Anda di halaman 1dari 17

1. Bagaimana tata cara pelaporan P2K3 ?

Kelompok kelembagaan dan Keahlian K3


Menurut; Nomor : Per.04/Men/1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Pasal 12
“Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus wajib menyampaikan laporan
tentangkegiatan P2K3 kepada Menteri melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat.”
2. Mengapa perlu penanggulangan TB di tempat kerja dan bagaimana cara
menanggulanginya ?

Terdapat beberapa alasan mengenai perlunya penanggulangan TB di tempat kerja antara lain :

 Karena tempat kerja merupakan lingkungan spesifik, populasi terkonsentrasi tempat dan
waktu yang sama sehingga merupakan salah satu lingkungan potensial dalam penularan
TB.
 TB sebagian besar menyerang pekerja pada usia yang produktif
 Pekerja umumnya tinggal di sekitar perusahaan dg perumahan padat & lingkungan tidak
sehat.
 Pelayanan kesehatan kerja di perusahaan melaksanakan upaya yankes, tetapi pelayanan
TB belum menerapkan strategi DOTS (Directly-Observed Treatment Short-course) atau
biasa disebut dengan pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung.
 Sebagian manajemen masih diskriminatif terhadap pasien TB (PHK atau ditolak waktu
melamar pekerjaan).

Cara penanggulangan TB di tempat kerja yaitu dengan melakukan penerapan pengendalian TB di


tempat kerja, antara lain :

Kebijakan dan Strategi Pengendalian TB di TempatKerja :

 Kebijakan Pengendalian TB di Tempat Kerja mengacu pada Kebijakan Nasional


Pengendalian TB;

 Kebijakan diintegrasikan dengan program K3 di perusahaan;

 Penyelenggaraan Pengendalian TB (Tim TB DOTS) ditetapkan langsung oleh pimpinan


tertinggi di tempat kerja dan atau pimpinan puskesmas wilayah tempat kerja;

 Memberdayakan unit dan personel K3 di tempat kerja;

 Pengendalian TB merupakan bagian dari kegiatan surveilans nasional TB;


 Pengendalian TB di tempat kerja merupakan satu kesatuan pengendalian TB di wilayah
tempat kerja.

Komitmen Pimpinan Tempat kerja :

• Untuk membangun komitmen perlu dilakukan advokasi oleh Tim/Koordinasi (Disnaker,


Dinkes, Puskesmas, LSM, asosiasi pengusaha, SP/SB)

• Diperlukankomitmenantaralainuntuk:

• Menyediakan & mengembangkan sumber daya di tempat kerja

• Memfasilitasi pembentukan Tim TB DOTS, ketersediaan OAT

• Meningkatkan peran serta pekerja dan masyarakat dalam pencegahan, penemuan


dini kasus dan PMO (pengawas menelan obat), dll.

Strategi DOTS di TempatKerja :

 Komitmenpolitis
 Diagnosa dengan mikroskop
 Pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung
 Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu
 Monitoring dan evaluasi

Dukungan Sumber Daya :

 Sumber dana
 Sumber daya manusia
 Sarana dan prasarana
 Kebutuhan logistic

Jejaring pengendalian TB di tempat kerja :

 Keterbatasan sarana & prasarana faskes di tempat kerja perlu dikembangkan jejaring
kerja baik internal maupun eksternal
 Suatu sistem jejaring dapat dikatakan berfungsi secara baik apabila penemuan pasien dan
pengobatan berjalan baik di tempat kerja
Dasar Hukum

 Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Tahun 1984 Nomor 20, tambahan Lembar Negara Nomor 3273);
 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(Lembaran Negara RI Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5256);
 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja;
 Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran
Negara RI Tahun 2012 Nomor 193);
 Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional
(Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 29);
 Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja;
 Permenakertrans No. 03 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja;
 Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No 22 Tahun 2008 tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
KELOMPOK 3

 Argya Gilang Kusuma


 Astien Artsen Asyari
 Athia Khairiyah

3. Jenis-jenis pekerjaan apa saja di bidang konstruksi yang menggunakan surat izin :
 Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 04 / PRT / M/2011 tentang Pedoman
Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional. Izin Usaha Jasa Konstruksi
yang selanjutnya disingkat IUJK adalah izin untuk melakukan usaha di bidang jasa
konstruksi yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi, Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Izin Usaha adalah izin
yang diberikan kepada badan usaha untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa Konstruksi.
Dan Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:
a. usaha jasa Konsultansi Konstruksi;
b. usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
c. usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.
 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi, Pasal 12 sampai dengan Pasal 15 meliputi:

No. Jenis Sifat Klasifikasi Usaha Layanan Usaha


Usaha Usaha
1 Konsultansi a. umum; a. arsitektur; a. pengkajian;
Konstruksi; dan b. rekayasa; b. perencanaan;
c. rekayasa terpadu; dan c. perancangan;
d. arsitektur lanskap dan d. pengawasan; dan/atau
perencanaan wilayah. e. manajemen
penyelenggaraan konstruksi.
b. a. konsultansi ilmiah dan a. survei;
spesialis. teknis; dan b. pengujian teknis; dan/atau
No. Jenis Sifat Klasifikasi Usaha Layanan Usaha
Usaha Usaha
b. pengujian dan analisis c. analisis
teknis.
2 Pekerjaan a. umum; a. bangunan gedung; dan a. pembangunan;
Konstruksi dan b. bangunan sipil. b. pemeliharaan;
c. pembongkaran; dan/atau
d. pembangunan kembali.
b. a. instalasi; Pekerjaan bagian tertentu
spesialis. b. konstruksi khusus; Dari bangunan konstruksi
c. konstruksi atau bentuk fisik lainnya.
prapabrikasi;
d. penyelesaian
bangunan; dan
e. penyewaan peralatan.
3 Pekerjaan a. bangunan gedung; dan a. rancang bangun; dan
Konstruksi b. bangunan sipil. b. perekayasaan, pengadaan,
terintegrasi. dan pelaksanaan.

Sementara IUJK sendiri dibagi menjadi 3 yaitu:

1. IUJK Nasional
IUJK Nasional adalah Izin untuk melakukan usaha di bidang jasa konstruksi yang
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. (Pasal 1 Angka 5). Berdasarkan Peraturan
Menteri No. 04/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa
Konstruksi Nasional.

2. IUJK PMA (Penanam Modal Asing)


IUJK PMA adalah Izin untuk melakukan usaha yang diberikan oleh Pemerintah kepada
BUJK PMA untuk melakukan kegiatan Jasa Konstruksi di Indonesia. (Pasal 1 Angka 8).
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 03/PRT/M/2016 tentang Petunjuk Teknis Pemberian
Izin Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal Asing

3. IUJK BUJK (Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing disebut juga IUJK Perwakilan)
IUJK BUJK adalah Izin Perwakilan adalah izin untuk melakukan usaha yang diberikan
oleh Pemerintah kepada BUJKA untuk melakukan kegiatan jasa konstruksi di Indonesia.
(Pasal 1 Angka 4). Berdasarkan Peraturan Menteri No. 10/PRT/M/2014 tentang Pedoman
Persyaratan Pemberian Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing
4. Masalah forklift 15 ton dan 50 ton dan peraturan yang dipakai.

Peraturan yang dipakai :


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 09 Tahun 2010 tentang Operator dan Petugas
Pesawat Angkat dan Angkut.

Pasal 12
Operator forklift diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Operator Kelas I
b. Operator Kelas II
Operator forklift kelas I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a berwenang :
 Mengoperasikan forklift dan/atau lift truk sesuai dengan jenisnya dengan kapasitas lebih dari 15
ton;
 Mengawasi dan membimbing kegiatan operator kelas II
Operator forklift kelas II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b berwenang mengoperasikan
forklift sesuai jenisnya dengan kapasitas maksimum 15 ton.

Pasal 14
Operator forklift kelas I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/Sederajat.
b) Berpengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun membantu pelayanan di bidangnya.
c) Berbadan sehat menurut keterangan dokter.
d) Umur sekurang-kurangnya 21 tahun.
e) Memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Operator forklift kelas I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/Sederajat.
b) Berpengalaman sekurang-kurangnya 1 tahun membantu pelayanan di bidangnya.
c) Berbadan sehat menurut keterangan dokter.
d) Umur sekurang-kurangnya 19 tahun.
e) Memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
5. Tata cara penempatan kota P3K dan jenis nya

Kotak P3K yang dimaksud harus memenuhi syarat sebagai berikut: (PERMEN 15 TAHUN
2008 PASAL 10)

a. Terbuat dari dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K berwarna hijau;
b. Isi kotak p3k sebagaimana dimaksud tercantum dalam lampiran II Permen ini dan tidak
boleh diisi bahan atau alat selain dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K ditempat kerja;
c. Penempatan kotak P3K;
1. Pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup
cahaya serta mudah diangkat apabila akan digunakan;
2. Disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kuotak P3K sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Permen ini;
3. Dalam hal ini tempet kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh;
4. Dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.
Tabel 1

LAMPIRAN III PERMEN 15 TAHUN 2008

JUMLAH PEKERJA/BURUH, JENIS P3K DAN JUMLAH


KOTAK P3K

Jumlah Jumlah Kotak P3K Tiap 1


Jenis Kotak P3K
Pekerja/Buruh (Satu) Unit Kerja
kurang dari 26 A
pekerja/buruh 1 kotak A
1 kotak B atau,
26 s.d 50 pekerja/buruh B/A
2 kotak A
1 kotak C atau,
51 s.d 100 2 kotak B atau,
C/B/A
pekerja/buruh 4 kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak A
1 kotak C atau,
setiap 100 2 kotak B atau,
C/B/A
pekerja/buruh 4 kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak A
Tabel 2

LAMPIRAN II PERMEN 15 TAHUN 2008

ISI KOTAK P3K


Jenis
No Isi
Kotak A Kotak B Kotak C
1 Kasa steril terbungkus 20 40 40
2 Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3 Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4 Plester lebar (1,25 cm) 2 4 6
5 Plester cepat 10 15 20
6 Kapas (25 gram) 1 2 3
7 Kain segitis/mittela 2 4 6
8 Gunting 1 1 1
9 Peniti 12 12 12
10 Sarung tangan sekali pakai 2 3 4
11 (Pasangan) 2 4 6
12 Masker 1 1 1
13 Pinset 1 1 1
14 Lampu senter 1 1 1
15 Gelas untuk cuci mata 1 2 3
16 Kantong plastik bersih 1 1 1
17 Aquades (100 ml air, saline) 1 1 1
18 Povidon lodin (60 ml) 1 1 1
19 Alkohol 70% 1 1 1
20 Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
21 Buku catatan 1 1 1
Daftar isi
Kelompok 6

ILHAM NOVIANDRY
IMAM MAULANA FAUZI
INDRA SUYANTO

6. Jumlah ak3 konstruksi yang dibutuhkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan luas area
proyek
KEP NO 20/DJPPK/VI/2004
a. Proyek > 6 bulan atau TK > 100 org
- Min. 1 org Ahli Utama
- Min. 1 org Ahli Madya
- Min. 2 org Ahli Muda
b. Proyek < 6 bulan atau TK < 100 org
- Min. 1 org Ahli Madya
- Min. 1 org Ahli Muda
c. Proyek < 3 bulan atau TK < 25 org
- Min. 1 org Ahli Muda
d. Teknisi perancah harus memiliki lisensi
TUJUAN PELAKSANAAN K3 LISTRIK

7. Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No 12 Tahun 2015 pasal 3, tujuan


pelaksanaan K3 Listrik yaitu :
1. Melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang berada di dalam lingkungan
tempat kerja dari potensi bahaya listrik;
2. menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan keselamatan bangunan beserta isinya;
dan
3. Menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong produktivitas.
8. Sebutkan kewajiban pengurus yang menggunakan bahan asbes dalam proses produksi!

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 Tahun 1985


Pasal 4,
Pengurus berkewajiban :
a) menyediakan alat-alat pelindung diri bagi tenagakerja
b) memberi penerangan kepada tenaga keria mengenai :
1) bahaya yang mungkin terjadi karena pemaparan asbes
2) cara-cara kerja yang aman
3) pemakaian alat pelindung diri yang benar.
c) memberitahukan secara tertulis kepada Menteridan menjelaskan proses produksi,
jenis asbes yang dipakai atau ditambang, barang jadi dan lokasi kegiatan-
kegiatannya selambat-lambatnya dalamwaktu 14 hari sebelumproses produksi
dimulai
d) memasang tanda atau rambu-rambu di tempat tertentu di lingkungan kerja
sedemikian rupa sehingga mudah dilihat atau dibaca,bahkan setiap orang yang
berada di lokasi tersebut harus menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan
tanda atau rambu-rambu yang ada

Pasal 5,
“Pengurus wajib melakukan pengendalian terhadap debu asbes yang terkandung di udara
di lingkungan kerjadengan mengambil sample pada beberapa tempat yang diperkirakan
konsentrasi debu asbes nya tinggi dalam setiap 3 bulan atau pada frekwensi tertentu.”

Pasal 6,
“Pengurus harus memberikan kepada tenaga kerja yang bekerja dalam tambang atau
setiap proses yang memakai asbes sebuah buku petunjuk yang secara terperinci
menjelaskan mengenai bahaya-bahaya yang berhubungan dengan asbes dan cara-cara
pencegahannya.”
9 . Perusahaan saudara mempunyai Overhead Crane kapasitan 100 ton. Sebutkan dan jelaskan
pemenuhan Norma dan Persyaratan K3nya . Lengkap dengan dasar hukumnya

Segala upaya pengendalian yang mendasari sifat preventif yang dilakukan secara sistimatis dan
menyeluruh atas segala hal yang terkait dengan “Keberadaan” peralatan PA dan A, yaitu mulai dari
perencanaan hingga purna pakai.

1. Dalam Tahap Perencanaan PAA


 Setiap perencanaan pesawat angkat dan angkut harus mendapatkan pengesahan dari pihak
atau Pejabat yang ditunjuknya (Permenaker 5 Tahun 1985 ) ( pasal 134-135 )
 Pihak atau pejabat yang di tunjuk berhak mengadakan perubahan teknis terkait atas
permohonan yang di ajukan . (Permenaker 5 Tahun 1985 ) ( pasal 136 )
 Pembuatan dan pemasangan pesawat angkat dan angkut harus dilaksanakan oleh pembuat
dan pemasang yang telah mendapat pengesahan oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya.
(Permenaker 5 Tahun 1985 ) ( pasal 137 )
 Setelah Proses perencanaaan dan pemasangan selesai , maka dilanjutkan untuk diperiksa
dan diuji terlebih dahulu dengan standard uji yang telah ditentukan oleh pengawas k3
spesialis dan biayanya di tanggung oleh pengusaha . (Permenaker 5 Tahun 1985 ) ( pasal
138 & 139 )
 Bahan konstruksi serta perlengkapan dari pesawat angkat dan angkut harus cukup kuat, tidak
cacat dan memenuhi syarat. ((PERMENAKER 5/1985 Pasal 2 )

2. Dalam Pengoperasian PAA


 Pengusaha / Pengurus harus mempekerjakan operator dan/atau petugas pesawat angkat dan
angkut yang memiliki Lisensi K3 dan buku kerja (PERMENAKER 9/2010 Pasal 3)
 Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan
dan telah memiliki ketrampilan khusus tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
(PERMENAKER 5/1985 Pasal 4 )
 Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh operator pesawat angkat dan angkut yang
mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya (PERMENAKER
9/2010 Pasal 5)
 Pengoperasian Pesawat angkat dan angkut (PERMENAKER 5/1985 Pasal 3 )
 Persyaratan operator peralatan angkat dan angkut (PERMENAKER 9/2010 Pasal 7)
 Pengoperasian pesawat angkat dan angkut dapat dibantu oleh petugas ( Juru Ikat dan Teknisi
) pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan
kualifikasinya (PERMENAKER 9/2010 Pasal 18)
 Persyaratan Juru Ikat dan Teknisi untuk pesawat angkut (PERMENAKER 9/2010 Pasal 19-
20)
 Tata cara dan persyaratan memperoleh lisensi k3 dan buku kerja bagi operator dan petugas
pesawat angkat dan angkut (PERMENAKER 9/2010 Pasal 21-27)
 Kewenangan operator dan petugas pesawat angkat dan angkut (PERMENAKER 9/2010
Pasal 28-33)
 Kewajiban Operator dan petugas pesawat angkat dan angkut (PERMENAKER 9/2010 Pasal
34)
 Pembinaan Operator dan petugas pesawat angkat dan angkut (PERMENAKER 9/2010 Pasal
35)
 Jumlah Operator Tower Crane yang di butuhkan ( Lampiran PERMENAKER 9/2010)

3. Perawatan
 Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut dilalksanakan selambat-
lambatnyna 2 (dua) tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang
selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali. (PERMENAKER 5/1985 Pasal 138)
Essay
10. kapan instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji ?
Jawab:
Terdapat dalam permen no 02 tahun 1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir.di BAB
IX pemeriksaan dan pengujian
Pasal 50
(1) Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat,
aman dan memenuhi syarat;
(2) Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:
a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dan instalatir kepada pemakai;
b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur petir;
c. Secara berkala setiap dua tahun sekali;
d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir;

Anda mungkin juga menyukai