) dan
memenuhi berbagai persyaratan.
DASAR HUKUM KONSOLIDASI LAHAN
• Dasar hukum pelaksanaan Konsolidasi Lahan di Indonesia
adalah: (Konsolidasi Tanah Sebagai Model Dalam Pembangunan
Lingkungan, Kanwil BPN Jawa Timur, 2002: 4)
– Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
– Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan
Permukiman
– Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
– Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 Tentang Tarif atas jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan
Pertanahan Nasional.
– Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1987 Tentang
Penyediaan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas
Sosial Perumahan Kepada Pemda
– Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991
Tentang Konsolidasi Lahan
– Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 3 Tahun 1999
Tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Dan Pembatalan
Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah
• Badan Pelaksana Konsolidasi Lahan
– Pemerintahan Setempat
– Asosiasi Pemilik Lahan dan Pemegang sewa
– Perusahaan Negara
– Sektor swasta
• Sistem Pendanaan Biaya Pelaksanaan
– Sistem pinjaman (sistem jaminan hutang) dengan
menggunakan persil pengganti biaya pembangunan
sebagai jaminan atau agunan.
– Pasokan dana sementara pada waktu permulaan
proyek dan sistem pinjaman, menggunakan dana
pemerintah
• Sesuai ketentuan dalam Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun
1991, Konsolidasi Tanah diselenggarakan oleh
Badan Pertanahan Nasional dalam arti:
– Kepala Badan Pertanahan Kabupaten/Kota
melakukan dan bertanggung jawab atas penataan
kembali penguasaan dan penggunaan tanah obyek
Konsolidasi Tanah.
– Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Propinsi mengendalikan pelaksanaan Konsolidasi
Tanah.
– Kepala Badan Pertanahan Nasional melakukan
pembinaan pelaksanaan Konsolidasi Tanah.
LAND POLICY
KEBIJAKAN LAHAN PERKOTAAN DAN
PEMBANGUNAN KOTA
RENCANA PEMBANGUNAN KOTA (spatial & a spatial)
Merupakan ‘alat’ untuk mengarahkan pengembangan kota secara
efisien dan efektif yang sekaligus akan menjadi arahan didalam
pemanfaatan dan penggunaan lahan sebagai salah 1 bentuk
pengejawantahan penataan ruang kota

KEBIJAKAN LAHAN PERKOTAAN:


Merupakan mekanisme normatif yang melandasi pelaksanaan
rencana pembangunan kota/spatial, khususnya dari segi yang
menyangkut pemanfaatan dan penggunaan lahan serta
pengendaliannya.
DEFINISI, TUJUAN KEBIJAKAN LAHAN
PERKOTAAN (LAND POLICY)
Kebijakan Lahan Perkotaan (Urban Land Policy)
Suatu rangkaian tindakan yang secara sistematis dan terorganisasi dimaksudkan
untuk menyediakan lahan pada waktu yang tepat untuk pemanfaatan, penggunaan tujuan tertentu
yang sesuai dengan kepentingan masyarakat.
TUJUAN: Part 2 Ch.9 Urban Land Policy
1. Mengusahakan pemanfaatan dan 1. To Achieve optimum social use of
penggunaan lahan yang optimal ditinjau dari urban land
segi sosial dan ekonomi untuk membangun
lingkungan secara fisik demi kepentingan
masyarakat.

2. Mengurangi masalah dan keadaan yang 2. To make land available in adequate


dapat menyebabkan kekurangan lahan di quantity, at right time and for reasonable
kota, terutama lahan matang yang lengkap prices to both public authorities and
untuk mempermudah pelaksanaan program individuals;
pengadaan perumahan dan permukiman
serta unsur-unsur pekerjaan umum lainnya.
KEBIJAKAN LAHAN PERKOTAAN DAN
PEMBANGUNAN KOTA
TUJUAN: Part 2 Ch.9 Urban Land Policy
3. Mencegah kenaikan harga lahan
yang tidak wajar dan tidak terkendali
serta mendorong tumbuhnya
spekulasi lahan.

4. Memanfaatkan surplus keuntungan To encourage cooperative community effort

kegiatan masyarakat untuk of land development, housing and


kepentingan umum construction;

5. Menciptakan kondisi yang To prevent concentration of land ownership


memungkinkan penduduk golongan in a few private hands and especially to
berpendapatan rendah dapat turut safeguard the interests of the poor and
menikmati perumahan dan under - privileged sections of the urban
permukiman yang sehat secara adil. society.
KEBIJAKAN LAHAN PERKOTAAN DAN
RENCANA PEMBANGUNAN KOTA
1. Persediaan Lahan 2. Mobilisasi Sumber daya 3. Intervensi
pengembangan Lahan Penataan Lahan
>,=,
Kota
≠,< Mavia tanah,
Sektor: jln, PLN, developer, msy,
Tlp,… perorg,
berkelompok.
“ PARSIAL”

Kebijakan Lahan Kota

4. Pemerataan Investasi 5. Penarikan kembali


“Lokasi”: sebagian nilai perbaikan
Berhak
- dipusat ~ RTRW lahan sebagai akibat
INVESTASI “tax”
- dipinggir
… PEMERINTAH KOTA
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai