Anda di halaman 1dari 52

Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Jalan (termasuk jembatan) sebagai bagian dari transportasi darat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan
ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan yang dikembangkan dengan
melalui program pendekatan wilayah agar tercapai keseimbangan dan
pemerataan dalam pembangunan antar daerah. Kebijakan Pemerintah
dalam upaya mempercepat program pembangunan prasarana
transportasi darat khususnya jembatan diarahkan pada standarisasi
bangunan atas, baik dengan cara menyediakan stok komponen
bentang standar maupun penyediaan standar konstruksi jembatan
yang kemudian dapat dibuat ulang.
Teknologi pembangunan jembatan telah mengalami perkembangan
yang pesat dari tahun ke tahun mulai dari peraturan perencanaan,
teknologi bahan pembentuk, teknologi perencanaan, teknologi
pelaksanaan pekerjaan, sampai dengan teknologi rehabilitasi bangunan
lama. Sehingga penguasaan teknologi tersebut mutlak dibutuhkan
dalam pembangunan jembatan.
Pembangunan sarana transportasi darat di Provinsi Maluku
merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan terutama pada
daerah-daerah strategis dan potensial. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi dari sub sector jalan yang berkaitan dengan
system transportasi dan penggunaan jalan guna mempermudah dan
meningkatkan akses transportasi darat.
Berpedoman pada hal-hal tersebut diatas, Pemerintah Provinsi Maluku
melalui Dinas Pekerjaan Umum, Bidang Pengembangan Prasarana
Jalan dan Jembatan melakukan kegiatan Perencanaan Teknis
Jembatan di Pulau Buru. Perencanaan Jembatan ini diaksanakanguna
menunjang kegiatan fisik yang akan dilaksanakan pada tahun
anggaran berikutnya.

Page 1
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
a. Maksud.
Menyediakan Detail Engineering Design (DED) yang sesuai dengan
kriteria perencanaan untuk digunakan dalam proses pelaksanaan
pembangunan jembatan pada tahun anggaran berikutnya.

b. Tujuan.
Merencanakan desain jembatan lengkap beserta Dokumen Lelang
dan Gambar Perencanaan untuk proses pelaksanaan pekerjaan
Pembangunan Jembatan di Pulau Buru.

3. LINGKUP PEKERJAAN PERENCANAAN


Pelaksaaan Pekerjaan Perencanaan Jembatan melingkupi :
1. Survai Pendahuluan
2. Survai Topografi
3. Penyelidikan Geoteknik & Geologi
4. Penelitian Jembatan
5. Survai Hidrologi Jembatan
6. Perencanaan Hidraulika Sungai
7. Penyiapan Teknik dan Metode Pelaksanaan
8. Penyiapan Syarat-Syarat Kontrak
9. Penyiapan Daftar Kuantitas
10. Estimasi Biaya
11. Rencana ROW & biaya pembebasan tanah
12. Metode dan Jadwal Pelaksanaan

4. KRITERIA PERENCANAAN
Pelaksaaan Pekerjaan Perencanaan Jembatan melingkupi kriteria
sebagai berikut :
1. Peraturan-peraturan yang dipergunakan
2. Mutu material yang dipergunakan
3. Metode dan asumsi pada perhitungan
4. Metode dan asumsi dalam penentuan pemilihan type struktur
atas, struktur bawah dan pondasi

Page 2
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

5. Metode pengumpulan data lapangan


6. Program komputer yang dipergunakan dan validasi kehandalan
yang dinyatakan dalam bentuk bench mark terhadap contoh studi
7. Metode pengujian pondasi

Page 3
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

METODOLOGI

1. Persiapan Pelaksanaan Desain


Persiapan desain ini bertujuan untuk :
1. Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal.
2. Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai sebagai
panduan survey pendahuluan.
3. Menetapkan ruas yang akan disurvey.

Data dasar yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :


1. Mengumpulkan data kelas, fungsi dan status Jalan serta data base
jembatan
2. Mempersiapkan peta situasi; penentuan posisi jembatan terhadap
jalan dan sungai.
3. Lokasi jembatan (di kota/di daerah mana) berhubungan dengan
peninjauan gempa.
4. Data tanah ; peninjauan gempa dan jenis pondasi
5. Topografi sungai; penentuan bentang, perlu tidaknya pilar, penetuan
letak pilar, penentuan letak kepala jembatan.
6. Jenis sungai, muka air banjir, kecepatan arus air, kecepatan angina
untuk memperhitungkan konstruksi bangunan atas dan gaya – gaya
terhadap pilar dan bangunan bawah jembatan.
7. Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait baik di
pusat maupun di daerah termasuk juga mengumpulkan informasi
harga satuan/upah untuk disekitar lokasi proyek terutama pada
proyek yang sedang berjalan.
8. Mengumpulkan dan mempelajari laporan–laporan yang berkaitan
dengan wilayah yang dipengaruhi atau mempengarui jembatan yang
akan direncanakan.

Page 4
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

2. Survey dan Investigasi Tanah


Survey dan investigasi tanah disini merupakan bagian dari penyelidikan
tanah yang mencakup seluruh penyelidikan lokasi kegiatan
berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat dari hasil tes dengan
mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan
material guna menentukan jenis/ tipe pondasi yang tepat dan sesuai
tahapan kegiatannya.

Pada dasarnya Investigasi Tanah ini bertujuan untuk :


1. Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi pelaksanaan
jembatan yang akan dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik
bor/sondir yang diperlukan langsung di lapangan.
2. Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air (sub-surface)
sehubungan dengan pondasi jembatan yang akan dibangun.
3. Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi
pelaksanaan, kemudian dituangkan dalam bentuk penggambaran
peta termasuk sarana lain yang ada seperti jalan pendekat/oprit,
bangunan pelengkap/ pengaman dan lain sebagainya.

Kegiatan ini pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan peralatan


khusus, dan dapat dibedakan dalam 2 pelaksanaan kegiatan sebagai
berikut:
2.1 Sondir
 Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang umum
dilaksanakan di lingkungan Bina Marga dengan bentang < 60m
(relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan
peralatan utama lapangan yang terdiri atas Alat sondir dengan
bor tangan (digerakkan dengan tangan).
 Sondir harus dilakukan sampai kedalaman yang ditentukan
(bila tidak ditentukan lain) untuk mendapatkan letak lapisan
tanah dan jenis batuan beserta ukurannya dan harus mencapai
tanah keras/batu dan menembus sedalam kurang lebih 3.00 m.
 Kapasitas tegangan konus minimum pada pelaksanaan sondir
ini adalah 250 Kg/cm2.

Page 5
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

 Alat tes sondir type “Gouda” atau sejenisnya, antara lain


“DutchCone Penetrometer” yang memakai sistem metrik dan
harus dilengkapi dengan “Friction Jacket Cone”, kapasitas
tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan kedalamannya
dapat mencapai 25 m.

2.2 Boring
 Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang umum
dilaksanakan di lingkungan Bina Marga dengan bentang > 60 m
(relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan bor-
mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana
kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 m disertai alat split
spoon sampler untuk Standar Penetration Test ( SPT ) menurut
AASHTO T 206 – 74.
 Boring dan sampling harus dikerjakan dengan memakai
”Manual Operated Auger” dengan kapasitas hingga kedalaman
10 m.
 Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk
mendapatkan undisturbed sample yang diinginkan dengan baik,
dapat digunakan mata bor steel bit untuk tanah clay, silt dan
mata bor jenis core barrel.
 Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung
mudah runtuh.

Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang dibutuhkan pada


masing-masing lokasi rencana pondasi harus sudah menetapkan
penggunaan jenis bor dan posisi lubang bor yang direncanakan serta
jumlah titik bor minimal satu titik boring, yaitu satu titik bor mesin
atau satu set bor tangan dan sondir, tergantung bentang rencana
jembatannya. Hal ini tergantung pada kondisi area (alam dan lokasi),
kepentingan stuktur dan tersedianya peralatan pengujian beserta
teknisinya.
Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap
undisturbed sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih

Page 6
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

lanjut di laboratorium untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti


tentang parameter-parameter tanah dari pengetesan Index Properties
(Besaran Indeks) dan Engineering Properties (Besaran Struktural
Indeks).

3. Survey Pendahuluan
Survai pendahuluan disini dilakukan sebagai tahap awal untuk
mendapatkan data – data lapangan yang diperlukan dalam proses
perencanaan jembatan untuk pembangunan baru maupun penggantian
jembatan, dengan kegiatannya diantaranya mencatat semua data pada
lokasi jembatan lama yang sudah ada maupun yang belum ada, guna
menentukan perkiraan, saran yang diusulkan, meliputi :

1. Survai Geometrik
Kegiatan yang dilakukan pada survai pendahuluan adalah
a) Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain
geometric (alinyemen horisontal dan vertikal) berdasarkan
pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh
Highway Engineer yang melaksanakan pekerjaan ini dengan
melakukan pengukuran-pengukuran secara sederhana dan
benar (jarak, azimut dan kemiringan dengan helling meter) dan
membuat sketsa desain alinyemen horizontal maupun vertikal
secara khusus untuk lokasi-lokasi yang dianggap sulit, untuk
memastikan trase yang dipilih akan dapat memenuhi
persyaratan geometrik yang dibuktikan dengan sketsa horizontal
dan penampang memanjang rencana trase jalan.
b) Didalam penarikan perkiraan desain alinyemen horizontal dan
vertikal harus sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan
kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi : galian dan
timbunan.
c) Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu
mengambil keputusan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan
anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini.

Page 7
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

d) Di lapangan harus diberi/dibuat tanda-tanda berupa patok dan


tanda banjir, dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah
rencana dengan interval 50 m untuk memudahkan tim
pengukuran, serta pembuatan foto-foto penting untuk pelaporan
dan panduan dalam melakukan survai detail selanjutnya.
e) Dari hasil survai recon ini, secara kasar harus sudah bisa dihitung
perkirakan volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa
dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana dan
diharapkan dapat mendekati desain final.

2. Survai Topografi
Kegiatan yang dilakukan pada survai topografi adalah
a) Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok
beton Bench Mark di awal dan akhir Pelaksanaan.
b) Mengamati kondisi topografi.
c) Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran
khusus serta morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan
perpanjangan koridor.
d) Membuat rencana kerja untuk survai detail pengukuran.
e) Menyarankan posisi patok Benchmark pada lokasi/titik yang akan
dijadikan referensi.

3. Survai Rencana Jembatan


Kegiatan yang dilakukan pada survai rencana jembatan adalah
a) Menentukan dan memperkirakan total panjang, lebar, kelas
pembebanan jembatan, tipe konstruksi, dengan pertimbangan
terkait dengan LHR, estetika, lebar sungai, kedalaman dasar
sungai, profil sungai/ada tidaknya palung, kondisi arus dan arah
aliran, sifat-sifat sungai, scouring vertikal/horisontal, jenis
material bangunan atas yang tersedia dan paling efisien.
b) Menentukan dan memperkirakan ukuran dan bahan tipe
abutmen, pilar, fondasi, bangunan pengaman (bila diperlukan)
dengan mempertimbangkan lebar dan kedalaman sungai, sifat
tebing, sifat aliran, endapan/sedimentasi material, benda
hanyutan, scouring yang pernah terjadi.
Page 8
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

c) Memperkirakan elevasi muka jembatan dengan


mempertimbangkan MAB (banjir), MAN (normal), MAR (rendah)
dan banjir terbesar yang pernah terjadi.
d) Menentukan dan memperkirakan posisi/letak lokasi jembatan
dengan mempertimbangan situasi dan kondisi sekitar lokasi, profil
sungai, arah arus/aliran sungai, scouring, segi ekonomi, sosial,
estetika yang terkait dengan alinyemen jalan, kecepatan lalu lintas
rencana, jembatan darurat, pembebanan tanah timbunan dan
quarry.
e) Dari hasil survai recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung
perkiraan volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa
dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana dan
diharapkan dapat mendekati desain final.

4. Survai Geologi dan Geoteknik


Kegiatan yang dilakukan pada survai pendahuluan geologi dan
geoteknik adalah
a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
karakteristik tanah dan batuan.
b) Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang
lokasi pekerjaan.
c) Memberikan rekomendasi pada Higway Engineer dan Bridge
Engineer berkaitan dengan rencana trase jalan dan rencana
jembatan yang akan dipilih.
d) Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus (rawan longsor,
dll).
e) Mencatat lokasi yang akan dilakukan pengeboran maupun lokasi
untuk test pit.
f) Membuat rencana kerja untuk tim survai detail

5. Survai Hidrologi/Hidrolika
Kegiatan yang dilakukan pada survai Hidrologi/Hidrolika adalah
a) Mengumpulkan data curah hujan.
b) Menganalisa luas daerah tangkapan (catchment area).

Page 9
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

c) Mengamati kondisi terain pada daerah tangkapan sehubungan


dengan dengan bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi
pola aliran.
d) Mengamati tata guna lahan.
e) Menginventarisasi bangunan drainase existing.
f) Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.
g) Membuat rencana kerja untuk survai detail.
h) Mengamati karakter aliran sungai/morfologi yang mungkin
berpengaruh terhadap konstruksi dan saran-saran yang
diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaan
berikutnya.

6. Survai Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan pada survai dampak lingkungan adalah :
a) Inventarisasi terhadap zona lingkungan awal yang bertujuan
untuk mengidentifikasi komponen lingkungan yang sensitif, yang
meliputi:
 Aspek Fisik, kimia dan biologi.
 Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
 Pencatatan lokasi bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas
umum dsb.
 Pengambilan contoh air.
 Pengamatan kondisi.
 Foto dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan
analisa.
 Membuat rencana kerja untuk survai detail.

7. Foto Dokumentasi
a) Foto asli, perlu dilakukan sebagai bukti nyata kondisi lokasi
jembatan.
b) Pengambilan medan yang difoto disarankan minimal 4 arah (dua
memanjang dan dua melintang)

Page 10
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

4. Survey Lokasi Quarry dan Material


Survai lokasi quarry dan material ini dilakukan untuk melengkapi
parameter –parameter desain jembatan. Pelaksanaan survey dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Menanyakan kepada Dinas Pekerjaan Umum setempat mengenai
lokasi quarry terdekat dengan lokasi pelaksanaan pekerjaan.
2. Memperkirakan jarak antara lokasi quarry dengan lokasi
pelaksanaan pekerjaan.
3. Bila belum ada lokasi quarry, maka konsultan harus mencari lokasi
quarry yang terdekat dengan lokasi pelaksanaan pekerjaan, serta
memperkirakan jarak antara lokasi pekerjaan dengan lokasi quarry.
4. Pengambilan sampel atau contoh material dari quarry, guna
pelaksanaan pengujian material itu sendiri.
5. Pengujian material di laboratorium dikerjakan berdasarkan
spesifikasi SNI, SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan
sebagai prioritas pertamanya.
6. Jenis-jenis pengujian laboratorium yang dilakukan terhadap
material, ditunjukkan pada table di bawah ini :

Page 11
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

5. Survey Hidrologi dan Hidrolika


Survai hidrologi lengkap digunakan untuk melengkapi parameter –
parameter desain jembatan yang dalam hal ini jembatan yang dimaksud
adalah jembatan diatas lalu lintas sungai atau saluran air, untuk ini
pengumpulan data untuk analisa hihrologi perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1. Tujuan
Tujuan survey hidrologi dan hidrolika yang dilaksanakan dalam
pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data hidrologi dan
karakter/ perilaku aliran air pada bangunan air yang ada (sekitar
jembatan maupun jalan), guna keperluan analisis hidrologi,
penentuan debit banjir rencana (elevasi muka air banjir),
perencanaan drainase dan bangunan pengaman terhadap gerusan,
river training (pengarah arus) yang diperlukan.

2. Ruang Lingkup
Lingkup pekerjaan survey hidrologi dan hidrolika ini meliputi:
a. Mengumpulkan data curah hujan harian maksimum (mm/hr)
paling sedikit dalam jangka 10 tahun pada daerah tangkapan
(catchment area) atau pada daerah yang berpengaruh terhadap
lokasi pekerjaan, data tersebut bisa diperoleh dari Badan
Meteorologi dan Geofisika dan/ atau instansi terkait di kota
terdekat dari lokasi perencanaan.
b. Mengumpulkan data bangunan pengaman yang ada seperti
gorong-gorong, jembatan, selokan yang meliputi: lokasi , dimensi,
kondisi, tinggi muka air banjir.
c. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan
rencana, debit dan tinggi muka air banjir rencana dengan periode
ulang 10 tahunan untuk jalan arteri, 7 tahun untuk jalan
kolektor, 5 tahunan untuk jalan lokal dan 50 tahunan jembatan
dengan metode yang sesuai.
d. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk
memberikan masukan dalam proses perencanaan yang aman.

Page 12
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

e. Menghitung dimensi dan jenis bangunan pengaman yang


diperlukan.
f. Menentukan rencana elevasi aman untuk jalan/ jembatan
termasuk pengaruhnya akibat adanya bangunan air ( aflux).
g. Merencanakan bangunan pengaman jalan/ jembatan terhadap
gerusan samping atau horisontal dan vertikal.

3. Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) No: 03-3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia
(SNI) No: 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perencanaan
Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai).

4. Analisa Hidrologi
Analisa Hidrologi meliputi :
a) Analisa Curah Hujan
Analisa ini dilakukan untuk menentukan :
 Curah hujan efektip atau andalan untuk menghitung
kebutuhan jaringan drainase. Curah hujan efektif atau andalan
adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif
tersedia untuk kebutuhan rencana drainase dan rencana
bangunan palt deuker dan gorong - gorong.
 Curah hujan lebih, dipakai untuk menghitung kebutuhan
pembuangan dan debit banjir.
 Data curah hujan harian yang akan dijadikan dasar untuk
kedua analisis tersebut harus memiliki panjang data minimal
10 tahun pengamatan. Ketentuan lain yang menjadi syarat bagi
analisis ini seluruhnya mengacu pada Kriteria Perencanaan
Bina Marga dari Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen
Pekerjaan Umum.

Analisa curah hujan yang didasarkan pada curah hujan rata-rata


setengah bulanan dilakukan untuk menentukan curah hujan
andalan (R.80) guna keperluan perhitungan hujan efektif dan
Debit andalan, sedangkan analisa curah hujan harian maksimum

Page 13
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

dipakai untuk memperhitungkan debit banjir rencana. Dalam


analisa ini dipakai beberapa metode antara lain :
1. Untuk menentukan curah hujan andalan
- Metode Distribusi Normal
- Metode Basic Year
- Metode Basic Month

2. Untuk menentukan curah hujan rencana


- Metode Log Pearson Type III
- Metode Statistik Gumbell

b) Analisis Curah Hujan Rencana


Besaran curah hujan rencana diperlukan untuk menghitung dan
merencanakan bangunan – bangunan lainnya. Langkah-langkah
dan metode yang dipakai adalah sebagai berikut :
 Susun Curah hujan harian maksimum dari catatan curah yang
dijadikan dasar analisa, dalam hal ini data curah hujan dari
stasiun terdekat wilayah studi
 Hitung curah hujan rencana untuk beberapa kala ulang,
dengan menggunakan metode Log Pearson Type III dan
menbandingkannya menggunakan metode Gumbell, sebagai
berikut :

Metode Log Pearson Type III


Rumus pendekatan yang disarankan;

Dimana :
RT = Curah hujan rencana dengan kala ulang T tahun (mm)
R = Harga rata-rata curah hujan harian maksimum (mm),
nilai
= Curah hujan harian maksimum (mm)
n = Jumlah atau panjang data pengamatan

Page 14
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Slog = Standar Deviasi logatitma curah hujan,

T = Periode ulang

g =

= Faktor frekuensi, dari tabel

Metode Analisa Statistik Gumbell


Rumus pendekatan yang disarankan;

Dimana :
RT = Curah hujan rencana dengan kala ulang T tahun (mm)
R = Harga rata-rata curah hujan harian maksimum (mm), nilai
R =(Log Ri) /N
Ri = Curah hujan harian maksimum (mm)
n = Jumlah atau panjang data pengamatan
Sx = Standar deviasi, Sx=(Ri – R )2 / (n-1)
Sn = Reduced standar deviasi (dari Tabel Sn)
T = Periode ulang
Yt = Reduced variate, Yt=ln{-ln(T-1)/T}
Yn = Reduced mean variate (dari Tabel Yn)

c) Analisa Debit Banjir


Banjir rencana merupakan debit maksimum di sungai dengan
periode ulang (rata-rata) tertentu yang dapat dialirkan tanpa
membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan-
bangunannya. Mengingat data AWLR pencatatan banjir di sungai
tersebut tidak tersedia, maka debit banjir dihitung dengan metode
hubungan empiris antara curah hujan dan limpasan air hujan.

Data penunjang dalam perhitungan debit banjir rencana ini adalah


data curah hujan harian maksimum dan peta daerah pengaliran

Page 15
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

sungai pada skala 1 : 50.000 atau 1 : 250.000. Prosedural dan


metode perhitungan debit banjir yang digunakan adalah sebagai
berikut:
 Mengelaborasi curah hujan harian maksimum dari catatan
curah yang dijadikan dasar analisa, dalam hal ini data curah
hujan dari stasiun terdekat wilayah studi
 Menghitung curah hujan rencana dengan menggunakan
periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahunan.
Perhitungan menggunakan metode Log Person Type III dan
metode Gumbel. Hasil perhitungan disajikan pada Lampiran II.
 Hitung debit banjir rencana berdasarkan besaran hujan
rencana untuk beberapa kala ulang dengan menggunakan
metode Melehior (luas DPS>100 km2), metode Rational
Gumbell, metode Haspers, dan metode hidrograf banjir
Nakayasu.

Diskripsi formulasi dan hasil analisis untuk masing metode adalah


sebagai berikut :

Metode Melchior
Rumus pendekatan yang disarankan

Dimana :
Qt = Debit banjir rencana kala ulang T tahun (mm)
 = Koefisien pengurangan luas daerah hujan
 = Koefisien Limpasan Air Hujan (Run Off)
qn = Debit per satuan luas (m3 /det /km 2)
A = Luas daerah tangkapan (km2), nilai identik luas ellips

T = Waktu konsentrasi (jam)


L = Panjang Sungai

Page 16
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

L’ = Panjang teoriti sungai, nilai L’=0,9L


I = Kemiringan dasar sungai rata-rata, nilai I=dH/L’
L1 = Panjang sumbu pendek ellips
L2 = Panjang sumbu panjang ellips.

Persyaratan dalam perhitungan dengan pendekatan tersebut


diuraikan berikut ini;
 Untuk menentukan besaran  didasarkan pada tanaman
penutup pada daerah tangkapan, untuk studi ini diasumsi  =
0,70
 Untuk menentukan besaran q didasarkan pada luas ellips dan
lama waktu anggapan awal konsentrasi To, dihitung
berdasarkan tabel
 Untuk menentukan besaran qno didasarkan pada koefisien
pengurangan luas dan curah hujan rencana, dihitung
berdasarkan rumus : =qno = q Rt / 200
 Kemudian dihitung besaran debit puncak Qt. Selanjutnya
berdasarkan Qt tersebut dihutung waktu konsentrasi T. Bila
TTo perhitungan diulang dengan mencoba besaran lain untuk
To. Demikian seterusnya sampai didapat T=To
 Perhitungan seperti tersebut diatas dilakukan untuk semua
harga hujan rancana setiap kala ulang.

Metode Rasional
Sebagai pembanding debit banjir rencana dihitung pula dengan
cara Rasional yang merupakan pendekatan empiris dengan
persamaan sebagai berikut :

Dimana :
Q = Debit rencana periode ulang T tahun
A = Luas daerah tangkapan
 = Koefisien run off
r = Intensitas hujan selama t, nilai r=(R/24)(24/t) 2/3
Page 17
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

t = Waktu Konsentarsi, nilai t=L/V untuk V=72(dH/L) 0,6


R = Hujan harian rencana
V = Kecepatan perambatan banjir
L = Panjang sungai
dH = Beda tinggi antara puncak Catchment Area dengan titik
tangkap (bendung)

Metode Haspers.
Rumus pendekatan yang disarankan

Dimana :
Qt = Debit banjir rencana kala ulang T tahun.
 = Koefisien limpasan air hujan, nilainya didekati dengan
=(1+0,012A0,7)/(1+0,075A0,7)
 = Koefisien pengurangan daerah untuk hujan daerah aliran
sungai, nilainya didekati dengan =1/{t+(3,7*10-04)}
qt = Lapisan per km2 daerah tadah, dengan kala ulang T tahun
A = Luas daerah aliran sungai
t = Lama curah hujan, dihitung t=0,1 L0,8 I-0,3
rt = Hujan dengan kala ulang T tahun dengan persyaratan;
- untuk t < 2 jam, nilai rt = Rt/{t+1-0,008(260-Rt)(2-t)2}
- untuk 2jam<t<19jam, nilai rt=t*Rt/(t+1)
- untuk 19 jam < t < 30 hari, nilai rt = 0,707*Rt (1+t)0,5
Rt = Curah hujan rencana kala ulang T tahun
L = Panjang efektif sungai
I = Kemiringan sungai rata-rata

Metode Hidrograf Banjir Nakayasu


Berhubung karena data pengamatan pengaliran sungai tidak
tersedia, maka nalisis hidrograf banjir ini diperlukan untuk
menggambarkan karaketristik pengaliran pada kedua sungai
tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah metode Nakayasu,
metode tersebut cukup berhasil digunakan di Jepang.

Page 18
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Data masukan yang diperlukan untuk analisis tersebut adalah


karaketristik daerah pengaliran sungai (DAS) seperti; jenis vegetasi
penutup, kemiringan sungai & lahan, panjang sungai, bentuk
DAS, dan distribusi hujan untuk daerah tersebut. Dengan
masukan tersebut, maka hanya distribusi hujan jam-jaman yang
perlu dianalisis tersendiri dan dibahas berikut ini.

Distribusi Hujan Rencana Jam-Jaman


Pendekatan yang umum digunakan untuk mengevaluasi pola dan
distribusi hujan jam-jaman di Indonesia adalah mengikuti Cara
Perhitungan Design Flood yang diusulkan oleh Tim Peneliti
Departmen PU. Untuk kondisi Indonesia kejadian banjir pada
umumnya diakibatkan oleh hujan 5-7 jam.
Dengan mengacu pada pendekatan tersebut, maka distribusi
hujan 0-5 jam dihitung dengan formulasi;

dan
Dimana;
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = Lama hujan (jam)

Dengan demikian pola distribusi hujan jam-jaman ditabulasikan


berikut ini.
Tabel 7.1. Pola Distribusi Hujan Jam-Jaman
Banjir Pola Hujan Jam-Jaman
Jam ke t Rt(mm) RT(mm)
1 0,58R24 0,58R24
2 0,37R24 0,15R24
3 0,28R24 0,11R24
4 0,23R24 0,08R24
5 0,20R24 0,07R24
Hasil perhitungan pola distribusi hujan jam-jaman untuk berbagai periode ulang
T.

Hidrograf Banjir Nakayasu


Formulasi hidrograf banjir yang dikembangkan oleh Prof.
Nakayasu dinyatakan sebagai berikut ;
Page 19
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Dimana;
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit
puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak (jam)

Perhitungan hidrograf dilakukan dengan memperhatikan bentuk


umum lengkung hidrograf satuan Nakayasu seperti ditunjukkan
pada Gambar 7.3. berikut ini.

Gambar 7.3. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Bagian lengkung naik mempunyai persamaan hidrograf sebagai


berikut;

Dimana;
Qa = Limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/det)
t = Waktu (jam)

Page 20
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Bagian lengkung turun mempunyai persamaan hidrograf sebagai


berikut;

bila

bila

bila

Dimana;
Qd = Limpasan setelah mencapai debit puncak (m3/det)
Tp = Waktu tenggang dihitung dengan Tp=tg+0,8tr dalam mana
untuk:
L < 15 km tg = 0,21*L0,7
L > 15 km tg = 0,4 + 0,058*L
Dimana adalah panjang alur sungai (km) dan tg
merupakan waktu konsentasri (jam).
Nilai tr ditentukan 0,5*tg sampai tg
T0,3 = Nilainya ditentukan T0,3=*tg. Nilai  dievaluasi dari
kondisi aliran berikut ini.
-  = 2 untuk daerah pengaliran biasa
-  = 1,5 untuk bagian hidrograf naik yang lambat dan
bagian menurun yang cepat
-  = 3 untuk bagian hidrograf naik yang cepat dan
bagian menurun yang lambat

6. Perencanaan Geometri dan Alinyemen Jembatan


Survai topografi dilakukan sepanjang lokasi as jalan pada jembatan
yang sesuai dengan rencana lokasi jembatan yang dikehendaki.
Pertimbangan lokasi jembatan didasarkan rekomendasi dari Studi
Kelayakan.

Daerah sekitar sungai yang perlu diukur meliputi :


1. 200m pada kiri dan kanan sungai sepanjang jalan.
2. 100m pada kiri dan kanan as jalan pada daerah sungai.

Page 21
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

3. 50m dari kiri dan kanan tepi sungai.

Pekerjaan Topografi meliputi pekerjaan :


1. Pekerjaan Perintisan
a. Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian
daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan
lancar.
b. Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak
dan sebagainya.

c. Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas


peta topografi atau atas petunjuk Kepala Satker/Project officer.

2. Pekerjaan pengukuran
a. Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan
alat yang baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan
daftar hasil pemeriksaan alat tersebut.
b. Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal
dan aman, dibuat titik tetap (BM) yang diambil dari titik
triangulasi atau lokal.
c. Awal dan akhir kegiatan hendaknya diikatkan pada titik-titik
tetap (BM).
d. Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan di
sepanjang rencana as jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan
mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah
persilangan dengan sungai dan jalan lain sehingga
memungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan standar yang
ditentukan.

3. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal


a. Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon
tertutup.
b. Sisi poligon atau jarak antara titik poligon maksimal 100 meter
diukur dengan peges ukur (meteran).

Page 22
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

c. Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang


patok-patok untuk titik ikat adalah dari beton.
d. Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolit jenis
Wild-T2.

4. Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama
dengan alat pengukuran poligon, jaraknya diukur dengan pegas
(meteran)/jarak langsung, ketelitian poligon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah
titik poligon.
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.
c. Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal kegiatan, dan
pada setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik poligon) pada titik
akhir pengukuran.
d. Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4
biasa dan 4 luar biasa).

5. Pengukuran Titik Vertikal


a. Jenis alat yang digunakan untuk pengukuran ketinggian adalah
cukup dengan alat waterpass jenis NAK-2 atau yang setingkat.
b. Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand
dengan perbedaan pembacaan maksimum 2 mm.
c. Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, dalam arti
pembagian skala jelas dan sama.
d. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) pembacaan, benang
atas, tengah dan bawah.
e. Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB),
mempunyai kontrol pembacaan : 2BT = BA + BB.
f. Ketelitian pengukuran tidak boleh melampaui 10 kali akar D.
g. Referensi leveling menggunakan referensi koordinat geografis.

6. Pengukuran Situasi
a. Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri (To).

Page 23
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

b. Ketelitian alat yang dipakai adalah 10“.


c. Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus
mencakup semua keterangan yang ada di daerah tersebut.
d. Untuk tempat–tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan
lain, pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus).
e. Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar
jalur jalan perlu diberi tanda di atas peta dan di photo (jenis dan
lokasi material).

7. Pengukuran Penampang Memanjang


a. Pengukuran Penampang memanjang dilakukan di sepanjang
sumbu rencana jalan.
b. Alat yang digunakan adalah jenis Theodolit atau alat ukur lain
yang mempunyai ketelitian yang sama.

8. Pengukuran Penampang Melintang


a. Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan
landai dibuat setiap 50 m dan pada daerah-daerah
tikungan/pegunungan setiap 25 m.
b. Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 25 m dan
ke arah dalam 75 m.
c. Lebar pengukuran penampang melintang 50 m ke kiri dan ke
kanan as jalan.
d. Khusus untuk perpotongan dengan sungai/jalan dilakukan
dengan ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus).
e. Alat yang digunakan adalah sejenis Wild – To.

9. Pengukuran Khusus Jembatan


a. Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup
semua keterangan yang ada di sepanjang jalan dan jembatan,
misalnya: rumah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir jalan,
pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang
listrik, tiang telepon, batas-batas bangunan jembatan, sawah,
kebun, arah aliran air dan lain sebagainya.

Page 24
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

b. Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan
dihitung koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak
titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang
direncanakan.
c. Daerah yang diukur 200 meter panjang masing-masing oprit
jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah
sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok
DMJ.
d. Alat yang digunakan adalah sejenis Wild-To.

10. Pemasangan Patok – Patok


a. Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus
dipasang 2 (dua) buah, masing-masing pada awal/akhir, dan
pada patok antara, dipasang dengan interval 1 km dan
berpotongan antara rencana jalan dengan sungai 2 buah
seberang – menyeberang.
b. Patok beton tersebut harus tertanam kedalam tanah sepanjang ±
45 cm (yang terlihat di atas tanah ± 15 cm).
c. Patok-patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut.
d. Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada
pohon-pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-
tanda tertentu misalnya …. (nomor urut/ 2008).
e. Patok poligon maupun patok station diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakan di sebelah kiri ke arah
jalannya pengukuran.
f. Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di
sumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai
tanda.

11. Persyaratan
a. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan
digunakan harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut:
Pemeriksaaan theodolit:

Page 25
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan


nivo tabung.
 Sumbu II tegak lurus sumbu I.
 Garis bidik tegak lurus sumbu II
 Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
 Kesalahan indeks vertikal = 0.
Pemeriksaan alat sifat datar :
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan
nivo tabung.
 Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
 Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus
dicatat dan dilampirkan dalam laporan.

b. Ketelitian dalam pengukuran


Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10”√n, (n adalah
jumlah titik poligon dari pengamatan matahari pertama ke
pengamatan matahari selanjutnya atau dari pengukuran GPS
pertama ke pengukuran GPS berikutnya).
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.

c. Perhitungan
Pengamatan Matahari.
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu
pada tabel almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat
Topografi TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan
harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara
pengamatan matahari yang satu dengan pengamatan
berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar
nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki
sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi
yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.

Page 26
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Perhitungan Sifat Datar.


Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal
(ketelitian 0,5 mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan
pada setiap lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda
tingginya.
Perhitungan Ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur
yang dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung
secara tachimetris.
Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistim
komputerisasi.

d. Keluaran
Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000
untuk jalan dan 1:500 untuk jembatan.
Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga
absis (x) dan ordinat (y)-nya.
Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang
gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil
perhitungan dan tidak boleh dilakukan secara grafis.
Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan
diberi tanda khusus.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan


penampang melintang harus digambarkan pada gambar polygon,
sehingga membentuk gambar situasi dengan interval garis
ketinggian (contour) 1 meter.

e. Pengolahan Data Pengukuran


Perhitungan hasil pengukuran akan diupayakan dengan
menggunakan software aplikasi spredsheet, dalam hal ini akan
digunakan Microsoft Office Excel 2007. Pengolahan data

Page 27
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

pengukuran topografi dilakukan dengan memperhatikan aspek


berikut;
Semua proses perhitungan dilakukan dilapangan dan dibuat
manuskripnya diatas kertas milimeter. Hal ini untuk
memudahkan bila diperlukan pengulangan pengukuran bagi
jalur-jalur ukur yang belum memenuhi syarat /toleransi
kesalahan yang diijinkan.
Selama kegiatan pengukuran dilapangan , setiap hasil ukuran
harus dibuat manuskripsinya (opdracht lapangan) diatas
kertas milimeter, dalam satu lembar yang sama untuk semua
kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jalur mana
yang sudah diukur dan mana yang belum serta bagian mana
yang harus ditambah / dilengkapi.
Semua data yang telah dihitung dan memenuhi persyaratan
dirangkum dan dibundel sesuai jenis kegiatannya serta
seksinya masing-masing.
Semua data dan perhitungan harus diperiksa oleh pengawas
pengukuran yang telah ditunjuk, untuk kemudian mendapat
persetujuan dilakukan penggambaran.
Perhitungan Koordinat Poligon
 Hitungan koordinat poligon utama B(Xb,Yb) didasarkan
pada rumus berikut;
dan
Xb Xa Xab *Sin(ab) dan Yb Ya Yab *Sin(ab)

dimana;
= Absis dn ordinat titik yang dicari
= Absis dan ordinat titik awal / acuan (titik ikat
yang sudah diketahui kordinatnya.
= Jarak datar dari titik A dan B.
= Sudut jurusan awal (O ke A)
= Sudut horizontal di titik A (sudut OAB)
 Ketelitian jarak atau kesalahan relatif jarak poligon
didekati dengan rumus berikut;

Page 28
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

dimana;
KRJ = Kesalahan relatif jarak
= , kesalahan penutup absis

= , kesalahan penutup ordinat


D = Jumlah jarak datar poligon utama

 Sedangkan sudut kesalahan penutup sudut poligon


dihitung dengan rumus berikut;

dimana ;
KPS = Kesalahan penutup sudut
N = Jumlah titik poligon
= Jumlah sudut horizontal (sudut dalam)

 Toleransi kesalahan penutup sudut

 Koreksi sudut
dengan harga definitif
 Koreksi sudut
= merupakan nilai pembulatan naik dan koreksi sudut
dilakukan pada sisi jarak terpendek.

Perhitungan Kontrol Jarak


 Dengan argumen jarak sisi poligon dan hasil hitungan
sudut jurusan definitif setiap sisi, dilakukan selisih ordinat
dan absis dengan formulasi berikut;

dan

Dimana ;
= Koreksi jarak tiap sisi poligon,

Page 29
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

= dan
= Akumulasi Penambahan nilai absis, dan ordinat.
= dan

f. Penggambaran Hasil Pengukuran


Hasil pengukuran topografi dan poligon keliling lokasi rencana
jembatan digambar di atas kertas drafting film (kalkir) dengan
ukuran A1 sebagai master yang menggambarkan lokasi dan areal
skala 1:1000 dan skala 1:100 dan dilengkapi dengan keterangan
gambar serta koordinat dan luas daerah yang terukur.
Peta topografi dibuat dengan menggunakan program AutoCad
Land Development berdasarkan hasil perhitungan data lapangan.
Dari hasil penggambaran peta digital ini kemudian dapat
ditransfer ke program Auto Cad dengan memperhatikan aspek
berikut;
Perhitungan dilakukan dengan proyeksi UTM (Universal
Transverse Mercator), atau dengan menentukan koordinat
lokal yang dihitung dengan program komputer.
Perhitungan Hasil Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan program Swift yang langsung ditransfer dalam
posisi koordinat dengan proyeksi WGS 1984 (World Geodetic
System 1984), yang langsung digambarkan peta topografi
dengan menggunakan program AutoDesk Land Desktop. dan
kemudian ditransfer ke program AutoCad 2007

g. Geometrik Jalan
Geometrik adalah bentuk dari potongan melintang dan
memanjang suatu alur jalanyang mempunyai lebar jalan dan
bahu jalan tertentu dan dapat dilalui oleh kendaraanrencana.
Alur jalan adalah bagian jalan yang terdiri dari permukaan jalan
yangdiperkeras, bahu jalan, dan saluran samping.
Pandangan Bebas dan Tempat Persimpangan

Page 30
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Pandangan Bebas Pandangan bebas harus diperhatikan demi


keselamatan pemakai jalan, baik kendaraan maupun pejalan
kaki, yaitu :
 Tanjakan/Lengkung vertikal dengan pandangan bebas 30
meter.

 Tikungan/Lengkung horisontal dibuat dengan pandangan


bebas 30 meter.

Tempat Persimpangan
Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk
dua kendaraan saling melewati, maka harus disediakan
tempat sebuah kendaraan dapat menunggu kendaraan
berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan dari
tempat yang sebelumnya.

 
Tikungan/Lemgkung Horisontal dan Tikungan Pada Tanjakan
Curam.
 Lengkung Horisontal
Jari-jari Tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam
dibuat dengan pelebaran perkerasan samping dan
kemiringan melintang miring ke dalam.

Page 31
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Tikungan adalah alur jalan yang melengkung. Ada beberapa


ketentuan dalam membuat tikungan, yaitu :
1. Jarak antar tikungan diusahakan minimal 100 meter.
2. Lengkungan merupakan bagian dari lingkaran yang
memiliki jari-jari sama. Panjang jari-jari sebaiknya
cukup besar dan tidak kurang dari 15 meter.
3. Jarak antara titik perpotongan (T) dua alur jalan yang
lurus sampai dengan titikawal perubahan lengkung (A)
disebut jarak L dan panjangnya tidak kurang dari 15
meter.
4. Jarak antara titik perpotongan (T) dua alur jalan yang
lurus sampai dengan titik tengah lengkungan lingkaran
(A) disebut jarak E dan panjangnya tidak kurang dari 5
meter.
5. Pada tikungan, kemiringan melintang hanya ke satu
arah (ke dalam) dengan kemiringan berkisar antara 3 –
5%.

Untuk membuat tikungan, lakukanlah langkah-langkah


berikut :

Page 32
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

1. Tentukan titik pertemuan dua alur yang lurus (T).


2. Tentukan titik lengkungan sebelah kiri (A) dan kanan (B)
sepanjang L
dari titik T.
3. Bagi sudut yan
g terbentuk
antara dua garis lurus tadi dengan sama besar.
4. Tentukan titik B pada garis pembagi tersebut sejauh E
dari titik T.
5. Buat lengkunga
n yang

menghubungkan titik awal lengkungan (A awal), titik


B, dan titik lengkungan (A akhir).

Tikungan pada Tanjakan Curam
Di daerah perbukitan sering dijumpai jalan yang menanjak
dengan kemiringan yang cukup berat, di atas 10%. Apabila
terdapat tikungan tajam di daerah tersebut, jalan harus
dibuat seperti yang tercantum dalam gambar :

  
Tanjakan/Lengkung Vertikal
Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu
jalan, serta membuat jalan lebih berbahaya. Jalan yang
sangat curam juga lebih sulit dipadatkan dengan mesin gilas,
dan permukaan jalan dan saluran air lebih sering harus
dipelihara dan diperbaiki.

Page 33
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Pengukuran tanjakan adalah dengan rumus "jumlah meter


naik per set tap seratus meter horizontal" (10 meter naik per
100 meter horisontal sama dengan tanjakan10%).

Untuk meningkatkan kenyamanan serta keselamatan


pengguna jalan, pilih trase jalan supaya tanjakan tidak terlalu
curam. Jika jalan menanjak terus, tanjakan maksimum
dibatasi 7%.

Tanjakan maksimum dibatasi


20% dengan panjang 150 m.
Setelah itu, harus disediakan
bagian datar atau bagian menurun. Apabila trase jalan belum
memenuhi persyaratan ini, seharusnya dipindahkan supaya
trasenya lebih
ringan.

Tikungan dibuat
pada bagian datar untuk mempermudah perjalanan bagi yang
naik atau turun.

Pembuangan air dari saluran pinggir jalan diatur supaya air


tidak melintangi jalan dan
mengganggu kendaraan :
 saluran dari atas diteruskan
lurus ke depan dan airnya
dibuang jauh dari jalan.
 saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian
datar (sesudah tikungan).

7. Penentuan Lebar dan Bentang Jembatan


Penentuan lebar jembatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting, yaitu :

Page 34
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

a. Faktor pertumbuhan ekonomi daerah setempat


b. Faktor perkembangan lalu-lintas
c. Faktor Lalu-lintas Harian Rata-rata (LHR).

Sedangkan penentuan bentang jembatan sangat dipengaruhi oleh


beberapa faktor penting, yaitu :
a. Topografi daerah setempat
b. Kondisi tanah dasar
c. Kondisi aliran sungai

8. Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan


Pemilihan bentuk struktur jembatan sangat dipengaruhi oleh factor-
faktor berikut ini :
1. Pemilihan Lokasi/Alinyemen
Pada umumnya jembatan-jembatan direncanakan dengan mengikuti
rencana alinyemen dari jalan raya yang telah ditentukan terlebih
dahulu, akan tetapi dalam kondisi khusus dimana kemungkinan-
kemungkinan untuk membangun jembatan yang telah ditentukan
tersebut tidak memungkinkan (karena kondisi tanah atau kondisi
aliran sungai) maka dimungkinkan alinyemen jalan sedikit
dikorbankan.

2. Penentuan Kondisi Eksternal ( geometri jembatan, panjang, lebar dan


tinggi )
Pada pemilihan bentang panjang, posisi abutment, pier dan arah
jembatan harus mempertimbangkan unsur-unsur yang paling
dominan, yaitu :
o Topografi daerah setempat
o 􀂾 Kondisi tanah dasar
o 􀂾 Kondisi aliran sungai

3. Stabilitas Konstruksi
Stabilitas jembatan tentu saja menjadi tujuan utama dari
perencanaan jembatan, dengan selalu terikat pada prinsip bahwa

Page 35
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

konstruksi harus memenuhi kriteria : kuat, kokoh dan stabil. Dalam


perencanaan dimungkinkan dilakukan kajian alternatif, sehingga
dipilih alternatif yang paling baik.

4. Ekonomis
Pertimbangan konstruksi juga harus memperhitungkan faktor
ekonomis. Dengan biaya seekonomis mungkin dapat dihasilkan
jembatan yang kuat dan aman.

5. Pertimbangan Pelaksanaan
Metode pelaksanaan harus mempertimbangkan kondisi lalu lintas
yang ada agar tetap berjalan dengan aman dan lancar.

6. Pertimbangan Pemeliharaan
Pertimbangan aspek pemeliharaan dalam perencanaan jembatan
akan tetap mendapatkan perhatian perencana dalam memilih bahan
konstruksi dan tipe konstruksinya, misalnya faktor pengaruh air,
garam zat korosif dan sebagainya.

7. Keamanan dan Kenyamanan


Aspek keamanan merupakan faktor utama dalam perencanaan
jembatan, misalnya dalam pemasangan railing, trotoar tinggi dan
lain-lain. Aspek kenyamanan terletak pada alinyemen di sekitar
jembatan ( terutama bila di tikungan ) yang perlu dibuat dengan jari-
jari yang cukup besar dan perbedaan kelandaian yang kecil.

8. Estetika
Bentuk penampilan yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan tipe setiap elemen konstruksi
jembatan.

9. Perencanaan Struktur Atas Jembatan


Parameter Perencanaan Bangunan Atas

Page 36
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

1. Bangunan atas jembatan menggunakan standar BM sesuai bentang


ekonomis & kondisi lalu – lintas air.
2. Penggunaaan bangunan atas diutamakan dari sistem gelagar beton
bertulang.
3. Perencanaan bangunan atas jembatan harus memperhatikan
perilaku jangka panjang material dan kondisi sekitar lingkungan
jembatan.

10. Perencanaan Struktur Bawah Jembatan


Parameter Perencanaan Bangunan Bawah
1. Perencanaan struktur bawah jembatan dilakukan dengan
menggunakan Limit States atau rencana keadaan batas berupa
Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS).

2. Tinggi Abutmen dan Pilar


a. Abutmen
- Abutmen tipe cap : 1,5 – 2,0 meter
- Abutmen tipe kodok : 2,0 – 3,5 meter
- Abutmen tipe dinding penuh : > 4,0 meter
- Ketinggian abutmen juga disesuaikan dengan kondisi tanah
dan lokasi pekerjaan.

b. Pilar
- Pilar balok cap : < 10 meter
- Pilar dinding penuh : 5 – 25 meter
- Pilar portal satu tingkat : 5 – 15 meter
- Pilar portal dua tingkat : 15 – 25 meter
- Pilar kolom tunggal : 5 – 15 meter (zona gempa besar
dihindarkan)

3. Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka


panjang material dan kondisi lingkungan. Persyaratan tebal selimut
beton yang digunakan adalah untuk daerah normal = 30 mm dan
pada daerah yang agresif = 50 mm.

Page 37
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

11. Perencanaan Pondasi Jembatan


1. Menggunakan Working Stress Design (WSD)
2. Penentuan jenis Pondasi jembatan :
- Pondasi dangkal, kedalaman optimal –
- Pondasi caisson, 3,0 – 9,0 m
- Pondasi tiang pancang pipa baja, kedalaman 7,0 – 50 m
- Pondasi tiang pancang beton pratekan, kedalaman 18 – 30 m
- Pondasi tiang bored, kedalaman 18 – 30 m
3. Jenis pondasi diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan
termasuk dimensinya. Dihindari pondasi langsung untuk daerah
dengan gerusan besar.

12. Perencanaan Prasarana Utilitas


Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanaan bangunan
pelengkap dan pengaman jembatan dalam pekerjaan ini adalah :
a. Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan
b. Undang – Undang Lalu lintas No.14 Tahun 1992.
c. Pedoman marka jalan, Pd T-12-2004-B
d. Gambar Standar Pekerjaan Jembatan.

13. Perencanaan Bangunan Pelengkap Jembatan


Perencanaan komponen pelengkap dan pengaman jembatan meliputi :
e. Rambu dan marka pada jembatan
f. Pagar pengaman jembatan
g. Lampu penerangan pada jembatan
h. Struktur pengaman pada pilar jembatan terutama untuk
menghindari tumbukan langsung dengan pilar jembatan.

1. Perencanaan Stabilitas Badan Jalan pada opreat


Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur
geologi yang ada, jenis dan karekteristik batuan dan kondisi lereng.
Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu
gerakan tanah atau longsoran yang sudah ada di lapangan,
perkiraan longsoran yang mungkin terjadi (hasil analisis) akibat

Page 38
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

jenis, arah dan struktur lapisan batuan, dan longsoran yang dapat
terjadi akibat pembangunan jalan. Untuk ketiga hal di atas harus
diidentifikasi jenis gerakan, faktor penyebabnya, dan usaha-usaha
penanggulangannya.

14. Penggambaran Rencana Konstruksi Jembatan


1. Rancangan (Draft Perencanaan Teknik)
Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari
setiap detail perencanaan dan mengajukannya kepada pengguna
jasa untuk diperiksa dan disetujui.
Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep
perencanaannya antara lain :
a. Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala
1:1000 untuk jalan.
b. Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal
1:1000 untuk jalan.
c. Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik
STA (interval 50 meter), namun pada segmen khusus harus dibuat
dengan interval lebih rapat. Gambar potongan melintang dibuat
dengan skala horizontal 1:100 dan skala vertikal 1:50.
d. Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan
 Profil tanah asli dan profil/dimensi RUMIJA (ROW) rencana
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
 Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).
e. Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar
dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang
diperlukan antara lain,
 Gambar konstruksi existing yang ada.
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada
 ketinggian yang berbeda-beda.
 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
 Rincian konstruksi perkerasan
 Penampang bangunan pelengkap

Page 39
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median


 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)
f. Gambar rencana jembatan yang mencakup, peta lokasi, situasi
existing, tampak, potongan dan denah, tabel dan type penulangan
dan detail dari keseluruhan konstruksi jembatan yang
direncanakan.
g. Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar bangunan
pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.
h. Keterangan mengenai mutu bahan.

2. Gambar Rencana (Final Desain)


Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah rancangan
perencanaan disetujui oleh pengguna jasa dengan memperhatikan
koreksi dan saran yang diberikan.
Gambar rencana akhir terdiri dari gambar-gambar rancangan yang
telah diperbaiki dan dilengkapi dengan:
a. Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
b. Daftar isi.
c. Peta lokasi proyek.
d. Peta lokasi Sumber Bahan Material (Quarry).
e. Daftar simbol dan singkatan.
f. Daftar bangunan pelengkap dan volume.
g. Daftar rangkuman volume pekerjaan.

15. Spesifikasi Teknik


Spesifikasi Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
perencanaan adalah Spesifikasi Teknis 2010 (revisi 1), yang dikeluarkan
oleh Kementrian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.

Adapun jumlah divisi dalam Spesifikasi Umum 2010 dan perkiraan jumlah mata
pembayaran, adalah sebagai berikut:
No Spesifikasi Umum 2010
Divisi Jumlah Mata

Page 40
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Pembayaran
I Umum 10
II Drainase 19
III Pekerjaan Tanah 18
IV Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan 7
V Perkerasan Berbutir 11
VI Perkerasan Aspal 47
VII Struktur 105
VIII Pengembalian Kondisi & Pekerjaan Minor 51
IX Pekerjaan Harian 20
X Pekerjaan Pemeliharaan Rutin 5

16. Analisa Harga Satuan Pekerjaan


Analisa Harga Satuan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
adalah Panduan Analisa Harga Satuan No 008-1/BM/2008 yang
merupakan pengembangan (revisi) dari Panduan Analisa Harga Satuan
No. 008/BM/2008 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 2008.

Analisa harga satuan pekerjaan dihitung dengan memperhatikan


komponen-komponen dasar pelaksanaan pekerjaan, seperti :
a. Kebutuhan alat, biaya operasi, bahan bakar pelumas, spare parts
dan operator.
b. Material dan bahan yang diperlukan termasuk biaya pajak, retribusi
galian C.
c. Sumber daya manusia berupa buruh, mandor, tenaga menengah
dan engineer.
d. Overhead dan profit

Untuk menganalisa perkiraan harga satuan dengan menggunakan AHS,


diperlukan data antara lain :
1. Spesifikasi, Peraturan dan Ketentuan yang berlaku
2. Data Kegiatan pekerjaan
3. Data EE (Estimate Engineering) dan Gambar rencana

Page 41
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

4. Peta Quarry.
5. Data Sumber Material (bahan dll)
6. Data Harga Satuan Dasar (bahan, bahan olahan dan bahan jadi)
7. Data Harga Alat
8. Data Upah (tenaga kerja)

17. Perhitungan Volume Pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya.


Volume setiap item pekerjaan jembatan dihitung berdasarkan gambar
detail jembatan. Sebagai batasan dalam pelaksanaan pekerjaan
perhitungan volume adalah Spesifikasi Teknik.
Rencana Anggaran Biaya merupakan hasil kompilasi antara volume
pekerjaan yang telah dihitung dengan teliti dikalikan dengan Harga
satuan tiap item pekerjaan dari hasil analisa harga satuan untuk
mendapatkan jumlah biaya pekerjaan dari tiap item yang dihitung.
Hasil Dari Perhitungan ini dituangkan kedalam lembaran Rekapitulasi
Rencana Anggaran Biaya, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan
Biaya Total Pelaksanaan Konstruksi. Biaya ini harus dikalikan dengan
PPN 10% sebagai kewajiban pembayaran pajak bagi negara.
Penjumlahan antara Biaya Total Pelaksanaan Konstruksi dan PPN 10%,
merupakan Jumlah Biaya Total Secara Keseluruhan dari pelaksanaan
pekerjaan.

TEKNIK DAN PROSEDUR


PENGUMPULAN DATA

1. Teknik Pengumpulan Data Tanah

Page 42
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Pengumpulan data tanah untuk perencanaan jembatan dapat dengan


kegiatan sebagai berikut :
a. Sondir
Alat yang digunakan adalah jenis penetrometer kerucut CPT (Cone
Pentrometer Test).Pengujian ini dipakai untuk mencatat hambatan
dan beseran kerucut dengan menggunakan geseran selubung
(mantel) penetrometer kerucut.
Penetrasi kerucut dilakukan kedalam tanah secara perlahan-lahan,
pembacaan dan pencatataan hambatan kerucut dilakukan setiap 20
Cm dengan melihat pada manometer yang terdapat pada alat sondir.
Penetrasi dilakukan sehingga hambatan mencapai nilai qc = 250
Kg/Cm2, sesuai dengan kedalaman tanah yang didapat.

Jumlah pengujian minimum yang harus dilakukan dalam


pelaksanaan pekerjaan sondir adalah :
- Dua pengujian sondir untuk tiap kepala jembatan/abutmen.
- Satu pengujian sondir untuk tiap pilar jembatan.

b. Bor Tangan
Bor tangan menggunakan pipa jenis Auger.
Lubang Bor dibuat dengan pemutaran satu seri pipa bor dengan
auger diujungnya dan perpanjangan pipa.
Cara ini terbatas untuk tanah lembek dan terlalu plastis, serta untuk
mencapai kedalama maksimum 10-15 meter. Lapisan tanah yang
padat dan berbatu biasanya tidak dapat diyembusa dengan
menggunakan bor tangan.

c. Bor Mesin
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan bor mesin
misalnya bagaimana untuk mencapai lapangan karena beratnya
peralatan, tersedianya peralatan, kedalaman pengeboran yang

Page 43
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

dikehendaki, perkiraan kondisi tanah/batu dan perhitungan ekonomi


pengujian ini.
Pengeboran pipa inti dan pengeboran putaran dipertimbangkan
sebagai cara yang paling dapat dilaksanakan untuk penyelidikan
dibawah permukaan tanah. Dengan cara ini praktis semua jenis
tanah/batu dapat dapat diselidiki, termasuk pengambilan contoh
tanah terganggu dan tidak terganggu dengan menggunakan alat
pengambil contoh tanah yang tepat.
Pengeboran dengan pencucian/air harus dihindari dan pipa selubung
harus digunakan, jika lubang pengeboran cenderung untuk runtuh.

d. Pengujian Penetrasi Standar (Standar Penetration Test = SPT)


Pengujian ini dilakukan dengan pipa yang terpisah. Jumlah pukulan
dicatat untuk mencapai penurunan kedalaman 3 x 15 cm. Contoh
tanah yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai sebuah ‘log’
(catatan) lubang bor dan untuk pengujian.
Untuk pengujian standar digunakan pipa terpisah (split barrel)
mempunyai diameter 35 mm dan diameter luar 50,8 mm, berat palu
63,5 kg dan tinggi jatuh bebas 0.762 m. Jumlah pukulan dicatat
setiap penurunan 15 cm dan dilakukan untuk 3 x 15 cm penurunan
berurutan.

2. Survey Topografi
Pengumpulan data topografi dilakukan dengan beberapa cara, antara
tanah untuk perencanaan jembatan lain :
a. Pengukuran Situasi
Pengukuan ini dilakukan pada daerah lokasi jembatan. Tujuan
pengukuran ini adalah untuk mendapatkan peta situasi daerah
sekitar lokasi jembatan, antara lain letak jembatan yang lama (bila
ada), bangunan pelengkap jembatan yang sudah ada di lokasi
jembatan serta bangunan perumahan atau hal-hal lainnya yang ada
di sekitar lokasi jembatan. Pengukuran ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan alat ukur Theodolith.

Page 44
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

b. Pengukuran Polygon terbuka


Pengukuran ini biasanya dilakukan pada jalan pendekat jembatan
maupun daerah aliran sungai di sekitar lokasi jembatan. Tujuan dari
pengukuran ini adalah untuk mendapatkan arah dan jalur yang
benar dari jalan pendekat maupun daerah aliran sungai pada lokasi
jembatan. Pengukuran polygon pada ruas jalan pendekat biasanya
dilakukan dengan interval jarak 50 m pada jalur jalan yang lurus,
sedangkan pada jalur yang menikung intervalnya menjadi 25 m.
Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat ukur
theodolith.

c. Pengukuran Sipat Datar.


Pengukuran ini biasanya dilakukan pada jalur jalan pendekat
maupun daerah aliran sungai pada lokasi jembatan. Tujuan dari
pengukuran ini adalah untuk mendapatkan profil melintang dari
jalan pendekat maupun daerah aliran sungai dengan jarak tertentu
(STA). Pengukuran sipat datar ini dilakukan dengan jarak 25 m, pada
jalur jalan pendekat yang lurus, dan pada daerah tikungan interval
jaraknya lebih diperkecil sesuai dengan kebutuhan.

3. Formulir-formulir Yang Digunakan


Formulir yang digu nakan dalam pelaksanaan pekerjaan survey
jembatan di sesuaikan dengan kebutuhan survey yang dilakukan.

Untuk Survey Pendahuluan jembatan digunakan :


1. Form BS I : Suvey Jembatan, Umum
2. Form BS II : Suvey Jembatan, Sketsa
3. Form BS III : Suvey Jembatan, Volume dan Bagian-bagian Baru

Untuk Survey Pengumpulan Data Tanah digunakan :


1. Formulir Standar Pelaksanaan Sondir (CPT).
2. Formulir Standar Pelaksanaan Boring.

Page 45
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

3. Formulir Standar Pelaksanaan SPT.

Untuk Survey Pengumpulan Data Topografi digunakan :


1. Formulir Standar Pengukuran Situasi/Polygon.
2. Formulir Standar Pengukuran Sipat Datar.

PELAPORAN
Page 46
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

1. LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahluan ini memuat :
a) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh
b) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
c) Jadwal kegiatan penyedia jasa.
Laporan harus diserahkan selambat – lambatnya 1 (satu) bulan sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

2. LAPORAN ANTARA
Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat – lambatnya 2 (dua) bulan sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

3. DRAFT LAPORAN AKHIR DAN LAPORAN AKHIR


Draft Laporan Akhir memaut konsep dari Laporan Akhir yang berisi
semua hasil kegiatan konsultan dalam proses pelaksanaan konsultan.
Laporan Akhir merupakan penyempurnaan draft laporan akhir yang
memuta progress perencanaan dan Detailed Engineering Design.

4. GAMBAR RENCANA
Gambar Rencana yang dibuat harus memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Plan digambar di atas peta situasi dengan skala 1 : 500
b) Potongan/penampang memanjang
c) Potongan/penampang melintang (Cross section)
d) Perhitungan perencanaan
e) Gambar bangunan jembatan
f) Standar-standar dari bangunan pengaman lainnya (bangunan
penahan erosi dan lain-lain).

5. LAPORAN RINGKASAN EKSLUSIF


Laporan Ringkas adalah merupakan rangkuman secara singkat dan
padat mengenai seluruh isi laporan akhir.

Page 47
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Laporan akhir dan Exekutive Summary tersebut harus direkam dalam


betuk CD termasuk Perencanaan dan perhitungan volume pekerjaan,
sebanyak 5 keping dan diserahkan kepada pengguna jasa bersama-sama
penyerahan laporan akhir.

6. DOKUMEN LELANG
Dokumen ini terdiri dari BAB I sampai dengan BAB VIII tiap set,
diserahkan bersama laporan akhir sebanyak 5 (lima) set.
Dokumen Lelang mencakup:
Bab I Umum
Bab II Pengumuman pelelangan umum/pemilihan langsung dengan
pascakualifikasi
Bab III Instruksi kepada peserta (IKP)
Bab IV Lembar data pemilihan (LDP)
Bab V Lembar data kualifikasi (LDK)
Bab VI Bentuk dokumen penawaran
Bab VII Petunjuk pengisian formulir kualifikasi
Bab VIII Tata cara evaluasi kualifikasi
Bab IX Bentuk kontrak
Bab X Syarat-syarat umum kontrak (SSUK)
Bab XI Syarat-syarat khusus kontrak (SSKK)
Bab XII Spesifikasi teknis dan gambar
Bab XIII Daftar kuantitas dan harga
Bab XIV Bentuk dokumen lain

RENCANA KERJA DAN ORGANISASI


KONSULTAN
Page 48
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

1. RENCANA KERJA
Rencana Kerja Konsultan dapat diuraikan pada tabel di bawah ini.

2. STRUKTUR ORGANISAI KONSULTAN

Page 49
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

3. PERSONIL KONSULTAN DAN TANGGAL MOBILISASI

4. ALAMAT DAN KANTOR MESS KONSULTAN


1. Alamat Kantor Pusat CV. Nurlita Consultant.
Page 50
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

Jl. Silale No. 2 – Ambon


Telp. (0911) 343094

2. Alamat Kantor Cabang Kab. Buru Selatan.


Jl. Wadud, Desa Elfule – Namrole.
Kabupaten Buru Selatan

Page 51
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru

LAMPIRAN
FORMULIR-FORMULIR

Page 52

Anda mungkin juga menyukai