Anda di halaman 1dari 2

Nama : HAIKAL FACHRIZI

NIM : 049344445
MATKUL : HUKUM LINGKUNGAN (HKUM4210)
DOSEN : Wiwik Harjanti, S.H., LL.M.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memberikan sanksi


administratif berupa paksaan pemerintah kepada Pertamina Refinery Unit V di Balikpapan,
Kalimantan Timur, pada 30 April 2018. Kalangan organisasi masyarakat sipil meminta
KLHK maupun Pertamina, transparan dalam pelaksanaan dan pengawasan sanksi
itu.Berdasarkan informasi yang diperoleh Mongabay, ada tujuh sanksi kepada Pertamina.
 Pertama, pemulihan lingkungan terdampak tumpahan minyak. Ada 12 lokasi tersebar di
pantai, kawasan mangrove dan lain-lain. Sanksi ini perlu dilaksanakan pemulihan
selama 180 hari.
 Kedua, perubahan izin lingkungan agar dampak operasional single point monitoring itu
terhadap alur pelayaran umum masuk dalam dampak penting hipotetik pada kajian
analisa mengenai dampak lingkungan (180 hari).
 Ketiga, dampak lalu lintas kapal pada keamanan penyaluran pipa bawah laut (180 hari).
 Keempat, audit lingkungan terhadap seluruh operasional kegiatan dengan memasukkan
risiko terhadap seluruh pipa kilang dan proses produksi (180 hari).
 Kelima, membuat sistem penanganan dini tumpahan minyak, dengan membuat SOP
(30 hari) dan membuat sistem pemantauan otomatis pengiriman minyak mentah dari
terminal Lawe-Lawe menuju Pertamina Balikpapan (90 hari).
 Keenam, inspeksi pipa secara berkala setahun sekali (30 hari). Ketujuh, tata kerja
penggunaan alat pengoperasian pompa (transfer crude oil) dalam keadaan darurat (30
hari).

Berdasarkan kasus di atas


1. Jelaskan bentuk-bentuk sanksi paksaan pemerintah!
2. Apakah paksaan pemerintah dapat diberikan tanpa didahului dengan sanksi teguran?
Jelaskan bilamana hal tersebut terjadi?
JAWABAN :
1. Denda, penahanan,sanksi ekonomi,pencabutan lisensi atau izin,hukuman pidana
2. Praktik memberikan sanksi teguran sebelum memberlakukan paksaan pemerintah dapat
bervariasi tergantung pada yurisdiksi dan jenis pelanggaran yang dilibatkan. Dalam beberapa
kasus, pemerintah mungkin memberikan peringatan atau teguran terlebih dahulu sebelum
mengambil tindakan paksa. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada pihak yang
melanggar untuk memperbaiki perilakunya tanpa harus menghadapi sanksi lebih lanjut.
Namun, tidak selalu ada persyaratan untuk memberikan sanksi teguran sebelum memberlakukan
tindakan paksa. Beberapa pelanggaran atau situasi darurat mungkin memerlukan respons cepat dari
pemerintah tanpa peringatan terlebih dahulu. Misalnya, dalam keadaan krisis atau ancaman
keamanan, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah paksaan tanpa memberikan sanksi
teguran terlebih dahulu.

Penting untuk memahami bahwa setiap yurisdiksi memiliki kebijakan dan prosedur yang berbeda
terkait dengan pemberian sanksi dan tindakan paksaan oleh pemerintah. Prinsip keadilan dan hak
asasi manusia sering kali memainkan peran dalam memastikan bahwa tindakan paksaan dilakukan
dengan proporsionalitas dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai