Anda di halaman 1dari 16

Nama : Budi Santoso

No : 20212005
Maju Bersama merupakan pabrik manufacturing yang berada di kawasan industri Karawang -
Jawa Barat, beroperasi 2 longshift dan memiliki karyawan sebanyak 235 orang. Perusahaan ini
telah memiliki P2K3 namun belum didaftarkan ke Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat
dan yang menjadi sekretaris P2K3 adalah manager HRD yang belum pernah diikutsertakan
dalam pembinaan Ahli K3 Umum. Perusahaan ini menyimpan Acethylene dengan kuantitas 85
ton dan memiliki Petugas K3 Kimia sebanyak 1 orang yang telah mendapatkan sertifikat dari
Kementerian Ketenagakerjaan. Selain itu, terdapat juga penggunaan chlorine di ruang produksi
dimana wadahnya tidak memiliki label serta MSDS diletakkan di ruang arsip. Perusahaan ini
memiliki ketel uap sebanyak 2 buah dengan kapasitas masing-masing 20 ton/jam. Selain itu
terdapat forklift dengan kapasitas 10 ton dan overhead crane dengan kapasitas 25 ton. Baik
ketel uap maupun pesawat angkat angkut terakhir dilakukan riksa uji berkala pada tahun 2014
dan operator yang mengoperasikan boiler dan forklift belum memiliki lisensi K3 dari
Kementerian Ketenagakerjaan R.I. Perusahaan ini di ruang produksi memiliki hasil pengukuran
kebisingan sebesar 90 dBA, dan perusahaan sudah memberikan earplug 1x setiap tahunnya,
seringkali karyawan membeli earplug secara mandiri dari luar perusahaan dan pada ruangan
terdapat getaran sebesar 5 m/det2.
1. kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3
2. pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun
3. pemakaian pesawat uap dan pesawat angkat dan angkut
4. apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3? Jelaskan!
Seluruh syarat-syarat K3 harus dilengkapi dengan dasar hukum peraturan perundangan yang
berlaku

1.

Dasar Hukum :

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang Panitia Pembinaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (AK3).
2. Undang – Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat (1) & (2)
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3).
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan
Kewajiban Dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. hli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga
teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja dan berfungsi membantu pimpinan perusahaan atau pengurus untuk
menyelenggarakan dan meningkatkan usaha keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja, membantu pengawasan ditaatinya ketentuan-ketentuan peraturan
perundangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja, P2K3 mempunyai tugas memberikan
saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus
mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.Setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas, keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.Pelatihan diberikan kepada semua tenaga
kerja termasuk tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan
tugasnya secara aman.Pelatihan diberikan kepada tenaga kerja apabila di tempat kerjanya
terjadi perubahan sarana produksi atau proses.Pengusaha atau pengurus memberikan
pelatihan penyegaran kepada semua tenaga kerja.Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selanjutnya disebut P2K3 ialah badan pembantu di tempat kerja yang meruakan
wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling
pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian
dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.

2.
a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep.187/MEN/1999 pasal 1 menjelaskan tentang
perusahaan yang wajib melakukan pengendalian bahan kimia berbahaya, yakni: “Pengusaha
atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi, dan mengangkut
bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.”
b. Selengkapnya, berikut adalah beberapa tugas dan kewajiban Pengawas K3 Kimia dan Ahli K3
Kimia menurut Kep.187/MEN/1999
“Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf (I) huruf a pasal 17 ayat
(I) huruf a mempunyai kewajiban:
1. melakukan identifikasi bahaya.
2. melaksanakan prosedur kerja aman.
3. melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
4. mengembangkan pengetahuan k3 bidang kimia.”
Implementasi K3 Kimia merupakan salah satu upaya yang perlu diterapkan oleh tiap
perusahaan terkait untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja pekerja berikut orang
lain yang berada dalam lingkungan tersebut dari risiko bahaya bahan-bahan kimia. Adapun yang
dimaksud dengan bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia, baik dalam bentuk tunggal
maupun cairan tunggal, yang berdasarkan sifat fisika, kimia maupun toksikologi berbahaya
terhadap tenaga kerja, lingkungan, dan instalasi.resiko tersebut juga mungkin turut berdampak
pada alat-alat kerja (termasuk aset perusahaan) dan lingkungan.Berdasarkan berbagai jenis dan
sifatnya, bahaya yang mungkin timbul akibat bahan-bahan kimia di sebuah lingkungan kerja
bermacam-macam.Seperti contoh, ada beberapa jenis bahan kimia yang bersifat mudah
terbakar dan mudah meledak. Jika bahan-bahan tersebut tidak dikendalikan dengan
sebagaimana mestinya oleh orang yang tepat—dalam hal ini Pengawas K3 Kimia maupun Ahli
K3 Kimia —tentu risiko kebakaran dan ledakan akan semakin besar, elain korban jiwa, aset
perusahaan juga berpotensi terkena dampaknya, Selain itu, beberapa bahaya kimia juga
bersifat bahaya bagi kesehatan tubuh karena bersifat beracun. Jika substansi tersebut
memasuki aliran darah, maka sistem tubuh akan ikut rusak sehingga menimbulkan risiko hingga
kematian, adapun beberapa cara utama zat kimia berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh
adalah melalui inhalasi, pencernaan, dan kontak invasif.
Pengendalian tersebut dimaksudkan untuk mencegah atau meminimalkan risiko keselamatan
maupun kesehatan akibat penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya tersebut. Tak cuma bagi
tenaga kerja, pada prinsipnya, Pengawas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia bertanggung jawab secara
spesifik terhadap pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja yang bersangkutan.
Tanggung jawab yang dilakukan pun bermacam-macam, seperti melakukan pengawasan
pelaksanaan, identifikasi bahaya, penyusunan program kerja, pelaksanaan prosedur kerja dan
situasi tertentu, dan masih banyak lainnya.

3.
Dasar hukum pengawasan K3 untuk pesawat uap adalah:
a. UU Uap tahun 1930
b. Pesawat Uap tahun 1930
c. UU Nomor 1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja
Pesawat uap terdiri dari sebuah ketel uap dan mesin uap. Jenis ketel uap terdiri dari 2 sisi rata,
sisi atasnya adalah puncak ketel dengan bentuk ½ silinder, dasarnya sisi pelatnya yang
dilengkungkan ke arah dalam.Ketel uap merupakan suatu pesawat yang bertujuan mengubah
air pada bagian dalamnya jadi sebagian uap, dengan proses pemanasan. Pemanasan melalui
proses pembakaran, jadi di dalam sistem tenaga uap ini akan selalu ada tempat pembakaran.
Apabila tekanan uap semakin tinggi tiap ketel wajib bisa menahan tekanan uap tersebut.
Tekanan uap ini akan digunakan untuk penggerak generator / mesin dan menghasilkan tenaga
listrik.Penggolongan ketel uap berdasar pada tempat penggunaannya, yakni darat / darat
berpindah, berdasar letak sumbu silinder ketel / ketel uap mendatar dan ketel uap tegak, dan
berdasar konstruksi & aliran panas.
Dasar hukum pengawasan K3 untuk Pesawat Angkat dan Angkut adalah:
Permen 8 Tahun 2020 tentang K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
Pesawat Angkat dan Angkut adalah peralatan teknik yang beresiko tinggi ketika digunakan.
Kalau tidak hati-hati dan ada kesalahan pada PAA maka dapat mengakibatkan kecelakaan bagi
pengguna dan orang sekitar, harus ditangani secara benar, baik, dan mengikuti aturan, perlunya
pemeriksaan dan pengujian, oleh karena itu, untuk menghindari kecelakaan kerja, maka
sebelum pemakaian tiap Pesawat Angkat dan Angkut (PAA), juga perlengkapan, dan pengaman,
wajib dilakukan pemeriksaan & pengujian terlebih dahulu. Selain itu juga harus dioperasikan
hanya oleh operator dengan kemampuan yang memadai. Perawatan PAA pun harus dilakukan
dengan teratur dan tepat, tidak boleh sembarangan, apa saja yang termasuk ke dalam Pesawat
Angkat Angkut, antara lain: Overhead crane, Wheel loader, Traktor, Boom lift, Backhoe loader,
Bulldozer, Gondola, Crane, Forklift, Excavator
4.
Ya
Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam pedoman penerapan SMK3, setiap
perusahaan wajib melaksanakan:
a. Penetapan kebijakan K3
b. Perencanaan K3
c. Pelaksanaan rencana K3
d. Pemantauan dan evaluasi kinerka K3
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) Peraturan
Pemerintah No. 50 tahun 2012 menyebutkan, bahwa tujuan penerapan SMK3 adalah dalam
rangka:
a. Meningkatkan efektivitas perlindungan K3 dengan cara: terencana, terukur, terstruktur
dan terintegrasi.
b. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja dengan
melibatkan: manajemen dan tenaga kerja (pekerja dan serikat pekerja).
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, perusahaan berkewajiban menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Perusahaan yang dimaksud yaitu
perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 235 orang pekerja dan mempunyai tingkat bahaya
tinggi. Oleh karena itu, perusahaan diwajibkan menyusun rencana penerapan SMK3
Potensi bahaya besar jika kuantitas BKB melebihi NAK
- Mempekerjakan petugas K3 Kimia non shift 2 orang, shift minimun 5 orang
- Memepekerjakan AK3 min 1 orang, pengawasan
- Membuat dokumen pendendalian potensi besar (bahan, kuantitas, proses dan
modifikasi instalasi
- Melaukan riksa uji factor mia min 1 tahun sekali
- Riksa uji instalasi min 3 tahun sekali
- Pemeriksaan berkala TK min 1 tahun sekali

Sumber Bahaya Ketel Uap, Penyebab terjadinya sumber bahaya di ketel uap ada beberapa jenis
yaitu :
Manometer, Safety valve, Gelas duga, Air pengisi ketel, Blowdown, Pemanasan berlebih, Pompa
air pada ketel.
Beberapa Penyebab Kecelakaaan Sendiri dipengaruhi oleh beberapa Faktor :
a. Faktor Alat : Konstruksi ketel uap mulai dari material tahap pemasangan ketel uap dan
proses pembuatannya sendiri. Ada juga kemungkinan dari kualitas struktur sehingga
mempengaruhi dimensi ketel uap Alat pengaman tidak berfungsi atau tidak memenuhi
standart.
b. Faktor Operasi Kondisi operasi tidak sesuai desain sehingga mempengaru ke tekanan,
temperatur, ataupun beban batas maksimum.
c. Faktor Managemen, pengawasan akan peraturan yang kurang Kondisi ketel uap yang
buruk akibat tidak adanya perawatan ataupun pemeliharaan.
d. Faktor Operator, Kurang terampil, Ceroboh / lalai

Dengan menggunakan ear plugs dapat mereduksi kebisingan antara 7,5 – 15 dB.
90 dB – 7,5 dB = 82,5 dB (sudah dibawah NAB)
Ear muffs dapat meredam kebisingan hingga 30 dBPeninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif, penerapan SMK3 juga sering menjadi persyatan untuk tender,
perusahaan berkewajiban menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).
Deny Risdianto
20212008
Maju Bersama merupakan pabrik manufacturing yang berada di kawasan industri Karawang -
Jawa Barat, beroperasi 2 longshift dan memiliki karyawan sebanyak 235 orang. Perusahaan
ini telah memiliki P2K3 namun belum didaftarkan ke Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Barat dan yang menjadi sekretaris P2K3 adalah manager HRD yang belum pernah
diikutsertakan dalam pembinaan Ahli K3 Umum. Perusahaan ini menyimpan Acethylene
dengan kuantitas 85 ton dan memiliki Petugas K3 Kimia sebanyak 1 orang yang telah
mendapatkan sertifikat dari Kementerian Ketenagakerjaan. Selain itu, terdapat juga
penggunaan chlorine di ruang produksi dimana wadahnya tidak memiliki label serta MSDS
diletakkan di ruang arsip. Perusahaan ini memiliki ketel uap sebanyak 2 buah dengan
kapasitas masing-masing 20 ton/jam. Selain itu terdapat forklift dengan kapasitas 10 ton dan
overhead crane dengan kapasitas 25 ton. Baik ketel uap maupun pesawat angkat angkut
terakhir dilakukan riksa uji berkala pada tahun 2014 dan operator yang mengoperasikan
boiler dan forklift belum memiliki lisensi K3 dari Kementerian Ketenagakerjaan R.I.
Perusahaan ini di ruang produksi memiliki hasil pengukuran kebisingan sebesar 90 dBA, dan
perusahaan sudah memberikan earplug 1x setiap tahunnya, seringkali karyawan membeli
earplug secara mandiri dari luar perusahaan dan pada ruangan terdapat getaran sebesar 5
m/det2.
Sebagai calon Ahli K3 Umum, bagaimana upaya Anda dalam pemenuhan syarat-syarat K3
di perusahaan dibawah ini terkait :
1. kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3
2. pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun
3. pemakaian pesawat uap dan pesawat angkat dan angkut
4. apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3? Jelaskan! 
Seluruh syarat-syarat K3 harus dilengkapi dengan dasar hukum peraturan perundangan
yang berlaku

Jawaban studi kasus


1. Kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3
Jawab : PT. Maju Bersama sudah memiliki P2K3 tetapi belum mendapatkan pengesahan
dan sekretaris P2K3 belum memiliki surat keputusan penunjukan ahli k3.
Sesuai dengan Permenaker No Per/04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan kerja serta tata cara penunjuukan ahli keselamatan kerja terdapat pada :
pasal 7 : untuk menunjukkan ahli keselamatan kerja, menteri membentuk tim penilai
yang secara fungsional diketuai oleh direktur jenderal bina hubungan ketenagakerjaan
dan pengawas norma kerja dan anggotanya terdiri dari pejabat departemen tenaga kerja
dan instansi atau badan atau lembaga di luar departemen tenaga kerja yang di pandang
perlu.
Pasal 8: tim penilai sebagaiman dimaksud pasal 7 mempunyai fungsi
a. Memeriksa kelengkapan persyaratan calon ahli keselamatan kerja yang diajukan
pengusaha atau pengurus
b. Melakukan pengujian kemampuan teknis dibidang keselamatan kerja, higene
perusahaan kesehatan kerja dan ergonomi
c. Menyampaiakan kepada menteri
I. Untuk dikeluarkan keputusan penunjukkan sebagai Ahli Keselamatan Kerja
apabila calon Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan dinilai telah
memenuhi persyaratan oleh tim penilai
II. Untuk dikeluarkan keputusan penolakan permohonan pengusaha atau
pengurus apabila caloon Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan dinilai
tidak memenuhi persyaratan oleh tim penilai.
Sesuai dengan Permenaker No Per 02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan
Kewajiban dan Wewenag Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada:

pasal 4 ayat (1) penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan
berdasarkan permohonan tertulis dari pengurus atau pemimpin instansi kepada Menteri
Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk

pasal 5 ayat (1) penujukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja diberikan setelah
memperhatikan pertimbangan tim penilai.
2. Pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun
PT. Maju Bersama dimana nilai NAB ada 90dBA dan itu melebih nilai ambang batas
Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Lingkungan
Kerja
Pasal 11 ayat 3 dan 4

(3) Jika hasil pengukuran Ternpat Kerja sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian.

(4) Pengendalian sebugaimana dimaksud pada ayat (3)


dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Getaran dari Tcmpat
Kerja;
b. mcngganti alat, bahan , dan proses kerja yang rnenimbulkan sumber Getaran;
c. mengurangi pajanan Getaran dengan menambah/menyisipkan
damping/bantalan/peredam di antaru alat dan bagian tubuh yang
kontak dengan alat kerja;
d. rnembatasi pajanan Getaran melalui pengaturan
waktu kerja;
e. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkernbangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Keputusan Mentri Tenaga Kerja No : KEP.187/MEN/1999


Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
Di Tempat Kerja

Pasal 1
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap
tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar kuantitas
bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat
kerja.
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
dan atau mengurangi risiko akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja
terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan.
d. Lethal Dose 50 (LD50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50% binatang
percobaan.
e. Lethal Concentration 50 (LC50) adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian pada
50% binatang percobaan.
f. Pengusaha adalah :
1. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
2. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
3. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu kegiatan kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
h. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
KEP.187/MEN/1999
3 dari 23
i. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja, melakukan pekerjaan atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
j. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
k. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 ayat 4 UU No. 1 Tahun 1970.
m. Menteri adalah menteri yang membidangi ketenagakerjaan.
Pasal 2
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memprod
Pasal 2
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan
mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia
berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pasal 3
Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi :
a. penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label;
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.

3. Pemakaian pesawat uap dan pesawat angkat dan angkut


Peraturan Mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 8 Tahun 2020
TentangKeselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat Dan Pesawat Angkut
Pasal 5 ayat 3
Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Angkat,
Pesawat Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan Angkut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
a. pemeriksaan dan pengujian;
b. penyediaan prosedur pemakaian/pengoperasian; dan
c. pemakaian atau pengoperasian sesuai dengan jenis dan kapasitas.
4. Apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3? Jelaskan! 
Wajib menerapkan SMK3 karena PT. Maju Bersama memperkerja lebih dari 100 orang
serta mempunyai potensi bahaya sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No 50 tahun
2012 tentang penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada:
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan
a. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada peraturan pemerintah
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan
konvensi atau standar internasional

Serta Sesuai dengan Kepmenaker No-Kep/186/MEN/1999 tentang Unit


Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja PT. Maju Bersama memiliki potensi bahaya
kebakaran sedang 3 dimana tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga
menjalarnya api cepat.
Nama: Lanova Jihat

PT. Maju Bersama merupakan pabrik manufacturing yang berada di kawasan industri
Karawang - Jawa Barat, beroperasi 2 longshift dan memiliki karyawan sebanyak 235 orang.
Perusahaan ini telah memiliki P2K3 namun belum didaftarkan ke Dinas Ketenagakerjaan
Provinsi Jawa Barat dan yang menjadi sekretaris P2K3 adalah manager HRD yang belum pernah
diikutsertakan dalam pembinaan Ahli K3 Umum. Perusahaan ini menyimpan Acethylene dengan
kuantitas 85 ton dan memiliki Petugas K3 Kimia sebanyak 1 orang yang telah mendapatkan
sertifikat dari Kementerian Ketenagakerjaan. Selain itu, terdapat juga penggunaan chlorine di
ruang produksi dimana wadahnya tidak memiliki label serta MSDS diletakkan di ruang arsip.
Perusahaan ini memiliki ketel uap sebanyak 2 buah dengan kapasitas masing-masing 20 ton/ ini
di ruang produksi memiliki hasil pengukuran kebisingan sebesar 90 dBA, dan perusahaan sudah
memberikan earplug 1x setiap tahunnya, seringkali karyawan membeli earplug secara mandiri
dari luar perusahaan dan pada ruangan terdapat getaran sebesar 5 m/det2. jam. Selain itu
terdapat forklift dengan kapasitas 10 ton dan overhead crane dengan kapasitas 25 ton. Baik
ketel uap maupun pesawat angkat angkut terakhir dilakukan riksa uji berkala pada tahun 2014
dan operator yang mengoperasikan boiler dan forklift belum memiliki lisensi K3 dari
Kementerian Ketenagakerjaan R.I. Perusahaan
Sebagai calon Ahli K3 Umum, bagaimana upaya Anda dalam pemenuhan syarat-syarat K3 di
perusahaan dibawah ini terkait :
1. kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3
2. pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun
3. pemakaian pesawat uap dan pesawat angkat dan angkut
4. apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3? Jelaskan! 
Seluruh syarat-syarat K3 harus dilengkapi dengan dasar hukum peraturan perundangan yang
berlaku
Jawaban studi kasus
1. Kelembagaan/organisasi K3 dan keahlian K3

PT. Maju Bersama sudah memiliki P2K3 tetapi belum mendapatkan pengesahan
dan sekretaris P2K3 belum memiliki surat keputusan penunjukan ahli k3. Sesuai dengan
Permenaker No Per/04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
kerja serta tata cara penunjuukan ahli keselamatan kerja terdapat pada :
pasal 7 :
untuk menunjukkan ahli keselamatan kerja, menteri membentuk tim penilai
yang secara fungsional diketuai oleh direktur jenderal bina hubungan ketenagakerjaan
dan pengawas norma kerja dan anggotanya terdiri dari pejabat departemen tenaga
kerja dan instansi atau badan atau lembaga di luar departemen tenaga kerja yang di
pandang perlu.
Pasal 8:
tim penilai sebagaiman dimaksud pasal 7 mempunyai fungsi
a. Memeriksa kelengkapan persyaratan calon ahli keselamatan kerja yang diajukan
pengusaha atau pengurus.
b. Melakukan pengujian kemampuan teknis dibidang keselamatan kerja, higene
perusahaan kesehatan kerja dan ergonomi.
c. Menyampaiakan kepada menteri.

I. Untuk dikeluarkan keputusan penunjukkan sebagai Ahli Keselamatan Kerja apabila calon
Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan dinilai telah memenuhi persyaratan oleh
tim penilai.

II. Untuk dikeluarkan keputusan penolakan permohonan pengusaha atau pengurus apabila
calon Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan dinilai tidak memenuhi persyaratan
oleh tim penilai.
Sesuai dengan Permenaker No Per 02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan
Kewajiban dan Wewenag Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada:

pasal 4 ayat (1) penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan
berdasarkan permohonan tertulis dari pengurus atau pemimpin instansi kepada Menteri
Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.

pasal 5 ayat (1) penujukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja diberikan setelah
memperhatikan pertimbangan tim penilai.

2. pengendalian lingkungan kerja, bahan berbahaya dan beracun


PT. Maju Bersama menyimpan Acethylene dengan kuantitas 85 ton dan memiliki
Petugas K3 Kimia sebanyak 1 orang yang telah mendapatkan sertifikat dari Kementerian
Ketenagakerjaan. Selain itu, terdapat juga penggunaan chlorine di ruang produksi
dimana wadahnya tidak memiliki label serta MSDS diletakkan di ruang arsip.
Menurut keputusan menteri tenaga kerja R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan, mengedarkan, mengangkut dan
mempergunakan bahan-bahan kimia berbahaya akan terus meningkat sejalan dengan
perkembangan pembangunan sehingga berpotensi untuk menimbulkan bahaya besar
bagi industri, tenaga kerja, lingkungan maupun sumber daya lainnya.
b. bahwa untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat penggunaan
bahan kimia berbahaya di tempat kerja maka perlu diatur pengendaliannya.
c. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep. 612 / Men / 1989 tentang
Penyediaan Data Bahan Berbahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah
tidak sesuai lagi maka perlu disempurnakan.
d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri
memerlukan dasar untuk penyimpanan dan label pada :
pasal 1 :
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap
tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar kuantitas bahan
kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat kerja.
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan yang dilakukan
untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan
d. Lethal Dose 50 (LD 50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50% binatang
percobaan.
e. Lethal Concentration 50 (LC 50) adalah konsentrasi yang menyebabkan 3 kematian
pada 50% binatang percobaan.
f. Pengusaha adalah : 1. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri. 2. Orang, perseorangan, persekutuan
atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan
miliknya. 3. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b
yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu kegiatan kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
h. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada tempat kerja dengan menerima upah. i.
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang seri ng dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya. j. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga
teknis berkeahlian khusus dan luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
k. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menaker sebagaimana dimaksud dalam
pasal I ayat 4 UU No. 1 tahun 1970.
m. Menteri adalah Menteri yang membidangi ketenagakerjaan.

Pasal 2:
Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
Pasal 3 :
Pengendalian berbahaya kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2
meliputi:
a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. /PT
3. pemakaian pesawat uap dan pesawat angkat dan angkut
PT. Maju Bersama memiliki ketel uap sebanyak 2 buah dengan kapasitas masing-
masing 20 ton. Peraturan ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2020
tentang keselamatan dan kesehatan kerja pesawat angkat dan pesawat angkut pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut K3 adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
2. Pesawat Angkat adalah pesawat atau peralatan yang dibuat, dan di pasang untuk
mengangkat, menurnankan, mengatur posisi dan/atau menahan benda kerja
dan/atau muatan.
3. Pesawat Angkut adalah pesawat atau peralatan yang dibuat dan dikonstruksi untuk
memindahkan benda atau muatan, atau orang secara horisontal, vertikal, diagonal,
dengan menggunakan kemudi baik di dalam atau di luar pesawatnya, ataupun tidak
menggunakan kemudi dan bergerak di atas landasan, permukaan maupun rel atau
secara terus menerus dengan menggunakan bantuan ban, atau rantai atau rol.
4. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas
Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam
jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut adalah
Pengawas Ketenagakerjaan yang mempunyai keahlian khusus di bidang K3 Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut yang berwenang untuk melakukan kegiatan pembinaan,
pemeriksaan, dan pengujian bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut serta
pengawasan dan pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
6. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
yang selanjutnya disebut Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut adalah
tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari luar instansi yang membidangi
ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan pemeriksaan dan
pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
4. Apakah perusahaan tersebut wajib menerapkan SMK3? Jelaskan! 

Wajib menerapkan SMK3 karena PT. Maju Bersama memperkerja lebih dari 100
orang serta mempunyai potensi bahaya sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No 50
tahun 2012 tentang penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
pada:

Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan
a. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
2 huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada peraturan pemerintah
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan
konvensi atau standar internasional.

PT. Maju Bersama di ruang produksi memiliki hasil pengukuran kebisingan sebesar 90
dBA, dan perusahaan sudah memberikan earplug 1x setiap tahunnya, seringkali karyawan
membeli earplug secara mandiri dari luar perusahaan dan pada ruangan terdapat getaran
sebesar 5 m/det2. Batas kebisingan dan getaran melebihi batasan seperti ada di peraturan
nomor per.13/men/X/2011 tahun 2011 pada :
Pasal 5
(1) NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA). (2) Kebisingan yang melampaui NAB,
waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I nomor 2 Peraturan
Menteri ini.
Pasal 6
(1) NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan
tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2 ).
(2) Getaran yang melampaui NAB, waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I nomor 3 P

Anda mungkin juga menyukai