MODUL-1
Disampaikan oleh:
Ir. Yaya Supriyatna, M.Eng.,Sc.
Suroto, S.H.,M.H.
METODE
PRESENTASI DAN DISKUSI
PEMBELAJARAN
2
DAFTAR ISI
1. Pengertian
2. UU No. 2 Th 2017 ttg Jasa Konstruksi;
3. UU No. 6 Th 2023 ttg Penetapan PERPU No 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang;
4. Turunan UU No. 2 Th.2017 Jo. UU No.6 Th 2023 terkait ketentuan Kegagalan Bangunan;
a. PP No. 14 Th. 2021 ttg Perubahan Atas PP No. 22 Th. 2020 ttg Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Th. 2017;
b. Permen PUPR No. 8 Th. 2021 ttg Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan, Penilaian Kegagalan Bangunan;
c. Permen PUPR No. 9 Th. 2021 ttg Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan;
d. Permen PUPR No.10 Th. 2021 ttg Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).
3
1.1. PENGERTIAN KONSTRUKSI
4
1.2 Pengertian Bangunan
PP No. 14 Th.2021
❑ Bangunan adalah bangunan konstruksi yaitu wujud fisik hasil jasa konstruksi.
❑ Kata “Bangunan” dalam UU Jasa Konstruksi dibedakan menurut sifat usaha pekerjaan
konstruksi yang bersifat umum dan spesialis. Klasifikasi usaha pekerjaan konstruksi yang
bersifat umum meliputi bangunan gedung, dan bangunan sipil (Ps.14/2).
UU No. 28 Th. 2002 ttg Bangunan Gedung. (Ps.1)
❑ Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yg berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian/tempat
tinggal, keg. keagamaan, keg. usaha, keg. sosial, budaya, maupun keg. khusus.
Misalnya: Bangunan terminal, stadion, bangunan tempat ibadah.
❑ Bangunan sipil adalah bangunan di luar bangunan gedung, misalnya:
bangunan transportasi: jalan, jalan rel, pelabuhan/dermaga, landasan pesawat;
bangunan air: bendung, bendungan, saluran irigasi, pemecah gelombang, menara dll.
5
1.3. Pengertian Kegagalan Bangunan
Ps. 85 PP No.14/2021
(1) Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh Penilai Ahli;
(2) Penilai Ahli terdiri atas:
a. orang perorangan;
b. kelompok; atau
c. lembaga yg diberikan kewenangan utk melakukan penilaian dlm hal terjadi kegagalan
bangunan.
(3) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan
bangunan akibat dari tidak terpenuhinya Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan
dan Keberlanjutan (Standar K4) dlm penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Ps. 84G ayat (6).
6
Pasal 85A PP No.14/2021
(1) Kegagalan Bangunan meliputi:
a. keruntuhan bangunan; dan
b. tidak berfungsinya bangunan.
(2) Keruntuhan bangunan merupakan kondisi sebagian besar atau keseluruhan komponen
bangunan yang rusak dan tidak dapat dioperasikan.
(3) Tidak berfungsinya bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan:
a. tidak sesuai dengan yang direncanakan; dan/atau
b. tidak dipenuhinya aspek keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan.
7
Pasal 23 Permen PUPR No.8/2021
(1) Kegagalan Bangunan dinilai dan ditetapkan berdasarkan kriteria dan tolok ukur.
(2) Kriteria dan tolok ukur mencakup:
a. aspek struktural; dan
b. aspek fungsional.
(3) Aspek struktural sbgmana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit meliputi:
a. kekuatan;
b. stabilitas;
c. durabilitas; dan
d. spesifikasi material.
(4) Aspek fungsional sbgmana dimaksud pd ayat (2) huruf b meliputi kemudahan layanan.
(5) Kriteria dan tolok ukur Kegagalan Bangunan tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
8
1.4 Pengertian Penilai Ahli
Ps.1/35
PP
Penilai Ahli adalah orang perseorangan, kelompok, atau lembaga yang
14/2021 diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian dalam hal terjadi
kegagalan bangunan.
9
1.5 Penilaian Kegagalan Bangunan
Penilaian Kegagalan Bangunan adalah suatu proses yang dilakukan oleh Penilai Ahli
untuk menilai suatu bangunan yang dilaporkan kepada Menteri telah mengalami
Kegagalan Bangunan.
10
❑ Seorang Penilai Ahli karena jabatannya sebagai Penilai Ahli tidak boleh
menempatkan dirinya sebagai Saksi dan Ahli dalam proses penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana baik pada kegagalan bangunan yang sedang
dinilainya maupun yang tidak dinilainya.
❑ Penilai Ahli dapat melakukan penilaian kegagalan bangunan atas
penugasan secara tertulis dari Ketua LPJK.
❑ Jika penegak hukum meminta atau memerintahkan seorang Penilai Ahli
menjadi Saksi atau Ahli dalam proses penyelidikan dan penyidikan, maka
seseorang tsb tidak berkapasitas sebagai Penilai Ahli tetapi sebagai Ahli
profesional di bidang konstruksi.
11
Contoh: Laporan Kegagalan Bangunan
12
Kegagalan Bangunan Gedung Alfamart 3 Lantai
22
2. Laporan Kepala Dinas SDA Jawa Barat Tgl. 1 Februari 2023
Kerusakan pada TPT Sungai Cidamar yang telah dibangun pada TA 2021.
Penyebab kerusakan akibat banjir pada 5 November 2022 mengakibatkan tergenanganya
beberapa kampung di Desa Cidamar dan Desa Kertajadi.
31
3. Surat Kepala Polres Melawi Polda Kalimantan Barat 20 Maret 2023
Perihal Permohonan Bantuan Ahli Konstruksi.
❑ Penyidikan dugaan tindak pidana korupsi pembangunan Pasar Rakyat Kota Juang
Kec. Nanga Pinoh, Kab. Melawi TA. 2018.
❑ Indikasi terjadi kegagalan konstruksi sehingga memerlukan pendapat ahli konstruksi
untuk mendampingi Penyidik melakukan perhitungan fisik dalam rangka audit PKN
yang dilakukan BPK.
❑ Penyidik meminta untuk dilakukan penilaian oleh PA.
38
2. UU No. 2 Tahun 2017 ttg Jasa Konstruksi
39
2.1. Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Tiga dari enam Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang diamanatkan dalam UU Jasa Konstruksi terkait
dengan Kegagalan Bangunan, yaitu:
a. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan
sesuai dg ketentuan per-uu-an.
Berdasarkan tujuan ini, seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan konstruksi dapat diminta
pertanggungjawabannya apabila terjadi Kegagalan Bangunan.
b. Menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan
kenyamanan lingkungan terbangun.
Berdasarkan tujuan ini telah dan akan dibangun sistem pengendalian yang terkait dengan penerapan Standar
K4 Konstruksi yang salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya Kegagalan Bangunan.
c. Menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik.
Berdasarkan tujuan ini tersirat bahwa produk konstruksi yang andal dan berkualitas hanya dapat diwujudkan
apabila seluruh tahapan penyelenggaraan jasa konstruksi dilaksanakan dengan tata Kelola yang baik sehingga
tidak terjadi Kegagalan Bangunan.
40
2.2. Standar K4 Konstruksi
41
3. Standar K4 Konstruksi paling sedikit meliputi:
a. Standar mutu bahan;
b. Standar mutu peralatan;
c. Standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. Standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. Standar operasi dan pemeliharaan;
g. Pedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an.
• Standar K4 Konstruksi diatur oleh Menteri teknis terkait sesuai dg kewenangannya.
• Dalam menyusun Standar K4 Konstruksi, Menteri teknis terkait memperhatikan
kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.
42
Penilai Ahli, Keterangan Saksi, dan Keterangan Ahli
❑ Publik dan Penegak Hukum (Polisi) belum memahami secara pasti tentang peran Penilai Ahli
dalam menilai kegagalan bangunan jika dikaitkan proses penyelidikan dan penyidikan
tindak pidana terkait fungsi dan struktur bangunan.
▪ SAKSI: keterangan yang diberikan oleh seseorang yang melihat, mendengar, dan mengalami
sendiri guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan.
▪ AHLI: keterangan yang diberikan oleh seseorang yg memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.
❑ Penegak Hukum masih beranggapan bahwa LPJK sebagai lembaga yg dapat menunjuk dan
menetapkan seorang Penilai Ahli dan Tenaga Ahli dapat membantu proses pemeriksaan tindak
pidana terkait fungsi bangunan konstruksi.
❑ Sampai saat ini Penegak Hukum masih menganggap bahwa Penilai Ahli dapat menjadi Saksi
dan Ahli dalam proses penyelidikan dan penyidikan terkait tindak pidana konstruksi.
43
2.3. Tanggung Jawab atas Kegagalan Bangunan
4. Menteri harus menetapkan Penilai Ahli dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan
bangunan.
44
2.4. Penilai Ahli
Ps. 61 a. Memiliki SKK pada jenjang jabatan ahli di bidang yang sesuai
UU
2/2017 dengan klasifikasi produk bangunan yang mengalami kegagalan
bangunan;
b. Memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana, dan/atau
pengawas pada Jasa Konstruksi dengan klasifikasi produk bangunan
yang mengalami kegagalan bangunan; dan
c. Terdaftar sebagai Penilai Ahli di Kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi.
45
2.5. Pelimpahan sebagian tugas Menteri kepada LPJK
46
2.6. Sanksi (Administratif)
❑ Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar K4
Konstruksi dikenai sanksi administratif berupa: peringatan tertulis, denda
administratif, penghentian sementara kegiatan layanan Jasa konstruksi,
pencantuman dalam daftar hitam, pembekuan izin, dan/atau pencabutan izin.
❑ Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa yang dalam memberikan pengesahan
atau persetujuan melanggar ketentuan dikenai sanksi administratif berupa:
peringatan tertulis, denda administratif, penghentian sementara kegiatan
layanan Jasa Konstruksi, pencantuman dalam daftar hitam, pembekuan izin,
dan/atau pencabutan izin.
❑ Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki
Kegagaran Bangunan, dikenai sanksi administratif berupa: peringatan tertulis,
denda administratif, penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi,
pencantuman dalam daftar hitam, pembekuan izin, dan/atau pencabutan izin.
47
3. UU No. 6 Th 2023 ttg Penetapan Perpu No.2/2022 Menjadi UU
▪ Tidak ada perubahan significant materi dalam UU No.2 Th.2017 Jo. UU No.6 Th.2023
terkait Standar K4 Konstruksi, Penilai Ahli, dan ketentuan tentang kegagalan
bangunan.
▪ Pengaturan lebih lanjut atas pelaksanaan UU No. 2/2017 jo.UU No.6/2023, yaitu:
❑ PP No. 22/2020 jo. PP No. 14/2021 : Peraturan Pelaksanaan UU No.2 th. 2017
❑ Permen PUPR No.9/2020 : Pembentukan LPJK
❑ Permen PUPR No.10/2020 : Akreditasi Asosiasi Jasa Konstruksi;
❑ Permen PUPR No.8/2021 : PA, Kegagalan Bangunan, dan Penilaian KB;
❑ Permen PUPR No.9/2021 : Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan;
❑ Permen PUPR No.10/2021 : Penerapan Standar K4 Konstruksi
48
4. Turunan UU No. 2 Th.2017 dan UU No.6 Th 2023
❑ PP No. 14 Th 2021 berisi 2 Pasal yaitu Pasal I dan Pasal II dan yang mengubah/menambah
Pasal-pasal dalam PP 22 Th 2020.
❑ Pasal I menyatatakan perubahan PP 22 th 2020 yg dituangkan dalam butir 1 s.d. butir 45
❑ Pasal II mengatur perubahan pengaturan penerapan Standar K4 Konstruksi, Kegagalan
Bangunan, Penilai Ahli, Konstruksi Berkelanjutan)
⮚ Butir 29: penambahan “Pasal” 84A s.d. 84AK mengatur tentang Standar K4 Konstruksi.
⮚ Butir 30: perubahan ”Pasal” 85 dan Butir 31, yaitu penambahan “Pasal” 85A s.d. 85R
terkait dengan Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan, dan Penilaian Kegagalan Bangunan.
49
Kode Etik Penilai Ahli
50
Kode Perilaku Penilai Ahli
51
Kode Perilaku Penilai Ahli
6. Bersifat jujur tentang keahlian dan kemampuannya dan tidak akan menerima
tugas pekerjaan di luar keahlian dan kemampuannya;
10. Tidak boleh menerima imbalan atau honorarium di luar ketentuan atau perjanjian
kontraktual yang berlaku.
52
Sanksi (Administratif) PA
❑ UU 2/2017 Pasal 97
Setiap Penilai Ahli yg dalam melaksanakan tugasnya tidak menjalankan kewajiban sbgmn dimaksud
dalam Ps.62 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pemberhentian
dari tugas; dan/atau c. dikeluarkan dari daftar penilai ahli yang teregistrasi.
53
4.2 Permen PUPR No. 8 Tahun 2021
BAB I : KETENTUAN UMUM
BAB II : PENILAI AHLI
Bagian Kesatu : Umum
Bagian Kedua : Tugas, Hak dan Kewajiban, dan Wewenang Penilai Ahli
Bagian Ketiga : Pendaftaran, Pelatihan, Uji Kompetensi, dan Pencatatan PA
Paragraf 1 : Tata Cara Pendaftaran dan Persyaratan PA
Paragraf 2 : Pelatihan Calon Penilai Ahli
SISTEMATIKA Paragraf 3 : Uji Kompetensi Penilai Ahli
Paragraf 4 : Pencatatan Penilai Ahli
6 BAB,
Paragraf 5 : Perpanjangan Sertifikat Penilai Ahli
8 Bagian,
23 Paragraf Bagian Keempat: Pembinaan Penilai Ahli
40 Pasal Paragraf 1 : Umum
Paragraf 2 : Pemberdayaan Penilai Ahli
Paragraf 3 : Pengawasan Penilai Ahli
Bagian Kelima : Sanksi Administratif
Paragraf 1 : Umum
Paragraf 2 : Tahapan Pemberian Sanksi
Paragraf 3 : Keberatan
54
BAB III : KEGAGALAN BANGUNAN
BAB IV : PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN
Bagian Kesatu : Pelaporan Kejadian Kegagalan Bangunan
Bagian Kedua : Penugasan Penilai Ahli
Paragraf 1 : Kriteria Penugasan Penilai Ahli
Paragraf 2 : Tahapan Penugasan Penilai Ahli
Paragraf 3 : Pembahasan Laporan Kejadian Kegagalan Bangunan
Paragraf 4 : Perjanjian Kerja
Paragraf 5 : Biaya Penilai Ahli
Bagian Ketiga : Pelaksanaan Penilaian Kegagalan Bangunan
Paragraf 1 : Pemeriksaan Dokumen Legalitas dan/atau Perizinan Objek Bangunan
Paragraf 2 : Identifikasi Kegagalan Bangunan
Paragraf 3 : Investigasi Kegagalan Bangunan
Paragraf 4 : Analisis Penyebab Kegagalan Bangunan
Paragraf 5 : Penilaian Besaran Ganti Kerugian
Paragraf 6 : Penetapan Penanggung Jawab Kegagalan Bangunan
Paragraf 7 : Pelaporan Hasil Penilaian Kegagalan Bangunan
BAB V : KETENTUAN PERALIHAN
BAB VI : KETENTUAN PENUTUP
55
Pelatihan CPA
(Ps. 10 Permen PUPR No.8/2021)
56
❑ Penugasan Penilai Ahli
▪ Kriteria Penugasan Penilai Ahli
▪ Penugasan Penilai Ahli
▪ Pembahasan Laporan Kejadian Kegagalan Bangunan
▪ Perjanjian Kerja
▪ Biaya Penilai Ahli
❑ Pelaksanaan Penilaian Kegagalan Bangunan
▪ Pemeriksaan Dokumen Legalitas dan/atau Perizinan Objek Bangunan
▪ Kerja sama dengan pihak terkait
▪ Penyediaan peralatan pendukung
▪ Identifikasi Kegagalan Bangunan
▪ Investigasi Kegagalan Bangunan
▪ Analisis Penyebab Kegagalan Bangunan
▪ Penilaian Besaran Ganti Kerugian
▪ Penetapan Penanggung Jawab Kegagalan Bangunan
❑ Pelaporan Hasil Penilaian Kegagalan Bangunan
57
4.2.1 Persyaratan PA
Ps. 9/2
Permen ❑ Persyaratan umum
PUPR
8/2021
a. WNI dan berdomisili di dalam wilayah Indonesia;
b. Berusia paling tinggi 70 (tujuh puluh) tahun pada saat pendaftaran
sebagai CPA;
c. Tidak terdaftar sebagai anggota atau pengurus Partai Politik;
d. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter; dan
e. Tidak terlibat dalam tindak pidana kejahatan yang telah mendapat
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
58
4.2.1 Persyaratan Penilai Ahli
Ps. 9/3
Permen
❑ Persyaratan Khusus
PUPR
8/2021 a. memiliki SKK Konstruksi pada jenjang jabatan Ahli dibidang yg sesuai dg
Klasifikasi produk bangunan yg mengalami kegagalan dg subkualifikasi paling
rendah Ahli Madya atau jenjang 8 (delapan) dan/atau IPM.
b. mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 10 (sepuluh) tahun sebagai
perencana, pelaksana dan/atau pengawas pada Jasa Konstruksi sesuai dg
Klasifikasi dari bangunan yang mengalami Kegagalan Bangunan;
c. mampu bekerja profesional, jujur, objektif, dan independen;
d. memiliki pemahaman terhadap standar konstruksi, regulasi jasa konstruksi,
keprofesian, dan peraturan perundang-undangan dan aspek hukum lainnya
terkait Kegagalan Bangunan;
59
e. Melampirkan surat pengantar dari pimpinan asosiasi profesi pemohon untuk
menjadi Penilai Ahli;
f. Diutamakan mempunyai Sertifikat Kompetensi Kerja konstruksi paling rendah
pada jenjang jabatan ahli madya Keselamatan Konstruksi atau jenjang 8 (delapan)
dan/atau telah mengikuti pelatihan/ bimbingan teknis terkait Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi;
g. Diutamakan memiliki latar belakang:
1) pengetahuan atau pendidikan di bidang forensic engineering yang dibuktikan
dg. surat keterangan atau sertifikat nasional/ internasional; dan
2) pengalaman dalam investigasi Kegagalan Bangunan yang dibuktikan
dengan surat keterangan.
h. Menandatangani pakta komitmen penugasan sebagai Penilai Ahli.
60
4.2.2 Tugas, Hak dan Kewajiban, dan Wewenang Penilai Ahli
Ps. 4 Tugas PA
Permen
PUPR
8/2021
a. menetapkan tingkat pemenuhan terhadap ketentuan Standar K4 Konstruksi;
b. menetapkan penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan;
c. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan;
d. menetapkan pihak yg bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yg terjadi;
e. menetapkan besaran kerugian keteknikan, serta usulan besarnya ganti rugi yang
harus dibayar oleh pihak yang bertanggung jawab;
f. menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian;
g. melaporkan hasil penilaiannya kepada penanggung jawab bangunan dan
Menteri melalui LPJK paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak
tanggal pelaksanaan tugas; dan
h. memberikan rekomendasi kebijakan kepada Menteri dalam rangka pencegahan
terjadinya Kegagalan Bangunan.
61
Hak PA
62
Kewajiban PA
63
Wewenang PA
Ps. 7
Permen
PUPR
8/2021
64
4.2.3 Penilaian Kegagalan Bangunan
Ps. 24
Permen
Penilaian Kegagalan Bangunan dilakukan dengan tahapan sbb:
PUPR
8/2021 a. Pelaporan kejadian Kegagalan Bangunan;
• Laporan disampaikan kepada Menteri melalui LPJK;
• Menteri dapat menugaskan penilaian kegagalan bangunan dalam hal
merugikan dan/atau membahayakan keselamatan umum.
b. Penugasan Penilai Ahli; Setelah penugasan perlu dilakukan
pembahasan untuk menentukan gambaran umum kegagalan bangunan,
lingkup penugasan, waktu penugasan, dan tahapan penilaian kegagalan
bangunan.
c. Pembuatan Perjanjian Kerja;
d. Pelaksanaan penilaian Kegagalan Bangunan; dan
e. Pelaporan hasil penilaian.
65
Penugasan Penilai Ahli
Ps. 26
Permen
PUPR
▪ Surat kesediaan untuk ditugaskan;
8/2021
▪ Ditetapkan oleh LPJK;
▪ Memiliki SKK Ahli sesuai klasifikasinya;
▪ Jika dalam kelompok, ketuanya harus Ahli Utama;
▪ Atas persetujuan LPJK, dalam pelaksanaan tugas dapat
bekerja sama dengan pihak terkait;
▪ Penetapan penugasan paling lama dalam 30 hari sejak
diterimanya pelaporan.
66
Pembuatan Perjanjian Kerja
67
Ps. 30
❑ Biaya Penilai Ahli meliputi:
Permen
PUPR
a. honorarium Penilai Ahli;
8/2021 b. biaya perjalanan dan biaya akomodasi yang dikeluarkan Penilai Ahli;
c. biaya tenaga ahli dan pendukung lainnya yang diperlukan dalam penilaian ahli;
d. biaya pemeriksaan dan pengujian yang diperlukan dalam penilaian ahli; dan
e. biaya administrasi yang meliputi pengadaan dokumen, sewa peralatan, dan
pengadaan alat pelindung diri.
❑ Biaya PA dibebankan kpd pihak yg bertanggung jawab terhdp
kegagalan bangunan berdasarkan penetapan PA.
68
Pelaksanaan Penilaian Kegagalan Bangunan
Ps. 31
Permen
PUPR Penilaian Kegagalan Bangunan dilaksanakan dengan cara:
8/2021
a. Pemeriksaan dokumen legalitas dan/atau perizinan objek bangunan;
b. Identifikasi Kegagalan Bangunan;
c. Investigasi Kegagalan Bangunan;
d. Analisis penyebab Kegagalan Bangunan;
e. Penilaian besaran ganti kerugian;
f. Penetapan penanggung jawab Kegagalan Bangunan; dan
g. Penyusunan dan penyampaian laporan.
69
Pihak Terkait
Ps.
32/12
Dalam proses pemeriksaan, PA dapat bekerjasama dengan:
Permen
PUPR a. Pihak pemerintah/penyelenggara infrastruktur;
8/2021
b. Pengelola Bangunan;
c. Lembaga atau institusi;
d. Perguruan Tinggi;
e. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
f. Laboratorium;
g. Tenaga Ahli lainnya yang diperlukan; dan/atau
h. Komite dan Komisi yang dibentuk oleh Menteri atau yang mempunyai
tugas dalam pemeriksaan dan pengujian bangunan.
70
Identifikasi Kegagalan Bangunan
Identifikasi Kegagalan Bangunan merupakan pencarian data primer dan sekunder yang
Ps. 33
meliputi:
Permen
PUPR a. Gambaran umum kondisi lapangan lokasi kegagalan bangunan, dalam bentuk visual
8/2021 dan pengamatan di lapangan.
b. Pernyataan dari pihak terkait, meliputi
1. Pengguna Jasa; 8. pemasok;
2. Instansi terkait; 9. rantai pasok;
3. Pemilik Bangunan; 10. aplikator;
4. Pengelola bangunan; 11. operator;
5. Penyedia Jasa konsultansi 12. penanggung jawab operasi;
perancangan Konstruksi; 13. mandor;
6. Penyedia Jasa pelaksanaan 14. tukang;
pekerjaan Konstruksi; 15. saksi fakta; dan
7. Penyedia Jasa konsultansi 16. masyarakat umum
pengawasan dan/atau MK.
71
4.2.4 Pelaporan Kejadian Kegagalan Bangunan
Ps.25
Permen (1) Pengguna Jasa, Pemilik/penanggung jawab Bangunan, Pengelola Bangunan dan/atau
PUPR
8/2021 pihak lain yang dirugikan akibat Kegagalan Bangunan dapat melaporkan terjadinya
suatu Kegagalan Bangunan.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan masyarakat yang
terdampak langsung akibat Kegagalan Bangunan.
(3) Pelaporan disampaikan kepada Menteri melalui LPJK dilakukan dalam jangka waktu
3 (tiga) hari kalender setelah terjadi Kegagalan Bangunan.
(4) Selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri berwenang untuk
mengambil tindakan tertentu apabila Kegagalan Bangunan mengakibatkan
kerugian dan/atau menimbulkan gangguan pada keselamatan umum,
termasuk dalam penunjukan Penilai Ahli dan penilaian Kegagalan Bangunan.
72
(5) Laporan kejadian Kegagalan Bangunan paling sedikit memuat:
a. identitas pelapor;
b. nama bangunan;
c. pemilik dan/atau penanggung jawab bangunan;
d. lokasi detil bangunan;
e. jenis keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan;
f. waktu kejadian Kegagalan Bangunan; dan
g. foto atau bukti kejadian Kegagalan Bangunan.
(6) LPJK melakukan verifikasi atas laporan kejadian Kegagalan Bangunan.
(7) Pelaporan kejadian Kegagalan Bangunan tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
73
Pembinaan dan Pengawasan PA
74
5. Keterkaitan Dg Uu Sektor Lainnya
Pasal 8
(1) Setiap bangunan harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:
a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. izin mendirikan bangunan gedung;
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
75
Pasal 7
(3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
76
Pemanfaatan Bangunan Gedung
Pasal 37
(1) Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunan gedung setelah bangunan
gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi.
(2) Bangunan gedung dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi apabila telah memenuhi persyaratan teknis,
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV undang-undang ini.
(3) Pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala pada bangunan gedung harus dilakukan agar
tetap memenuhi persyaratan laik fungsi
(4) Dalam pemanfaatan bangunan gedung, pemilik atau pengguna bangunan gedung mempunyai hak dan
kewajiban sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Pasal 41
(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik dan pengguna bangunan gedung mempunyai kewajiban:
a. memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsinya;
b. memelihara dan/atau merawat bangunan gedung secara berkala;
c. melengkapi pedoman/petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan gedung;
d. melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas kelaikan fungsi bangunan gedung.
e. memperbaiki bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi;
f. membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki, dapat
menimbulkan bahaya dalam pemanfaatannya, atau tidak memiliki izin mendirikan bangunan, dengan
tidak mengganggu keselamatan dan ketertiban umum.
77
5.2. UU No.38 Th. 2004 : Jalan Jo. UU No.2 Th. 2021
Pasal 29 UU No. 2/2021 (Perubahan Atas UU No.38 Th.2004 tentang Jalan)
(1) Pembangunan Jalan Umum ditujukan guna mencapai kondisi laik fungsi dan berdaya saing, baik untuk Jalan
nasional, Jalan provinsi, Jalan kabupaten, Jalan kota, maupun Jalan desa.
78
5.3. UU No.1/2011 ttg Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No.1 Th. 2011 dalam pengaturan teknisnya dilakukan melalui Pembinaan yang
dilakukan Pemerintah, yaitu sbb:
Pasal 16
(1) Pemerintah dalam melaksanakan pembinaan mempunyai wewenang:
a. menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan kriteria rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat,
dan aman;
79
5.4. UU No. 17/2019 ttg Sumber Daya Air.
Pasal 40
(4) Pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya Air dan pelaksanaan nonkonstruksi dilakukan
dengan:
a. mengikuti norma, standar, prosedur, dan kriteria;
b. memanfaatkan teknologi dan sumber daya lokal; dan
c. mengutamakan keselamatan, keamanan kerja, dan keberlanjutan fungsi ekologis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
80
6. KETERKAITAN dengan UU KEPROFESIAN LAINNYA
Pasal 25:
Insinyur dan Insinyur Asing berkewajiban:
a. Melaksanakan keg. Keinsinyuran sesuai dg keahlian dan kode etik Insinyur;
b. Melaksanakan tugas profesi sesuai dg keahlian dan kualifikasi yang dimiliki;
c. Melaksanakan tugas profesi sesuai dg standar Keinsinyuran;
d. Menyelesaikan pek. sesuai dg perjanjian kerja dg Pengguna Keinsinyuran;
e. Mengutamakan kaidah keselamatan, kesehatan kerja, dan kelestarian lingkungan
hidup
81
6.2. UU NO. 6 Th.2017 : Arsitek
Mengatur hubungan hukum antara orang yang berprofesi sebagai Arsitek dengan
Pengguna Jasa Arsitek.
Pasal 4
(1) Layanan Praktik Arsitek berupa penyediaan jasa profesional terkait dengan penyelenggaraan
kegiatan Arsitek.
(2) Lingkup layanan Praktik Arsitek meliputi:
a. penyusunan studi awal Arsitektur;
b. perancangan bangunan gedung dan lingkungannya;
c. pelestarian bangunan gedung dan lingkungannya;
d. perancangan tata bangunan dan lingkungannya;
e. penyusunan dokumen perencanaan teknis; dan/atau
f. pengawasan aspek Arsitektur pada pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dan
lingkungannya.
Pasal 22 huruf f
Mengutamakan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan;
82
Peraturan Perundang-undangan Jasa Konstruksi
83
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat
84