Anda di halaman 1dari 65

Setelah mempelajari Kerangka Acuan Kerja maka dapat dipahami

tugas konsultan Perencana adalah menyusun DED Pembangunan


Gedung Asrama & Kelas Baru BAPELKES . Perencanaan bangunan ini
harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari
kalender.
B.1.a. Pemahaman terhadap proyek DED Pembangunan Gedung Asrama
& Kelas Baru BAPELKES.
Sesuai arahan Kerangka Acuan Kerja, Dalam Pembangunan Gedung
Asrama & Kelas Baru Program Peningkatan Mutu Pendidikan pada
Kegiatan Fasilitasi, Pengembangan dan Pengelolaan Sarana
Prasarana Pendidikan. Yang pelaksanaannya menggunakan anggaran
Belanja Daerah didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Hemat, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan,
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana program/kegiatan,
serta fungsi setiap departemen/lembaga
3. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam
negeri dengan memperhatikan kemampuan/potensi nasional.
B.1.b. Maksud, Tujuan dan Sasaran DED Pembangunan Gedung Asrama &
Kelas Baru BAPELKES.
Maksud dari kegiatan ini adalah membuat Perencanaan proyek
DED Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru BAPELKA
Tujuan kegiatan adalah menyiapkan dokumen sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan Perencanaan. Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru
BAPELKES

B.1.c. Uraian Tugas.


Uraian Tugas Konsultan Perencana:
a. Pengukuran tanah dan penyelidikan sederhana terhadap tanah dasar
b. Penyusunan konsep / dasar pemikiran perencanaan.
c. Persyaratan perencanaan sesuai fungsi pemakaian standar dan
harga.
d. Estimasi/Prediksi kekuatan dan usia bangunan sesuai sesuai
spesifikasi yang direncanakan.
e. Analisis utilitas bangunan.
f. Instalasi atau jaringan – jaringan (air bersih, air hujan, limbah dan
listrik).
g. Gambar Detail struktur.
h. Penghitungan urugan tanah dan pematangan lahan.
i. Gambar Detail fungsional lainnya.
j. Letak dan tempat bangunan.
k. Uraian volume dan jenis Pekerjaan yang akan dilaksanakan.
l. Jenis dan mutu bahan yang akan diperlukan.
m. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya / RAB
n. Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan
Pekerjaan apabila ada perubahan
o. Memberi penjelasan terhadap persoalan - persoalan yang timbul
selama masa pelaksanaan konstruksi.
B.1.d. Lingkup Lokasi Kegiatan Pekerjaan proyek Perencanaan DED
Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru BAPELKES
Lingkup Lokasi pekerjaan adalah sebagai berikut :
Ruang lingkup kegiatan meliputi seluruh kegiatan mulai dari tahap
pengumpulan data sampai dengan tahap penyusunan rencana yang
meliputi:

a. Tahap Persiapan , meliputi kegiatan antara lain:

1) Persiapan kegiatan
2) Persiapan dasar meliputi penyusunan metode pelaksanaan,
studi literatur dan penelaahan materi Penyusunan DED
Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru BAPELKES.
3) Persiapan teknis berupa penyiapan peta dasar (pengukuran), site
atau tapak pada masing-masing area (lahan) yang sudah
ditentukan, dan pera latan survei lainnya yang berguna untuk
memperlancar pekerjaan dilapangan.

b. Tahap Pelaksanaan Survey dan Penelitian, meliputi kegiatan


antara lain:

1) Identifikasi Kegiatan dan Peraturan-peraturan, meliputi


(dilengkapi peta/gambar):
• Kegiatan yang akan diwadahi; kegiatan utama, pendukung
dan lainnya;
• Besaran dan karakteristik kegiatan yang akan diwadahi;
• Peraturan tentang koefisien dasar bangunan (KDB),
garis sempadan jalan, garis sempadan sungai, maupun
ketinggian bangunan yang diijinkan pada lokasi
perencanaan.
2) Identifikasi Tanah dan Vegetasi, meliputi (dilengkapi peta/gambar):
Keadaan tanah baik berupa kemiringan (kontur), penelitian daya
dukung tanah (dengan melakukan zondir test), struktur tanah,
kesuburan dan lain-lain dalam kaitan kondisi
• fisik dasar;
• Jenis dan macam vegetasi, ukuran dan perkiraan umur
vegetasi, pemetaan titik lokasi vegetasi tanaman tahunan.
3) Identifikasi Jaringan Utilitas, perihal keadaan besaran, daya
tampung serta kondisi jaringan, yang meliputi (dilengkapi
peta/gambar):
• Jaringan listrik yang mencakup daya tersalur pada kawasan
tersebut, gardu dan titik-titik sambungan, penerangan jalan
dan sebagainya;
• Jaringan telekomunikasi yang mencakup pola jaringan dan
sebagainya;
• Jaringan air bersih;
• Jaringan pembuangan air limbah;
• Jaringan pembuangan air hujan;
• Sistem pembuangan sampah.
4) Identifikasi Orientasi Site/Tapak, meliputi (dilengkapi
peta/gambar):
• Orientasi site/tapak lokasi perencanaan terhadap lingkungan
sekitar dalam struktur kawasan.

c. Tahap Analisis:
Tahap analisis ini merupakan tahap kedua dari kegiatan Perencanaan
DED Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru BAPELKES meliputi
antara lain:
1) Analisi Kebutuhan Ruang dan Sarana/Prasarana:
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis dan besaran
ruang serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
menunjang pewadahan fungsi yang diinginkan pada area
perencanaan (site/tapak
2) Analisis Struktur:
Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang
jenis dan ukuran sistem struktur yang direncanakan terkait
kondisi tanah pada tapak dan rencana pembebanan.
3) Analisis Biaya:
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui secara garis
besar (prakiraan) komponen biaya pelaksanaan pembangunan
Gedung Asrama dan Kalas Baru.

a. Tahap Penyusunan Rencana:


Tahap penyusunan rencana ini merupakan tahap akhir dari kegiatan
yang meliputi antara lain:
1) Konsep Perencanaan dan Perancangan:
Dari hasil identifikasi dan analisis yang dilakukan tersebut
di atas dapat ditentukan kriteria-kriteria perencanan dan
perancangan pada site/tapak (antara lain penentuan kebutuhan
elemen dan kebutuhan ruang), konsep disain arsitektural pada
situasi dan denah, kenampakan eksterior dan interior, jenis dan
spesifikasi material bahan finishing, yang selanjutnya dapat
disusun menjadi Konsep Perencanaan dan Perancangan DED
Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru.
2) Gambar Teknis Perencanaan dan Perancangan (Gambar
Kerja/DED): Meliputi visualisasi atas beberapa alternatif desain
yang diajukan dalam ben tuk tiga dimensi (3D) dan gambar
perspektif dari beberapa sudut pandang (angel view). Gambar
desain 3D ini untuk keperluan presentasi agar mudah
dipahamidalam membuat keputusan
3) Gambar Teknis Perencanaan dan Perancangan :
Meliputi gambar-gambar teknis perancangan sebagai
dasarpelaksanaan pembangunan Rencana Anggaran Biaya
(RAB):
4) Rencana Anggaran Biaya (RAB) meliputi: Daftar kuantitas dan
Harga, Analisa harga satuan, back up hitungan volume
pekerjaan, daftar harga bahan dan upah tenaga beserta back
up hasil survey harga bahan.
5) Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

Meliputi persyaratan teknis seluruh jenis pekerjaan yang


tercantum dalam daftar kuantitas pekerjaan.
Lingkup pekerjaan sebagai berikut :
• Struktur beton bertulang,
• Pekerjaan pasangan
• Pekerjaan rangka atap dan penutup atap
• Pekerjaan paving block
• Pekerjaan sanitasi dan utilitas
• Pekerjaan elektrikal

B.1.e. Masukan Perancangan.

1. Untuk melaksanakan tugasnya konsultan perencana harus


mencari informasi yang diperlukan sebagai bahan masukan, materi
yang bersumber dari pemberi tugas, Tim Teknis, maupun instansi
lain yang bersangkutan.
2. Konsultan perencana harus memberikan kebenaran informasi yang
digunakan dalam melaksanakan tugasnya, baik berasal dari pemberi
tugas maupun dicari sendiri
3. Dalam hal ini informasi perencanaan memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Informasi tentang lahan meliputi :
1) Kondisi fisik lokasi seperti : luasan, batas-batas, dan
topografi,
2) Kondisi tanah (hasil soil test)
3) Keadaan air tanah,
4) Peruntukan tanah,
5) Koefisien dasar bangunan,
6) Koefisien lantai bangunan,
7) Perincian penggunaan lahan, perkerasan,
penghijauan dan lain-lain
b. Pemakaian bangunan
1) Struktur organisasi
2) Jumlah personil-personil sekarang dan satuan kerja
pengembangan untuk 5 tahun mendatang
3) Kegiatan utama, penunjang, pelengkap
4) Perlengkapan/peralatan khusus, jenis, berat dan dimensinya
c. Kebutuhan bangunan
1) Program ruang
2) Keinginan tentang organisasi/pemanfaatan ruang
d. Keinginan tentang ruang-ruang tertentu, baik yang berhubungan
dengan pemakai atau perlengkapan yang akan digunakan dalam
ruang.
e. Keinginan tentang kemungkinan perubahan fungsi
ruang/bangunan
f. Keinginan tentang utilitas bangunan
1) Air bersih
a. Kebutuhan (sekarang dan proyeksi mendatang)
b. Sumber air, jaringan dan kapasitasnya
2) Air hujan dan air buangan
a. Letak saluran kota
b. Cara pembuangan keluar tapak
3) Air kotor dan sampah
a. Letak Tempat pembuangan sementara (TPS)
b. Cara pembuangan keluar dari TPS
4) Tata Udara/A.C. (bila dipersyaratkan)
a. Beban (ton ref)
b. Pembagian beban
c. System yang diinginkan
5) Transportasi vertical dalam bangunan (bila dipersyaratkan)
a. Type dan kapasitas yang akan dipilih
b. Interval dan waktu tunggu (waifing time)
c. Penggunaan escalator dan conveyor
6) Penanggulangan bahaya kebakaran
a. Detector (jenis, type)
b. Fire alarm (jenis)
c. Peralatan pemadam kebakaran (jenis, kemampuan)
7) Pengaman dari bahaya pencurian clan perusakan
a. Alarm
b. System yang dipilih
8) Jaringan listrik
a. Kebutuhan daya
c. Sumber daya dan spesifikasinya
d. Cadangan apabila di butuhkan (kapasitas, spesifikasi)
9) Jaringan komunikasi (telepon, telex, radio, intercom)
a. Kebutuhan titik pembicaraan,
b. Sistem yang dipilih
4. Program alih teknologi

5. Staf/tim teknis pelaksanaan pekerjaan


Untuk melaksanakan tugas, konsultan perencana harus
menyediakan tenaga yang memenuhi kebutuhan, ditinjau dari
lingkup/besarnya kegiatan dan kekomplekan kegiatan.

B.1.f. Keluaran Perancangan.


Keluaran yang dimaksud dari Penyedia Jasa Konsultan Perencana ini
adalah :
1. Laporan Pendahuluan
2. LaporanAntara
3. LaporanAkhir
4. Gambar desain prarencana
a. Gambar rancangan makro dalam file animasi 3D.
b. Gambar masterplan (arsitektural) dalam file Auto Cad meliputi
• Site Plan
• Situasi
• Tampak, Potonganmakro
5. Dokumen Pengadaan terdiri :
a. Gambar kerja meliputi :
• Gambar rencana dan detail arsitektur
• Gambar rencana dan detail struktur
• Gambar rencana dan detail utilitas
• Gambar rencana dan detail MekanikaldanElektrikal
b. RencanaAnggaranBiaya ( Enggineer Estimate Cost)
c. Bill Of Quantity
d. Spesifikasi Teknis/ RKS
e. Soft copy dalam External Hard Disk, dalambentuk file a sli dan
PDF
B.1.g. Kriteria Umum dan Kriteris Khusus DED Pembangunan Gedung Asrama
& Kelas Baru Bapelkes :
Dalam perencanaan bangunan yang dimaksud dengan penugasan ini,
konsultan perencana harus memperhatikan kriteria umum yaitu :
1. Persyaratan kehandalan yang ditinjau dari segi :
1. Ketahanan bangunan menerima beban, baik dari kekuatan manusia
maupun alam.
2. Ketahanan terhadap kelusuhan dan keausan baik karena
penggunaan bahan bangunan maupun karena iklim.
3. Keselamatan penghuni pada waktu terjadi bencana baik karena
ulah manusia maupun akibat bencana alam.
2. Persyaratan guna yaitu bahwa bangunan dapat menampung
kegiatan secara efisien sesuai dengan fungsinya.
Konsultan perencana juga harus memperhatikan beberapa kriteria
khusus yang telah di cantumkan pada Kerangka Acuan Kerja

B.1.h. Azas-Azas Perencanaan dan Proses DED Pembangunan Gedung


Asrama & Kelas Baru Bapelkes
Selain kriteria umum dan Khusus di atas dalam melaksanakan
tugasnya konsultan perencana juga harus memperhatikan azas-azas
sebagai berikut :
1. Bangunan hendaknya fungsional, efisien,menarik tapi tidak
berlebihan.
2. Kreatifitas desain hendaknya tidak ditekankan pada kemegahan
material tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara
fungsi teknik dan fungsi bangunan.
3. Biaya pemeliharaan bangunan hendaknya serendah mungkin namun
tidak mengganggu produktifitas kerja.
4. Desain bangunan hendaknya sedemikian rupa, sehingga bangunan
dapat dilaksanakan dalam waktu sependek mungkin dan segera
dapat dimanfaatkan.
5. Bangunan hendaknya ikut meningkatkan kualitas lingkungan.
Kemudian perencanaan juga harus memperhatikan beberapa proses
yaitu :
1. Dalam proses perencanaan untuk menghasilkan keluaran-
keluaran yang diminta, konsultan harus menyusun jadwal
konsultasi dengan pemberi tugas dan unsur teknis yang berwenang.
2. Dalam konsultasi berkala tersebut supaya ditentukan produk antara
lain: produk yang harus dihasilkan konsultan perencana sesuai
dengan pengarahan pemberi tugas dan unsur teknis yang
berwenang berdasarkan standar hasil perencanaan.
3. Dalam melaksanakan tugas, konsultan perenc ana harus selalu
memperhitungkan jadwal waktu perencanaan adalah mengikat.

B.1.i. Dasar dan Pedoman Perencanaan DED Pembangunan Gedung Asrama


& Kelas Baru Bapelkes
Pelaksanaan proses pembangunan pekerjaan harus memenuhi
peraturan dan ketentuan yang berlaku, baik di pusat maupun Daerah,
antara lain :
1. Permen PUPR Nomor 29/PRT/M/2006,tentang Pedoman Teknis
Bangunan;
2. Permen PUPR Nomor 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
3. Permen PUPR Nomor 05 Tahun 2016 dan Perubahannya Nomor 06
Tahun 2017 tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
4. Permen PUPR Nomor 28 Tahun 2016 tentang Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan;
5. Standar Teknis untuk material konstruksi dalam SNI.4. Dokumen
perencanaan dan perancangan, kebijakan dan peraturan yang telah
ada.

B.3. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM


KERJA
B.3.1. Gambaran Umum Pekerjaan
Pengembangan pembangunan yang berbasis sumber daya manusia
merupakan salah satu program yang sedang digiatkan oleh Pemerintah
Aceh. Adapun salah satu bentuk pengembangan pembangunan yang
mendukung kegiatan tersebut adalah dengan membangun gedung yang
akan menjadi pusat kegiatan peningkatan mutu dan kualitas manusia,
baik berupa kegiatan lokal maupun internasional yaitu Pembangunan
Gedung Asrama & Kelas Baru Bapelkes. Untuk melaksanakan
Pembangunan tersebut perlu dibuat suatu Perencanaan Gedung yang
dimaksud, yaitu melalui Pekerjaan DED Pembangunan Gedung Asrama &
Kelas Baru Bapelkes. Agar pelaksanaan pekerjaan dimaksud dapat
terlaksana sesuai dengan standar yang berlaku maka perlu disusun
Kerangka Acuan Kerja (KAK). KAK ini merupakan petunjuk bagi
Konsultan Perencana dalam melaksanakan Pekerjaan DED
Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru Bapelkes.

B.3.2.Maksud, Tujuan dan Sasaran proyek DED Pembangunan Gedung


Asrama & Kelas Baru Bapelkes.
Maksud dari kegiatan ini adalah membuat DED Pembangunan
Gedung Asrama & Kelas Baru Bapelkes.
Tujuan kegiatan adalah menyiapkan dokumen sebagaia a cuan pelaksanaan
kegiatan DED Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru Bapelkes.

Sasarannya Tersedianya dokumen DED Pembangunan Gedung Asrama &


Kelas Baru Bapelkes, yang meliputi Gambar Detail Desain, Perhitungan
Volume (Bill Of Qiuantity) Rencana Anggaran Biaya (Engineering Estimate
Cost) Spesifikasi Teknis dan Dokumen pendukung lainnya.

B.3.2. METODOLOGI PELAKSANAAN PERENCANAAN


Pada prinsipnya untuk menghemat waktu antar tahap-tahap kegiatan
pelaksanaan pekerjaan perencanaan dan perancangan bisa dilakukan
secara simultan artinya satu kegiatan dengan yang lainnya bisa
overlapping. Namun begitu hirarki tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan
harus ditaati agar pekerjaan Arsitektur, Struktur, Mekanikal dan
Elektrikal serta Landscape bisa sinkron. Untuk mendapatkan efektivitas
tinggi atas input yang ada dan untuk menggunakan sumber daya yang
tersedia secara efisien, maka perencana memandang perlu mengikuti
suatu perencanaan dan pelaksanaan sistem kerja yang baik. Hanya
dengan cara ini baik kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat dikontrol
sambil menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar. Untuk
perencanaan dan perhitungan serta penggambaran, konsultan akan
menggunakan soft-ware dan program-program komputer. Sehingga akan
didapatkan hasil out-put yang computerized dan pelaksanaan yang
diharapkan jauh lebih cepat sedemikian hingga pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana. Kegiatan yang berlangsung di
studio dibedakan dengan bagian produksi dokumen. Studio
berkepentingan dalam pencarian/penggalian ide kreatif rancangan
arsitektural, sedangkan bagian produksi lebih berkepentingan dengan
pembuatan gambar-gambar dokumen pembangunan.
Dengan tersedianya computerized program tersebut, maka hampir
seratus persen semua pekerjaan perencanaan dan desain yang ada
dapat dilakukan de ngan perhitungan- perhitungan komputer, yang
tentunya ini sangat banyak membantu team perencana dan Tim PTP
(Pengelola Teknik Program) dalam melakukan evaluasi. Penggunaan
computerized program yaitu dikenal Computer Aided Drafting-Design
(CADD) dan 3D Effects dipandang perlu oleh Konsultan Perencana
karena kegiatan perancangan arsitektur merupakan suatu kegiatan
pemecahan masalah ‘ problem-solving’ dan perancangan adalah
menemukan variasi yang paling cocok di antara banyak kemungkinan
yang ada. Penggunaan CADD memberikan banyak keuntungan, selain
memungkinkan untuk melakukan feed back atau melakukan revisi dan
pengujian tanpa membuang banyak material juga CADD memberikan
kepada kita model 3D yang akurat, perhitungan yang teliti dan
menghemat waktu.
Meski demikian, komputer tidak bisa menggantikan pikiran dan tangan
manusia. Ada sesuatu yang belum dapat diperikan mengenai kemampuan
manusia yang tak tergantikan oleh komputer, sekalipun komputer itu
meningkatkan efisiensinya. Komputer itu adalah prosesor linier, satu
langkah untuk satu ketika. Sedangkan merancang tidak dalam proses
linear seperti itu. Arsitek berpikir serentak pada satu ketika daripada
bertahap linier.
Dalam arsitektur selalu terdapat banyak solusi daripada solusi tunggal,
hal yang amat berbeda dengan komputer yang selalu memberi satu solusi
terbaik, dan komputer selalu memberi ilusi bahwa ada satu jawaban saja.
Komputer sedemikan eksak, teliti dan dapat diandalkan secara teknis
langkah-langkah yang dilakukan didalam melaksanakan pekerjaan

DED Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru Bapelkes adalah


sebagai berikut :

B.3.2.a. Pekerjaan Persiapan


1. Tujuan
Sebagai langkah awal untuk mendapatkan data -data dari
informasi lapangan, membuat interpretasi secara garis besar
terhadap Kerangka Acuan Kerja dan Master Plan, menyusun
program kerja perencanaan, konsep perencanaan, sketsa ide, dan
konsultasi dengan instansi terkait mengenai peraturan dan
perijinan bangunan.

2. Metoda Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang
dibutuhkan yang berkaitan dengan lokasi, luas, batas, prasarana
yang ada dengan cara melakukan konsultasi baik dengan user, tim
teknis, dan Dinas Kesehatan Profinsi Aceh Kemudian melakukan soil
investigation dengan sondir dan bori ng serta pengukuran langsung
di lokasi perencanaan.
Serta menyusun Program kerja perencanaan, konsep
perencanaan,sketsa ide dan seterusnya.
Adapun data data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data Lahan
- Luasan
- Batas batas
b. Data Pengguna Bangunan
- Struktur Organisasi
- Jumlah Personil
- Kegiatan Utama, penunjang dan pelengkap
- Macam perlengkapan dan peralatan
c. Data Kebutuhan Bangunan
- Data mengenai proyeksi daya tampung Asrama dan
ruang Kalas, kebutuhan ruang penunjang dan lain lain
- Letak dan sirkulasi bangunan sesuai kontur yang ada
d. Data Kebutuhan Utilitas Bangunan
Kelengkapan utilitas bangunan gedung tersebut harus
direncanakan sesuai kebutuhan yang memadai seperti :
- Instalasi drainase / air hujan
- Instalasi air kotor
- Instalasi air bersih
- Instalasi listrik dengan kebutuhan dayanya
- Instalasi penangkal petir
- Instalasi bahaya kebakaran / fire protection
- Instalasi tata udara / air condition
- Instalasi tata suara / cctv
- Instalasi elevator (bila diperlukan)
Berdasarkan pada sifat informasi dan data yang dibutuhkan
tersebut maka metoda yang dibutuhkan metoda pengukuran
dilapangan. Dalam melaksanakan kegiatan ini diperlukan
keterlibatan tenaga ahli dan tenaga penunjang yang terkait dengan
permasalahan yang dijumpai dilapangan yang antara lain :
1. Manager/Team Leader
Melakukan koordinasi, pengurusan ijin - ijin, mengatur
mobilisasi tenaga ahli dan tenaga penunjang, melakukan
diskusi, asistensi dan sebagainya.
2. Tenaga Ahli Arsitektur / Architecture Engi neer
Melakukan perancangan arsitektur mulai dari sketsa ide
sampai dimensi ruang, tampilan bangunan, detail arsitektur
baik interior dan exterior bangunan.
3. Tenaga Ahli Sipil / Stucture Engineer
Melakukan perancangan struktur baik sub struktur maupun
upper struktur, beton, baja, serta keamanan bangunan,
melakukan pengumpulan data - data harga bahan dan upah
kerja kemudian dianalisa menjadi harga satuan
4. Tenaga Ahli MekanikalElektrikal
Melakukan perancangan instalasi elektrikal, serta keamanan
jaringan listrik dalam bangunan.
B.3.2.b. Penyusunan Konsep Rancangan
1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun gambar konsep
perancangan yang didasarkan kepada data dan temuan
dilapangan, masukan kebutuhan ruang baik luasan dan
spesifikasinya dari pihak user / pemakai dikaitkan dengan
persyaratan persyaratan teknis menyangkut masalah fungsi,
hubungan antar ruang, kekuatan, keamanan, keindahan,
keserasian dan lingkungan hidup.
Dengan dasar-dasar tersebut diatas diharapkan semua aspirasi
dari pihak user / pemakai bias tertampung semua pihak dari segi
filosofi dan fungsi bangunan, yang nantinya dapat dikembangakan
lebih lanjut kedalam bahasa teknis pelaksanaan.

2. Metoda Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menanalisa data lapangan dan
data masukan dari pihak user / pemakai, menterjemahkan kedalam
bahasa teknis serta mengestimasikan biaya yang tersedia melalui
prakiraan biaya secara kasar.

3. Waktu dan Tenaga


Kegiatan ini diperlukan keterlibatan tenaga - tenaga ahli
Arsitektur, Struktur, Elektrikal, serta Survey dan drafter.

B.3.2.c. Pra Rencana


Pada tahap penyusunan Pra Rencana Arsitek akan mengembangakan
konsepsi dasar disain / rancangan yang terbaik yang mampu memenuhi
peryaratan program Rancangan.
Pola dan bentuk Arsitektur bangunan diwujudkan dalam bentuk gambar
gambar dan nilai fungsional dalam bentuk diagram diagram, aspek
kualitatif lainnya serta aspek kuantitatif seperti perkiraan luasan
lantai, informasi penggunaan bahan dan sistem, biaya dan waktu
pelaksanaan pembangunan disajikan dalam buntuk laporan tertulis.
Setelah diperiksa dan disetujui oleh Pengelola Teknis atau Pemberi
Tugas, Arsitek akan melakukan kegiatan tahap selanjutnya.
1. Tujuan Pra Rencana adalah :
- Untuk Membantu Pemberi Tugas dalam memperoleh
pengertian yang lebih mendalam atas Program Rancangan
yang telah dirumuskan oleh Arsitek dalam sketsa Gagasan.
- Untuk mencari konsepsi disain yang terbaik dan
mencerminkannya dalam jangka waktu yang paling singkat
dengan biaya yang paling e konomis.
- Untuk memperoleh keselarasan pengertian yang lebih
mendalam atas konsepsi desain serta pengaruhnya terhadap
kelayakan proyek.
- Untuk membantu Pemberi Tugas dalam rangka perolehan Ijin
Mendirikan Bangunan dari Pemerintah Kabupaten setempat.
2. Metoda Kerja
Metoda kerja untuk mencapai tujuan diatas adalah dengan
membuat gambar - gambar kerja.
Produk tahap ini untuk Pemberi Tugas pada pokoknya berisi
informasi atau gambaran mengenai sistem bangunan secara
keseluruhan, produk tersebut disajikan dalam gambar kerja dan
laporan tertulis secara rinci, produk Pra Rencana untuk
kepentingan Pemberi Tugas yang terdiri dari :
- Gambar gambar Kerja
Pada tahap ini skala gambar yang digunakan adalah 1:200,
1:100, 1:50 sesuai dengan kejelasan informasi yang ingin
disampaikan.
Gambar kerja menjelaskan mengenai :
Denah : yang menunjukan posisi dan nama ruang dan ukuran
serta perbedaan tinggi lantainya.
Tampak : yang menunjukan pandangan kearah bangunan dari
empat sisi, penampilan bahan yang digunakan serta gaya
tampilan yang dipakai.
Potongan : yang menunjukan posisi ruang yang dipotong
melintang atau memanjang, yang menunjukan garis besar
struktur bangunan seperti pondasi, penyelesaian lantai,
plafon, atap dan partisi partisinya.
- Laporan
Laporan teknis yang berisikan penjelasan tentang pemilihan
konsep bangunan, pemilihan sub sistem struktur bangunan,
pemilihan sub sistem mekanikal dan elektrikal bangunan.
- Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan secara kasar biaya yang dibutuhkan untuk
mendirikan bangunan tersebut lengkap dengan seluruh sub
sistem. Perhitungan berdasar atas harga per meter persegi
bangunan lengkap dengan sub sistemnya. Setelah diperiksa
dan disetujui oleh Pemberi Tugas hasil Pra Rencana ini
dianggap oleh Arsitek sebagai dasar pengembangan
selanjutnya.

3. Waktu dan Tenaga


Selain Team Leader dan tenaga ahli Arsitektur, Struktur, Mekanikal
dan Elektrikal, mengajukan gambar - gambar sistem.

B.3.2.d. Pengembangan Rencana

1. Tujuan
- Untuk memestikan dan menguraikan ukuran serta wujud
karakter proyek secara menyeluruh dan terpadu.
- Untuk mematangkan konsepsi dasar / rancangan secara
keseluruhan, terutama ditinjau dari keselarasan system
sistem yang terkandung didalamnya baik dari segi kelayakan
dan fungsi, estetika dan ekonomi bangunan.
2. Metoda Kerja
Pada tahap Pra Rancangan Pelaksanaan baik tenaga Arsitek,
Struktur, Mekanikal dan Elektrikal akan bekerja atas dasar Pra
Rancangan / Rancangan skematik yang telah disetujui Pemberi
Tugas, sistem sistem kontruksi bangunan dan instalasi teknik
mekanikal dan elektrikal dipertimbangkan kelayakannya serta
kelaikannya baik secara tersendiri maupun menyeluruh / terpadu.
Bahan bangunan dijelaskan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, persediaan, kemudian kontruksi
dengan nilai ekonomis.
Perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan disusun berdasar
sistem, Arsitek menyajikan hasil dalam bentuk gambar - gambar,
diagram sistem dan laporan tertulis.
Setelah diperiksa Pengelola Teknis dan disetujui oleh Pemberi
Tugas, hasil Rancangan Pelaksanaan ini dianggap seba gai
Rancangan Tetap dan digunakan sebagai dasar untuk mulainya
tahap selanjutnya.
Pada dasarnya tahap ini merupakan integrasi dari semua sub
sistem yang dipilih untuk dipergunakan didalam bangunan dan yang
menyatakan semua bahan bangunan yang akan digunakan sudah
jelas penentuannya.
Semua ukuran dalam bangunan sudah ditentukan, semua
peralatan yang akan digunakan sudah dipilih, semua peralatan
yang dipilih sudah menjadi bagian dari masing - masing sub
sistem harus sudah terintergrasikan dengan baik dalam
bangunan.
Hal tersebut harus sudah ditujukan dalam gambar - gambar
rencana pelaksanaan.
Dalam tahap ini gambar lebih besar dari tahap sebelumnya,
gambar sudah menunjukkan hal - hal yang terinci, dan secara
garis besar produk ini sudah dipergunakan sebagai dasar
pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik bangunan. Dengan demikian
pula dengan Rencana Anggaran Biaya sudah lebih pasti dari
perkiraan perkiraan tahap sebelumnya, hal ini merupakan
informasi penting bagi Pemberi Tugas untuk dapat memberikan
keputusan apakah perlu dilakukan perubahan - perubahan bahan
atau peralatan yang akan digunakan, bila diperlukan disesuaikan
dengan dana yang tersedia.
Secara terinci, produk Pra Rencana
- Gambar - gambar Kerja
Pada tahap ini skala gambar yang digunakan adalah 1:200 ,
1:100, 1:50, 1:20, 1:10 sesuai dengan kejelasan informasi
yang ingin disampaikan. Gambar kerja menjelaskan mengenai :
Denah : yang menunjukan posisi dan nama ruang dan ukuran
serta perbedaan tinggi lantainya.
Tampak : yang menunjukan pandangan ke arah ba ngunan dari
empat sisi, penampilan bahan yang digunakan serta gaya
tampilan yang dipakai. Potongan : yang menunjukan posisi
ruang yang di potong melintang atau memanjang, yang
menunjukan garis besar struktur bangunan seperti pondasi,
penyelesaian lantai, plafon, atap dan partisi - partisinya.
- Laporan
Laporan teknis yang berisikan penjelasan tentang pemilihan
konsep bangunan, pemilihan sub sistem struktur bangunan,
pemilihan sub sistem mekanikal dan elektrikal bangunan.
- Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan secara kasar biaya yang dibutuhkan untuk
mendirikan bangunan tersebut lengkap dengan seluruh sub
sistem.
Perhitungan berdasar atas harga per meter persegi
bangunan lengkap dengan sub sistemnya.
Setelah diperiksa dan disetujui oleh Pemberi Tugas hasil Pra
Rencana ini dianggap oleh Arsitek sebagai dasar
pengembangan selanjutnya.
3. Waktu dan Tenaga
Kegiatan ini diperlukan keterlibatan tenaga tenaga ahli Arsitektur,
Struktur, Elektrikal, Sosial, Lingkungan, Antropologi , serta
koordinator studio dan drafter.

B.3.2.e. Penyusunan Gambar Kerja, RKS, RAB


1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun gambar - gambar
detail atau gambar - gambar pelaksanaan, menyusun Rencana Kerja
dan Syarat - syarat / RKS dan Rancana Anggaran Biaya / RAB, serta
perhitungan konstruksi dan kekuatannya, yang nantinya akan
dipergunakan sebagai pedoman dan syarat - syarat dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang sifatnya mengikat dan mempunyai kekuatan
hukum.
Pada tahap ini gambar - gambar kerja / gambar detail yang diperlukan
adalah gambar struktur dan gambar sparing, sedang gambar
arsitekturnya hanya merupakan gambar informasi yang pada tahap ini
belum dikembangkan lebih detail.
2. Metoda Kerja
Berpedoman pada gambar Pra Rencana yang telah disepakati
bersama dengan pihak Pemberi Tugas, untuk selanjutnya pada tahap
pembangunan ini masing - masing disiplin ahli terutama tenaga ahli
struktur dan mekanika tanah menganalisa dan mengembangkan
rencananya yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan dilapangan.
Dari hasil analisa tersebut kemudian ditentukan spesifikasi
penggunaan bahan dan konstruksi, dimensi struktur utama, struktur
penunjangnya, serta pemakaian sarana dan prasarana bangunannya
agar memenuhi persyaratan teknis dan biayanya. Kegiatan studio
gambar dalam mempersiapkan gambar gambar kerja perlu
dikoordinir oleh seorang arsitek dan seorang konstruktor dengan
dibantu oleh seorang koordinator studio dan seluruh drafter.
Bersamaan dengan kegiatan ini, estimator juga mulai
memperhitungkan masalah biaya yang memungkinkan untuk
mendukung rencana pembangunan Pembangunan Gedung Asrama &
Kelas Baru Bapelkes.
3. Waktu dan Tenaga
Kegiatan ini diperlukan keterlibatan tenaga tenaga ahli Arsitektur,
Struktur, Elektrikal, Sosial, Lingkungan, Antropologi, serta
koordinator studio dan Drafter, serta tenaga - tenaga Penunjang
lainnya.

B.3.2.f. Pengawasan Berkala


1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan dan memeriksa secara
berkala tehadap pelaksanaan pembangunan fisik dilapangan dan
memberikan penjelasan terhadap masalah masalah yang timbul
selama masa pelaksanaan konstruksi, yang pada akhirnya disusun
suatu Laporan Akhir Perencanaan.
2. Metoda Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan observasi langsung dilapangan selama
masa pelaksanaan konstruksi secara berkala, mencatat dan
memberikan penjelasan terhadap masalah masalah yang terjadi
dan seca ra berkala menghadiri Rapat Evaluasi Lapangan yang
dihadiri oleh semua unsure yang terkait dengan proyek ini.
3. Waktu dan Tenaga
Pada prinsipnya semua tenaga ahli yang terlibat dalam
perencanaan siap untuk hadir dalam Rapat Evaluasi Lapangan.

B.4. APRESIASI & INOVASI


Apresiasi dan inovasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konsultan
sebagai penyedia barang dan jasa dalam rangka untuk memberikan
khasanah terhadap kerangka acuan dan penjelasan yang telah diberikan.
Sehingga diharapkan melalui apresiasi dan inovasi tersebut dapat
memberikan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas dan tetap mengacu pada
lingkup pekerjaan sesuai KAK dan penjelasan yang telah diberikan
dalam aanwijzing. Kedudukan apresiasi dan inovasi dalam pelaksanaan
pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar diagram berikut dibawah ini.

Gambar E.1 Kedudukan Apresiasi dan Inovasi Dalam Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan gambar diagram diatas, maka apresiasi dan inovasi yang


diusulkan oleh konsultan agar dapat memberikan hasil akhir pekerjaan
yang berkualitas dan tetap mengacu pada lingkup pekerjaan sesuai KAK
dan penjelasan yang telah diberikan. Sesuai dengan lingkup kegiatan DED
PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA & KELAS BARU BAPELKES, maka
apresiasi dan inovasi yang ditawarkan oleh konsultan meliputi aspek
seperti dibawah ini .

B.4.a. KONSEPSI PERENCANAAN ( PLANNING)


Perencanaan merupakan suatu proses yang menerus, melibatkan
keputusan - keputusan, atau pilihan mengenai cara alternatif
penggunaan sumber daya dengan tujuan menghasilkan sasaran -
sasaran spesifik untuk waktu yang akan datang. Sehingga
perencanaan dapat diartikan juga sebagai suatu proses untuk
menentukan tindakan berorientasi ke masa depan melalui serangkaian
pilihan - pilihan. Perencanaan diperlukan karena persedian terbatas
sementara peruntukannya dan kebutuhannya sangat beragam.

❖ Sebagai suatu proses :


Maka perencanaan merupakan tidak saja “produk” melainkan juga
“proses” dimana penilaian atas keberhasilan atau sukses tidaknya
kegiatan perencanaan diukur baik dari proses maupun outputnya.
Sebagian perencana lebih konsern pada proses, sementara sebagian
lain konsern pada output atau hasil. Hal ini terjadi karena proses yang
baik belum tentu menjamin output atau hasil yang baik dan begitu
juga sebaliknya. Sebagai suatu proses maka prencanaan terkait
erat dengan siklus manajemen.

❖ Melakukan pilihan dan pengambilan keputusan :


Pengambilan keputusan dapat dilakukan apabila terdapat berbagai
alternatif dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Proses
pengambilan keputusan ini bisa sangat “academic scientific ” bisa juga
sangat “politis ” ataupun “intuitif”.

❖ Sebagai suatu upaya alokasi sumberdaya :


Perencanaan bertujuan meningkatkan efisiensi atau optimalisasi
pemanfaatan sumber daya. Oleh karena itu maka perencanaan juga
merupakan suatu usaha alokasi sumberdaya secara efisien, maka
komponen penting perencana an adalah pengumpulan data dan
informasi tentang sumberdaya yang ada.

❖ Sebagai alat mencapai tujuan :


Oleh karena alat dalam rangka mencapai tujuan, perencanaan
berorientasi pada action atau tindakan. Tujuan ini dapat bersifat ideal
atau utopia., sehingga sangat sarat dengan muatan politis.
Pertanyaan krusial selanjutnya adalah : Tujuannya siapa ?, apa
masyarakat dapat menyukseskan tujuan ?, siapa yang merumuskan
tujuan ? bagaimana merumuskan tujuan dengan baik dan adil ?
❖ Perencanaan cenderung berorientasi kedepan baik dalam jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang :
Karena berorientasi ke depan, perencanaan melibatkan forescating,
prediksi tentang segala yang mungkin terjadi atau dapat dilakukan di
masa depan. Perencanaan melibatkan teknik - teknik untuk menekan
resiko atau kemungkinan - kemungkinan dampak yang dihadapi di masa
depan. Oleh karena dimensi temporalnya, perencanaan menyangkut
pula penjadwalan aktivitas - aktivitas di masa depan secara logis,
bertahap, berkesinambungan sesuai dengan rangkaian sasaran atau
target untuk mencapai tujuan. Orientasi ke depan perencanaan
merupakan kekuatan dari perencanaan meskipun seringkali dikritik
sebagai utopian dan tidak realistis.

B.4.b. STRATEGI DAN LANGKAH PERANCANGAN


Strategi dan langkah perancangan merupakan bagian penting dalam
keberhasilan Perencanaan yang dilakukan oleh penyediaan barang dan
jasa sebagai pengemban tugas Perencanaan. Strategi dan langkah
perencanaan yang diusulkan meliputi :

B.4.b.1. Perumusan Masalah


Perumusan masalah merupakan tahap awal dari seluruh rangkaian
proses perancangan. Selain itu perumusan masalah merupakan
sebagai dasar bagi penentuan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
pada setiap tahap proses perancangan. Perumusan masalah yang
tepat a kan sangat mendukung kelancaran dan kualitas proses
utama perancangannya. Secara garis besar perumusan masalah
dibedakan atas :
a. Masalah Makro , yaitu masalah yang berkaitan dengan
Perencanaan yakni sebagai pusat pelayanan perdagangan.
b. Masalah Mikro , adalah yang berkaitan dengan bagaimana menata
ruang dengan fungsi - fungsi yang akan diwadahi di dalam pasar
sehingga tetap sesuai / selaras dengan prinsip pola tata
ruang, di lingkungan bangunan meliputi:
- program ruang
- persyaratan ruang dan bangunan ( teknis fungsional dan
environment )
- penampilan bangunan di lingkungan.
- perencanaan tapak
- utilitas (makro dan mikro)
- peralatan.

B.4.b.2. Pengumpilan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluan perancangan. Data yang dikumpulkan dapat juga berupa data
sekunder, yang artinya data tersebut diperoleh bukan dari hasil
penelitiannya sendiri, tetapi merupakan data yang dikumpulk an oleh
orang lain; dan diolah kembali oleh si perancang. Pengumpulan data
merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, sosial
kemasyarakatan dan ekonomi karena pada umumnya, data yang
dikumpulkan akan digunakan untuk dasar perencanaan yang
dirumuskan. Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk
digunakan. Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan
antara metode mengumpulkan data dengan masalah yang akan
dipecahkan. Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi
atas beberapa kelompok, yaitu :
• metode pengamatan langsung,
• metode dengan menggunakan pertanyaan, dan
• metode khusus, misalnya studi banding
Perlu dijelaskan juga bahwa cara pengumpulan data dapat dikerjakan
berdasarkan pengalaman sebelumnya. Pada DED PEMBANGUNAN
GEDUNG ASRAMA & KELAS BARU BAPELKES, data yang diperoleh
lebih banyak merupakan data kualitatif yang lebih menonjolkan faktor
subyektif dari si arsitek dan si pemakai nya ataupan orang - orang yang
terkait dengan bangunan yang akan didisain. Dalam DED
PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA & KELAS BARU BAPELKES,
arsitek sebagai perencana dapat menggunakan dua alat, yaitu :
1) sistem kategori, dan
2) menggunakan rating scale (skala nilai).
Didalam pengamatannya penggunaan kategorisasi terhadap
fenomena yang akan dirancang. Sebuah kategori adalah sebuah
pernyataan yang menggambarkan suatu kelas fenomena, ke dalam
mana bentuk/perilaku yang diteliti dapat dibuat sandi. Suatu
sistem kategori terdiri dari dua atau lebih kategori - kategori
(Festinger dan Katz, 1976). Dengan kategori yang tepat maka
perencana dapat melahirkan kerangka referensi ( frame of
reference ) untuk perencanaanya. Hal ini dapat meningkatkan
kemungkinan bahwa aspek - aspek yang relevan dapat
direncanakan secara lebih terpercaya. Banyaknya kategori yang
dibuat
serta tingkat konseptualisasi serta terapannya terhadap situasi
yang berjenis - jenis, tergantung dari tujuan perencanaan dan
kerangka teori yang digunakan oleh arsitek tersebut.
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa data kuantitatif yang
diperlukan meliputi :
1. Karakteristik fasilitas dari bangunan yang akan
dirancang.
2. Sumber-sumber energi yang diperlukan oleh
bangunan yang dirancangTenaga kerja dalam
pelaksanaan bangunan.
3. Pengguna / user dari bangunan yang dirancang
4. Aktivitas bangunan (untuk apa bangunan
tersebut) dan subsistemnya.
5. Perawatan dan perbaikan.
6. Penggantian komponen material sesuai masa pakai
misalnya peralatan listrik.
Data kuantitatif ini diperlukan untuk menguji terjadi suatu
keterkaitan dan umpan balik terhadap data sebelumnya.
Pelaksanaan pengumpulan data menurut penggunaan atau proses
pengolahannya (analisis), secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok data, yaitu :
1. Data - data yang sifatnya dapat dilakukan analisis langsung,
yaitu meliputi : data geodesi, data mekanika tanah, kondisi
lingkungan dan klimatologi serta data mengenai jenis dan
karakteristik lahan.
2. Data - data yang dalam prosesnya memerlukan tahap
pembahasan dan persetujuan, baik dalam hal kriteria,
metoda maupun pendekatannya. Tujuan pengumpulan
kelompok data ini adalah untuk lebih mengetahui secara
mendalam sistem peruangan sehingga dapat dihasilkan
rancangan yang optimal. Untuk itu dalam tahap koleksi data
ini, konsultan akan melaksanakan kegiatan- kegiatan :
- Studi literatur meliputi semua aspek yang berkaitan
dengan tugas ini seperti termasuk pendekatan
kontekstual penampilan bangunan yang selaras
dengan arsitektur di kawasan Gedung Asrama & Kelas
Baru BAPELKES.
- Melakukan wawancara dan pembahasan pengguna dan
pemilik proyek mengenai kebutuhan - kebutuhan fasilitas
maupun peralatan - peralatan khusus yang akan
digunakan.
- Identifikasi penggunaan lahan

B.4.b.3 Metodologi Analisis dan Sintesis


Data - data yang diperoleh dikelompokkan sesuai kriteria - kriteria
perancangan pada bangunan. Analisis dilakukankan terhadap masing-
masing komponen perancangan guna mendapatkan rumusan masalah,
untuk kemudian dicarikan cara pemecahannya yang paling tepat.
Keluaran proses pada tahap ini akan menjadi kerangka acuan utama
bagi penyusunan konsep perancangan pada tahap selanjutnya.

B.4.b.4 Penyusunan Konsep Perancangan


Konsep perancangan merupakan uraian diskriptif ide dan gagasan
perancangan beserta dasar-dasar analisisnya akan dikomunikasikan
pada pemilik proyek. Secara garis besar, konsep perancangan yang
akan disajikan meliputi :
a. Konsep tapak / site plan, mencakup :
- Tata letak
- Koordinasi pengembangan dengan lingkungan
b. Konsep penampilan bangunan
- Mewujudkan bangunan yang merepresentasikan sistem
layanan sosial ekonomi masyarkat (fungsional) dan efisien
c. Konsep sistem peruangan, mencakup :
- Konfigurasi kegiatan
- Konfigurasi peralatan khusus
- Zoning
- Program ruang (fungsi, jenis dan besaran ruang)
- tata ruang dalam
d. Konsepsi persyaratan ruang, mencakup :
- Sistem Ventilasi.
- Persyaratan - persyaratan utilitas, yang meliputi sistem
kelistrikan, telekomunikasi, pencegahan kebakaran, dan lain-
lain.
e. Konsep struktur dan konstruksi bangunan, mencakup :
- Konsep penentuan sistem struktur dan konstruksi yang
diterapkan.
- Konsep sistem struktur terhadap sistem pembebanan
termasuk perhitungan terhadap gaya literal.
f. Konsep pemilihan material / bahan, mencakup kriteria
yang digunakan untuk pemilihan material serta penjelasan
spesifikasinya.
g.
B.4.b.5 Rancangan Skematik ( Schematic Design)
Pada tahap ini dilakukan transformasi dari konsep perancangan masing-
masing sistem di atas ke dalam diagram-diagram perancangan berikut
analisisnya untuk memberikan gambaran kemungkinan-kemungkinan
pemecahan perancangan pada masing-masing rancangan.

B.4.b.6 Pra Rancangan


Merupakan implementasi seluruh konsep perancangan ke dalam
beberapa alternatif bentuk rancangan secara dua dimensional yang
merupakan gagasan awal bentuk bangunan. Pembahasan dan diskusi
secara intensif antara konsultan dan pihak pemberi tugas maupun
pemakai akan dilakukan selama tahap pra rancangan ini, untuk
mendapatkan keluaran yang optimal. Selain itu Konsultan juga akan
menyerahkan data lapangan dan penyelidikan tanah serta laporan
perancangan skematik sebagai bahan kajian bagi pemberi tugas.
Secara garis besar, pada tahap ini Konsultan akan menyajikan:
- Denah / tampak keseluruhan bangunan dan lingkungan tapak.
- Denah / tampak masing-masing unit bangunan,
- Gambar Potongan masing-masing unit bangunan
- Usulan pemakaian material
- Perkiraan biaya sementara (preliminary cost).

B.4.b.7 Pengembangan Rancangan


Dalam tahap ini akan dilakukan koordinasi intensif antara berbagai
disiplin yang terlibat, untuk secara bersama - sama merencanakan dan
menerapkan berbagai sistem yang digunakan ke dalam hasil rancangan
yang telah dikembangkan. Materi yang akan disajikan pada tahap ini
meliputi :
- Perancangan dan penerapan sistem struktur dan
konstruksi,
- Perencanaan sistem listrik dan estimasi penyediaan
daya,
- Perancangan sistem telekomunikasi dan estimasi
kebutuhan sambungan,
- Perancangan sistem pencahayaan,
- Perancangan sistem pencegahan kebaka ran,
- Perancangan sistem penangkal petir,
- Perancangan sistem distribusi air bersih,
- Perancangan sistem distribusi air kotor,
- Perancangan sistem distribusi drainase bangunan,
- Pemilihan material,
- Perkiraan biaya.

B.4.b.8 Detail Perancangan


Tahap ini merupakan tahap akhir seluruh proses perancangan yang
dilaksanakan oleh konsultan. Pada tahap akhir ini seluruh hasil
rancangan beserta dokumen - dokumen pelengkapnya telah siap untuk
dilaksanakan. Secara umum dokumen lelang ini akan memuat :
- Sistem dan detail masing - masing komponen dalam butir pra -
rancangan di atas,
- Rencana anggaran biaya,
- Rencana kerja dan syarat - syarat,
- Spesifikasi teknis,
- Prosedur tata cara pelelangan serta cara - cara penawaran.

B.4.b.9 Laporan Perancangan


Berisi semua aspek yang telah dilaksanakan oleh Konsultan dari setiap
tahap kegiatan dalam proses perancangan serta rujukan masalah mulai
dari penulisan konsep sampai dengan transformasi rancangan yang
dihasilkan. Laporan perancangan ini akan meliputi bida ng arsitektur,
mekanikal, elektrikal dan struktur.
Dalam menangani pekerjaan perencanaan ini Konsultan akan
mengembangkan metode pendekatan operasional secara akurat dan
terpadu yang selalu digunakan dalam menangani beberapa proyek
serupa. Pendekatan operasional yang dikembangkan merupakan suatu
bentuk manajemen yang sering disebut Manajemen Perencanaan / Pra
- Konstruksi. Secara garis besar, sistem Manajemen Perencanaan /
Pra - Konstruksi yang diterapkan akan melaksanakan :
1. Koordinasi yang menerus dan terpadu antara unsur yang
terkait dalam proyek,
2. Fungsi monitoring terhadap seluruh perkembangan
kegiatan perencanaan mulai dari pekerjaan persiapan,
pra -rencana, pengembangan rencana sampai pada pembuatan
gambar kerja dan dokumen lelang.
3. Analisis setiap saat terhadap target waktu penyelesaian
proyek dengan volume beban pekerjaannya.
4. Pengendalian terhadap target waktu penyelesaian pekerjaan.
5. Penyusunan strategi secara cepat dan tepat, berupa re -alokasi
tenaga dan re-skeduling sebagai akibat dari adanya hambatan-
hambatan yang terjadi.
Untuk menunjang pelaksanaan dan penerapan sistem manajemen
tersebut, diperlukan suatu perangkat komputer beserta software nya.

Gambar E.2. Skematik Strategi dan Langkah Perancangan

PROSES PERANCANGAN
Keberhasilan sebuah perencanaan bangunan sangat terkait
dengan kemampuan perencana untuk mengidentifikasi kebutuhan
pemberi tugas, permasalahan umum dan permasalahan kritis
menyangkut kasus bangunan ini. Dengan identifikasi kebutuhan yang
jelas dan terarah kemudian di pilih metode anali sis yang memadai
sehingga di dapatkan masukan-masukan yang relevan bagi pemecahan
masalahnya. Berdasarkan hal itu bisa disusun perencanaan yang
komprehensif dan penerapan gagasan-gagasan yang tepat. Prosedur
perancangan yang akan dilakukan oleh perencana bisa dilihat pada
bagan berikut ini:

Gambar E.3. Bagan perencanaan

KONSEP DAN PEMECAHAN MASALAH STRUKTURAL


B.7. Desain Stuktur
Struktur bangunan yang akan direncanakan harus memenuhi
persyaratan stabilitas, kekuatan dan kekakuan.
Persyaratan ini akan menghasilkan sesuatu yang memiliki fungsi
dan life time yang optimal dengan tetap memperhatikan faktor
ekonomis.
Sesuai dengan hasil studi kelayakan bahwa pondasi yang ada
sebisa mungkin dipertahankan, desain dari bangunan Puskesmas ini
didesain dengan modul struktural yang sama dengan bangunan
eksisting sehingga lokasi - lokasi kolom masih bisa memanfaatkan
pondasi yang ada.

B.7.1. Pembebanan
Struktur mampu memikul semua beban yang bekerja, meliputi
beban arah vertikal, horizontal, dan kombinasi keduannya .
Beban diperhitungkan berdasarkan Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung serta Pedoman
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung.
Komponen struktur untuk memenuhi persyaratan kekuatan
dan laik pakai terhadap berbagai kombinasi pembebanan
memperhitungkan pengaruh antara lain beban mati (D), beban
hidup (L), beban angina (W), dan beban Gempa (E). Beban lateral
akibat gempa tidak perlu analisis dinamis karena ketinggian
pasar kurang dari 40 meter.
Analisis gempa memperhitungkan faktor lokasi bangunan yaitu
letak daerah pada zona peta daerah gempa di Indonesia.

B.7.2. Analisa Struktur


Menggunakan cara - cara mekanika yang sudah baku,
dengan menggunakan program SAP 90, SAP 2000, atau
STTAD.
B.7.3. Tipe Struktur
Bangunan bertingkat direncanakan dengan struktur beton
bertulang yang terdiri dari portal - portal dengan arah
memanjang maupun melintang.
Kekuatan bahan :
- Mutu beton yang digunakan dalam perencanaan adalah
berdasarkan : SNI 03 – 2847 – 2002.
- Mutu baja tulangan yang digunakan tulangan polos dengan
mutu sebagai berikut :
BJTD 24 untuk diameter kurang atau sama dengan 12 mm
BJTD 40 untuk diameter lebih besar atau sama dengan 13
mm
- Yield Strees / tegangan leleh untuk pembesian adalah

BJTD 24 = 2.400 kg/cm 2

BJTD 40 = 3.900 kg/cm 2

bebanan Vertikal adalah :


Beban vertikal diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku dengan factor reduksi beban hidup yang boleh
dipergunakan sebesar 0,75 untuk perhitungan portal dan 0,3
untuk perhitungan gempa . bebanan Hidup dan Beban Mati
Balok adalah :
Beban plat didistribusikan ke balok - balok berdasarkan
perbandingan panjang bentang arah y dan arah x (ly/lx) atau
metoda Marcus.
Beban Lateral Gempa adalah :
Sesuai Peraturan Pedoman Perencanaan Tahan Gempa
Indonesia untuk Rumah dan Gedung 1987, pada lantai
puncak dipasang beban terpusat sebesar 0,1 V dan sisanya
0,9 V dibagikan menurut :
Fi = Wj Hj x 0.9 V
∑ Wj Hj
Perkiraan Dimensi Elemen Struktur adalah :
Dimensi balok diperkirakan dari bentang balok yang
bersangkutan dengan pedoman : b < h.
h = ± L .
10 20
Dimensi kolom diperkirakan dari estimate Gaya Aksial (N) dari
Tributary Area dengan asumsi untuk Pasar Parang Kbupaten
Magelang beban hidup yang berkerja 250 kg/m 2

B.7.4. Struktur Atas dan Pondasi


Struktur atas beton bertulang dengan ketentuan bahan
sebagai berikut : Perhitungan Struktur Atas :
Beban merata plat lantai akan didistribusikan ke balok yang
mendukungnya berdasarkan teori Marcus. Beban yang diterima
balok adalah penjumlahan dari beban hasil distribusi dari plat
lantai, beban tembok yang ada di atasnya balok dan berat sendiri
balok tersebut. Beban dari balok didistribusikan ke kolom yang
akhirnya akan diterima oleh pondasi.
Perhitungan
Plat :
Plat diasumsikan bertumpu pada keempat sisi sebagai penjepit
elastis .
Beban yang bekerja pada plat dihitung sebagai beban merata dan
momen lentur dihitung menggunakan SNI 03 – 2847 – 2002.
Analisa Beban Lateral
Gempa :
Karena pasar ini mempunyai ketinggian kurang dari 40 meter,
untuk disain tidak dilakukan analisa dinamik respon spectra
terhadap gempa
Analisa Mekanika Teknik dengan SAP 2000
realese 10 :
Analisa mekanika teknik struktur berdasarkan beban mati (D),
beban hidup (L), beban gempa (E) dan beban angina (W) yang
dikombinasikan dengan factor beban tertentu.
Tipe
Pondasi :
Tipe pondasi yang digunakan akan disesuaikan dengan
rekomendasi dari hasil penyelidikan tanah dan pertimbangan
pertimbangan faktor lingkungan. Mengingat lokasi pembangunan
Gedung Asrama & Kelas Baru Bapelkes dekat dengan lingkungan
penduduk maka pondasi yang digunakan yang sesuai dengan
tingginya bangunan, dan ramah terhadap lingkungan hidup
setempat.

• Argeme Voorweden Voor Uitvoedin van Openbere Warken,


yang disyahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia
Belanda No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan tambahan lembaran
Negara Nomor 14571 dan Persyaratan Pembangunan di
Indonesia yang disyahkan oleh Pemerintah Belanda
(Khususnya pasal -pasal yang masih berlaku)
• Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
• Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982.
• SNI Nomor : 03 – 0106 – 1987. Tentang : Penggunaan ubin
lantai keramik marmer dan cara uji.
• SNI Nomor : 03 – 2407 – 1991. Tentang : Tata cara
pengecatan besi untuk rumah dan gedung.
• SNI Nomor : 03 – 2410 – 1991. Tentang : Tata cara
pengecatan dinding tembok dengan cat Emulsion.
• SNI Nomor : 03 – 1727 – 1989. Tentang : Perencanaan
Pembebanan untuk rumah dan gedung.
• Keputusan Menteri PU Nomor : 468/KPTS/1998 tanggal
1 Maret 1998 Tentang: Persyaratan Teknis
Aksesbilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.
• Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
441/KPTS/1998 tanggal10 Nopember 1998, tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
• Peraturan dan Standard-standard yang berkaitan
dengan penilaian bahan bangunan di Indonesia.
• Permen PUPR Nomor 29/PRT/M/2006,tentang Pedoman
Teknis Bangunan;
• Permen PUPR Nomor 45 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
• Permen PUPR Nomor 05 Tahun 2016 dan Perubahannya
Nomor 06 Tahun 2017 tentang Izin Mendirikan Bangunan
Gedung;
• Permen PUPR Nomor 28 Tahun 2016 tentang Pedoman
Analisis Harga Satuan Pekerjaan;
• Standar Teknis untuk material konstruksi dalam SNI

B.8. KONSEP DAN PEMECAHAN MASALAH MEKANIKAL ELEKTRIKAL


B.8.1 Sistem Kelistrikan
a. Standart standart yang digunakan
- PUIL 1987 - Indonesia Standard
- JIS - Japanese Standard
- VDE / DIN - Germany Standard
- NEMA - USA Standard
- BS - British Standard
- NFC - French Standard
- NCFA - National Code Alarm Standard
- NEC - National Electric Code
- NFPA - National Fire Protection Association

b. Dasar dasar Perencanaan


Kriteria penting yang harus dipenuhi didalam perencanaan system
kelistrikan pasar diantaranya adalah kualitas dan kontinuitas
dalam penyediaan daya listriknya.
Selain itu system kelistrikan tersebut harus memenuhi berbagai
persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
- Kendala Sistem

Tata cara pengoperasian pelayanan listrik di Gedung menghendaki


kehandalan yang tinggi dalam penyediaan daya listrik, aman dari
kegagalan dan sedikit mungkin gangguan terhadap system secara
keseluruhan.
- Kemudahan dalam Operasional dan Pemeliharaan
Sistem kelisrikan harus direncanakan sesederhana mungkin untuk
memudahkan dalam operasionalnya serta mudah dalam
pemeliharaannya.
- Pengaturan Tegangan
Mengingat banyaknya penggunaan listrik di dalam Gedung dengan
batas toleransi tegangan tertentu, maka tegangan sumber listrik
harus dapat dipertahankan pada berbagai macam beban.
- Fleksibilitas
Sistem kelistrikan harus direncanakan dengan cukup fleksibel, yang
berarti tanggap terhadap kemungkinann terjadinya penambahan
dan perluasan bangunan serta peralatan. Harus diperhatikan
perubahan tegangan listrik, rating peralatan, penambahan ruang
peralatan baru bahkan kemungkinan penambahan beban listri k.
- Biaya Investasi dan Operasional
Sistem kelistrikan harus direncanakan dengan menekan serendah
mungkin biaya investasi dan biaya pengoperasiannya.

c. Sumber Daya Listrik


- Klasifikasi Beban Listrik
Perencanaan sistem kelistrikan harus diawali dengan me
mperhatikan besaran dan sifat - sifat beban yang dilayani, termasuk
kemungkinan pertumbuhan beban akibat perluasan bangunan serta
jenis peralatan yang ada.
• Beban Penerangan
Standar VA/m 2
untuk penerangan tergantung pada tingkat
iluminasi dan efisiensi dari perangkat pelengkapnya.
Berdasarkan pada IEEE no. 241 standar tersebut berkisar 10
VA/m 2 sampai dengan 120 VA/m 2 .
Harga ini terlalu tinggi dan berdasarkan perkiraan rata rata
penerangan di Indonesia, diambil standard antar 10 VA/m 2

sampai dengan 50
VA/m 2
, atau rata rata 25 VA/m 2
untuk seluruh
bangunan.
• Beban Biaya Peralatan
Yang termasuk beban peralatan diantaranya adalah :
- Stop Kontak
- Air conditioning (AC) dan ventilasi
- Pompa
- Lift dan escalator (bila diperlukan)
- Peralatan komunikasi
Beban ini berkisar antara 30 VA/m 2 sampai dengan 130 VA/m 2

Dan beban keseluruhan berkisar antara 30 % sampai dengan


50 % dar seluruh luas bangunan.
• Beban Lain - lain

Baban lain - lain tersebut khususnya adalah beban listrik dari


peralatan khusus yang harganya berkisar antara 20 VA/m 2

sampai dengan 40 VA/m 2.

d. Katagori Pembebanan
Beban listrik untuk setiap bangunan dibedakan atas tiga katagori
yang antara lain :
- Prioritas Utama (Katagori A)
Adalah beban yang harus disuplai secara kontinyu tanpa boleh ter
putus sama sekali, baik dari sumber PLN atau dari sumber
cadangannya.
- Prioritas Sedang (Katagori B)
Adalah beban yang harus disuplai secara kontinyu tanpa boleh ter
putus sama sekali, baik dari sumber PLN atau dari sumber
cadangan Diesel – Generoator.
- Prioritas Umum (Katagori C)
Adalah beban yang hanya disuplai oleh PLN saja.
e. Jaringan Distribusi dan Sumber Daya Cadangan
Faktor penting yang mempengaruhi perencanaan sistem
kelistrikan dan pengatur jaringan adalah karakteristik beban,
kualitas pelayanan, ukuran dan konfigurasi bangunan serta
pertimbangan biaya.
Sedangkan sumber daya listrik cadangan adalah sebagai berikut :

- Diesel Generator
Sebagai sumber tenaga cadangan dengan perkiraan kapasitas
antara 30 % sampai dengan 40 % dari total beban puncak.

B.8.2. Sistem Penangkal Petir


Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengurusan Perizinan / Pengesahan dari Badan
yang berwenang, pengadaan bahan, peralatan dan tenaga pekerja,
pemasangan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan untuk
suatu sistem penangkal petir yang lengkap.
Pekerjaan tersebut terdiri dari :
- Terminal Udara (Air Terminal)
- Penghantar Pentanahan (Down Conductor)
- Terminal dan elektroda Pentanahan
- Izin Instalasi dari yang berwenang
- Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan - pekerjaan tersebut
diatas.

Standard dan Perawatan.


Seluruh pekerjaan harus diselenggarakan mengikuti standar dan
peraturan yang berlaku (Departemen Tenaga Kerja) atau standard -
standard Internasional yang tidak bertentangan dengan PUIL, Depnaker
atau Badan lainnya (misalnya : British Standard atau Australian
Standard for Lighting Protection System).
Di samping itu harus ditaati pula peraturan dan hukum setempat yang
ada hubungannya dengan pekerjaan ini.

Bahan, Peralatan dan Tenaga Pelaksana.


Bahan dan peralatan yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan
baru, sesuai dengan yang dimaksud.

Terminal Udara.
Air Termination meliputi peralatanperalatan sebagai berikut : Lightning
Control Terminal :
1.a. Kepala Penangkal Petir tersebut harus dari tipe aktif dan
persyaratan tersebut harus dibuktikan oleh syarat garansi
dari pabrik yang manyatakan bahwa produk yang terpasang
benar - benar tipe non radio aktif.
1.b. Kepala penangkal petir harus bekerja berdasarkan kenaikan
photo ionisasi yang diakibatkan oleh kenaikan kelembaban
udara dan kenaikan kegiatan medan magnit disekitar area
penagkal petir tersebut terpasang akibat dari cuaca mendung
/ akan turun hujan.
1.c. Kepala penagkal petir harus terionisasi terhadap konstruksi
peninggi batang penangkal petir tersebut.

Batang Peninggi :
Batang peninggi harus terbuat dari bahan terisolator yang
mengubungkan kepala penagkal petir dengan batang peninggi yang
terbuat dari metal.
Konstruksi batang peninggi tersebut harus kuat dan diperhitungkan
terhadap hembusan angin yang kuat.
Konstruksi Penyangga :
Konstruksi penyengga harus terbuat dari rangka baja yang memiliki
persyaratan untuk penggunaan instalasi dengan ketinggian sekitar 25 m
dari muka tanah. Konstruksi tersebut harus kuat dan diperhitungkan
terhadap hembusan angin yang kuat (badai).

Penghantar pentanahan (down conductor).


Terdiri dari Triaxial cable Diameter 70 mm 2 mengubungkan secara listrik
dengan sempurna antara air terminal tersebut diatas dengan sistem
pentanahan. Tidak di ijinkan mengadakan penyambungan pada down
conductor ini. Kontraktor harus memperhitungkan posisi dan panjang
down conductor ini dengan cermat.

Sistem Pentanahan.
Sistem pentanahan terdiri dari : Terminal pentanahan Elektroda
pentanahan, terbuat dari batang tembaga massif panjang 6 meter dan
diameter ¾:.
Tahanan / hambatan / resistansi tanah tidak boleh lebih dari 2 Ohm.
Bila tahanan tersebut tidak dapat dicapai dengan satu elektroda maka
harus dibuat beberapa batang pentanahan yang dipasang secara paralel
sampai tahanan tanah yang dipersyaratkan terpenuhi.

Pemasangan.
Down conductor disepanjang konstruksi penyanggah harus dipasang
memakai klem dengan jarak setiap 75 cm dan disetiap titik yang tertentu
harus dihubungkan secara listrik dengan baik kepada konstruksi baja.
Down conductor pada ketinggian 2.00 dari muka tanah harus dipasang
didalam pipa PVC kelas AW.
Pada Elektroda pentanahan harus dibuat terminal pentanahan dengan
baut dan ring. Sambungan pada elektroda pentanahan harus memakai
junction box. Kotak sambungan harus dipasang setinggi 2 meter dari
tanah.
Elektroda pentanahan dari batang temba ga diameter 3/4 “ dan panjang
6 meter harus dimasukkan ke dalam tanah secara vertikal.
Batang tembaga harus dilindungi terhadap korosi dengan serbuk arang
disekitar batang tembaga.

Pengerjaan
Ditentukan titik lokasi sesuai dengan ditunjukkan pada gambar.
Tanam secara vertikal pipa baja diameter 5” sampai sedalam 6 meter.
Kemudian pipa dicabut kembali sehingga akan meninggalkan lubang
dengan diamater kurang lebih 5’ sedalam 6 meter. Ii lubang tersebut
dengan serbuk arang padat.
Terakhir tanah elektroda pentanahan ditengah - tengah bumbung arang
tersebut.
Terminal pentanahan harus terletak dalam bak kontrol khusus untuk
keperluan tersebut dan untuk pengecekan tahanan tanah secara berkala,
tahanan pentanahan maksimum 3 Ohm.

Pengujian dan Pemeriksaan.


Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh Pengawas untuk
memastikan dipenuhinya persyaratan ini. Semua bagian dari instalasi ini
harus diperiksa oleh pengawas terlebih dahulu sebelum tertutup akan
atau tersembungi.
Setiap bagian yang tidak sesuai dengan persyaratan ini dan gambar
harus segera diganti tanpa membebankan biaya tambahan
Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem penanggal petir yang
dipasang, maka harus diadakan pengetesan terhadap instalasinya
maupun terhadap sistem pentanahannya, agar diperoleh suatu jaminan.
Pengetesan yang harus dilakukan adalah :
• Grounding resistance test :
Ukur tahanan tanah dengan mempergunakan metoda standar dengan
memakai alat khusus untuk itu.
• Continuity test.

B.8.3. Sistem Bahaya Kebakaran


Lingkup Pekerjaan
Jenis fire alarm yang digunakan adalah presignal sehingga alarm yang
diberikan hanya pada lantai tersebut.
Kemampuan dari fire detector mempunyai daerah deteksi kurang lebih
70 m² sehingga untuk bagian - bagian ruangan yang luas hanya
dibutuhkan beberapa fire detector.
Untuk wiring digunakan kabel STP tiap lantai dipasangkan sebuah
terminal box yang diletakkan di dekat shaft.
Ruangan menggunakan fire photoelectric smoke detector dan rate of
rise heat detector.
Master control adalah dari tipe addressable yang dilengkapi dengan
changer dan stand-by battery yang mampu digunakan minimal 1 jam pada
keadaan listrik PLN terputus.
Menggunakan vibrating Bell berkekuatan 90 dB pada tiap zone.
Manual station dipasang pada setiap hidran box yang dilengkapi dengan
sebuah lampu yang menyala terus.
Semua sistem instalasi, detector, annunciator, master control, dan lain
- lain pada pekerjaan Fire Alarm ini, harus tersupervisi dengan sistim
instalasi Class A Spesifikasi Teknis Pekerjaan Fire Alarm
Syarat - syarat Teknis Pekerjaan Fire Alarm yang diuraikan disini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Pemborong dalam hal
pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam
hal ini Syarat - syarat Umum Teknis Pekerjaan Elektrikal adalah bagian
dari Syarat - syarat Teknis ini yang antara lain :
a. Pengadaan serta pemasangan unit pengontrol (master control)
dilengkapi dengan sistem telepon darurat (fire fighting telephone)
gambar kelengkapan diberita acara.
b. Pengadaan serta pemasangan unit pemberitahu (annunciat or unit).
c. Pengadaan serta pemasangan unit deteksi (detection unit),
termasuk manual station yang dipasang di hidrant box di tiap lantai
dan dekat pintu darurat.
d. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box.
e. Pengabelan sistem fire alarm dari sentral fire alarm sampai unit
deteksi.
f. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga sistem tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan benar.

Komponen komponen
Komponen - komponen yang termasuk dalam deteksi unit adalah manual
station serta fire deteksi.
Jenis fire deteksinya adalah :
- Heat Detector.
- Smoke Detector.
Kedua jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan
keperluan. Dipilih detector yang sesuai untuk masing - masing ruangan.

Heat Detector
Combination rate of rise dan fixed temperature atau fixed temperatur
saja atau rate of rise temperature saja. Dimana untuk fixed temperatur
akan memberikan sinyal - sinyal apabila temperatur disekitarnya
mencapai 136 o F. Rate of rise detector akan bekerja apabila temperatur
disekitarnya naik dengan kecepatan 5 o F per 20 detik. Combination rate
of rise dan fixed temperature yaitu dengan sifat -sifat yang
merupakan kombinasi dari keduanya. Yang digunakan dalam bangunan ini
adalah combination type untuk heat detection.

Smoke Detector
Detector ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas di
ruangan yang dideteksi.

Duct Smoke Detection


Detektor ini ditempatkan pada return air duct, arus tegangan rendah,
dual chamber, jenis optik dipasang dengan menggunakan sampling tubes
secara menyilang dengan aliran udara di dalam duct. Duct detector ini
harus self contained, termasuk power supply, alarm dan trouble contact
output, power dan alarm indicator lamp, key operated reset switch.

Heat dan Smoke Detector


Harus dapat bekerja apabila ada temperatur ruangan naik sampai
135 o F atau apabila timbul asap sebanyak 1-2% per feet.

Manual Station
Manual station dari tipe break glass dengan semi flush mounting, sistem
kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum di reset
kembali. General alarm switch hanya dapat dioperasikan oleh orang yang
berhak dengan menggunakan kunci khusus.
Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus
memecahkan glass. Semua panel station harus dilengkapi dengan glass
rod cadangan. Untuk menjamin operasi yang lama, alarm contact harus
terbuat dari "gold plated".
Alarm Bell
Alarm bell harus tipe vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 Vdc
polarized dengan 6 gong, kecuali disebut lain dalam gambar. Pemasangan
pada ketinggian 75 cm di bawah langit-langit dengan cara "semi flush",
minimum output suara adalah 90 dB atau lebih besar pada jarak 10 ft.

Alarm Horn
Alarm horn harus cocok untuk dipakai di dalam gedung maupun diluar
gedung. Semua alarm horn bekerja pada 24 Vdc polarized, level suara
minimum adalah 95 dB pada jarak 10 ft. Type pemasangan adalah semi
flush mounted.

Unit Control
Unit ini terdiri dari panel kontrol serta power supply dimana pada panel
kontrol dapat terlihat masing-masing daerah proteksi bagian mana yang
mengalami gangguan, atau yang mendeteksi adanya kebakaran. Juga
pada unit kontrol dilengkapi dengan fasilitas telepon darurat yang dapat
di hubungkan dengan outlet telepon pada box hidrant. Sistem ini hanya
digunakan untuk hubungan intern dalam gedung pada saat terjadi
kebakaran, dan sistem ini terlepas dari sistem telepon normal (PABX).
1) Unit Kontrol ini Terdapat 3 Macam Warna Lampu Dengan
Kode
a. Hijau adalah AC pilot lamp (lampu power supply) yang menandakan
power supply ada, baik itu dari battery atau generator.
b. Kuning adalah lampu gangguan, misalnya ada bagian dari sistem
fire alarm ini yang mengalami gangguan kabel putus dan
sebagainya.
c. Merah adalah lampu alarm (lampu kebakaran) yang menandakan
terjadinya kebakaran disuatu daerah perlindungannya (zone
protection).
2) Panel Kontrol Terdapat 3 Buah Tombol yang Masing masing
adalah
a) Tombol reset.
b) Switch normal trouble/silence.
c) Tombol Test.
3) Pada Panel Kontrol ini Harus Terdapat Fasilitas
a) Penyambungan ke Dinas Pemadam Kebakaran setempat.
b) Kontak untuk stater pompa kebakaran, smoke fan
pressurized fan, dll.
c) Terminal untuk pengambilan data status setiap zone untuk
remote monitor (untuk building automation/sound system).

Unit Annuanciator
Annunciation Panel, Lampu indikator harus dapat bekerja agar petugas
dapat mengetahui dari mana dan dimana ada alarm atau adanya gangguan
pada fire alarm. Jadi disini ada pasangan-pasangan lampu merah dan
lampu kuning. Sesuai dengan keterangan diatas maka sistem
annunciator juga mengikuti sistem instalasi Class A. Power Supply
Sistem fire alarm menggunakan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan
dengan alat - alat dengan arus AC misalnya AC bell, dan harus mempunyai
double power supply.
- Primer supply 200 Volt AC.
- Sekunder supply 24 Volt DC.

Untuk stand by dalam keadaan darurat harus minimum 20 jam dan


terletak di suatu tempat dengan kontrol panel dan rechargeable.
Alat pengisi battery terletak pada panel kontrol, terdapat booster
power supply untuk memperbesar kapasitas keperluan atau bell serta
lain-lainnya.

Kerja Sistem
Keadaan Normal
Kalau tidak terjadi gangguan atau trouble atau alarm, maka sistem
dalam keadaan normal dan ditandai dengan lampu hijau (AC pilot lamp)
yang hidup.
Sistem mendapat supply dari PLN, Diesel serta batterey.

Keadaan Darurat
Apabila PLN mati maka digunakan generator, dan seandainya generator
juga mati maka dipergunakan battery, keadaan ini akan disuply oleh
batterey minimal 20 jam kemampuannya.
Hal-hal yang terjadi pada kontrol panel : Lampu kuning akan menyala
(trouble lamp) disertai tanda - tanda yang dapat didengar.

Keadaan Alarm
Keadaan alarm akan terjadi apabila detektor mendeteksi asap/ panas/
api atau manual station diaktifkan. Dalam keadaan tersebut alarm bell
harus dapat bekerja otomatis. Pada kontrol panel lampu merah (lampu
alarm) dan lampu kuning akan menyala menunjukkan zone mana yang
ada alarm, dengan demikian daerah / ruangan yang dalam keadaan
bahaya akan segera dapat diketahui.

Keadaan Gangguan (Trouble)


Bila terjadi gangguan pada sistem (pada detector Circuit atau pada
panel kontrol dan annunciator) maka :
a) Lampu kuning yang terdapat pada control panel harus dapat
menyala dengan diiringi suara yang terdengar dengan jelas.
b) Lampu kuning yang terdapat pada annunciator harus dapat
menyala yang berarti zone mana yang ada gangguan.

Teknis Pelaksanaan
a. Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang
berpengalaman dibidang pekerjaan ini dan pengerjaannya harus
teratur.
b. Tidak diperkenankan adanya sambungan - sambungan pada
penghantar, sambungan hanya terdapat pada box terminalnya.
Pengawasan harus menggunakan konduit PVC high impact heavy
gauge, ukuran disesuaikan dengan jumlah kawatnya dari produksi
Clipsal, EGA, atau Giflex.
c. Untuk masing-masing wiring diberi tanda untuk daerah mana kawat
tersebut, supaya memudahkan dalam perbaikannya apabila ada
kerusakan. Kabel dari Master cintrol ke CTB setiap zone masing-
masing 4 pairs. Kabel yang digunakan :
- Kabel detektor menggunakan STP.
- Kabel Bell NYA 2,5 mm².
d. Dari hasil pengerjaan tersebut harus diserahkan diagram
pengawatan lengkap dengan petunjuk-petunjuk lainnya.
e. Setiap selesai satu tahapan pekerjaan dilakukan pengecekan
sebelum dilakukan pengetesan secara keseluruhan.
f. Di dalam pengerjaan, Pemborong juga harus memperhatikan
kemungkinan pemasangan fire alarm dibagian lain.
g. Pemborong harus dapat bekerja sama atau dapat
dikoordinasikan dengan bagian pekerjaan lain sehingga apabila ada
pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi maka menjadi
tanggung jawab Pemborong.

Trainning
Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction
manual dan memberikan minimum 7 hari training di lapangan kepada
operator dari pihak pemilik sehingga dapat diterima kecakapannya.

Ketentuan Lain yang Harus Dipenuhi


Kontraktor harus memasukkan submittal drawing kepada konsultan /
pemilik untuk memperoleh approval dari :
- Riser dan connection diagram.
- Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan.
- Data-data spesifikasi.
- Konfigurasi control console, sub panel dan main panel.
Pengetesan terakhir sesudah final inspection, kalibrasi dan lain-lain
harus dilakukan pihak Pemborong dengan dihadiri oleh pihak pemilik
maupun konsultan.

B.8.3. Sistem Tata Udara


Umum
Persyaratan teknis dan gambar yang menyertainya dimaksudkan untuk
menjelaskan dan menegaskan tentang segala pekerjaan, bahan, peralatan
yang diperlukan untuk pemasangan, dan penyetelan (adjusting) dari
seluruh sistem lengkap dan siap untuk bekerja sendiri dengan baik

Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan instalasi sistem ini meliputi seluruh pengangkutan dan
peralatan utama serta peralatan untuk instalasi ducting, pompa,
pipa, pembantu, tenaga kerja, pembuatan alat, pemasangan, pengujian,
penyetelan seluruh sistem agar bekerja dengan baik sesuai dokumen.
Pemasangan jaringan instalasi tata udara secara lengkap dan termasuk
perlengkapan-perlengkapan dan sarana penunjang antara lain duct,
grile, dan lain sebagainya.

Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi :


Pengadaan baru dan belum terpakai, pemasangan pengaturan unit,
thermostat, instalasi aliran refrigerant, instalasi pemipaan air
kondensasi, instalasi listrik termasuk Panel AC.
Pengadaan dan pemasangan semua pekerjaan sipil yang diakbatkan oleh
adanya pelaksanaan pekerjaan instalasi ini.
Mengadakan perbaikan kembali dan finishing seperti semula semua
gangguan kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh adanya
pelaksanaan pekerjaan instalasi ini.
Menyerahkan gambar instalasi yang terpasang, buku petunjuk cara
menjalankan, memelihara sistem tata udara ini kepada pemberi tugas
dan konsultan.
Untuk proyek ini digunakan instalasi tata udara dengan sistem sebagai
berikut : Pada dasarnya sistem AC yang digunakan adalah AC split dan
AC type Split Duct Connection / DX coil
Untuk tangga kebakaran digunakan sistem v entilasi mekanik dengan
pressure fan

Pekerjaan Sistem Cerobong Udara (Ducting) Material


Ducting system dibuat dari bahan “galvanized iron sheet” yang diberi
penguatan (bracing) yang baik dan ditumpu / digantung pada
konstruksi bangunan secara kokoh. Ketebalan duct adalah sebagai
berikut :
Ukuran Galvanized iron
s/d
duct BJLS
12” 60

13” s/d BJLS


30” 70

31” s/d BJLS


1. Material
54” 80
Konstruksi persyaratan peaksanaan instalasi cerobong udara adalah
sebagai berikut 54” s/d BJLS
2.1. Sistem instalasi
84” ini memakai ductwork kecepatan
100 rendah.
Semua instalasi harus dapat menahan kecepatan hingga
84”dan
2000 ft/mnt ke tekana statis hingga 2.5 water/inch
BJLS
atas
2.2. Semua sambungan 120
yang terjad harus rata disebelah dalam dan
rapi disebelah luar. Sambungan ducting merupakan sambungan
flanges
2.3. Semua sambungan harus rapat udara (air tight), jika perlu
sambungan yang ada diberi penyekat (seal).
2.4. Dimensi cerobong udara yang tertera pada gambar dan
spesifikasi adalah ukuran dalam. Bilamana digunakan isolasi
dalam, maka ketebalan isolasi harus ditambahkan pada dimensi
yang tertera dalam gambar perencanaan. 2.5. Semua belokan
(elbow) harus dibuat sesuai dengan gambar dan spesifikasinya.
Semua belokan pada supply duct harus dilengkapi dengan sud-
sudu pengarah (vanes). Semua jenis long radius elbow kecuali
keadaan tempatnya tidak memungkinkan. Belokan tajam (90 0)
harus diberi sudu pengarah yang berbentuk profiel aerodinamis.
Belokan lengkung dengan jari - jari dalam lebih kecil dari pada
sisi duct harus diberi sudu -sudu pengarah tipis (single
thicness vanes).
2. Penggantung, penyangga dan penguat cerobong. Seluruh duct segi
empat harus digantung dengan syarat - syarat sebagai berikut :
Ukuran sis terbesar Penggantung siku Jarak terjauh
duct
Sampai 30” L.25.25.3 2.5 m
31” s/d 42” L.30.30.3 2.5 m
43” s/d 60” L.40.40.3 2.5 m
61” ke atas L.50.50.3 2m

Jarak penggantung dimaksud agar tidak terjadi lendutan pada ducting


sehingga bilamana perlu (bila terjadi) harus dipasang penggantung /
penyangga pada jarak - jarak yang lebih dekat dari yang disarankan.
3. Sambungan-sambuangan flexible
Pemborong harus membuat sambungan duct flexible yang terbuat
dari bahan terpal rangkap dua ex import. Sambungan flexible harus
dipasang pada sekat masuk dan sekat keluar fan unit, untuk
mencegah penerusan ( transmisi) getaran dan suara. Sambungan
flexible tersbut harus dibuat dengan panjang ±15 cm, dari bahan
yang tidak bocor dan diikat rapat dengan st rip metal yang kuat untuk
mencegah kebocoran pada ikatan tersebut
4. Damper.
Pada setiap cerobong udara diffuser supply, return, fresh air intake
dan exhaust air grille harus dipasang adjustable volume damper yang
dapat diatur dan tahan getaran. Bahan damper/louvre minimal adalah
BJLS 100 untuk frame dan BJLS 80 untuk daun (blade) damper.
5. Isolasi ducting.
Duct untuk fresh air intake maupun exhausted perlu di beri isolasi.
semua duct udara supply dan return untuk perangkat AC dan refrigerasi
harus diberi lapi san isolasi sesuai aturan sebagai berikut
5.1. Bagian luar duct.
Bagian luar duct harus diberi lapisan glass/ rock woll dan ditutup
dengan alumunium satu sisi yang tahan api dan diperkuat dengan
adhesive band (tape) dan kraft paper dengan cara pemasangan
yang menjamin keawetan (tidak bocor)
5.2. Isolasi Dalam
Semua cerobong udara utama ataupun cabang, arah masuk
ataupun keluar indoor mesin AC, atau fan di bagian sebelah dalam
diberi lapisan isolasi dalam s/d sejauh 5 m dari lubang
pengeluaran / pemasukan isolasi dalam ini dapat berupa lapisan
fibre glass seteba l 2.5 cm atau dapat juga dipakai styrophor
yang tidak mudah terbakar dan tidak menghasilkan gas beracun
bila terbakar. Isolasi dalam ini hendaknya dilapsi dengan kain dan
ditutup dengan kawat halus. Pemborong diwajibkan untuk
memperbesar ukuran cerobong ya ng tertera pada gambar .
5.3. Persyaratan Pemasangan Isolasi.
Isolasi harus diletakkan pada dinding cerobong dengan perekat
yang baik dan merata. Pada semua sambungan, flanges dll maka
isolasi harus ditutup dengan alumunium seal. Pada tempat -
tempat yang tertekan, isolasi harus dilindungi dengan BJLS 80
agar tidak rusak.
6. Semua ujung awal ducting pada AC split duct harus di lengkapi
silencer.

Pekerjaan Diffuser, Grille dan Register


1. Material
Bahan diffuser, grille dan register yang dapat diterima adalah dari zinc
galvanized coated dengan ketebalan minimum 18 US gauge. Semua
komponen ini difinish cat yang sesuai warna plafond, dengan cara
pengecatan yang semestinya.
Dibelakang dan bagian dalam semua diffuser, grille dan regster dicat
warna hitam enamel setelah dilapis dengan cat dasar (prime coating).
Pemborong harus memasang semua keluaran (diffuser) sedemikian
sehingga tidak terjadi kondensasi pada permukaan diffuser.
2. Pemasangan
Pemborong harus menyediakan semua duct, register boxes (plenum),
duct adapters grille, diffuser dan peralatan tambahan lainnya
sehingga instalasi terpasang lengkap dan bekerja baik.
Seluruh unit diffuser, grilles, register harus mempunyai noise level
criteria tidak lebih dari NC 40 (500 Hz)
3. Dimensi
Ukuran diffuser, grille dan register dapat berubah sesuai ukuran
keadaan yang dihadapi dengan syarat luas penampang sama atau
lebih besar.

Sistem Pemipaan dan Peralatannya.


1. Umum.
Bab ini melengkapi seluruh pekerjaan pemipaan dan adalah tanggung
jawab pemborong untuk mengikuti gambar dan spesifikasi yang
sesuai.
Gambar - gambar menunjukkan secara umum ukuran - ukuran dan
lokasi pipa. Karena keadaan setempat, ketinggian langit - langit dan
lain - lain tidak boleh dirubah tanpa koordinasi Pengawas Lapangan.
2. Material.

Pipa pengembunan (drain) digunakan pipa PVC klas AW produk Pralon,


Maspion, atau Wavin. Pipa refrigerant (hanya jika perlu dibuat dan
dirakit di lapangan) harus terbuat dari hard copper type K, kecuali bila
ditentukan lain oleh pabriknya.
Semua pipa dan peraltannya harus tahan tekanan hingga 10 kf/cm2
selama 24 jam terus menerus tanpa terjadi kebocoran.
Pemborong harus memasang pipa pengembunan (drain) dari mesin-
mesin AC sampai ke tempat pembuangan yang terdekat dalam saluran
yang tersembunyi (tidak menggangu). Pipa pengembunan ini harus
dilapis vapour barrier jacket seperti sisalation 450 atau yang
sejenisnya dan direkat dengan tape sampai tidak terjadi pengembunan
pada permukaan pipa.

Pekerjaan Listrik dan Kontrol


1. Umum.
Seluruh jenis pekerjaan instalasi listrik yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

1.1. Panel kontrol daya mesin - mesin AC yang meliputi wiring


starter, switch, transformator, fuse dan alat-alat ukur
serta peralatan lainnya yang digunakan sebagai sumber daya
bagi mesin AC yang tercakup dalam proyek ini.
1.2. Panel kontrol untuk sistem pengaturan otomatis suhu,
kelembaban, aliran air, udara dan lain-lain yang ada beserta
seluruh peralatan yang diperlukan agar sistem pengaturan
dapat bekerja dengan baik sesuai dengan gambar dan
spesifikasinya.
1.3. Kabel yang digunakan adalah kabel yang diakui PLN produk
Supreme, Kabelindo atau setara.
2. Sistem pengaturan otomatik dan instrumenisasi.
Pemborong harus menyediakan dan memasang sistem
pengatur otomatik untuk temperatur dan kelembaban sehingga
peralatan AC siap digunakan Pemborong menyediakan dan
memasang semua “control panel” yang diperlukan untuk
instalasi ini dan melakukan penyambungan-penyambungan (wiring)
yang diperlukan ke hingga ke power panel.

Pekerjaan Sipil
1. Umum
Pemborong harus membangun semua dudukan, (support) atau
penggantung (hanger) untuk mesin pendingin, indoor unit dan
Motor Listrik yang diperlukan sesuai gambar spesifikasi yang
ditentukan.
Semua support dan hanger dapat terbuat pipa, profil batang (rod)
at aupun plat strip sesuai dengan gambar kerja yang disetujui
pengawas. Semua dudukan harus mempunyai plat alas yang
cukup da dibuat pada lantai.
Secara umum pemborong harus menyediakan peredam getaran
dan suara untuk melindungi bangunan dari suara dan getara n.
2. Dudukan mesin-mesin AC
Pemborong diwajibkan mengukur dan memberikan data lubang -
lubang angker antara kaki mesin dengan plat beton kepada
pengawas untuk disetujui. Dudukan mesin pada plat beton harus
diikat dengan mur dan baut sesuai peraturan pabrik pembuat
mesin AC.
3. Gantungan indoor unit
Penggantung indoor harus di ikat mur baut sesuai aturan pabrik
pembuatnya dan diberi lapisan peredam getaran. Pemborong
harus menempatkan unit indoor sedemikian sehingga tidak
menghalangi alur instalasi peralatan util itas lainnya, serta
tidak menyalurkan getaran dan suara ke ruang dibawahnya.
C. STRUKTUR ORGANISASI PEKERJAAN
Untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan
membentuk tim kerja ( Field Team ) yang terdiri dari Tim Tenaga Ahli dan
Tenaga Pendukung.
Tenaga Ahli/ Tenaga Inti akan terdiri dari :
➢ 1 ( satu ) Team Leader Teknik Sipil ,
➢ 1 ( satu) orang Ahli Struktur,
➢ 1 ( satu ) orang Ahli Arsitektur,
➢ 1 ( satu ) orang Ahli Mekanikal
➢ 1 ( satu ) orang Ahli Elektrikal
➢ 1 ( satu ) orang Ahli Ahli Estimasi Biaya

Sedangkan Tenaga Pendukung, akan terdiri dari :

➢ 2 ( dua ) orang Ass. Struktur,


➢ 2 ( dua ) orang Ass. Arsitek,
➢ 2 ( dua ) orang Cost Estimator,
➢ 5 ( lima ) orang Surveyor,
➢ 4 ( empat ) orang Drafter,
➢ 1 ( satu ) orang Tenaga Administr

Anda mungkin juga menyukai