Anda di halaman 1dari 84

Pelatihan Manajerial Penilai Ahli

MODUL-1

REGULASI JASA KONSTRUKSI,


INFRASTRUKTUR, DAN
TATA KELOLA

Disampaikan oleh:
Ir. Yaya Supriyatna, M.Eng.,Sc.
Suroto, S.H.,M.H.

Jakarta, 12 Juni 2023


DESKRIPSI MODUL-1

JUDUL REGULASI JASA KONSTRUKSI, INFRASTRUKTUR, DAN TATA KELOLA

PA MAMPU MEMAHAMI, MENJELASKAN DAN MENERAPKAN NORMA DAN


TUJUAN
TANGGUNG JAWAB HUKUM TERJADINYA KEGAGALAN BANGUNAN.
MENGKAJI REGULASI: UU JASA KONSTRUKSI, UU SEKTOR, UU
DESKRIPSI
KEPROFESIAN, DAN KETENTUAN TEKNIS KEGAGALAN BANGUNAN.
MODEL
PRESENTASI, TANYA JAWAB/DISKUSI, ANALISIS.
PEMBELAJARAN
EVALUASI DISKUSI DAN PENGISIAN LEMBAR KERJA PENERAPAN REGULASI
PEMBELAJARAN PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN
WAKTU
2 JP @ 120 MENIT
PEMBELAJARAN

CAPAIAN PA MAMPU MEMAHAMI, MENJELASKAN/MENERAPKAN NORMA HUKUM DAN


PEMBELAJARAN KETENTUAN TEKNIS DALAM PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN

METODE
PRESENTASI DAN DISKUSI
PEMBELAJARAN

2
DAFTAR ISI
1. Pengertian
2. UU No. 2 Th 2017 ttg Jasa Konstruksi;
3. UU No. 6 Th 2023 ttg Penetapan PERPU No 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang;
4. Turunan UU No. 2 Th.2017 Jo. UU No.6 Th 2023 terkait ketentuan Kegagalan Bangunan;
a. PP No. 14 Th. 2021 ttg Perubahan Atas PP No. 22 Th. 2020 ttg Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Th. 2017;
b. Permen PUPR No. 8 Th. 2021 ttg Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan, Penilaian Kegagalan Bangunan;
c. Permen PUPR No. 9 Th. 2021 ttg Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan;
d. Permen PUPR No.10 Th. 2021 ttg Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).

5. UU Sektor Infrastruktur terkait Kegagalan Bangunan


a. UU No. 28 Th. 2002 ttg Bangunan Gedung;
b. UU No. 38 Th. 2004 ttg Jalan Jo. UU No. 2 Th. 2021 ttg Perubahan Atas UU No.38 Th.2004 ttg, Jalan;
c. UU No. 1 Th. 2011 ttg Perumahan dan Kawasan Permukiman;
d. UU No. 17 Th. 2019 ttg Sumber Daya Air;

6. UU Keprofesian lainnya yang terkait:


a. UU No. 11 Th 2014 ttg Keinsinyuran; dan
b. UU No. 6 Th 2017 ttg Arsitek.

3
1.1. PENGERTIAN KONSTRUKSI

▪ Jasa Konstruksi adalah layanan


Ps.1
UU
jasa konsultansi konstruksi
2/2027 dan/atau pekerjaan kontruksi.
Yang dimaksud konstruksi
▪ Konsultansi Konstruksi adalah adalah konstruksi suatu
layanan keseluruhan atau bangunan
sebagian kegiatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan Konstruksi adalah rangkaian
manajemen penyelenggaraan kegiatan untuk mewujudkan,
konstruksi suatu bangunan. memelihara, menghancurkan
bangunan yang sebagian Ps.1
▪ Pekerjaan Konstruksi adalah dan/atau seluruhnya menyatu PP 14/
2021
keseluruhan atau sebagian dengan tanah atau tempat
kegiatan yang meliputi kedudukannya menyatu dg
pembangunan, pengoperasian, tanah.
pemeliharaan, pembongkaran, dan (PP 22/2020 jo. PP 14/2021)
pembangunan kembali suatu
bangunan.

4
1.2 Pengertian Bangunan
PP No. 14 Th.2021
❑ Bangunan adalah bangunan konstruksi yaitu wujud fisik hasil jasa konstruksi.
❑ Kata “Bangunan” dalam UU Jasa Konstruksi dibedakan menurut sifat usaha pekerjaan
konstruksi yang bersifat umum dan spesialis. Klasifikasi usaha pekerjaan konstruksi yang
bersifat umum meliputi bangunan gedung, dan bangunan sipil (Ps.14/2).
UU No. 28 Th. 2002 ttg Bangunan Gedung. (Ps.1)
❑ Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yg berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian/tempat
tinggal, keg. keagamaan, keg. usaha, keg. sosial, budaya, maupun keg. khusus.
Misalnya: Bangunan terminal, stadion, bangunan tempat ibadah.
❑ Bangunan sipil adalah bangunan di luar bangunan gedung, misalnya:
bangunan transportasi: jalan, jalan rel, pelabuhan/dermaga, landasan pesawat;
bangunan air: bendung, bendungan, saluran irigasi, pemecah gelombang, menara dll.

5
1.3. Pengertian Kegagalan Bangunan

Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau Ps. 1 / 12


PERMEN
tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi. PUPR
8/2021

Ps. 85 PP No.14/2021
(1) Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh Penilai Ahli;
(2) Penilai Ahli terdiri atas:
a. orang perorangan;
b. kelompok; atau
c. lembaga yg diberikan kewenangan utk melakukan penilaian dlm hal terjadi kegagalan
bangunan.

(3) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan
bangunan akibat dari tidak terpenuhinya Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan
dan Keberlanjutan (Standar K4) dlm penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Ps. 84G ayat (6).

6
Pasal 85A PP No.14/2021
(1) Kegagalan Bangunan meliputi:
a. keruntuhan bangunan; dan
b. tidak berfungsinya bangunan.

(2) Keruntuhan bangunan merupakan kondisi sebagian besar atau keseluruhan komponen
bangunan yang rusak dan tidak dapat dioperasikan.

(3) Tidak berfungsinya bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan:
a. tidak sesuai dengan yang direncanakan; dan/atau
b. tidak dipenuhinya aspek keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan.

7
Pasal 23 Permen PUPR No.8/2021
(1) Kegagalan Bangunan dinilai dan ditetapkan berdasarkan kriteria dan tolok ukur.
(2) Kriteria dan tolok ukur mencakup:
a. aspek struktural; dan
b. aspek fungsional.
(3) Aspek struktural sbgmana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit meliputi:
a. kekuatan;
b. stabilitas;
c. durabilitas; dan
d. spesifikasi material.
(4) Aspek fungsional sbgmana dimaksud pd ayat (2) huruf b meliputi kemudahan layanan.
(5) Kriteria dan tolok ukur Kegagalan Bangunan tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

8
1.4 Pengertian Penilai Ahli

Ps.1/35
PP
Penilai Ahli adalah orang perseorangan, kelompok, atau lembaga yang
14/2021 diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian dalam hal terjadi
kegagalan bangunan.

▪ Penilai Ahli adalah seorang Ahli yang dapat menetapkan terjadinya


kegagalan bangunan;
▪ Penilai Ahli ditetapkan oleh Menteri PUPR melalui LPJK;
▪ Tugas dan wewenang Penilai Ahli berbeda dengan Tenaga Ahli/
Tenaga Kerja Konstruksi Kualifikasi Ahli.

9
1.5 Penilaian Kegagalan Bangunan

Penilaian Kegagalan Bangunan adalah suatu proses yang dilakukan oleh Penilai Ahli
untuk menilai suatu bangunan yang dilaporkan kepada Menteri telah mengalami
Kegagalan Bangunan.

❑ Pelaksanaan penilaian Kegagalan Bangunan berdasarkan tugas dari Menteri PUPR


melalui LPJK.
❑ Penilaian Kegagalan Bangunan meliputi:
▪ Penetapan tingkat kepatuhan terhadap Standar K4 dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi;
▪ Penetapan penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan;
▪ Menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan;
▪ Penetapan pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan;

10
❑ Seorang Penilai Ahli karena jabatannya sebagai Penilai Ahli tidak boleh
menempatkan dirinya sebagai Saksi dan Ahli dalam proses penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana baik pada kegagalan bangunan yang sedang
dinilainya maupun yang tidak dinilainya.
❑ Penilai Ahli dapat melakukan penilaian kegagalan bangunan atas
penugasan secara tertulis dari Ketua LPJK.
❑ Jika penegak hukum meminta atau memerintahkan seorang Penilai Ahli
menjadi Saksi atau Ahli dalam proses penyelidikan dan penyidikan, maka
seseorang tsb tidak berkapasitas sebagai Penilai Ahli tetapi sebagai Ahli
profesional di bidang konstruksi.

11
Contoh: Laporan Kegagalan Bangunan

Laporan KEGAGALAN BANGUNAN.


1. Jenis laporan : Kegagalan Bangunan Jalan Nasional di Provinsi Jambi sepanjang 277,83 Km.
Penggunaan : Lalu lintas kendaraan umum dan kendaraan batu bara.
Kegagalan Bangunan : Kerusakan struktur jalan
Kegagalan Fungsi : Kemacetan parah di Jalan Nasional Tgl. 28 Februari 2023 – 2 Maret 2023

Tidak berfungsinya Bangunan:


❑ 11.500 Kendaraan Batu Bara setiap hari lewat di jalan nasional (idealnya 1.500)
❑ Tidak dipenuhinya aspek Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan
❑ Kendaraan OVER LOAD dan OVER DIMENSI
❑ Jalan Berbebu dan bising
❑ Korban meninggal 1 orang.

12
Kegagalan Bangunan Gedung Alfamart 3 Lantai

1) Nama pemilik : H. AFN


2) Jenis bangunan : Ruko komersial 3 lantai, 3 pintu,
3) Luas bangunan : Lt. I: 270m2, Lt.II + Lt.III: 580m2.
4) Pelaksana : GWN
5) IMB : 2 lantai An. H. AFN
6) Pengguna bangunan : - Alfamart (a.n. PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk) berdasarkan
kontrak sewa-menyewa 2 pintu (th 2015-2020, dan th 2020-
2027), dan
- Toko jual beli spare part alat berat (1 pintu).
6) Tanggal kejadian : 18 April 2022 Pukul 17.00 WITA.
7) Jumlah Korban : 5 orang meninggal dunia, dan 9 orangh luka berat.

22
2. Laporan Kepala Dinas SDA Jawa Barat Tgl. 1 Februari 2023

Kerusakan pada TPT Sungai Cidamar yang telah dibangun pada TA 2021.
Penyebab kerusakan akibat banjir pada 5 November 2022 mengakibatkan tergenanganya
beberapa kampung di Desa Cidamar dan Desa Kertajadi.

Atas rekomendasi BPK meminta kajian terhadap Kerusakan TPT Cidamar.

31
3. Surat Kepala Polres Melawi Polda Kalimantan Barat 20 Maret 2023
Perihal Permohonan Bantuan Ahli Konstruksi.

❑ Penyidikan dugaan tindak pidana korupsi pembangunan Pasar Rakyat Kota Juang
Kec. Nanga Pinoh, Kab. Melawi TA. 2018.
❑ Indikasi terjadi kegagalan konstruksi sehingga memerlukan pendapat ahli konstruksi
untuk mendampingi Penyidik melakukan perhitungan fisik dalam rangka audit PKN
yang dilakukan BPK.
❑ Penyidik meminta untuk dilakukan penilaian oleh PA.

38
2. UU No. 2 Tahun 2017 ttg Jasa Konstruksi

• Tujuan penyelenggaraan Jasa Konstruksi;


• Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan Konstruksi (Standar K4 Konstruksi);
• Kegagalan Bangunan;
• Penilai Ahli;
• Pelimpahan sebagian tugas Menteri kepada LPJK;
• Sanksi (Administratif).

39
2.1. Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Tiga dari enam Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang diamanatkan dalam UU Jasa Konstruksi terkait
dengan Kegagalan Bangunan, yaitu:
a. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan
sesuai dg ketentuan per-uu-an.
Berdasarkan tujuan ini, seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan konstruksi dapat diminta
pertanggungjawabannya apabila terjadi Kegagalan Bangunan.
b. Menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan
kenyamanan lingkungan terbangun.
Berdasarkan tujuan ini telah dan akan dibangun sistem pengendalian yang terkait dengan penerapan Standar
K4 Konstruksi yang salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya Kegagalan Bangunan.
c. Menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik.
Berdasarkan tujuan ini tersirat bahwa produk konstruksi yang andal dan berkualitas hanya dapat diwujudkan
apabila seluruh tahapan penyelenggaraan jasa konstruksi dilaksanakan dengan tata Kelola yang baik sehingga
tidak terjadi Kegagalan Bangunan.

40
2.2. Standar K4 Konstruksi

Ps. 59 Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa


UU
2/2017 dan Penyedia Jasa wajib:

1. Memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi


(Standar K4 Konstruksi).
2. Dalam memenuhi Standar K4 Konstruksi tersebut, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia
Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
a. Hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b. Rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
c. Pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
d. Penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
e. Hasil layanan Jasa Konstruksi.

41
3. Standar K4 Konstruksi paling sedikit meliputi:
a. Standar mutu bahan;
b. Standar mutu peralatan;
c. Standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. Standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. Standar operasi dan pemeliharaan;
g. Pedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an.
• Standar K4 Konstruksi diatur oleh Menteri teknis terkait sesuai dg kewenangannya.
• Dalam menyusun Standar K4 Konstruksi, Menteri teknis terkait memperhatikan
kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.

42
Penilai Ahli, Keterangan Saksi, dan Keterangan Ahli

❑ Publik dan Penegak Hukum (Polisi) belum memahami secara pasti tentang peran Penilai Ahli
dalam menilai kegagalan bangunan jika dikaitkan proses penyelidikan dan penyidikan
tindak pidana terkait fungsi dan struktur bangunan.
▪ SAKSI: keterangan yang diberikan oleh seseorang yang melihat, mendengar, dan mengalami
sendiri guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan.
▪ AHLI: keterangan yang diberikan oleh seseorang yg memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.
❑ Penegak Hukum masih beranggapan bahwa LPJK sebagai lembaga yg dapat menunjuk dan
menetapkan seorang Penilai Ahli dan Tenaga Ahli dapat membantu proses pemeriksaan tindak
pidana terkait fungsi bangunan konstruksi.
❑ Sampai saat ini Penegak Hukum masih menganggap bahwa Penilai Ahli dapat menjadi Saksi
dan Ahli dalam proses penyelidikan dan penyidikan terkait tindak pidana konstruksi.

43
2.3. Tanggung Jawab atas Kegagalan Bangunan

1. Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar Keamanan,


Ps. 60 Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud dalam Ps. 59
UU
2/2017 UU 2/2017, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi pihak yang
bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan.

2. Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh Penilai Ahli.

3. Penilai Ahli ditetapkan oleh Menteri.

4. Menteri harus menetapkan Penilai Ahli dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan
bangunan.

44
2.4. Penilai Ahli

Penilai Ahli harus:

Ps. 61 a. Memiliki SKK pada jenjang jabatan ahli di bidang yang sesuai
UU
2/2017 dengan klasifikasi produk bangunan yang mengalami kegagalan
bangunan;
b. Memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana, dan/atau
pengawas pada Jasa Konstruksi dengan klasifikasi produk bangunan
yang mengalami kegagalan bangunan; dan
c. Terdaftar sebagai Penilai Ahli di Kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi.

45
2.5. Pelimpahan sebagian tugas Menteri kepada LPJK

▪ Ps. 84 UU No. 11/2020


Penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat mengikutsertakan
masyarakat Jasa Konstruksi dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh
Menteri.

▪ Ps. 6/1 huruf c, dan huruf d, PP No. 14/2021


Kewenangan Pemerintah Pusat terkait dengan Kegagalan Bangunan, yang
dilimpahkan ke LPJK:
a. Pencatatan Penilai Ahli melalui SIJK Terintegrasi.
b. Menetapkan Penilai Ahli yang terdaftar dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan.

46
2.6. Sanksi (Administratif)
❑ Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar K4
Konstruksi dikenai sanksi administratif berupa: peringatan tertulis, denda
administratif, penghentian sementara kegiatan layanan Jasa konstruksi,
pencantuman dalam daftar hitam, pembekuan izin, dan/atau pencabutan izin.
❑ Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa yang dalam memberikan pengesahan
atau persetujuan melanggar ketentuan dikenai sanksi administratif berupa:
peringatan tertulis, denda administratif, penghentian sementara kegiatan
layanan Jasa Konstruksi, pencantuman dalam daftar hitam, pembekuan izin,
dan/atau pencabutan izin.
❑ Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki
Kegagaran Bangunan, dikenai sanksi administratif berupa: peringatan tertulis,
denda administratif, penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi,
pencantuman dalam daftar hitam, pembekuan izin, dan/atau pencabutan izin.

47
3. UU No. 6 Th 2023 ttg Penetapan Perpu No.2/2022 Menjadi UU

▪ Tidak ada perubahan significant materi dalam UU No.2 Th.2017 Jo. UU No.6 Th.2023
terkait Standar K4 Konstruksi, Penilai Ahli, dan ketentuan tentang kegagalan
bangunan.

▪ Pengaturan lebih lanjut atas pelaksanaan UU No. 2/2017 jo.UU No.6/2023, yaitu:
❑ PP No. 22/2020 jo. PP No. 14/2021 : Peraturan Pelaksanaan UU No.2 th. 2017
❑ Permen PUPR No.9/2020 : Pembentukan LPJK
❑ Permen PUPR No.10/2020 : Akreditasi Asosiasi Jasa Konstruksi;
❑ Permen PUPR No.8/2021 : PA, Kegagalan Bangunan, dan Penilaian KB;
❑ Permen PUPR No.9/2021 : Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan;
❑ Permen PUPR No.10/2021 : Penerapan Standar K4 Konstruksi

48
4. Turunan UU No. 2 Th.2017 dan UU No.6 Th 2023

4.1. PP No.22 th 2020, dan PP No.14 Th 2021

❑ PP No. 14 Th 2021 berisi 2 Pasal yaitu Pasal I dan Pasal II dan yang mengubah/menambah
Pasal-pasal dalam PP 22 Th 2020.
❑ Pasal I menyatatakan perubahan PP 22 th 2020 yg dituangkan dalam butir 1 s.d. butir 45
❑ Pasal II mengatur perubahan pengaturan penerapan Standar K4 Konstruksi, Kegagalan
Bangunan, Penilai Ahli, Konstruksi Berkelanjutan)
⮚ Butir 29: penambahan “Pasal” 84A s.d. 84AK mengatur tentang Standar K4 Konstruksi.

⮚ Butir 30: perubahan ”Pasal” 85 dan Butir 31, yaitu penambahan “Pasal” 85A s.d. 85R
terkait dengan Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan, dan Penilaian Kegagalan Bangunan.

49
Kode Etik Penilai Ahli

1. Mengutamakan Keselamatan Konstruksi, dan menetapkan Standar


Ps.
85P/2 PP Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan;
14/2021
2. Bekerja secara berkeahlian sesuai dengan kompetensinya;
3. Dalam menjalankan tugas bersifat mandiri dan bertanggung jawab atas
objektivitas dan kebenaran hasil investigasi;
4. Bertanggung jawab berdasarkan prinsip-prinsip keahlian sesuai dengan
kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual;
5. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab
tugasnya;
6. Memegang teguh kehormatan, integritas, dan martabat profesi;

50
Kode Perilaku Penilai Ahli

1. Dalam melaksanakan tugas profesinya wajib melindungi kepentingan


Ps.
85P/3
masyarakat luas di atas kepentingan pihak-pihak lain;
PP
14/2021
2. Harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi maupun golongan;

3. Memanfaatkan sumber daya secara optimal dan efisien;

4. Mengikuti kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan


di bidang profesinya;

5. Mencurahkan segala perhatian, kemampuan, pengetahuan, kepandaian,


dan pengalaman yang ada padanya untuk penyelesaian tugas;

51
Kode Perilaku Penilai Ahli

6. Bersifat jujur tentang keahlian dan kemampuannya dan tidak akan menerima
tugas pekerjaan di luar keahlian dan kemampuannya;

7. Memenuhi janjinya dalam menyelesaikan tugas yang dipercayakan dan menjadi


tanggung jawabnya;

8. Menolak suatu penugasan yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan


dengan pemberi tugas, masyarakat, dan lingkungan;

9. Menyampaikan laporan secara jujur dan obyektif berkaitan dengan tugasnya


kepada pemberi tugas;

10. Tidak boleh menerima imbalan atau honorarium di luar ketentuan atau perjanjian
kontraktual yang berlaku.

52
Sanksi (Administratif) PA
❑ UU 2/2017 Pasal 97
Setiap Penilai Ahli yg dalam melaksanakan tugasnya tidak menjalankan kewajiban sbgmn dimaksud
dalam Ps.62 ayat (2) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pemberhentian
dari tugas; dan/atau c. dikeluarkan dari daftar penilai ahli yang teregistrasi.

❑ PP 14/2021 Pasal 85Q


(1) Sanksi kepada PA meliputi pelanggaran kode etik dan/atau kode perilaku PA;
(2) Jenis sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa sanksi administratif

❑ Permen PUPR 8/2021 Pasal 18


(1) Penilai Ahli yang melakukan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
Kode Etik dan Kode Perilaku Penilai Ahli sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3)
diberikan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. peringatan tertulis;
b. tidak diberikan penugasan;
c. pemberhentian dari tugas; dan/atau
d. dikeluarkan dari daftar Penilai Ahli yang tercatat dalam SIKI terintegrasi.

53
4.2 Permen PUPR No. 8 Tahun 2021
BAB I : KETENTUAN UMUM
BAB II : PENILAI AHLI
Bagian Kesatu : Umum
Bagian Kedua : Tugas, Hak dan Kewajiban, dan Wewenang Penilai Ahli
Bagian Ketiga : Pendaftaran, Pelatihan, Uji Kompetensi, dan Pencatatan PA
Paragraf 1 : Tata Cara Pendaftaran dan Persyaratan PA
Paragraf 2 : Pelatihan Calon Penilai Ahli
SISTEMATIKA Paragraf 3 : Uji Kompetensi Penilai Ahli
Paragraf 4 : Pencatatan Penilai Ahli
6 BAB,
Paragraf 5 : Perpanjangan Sertifikat Penilai Ahli
8 Bagian,
23 Paragraf Bagian Keempat: Pembinaan Penilai Ahli
40 Pasal Paragraf 1 : Umum
Paragraf 2 : Pemberdayaan Penilai Ahli
Paragraf 3 : Pengawasan Penilai Ahli
Bagian Kelima : Sanksi Administratif
Paragraf 1 : Umum
Paragraf 2 : Tahapan Pemberian Sanksi
Paragraf 3 : Keberatan

54
BAB III : KEGAGALAN BANGUNAN
BAB IV : PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN
Bagian Kesatu : Pelaporan Kejadian Kegagalan Bangunan
Bagian Kedua : Penugasan Penilai Ahli
Paragraf 1 : Kriteria Penugasan Penilai Ahli
Paragraf 2 : Tahapan Penugasan Penilai Ahli
Paragraf 3 : Pembahasan Laporan Kejadian Kegagalan Bangunan
Paragraf 4 : Perjanjian Kerja
Paragraf 5 : Biaya Penilai Ahli
Bagian Ketiga : Pelaksanaan Penilaian Kegagalan Bangunan
Paragraf 1 : Pemeriksaan Dokumen Legalitas dan/atau Perizinan Objek Bangunan
Paragraf 2 : Identifikasi Kegagalan Bangunan
Paragraf 3 : Investigasi Kegagalan Bangunan
Paragraf 4 : Analisis Penyebab Kegagalan Bangunan
Paragraf 5 : Penilaian Besaran Ganti Kerugian
Paragraf 6 : Penetapan Penanggung Jawab Kegagalan Bangunan
Paragraf 7 : Pelaporan Hasil Penilaian Kegagalan Bangunan
BAB V : KETENTUAN PERALIHAN
BAB VI : KETENTUAN PENUTUP

55
Pelatihan CPA
(Ps. 10 Permen PUPR No.8/2021)

Pasal 10 Permen PUPR No. 8 Th. 2021


(1) CPA yg sudah ditetapkan oleh LPJK harus mengikuti pelatihan CPA yg dilaksanakan oleh LPJK.
(2) CPA yang telah mengikuti pelatihan akan mendapatkan STTP yang diterbitkan oleh LPJK.
(3) Pelatihan dilakukan dalam bentuk teori dan praktik berupa pemahaman materi, diskusi, dan praktik
penilaian kegagalan bangunan yang didukung oleh peralatan investigasi.
(4) Pelatihan dapat mengacu pada ketentuan pelatihan berbasis kompetensi sesuai dengan SKKNI dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) LPJK dalam melaksanakan pelatihan dapat bekerja sama dengan pakar dan/atau lembaga/institusi
yang berkompeten di bidangnya.
(6) Pakar dibuktikan oleh SKK pada jabatan Ahli Utama atau jenjang 9 (sembilan), dan/atau IPU dan/atau
memiliki pengalaman di bidang Jasa Konstruksi paling sedikit 15 (lima belas) tahun.
(7) Pelatihan tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Permen ini.

56
❑ Penugasan Penilai Ahli
▪ Kriteria Penugasan Penilai Ahli
▪ Penugasan Penilai Ahli
▪ Pembahasan Laporan Kejadian Kegagalan Bangunan
▪ Perjanjian Kerja
▪ Biaya Penilai Ahli
❑ Pelaksanaan Penilaian Kegagalan Bangunan
▪ Pemeriksaan Dokumen Legalitas dan/atau Perizinan Objek Bangunan
▪ Kerja sama dengan pihak terkait
▪ Penyediaan peralatan pendukung
▪ Identifikasi Kegagalan Bangunan
▪ Investigasi Kegagalan Bangunan
▪ Analisis Penyebab Kegagalan Bangunan
▪ Penilaian Besaran Ganti Kerugian
▪ Penetapan Penanggung Jawab Kegagalan Bangunan
❑ Pelaporan Hasil Penilaian Kegagalan Bangunan

57
4.2.1 Persyaratan PA

Ps. 9/2
Permen ❑ Persyaratan umum
PUPR
8/2021
a. WNI dan berdomisili di dalam wilayah Indonesia;
b. Berusia paling tinggi 70 (tujuh puluh) tahun pada saat pendaftaran
sebagai CPA;
c. Tidak terdaftar sebagai anggota atau pengurus Partai Politik;
d. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter; dan
e. Tidak terlibat dalam tindak pidana kejahatan yang telah mendapat
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

58
4.2.1 Persyaratan Penilai Ahli

Ps. 9/3
Permen
❑ Persyaratan Khusus
PUPR
8/2021 a. memiliki SKK Konstruksi pada jenjang jabatan Ahli dibidang yg sesuai dg
Klasifikasi produk bangunan yg mengalami kegagalan dg subkualifikasi paling
rendah Ahli Madya atau jenjang 8 (delapan) dan/atau IPM.
b. mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 10 (sepuluh) tahun sebagai
perencana, pelaksana dan/atau pengawas pada Jasa Konstruksi sesuai dg
Klasifikasi dari bangunan yang mengalami Kegagalan Bangunan;
c. mampu bekerja profesional, jujur, objektif, dan independen;
d. memiliki pemahaman terhadap standar konstruksi, regulasi jasa konstruksi,
keprofesian, dan peraturan perundang-undangan dan aspek hukum lainnya
terkait Kegagalan Bangunan;

59
e. Melampirkan surat pengantar dari pimpinan asosiasi profesi pemohon untuk
menjadi Penilai Ahli;
f. Diutamakan mempunyai Sertifikat Kompetensi Kerja konstruksi paling rendah
pada jenjang jabatan ahli madya Keselamatan Konstruksi atau jenjang 8 (delapan)
dan/atau telah mengikuti pelatihan/ bimbingan teknis terkait Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi;
g. Diutamakan memiliki latar belakang:
1) pengetahuan atau pendidikan di bidang forensic engineering yang dibuktikan
dg. surat keterangan atau sertifikat nasional/ internasional; dan
2) pengalaman dalam investigasi Kegagalan Bangunan yang dibuktikan
dengan surat keterangan.
h. Menandatangani pakta komitmen penugasan sebagai Penilai Ahli.

60
4.2.2 Tugas, Hak dan Kewajiban, dan Wewenang Penilai Ahli

Ps. 4 Tugas PA
Permen
PUPR
8/2021
a. menetapkan tingkat pemenuhan terhadap ketentuan Standar K4 Konstruksi;
b. menetapkan penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan;
c. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan;
d. menetapkan pihak yg bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yg terjadi;
e. menetapkan besaran kerugian keteknikan, serta usulan besarnya ganti rugi yang
harus dibayar oleh pihak yang bertanggung jawab;
f. menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian;
g. melaporkan hasil penilaiannya kepada penanggung jawab bangunan dan
Menteri melalui LPJK paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak
tanggal pelaksanaan tugas; dan
h. memberikan rekomendasi kebijakan kepada Menteri dalam rangka pencegahan
terjadinya Kegagalan Bangunan.

61
Hak PA

a. berkoordinasi dengan pihak berwenang yang terkait;


Ps. 5
Permen
PUPR
b. memperoleh kompensasi, perlindungan dan fasilitas keamanan, keselamatan,
8/2021
dan kesehatan kerja dari para pihak;
c. menghentikan kegiatan investigasi dan penelitiannya, serta segera melaporkan
segala sesuatu kepada pemberi tugas mengenai ancaman dan gangguan
keamanan, keselamatan, dan kesehatan selama proses kerja;
d. menjelaskan baik lisan maupun tulisan segala sesuatu penemuan bukti yang
didapat dari hasil penilaian Kegagalan Bangunan yang dapat dipertanggung-
jawabkan hanya kepada para pihak; dan
e. mendapatkan pengawalan dan perlindungan dari Kepolisian Negara RI bila
diperlukan, untuk memasuki lokasi kejadian.

62
Kewajiban PA

a. Menjunjung tinggi nilai-nilai:


Ps. 6
Permen
1. Independensi; 5. Kemanfaatan;
PUPR 2. Profesionalitas; 6. Kerahasiaan;
8/2021
3. Keadilan; 7. Kejujuran; dan
4. Kepastian hukum; 8. Objektif.
b. Menjalankan Kode Etik dan Kode Perilaku PA;
c. Menolak penugasan sbg PA apabila terdapat benturan kepentingan pada
Kegagalan Bangunan yg dinilai, dg memberikan alasan secara tertulis;
d. Melakukan peningkatan/pengembangan pengalaman profesional sbg PA;
dan
e. Tidak menyalahgunakan SPA dlm proses peradilan dan/atau untuk
keperluan pribadi.

63
Wewenang PA
Ps. 7
Permen
PUPR
8/2021

a. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk


memperoleh keterangan yang diperlukan;
b. Meminta data yang diperlukan;
c. Melakukan pengujian yang diperlukan; dan
d. Memasuki lokasi pekerjaan tempat terjadinya
Kegagalan Bangunan

64
4.2.3 Penilaian Kegagalan Bangunan

Ps. 24
Permen
Penilaian Kegagalan Bangunan dilakukan dengan tahapan sbb:
PUPR
8/2021 a. Pelaporan kejadian Kegagalan Bangunan;
• Laporan disampaikan kepada Menteri melalui LPJK;
• Menteri dapat menugaskan penilaian kegagalan bangunan dalam hal
merugikan dan/atau membahayakan keselamatan umum.
b. Penugasan Penilai Ahli; Setelah penugasan perlu dilakukan
pembahasan untuk menentukan gambaran umum kegagalan bangunan,
lingkup penugasan, waktu penugasan, dan tahapan penilaian kegagalan
bangunan.
c. Pembuatan Perjanjian Kerja;
d. Pelaksanaan penilaian Kegagalan Bangunan; dan
e. Pelaporan hasil penilaian.

65
Penugasan Penilai Ahli

Ps. 26
Permen
PUPR
▪ Surat kesediaan untuk ditugaskan;
8/2021
▪ Ditetapkan oleh LPJK;
▪ Memiliki SKK Ahli sesuai klasifikasinya;
▪ Jika dalam kelompok, ketuanya harus Ahli Utama;
▪ Atas persetujuan LPJK, dalam pelaksanaan tugas dapat
bekerja sama dengan pihak terkait;
▪ Penetapan penugasan paling lama dalam 30 hari sejak
diterimanya pelaporan.

66
Pembuatan Perjanjian Kerja

❑ Mengatur hubungan hukum antara:


Ps. 29
Permen a. Pengguna Jasa dan Penilai Ahli; atau
PUPR
8/2021 b. Pemilik/penanggung jawab bangunan dan Penilai Ahli.

❑ Perjanjian kerja paling sedikit memuat:


a. nama dan alamat lengkap para pihak;
b. lingkup penugasan;
c. waktu pelaksanaan penugasan;
d. biaya pelaksanaan penugasan;
e. penanggung jawab biaya pelaksanaan penugasan; dan
f. tanda tangan para pihak.

67
Ps. 30
❑ Biaya Penilai Ahli meliputi:
Permen
PUPR
a. honorarium Penilai Ahli;
8/2021 b. biaya perjalanan dan biaya akomodasi yang dikeluarkan Penilai Ahli;
c. biaya tenaga ahli dan pendukung lainnya yang diperlukan dalam penilaian ahli;
d. biaya pemeriksaan dan pengujian yang diperlukan dalam penilaian ahli; dan
e. biaya administrasi yang meliputi pengadaan dokumen, sewa peralatan, dan
pengadaan alat pelindung diri.
❑ Biaya PA dibebankan kpd pihak yg bertanggung jawab terhdp
kegagalan bangunan berdasarkan penetapan PA.

❑ Dalam hal pihak yg bertanggung jawab belum ditetapkan, biaya dibebankan


terlebih dahulu kpd Pengguna Jasa dan/atau Pemilik/penanggung jawab
bangunan yg dituangkan dl perjanjian kerja penilaian Kegagalan Bangunan.

68
Pelaksanaan Penilaian Kegagalan Bangunan

Ps. 31
Permen
PUPR Penilaian Kegagalan Bangunan dilaksanakan dengan cara:
8/2021
a. Pemeriksaan dokumen legalitas dan/atau perizinan objek bangunan;
b. Identifikasi Kegagalan Bangunan;
c. Investigasi Kegagalan Bangunan;
d. Analisis penyebab Kegagalan Bangunan;
e. Penilaian besaran ganti kerugian;
f. Penetapan penanggung jawab Kegagalan Bangunan; dan
g. Penyusunan dan penyampaian laporan.

69
Pihak Terkait

Ps.
32/12
Dalam proses pemeriksaan, PA dapat bekerjasama dengan:
Permen
PUPR a. Pihak pemerintah/penyelenggara infrastruktur;
8/2021
b. Pengelola Bangunan;
c. Lembaga atau institusi;
d. Perguruan Tinggi;
e. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
f. Laboratorium;
g. Tenaga Ahli lainnya yang diperlukan; dan/atau
h. Komite dan Komisi yang dibentuk oleh Menteri atau yang mempunyai
tugas dalam pemeriksaan dan pengujian bangunan.

70
Identifikasi Kegagalan Bangunan
Identifikasi Kegagalan Bangunan merupakan pencarian data primer dan sekunder yang
Ps. 33
meliputi:
Permen
PUPR a. Gambaran umum kondisi lapangan lokasi kegagalan bangunan, dalam bentuk visual
8/2021 dan pengamatan di lapangan.
b. Pernyataan dari pihak terkait, meliputi
1. Pengguna Jasa; 8. pemasok;
2. Instansi terkait; 9. rantai pasok;
3. Pemilik Bangunan; 10. aplikator;
4. Pengelola bangunan; 11. operator;
5. Penyedia Jasa konsultansi 12. penanggung jawab operasi;
perancangan Konstruksi; 13. mandor;
6. Penyedia Jasa pelaksanaan 14. tukang;
pekerjaan Konstruksi; 15. saksi fakta; dan
7. Penyedia Jasa konsultansi 16. masyarakat umum
pengawasan dan/atau MK.

c. Pengujian terhadap komponen struktur dan nonstruktur bangunan dengan menggunakan


peralatan untuk pengamatan.

71
4.2.4 Pelaporan Kejadian Kegagalan Bangunan

Ps.25
Permen (1) Pengguna Jasa, Pemilik/penanggung jawab Bangunan, Pengelola Bangunan dan/atau
PUPR
8/2021 pihak lain yang dirugikan akibat Kegagalan Bangunan dapat melaporkan terjadinya
suatu Kegagalan Bangunan.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan masyarakat yang
terdampak langsung akibat Kegagalan Bangunan.
(3) Pelaporan disampaikan kepada Menteri melalui LPJK dilakukan dalam jangka waktu
3 (tiga) hari kalender setelah terjadi Kegagalan Bangunan.
(4) Selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri berwenang untuk
mengambil tindakan tertentu apabila Kegagalan Bangunan mengakibatkan
kerugian dan/atau menimbulkan gangguan pada keselamatan umum,
termasuk dalam penunjukan Penilai Ahli dan penilaian Kegagalan Bangunan.

72
(5) Laporan kejadian Kegagalan Bangunan paling sedikit memuat:
a. identitas pelapor;
b. nama bangunan;
c. pemilik dan/atau penanggung jawab bangunan;
d. lokasi detil bangunan;
e. jenis keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan;
f. waktu kejadian Kegagalan Bangunan; dan
g. foto atau bukti kejadian Kegagalan Bangunan.
(6) LPJK melakukan verifikasi atas laporan kejadian Kegagalan Bangunan.
(7) Pelaporan kejadian Kegagalan Bangunan tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

73
Pembinaan dan Pengawasan PA

Pasal 15 (Permen PUPR No.8/2021)


LPJK melakukan pembinaan Penilai Ahli yang meliputi pemberdayaan dan pengawasan.

Pasal 17 (Permen PUPR No.8/2021)


(1) Pengawasan meliputi pemantauan, evaluasi, dan pemberian sanksi Penilai Ahli.
(2) Pemantauan dan evaluasi meliputi:
a. tugas Penilai Ahli dalam pelaksanaan penilaian Kegagalan Bangunan; dan
b. penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Penilai Ahli.
(3) Pemberian sanksi diberikan kepada PA dalam hal melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Penilai Ahli.
(4) Pengawasan dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
a. persiapan;
b. pelaksanaan;
c. pelaporan; dan
d. tindak lanjut.

74
5. Keterkaitan Dg Uu Sektor Lainnya

5.1. UU No.28 Th.2002 : Bangunan Gedung


Pasal 7
(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
(2) Persyaratan administratif bangunan gedung sbgmana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung,
dan izin mendirikan bangunan.

Pasal 8
(1) Setiap bangunan harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:
a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. izin mendirikan bangunan gedung;
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

75
Pasal 7
(3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.

Persyaratan tata bangunan meliputi:


a. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung (Ps.10/1)
b. Persyaratan arsitektur (Ps.14)
c. Persyaratan pengendalian dampak lingkungan (Ps.15)

Persyaratan keandalan bangunan meliputi:


a. Persyaratan keselamatan bangunan gedung (Ps.17)
b. Persyaratan kesehatan bangunan gedung (Ps.21)
c. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung (Ps.26)
d. Persyaratan kemudahan bangunan gedung (Ps.27)

76
Pemanfaatan Bangunan Gedung
Pasal 37
(1) Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunan gedung setelah bangunan
gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi.
(2) Bangunan gedung dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi apabila telah memenuhi persyaratan teknis,
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV undang-undang ini.
(3) Pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala pada bangunan gedung harus dilakukan agar
tetap memenuhi persyaratan laik fungsi
(4) Dalam pemanfaatan bangunan gedung, pemilik atau pengguna bangunan gedung mempunyai hak dan
kewajiban sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Pasal 41
(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik dan pengguna bangunan gedung mempunyai kewajiban:
a. memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsinya;
b. memelihara dan/atau merawat bangunan gedung secara berkala;
c. melengkapi pedoman/petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan gedung;
d. melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas kelaikan fungsi bangunan gedung.
e. memperbaiki bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi;
f. membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki, dapat
menimbulkan bahaya dalam pemanfaatannya, atau tidak memiliki izin mendirikan bangunan, dengan
tidak mengganggu keselamatan dan ketertiban umum.

77
5.2. UU No.38 Th. 2004 : Jalan Jo. UU No.2 Th. 2021
Pasal 29 UU No. 2/2021 (Perubahan Atas UU No.38 Th.2004 tentang Jalan)
(1) Pembangunan Jalan Umum ditujukan guna mencapai kondisi laik fungsi dan berdaya saing, baik untuk Jalan
nasional, Jalan provinsi, Jalan kabupaten, Jalan kota, maupun Jalan desa.

Pasal 35 UU No. 2/2021


(1) Perencanaan teknis Pembangunan Jalan meliputi perencanaan teknis Jalan, bangunan penghubung, dan
bangunan pelengkap.
(2) Perencanaan teknis Pembangunan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan berdasarkan
kriteria perencanaan teknis dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis di bidang Jalan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Perencanaan teknis Pembangunan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilengkapi dengan kajian
aspek keselamatan jalan dan memperhatikan implementasi Pembangunan Jalan Berkelanjutan.
Ketentuan lebih teknis diatur dalam PP No. 34/2006 ttg Jalan sbb:
Pasal 12
(1) Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk, persimpangan
sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak
terputus.
(2) Persyaratan teknis jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan keamanan,
keselamatan, dan lingkungan.

78
5.3. UU No.1/2011 ttg Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No.1 Th. 2011 dalam pengaturan teknisnya dilakukan melalui Pembinaan yang
dilakukan Pemerintah, yaitu sbb:

Pasal 16
(1) Pemerintah dalam melaksanakan pembinaan mempunyai wewenang:
a. menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan kriteria rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat,
dan aman;

79
5.4. UU No. 17/2019 ttg Sumber Daya Air.

Pasal 40
(4) Pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya Air dan pelaksanaan nonkonstruksi dilakukan
dengan:
a. mengikuti norma, standar, prosedur, dan kriteria;
b. memanfaatkan teknologi dan sumber daya lokal; dan
c. mengutamakan keselamatan, keamanan kerja, dan keberlanjutan fungsi ekologis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penjelasan Ps. 40/1:


Yang dimaksud dengan "konstruksi" adalah suatu kegiatan membangun prasarana ataupun
sarana Sumber Daya Air, antara lain, yaitu pembangunan bendungan, pembangunan bendung,
pembangunan tanggul, dan pembangunan saluran.
Yang dimaksud dengan "nonkonstruksi" adalah suatu kegiatan yang tidak menghasilkan sarana
dan Prasarana Sumber Daya Air, antara lain, yaitu menyusun dan menaati tata ruang,
mengendalikan pemanfaatan ruang, manajemen kebutuhan (demand management), dan
penghijauan.

80
6. KETERKAITAN dengan UU KEPROFESIAN LAINNYA

6.1. UU NO. 11 Th. 2014 : Keinsinyuran


Mengatur hubungan hukum antara orang yang berprofesi di bidang keinsinyuran
dengan Pengguna keinsinyuran, dan Pemanfaat keinsinyuran.

Pasal 25:
Insinyur dan Insinyur Asing berkewajiban:
a. Melaksanakan keg. Keinsinyuran sesuai dg keahlian dan kode etik Insinyur;
b. Melaksanakan tugas profesi sesuai dg keahlian dan kualifikasi yang dimiliki;
c. Melaksanakan tugas profesi sesuai dg standar Keinsinyuran;
d. Menyelesaikan pek. sesuai dg perjanjian kerja dg Pengguna Keinsinyuran;
e. Mengutamakan kaidah keselamatan, kesehatan kerja, dan kelestarian lingkungan
hidup

81
6.2. UU NO. 6 Th.2017 : Arsitek

Mengatur hubungan hukum antara orang yang berprofesi sebagai Arsitek dengan
Pengguna Jasa Arsitek.
Pasal 4
(1) Layanan Praktik Arsitek berupa penyediaan jasa profesional terkait dengan penyelenggaraan
kegiatan Arsitek.
(2) Lingkup layanan Praktik Arsitek meliputi:
a. penyusunan studi awal Arsitektur;
b. perancangan bangunan gedung dan lingkungannya;
c. pelestarian bangunan gedung dan lingkungannya;
d. perancangan tata bangunan dan lingkungannya;
e. penyusunan dokumen perencanaan teknis; dan/atau
f. pengawasan aspek Arsitektur pada pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dan
lingkungannya.

Pasal 22 huruf f
Mengutamakan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan;

82
Peraturan Perundang-undangan Jasa Konstruksi

KODE ETIK dan KODE PERILAKU,


UU JK, UU 6/2023, UU BG, UU JALAN,
UU UU SDA, UU KEINSINYURAN, UU ARSITEK,

PP dan PP 22/2020 Jo. PP 14/2021, Permen 8/2021,


Permen 9/2021, Permen 10/2021
PERMEN

STANDAR TEKNIS Standar Keamanan, Keselamatan,


DAN Kesehatan dan Keberlanjutan
PEDOMAN TEKNIS

83
TERIMA KASIH

Semoga Bermanfaat

84

Anda mungkin juga menyukai