Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

MATA KULIAH HUKUM LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

NAMA : RESKY PERMANDA, HS

NIM : 051110844

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM S1


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)

UNIVERSITAS TERBUKA

2023
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memberikan sanksi administratif
berupa paksaan pemerintah kepada Pertamina Refinery Unit V di Balikpapan,
Kalimantan Timur, pada 30 April 2018. Kalangan organisasi masyarakat sipil meminta
KLHK maupun Pertamina, transparan dalam pelaksanaan dan pengawasan sanksi itu.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Mongabay, ada tujuh sanksi kepada


Pertamina. Pertama, pemulihan lingkungan terdampak tumpahan minyak. Ada 12
lokasi tersebar di pantai, kawasan mangrove dan lain-lain. Sanksi ini perlu
dilaksanakan pemulihan selama 180 hari.

Kedua, perubahan izin lingkungan agar dampak operasional single point monitoring itu
terhadap alur pelayaran umum masuk dalam dampak penting hipotetik pada kajian
analisa mengenai dampak lingkungan (180 hari). Ketiga, dampak lalu lintas kapal pada
keamanan penyaluran pipa bawah laut (180 hari).

Keempat, audit lingkungan terhadap seluruh operasional kegiatan dengan memasukkan


risiko terhadap seluruh pipa kilang dan proses produksi (180 hari). Kelima, membuat
sistem penanganan dini tumpahan minyak, dengan membuat SOP (30 hari) dan
membuat sistem pemantauan otomatis pengiriman minyak mentah dari terminal Lawe-
Lawe menuju Pertamina Balikpapan (90 hari).

Keenam, inspeksi pipa secara berkala setahun sekali (30 hari). Ketujuh, tata kerja
penggunaan alat pengoperasian pompa (transfer crude oil) dalam keadaan darurat (30
hari).

Sumber: https://www.mongabay.co.id/2018/05/23/kasus-tumpahan-minyak-icel-
sanksi-administratif-pertamina-harus-transparan/

Berdasarkan kasus di atas

1. Jelaskan bentuk-bentuk sanksi paksaan pemerintah!


2. Apakah paksaan pemerintah dapat diberikan tanpa didahului dengan sanksi
teguran? Jelaskan bilamana hal tersebut terjadi?
1. Jelaskan bentuk-bentuk sanksi paksaan pemerintah!

Dalam kasus di atas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan


sanksi administratif berupa paksaan pemerintah kepada Pertamina Refinery Unit V di
Balikpapan, Kalimantan Timur. Berikut adalah bentuk-bentuk sanksi paksaan
pemerintah yang diberikan:

1. Pemulihan Lingkungan Terdampak: Pertamina diwajibkan untuk melakukan


pemulihan lingkungan di 12 lokasi yang terdampak tumpahan minyak. Sanksi
ini perlu dilaksanakan dalam waktu 180 hari.

2. Perubahan Izin Lingkungan: Diperintahkan perubahan izin lingkungan agar


dampak operasional single point monitoring terhadap alur pelayaran umum
masuk dalam dampak penting hipotetik pada kajian analisis mengenai dampak
lingkungan. Waktu yang diberikan untuk pelaksanaan sanksi ini adalah 180
hari.

3. Dampak Lalu Lintas Kapal: Evaluasi dampak lalu lintas kapal terhadap
keamanan penyaluran pipa bawah laut. Sanksi ini juga memiliki jangka waktu
pelaksanaan 180 hari.

4. Audit Lingkungan dan Pengelolaan Risiko: Dilakukan audit lingkungan


terhadap seluruh operasional kegiatan dengan memasukkan risiko terhadap
seluruh pipa kilang dan proses produksi. Sanksi ini memiliki waktu pelaksanaan
180 hari.

5. Sistem Penanganan Dini Tumpahan Minyak: Pembuatan SOP (Standard


Operating Procedure) untuk sistem penanganan dini tumpahan minyak dalam
waktu 30 hari, dan pembuatan sistem pemantauan otomatis pengiriman minyak
mentah dari terminal Lawe-Lawe menuju Pertamina Balikpapan dalam waktu
90 hari.

6. Inspeksi Pipa Secara Berkala: Dilakukan inspeksi pipa secara berkala setahun
sekali dalam waktu 30 hari.

7. Tata Kerja Penggunaan Alat Operasional dalam Keadaan Darurat: Pembuatan


tata kerja penggunaan alat pengoperasian pompa (transfer crude oil) dalam
keadaan darurat dalam waktu 30 hari.
2. Apakah paksaan pemerintah dapat diberikan tanpa didahului dengan sanksi
teguran? Jelaskan bilamana hal tersebut terjadi?

Dalam beberapa kasus, paksaan pemerintah dapat diberikan tanpa didahului oleh sanksi
teguran. Hal ini terjadi ketika pelanggaran yang dilakukan sangat serius dan mendesak,
sehingga membutuhkan tindakan segera untuk mencegah dampak lebih lanjut.
Beberapa situasi di mana paksaan pemerintah diberikan tanpa sanksi teguran
melibatkan:

1. Keadaan Darurat atau Ancaman Serius: Jika pelanggaran tersebut


mengakibatkan keadaan darurat atau ada ancaman serius terhadap lingkungan,
keamanan masyarakat, atau kepentingan umum lainnya, pemerintah dapat
langsung memberikan paksaan tanpa perlu memberikan teguran terlebih
dahulu.

2. Risiko Kesehatan Masyarakat: Jika pelanggaran tersebut membawa risiko


kesehatan masyarakat yang signifikan atau menimbulkan ancaman langsung
terhadap kehidupan manusia, pemerintah dapat segera memberlakukan
tindakan paksaan.

3. Pelanggaran Berulang atau Kasus Berat: Jika pelanggaran yang dilakukan oleh
pihak yang bersangkutan sudah merupakan pelanggaran berulang atau
merupakan kasus pelanggaran berat yang dapat menyebabkan kerugian besar,
pemerintah dapat langsung memberikan sanksi paksaan.

Jadi menurut pandangan saya dalam kasus tumpahan minyak yang dijelaskan, tindakan
paksaan pemerintah yang diberikan kepada Pertamina Refinery Unit V di Balikpapan,
Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa pelanggaran tersebut dianggap sangat serius
dan memerlukan tindakan segera untuk mengatasi dampaknya. Oleh karena itu,
pemerintah memberikan sanksi paksaan tanpa perlu memberikan sanksi teguran
terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Hukum Lingkungan HKUM4210

Anda mungkin juga menyukai