Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERENCANAAN JEMBATAN
SEI. BENGKALIS

DINAS PEKERJAAN UMUM


PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS
1. LATAR Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 38
BELAKANG Tahun 2004 tentang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi
yang mempunyai peranan sangat penting dalam hal distribusi
ekonomi mulai dari yang berskala lokal, regional maupun Nasional,
berbangsa dan bernegara, yang ditujukan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat, serta untuk menghubungkan dan mengikat
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejalan dengan tugas pokoknya, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Bengkalis bertanggung jawab di dalam penyelenggaraan jalan
sebagaimana diamanatkan di dalam undang-undang tersebut. Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis berupaya untuk menciptakan
penyelenggaraan sistem jaringan jalan yang mampu menunjang,
mendorong dan menggerakkan pengembangan wilayah dan
kawasan, memiliki standar dan mutu yang berkualitas melalui
pembangunan, pemeliharaan, dan untuk meningkatkan dan
pengembalian kondisi sarana dan prasarana jalan dan jembatan.

2. MAKSUD DAN Maksud


TUJUAN Layanan konsultansi ini dimaksudkan untuk membantu Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis dalam kegiatan perencanaan
teknik jembatan agar tersedianya dokumen perencanaan teknik
jembatan.
Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah tersedianya prasarana jalan termasuk
bangunan pelengkap jalan di wilayah Kabupaten Bengkalis,
khususnya ruas Jembatan Sei. Bengkalis yang memenuhi standar
pelayanan minimal, yang berwawasan lingkungan, memperhitungkan
aspek keselamatan dan kenyamanan, serta untuk menjamin bahwa
kegiatan perencanaan teknik jembatan dilaksanakan sesuai rencana
dengan menggunakan standar-standar dan prosedur yang berlaku
guna tercapainya mutu pekerjaan.

3. SASARAN 1. Tersedianya dokumen perencanaan teknis jembatan untuk


penanganan/pelaksanaan fisik jembatan kabupaten.
2. Tersedianya dokumen pengadaan termasuk dokumen analisa
harga satuan, spesifikasi teknik dan gambar rencana sebelum
jadwal penanganan/pelaksanaan fisik.

4. NAMA DAN Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Pelaksana Teknis
ORGANISASI Kegiatan (PPTK) Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jembatan,
PEJABAT Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis.
PEMBUAT
KOMITMEN
5. SUMBER Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih
PENDANAAN Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) termasuk PPN dibiayai APBD
Kabupaten Bengkalis Tahun Anggaran 2013.

6. LINGKUP, a. Lingkup Kegiatan


LOKASI 1) Persiapan
KEGIATAN, a) Tujuan
DATA DAN Tujuan dari tahap persiapan adalah untuk mengumpulkan
FASILITAS informasi awal mengenai kondisi topografi, geologi, tata guna
PENUNJANG lahan, lalulintas, serta lingkungan
SERTA ALIH b) Lingkup
PENGETAHUAN (1) Peta Topografi berupa peta kontur, dengan Skala

2 dari 24
minimum 1 : 50.000
(2) Peta jaringan jalan, dokumen leger jalan, data base
jaringan jalan, daerah rawan kecelakaan
(3) Peta kondisi tanah, peta geologi dengan Skala minimal
1: 250000, daerah rawan bencana, dokumen tanah
terdahulu, dan koridor trase
(4) Peta wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah
(5) Peta tata guna lahan
(6) Melakukan kordinasi dengan instansi terkait dengan di
sekitar lokasi proyek
c) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dalam persiapan meliputi :
(1) Laporan studi koridor (jika bisa diterapkan),
(2) Laporan studi rancang-bangun pendahuluan,
(3) Rencana pendahuluan dari alternatif desain (yaitu: profil
atau lembar rencana, bagian-bagian yang umum, materi
pekerjaan utama yang dikenali dan dialokasikan), dan
(4) Perkiraan biaya konstruksi pendahuluan untuk alternatif
desain.
2) Survey Lapangan
a) Survey Pendahuluan
(1) Tujuan
Tujuan survey pendahuluan adalah untuk
mengumpulkan data-data awal berdasarkan aspek-
aspek yang diperlukan yang akan digunakan sebagai
dasar/referensi survey detail/survey berikutnya dan
harus dilakukan oleh seorang ahli utama.
(2) Lingkup Pekerjaan
Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil
persiapan desain yang sudah disetujui sebagai panduan
pelaksanaan survey recon dilapangan yang meliputi
kegiatan:
(a) Studi literatur
Pada tahapan ini Tim harus mengumpulkan data
pendukung perencanaan baik data sekunder
maupun data laporan Studi Kelayakan (FS), laporan
Studi Amdal (bila ada).
(b) Koordinasi dengan instansi terkait
Tim melaksanakan koordinasi dan konfirmasi
dengan instansi/ unsur-unsur terkait di daerah
sehubungan dengan dilaksanakannya survey
pendahuluan.
(c) Diskusi perencanaan di lapangan
Tim bersama-sama melaksanakan survey dan
mendiskusikannya dan membuat usul perencanaan
di lapangan bagian demi bagian sesuai dengan
bidang keahliannya masing-masing serta membuat
sketsa dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu
membuat tanda di lapangan berupa patok serta
dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-
masing yang akan difinalkan di kantor sebagai
bahan penyusunan laporan setelah kembali.
(d) Survey pendahuluan upah, harga satuan dan
peralatan
Tim melaksanakan pengumpulan data upah, harga

3 dari 24
satuan, dan data peralatan yang akan digunakan.
(e) Mengidentifikasi kondisi existing jembatan dan
sungai, dengan pengamatan secara visual atau
menentukan jenis pengujian dengan peralatan yang
sesuai.
(f) Menentukan jenis dan metoda penanganan yang
sesuai.
(g) Menetapkan lokasi/ posisi jembatan untuk
penggantian jembatan/ pembangunan jembatan
baru/ duplikasi jembatan, setelah berdiskusi dengan
Bridge Engineer, Geoteknik Engineering, Hidrologi
Engineering dan Tenaga Ahli lain berdasarkan
pengamatan lapangan.
(h) Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan/
konfigurasi bentang jembatan serta teknik
pelaksanaan atau ereksinya.
(i) Menetapkan jenis soil investigation yang diperlukan :
1. Menentukan perkiraan pondasi yang paling baik
untuk lokasi tersebut sehubungan dengan material
dan kondisi tanah.
2. Memperkirakan letak, jumlah serta panjang
bentang, elevasi jembatan baru dan lokasi
jembatan baru.
3. Mencatat banjir terbesar serta erosi yang pernah
terjadi, apabila survai pendahuluan ini
dilaksanakan untuk pekerjaan perencanaan teknis
pada lokasi sulit, dimana jembatan tersebut akan
melintasi sungai.
4. Membuat sketsa situasi rencana jembatan baru
serta profil sungai pada lokasi jembatan baru.
5. Mencatat material yang tersedia di sekitar lokasi
jembatan, dan menyarankan jenis jembatan yang
paling efisien sesuai dengan material yang
tersedia.
6. Mencatat harga-harga satuan yang ada pada
daerah tersebut.
7. Memberikan rekomendasi untuk tahapan pekerjaan
selanjutnya serta menyarankan lokasi dan jumlah
titik bor yang harus dilaksanakan.
8. Survey pendahuluan Hidrologi/ Hidrolika.
(j) Survey pendahuluan topografi
Kegiatan yang dilakukan pada survey topografi

 Menentukan awal dan akhir pengukuran serta


adalah

pemasangan patok beton Bench Mark di awal

 Mengamati kondisi topografi.


dan akhir Pelaksanaan.

 Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan


pengukuran khusus serta morfologi dan lokasi

 Membuat rencana kerja untuk survey detail


yang perlu dilakukan perpanjangan koridor.

 Menyarankan posisi patok Benchmark pada


pengukuran.

lokasi/titik yang akan dijadikan referensi.

4 dari 24
(k) Survey pendahuluan Drainase
Kegiatan survey pendahuluan drainase diantaranya:
1. Mengumpulkan data curah hujan.
2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment
Area).
3. Mengamati kondisi terrain pada daerah
tangkapan sehubungan dengan dengan bentuk
dan kemirngan yang akan mempengaruhi pola
aliran.
4. Mengamati tata guna lahan.
5. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi
penting.
6. Membuat rencana kerja untuk survey detail.
7. Mengamati karakter aliran sungai/ morfologi yang
mungkin berpengaruh terhadap konstruksi dan
saran-saran yang diperlukan untuk menjadi
pertimbangan dalam perencanaan berikut.
(l) Survey pendahuluan Geologi & Geoteknik
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan
geologi dan geoteknik adalah :
1. Melakukan pengambilan data mengenai
karakteristik tanah, perkiraan lokasi sumber
material, dan mengantisipasi dan mengidentifikasi
lokasi yang akan longsor;
2. Mengidentifikasi lokasi/titik pengujian antara lain
Bor, Sondir, DCP, Test Pit;
3. Memberikan rekomendasi rencana trase
alinyemen jalan;
4. Mengidentifikasi masalah-masalah geoteknik,
bahaya, resiko-resiko, dan batasan-batasan
proyek;
5. Mencatat pengamatan visual menurut stasiun,
patok kilometer atau informasi lokasi lain seperti
GPS.
(m) Survey Pendahuluan Geometri
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan

 Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat


adalah :

penerapan desain geometrik (alinyemen


horisontal dan vertikal) berdasarkan pengalaman
dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya
oleh Highway Engineer yang melaksanakan
pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-
pengukuran secara sederhana dan benar (jarak,
azimut dan kemiringan dengan helling meter) dan
membuat sketsa desain alinyemen horizontal
maupun vertikal secara khusus untuk lokasi-
lokasi yang dianggap sulit, untuk memastikan
trase yang dipilih akan dapat memenuhi
persyaratan geometrik yang dibuktikan dengan
sketsa horizontal dan penampang memanjang

 Didalam penarikan perkiraan desain alinyemen


rencana trase jalan.

horizontal dan vertikal harus sudah

5 dari 24
diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan
kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi :

 Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan


galian dan timbunan.

sewaktu mengambil keputusan dalam pemilihan


lokasi jembatan dengan anggota team yang

 Di lapangan harus diberi/dibuat tanda-tanda


saling terkait dalam pekerjaan ini.

berupa patok dan tanda banjir, dengan diberi


tanda bendera sepanjang daerah rencana
dengan interval 50 m untuk memudahkan tim
pengukuran, serta pembuatan foto-foto penting
untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan

 Dari hasil survey recon ini, secara kasar harus


survey detail selanjutnya.

sudah bisa dihitung perkirakan volume pekerjaan


yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan
rencana biaya secara sederhana dan diharapkan
dapat mendekati desain final.
(n) Survey Pendahuluan Rencana Jembatan
Kegiatan yang dilakukan pada survey rencana

 Menentukan dan memperkirakan total panjang,


jembatan adalah

lebar, kelas pembebanan jembatan, tipe


konstruksi, dengan pertimbangan terkait dengan
LHR, estetika, lebar sungai, kedalaman dasar
sungai, profil sungai/ada tidaknya palung, kondisi
arus dan arah aliran, sifat-sifat sungai, scouring
vertikal/horisontal, jenis material bangunan atas

 Menentukan dan memperkirakan ukuran dan


yang tersedia dan paling efisien.

bahan tipe abutmen, pilar, fondasi, bangunan


pengaman (bila diperlukan) dengan
mempertimbangkan lebar dan kedalaman sungai,
sifat tebing, sifat aliran, endapan/sedimentasi
material, benda hanyutan, scouring yang pernah

 Memperkirakan elevasi muka jembatan dengan


terjadi.

mempertimbangkan MAB (banjir), MAN (normal),


MAR (rendah) dan banjir terbesar yang pernah

 Menentukan dan memperkirakan posisi/letak


terjadi.

lokasi jembatan dengan mempertimbangan


situasi dan kondisi sekitar lokasi, profil sungai,
arah arus/aliran sungai, scouring, segi ekonomi,
sosial, estetika yang terkait dengan alinyemen
jalan, kecepatan lalu lintas rencana, jembatan

 Dari hasil survey recon ini secara kasar harus


darurat, pembebanan tanah timbunan dan quarry.

sudah bisa dihitung perkiraan volume pekerjaan


yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan
rencana biaya secara sederhana dan diharapkan
dapat mendekati desain final.
(3) Keluaran survey pendahuluan meliputi :

6 dari 24
(a) Laporan seluruh hasil survey pendahuluan berkaitan
dengan konsep desain yang akan diterapakan
dengan mempertimbangkan faktor2 berdasarkan
seluruh hasil survey pendahuluan
(b) Laporan tindak lanjut survey pendahuluan yaitu
survey detail yang didalamnya memuat beberapa
survey detail yang harus dilakukan termasuk
batasan koridor pengambilan data.
b) Survey Topografi
(1) Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian
permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan
jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk
penyiapan peta topografi dengan skala 1:500.
(2) Lingkup Pekerjaan
(a) Pemasangan patok-patok
- Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan
ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon ukuran 4
inci yang diisi dengan adukan beton dan di
atasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan
pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok
BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap
lokasi rencana jembatan dipasang minimal 4,
masing-masing 1 (satu) pasang di setiap sisi
sungai disekitar sungai yang posisinya aman dari
gerusan air sungai.
- Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat, bagian
yang tampak di atas tanah setinggi 20 cm, dicat
warna kuning, diberi lambang Kementerian
Pekerjaan Umum, notasi dan nomor BM dengan
warna hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di
photo sebagai dokumentasi yang dilengkapi
dengan nilai koordinat serta elevasi.
- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus
digunakan patok kayu yang cukup keras, lurus,
dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-
kurangnya 50 cm, bagian bawahnya
diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku,
ditanam dengan kuat, bagian yang masih
nampak diberi nomor dan dicat warna kuning.
Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan patok
bantu.
- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya
pada daerah sekitar patok diberi tanda-tanda
khusus.
- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin
dipasang patok, misalnya di atas permukaan
jalan beraspal atau di atas permukaan batu,
maka titik-titik poligon dan sifat datar ditandai
dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi
nomor.
(b) Pengukuran titik kontrol horizontal
- Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan

7 dari 24
dengan sistem poligon, dan semua titik ikat (BM)
harus dijadikan sebagai titik poligon.
- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon
maksimum 100 meter, diukur dengan meteran
atau dengan alat ukur secara optis ataupun
elektronis.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur
theodolit dengan ketelitian baca dalam detik.
Disarankan untuk menggunakan Electronik
Distance Meter/theodolit jenis T2 atau yang
setingkat.
- Penentuan Koordinat Awal dilakulkan pada titik
awal dan titik akhir pengukuran dengan
menggunakan alat GPS (Global Positioning
System Geodetic yang mempunyai presisi tinggi
maksimal sampai desimeter ).
(c) Pengukuran titik kontrol vertikal
- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2
kali berdiri/ pembacaan pergi- pulang.
- Pengukuran sifat datar harus mencakup semua
titik pengukuran (poligon, sifat datar, dan
potongan melintang) dan titik BM.
- Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam
keadaan baik, berskala benar, jelas dan sama.
- Pada setiap pengukuran sifat datar harus
dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan
Benang Bawah (BB), dalam satuan milimiter.
Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT =
BA + BB.
- Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus
dalam jumlah slag (pengamatan) yang genap.
(d) Pengukuran situasi
- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem
tachimetri, yang mencakup semua obyek yang
dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada
disepanjang jalur pengukuran, seperti alur,
sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan
sebagainya.
- Dalam pengambilan data agar diperhatikan
keseragaman penyebaran dan kerapatan titik
yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi
yang benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya:
sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah
ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat
kerapatan yang lebih tinggi.
- Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat
theodolit.
(e) Pengukuran pada perpotongan rencana trase
jembatan dengan sungai atau jalan
- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir
masing-masing minimum 200 m dari perkiraan
garis perpotongan atau daerah sekitar sungai
(hulu/ hilir) yang masih berpengaruh terhadap
keamanan jembatan dengan interval pengukuran

8 dari 24
penampang melintang sungai sebesar 25 meter
atau disesuaikan dengan kebutuhan
perencanaan.
- Koridor pengukuran searah rencana trase
jembatan masing-masing minimum 250 m dari
garis tepi sungai/ jalan atau sampai pada garis
pertemuan antara oprit jembatan dengan jalan
dengan interval pengukuran penampang
melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter
atau disesuaikan dengan kebutuhan
perencanaan.
- Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran
penampang melintang dan memanjang baik
terhadap sungai maupun jalan sebesar 10 m, 15
m, dan 25 m atau disesuaikan dengan kebutuhan
perencanaan.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala
obyek yang dibentuk alam maupun manusia
disekitar persilangan tersebut.
(3) Persyaratan
(a) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur
yang akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi
sebagai berikut:
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus
dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
(b) Ketelitian dalam pengukuran
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai
berikut :
1. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah
10”√n, atau dari pengukuran Global Position
System (GPS) geodetic yang mempunyai presisi
tinggi pertama ke pengukuran GPS berikutnya
dalam desimeter).
2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.
(c) Perhitungan
1. Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi.
Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar
nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan
panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan
harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
2. Perhitungan Sifat Datar.
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4
desimal (ketelitian 0,5 mm), dan harus dilakukan
kontrol perhitungan pada setiap lembar
perhitungan dengan menjumlahkan beda
tingginya.
3. Perhitungan Ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian
patok ukur yang dipakai sebagai titik pengukuran
detail dan dihitung secara tachimetris.
4. Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan
sistim komputerisasi.

9 dari 24
(d) Penggambaran
- Penggambaran poligon harus dibuat dengan
skala 1 : 500.
- Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus
dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-nya.
- Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1
meter panjang gambar harus dicantumkan
petunjuk arah Utara.
- Penggambaran titik poligon harus berdasarkan
hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai
X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
(e) Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan
metode penentuan posisi Global Positioning System
(GPS) secara diferensial. GPS atau nama
lengkapnya NAVSTAR GPS merupakan singkatan
dari Navigation Satellite Timing and Ranging Global
Positioning System. Metode yang digunakan adalah
metode diferensial dengan menggunakan lebih dari
satu receiver GPS dimana minimal satu titik
digunakan sebagai titik referensi (base station) dan
yang lainnya ditempatkan pada titik yang akan
diukur. Titik referensi yang digunakan adalah titik
referensi Bakosurtanal ataupun Badan Pertanahan
Nasional. Untuk merapatkan titik kontrol horisontal
dapat dilakukan pengukuran menggunakan metode
poligon dengan menggunakan alat Total Station;
(f) Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah
sebagai Sistem koordinat proyeksi Universal
Transverse Mercator (UTM)

 Proyeksi adalah Transverse Mercator


Ketentuan proyeksi UTM:

 Lebar zona adalah 6


 Titik awal setiap zona adalah perpotongan

 Faktor skala pada meridian tengah ko = 0,9996


meridian tengah dan ekuator

 Timur (T) didefinisikan dengan penambahan


500.000 meter kepada nilai x yang dihitung dari

 Utara (U) didefinisikan dengan penambahan


meridian tengah

10.000.0000 meter kepada nilai y yang dihitung

 Zona 1 dimulai dari bujur 180 barat sampai


dari ekuator selatan.

dengan bujur 174 barat dan seterusnya ke arah


Timur sampai zona 60 untuk bujur 174 timur

 Satuan dalam meter


sampai dengan 180 timur.

 Batas lintang 84 Utara dan lintang 80 selatan.


 Notasi koordinat UTM, Timur (T) diletakkan di

 Datum WGS-84/DGN-95
depan Utara (U)

10 dari 24
Tabel Penomoran Zona dalam UTM di Wilayah Indonesia
Zona Batas Zona Meridian Tengah
46 90-96 93
47 96-102 99
48 102-108 105
49 108-114 111
50 114-120 117
51 120-126 123
52 126-132 129
53 132-138 135
54 138-144 141
(g) Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan
setiap interval yang disesuaikan untuk kebutuhan
perencanaan jembatan (5m, 10m, 25m, 50m, 100m
dsb).
(h) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal Harus
menggunakan Jenis Total Station (TS) dengan
Ketelitian 10√n untuk sudut serta 10√D untuk jarak;
(i) Pengukuran untuk titik control Vertikal harus
mengunakan peralatan Waterpass jenis auto level
dengan ketelitian 2 mm.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail,
situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar polygon, sehingga
membentuk gambar situasi dengan interval garis
ketinggian (contour) 0,5 meter.
Proses pengambilan data untuk Topografi mengacu
pada Pedoman Pengukuran Topografi
NO.010/PW/2004, atau Pedoman yang
dipersyaratkan
(4) Keluaran survey Topografi meliputi :
(a) Laporan survey Topografimeliputi :
- Data pengukuran dan hitungan pengukuran
topografi yang telah diterima.
- Data Koordinat dan elevasi Bench Mark.
- Foto dokumentasi proses pengukuran dan Bench
Mark
(b) Peta tofografi (peta transies) dengan skala yang
disesuaikan dengan jenis perencanaan yang akan
dilakukan.
c) Survey Drainase
(1) Tujuan
Tujuan survey drainase yang dilaksanakan dalam
pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data hidrologi
dan karakter/ perilaku aliran air pada bangunan air yang
ada (sekitar jembatan maupun jalan), guna keperluan
analisis hidrologi, penentuan debit banjir rencana
(elevasi muka air banjir), perencanaan drainase dan
bangunan pengaman terhadap gerusan, river training
(pengarah arus) yang diperlukan
(2) Lingkup
Survey hidrologi lengkap digunakan untuk melengkapi
parameter-parameter desain jembatan yang dalam hal
ini jembatan yang dimaksud adalah jembatan di atas

11 dari 24
lalu-lintas sungai atau saluran air. Untuk itu
pengumpulan data untuk analisa hidrologi yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik daerah aliran (Catchment Area) dari
setiap gejala aliran yang harus dipelajari dengan
cermat dari peta topografi maupun pemeriksaan
langsung di tempat meliputi data curah hujan, tata
guna lahan, jenis permukaan tanah, kemiringan dan
lain-lain.

 Kecepatan aliran dan gejala arah


b. Karakteristik sungai yang meliputi:

 Debit dan daerah pengaruh banjir


 Tinggi air banjir, air rendah dan air normal
 Lokasi penggerusan (scouring) serta jenis/sifat

 Kondisi aliran permukaan pada saat banjir


erosi maupun pengendapan

c. Analisa hidrologi yang diperlukan untuk jembatan


yang melintas sungai, sebelum tahap
perhitungan/perencanaan hidrolika dari alur sungai,

 Debit banjir dalam alur sungai jembatan atau debit


adalah untuk menentukan

maksimum sungai selama periode ulang banjir

 Perkiraan tinggi maksimum muka air banjir yang


rencana yang sesuai.

 Kedalaman air : air banjir, air rendah dan air


mungkin terjadi dan semua karakteristiknya.

normal.
d. Untuk menentukan elevasi tinggi muka jembatan
diperlukan suatu perkiraan tinggi maksimum banjir
yang mungkin terjadi, ditetapkan dan diperhitungkan
dengan periode ulang banjir rencana atau dalam

 Untuk jembatan panjang/besar (konstruksi khusus)


kurun waktu rencana sebagai berikut :

 Untuk jembatan biasa/ tetap termasuk gorong-


diperhitungkan dengan periode ulang 100 tahunan.

gorong diperhitungkan dengan periode ulang 50

 Untuk jembatan sementara, perlintasan saluran air


tahunan.

dan jembatan yang melintas di atasnya

 Untuk keperluan analisa hidrologi ditetapkan


diperhitungkan dengan periode ulang 25 tahunan.

 Untuk perhitungan scouring berdasarkan jenis


dengan periode ulang 50 tahunan.

tanah dasar sungai dan debit serta kecepatan

 Dalam menentukan besar debit banjir maksimum


aliran arus sungai.

dalam kurun waktu rencana tersebut, dipakai


pendekatan berdasarkan analisa frekuensi dari
suatu data curah hujan lebat. Di sini perlu ditinjau
hubungan/korelasi antara curah hujan dan aliran

 Metode untuk menentukan besar debit banjir


sungai.

tersebut diklasifikasikan menjadi 3 cara yaitu


 Cara statistik/kemungkinan-kemungkinan

12 dari 24
 Cara hidrograf/sintetik
 Rumus empiris/metode rasional
e. Analisa drainase ditetapkan dengan kala ulang (return
period) 25 tahun dan 50 tahun yang pemilihannya
terlebih dulu dikonsultasikan dengan pihak Pemberi
Tugas.
Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara
lain dapat ditentukan elevasi jembatan dan bangunan
pengaman terhadap gerusan, tumbukan air dan
debris.
(3) Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-3424-1994
atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-1724-
1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perencanaan
Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai),
Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-2006-B,
Manual Hidrolika untuk Jalan dan Jembatan
No.01/BM/05, serta pedoman lain yang dipersyaratkan.
(4) Keluaran Survey Drainase
Keluaran yang dihasilkan dari survey Hidrologi berupa
Laporan Hidrologi yang didalamnya memuat:
 Data Identifikasi semua aliran air yang ada dan
lintasan-lintasan drainase;
 Daerah-daerah tangkapan berdasarkan peta-peta;
 Informasi histori banjir yang tersedia (tingkatan dan
penanggalan);
 Lokasi-lokasi drainase yang ada meliputi
permasalahan banjir, dan
 Acuan banjir/sumber informasi drainase;
 Kapasitas aliran air (run off) dan Debit aliran air yang
akan diterima oleh drainage yang akan direncanakan.
 Data curah hujan yang digunakan dalam desain
drainage
 Dimensi saluran dan gorong2
 Potensi erosi baik erosi tebing maupun erosi dasar
sungai/saluran baik erosi umum maupun lokal.
d) Survey Geologi dan Geoteknik
(1) Tujuan
Tujuan yang utama dari penyelidikan geoteknik lapangan
dan bawah permukaan adalah untuk memberikan
informasi tentang kondisi bawah permukaan tanah,
bahaya geoteknik, dan ketersediaan tanah, agregat dan
batuan pada perencana.
Sangat disarankan untuk menggunakan Geoguide /
Pedoman Geoteknik untuk penyelidikan tanah lunak
Pd.T-9-2002-B dan pengujian laboratorium untuk tanah
lunak Pt.M-01-2002-B bilamana terdapat suatu kondisi
tanah dasar yang lunak (Soft Soil).
(2) Lingkup Pekerjaan
(a) Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan
detail dengan peta dasar topografi skala 1:250.000
s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak

13 dari 24
500 – 1000 meter dan pada lokasi jembatan
dilakukan menggunakan lembar isian seperti terlihat
pada daftar lampiran.
(b) Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis
tanah, warna, perkiraan prosentase butiran kasar/
halus) sesuai dengan Metoda USCS.
(c) Penyelidikan Tanah
Penyelidikan geoteknik disini merupakan bagian dari
penyelidikan tanah yang mencakup seluruh
penyelidikan lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi
jenis tanah yang didapat dari hasil tes dengan
mengadakan peninjauan kembali terhadap semua
data tanah dan material guna menentukan jenis/ tipe
pondasi yang tepat dan sesuai tahapan kegiatannya,
sebagai berikut:
a). Mengadakan penyelidikan tanah dan material di
lokasi pelaksanaan jembatan yang akan
dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik
bor yang diperlukan langsung di lapangan.
b). Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air
(sub-surface) sehubungan dengan pondasi
jembatan yang akan dibangun.
c). Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di
sekitar lokasi pelaksanaan, kemudian
dituangkan dalam bentuk penggambaran peta
termasuk sarana lain yang ada seperti jalan
pendekat/oprit, bangunan pelengkap/ pengaman
dan lain sebagainya.
d). Pekerjaan pengambilan contoh dengan
pengeboran (umumnya terhadap undisturbed
sampling) dimaksudkan untuk tujuan
penyelidikan lebih lanjut di laboratorium untuk
mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang
parameter-parameter tanah dari pengetesan
Index Properties (Besaran Indeks) dan
Engineering Properties (Besaran Struktural
Indeks).
e). Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang
umum dilaksanakan di lingkungan Bina Marga
dengan bentang > 60 m (relatif dari 25 m s/d 60
m tergantung kondisi) digunakan bor-mesin (alat
bor yang digerakkan dengan mesin) di mana
kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 m
disertai alat split spoon sampler untuk Standar
Penetration Test ( SPT ) menurut AASHTO T
206 – 74. Sedangkan untuk bentang < 60m
(relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi)
digunakan peralatan utama lapangan yang

 Alat sondir dengan bor tangan (digerakkan


terdiri atas:

dengan tangan). Pengeboran harus


dilakukan sampai kedalaman yang ditentukan
(bila tidak ditentukan lain) untuk
mendapatkan letak lapisan tanah dan jenis

14 dari 24
batuan beserta ukurannya dan harus
mencapai tanah keras/batu dan menembus

 Boring dan sampling harus dikerjakan


sedalam kurang lebih 3.00 m.

dengan memakai ”Manual Operated Auger”

 Alat tes sondir type “Gouda” atau sejenisnya,


dengan kapasitas hingga kedalaman 10 m.

antara lain “Dutch Cone Penetrometer” yang


memakai sistem metrik dan harus dilengkapi
dengan “Friction Jacket Cone”, kapasitas
tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan
kedalamannya dapat mencapai 25 m.
f). Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang
dibutuhkan pada masing-masing lokasi rencana
pondasi harus sudah menetapkan penggunaan
jenis bor dan posisi lubang bor yang
direncanakan serta jumlah titik bor minimal satu
titik boring, yaitu satu titik bor mesin atau satu
set bor tangan dan sondir, tergantung bentang
rencana jembatannya. Hal ini tergantung pada
kondisi area (alam dan lokasi), kepentingan
stuktur dan tersedianya peralatan pengujian
beserta teknisinya.
g). SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m
s/d 2,00 m untuk diambil contohnya
(undisturbed dan disturbed).
h). Mata bor harus mempunyai diameter yang
cukup untuk mendapatkan undisturbed sample
yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan
mata bor steel bit untuk tanah clay, silt dan mata
bor jenis core barrel.
i). Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang
dibor cenderung mudah runtuh.
j). Untuk menentukan besaran index dan structural
properties dari contoh-contoh tanah, baik yang
terganggu (disturbed) maupun yang asli
(undisturbed) tersebut di atas dan contoh
material (quarry), maka pengujian di
laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi
SNI, SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan
urutan terdepan sebagai prioritas pertamanya.
Laporan penyelidikan tanah dan material harus
pula berisi „analisa dan hasil‟ daya dukung tanah
serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai
dengan daya dukung tanah tersebut dan hasil
bor log dituangkan dalam bentuk tabel/formulir
bor log dan form drilling log yang dilengkapi
dengan keterangan/data diantaranya tentang
tipe bor yang digunakan, kedalaman lapisan
tanah, tinggi muka air tanah, grafik log, uraian
lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan
kekuatan (kg/cm2), liquid/ plastis limit,
perhitungan pukulan dan lain sebagainya.

15 dari 24
(d) Lokasi Quarry
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan
jalan, struktur jembatan, maupun untuk bahan
timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada disekitar
lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat
dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan
karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke
lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang
mungkin timbul dalam proses penambangannya,
dilengkapi dengan foto-foto.
(3) Keluaran survey Geologi/ Geoteknik
Keluaran dari survey Geologi/Geoteknik berupa :
(a) Laporan penyelidikan tanah yang didalamnya
memuat :
- Nilai CBR
- Tanah nilai SPT, berdasarkan Borlog
- Propertist Tanah berupa nilai Unconfined,
- Kadar air,
- Berat Jenis.
(b) Peta penyebaran tanah yang di dalamnya memuat:
- Kondisi lapisan tanah
- Daerah rawan longsor
(c) Foto dokumentasi
3) Pengendalian survey Pendahuluan dan Survey Detail.
Pengendalian survey bertujuan sebagai kendali mutu
pengambilan data, kendali mutu tersebut diantaranya :
a) Setiap akan kegiatan survey baik pendahuluan maupun
survey detail pelaksana kegiatan wajib mengajukan jadwal
kegiatan yang kemudian ditindaklanjuti dengan surat ijin
melakukan survey baik pendahuluan maupun detail yang
dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
b) Proses survey baik pendahuluan maupun survey detail wajib
diawasi dimulai dari persiapan peralatan sampai pada proses
survey oleh petugas yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK).
c) Data hasil pengambilan pada survey detail wajib di periksa
kebenarannya sebelum dilakukan proses desain. Proses
desain dapat dilakukan apabila data hasil survey detail sudah
dapat diterima oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
d) Adanya berita acara pemeriksaan baik terhadap survey
pendahuluan maupun survey detail yang dikeluarkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK).
4) Proses Desain
a) Tujuan
Persiapan desain ini bertujuan :
(1) mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal.
(2) menetapkan desain sementara dari data awal untuk
dipakai sebagai panduan survey pendahuluan.
(3) menyiapkan dokumen perencanaan teknis yang terdiri

16 dari 24
dari gambar desain, spesifikasi, engineering estimate.
b) Lingkup Pekerjaan
Hal yang menjadi lingkup pekerjaan adalah :
(1) Menetapkan kelas jembatan yang akan di Desain
(2) Membuat estimasi bentang dan lebar jembatan
(3) Memilih bentuk struktur jembatan berdasarkan kendala-
kendala yang ada
(4) Merencanakan desain Bangunan Atas berdasarkan
peraturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan BMS‟92 atau peraturan lain
yang relevan yang disetujui oleh pemberi tugas .
(5) Merencanakan Bangunan Bawah secara benar terhadap
aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat
beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal ataupun
horizontal dan harus mengikuti aturan yang ditentukan
dalam Peraturan Perencanaan Jembatan BMS‟92.
(6) Menetapkan awal dan akhir rencana oprit pada peta,
serta menarik beberapa Alternatif rencana As Jalan/
Alinyemen Horizontal dengan dilakukan pengecekan
Alinyemen Vertikal sesuai dengan kondisi medan yang
memenuhi Standar mengenai Perencanaan.
(7) Merencanakan pondasi jembatan secara benar terhadap
aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat
beban struktur atas dan beban struktur bawah dan harus
mengikuti aturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan BMS‟92.
(8) Merencanakan jalan pendekat jembatan dengan
memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian
jembatan.
(9) Merencanakan drainase, bangunan pelengkap dan
pengaman jembatan.
(10) Melakukan perencanaan manajemen traffic pada saat
pelaksanaan.
(11) Menyiapkan peta penyebaran tanah berkaitan dengan
kondisi geologi
c) Persyaratan
Proses perencanaan harus mengacu pada standar dan
pedoman yang berlaku seperti NSPM yang diterbitkan
Direktorat Jenderal Bina Marga dan/atau SNI yang
diterbitkan Badan Standar Nasional (BSN) dan/atau
referensi lain yang tertuang dalam Kerangka Acuan
Kerja dan/atau referensi lain yang disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK).
d) Penggambaran

 Alinyemen Horisontal dengan Skala 1:500


Penggambaran Desain Jembatan:

 Alinyemen Vertikal dengan Skala 1:50


 Potongan Melintang Skala Horisontal 1:100, Skala Vertikal

 Detail-detail skala 1:50 atau 1:20 atau 1:15 atau


1:50

disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan


5) Pengendalian proses perencanaan.
Pengendalian pada saat proses perencanaan dilakukan agar

17 dari 24
desain yang dihasilkan memenuhi persyaratan secara teknis,
proses pengendalian dilakukan terhadap :
a) Konsep desain awal berdasarkan data sekunder harus
mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
b) Konsep desain berdasarkan data survey pendahuluan dan
survey detail yang review terhadap desain awal harus
diperiksa dan diasistensikan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK).
c) Pemeriksaan dan asistensi perencanaan secara bertahap
wajib dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK).
d) Pengecualian terhadap desain yang tidak memenuhi standar
harus mendapat persetujuan dari pejabat setingkat eselon II.
e) Penggunaan teknologi baru dapat digunakan apabila diterima
oleh Tim yang dibentuk oleh pejabat Eselon II dan mendapat
persetujuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga.
b. Lokasi Kegiatan
Kegiatan jasa konsultansi ini harus dilaksanakan di wilayah
Kabupaten Bengkalis.
c. Data dan Fasilitas Penunjang
1) Penyediaan oleh PPK/PPTK.
Data dan fasilitas yang disediakan oleh PPK/PPTK yang dapat
digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa:
a) Laporan dan Data (tidak ada)
Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu serta
photografi yang dapat dipakai sebagai referensi oleh penyedia
jasa tidak ada.
b) Akomodasi dan Ruangan Kantor (tidak ada)
Akomodasi dan ruangan kantor yang akan disediakan oleh
PPK/PPTK tidak ada dan harus disediakan oleh penyedia
jasa sendiri dengan cara sewa.
c) Staf Pengawas/Pendamping
PPK/PPTK akan mengangkat petugas atau wakilnya yang
bertindak sebagai pengawas atau pendamping/
counterpart atau project officer (PO) dalam rangka
pelaksanaan jasa konsultansi, yang akan ditunjuk kemudian
dan apabila diperlukan.
d) Fasilitas yang disediakan oleh PPK/PPTK yang dapat
digunakan oleh penyedia jasa (tidak ada)
2). Penyediaan oleh penyedia jasa
Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara
semua fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
d. Alih Pengetahuan
Apabila dipandang perlu oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), maka penyedia
jasa harus mengadakan pelatihan, kursus singkat, diskusi dan
seminar terkait dengan substansi pelaksanaan pekerjaan dalam
rangka alih pengetahuan kepada staf di lingkungan organisasi
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK).
.

18 dari 24
7. PENDEKATAN a. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa harus
DAN mengadakan konsultasi/asistensi terlebih dahulu dengan Pejabat
METODOLOGI Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK), yaitu untuk mendapatkan konfimasi kepastian
mengenai jembatan yang akan ditangani.
b. Pengumpulan data lapangan, penghitungan dan proses yang
dilaksanakan dalam pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan
cara pengumpulan data lapangan yang telah dikembangkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan
NSPM yang berlaku.

8. JANGKA WAKTU Jangka waktu pelaksanaan kegitatan ini diperkirakan 90 (sembilan


PELAKSANAAN puluh) hari kalender.

9. TENAGA AHLI Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini
adalah yang terdiri dari sebagai berikut:
a. Team Leader
Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jembatan yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK),
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Teknik Sipil Strata
1 (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi
dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis lebih
diutamakan/ disukai Perencanaan Jembatan. Diutamakan yang
telah mempunyai pengalaman sebagai ketua tim selama 5
tahun/bulan/paket pekerjaan, diutamakan yang telah mengikuti
pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK.
Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan
mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan
selesai.
b. Ahli Jembatan
Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jembatan yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK)
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata. 1.
(S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi
dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih dari 3
Tahun diutamakan/disukai perencanaan Jembatan,diutamakan
yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-
PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu
Tim Leader/Ketua Tim, merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dalam pekerjaan perencanaan teknis Jembatan, dan
bangunan pelengkap yang diperlukan, serta harus menjamin
bahwa rencana Jembatan yang dihasilkan adalah pilihan yang
paling ekonomis dan sesuai dengan standar teknis yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
c. Ahli Geologi/Geoteknik
Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jembatan yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK)

19 dari 24
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil/Geologi
Strata. 1. (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
sejenis lebih dari 3 Tahun diutamakan/disukai perencanaan
Jembatan,diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas
utamanya membantu TimLeader/Ketua Tim dan merencanakan
dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan geologi
yang mencakup pelaksanaan survey geologi, pengolahan dan
analisis data geologi, dan penggambaran data geologi, serta
harus menjamin bahwa data tanah yang disampaikan benar
sesuai dengan kondisi lapangan yang akan digunakan sebagai
dasar penentuan pondasi dan bangunan bawah jembatan, dan
dapat memberikan masukan yang rinci mengenai sumber bahan
beserta sifat-sifat bahannya
d. Ahli Hidrologi/Hidraulika
Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jembatan yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga
Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK).
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata. 1.
(S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi
dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih dari 3
Tahun diutamakan/disukai perencanaan Jembatan,diutamakan
yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-
PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu
TimLeader/Ketua Tim dan merencanakan dan melaksanakan
semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan pengumpulan data
hidrologi, pengolahan dan analisis data hidrologi, dan
perhitungan-perhitungan hidrologi untuk perencanaan bentuk dan
dimensi bangunan hidrologi, serta harus menjamin bahwa data,
analisis dan perhitungan hidrologi yang dihasilkan adalah benar,
akurat, siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci
mengenai curah hujan dan pola aliran air permukaan untuk tahap
perencanaan teknis Jembatan.
e. Ahli Geodesi
Mempunyai sertifikat keahlian Geodesi yang dikeluarkan oleh
Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang
Jasa Konstruksi (LPJK).
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata. 1.
(S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi
dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih dari 3
Tahun, diutamakan/disukai perencanaan jembatan,diutamakan
yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-
PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu
TimLeader/Ketua Tim dan melakukan persiapan desain, survei
pendahuluan, survei topografi, menyiapkan peta dasar yang akan
digunakan sebagai bahan dasar perencanaan teknis jembatan.
Selain itu diperlukan tenaga-tenaga pendukung di kantor untuk
membantu kelancaran kegiatan yang terdiri dari: 1. Sekretaris, 2.

20 dari 24
Operator Komputer, 3. Juru gambar (Drafter/Operator CAD).

10. KELUARAN Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:

 Gambar Perencanaan Teknis (Desain) jembatan/jalan dalam


a. Laporan Detail Desain

ukuran kertas A3, agar dapat digunakan pada saat penerapan

 Laporan perhitungan struktur Jembatan


dilapangan.

Laporan ini berisikan perhitungan konstruksi jembatan lengkap


(bangunan atas dan bawah) dan pekerjaan lain yang

 Laporan Geologi/Geoteknik yang didalamnya memuat seluruh


memerlukan analisa perhitungan.

penyelidikan tanah serta peta penyebaran tanah serta foto

 Laporan Topografi yang didalamnya memuat seluruh data


dokumentasi.

pengukuran termasuk hasil perhitungan serta foto

 Laporan Drainase yang didalamnya memuat seluruh data


dokumentasi;

survey hidrologi termasuk analisi perhitungan.


b. Laporan Engineering Estimate yang berpedoman pada Panduan
Analisa Harga Satuan (PAHS) Edisi November 2010 Revisi 2
yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum.
c. Standar Dokumen Lelang yang berpedoman Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
termasuk didalamnya Spesifikasi Umum yang berpedoman pada
Spesifikasi Umum Edisi November 2010 Revisi 2 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum.

11. LAPORAN Jenis laporan yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini:
1. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data perencanaan serta
sebagai bahan pelaksanaan, setiap tenaga ahli diwajibkan untuk
membuat laporan secara detail dan lengkap.
2. Laporan Pendahuluan
Laporan yang harus dibuat:
A. Laporan Administrasi antara lain:
a. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan yang berisikan: Pemahaman terhadap
KAK, Metodologi dan Rencana Kerja, Menyampaikan Kriteria
Desain secara detail, Pengenalan Lokasi Awal, Organisasi
Pelaksanaan kegiatan, dan Jadwal pelaksanaan termasuk
persiapan survey. Laporan diserahkan 15 (lima belas) hari
setelah dimulainya jasa konsultan dan dibuat sebanyak 3
(tiga) rangkap/buku.
b. Laporan Antara
Laporan Antara yang berisikan: Rangkuman hasil
pengumpulan data sekunder maupun data primer, hasil kajian
terhadap data survei, konsep perencanaan, progres kegiatan
dan rencana selanjutnya. Laporan diserahkan 60 (enam
puluh) hari setelah dimulainya jasa konsultan dan dibuat
sebanyak 3 (tiga) rangkap/buku.

21 dari 24
c. Laporan Akhir
Laporan Akhir yang berisikan: Rangkuman seluruh kegiatan
yang telah dilakukan, berisi uraian pelaksanaan survey
pendahuluan, survey detail, pengolahan data, asumsi-asumsi
yang diambil, perhitungan perencanaan serta rumus-
rumusnya, perhitungan biaya, penentuan pemakaian
dokumen lelang, kriteria desain yang diambil, kesimpulan dan
rekomendasi. Laporan diserahkan 90 (sembilan puluh) hari
setelah dimulainya jasa konsultan dan dibuat sebanyak 3
(tiga) rangkap/buku
B. Laporan Teknis yang dihasilkan
a. Laporan perencanaan dan gambar rencana yang terdiri dari:
i. Laporan Perencanaan
Laporan perhitungan struktur Jembatan
Laporan ini berisikan perhitungan konstruksi jembatan
lengkap, baik bangunan atas jembatan maupun bangunan
bawah jembatan serta pekerjaan-pekerjaan lain yang
memerlukan analisa perhitungan, semua analisa berikut
asumsi dan rumus-rumus yang digunakan
ii. Gambar Rencana A3
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket

 Sampul depan gambar rencana


pekerjaan masing-masing laporan berisi:

 Lembar pengesahan
 Daftar isi
 Legenda, simbol, singkatan
 Peta lokasi kegiatan
 Peta lokasi sumber material dan AMP/Batching Plant
 Daftar kuantitas (rekapitulasi)
 Tata letak (layout) dan koordinat jembatan
 Gambar Situasi, potongan memanjang dan potongan

 Bangunan Bawah
melintang

 Bangunan Atas
Gambar Tampak dan Potongan Melintang

Detail Pekerjaan/Perbaikan
Expasion Joint
Detail Bearing

 Detail-detail konstruksi lainnya.


Detail Railing

 Gambar-gambar standar
b. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya
Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung
untuk tiap item pekerjaan yang kemudian digabungkan
sebagai kesimpulan perkiraan biaya. Laporan perkiraan
kuantitas dan biaya ini dipisahkan sesuai dengan pekerjaan
yang dilaksanakan dengan isi sebagai berikut:
- Daftar isi.
- Peta lokasi proyek.
- Daftar bangunan pelengkap/jembatan.
- Perhitungan perkiraan kuantitas (Back Up Quantity).
- Analisa biaya.
- Perkiraan biaya.
c. Laporan penyelidikan tanah

22 dari 24
Laporan Akhir Geologi dan Geoteknik harus mencakup
sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat.
- Kondisi morfologi sepanjang lokasi.
- Kondisi badan jalan yang ada di sekitar jembatan.
- Batuan penyusun (stratigrafi) pada lokasi jembatan. Untuk
peta penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS
ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan
geologi dan diberi notasi.
- Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan
untuk perbaikan hasil diskripsi secara visual.
- Penyebaran jenis tanah pada lokasi jembatan. Untuk peta
penyebaran tanah disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3
dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi
dan diberi notasi.
- Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas
lereng.
- Analisis longsoran pada lokasi jembatan.
- Sumber bahan konstruksi jembatan (jenisnya dan
perkiraan volume cadangan).
- Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/ patahan
dsb.) beserta lokasinya.
- Rekomendasi.
d. Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
- Kegiatan pengukuran situasi.
- Kegiatan pengukuran penampang melintang.
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
- Perhitungan dan penggambaran.
- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
- Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan
pengukuran topografi termasuk kegiatan pencetakan dan
pemasangan BM, pengamatan matahari, dan semua
obyek yang dianggap penting untuk keperluan
perencanaan jalan.
- Deskripsi BM (sebagai lampiran).
- Data ukur hasil ploting dan negatip film harus diserahkan.
e. Laporan Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang
meliputi :
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat, pos pencatat curah
hujan.
- Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil.
- Analisis/ perhitungan.

23 dari 24
- Penentuan dimensi dan jenis bangunan air.
- Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan.
f. Laporan Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik
Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik sesuai dengan
dokumen pelelangan standar yang berpedoman pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Konsultansi termasuk didalamnya
Spesifikasi Umum yang berpedoman pada Spesifikasi
Umum Edisi November 2010 Revisi 2 yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan
Umum, adapun isi laporan ini adalah:
1. Gambar Rencana untuk pelaksanaan pekerjaan fisik
dalam kertas HVS ukuran A4, yang terdiri dari:
i. Peta Lokasi
ii. Lay out
iii. Potongan melintang
iv. Potongan memanjang
v. Detail-detail
2. Spesifikasi Teknis
3. Daftar Kuantitas (Bill Of Quantity)
4. Dokumen Pengadaan (Dokumen Pemilihan dan
Dokumen Kualifikasi)
g. Semua laporan dan data dimasukkan dalam FlashDisc
(mobile disc) secara lengkap tanpa di-password, kecuali
data lapangan/data ukur dan gambar rencana awal.
h. Semua laporan dibuat dalam kertas HVS ukuran A4 kecuali
ditentukan lain dan dicetak serta dijilid dengan spiral atau
laminasi, khusus untuk laporan dokumen pelelangan
pekerjaan fisik dimasukkan dalam map gongyu.

KUASA PENGGUNA ANGGARAN/


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN,

H. SYARIFUDDIN, A.Md
NIP. 19581008 198503 1 001

24 dari 24

Anda mungkin juga menyukai