Anda di halaman 1dari 26

UJI KOMPETENSI – LSP ASTEKINDO KONSTRUKSI MANDIRI

FR.IA.04. PENJELASAN SINGKAT PROYEK TERKAIT /


KEGIATAN TERSTRUKTUR LAINNYA

Skema Sertifikasi : Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung


Jenjang :7
Nama Asesi : Shidiq Satria Raharjo
FOTO ASESI NIK Asesi : 2171031706970004
Tgl. Asesmen : 27 Juni 2023
TUK :
Nama Asesor :
PETUNJUK/INSTRUKSI

• Buatlah presentasi berdasarkan instruksi yang terdapat di dalam


FR.IA.04.
• Format presentasi ini hanya sebagai contoh, Asesi dapat menambah
jumlah halaman atau mengubah format sesuai dengan kebutuhan
• Substansi yang harus disampaikan terkait:
• Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
• Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung (Pondasi Dangkal)
• Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung:
• Struktur Baja
• Struktur Beton Bertulang
• Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung
• Lampiran untuk mendukung presentasi dapat berupa Salinan dokumen,
Gambar/grafik dan Foto Kegiatan
I. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN
GEDUNG
Bangunan suatu gedung terdiri dari 3 komponen penting, yaitu Struktur, Arsitektur
dan ME (Mekanikal & Elektrikal). Ketiganya satu sama lain saling terkait. Jika Struktur
mengedepankan kekuatan, Arsitek lebih mengedepankan keindahan, maka ME
(Mekanikal & Elektrikal) lebih mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun bangunan
dan seindah apapun bangunan, jika tidak ditunjang dengan sistem ME (mekanikal &
elektrikal) maka bangunan tersebut tidak ada fungsinya. Jadi sangat jelas antara
ketiga komponen dalam suatu gedung yang saling terkait satu sama lain.
 Syarat–syarat umum perancangan struktur gedung meliputi:
1. Syarat stabilitas.
2. Syarat kekuatan.
3. Syarat daktilitas, terdiri atas: elastik (fully elastic), daktilitas terbatas (limited
ductility), daktilitas penuh (full ductility).
4. Syarat layak pakai dalam keadaan layan (serviceability), terdiri atas:
lendutan pelat dan balok, simpangan bangunan (lateral drift), simpangan antar
tingkat (interstory drift), percepatan (acceleration) khususnya perancangan
struktur terhadap pengaruh angin, retakan (cracking), vibrasi/getaran (vibration)
5. Syarat durabilitas (durability), terdiri atas kuat tekan minimum beton, tebal selimut
beton, jenis dan kandungan semen, tinjauan korosi, mutu baja.
6. Syarat ketahanan terhadap kebakaran, terdiri atas dimensi minimum dari
elemen/komponen strukur, tebal selimut beton, tebal lapisan pelindung terhadap
ketahanan kebakaran, jangka waktu ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur
atas dan basemen)
6. Syarat intergritas, terdiri atas pencegahan terhadap keruntuhan progresif (biasanya diberi
penambahan tulangan pemegang antar komponen beton precast).
7. Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi, terdiri atas penyesuaian
dengan metode konstruksi yang umum dilakukan pada daerah setempat, bahan
bangunan serta mutu bahan yang tersedia, kondisi cuaca selama pelaksanaan, kesediaan
berbagai sumber daya setempat.
8. Peraturan dan standar yang berlaku.
 Pendekatan Perencanaan
Dasar proses pendekatan Perencanaan adalah upaya memperpadukan kaidah-kaidah fungsi
bangunan, struktur dan bentuk, biaya pembangunan, waktu pembangunan dan teknologi
membangun serta Faktor Eksternal (Peraturan-peraturan dan Lingkungan yang berlaku di
lokasi).

FUNGSI
STRUKTUR, BENTUK
dan TEKNOLOGI
MEMBANGUN
P E M B I AYA A N

EKSTERNAL
(PERATURA N-
P E R AT U R A N D A N
WA K T U

I N T E G R AT E D O V E R L A P P I N G

● BUILDING DESIGN (ARCHITECTURAL)

● STRUCTURE
 METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Metodologi perencanaan dan perancangan bangunan dibagi pada tahap - tahap sebagai berikut :

• Lingkup Pekerjaan Tahap Programming Skematik Design


1. Mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja maka berpengaruh pada Perancangan Arsitektur
dan Perancangan Struktur.
2. Melakukan Survey dan investigasi untuk Pengumpulan data existing site / lahan dan Bangunan Seperti
Keberadaan lahan, Keberadaan bangunan lama, Faktor lingkungan dan fasilitas sarana prasarana,
Topography dan (Boring hand) Struktur Tanah, Jaringan Infrastruktur dan Lain lain.
3. Survey dan kajian terhadap peraturan-peraturan setempat dalam kaitannya terhadap perijinan seperti
Master plan kota, Koefisien dasar bangunan, Koefisien luas bangunan, Ketinggian bangunan, Bentuk
bangunan, (Ciri Arsitektur setempat) dan Lain lain.
4. Pendataan data literatur dan Studi Banding.
• Lingkup Pekerjaan Tahap Conceptual Programming Design
1. Penetapan program ruang berdasarkan arahan dari struktur organisasi yang berlaku dan
data investigasi.
2. Pengelompokan fungsi - fungsi ruang dan studi konfigurasi hubungan ruang.
3. Alokasi ruang pada struktur bangunan baik alokasi ruang secara horizontal maupun
alokasi ruang secara vertikal.
4. Penetapan sirkulasi dalam ruang bangunan dan pada halaman (site) baik sirkulasi untuk
manusia maupun sirkulasi untuk kendaraan. Sirkulasi dipelajari terhadap bangunan
secara vertikal maupun horizontal
5. Penetapan persyaratan - persyaratan khusus ruang - ruang tertentu sesuai dengan
tuntutan fungsi ruang dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat Perancangan
6. Pengkondisian fisik ruang dan non fisik
7. Konsep penggunaan bahan struktur / konstruksi bangunan dan bahan untuk instalasi
mekanikal dan elektrikal bangunan beserta perhitungannya.
• Lingkup Pekerjaan Tahap Definitive Design
1. Rencana tapak yang telah pasti (pada master plan).
2. Denah - denah bangunan.
3. Potongan site / lahan.
4. Potongan bangunan
5. Tampak-tampak bangunan
6. Gambar situasi
7. Out-line sistem utilitas bangunan serta mekanikal elektrikal.
8. Pra Estimasi proyek untuk komponen-komponen biaya
• Lingkup Pekerjaan Dalam Tahap Design Development
1. Site structure (struktur lahan).
2. Pertamanan.
3. Struktur Bangunan seperti Denah bangunan setiap lantai, Denah partisi dan perletakan
perabot untuk tiap lantai, Denah bahan penutup setiap lantai (floor covering oleh karpet,
keramik, marmer, atau jenis bahan lainnya, Denah plafond, Potongan-potongan struktur
bangunan, Tampak-tampak bangunan, Tampak keseluruhan site, Tampak untuk tiap-tiap
masa bangunan dan Tampak prinsip dari fasade bangunan.
4. Utilitas Bangunan atau fasilitas kelengkapan penunjang pada sebuah bangunan agar
tercapainya keselematan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
5. Sistem Proteksi pada bangunan.
6. Spesifikasi Teknis.
7. Rencana Anggaran Biaya Bangunan secara keseluruhan
II. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG (PONDASI
DALAM)
Struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung atau bangunan yang berada di
bawah permukaan tanah yang berfungsi untuk menahan beban dari struktur atas dan
memindahkannya kedalam tanah keras. Struktur bawa meliputi dudukan beton (pile cap) dan
pondasi.
Struktur bawah memikul beban-beban dari struktur atas sehingga struktur bawah tidak
boleh gagal lebih dahulu dari struktur atas. Beban-beban tersebut dapat berupa beban mati
(DL), beban hidup (LL), beban gempa (E), dll. Pengendalian Pekerjaan dilakukan agar Kegiatan
Konstruksi tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan performan yang ditetapkan dalam
rencana.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam Pengendalian Pekerjaan Struktur
Bawah
Bangunan Gedung Pondasi Dalam adalah:
 Sebelum dilaksanakan pekerjaan Struktur Pondasi Dalam harus terlebih dahulu dilakukan
uji daya dukung yang direncanakan untuk mengetahui kedalaman Pondasi yang harus
dilakukan.
 Kemiringan tiang pancang pondasi dalam, tidak boleh lebih melampui 20 mm per meter
(yaitu 1 per 50)
Kemiringan tiang pancang pondasi dalam, tidak boleh lebih melampui 20 mm per
meter (yaitu 1 per 50)
Kelengkungan tiang pancang beton cor lansung di tempat harus tidak
boleh melampui 0.01 dari panjang suatu tiang pancang dalam segala arah.
Kelengkungan tiang pancang baja tidak boleh melampui 0,0007 dari panjang suatu
tiang pancang .
Saat alat pancang sedang erection, tegaknya tiang pancang harus tetap dimonitoring
selama pemancangan berlangsung menggunakan pesawat To
 Pemancangan baru bisa dihentikan setelah kalindering tercapai.
Setelah pemancangan tiang selesai, lakukan pemotongan kepala tiang pancang
sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan dan jangan lupa meninggalkan/
menyisakan pembesian utama tiang untuk diikatkan pada pile cap/poor yang akan
dibuat.
Posisi Pile cap yang akan dibuat harus berada tepat di As Kolom/tiang yang akan
dipasang dan dan tidak lupa penanaman stik besi kolom yang akan dipasang
Gambar kerja harus sudah disiapkan sesuai dengan dokumen kontrak
sebelum memulai pekerjaan.
 Tenaga kerja dan peralatan dikoordinasikan kesiapannya sesuai dengan
kebutuhan yang
Material untuk pondasi diperiksa kesesuaiannya dengan
digunakan spesifikasi
teknis bangunan
Pengukuran penetapan
dikoordinasikan pelaksanaanya sesuai dengan gambar gedung
kerja.
posisi dan level
 Pekerjaan pondasi
pondasi dikendalikan pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
Pengujian material dan daya dukung pondasi (loading test)
dikoordinasikan pelaksanaannya sesuai dengan standar.
Hasil pekerjaan pondasi dievaluasi kesesuainnya dengan gambar rencana
dan spesifikasi teknis.
III. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG
A. STRUKTUR BAJA

Struktur atas adalah semua bagian struktur yang berada di atas permukaan tanah, yang
seluruh beban bangunan atasnya masing-masing dipikul oleh kolom, balok, dan pelat. Kolom,
balok, dan pelat harus dapat mencapai kualitas struktur yang baik dan sesuai dengan standar
teknis pelaksanaan.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam Pengendalian
PekerjaanStruktur Atas Bangunan Gedung adalah:
 Struktur baja harus memenuhi persyaratan teknis baik melalui pemodelan dan pengujian.
 Baut dan mur harus memenuhi ketentuan sesuai SNI dan mempunyai kepala baut dan mur
berbentuk segi enam.
 Pada pekerjaan pengelasan permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari
residu kerak.
 Penyedia jasa harus menyediakan setiap peralatan dan perancah yang diperlukan untuk
pemasangan struktur baja.
Gambar kerja harus sudah disiapkan sesuai dengan dokumen kontrak
sebelum memulai pekerjaan.
 Tenaga kerja dan peralatan dikoordinasikan kesiapannya sesuai dengan
kebutuhan
 Material yang digunakan diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi teknis
 Material yang
Pengukuran digunakan
penetapan posisidiuji
dankualitasnya sesuai dengan spesifikasi teknis. gedung
level Struktur
dikoordinasikan
bangunan pelaksanaanya sesuai dengan gambar kerja.
Pekerjaan Struktur bangunan gedung dikendalikan pelaksanaannya
sesuai dengan gambar kerja.
 Hasil pekerjaan dievaluasi kesesuainnya dengan gambar rencana dan
spesifikasi
teknis.
B. STRUKTUR BETON BERTULANG
 Pekerjaan Sloof (Tie Beam) dan Pekerjaan Kolom
Hal hal yang harus diperhatikan dalam Pengendalian Pekerjaan Struktur Beton Bertulang bagian
Pekerjaan Sloof (Tie Beam) dan Pekerjaan Kolom/Tiang adalah:
1. Periksa Kembali posisi As-as kolom yang akan dipasang, stik-stik pembesian kolom baik
ukuran besi beton maupun posisi besi beton
2. Lakukan fabrikasi system pembesian Tie Beam (sloof) dan bekistingnya. Bersamaan
dengan dengan ini fabrikasi bekisting kolom dan pembesian kolom juga sudah bisa
difabrikasi juga. (Sesuai dengan gambar kerja/shop drawing dan spesifikasi yang ada).
3. Setelah dilakukan pemasangan pembesian dan pemasangan bekisting, Tie Beam siap
untuk dilakukan pengecoran Beton dengan mutu beton yang telah ditetapkan.
4. Mobilisasi dan Penyiapan Posisi Concrete pump saat erection, concrete vibrator dsb.
5. Sebelum pengecoran dilaksanakan (setelah mobil mixer datang, dilakukan pemeriksaan
terhadap surat jalan beton, Uji Slump Test (hasus sesuai persaratan ) dan pembuatan
Kubus Beton.
6. Pengecoran dapat dilaksanakan dan selama proses pengecoran penggunaan mesin
vibrator harus digunakan untuk membuang rongga udara dan pencegahan keropos
beton dan sedapat mungkin kepala selang vibrator tidak menyentuh pembesian struktur.
7. Setelah Pengecoran Tie beam selesai, keesokan harinya pemasangan pembesian dan
bekisting kolom bisa dilaksanakan.
7. Setelah Fabrikasi system pembesian kolom selesai di tegakkan, Kembali periksa
posisi As pembesian Kolom.
Note :
• Penyambungan Stik Besi Kolom dengan pembesian kolom harus  40 D besi kolom
• Jarak Pemasangan besi Sengkang/begel relatif sama setinggi kolom (Gbr rencana struktur)
• Pengikatan kawat bendrat Pembesian Kolom harus kuat dan kokoh sehingga posisi dan jarak
pembesian tidak berubah.
8. Pemasangan Bekisting yang sudah difabrikasi sebelumnya dipasang sebagai mal
pembungkus beton dan besi tulangan diperkuat dengan pengunci mal. Untuk
vertikalisasi berdirinya bekisting kolom dapat diperiksa/dikontrol dengan
menggunakan unting-unting, benang load atau menggunakan pesawat To.
Bekisting Dikunci dengan batang2 skor
9. Setelah Pemasangan bekisting selesai dan melalui pemeriksaan pengawas
selesai
pengecoran dapat dilakukan dengan mutu beton yang telah ditentukan.
Note :
• Saat penuangan beton cor menggunakan concrete pump berlangsung yang perlu dijaga
adalah tinggi jatuh beton cor  1,5 m’ agar kerapatan agregat tetap terjaga. Dengan tidak
meninggalkan standard uji beton readymix yang dating tetap dilaksanakan.
 Pekerjaan Balok (Beam) dan Pekerjaan Lantai.
Perihal fabrikasi Bekisting, system pembesian untuk balok dan lantai beton sudah bisa
difabrikasi saat penyetelan/pemasangan dan konstruksi tie beam dan kolom. Adapun
Langkah berikutnya adalah :
1. Satu (1) Hari setelab Pengecoran Kolom selesai bekisting kolom sudah bisa
dibuka dengan hati2 (beton masih muda) untuk mempersiapkan pekerjaan tahap
berikutnya.
2. Dimulai pemeriksaan elevasi masing2 puncak kolom Penyetelan Bekisting Balok, lantai
dan pemasangan perancah sudah bisa dilakukan. Untuk menjaga kerataan/horizontal
bolok dan lantai, penggunaan balok kayu yang lebih besar dan rata atau menggunakan
horiebeam sebagai landasan diatas perancah/scafolding.
3. Diikuti dengan pemasangan system pembesian balok dan pembesian lantai yang
sudah difabrikasi sebelumnya. (ukuran, jumlah dan jarak pasang sesuai spesifikasi).
4. Setelah pembesian selesai diikuti dengan pemasangan beton decking untuk menjaga
tebal selimut beton dengan jarak ± 60 cm pada balok dan lantai.
5. Setelah semua item tersebut selesai, dilakukan pemeriksaan pekerjaan bersama
pengawas untuk mendapatkan perintah pengecoran bisa dilaksanaan.
6. Standar pelaksanaan pengecoran tetap diikuti.
7. Setelah 3 s/d 4 jam daerah yang selesai pengecoran jika matahari cukup terik
lakukan perawatan beton dengan menyiramkan air yang telah diselimuti dengan
karung goni terlebih dahulu (Curing) agar beton yang terjemur tidak mengalami
retak rambut akibat terjemur (setiap 3-4 jam sekali) selama 7 sampai 10 hari.
8. Hindari penghentian pengecoran kalua tidak terpaksa, siapkan plastic pelindung
jika terjadi hujan dan operasikan mesin fibrator selama proses pengecoran.
9. Jaga ketebalan pengecoran dengan bantuan alat colok dan jega kerataan
pengecoran dengan terus memeriksa kerataan menggunakan Waterpass selama
proses pengecoran.
10. Keesokan harinya di lantai yang selesai dicor sudah bisa dilakukan pemeriksaan
posisi As2 tiang untuk lantai berikutnya, berupa pemberian penetapan tapak kolom
lantai berikutnya.
11. Sementara Fabrikasi bekisting dan Pembesian kolom dan lantai berikutnya sudah
berjalan.
12. Demikian selanjutnya dapat dilaksanakan dengan tahapan yang sama untuk lantai
berikutnya.
C. STRUKTUR BETON PRACETAK

beton pracetak adalah komponen beton yang dicor di tempat yang bukan merupakan posisi akhir
dalam suatu struktur, Hal hal yang harus diperhatikan dalam Pengendalian Pekerjaan Struktur
Beton Pracetak adalah:
1. Persiapan cetakan atau bekisting cukup stabil dan Kuat.
2. Pemasangan tulangan dalam cetakan atau bekisting sesuai dengan gambar rencana.
3. Pengecoran beton pada cetakan elemen.
4. Curing dan Quality Control.
5. Pembongkaran cetakan atau bekisting sekitar 3–7 hari pada suhu kamar.
6. Penyimpanan dan pengangkatan diangkat dengan alat pengangkat atau crane melalui
lubang-lubang dibuat pada elemen-elemen tersebut, dan harus diangkut dalam posisi
tegak.
7. Metode penyambungan dengan cara grouting yaitu penyuntikan atau pengecoran
sambungan panel joint pada pertemuan balok dan kolom juga antara filler plat lantai.
IV. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
Tujuan dari Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung yaitu
 Mengadakan pengawasan dan membimbing pelaksanaan pekerjaan.
 Melakukan Perhitungan kemajuan/prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.
 Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antara
berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lancar
 Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari terjadinya
pembengkakan biaya.
 Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai basil akhir
sesuai dengan kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang sudah ditetapkan
 Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan oleh kontraktor.
 Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari persyaratan sudah
yang ditetapkan.
 Menyiapkan dan menghitung kemungkinan terjadinya pekerjaan tambah kurang.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam Melakukan Pengawasan Terhadap Pekerjaan Struktur
Bangunan Gedung adalah:

 Gambar pelaksanaan (shop drawing) diperiksa sesuai dengan dokumen kontrak.

 Rekomendasi izin pelaksanaan pekerjaan dibuat sesuai dengan ketentuan.

 Peralatan dan tenaga kerja diperiksa kesiapannya sesuai dengan kebutuhan

 Material yang digunakan diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi teknis.

 Pekerjaan diawasi pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.


Demikianlah presentasi ini

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai