PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Jalan (termasuk jembatan) sebagai bagian dari transportasi darat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan
ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan yang dikembangkan dengan
melalui program pendekatan wilayah agar tercapai keseimbangan dan
pemerataan dalam pembangunan antar daerah. Kebijakan Pemerintah
dalam upaya mempercepat program pembangunan prasarana
transportasi darat khususnya jembatan diarahkan pada standarisasi
bangunan atas, baik dengan cara menyediakan stok komponen
bentang standar maupun penyediaan standar konstruksi jembatan
yang kemudian dapat dibuat ulang.
Teknologi pembangunan jembatan telah mengalami perkembangan
yang pesat dari tahun ke tahun mulai dari peraturan perencanaan,
teknologi bahan pembentuk, teknologi perencanaan, teknologi
pelaksanaan pekerjaan, sampai dengan teknologi rehabilitasi bangunan
lama. Sehingga penguasaan teknologi tersebut mutlak dibutuhkan
dalam pembangunan jembatan.
Pembangunan sarana transportasi darat di Provinsi Maluku
merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan terutama pada
daerah-daerah strategis dan potensial. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi dari sub sector jalan yang berkaitan dengan
system transportasi dan penggunaan jalan guna mempermudah dan
meningkatkan akses transportasi darat.
Berpedoman pada hal-hal tersebut diatas, Pemerintah Provinsi Maluku
melalui Dinas Pekerjaan Umum, Bidang Pengembangan Prasarana
Jalan dan Jembatan melakukan kegiatan Perencanaan Teknis
Jembatan di Pulau Buru. Perencanaan Jembatan ini diaksanakanguna
menunjang kegiatan fisik yang akan dilaksanakan pada tahun
anggaran berikutnya.
Page 1
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
b. Tujuan.
Merencanakan desain jembatan lengkap beserta Dokumen Lelang
dan Gambar Perencanaan untuk proses pelaksanaan pekerjaan
Pembangunan Jembatan di Pulau Buru.
4. KRITERIA PERENCANAAN
Pelaksaaan Pekerjaan Perencanaan Jembatan melingkupi kriteria
sebagai berikut :
1. Peraturan-peraturan yang dipergunakan
2. Mutu material yang dipergunakan
3. Metode dan asumsi pada perhitungan
4. Metode dan asumsi dalam penentuan pemilihan type struktur
atas, struktur bawah dan pondasi
Page 2
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Page 3
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
METODOLOGI
Page 4
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Page 5
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
2.2 Boring
Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang umum
dilaksanakan di lingkungan Bina Marga dengan bentang > 60 m
(relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan bor-
mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana
kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 m disertai alat split
spoon sampler untuk Standar Penetration Test ( SPT ) menurut
AASHTO T 206 – 74.
Boring dan sampling harus dikerjakan dengan memakai
”Manual Operated Auger” dengan kapasitas hingga kedalaman
10 m.
Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk
mendapatkan undisturbed sample yang diinginkan dengan baik,
dapat digunakan mata bor steel bit untuk tanah clay, silt dan
mata bor jenis core barrel.
Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung
mudah runtuh.
Page 6
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
3. Survey Pendahuluan
Survai pendahuluan disini dilakukan sebagai tahap awal untuk
mendapatkan data – data lapangan yang diperlukan dalam proses
perencanaan jembatan untuk pembangunan baru maupun penggantian
jembatan, dengan kegiatannya diantaranya mencatat semua data pada
lokasi jembatan lama yang sudah ada maupun yang belum ada, guna
menentukan perkiraan, saran yang diusulkan, meliputi :
1. Survai Geometrik
Kegiatan yang dilakukan pada survai pendahuluan adalah
a) Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain
geometric (alinyemen horisontal dan vertikal) berdasarkan
pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh
Highway Engineer yang melaksanakan pekerjaan ini dengan
melakukan pengukuran-pengukuran secara sederhana dan
benar (jarak, azimut dan kemiringan dengan helling meter) dan
membuat sketsa desain alinyemen horizontal maupun vertikal
secara khusus untuk lokasi-lokasi yang dianggap sulit, untuk
memastikan trase yang dipilih akan dapat memenuhi
persyaratan geometrik yang dibuktikan dengan sketsa horizontal
dan penampang memanjang rencana trase jalan.
b) Didalam penarikan perkiraan desain alinyemen horizontal dan
vertikal harus sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan
kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi : galian dan
timbunan.
c) Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu
mengambil keputusan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan
anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini.
Page 7
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
2. Survai Topografi
Kegiatan yang dilakukan pada survai topografi adalah
a) Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok
beton Bench Mark di awal dan akhir Pelaksanaan.
b) Mengamati kondisi topografi.
c) Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran
khusus serta morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan
perpanjangan koridor.
d) Membuat rencana kerja untuk survai detail pengukuran.
e) Menyarankan posisi patok Benchmark pada lokasi/titik yang akan
dijadikan referensi.
5. Survai Hidrologi/Hidrolika
Kegiatan yang dilakukan pada survai Hidrologi/Hidrolika adalah
a) Mengumpulkan data curah hujan.
b) Menganalisa luas daerah tangkapan (catchment area).
Page 9
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
6. Survai Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan pada survai dampak lingkungan adalah :
a) Inventarisasi terhadap zona lingkungan awal yang bertujuan
untuk mengidentifikasi komponen lingkungan yang sensitif, yang
meliputi:
Aspek Fisik, kimia dan biologi.
Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
Pencatatan lokasi bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas
umum dsb.
Pengambilan contoh air.
Pengamatan kondisi.
Foto dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan
analisa.
Membuat rencana kerja untuk survai detail.
7. Foto Dokumentasi
a) Foto asli, perlu dilakukan sebagai bukti nyata kondisi lokasi
jembatan.
b) Pengambilan medan yang difoto disarankan minimal 4 arah (dua
memanjang dan dua melintang)
Page 10
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Page 11
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
2. Ruang Lingkup
Lingkup pekerjaan survey hidrologi dan hidrolika ini meliputi:
a. Mengumpulkan data curah hujan harian maksimum (mm/hr)
paling sedikit dalam jangka 10 tahun pada daerah tangkapan
(catchment area) atau pada daerah yang berpengaruh terhadap
lokasi pekerjaan, data tersebut bisa diperoleh dari Badan
Meteorologi dan Geofisika dan/ atau instansi terkait di kota
terdekat dari lokasi perencanaan.
b. Mengumpulkan data bangunan pengaman yang ada seperti
gorong-gorong, jembatan, selokan yang meliputi: lokasi , dimensi,
kondisi, tinggi muka air banjir.
c. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan
rencana, debit dan tinggi muka air banjir rencana dengan periode
ulang 10 tahunan untuk jalan arteri, 7 tahun untuk jalan
kolektor, 5 tahunan untuk jalan lokal dan 50 tahunan jembatan
dengan metode yang sesuai.
d. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk
memberikan masukan dalam proses perencanaan yang aman.
Page 12
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
3. Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) No: 03-3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia
(SNI) No: 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perencanaan
Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai).
4. Analisa Hidrologi
Analisa Hidrologi meliputi :
a) Analisa Curah Hujan
Analisa ini dilakukan untuk menentukan :
Curah hujan efektip atau andalan untuk menghitung
kebutuhan jaringan drainase. Curah hujan efektif atau andalan
adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif
tersedia untuk kebutuhan rencana drainase dan rencana
bangunan palt deuker dan gorong - gorong.
Curah hujan lebih, dipakai untuk menghitung kebutuhan
pembuangan dan debit banjir.
Data curah hujan harian yang akan dijadikan dasar untuk
kedua analisis tersebut harus memiliki panjang data minimal
10 tahun pengamatan. Ketentuan lain yang menjadi syarat bagi
analisis ini seluruhnya mengacu pada Kriteria Perencanaan
Bina Marga dari Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen
Pekerjaan Umum.
Page 13
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Dimana :
RT = Curah hujan rencana dengan kala ulang T tahun (mm)
R = Harga rata-rata curah hujan harian maksimum (mm),
nilai
= Curah hujan harian maksimum (mm)
n = Jumlah atau panjang data pengamatan
Page 14
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
T = Periode ulang
g =
Dimana :
RT = Curah hujan rencana dengan kala ulang T tahun (mm)
R = Harga rata-rata curah hujan harian maksimum (mm), nilai
R =(Log Ri) /N
Ri = Curah hujan harian maksimum (mm)
n = Jumlah atau panjang data pengamatan
Sx = Standar deviasi, Sx=(Ri – R )2 / (n-1)
Sn = Reduced standar deviasi (dari Tabel Sn)
T = Periode ulang
Yt = Reduced variate, Yt=ln{-ln(T-1)/T}
Yn = Reduced mean variate (dari Tabel Yn)
Page 15
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Metode Melchior
Rumus pendekatan yang disarankan
Dimana :
Qt = Debit banjir rencana kala ulang T tahun (mm)
= Koefisien pengurangan luas daerah hujan
= Koefisien Limpasan Air Hujan (Run Off)
qn = Debit per satuan luas (m3 /det /km 2)
A = Luas daerah tangkapan (km2), nilai identik luas ellips
Page 16
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Metode Rasional
Sebagai pembanding debit banjir rencana dihitung pula dengan
cara Rasional yang merupakan pendekatan empiris dengan
persamaan sebagai berikut :
Dimana :
Q = Debit rencana periode ulang T tahun
A = Luas daerah tangkapan
= Koefisien run off
r = Intensitas hujan selama t, nilai r=(R/24)(24/t) 2/3
Page 17
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Metode Haspers.
Rumus pendekatan yang disarankan
Dimana :
Qt = Debit banjir rencana kala ulang T tahun.
= Koefisien limpasan air hujan, nilainya didekati dengan
=(1+0,012A0,7)/(1+0,075A0,7)
= Koefisien pengurangan daerah untuk hujan daerah aliran
sungai, nilainya didekati dengan =1/{t+(3,7*10-04)}
qt = Lapisan per km2 daerah tadah, dengan kala ulang T tahun
A = Luas daerah aliran sungai
t = Lama curah hujan, dihitung t=0,1 L0,8 I-0,3
rt = Hujan dengan kala ulang T tahun dengan persyaratan;
- untuk t < 2 jam, nilai rt = Rt/{t+1-0,008(260-Rt)(2-t)2}
- untuk 2jam<t<19jam, nilai rt=t*Rt/(t+1)
- untuk 19 jam < t < 30 hari, nilai rt = 0,707*Rt (1+t)0,5
Rt = Curah hujan rencana kala ulang T tahun
L = Panjang efektif sungai
I = Kemiringan sungai rata-rata
Page 18
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
dan
Dimana;
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = Lama hujan (jam)
Dimana;
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit
puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak (jam)
Dimana;
Qa = Limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/det)
t = Waktu (jam)
Page 20
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
bila
bila
bila
Dimana;
Qd = Limpasan setelah mencapai debit puncak (m3/det)
Tp = Waktu tenggang dihitung dengan Tp=tg+0,8tr dalam mana
untuk:
L < 15 km tg = 0,21*L0,7
L > 15 km tg = 0,4 + 0,058*L
Dimana adalah panjang alur sungai (km) dan tg
merupakan waktu konsentasri (jam).
Nilai tr ditentukan 0,5*tg sampai tg
T0,3 = Nilainya ditentukan T0,3=*tg. Nilai dievaluasi dari
kondisi aliran berikut ini.
- = 2 untuk daerah pengaliran biasa
- = 1,5 untuk bagian hidrograf naik yang lambat dan
bagian menurun yang cepat
- = 3 untuk bagian hidrograf naik yang cepat dan
bagian menurun yang lambat
Page 21
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
2. Pekerjaan pengukuran
a. Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan
alat yang baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan
daftar hasil pemeriksaan alat tersebut.
b. Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal
dan aman, dibuat titik tetap (BM) yang diambil dari titik
triangulasi atau lokal.
c. Awal dan akhir kegiatan hendaknya diikatkan pada titik-titik
tetap (BM).
d. Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan di
sepanjang rencana as jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan
mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah
persilangan dengan sungai dan jalan lain sehingga
memungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan standar yang
ditentukan.
Page 22
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
4. Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama
dengan alat pengukuran poligon, jaraknya diukur dengan pegas
(meteran)/jarak langsung, ketelitian poligon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah
titik poligon.
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.
c. Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal kegiatan, dan
pada setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik poligon) pada titik
akhir pengukuran.
d. Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4
biasa dan 4 luar biasa).
6. Pengukuran Situasi
a. Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri (To).
Page 23
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Page 24
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
b. Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan
dihitung koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak
titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang
direncanakan.
c. Daerah yang diukur 200 meter panjang masing-masing oprit
jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah
sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok
DMJ.
d. Alat yang digunakan adalah sejenis Wild-To.
11. Persyaratan
a. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan
digunakan harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut:
Pemeriksaaan theodolit:
Page 25
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
c. Perhitungan
Pengamatan Matahari.
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu
pada tabel almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat
Topografi TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan
harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara
pengamatan matahari yang satu dengan pengamatan
berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar
nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki
sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi
yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
Page 26
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
d. Keluaran
Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000
untuk jalan dan 1:500 untuk jembatan.
Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga
absis (x) dan ordinat (y)-nya.
Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang
gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil
perhitungan dan tidak boleh dilakukan secara grafis.
Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan
diberi tanda khusus.
Page 27
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
dimana;
= Absis dn ordinat titik yang dicari
= Absis dan ordinat titik awal / acuan (titik ikat
yang sudah diketahui kordinatnya.
= Jarak datar dari titik A dan B.
= Sudut jurusan awal (O ke A)
= Sudut horizontal di titik A (sudut OAB)
Ketelitian jarak atau kesalahan relatif jarak poligon
didekati dengan rumus berikut;
Page 28
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
dimana;
KRJ = Kesalahan relatif jarak
= , kesalahan penutup absis
dimana ;
KPS = Kesalahan penutup sudut
N = Jumlah titik poligon
= Jumlah sudut horizontal (sudut dalam)
Koreksi sudut
dengan harga definitif
Koreksi sudut
= merupakan nilai pembulatan naik dan koreksi sudut
dilakukan pada sisi jarak terpendek.
dan
Dimana ;
= Koreksi jarak tiap sisi poligon,
Page 29
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
= dan
= Akumulasi Penambahan nilai absis, dan ordinat.
= dan
g. Geometrik Jalan
Geometrik adalah bentuk dari potongan melintang dan
memanjang suatu alur jalanyang mempunyai lebar jalan dan
bahu jalan tertentu dan dapat dilalui oleh kendaraanrencana.
Alur jalan adalah bagian jalan yang terdiri dari permukaan jalan
yangdiperkeras, bahu jalan, dan saluran samping.
Pandangan Bebas dan Tempat Persimpangan
Page 30
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Tempat Persimpangan
Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk
dua kendaraan saling melewati, maka harus disediakan
tempat sebuah kendaraan dapat menunggu kendaraan
berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan dari
tempat yang sebelumnya.
Tikungan/Lemgkung Horisontal dan Tikungan Pada Tanjakan
Curam.
Lengkung Horisontal
Jari-jari Tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam
dibuat dengan pelebaran perkerasan samping dan
kemiringan melintang miring ke dalam.
Page 31
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Page 32
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Tikungan pada Tanjakan Curam
Di daerah perbukitan sering dijumpai jalan yang menanjak
dengan kemiringan yang cukup berat, di atas 10%. Apabila
terdapat tikungan tajam di daerah tersebut, jalan harus
dibuat seperti yang tercantum dalam gambar :
Tanjakan/Lengkung Vertikal
Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu
jalan, serta membuat jalan lebih berbahaya. Jalan yang
sangat curam juga lebih sulit dipadatkan dengan mesin gilas,
dan permukaan jalan dan saluran air lebih sering harus
dipelihara dan diperbaiki.
Page 33
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Tikungan dibuat
pada bagian datar untuk mempermudah perjalanan bagi yang
naik atau turun.
Page 34
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
3. Stabilitas Konstruksi
Stabilitas jembatan tentu saja menjadi tujuan utama dari
perencanaan jembatan, dengan selalu terikat pada prinsip bahwa
Page 35
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
4. Ekonomis
Pertimbangan konstruksi juga harus memperhitungkan faktor
ekonomis. Dengan biaya seekonomis mungkin dapat dihasilkan
jembatan yang kuat dan aman.
5. Pertimbangan Pelaksanaan
Metode pelaksanaan harus mempertimbangkan kondisi lalu lintas
yang ada agar tetap berjalan dengan aman dan lancar.
6. Pertimbangan Pemeliharaan
Pertimbangan aspek pemeliharaan dalam perencanaan jembatan
akan tetap mendapatkan perhatian perencana dalam memilih bahan
konstruksi dan tipe konstruksinya, misalnya faktor pengaruh air,
garam zat korosif dan sebagainya.
8. Estetika
Bentuk penampilan yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan tipe setiap elemen konstruksi
jembatan.
Page 36
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
b. Pilar
- Pilar balok cap : < 10 meter
- Pilar dinding penuh : 5 – 25 meter
- Pilar portal satu tingkat : 5 – 15 meter
- Pilar portal dua tingkat : 15 – 25 meter
- Pilar kolom tunggal : 5 – 15 meter (zona gempa besar
dihindarkan)
Page 37
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Page 38
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
jenis, arah dan struktur lapisan batuan, dan longsoran yang dapat
terjadi akibat pembangunan jalan. Untuk ketiga hal di atas harus
diidentifikasi jenis gerakan, faktor penyebabnya, dan usaha-usaha
penanggulangannya.
Page 39
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Adapun jumlah divisi dalam Spesifikasi Umum 2010 dan perkiraan jumlah mata
pembayaran, adalah sebagai berikut:
No Spesifikasi Umum 2010
Divisi Jumlah Mata
Page 40
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Pembayaran
I Umum 10
II Drainase 19
III Pekerjaan Tanah 18
IV Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan 7
V Perkerasan Berbutir 11
VI Perkerasan Aspal 47
VII Struktur 105
VIII Pengembalian Kondisi & Pekerjaan Minor 51
IX Pekerjaan Harian 20
X Pekerjaan Pemeliharaan Rutin 5
Page 41
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
4. Peta Quarry.
5. Data Sumber Material (bahan dll)
6. Data Harga Satuan Dasar (bahan, bahan olahan dan bahan jadi)
7. Data Harga Alat
8. Data Upah (tenaga kerja)
Page 42
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
b. Bor Tangan
Bor tangan menggunakan pipa jenis Auger.
Lubang Bor dibuat dengan pemutaran satu seri pipa bor dengan
auger diujungnya dan perpanjangan pipa.
Cara ini terbatas untuk tanah lembek dan terlalu plastis, serta untuk
mencapai kedalama maksimum 10-15 meter. Lapisan tanah yang
padat dan berbatu biasanya tidak dapat diyembusa dengan
menggunakan bor tangan.
c. Bor Mesin
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan bor mesin
misalnya bagaimana untuk mencapai lapangan karena beratnya
peralatan, tersedianya peralatan, kedalaman pengeboran yang
Page 43
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
2. Survey Topografi
Pengumpulan data topografi dilakukan dengan beberapa cara, antara
tanah untuk perencanaan jembatan lain :
a. Pengukuran Situasi
Pengukuan ini dilakukan pada daerah lokasi jembatan. Tujuan
pengukuran ini adalah untuk mendapatkan peta situasi daerah
sekitar lokasi jembatan, antara lain letak jembatan yang lama (bila
ada), bangunan pelengkap jembatan yang sudah ada di lokasi
jembatan serta bangunan perumahan atau hal-hal lainnya yang ada
di sekitar lokasi jembatan. Pengukuran ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan alat ukur Theodolith.
Page 44
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Page 45
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
PELAPORAN
Page 46
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
1. LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahluan ini memuat :
a) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh
b) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
c) Jadwal kegiatan penyedia jasa.
Laporan harus diserahkan selambat – lambatnya 1 (satu) bulan sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
2. LAPORAN ANTARA
Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat – lambatnya 2 (dua) bulan sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
4. GAMBAR RENCANA
Gambar Rencana yang dibuat harus memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Plan digambar di atas peta situasi dengan skala 1 : 500
b) Potongan/penampang memanjang
c) Potongan/penampang melintang (Cross section)
d) Perhitungan perencanaan
e) Gambar bangunan jembatan
f) Standar-standar dari bangunan pengaman lainnya (bangunan
penahan erosi dan lain-lain).
Page 47
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
6. DOKUMEN LELANG
Dokumen ini terdiri dari BAB I sampai dengan BAB VIII tiap set,
diserahkan bersama laporan akhir sebanyak 5 (lima) set.
Dokumen Lelang mencakup:
Bab I Umum
Bab II Pengumuman pelelangan umum/pemilihan langsung dengan
pascakualifikasi
Bab III Instruksi kepada peserta (IKP)
Bab IV Lembar data pemilihan (LDP)
Bab V Lembar data kualifikasi (LDK)
Bab VI Bentuk dokumen penawaran
Bab VII Petunjuk pengisian formulir kualifikasi
Bab VIII Tata cara evaluasi kualifikasi
Bab IX Bentuk kontrak
Bab X Syarat-syarat umum kontrak (SSUK)
Bab XI Syarat-syarat khusus kontrak (SSKK)
Bab XII Spesifikasi teknis dan gambar
Bab XIII Daftar kuantitas dan harga
Bab XIV Bentuk dokumen lain
1. RENCANA KERJA
Rencana Kerja Konsultan dapat diuraikan pada tabel di bawah ini.
Page 49
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
Page 51
Perencanaan Jembatan di Pulau Buru
LAMPIRAN
FORMULIR-FORMULIR
Page 52