1) Persiapan kegiatan
2) Persiapan dasar meliputi penyusunan metode pelaksanaan,
studi literatur dan penelaahan materi Penyusunan DED
Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru BAPELKES.
3) Persiapan teknis berupa penyiapan peta dasar (pengukuran), site
atau tapak pada masing-masing area (lahan) yang sudah
ditentukan, dan pera latan survei lainnya yang berguna untuk
memperlancar pekerjaan dilapangan.
c. Tahap Analisis:
Tahap analisis ini merupakan tahap kedua dari kegiatan Perencanaan
DED Pembangunan Gedung Asrama & Kelas Baru BAPELKES meliputi
antara lain:
1) Analisi Kebutuhan Ruang dan Sarana/Prasarana:
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis dan besaran
ruang serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
menunjang pewadahan fungsi yang diinginkan pada area
perencanaan (site/tapak
2) Analisis Struktur:
Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang
jenis dan ukuran sistem struktur yang direncanakan terkait
kondisi tanah pada tapak dan rencana pembebanan.
3) Analisis Biaya:
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui secara garis
besar (prakiraan) komponen biaya pelaksanaan pembangunan
Gedung Asrama dan Kalas Baru.
2. Metoda Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang
dibutuhkan yang berkaitan dengan lokasi, luas, batas, prasarana
yang ada dengan cara melakukan konsultasi baik dengan user, tim
teknis, dan Dinas Kesehatan Profinsi Aceh Kemudian melakukan soil
investigation dengan sondir dan bori ng serta pengukuran langsung
di lokasi perencanaan.
Serta menyusun Program kerja perencanaan, konsep
perencanaan,sketsa ide dan seterusnya.
Adapun data data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data Lahan
- Luasan
- Batas batas
b. Data Pengguna Bangunan
- Struktur Organisasi
- Jumlah Personil
- Kegiatan Utama, penunjang dan pelengkap
- Macam perlengkapan dan peralatan
c. Data Kebutuhan Bangunan
- Data mengenai proyeksi daya tampung Asrama dan
ruang Kalas, kebutuhan ruang penunjang dan lain lain
- Letak dan sirkulasi bangunan sesuai kontur yang ada
d. Data Kebutuhan Utilitas Bangunan
Kelengkapan utilitas bangunan gedung tersebut harus
direncanakan sesuai kebutuhan yang memadai seperti :
- Instalasi drainase / air hujan
- Instalasi air kotor
- Instalasi air bersih
- Instalasi listrik dengan kebutuhan dayanya
- Instalasi penangkal petir
- Instalasi bahaya kebakaran / fire protection
- Instalasi tata udara / air condition
- Instalasi tata suara / cctv
- Instalasi elevator (bila diperlukan)
Berdasarkan pada sifat informasi dan data yang dibutuhkan
tersebut maka metoda yang dibutuhkan metoda pengukuran
dilapangan. Dalam melaksanakan kegiatan ini diperlukan
keterlibatan tenaga ahli dan tenaga penunjang yang terkait dengan
permasalahan yang dijumpai dilapangan yang antara lain :
1. Manager/Team Leader
Melakukan koordinasi, pengurusan ijin - ijin, mengatur
mobilisasi tenaga ahli dan tenaga penunjang, melakukan
diskusi, asistensi dan sebagainya.
2. Tenaga Ahli Arsitektur / Architecture Engi neer
Melakukan perancangan arsitektur mulai dari sketsa ide
sampai dimensi ruang, tampilan bangunan, detail arsitektur
baik interior dan exterior bangunan.
3. Tenaga Ahli Sipil / Stucture Engineer
Melakukan perancangan struktur baik sub struktur maupun
upper struktur, beton, baja, serta keamanan bangunan,
melakukan pengumpulan data - data harga bahan dan upah
kerja kemudian dianalisa menjadi harga satuan
4. Tenaga Ahli MekanikalElektrikal
Melakukan perancangan instalasi elektrikal, serta keamanan
jaringan listrik dalam bangunan.
B.3.2.b. Penyusunan Konsep Rancangan
1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun gambar konsep
perancangan yang didasarkan kepada data dan temuan
dilapangan, masukan kebutuhan ruang baik luasan dan
spesifikasinya dari pihak user / pemakai dikaitkan dengan
persyaratan persyaratan teknis menyangkut masalah fungsi,
hubungan antar ruang, kekuatan, keamanan, keindahan,
keserasian dan lingkungan hidup.
Dengan dasar-dasar tersebut diatas diharapkan semua aspirasi
dari pihak user / pemakai bias tertampung semua pihak dari segi
filosofi dan fungsi bangunan, yang nantinya dapat dikembangakan
lebih lanjut kedalam bahasa teknis pelaksanaan.
2. Metoda Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menanalisa data lapangan dan
data masukan dari pihak user / pemakai, menterjemahkan kedalam
bahasa teknis serta mengestimasikan biaya yang tersedia melalui
prakiraan biaya secara kasar.
1. Tujuan
- Untuk memestikan dan menguraikan ukuran serta wujud
karakter proyek secara menyeluruh dan terpadu.
- Untuk mematangkan konsepsi dasar / rancangan secara
keseluruhan, terutama ditinjau dari keselarasan system
sistem yang terkandung didalamnya baik dari segi kelayakan
dan fungsi, estetika dan ekonomi bangunan.
2. Metoda Kerja
Pada tahap Pra Rancangan Pelaksanaan baik tenaga Arsitek,
Struktur, Mekanikal dan Elektrikal akan bekerja atas dasar Pra
Rancangan / Rancangan skematik yang telah disetujui Pemberi
Tugas, sistem sistem kontruksi bangunan dan instalasi teknik
mekanikal dan elektrikal dipertimbangkan kelayakannya serta
kelaikannya baik secara tersendiri maupun menyeluruh / terpadu.
Bahan bangunan dijelaskan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, persediaan, kemudian kontruksi
dengan nilai ekonomis.
Perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan disusun berdasar
sistem, Arsitek menyajikan hasil dalam bentuk gambar - gambar,
diagram sistem dan laporan tertulis.
Setelah diperiksa Pengelola Teknis dan disetujui oleh Pemberi
Tugas, hasil Rancangan Pelaksanaan ini dianggap seba gai
Rancangan Tetap dan digunakan sebagai dasar untuk mulainya
tahap selanjutnya.
Pada dasarnya tahap ini merupakan integrasi dari semua sub
sistem yang dipilih untuk dipergunakan didalam bangunan dan yang
menyatakan semua bahan bangunan yang akan digunakan sudah
jelas penentuannya.
Semua ukuran dalam bangunan sudah ditentukan, semua
peralatan yang akan digunakan sudah dipilih, semua peralatan
yang dipilih sudah menjadi bagian dari masing - masing sub
sistem harus sudah terintergrasikan dengan baik dalam
bangunan.
Hal tersebut harus sudah ditujukan dalam gambar - gambar
rencana pelaksanaan.
Dalam tahap ini gambar lebih besar dari tahap sebelumnya,
gambar sudah menunjukkan hal - hal yang terinci, dan secara
garis besar produk ini sudah dipergunakan sebagai dasar
pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik bangunan. Dengan demikian
pula dengan Rencana Anggaran Biaya sudah lebih pasti dari
perkiraan perkiraan tahap sebelumnya, hal ini merupakan
informasi penting bagi Pemberi Tugas untuk dapat memberikan
keputusan apakah perlu dilakukan perubahan - perubahan bahan
atau peralatan yang akan digunakan, bila diperlukan disesuaikan
dengan dana yang tersedia.
Secara terinci, produk Pra Rencana
- Gambar - gambar Kerja
Pada tahap ini skala gambar yang digunakan adalah 1:200 ,
1:100, 1:50, 1:20, 1:10 sesuai dengan kejelasan informasi
yang ingin disampaikan. Gambar kerja menjelaskan mengenai :
Denah : yang menunjukan posisi dan nama ruang dan ukuran
serta perbedaan tinggi lantainya.
Tampak : yang menunjukan pandangan ke arah ba ngunan dari
empat sisi, penampilan bahan yang digunakan serta gaya
tampilan yang dipakai. Potongan : yang menunjukan posisi
ruang yang di potong melintang atau memanjang, yang
menunjukan garis besar struktur bangunan seperti pondasi,
penyelesaian lantai, plafon, atap dan partisi - partisinya.
- Laporan
Laporan teknis yang berisikan penjelasan tentang pemilihan
konsep bangunan, pemilihan sub sistem struktur bangunan,
pemilihan sub sistem mekanikal dan elektrikal bangunan.
- Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan secara kasar biaya yang dibutuhkan untuk
mendirikan bangunan tersebut lengkap dengan seluruh sub
sistem.
Perhitungan berdasar atas harga per meter persegi
bangunan lengkap dengan sub sistemnya.
Setelah diperiksa dan disetujui oleh Pemberi Tugas hasil Pra
Rencana ini dianggap oleh Arsitek sebagai dasar
pengembangan selanjutnya.
3. Waktu dan Tenaga
Kegiatan ini diperlukan keterlibatan tenaga tenaga ahli Arsitektur,
Struktur, Elektrikal, Sosial, Lingkungan, Antropologi , serta
koordinator studio dan drafter.
PROSES PERANCANGAN
Keberhasilan sebuah perencanaan bangunan sangat terkait
dengan kemampuan perencana untuk mengidentifikasi kebutuhan
pemberi tugas, permasalahan umum dan permasalahan kritis
menyangkut kasus bangunan ini. Dengan identifikasi kebutuhan yang
jelas dan terarah kemudian di pilih metode anali sis yang memadai
sehingga di dapatkan masukan-masukan yang relevan bagi pemecahan
masalahnya. Berdasarkan hal itu bisa disusun perencanaan yang
komprehensif dan penerapan gagasan-gagasan yang tepat. Prosedur
perancangan yang akan dilakukan oleh perencana bisa dilihat pada
bagan berikut ini:
B.7.1. Pembebanan
Struktur mampu memikul semua beban yang bekerja, meliputi
beban arah vertikal, horizontal, dan kombinasi keduannya .
Beban diperhitungkan berdasarkan Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung serta Pedoman
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung.
Komponen struktur untuk memenuhi persyaratan kekuatan
dan laik pakai terhadap berbagai kombinasi pembebanan
memperhitungkan pengaruh antara lain beban mati (D), beban
hidup (L), beban angina (W), dan beban Gempa (E). Beban lateral
akibat gempa tidak perlu analisis dinamis karena ketinggian
pasar kurang dari 40 meter.
Analisis gempa memperhitungkan faktor lokasi bangunan yaitu
letak daerah pada zona peta daerah gempa di Indonesia.
sampai dengan 50
VA/m 2
, atau rata rata 25 VA/m 2
untuk seluruh
bangunan.
• Beban Biaya Peralatan
Yang termasuk beban peralatan diantaranya adalah :
- Stop Kontak
- Air conditioning (AC) dan ventilasi
- Pompa
- Lift dan escalator (bila diperlukan)
- Peralatan komunikasi
Beban ini berkisar antara 30 VA/m 2 sampai dengan 130 VA/m 2
d. Katagori Pembebanan
Beban listrik untuk setiap bangunan dibedakan atas tiga katagori
yang antara lain :
- Prioritas Utama (Katagori A)
Adalah beban yang harus disuplai secara kontinyu tanpa boleh ter
putus sama sekali, baik dari sumber PLN atau dari sumber
cadangannya.
- Prioritas Sedang (Katagori B)
Adalah beban yang harus disuplai secara kontinyu tanpa boleh ter
putus sama sekali, baik dari sumber PLN atau dari sumber
cadangan Diesel – Generoator.
- Prioritas Umum (Katagori C)
Adalah beban yang hanya disuplai oleh PLN saja.
e. Jaringan Distribusi dan Sumber Daya Cadangan
Faktor penting yang mempengaruhi perencanaan sistem
kelistrikan dan pengatur jaringan adalah karakteristik beban,
kualitas pelayanan, ukuran dan konfigurasi bangunan serta
pertimbangan biaya.
Sedangkan sumber daya listrik cadangan adalah sebagai berikut :
- Diesel Generator
Sebagai sumber tenaga cadangan dengan perkiraan kapasitas
antara 30 % sampai dengan 40 % dari total beban puncak.
Terminal Udara.
Air Termination meliputi peralatanperalatan sebagai berikut : Lightning
Control Terminal :
1.a. Kepala Penangkal Petir tersebut harus dari tipe aktif dan
persyaratan tersebut harus dibuktikan oleh syarat garansi
dari pabrik yang manyatakan bahwa produk yang terpasang
benar - benar tipe non radio aktif.
1.b. Kepala penangkal petir harus bekerja berdasarkan kenaikan
photo ionisasi yang diakibatkan oleh kenaikan kelembaban
udara dan kenaikan kegiatan medan magnit disekitar area
penagkal petir tersebut terpasang akibat dari cuaca mendung
/ akan turun hujan.
1.c. Kepala penagkal petir harus terionisasi terhadap konstruksi
peninggi batang penangkal petir tersebut.
Batang Peninggi :
Batang peninggi harus terbuat dari bahan terisolator yang
mengubungkan kepala penagkal petir dengan batang peninggi yang
terbuat dari metal.
Konstruksi batang peninggi tersebut harus kuat dan diperhitungkan
terhadap hembusan angin yang kuat.
Konstruksi Penyangga :
Konstruksi penyengga harus terbuat dari rangka baja yang memiliki
persyaratan untuk penggunaan instalasi dengan ketinggian sekitar 25 m
dari muka tanah. Konstruksi tersebut harus kuat dan diperhitungkan
terhadap hembusan angin yang kuat (badai).
Sistem Pentanahan.
Sistem pentanahan terdiri dari : Terminal pentanahan Elektroda
pentanahan, terbuat dari batang tembaga massif panjang 6 meter dan
diameter ¾:.
Tahanan / hambatan / resistansi tanah tidak boleh lebih dari 2 Ohm.
Bila tahanan tersebut tidak dapat dicapai dengan satu elektroda maka
harus dibuat beberapa batang pentanahan yang dipasang secara paralel
sampai tahanan tanah yang dipersyaratkan terpenuhi.
Pemasangan.
Down conductor disepanjang konstruksi penyanggah harus dipasang
memakai klem dengan jarak setiap 75 cm dan disetiap titik yang tertentu
harus dihubungkan secara listrik dengan baik kepada konstruksi baja.
Down conductor pada ketinggian 2.00 dari muka tanah harus dipasang
didalam pipa PVC kelas AW.
Pada Elektroda pentanahan harus dibuat terminal pentanahan dengan
baut dan ring. Sambungan pada elektroda pentanahan harus memakai
junction box. Kotak sambungan harus dipasang setinggi 2 meter dari
tanah.
Elektroda pentanahan dari batang temba ga diameter 3/4 “ dan panjang
6 meter harus dimasukkan ke dalam tanah secara vertikal.
Batang tembaga harus dilindungi terhadap korosi dengan serbuk arang
disekitar batang tembaga.
Pengerjaan
Ditentukan titik lokasi sesuai dengan ditunjukkan pada gambar.
Tanam secara vertikal pipa baja diameter 5” sampai sedalam 6 meter.
Kemudian pipa dicabut kembali sehingga akan meninggalkan lubang
dengan diamater kurang lebih 5’ sedalam 6 meter. Ii lubang tersebut
dengan serbuk arang padat.
Terakhir tanah elektroda pentanahan ditengah - tengah bumbung arang
tersebut.
Terminal pentanahan harus terletak dalam bak kontrol khusus untuk
keperluan tersebut dan untuk pengecekan tahanan tanah secara berkala,
tahanan pentanahan maksimum 3 Ohm.
Komponen komponen
Komponen - komponen yang termasuk dalam deteksi unit adalah manual
station serta fire deteksi.
Jenis fire deteksinya adalah :
- Heat Detector.
- Smoke Detector.
Kedua jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan
keperluan. Dipilih detector yang sesuai untuk masing - masing ruangan.
Heat Detector
Combination rate of rise dan fixed temperature atau fixed temperatur
saja atau rate of rise temperature saja. Dimana untuk fixed temperatur
akan memberikan sinyal - sinyal apabila temperatur disekitarnya
mencapai 136 o F. Rate of rise detector akan bekerja apabila temperatur
disekitarnya naik dengan kecepatan 5 o F per 20 detik. Combination rate
of rise dan fixed temperature yaitu dengan sifat -sifat yang
merupakan kombinasi dari keduanya. Yang digunakan dalam bangunan ini
adalah combination type untuk heat detection.
Smoke Detector
Detector ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas di
ruangan yang dideteksi.
Manual Station
Manual station dari tipe break glass dengan semi flush mounting, sistem
kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum di reset
kembali. General alarm switch hanya dapat dioperasikan oleh orang yang
berhak dengan menggunakan kunci khusus.
Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus
memecahkan glass. Semua panel station harus dilengkapi dengan glass
rod cadangan. Untuk menjamin operasi yang lama, alarm contact harus
terbuat dari "gold plated".
Alarm Bell
Alarm bell harus tipe vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 Vdc
polarized dengan 6 gong, kecuali disebut lain dalam gambar. Pemasangan
pada ketinggian 75 cm di bawah langit-langit dengan cara "semi flush",
minimum output suara adalah 90 dB atau lebih besar pada jarak 10 ft.
Alarm Horn
Alarm horn harus cocok untuk dipakai di dalam gedung maupun diluar
gedung. Semua alarm horn bekerja pada 24 Vdc polarized, level suara
minimum adalah 95 dB pada jarak 10 ft. Type pemasangan adalah semi
flush mounted.
Unit Control
Unit ini terdiri dari panel kontrol serta power supply dimana pada panel
kontrol dapat terlihat masing-masing daerah proteksi bagian mana yang
mengalami gangguan, atau yang mendeteksi adanya kebakaran. Juga
pada unit kontrol dilengkapi dengan fasilitas telepon darurat yang dapat
di hubungkan dengan outlet telepon pada box hidrant. Sistem ini hanya
digunakan untuk hubungan intern dalam gedung pada saat terjadi
kebakaran, dan sistem ini terlepas dari sistem telepon normal (PABX).
1) Unit Kontrol ini Terdapat 3 Macam Warna Lampu Dengan
Kode
a. Hijau adalah AC pilot lamp (lampu power supply) yang menandakan
power supply ada, baik itu dari battery atau generator.
b. Kuning adalah lampu gangguan, misalnya ada bagian dari sistem
fire alarm ini yang mengalami gangguan kabel putus dan
sebagainya.
c. Merah adalah lampu alarm (lampu kebakaran) yang menandakan
terjadinya kebakaran disuatu daerah perlindungannya (zone
protection).
2) Panel Kontrol Terdapat 3 Buah Tombol yang Masing masing
adalah
a) Tombol reset.
b) Switch normal trouble/silence.
c) Tombol Test.
3) Pada Panel Kontrol ini Harus Terdapat Fasilitas
a) Penyambungan ke Dinas Pemadam Kebakaran setempat.
b) Kontak untuk stater pompa kebakaran, smoke fan
pressurized fan, dll.
c) Terminal untuk pengambilan data status setiap zone untuk
remote monitor (untuk building automation/sound system).
Unit Annuanciator
Annunciation Panel, Lampu indikator harus dapat bekerja agar petugas
dapat mengetahui dari mana dan dimana ada alarm atau adanya gangguan
pada fire alarm. Jadi disini ada pasangan-pasangan lampu merah dan
lampu kuning. Sesuai dengan keterangan diatas maka sistem
annunciator juga mengikuti sistem instalasi Class A. Power Supply
Sistem fire alarm menggunakan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan
dengan alat - alat dengan arus AC misalnya AC bell, dan harus mempunyai
double power supply.
- Primer supply 200 Volt AC.
- Sekunder supply 24 Volt DC.
Kerja Sistem
Keadaan Normal
Kalau tidak terjadi gangguan atau trouble atau alarm, maka sistem
dalam keadaan normal dan ditandai dengan lampu hijau (AC pilot lamp)
yang hidup.
Sistem mendapat supply dari PLN, Diesel serta batterey.
Keadaan Darurat
Apabila PLN mati maka digunakan generator, dan seandainya generator
juga mati maka dipergunakan battery, keadaan ini akan disuply oleh
batterey minimal 20 jam kemampuannya.
Hal-hal yang terjadi pada kontrol panel : Lampu kuning akan menyala
(trouble lamp) disertai tanda - tanda yang dapat didengar.
Keadaan Alarm
Keadaan alarm akan terjadi apabila detektor mendeteksi asap/ panas/
api atau manual station diaktifkan. Dalam keadaan tersebut alarm bell
harus dapat bekerja otomatis. Pada kontrol panel lampu merah (lampu
alarm) dan lampu kuning akan menyala menunjukkan zone mana yang
ada alarm, dengan demikian daerah / ruangan yang dalam keadaan
bahaya akan segera dapat diketahui.
Teknis Pelaksanaan
a. Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang
berpengalaman dibidang pekerjaan ini dan pengerjaannya harus
teratur.
b. Tidak diperkenankan adanya sambungan - sambungan pada
penghantar, sambungan hanya terdapat pada box terminalnya.
Pengawasan harus menggunakan konduit PVC high impact heavy
gauge, ukuran disesuaikan dengan jumlah kawatnya dari produksi
Clipsal, EGA, atau Giflex.
c. Untuk masing-masing wiring diberi tanda untuk daerah mana kawat
tersebut, supaya memudahkan dalam perbaikannya apabila ada
kerusakan. Kabel dari Master cintrol ke CTB setiap zone masing-
masing 4 pairs. Kabel yang digunakan :
- Kabel detektor menggunakan STP.
- Kabel Bell NYA 2,5 mm².
d. Dari hasil pengerjaan tersebut harus diserahkan diagram
pengawatan lengkap dengan petunjuk-petunjuk lainnya.
e. Setiap selesai satu tahapan pekerjaan dilakukan pengecekan
sebelum dilakukan pengetesan secara keseluruhan.
f. Di dalam pengerjaan, Pemborong juga harus memperhatikan
kemungkinan pemasangan fire alarm dibagian lain.
g. Pemborong harus dapat bekerja sama atau dapat
dikoordinasikan dengan bagian pekerjaan lain sehingga apabila ada
pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi maka menjadi
tanggung jawab Pemborong.
Trainning
Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction
manual dan memberikan minimum 7 hari training di lapangan kepada
operator dari pihak pemilik sehingga dapat diterima kecakapannya.
Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan instalasi sistem ini meliputi seluruh pengangkutan dan
peralatan utama serta peralatan untuk instalasi ducting, pompa,
pipa, pembantu, tenaga kerja, pembuatan alat, pemasangan, pengujian,
penyetelan seluruh sistem agar bekerja dengan baik sesuai dokumen.
Pemasangan jaringan instalasi tata udara secara lengkap dan termasuk
perlengkapan-perlengkapan dan sarana penunjang antara lain duct,
grile, dan lain sebagainya.
Pekerjaan Sipil
1. Umum
Pemborong harus membangun semua dudukan, (support) atau
penggantung (hanger) untuk mesin pendingin, indoor unit dan
Motor Listrik yang diperlukan sesuai gambar spesifikasi yang
ditentukan.
Semua support dan hanger dapat terbuat pipa, profil batang (rod)
at aupun plat strip sesuai dengan gambar kerja yang disetujui
pengawas. Semua dudukan harus mempunyai plat alas yang
cukup da dibuat pada lantai.
Secara umum pemborong harus menyediakan peredam getaran
dan suara untuk melindungi bangunan dari suara dan getara n.
2. Dudukan mesin-mesin AC
Pemborong diwajibkan mengukur dan memberikan data lubang -
lubang angker antara kaki mesin dengan plat beton kepada
pengawas untuk disetujui. Dudukan mesin pada plat beton harus
diikat dengan mur dan baut sesuai peraturan pabrik pembuat
mesin AC.
3. Gantungan indoor unit
Penggantung indoor harus di ikat mur baut sesuai aturan pabrik
pembuatnya dan diberi lapisan peredam getaran. Pemborong
harus menempatkan unit indoor sedemikian sehingga tidak
menghalangi alur instalasi peralatan util itas lainnya, serta
tidak menyalurkan getaran dan suara ke ruang dibawahnya.
C. STRUKTUR ORGANISASI PEKERJAAN
Untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan
membentuk tim kerja ( Field Team ) yang terdiri dari Tim Tenaga Ahli dan
Tenaga Pendukung.
Tenaga Ahli/ Tenaga Inti akan terdiri dari :
➢ 1 ( satu ) Team Leader Teknik Sipil ,
➢ 1 ( satu) orang Ahli Struktur,
➢ 1 ( satu ) orang Ahli Arsitektur,
➢ 1 ( satu ) orang Ahli Mekanikal
➢ 1 ( satu ) orang Ahli Elektrikal
➢ 1 ( satu ) orang Ahli Ahli Estimasi Biaya