Anda di halaman 1dari 9

1.

Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bangunan Gedung Gempa Sulawesi Barat

Berdasarkan surat Gubernur Sulawesi Barat kepada Menteri, permohonan

bantuan dari Menteri PUPR untuk:

1. Pembersihan puing bangunan perkantoran dan bangunan masyarakat di Kota

Mamuju;

2. Pembangunan baru gedung kantor Gubernur;

3. Pembangunan baru Gedung kantor DPRD;

4. Rehabilitasi gedung-gedung pemerintah.

2. SNI Pd-T-11-2004-C Pemeriksaan Awal Kerusakan Bangunan akibat Gempa dan

Penerapannya di Gempa Sulawesi Barat.

a. Pemeriksaan struktur bangunan gedung.

Adapaun pemeriksaan struktur bangunan gedung terdiri dari lima bagian :

1. Metode pemeriksaan struktur bangunan gedung terhadap bahaya gempa bumi.

2. Acuan pemeriksaan cepat struktur bangunan gedung pasca gempa bumi.

3. Tingkat kerusakan struktur bangunan geedung.

4. Tipe struktur bangunan gedung.

5. Penanganan keruskaan struktur.

b. Pemeriksaan cepat kerusakan struktur bangunan gedung 1 (satu) lantai pasca

bencana gempa bumi.

1. Lingkup objek.

2. Kategori kerusakan berdasarkan pedoman teknis PU tahun 2006 terdiri atas 4;

- Kerusakan ringan non-struktural.


- Kerusakan ringan.

- Kerusakan sedang.

- Kerusakan berat.

3. Prosedur pemeriksaan.

4. Formulir pemeriksaan.

c. Pemeriksaan cepat kerusakan struktur bangunan gedung lebih dari 1 (satu) lantai

pasca bencana gempa bumi.

1. Lingkup objek.

2. Pemeriksaan gedung pasca gempa berdasarkan NILIM 2002 terdiri dari 3 fase :

- Fase darurat.

- Fase peralihan.

- Fase stabil.

3. Prosedur pemeriksaan.

4. Kategori kerusakan berdasarkan pedoman teknis PU tahun 2004.

d. Aplikasi Quick Assesment kerusakan struktur bangunan gedung pasca gempa bumi

Sulawesi Barat.

3. Perkembangan SNI Gempa dan Bahan Bangunan dan Pengaruhnya pada Kehandalan

Bangunan Gedung akibat Gempa Sulawesi Barat.

Parameter desain utama yang harus didefenisikan dalam perencanaan bangunan

tahan gempa berdasarkan SNI 1726 terdiri atas dua yaitu; Spektrum respon desain dan

Kategori desain seismik (KDS).

a. strategi desain terhadap beban gempa


b. Pengaruh peningkatan seismic hazard terhadap desain struktur baru.

c. Beberapa persyaratan sistem Str. Pada KDS D (Resiko Gempa tinggi);

d. Analisi kerusakan bangunan.

e. Permasalahan seismic detailing.

f. Ketentuan baru untuk detailing kolom.

g. Potensi kerentanan pada bangunan eksisting di Sulbar.

h. Strategi jangka panjang untuk mitigasi resiko pada bangunan eksisting.

4. Standar Penilaian Kerusakan dan Retrofit Bangunan Eksisting akibat Gempa

berdasarkan ASCE 41-17.

Dibandingkan dengan SNI desain dan retrofit yang berdasarkan kriteria

kekuatan, SNI desain dan retrofit yang didasarkan atas perfoma, lebih komplit karena

memperkenalkan obyektif performa yang dapat dipilih. Project owner juga aktif ikut

menentukan design dan retrofit perfoma yang dia inginkan; ini berbeda dengan desain

yang selama ini hanya ditentukan oleh perencana. Proses retrofit menyertakan taksasi

sewa perkantoran sementara untuk tentants pada saat refroting.

5. Prosedur Analisis dan Kriteria Penerimaan untuk Retrofit Bangunan Eksisting akibat

Gempa berdasarkan ASCE 41-17.

Rancangan sistem penahan gempa didasarkan pada tijauan global sistem

struktur lewat prescriptive design dan syarat detailing komponen. Komponen struktur

dirancang terhadap demand yang diturunkan, dengan tingkat kepastian tinggi akan sifat

dan perilakunya. Mengenai cacar bawaan struktur eksisting. Rancangan dilakukan pada

level setiap komponen. Perilaku inelastik komponen yang tidak konsisten dalam sistem
struktur menyeluruh menyebabkan pemeriksaan kapasitas daktilitas harus dilakukan

pada setiap komponen individu.

6. Tata Cara Pemilihan dan Modifikasi Gerak Tanah Permukaan Untuk Perencanaan

Gedung Tahan Gempa SNI 8899:2020.

Prosedur pemilihan dan modifikasi gerak tanah untuk gedung perlu dilakukan

secara hati-hati dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti mekanisme gempa,

frekuensi struktur, lokasi sumber, pemilihan gerak tanah yang digunakan, dan prosedur

modifikasi yang digunakan.

7. Teknologi Retrofit

Retrofit istilah dalam dunia konstruksi bangunan menurut Undang-Undang

Tentang Bangunan Gedung (Nomor 28 Tahun 2002), wujud fisik hasil pekerjaan

konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya

berada diatas atau didalam tanah atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia

melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,

kegiatan usaha, kegiatan sosial, kegiatan budaya, maupun kegiatan khusus.

8. Kunjungan Lapangan Virtual dan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gempa

Sulawesi Barat.

Mekanisme penanganan kerusakan bangunan Gedung pasca gempa bumi di

Sulawesi Barat terdiri dari beberapa bagian diantaranya; Quick Assesment→Usulan

Penanganan→Penetapan Ruang Lingkup Penanganan→SPPBJ→Verifikasi Detil & Pola

Penanganan→Persetujuan penanganan→SPMK→Proses konstruksi→Serah terima

pekerjaan.
9. Evaluasi Konstruksi Pracetak Terhadap Gempa Aktual dan Sistem Pracetak Tahan

Gempa Kinerja Tinggi dan PPVC.

Sistem struktur pracetak dan prategang adalah salah satu sistem konstruksi yang

berbasis industri manufaktur yang sesuai dengan konsep industri 4.0 untuk mendukung

pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.

10. Perencanaan Komponen Arsitektur Tahan Gempa Dalam SNI 1726:2019 dan Standar

Baja Ringan SNI 8399:2017.

Komponen nonstruktural harus mendapat perhatian yang besar dari segi

perancangan dan pelaksanaannya, terutama di daerah rawan gempa. Para pihak dalam

industri konstruksi (Pemilik – Konsultan – Kontraktor – Vendor - Pihak Berwenang),

harus memiliki pengetahuan dan tanggung jawab yang memadai sesuai dengan

bidangnya.

11. Konsep Base Isolation dalam Perencanaan Bangunan Tahan Gempa

Gerakan tanah horizontal dalam gempa bumi yang menyebabkan kerusakan

pada bangunan, sehingga jika memungkinkan pada saat yang bersamaan untuk

menahan bangunan dan membiarkan tanah bergerak di bawahnya, maka kerusakan

akan sangat berkurang.

12. Kunjungan Lapangan Virtual dan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gempa

Dalam kunjungan lapangan virtual dan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi

gempa yang di terapkan dan dijelaskan oleh PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung pasca

gempa Mamuju, Sulawesi barat memperlihatkan ada beberapa bangunan dalam kondisi
memprihatinkan diantaranya; Kantor DPRD Provinsi Sulawesi barat, RSUD Kab. Mamuju

dan Kantor BPPW Sulbar dimana sudah masuk dalam kategori kerusakan parah.

13. Prototype Rumah Susun dan Building Information Modelling

Building Information Modeling (BIM) adalah representasi digital baik aspek fisik

maupun karakteristik fungsi dari sebuah objek konstruksi. BIM merupakan kolaborasi

informasi yang kemudian menjadi pusat informasi dalam siklus hidup objek konstruksi

tersebut, mulai dari tahap perencanaan hingga penghancuran.

14. Prototype Sekolah dan Madrasah

Diperlukan diseminasi dan pemahaman terhadap SE 47/2020 kepada dan oleh

perencana teknis agar perancanaan teknis sekolah/madrasah sesuai dengan ketentuan

terbaru yang berlaku. Dengan penggunaan standardisasi desain dalam se 47/202

diharapkan terjadi percepatan dalam proses gambar rencana dan detail-detail, di sisi

lain diperlukan perkuatan pada tahap kajian, analisis dan perhitunagn sebagai back up

perencanaan teknis.

15. Standar Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

a. Arsitektur

Arsitektur adalah seni atau praktik perancangan dan pembangunan struktur dan

konstruksi bangunan. Dalam arti yang lebih luas, arsitektur dapat mencakup

merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan level makro, misalnya

perencanaan kota, tidak hanya satu bangunan dan pelengkapnya saja. Sistem

bangunan hampir sama dengan sistem tubuh manusia dimana ada Plambing, Sistem

Alarm, Elektrikal, Struktur, Mekanikal dan Arsitektur.


b. Struktur

Struktur adalah suatu pengaturan dan hubungan antara unsur-unsur atau

elemen-elemen yang saling berhubungan dalam suatu objek atau sistem yang

terorganisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti struktur adalah

cara sesuatu disusun atau dibangun; yang disusun dengan pola tertentu; pengaturan

unsur atau bagian dari suatu objek atau sistem. Adapun spesifikasi inti bangunan

gedung; Material beton struktur, Beton pratekan, Baja tulangan, Baja struktur,

Fondasi tiang bor sekan (Secant pile), Fondasi tiang, Fondasi sumuran, Adukan

mortal semen, Pasangan batu, Pasangan batu kosong & brojong, Sambungan siar

muai (Expansion joint), Landasan (Bearing), dan Pembongkaran Struktur.

c. MEP

MEP singkatan dari ” Mechanical , Electrical dan Plumbing ”  adalah jenis

rekayasa yang berfokus pada disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk membangun

struktur yang bekerja dan aman untuk manusia.

16. Kunjungan Lapangan Virtual dan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gempa

Dalam kunjungan lapangan virtual dan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi

gempa Sulawesi Barat yang dilakukan oleh PT. Waskita Karya Bangunan gedung ada

beberapa gedung yang mengalami kerusakan berat diantara nya pekerjaan bongkaran

gedung gubernur, pekerjaan perbaikan dinding (seluruh lokasi), pekerjaan CFRP (RS

REGIONAL).
B. KESIMPULAN

Berdasarkan Berdasarkan surat Gubernur Sulawesi Barat kepada Menteri,

permohonan bantuan dari Menteri PUPR untuk: Pembersihan puing bangunan

perkantoran dan bangunan masyarakat di Kota Mamuju; Pembangunan baru gedung

kantor Gubernur;Pembangunan baru Gedung kantor DPRD;Rehabilitasi gedung-gedung

pemerintah. Dibandingkan dengan SNI desain dan retrofit yang berdasarkan kriteria

kekuatan, SNI desain dan retrofit yang didasarkan atas perfoma, lebih komplit karena

memperkenalkan obyektif performa yang dapat dipilih.

Prosedur pemilihan dan modifikasi gerak tanah untuk gedung perlu dilakukan

secara hati-hati dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti mekanisme gempa,

frekuensi struktur, lokasi sumber, pemilihan gerak tanah yang digunakan, dan prosedur

modifikasi yang digunakan. Karakteristik utama gerak tanah asli sebelum dan sesudah

modifikasi harus tetap dipertahankan khususnya jika digunakan metoda pencocokan

spectral.

Bangunan baru harus di desain mengikuti kaidah tahan gempa sesuai standar

sudah tersedia dan terkini. Permasalahan bangunan lama akan semakin rentan dan

mengalami kegagalan dikarenakan ketidak tersediaan dari standar dan pengalaman

praktik yang tidak memadai rehabilitasi seismic.

C. Dalam perencanaan dan pelaksanaan bangunan tahan gempa yang saya pahami dan

saya ambil dari kegiatan webinar yang di laksanakan oleh PUPR adalah untuk

membangun sebuah bangunan harus melihat beberapa prosedur pemilihan dan

modifikasi gerak tanah, perlu di lakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan


banyak hal termasuk Komponen nonstruktural harus mendapat perhatian yang besar

dari segi perancangan dan pelaksanaannya, terutama di daerah rawan gempa dan

bangunan baru harus di desain mengikuti kaidah tahan gempa sesuai standar yang

sudah tersedia.

NB :

NAMA : YULIA MAULINA RAMLI, ST

WA : 085 255 434 476

Anda mungkin juga menyukai