MODUL PERKULIAHAN
W112100034 –
Rekayasa Pondasi
2
Tekanan Tanah pada Turap
Abstrak Sub-CPMK
01
Eka Nur Fitriani, S.T.,M.T
Teknik Teknik Sipil
Pembahasan
1. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah harus memberikan deskripsi kondisi tanah yang relevan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan menetapkan dasar untuk penilaian parameter
geoteknik yang relevan untuk semua tahap konstruksi.
b) deformasi tanah yang disebabkan oleh bangunan atau yang dihasilkan dari
pekerjaan pembangunan, distribusi spasial dan perilaku terhadap waktu;
d) beban yang tersalur dari tanah ke struktur (misalnya tekanan lateral pada tiang
pancang) dan batas sebaran yang tergantung dari perancangan dan pembangunan;
j) jenis dan tingkat kontaminasi tanah pada, dan di sekitar, lokasi pembangunan;
Komposisi dan lingkup penyelidikan tanah harus didasarkan pada jenis dan perancangan
konstruksi, misalnya jenis fondasi, metode perbaikan atau struktur penahan tanah, lokasi
dan kedalaman konstruksi.
Hasil studi literatur dan inspeksi lapangan harus dipertimbangkan ketika memilih metode
dan penentuan titik-titik penyelidikan. Titik-titik penyelidikan harus dapat mencerminkan
variasi pada kondisi tanah, batuan dan air tanah.
Apabila tersedia waktu dan budget yang cukup, penyelidikan tanah harus dilakukan secara
bertahap seperti dibawah untuk memperoleh informasi yang komprehensif sepanjang
perancangan awal, perancangan, dan pembangunan proyek:
a) penyelidikan awal untuk penentuan posisi dan perancangan awal dari bangunan
Dalam kasus dimana semua penyelidikan dilakukan pada saat yang sama, penyelidikan
awal dan dan penyelidikan tahap perancangan serta tambahan harus dipertimbangkan
secara bersamaan.
Penyelidikan awal harus direncanakan sedemikian rupa sehingga data yang diperoleh
memadai untuk hal-hal yang relevan di bawah ini:
Penyelidikan tanah awal harus menyediakan perkiraan data tanah, bila relevan, mengenai:
c) informasi awal tentang kekuatan dan sifat deformasi tanah dan batuan;
d) potensi terjadinya kontaminasi pada tanah atau air tanah yang mungkin dapat merusak
daya tahan bahan konstruksi.
c) Uji lapangan;
d) Penutupan kembali lubang bor diwajibkan untuk dilakukan oleh kontraktor dengan
e) metode grouting.
a) uji lapangan (misalkan CPT, SPT, uji penetrasi dinamis, WST, uji pressuremeter, uji
dilatometer, uji pembebanan pelat, uji geser baling lapangan, dan uji permeabilitas);
b) pengambilan contoh tanah dan batuan untuk deskripsi serta uji laboratorium;
c) pengukuran air tanah untuk menentukan muka air tanah atau profil tekanan air pori
serta fluktuasinya;
d) penyelidikan geofisika (seperti uji seismik, uji radar, pengukuran tahanan tanah, dan
pengukuran kecepatan rambat gelombang pada tanah);
Apabila terdapat indikasi potensi kontaminasi tanah atau gas tanah, informasi harus
dikumpulkan dari sumber-sumber yang relevan. Informasi ini harus diperhitungkan ketika
merencanakan.
a) titik penyelidikan harus diatur dalam pola sedemikian rupa sehingga stratifikasi tanah
yang melintasi lokasi pembangunan dapat diperoleh;
b) titik penyelidikan untuk bangunan atau struktur harus ditempatkan pada titik-titik kritis
tergantung dari bentuk, perilaku struktural dan distribusi beban yang diharapkan
(misalnya pada sudut-sudut area fondasi);
c) untuk struktur linear, titik penyelidikan harus diatur pada jarak yang cukup terhadap
sumbu bangunan, tergantung pada lebar keseluruhan struktur, seperti tapak timbunan
atau galian;
d) untuk struktur pada atau dekat lereng dan pada medan bertangga (termasuk galian),
titik penyelidikan juga harus dirancang sampai di luar area proyek, sehingga stabilitas
lereng atau galian dapat dievaluasi. Apabila dipasang angkur, pertimbangan harus
diberikan juga pada tegangan yang akan terjadi pada zona transfer beban;
e) titik penyelidikan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya
bagi struktur, pekerjaan konstruksi, atau lingkungan (misalnya sebagai akibat dari
perubahan kondisi tanah dan air tanah);
f) area penyelidikan tanah harus meliputi daerah yang berdekatan sampai pada jarak
dimana tidak ada pengaruh bahaya pada struktur yang berdekatan.
g) untuk titik pengukuran air tanah, penggunaan alat yang dapat memantau secara
kontinu selama penyelidikan tanah sampai pasca masa konstruksi perlu
dipertimbangkan.
b) Apabila lebih dari satu jenis penyelidikan direncanakan di lokasi tertentu (misalnya CPT
dan pengambilan contoh dengan tabung piston), jarak titik penyelidikan tersebut harus
cukup jauh.
Kedalaman penyelidikan harus meliputi ke semua lapisan yang akan memengaruhi proyek
atau terpengaruhi oleh konstruksi. Untuk bendungan, tanggul dan galian di bawah muka air
tanah, dan terdapat pekerjaan penurunan muka air tanah (dewatering), kedalaman
penyelidikan harus ditentukan berdasarkan kondisi hidrogeologi. Lereng dan medan
bertangga harus dieksplorasi sampai kedalaman di bawah bidang gelincir yang potensial.
b) geologi lapangan;
Untuk identifikasi dan klasifikasi tanah, setidaknya satu lubang bor atau galian uji (test pit)
dengan pengambilan contoh tanah harus tersedia. Contoh tanah harus diperoleh dari setiap
lapisan tanah yang dapat memengaruhi perilaku struktur.
Pengambilan contoh tanah dapat diganti dengan uji lapangan jika terdapat pengalaman
setempat yang cukup tentang korelasi uji lapangan dengan kondisi tanah untuk memastikan
interpretasi yang tidak ambigu terhadap hasilnya.
Sabilitas lereng, galian - 3 – 5 titik pada potongan kritis untuk menghasilkan model
dalam, dan timbunan untuk dilakukan analisis. Jumlah potongan kritis
tinggi dengan ketinggian tergantung tingkat masalah stabilitas.
> 6m untuk tanah - Untuk kelongsoran yang masih aktif, minimum satu titik
normal dan > 3m pada pada sisi atas lereng yang longsor.
tanah
lunak
Reklamasi 1 per 1000 m2 luas timbunan
Sebelum menyiapkan program uji laboratorium, stratigrafi setempat yang diantisipasi harus
ditetapkan dan lapisan yang relevan untuk desain dipilih untuk menentukan spesifikasi dari
pada jenis dan jumlah uji pada di setiap lapisan. Identifikasi lapisan harus berdasarkan pada
masalah geoteknik, kompleksitas, geologi setempat, dan parameter yang diperlukan untuk
perencanaan.
Tipe konstruksi, jenis tanah dan stratigrafi serta parameter geoteknik yang diperlukan untuk
perhitungan perancangan harus dipertimbangkan pada saat membuat program uji
laboratorium.
Program uji laboratorium tergantung pada ada tidaknya dan cakupan serta kualitas
pengalaman yang lalu. Pengamatan lapangan pada struktur yang berdekatan perlu
dipertimbangkan.
CATATAN – Pengujian ini dapat dilakukan dengan melakukan uji klasifikasi dan indeks
kekuatan pada contoh tanah sebanyak mungkin pada langkah awal untuk menentukan
rentang variasi sifat indeks dari sebuah lapisan. Pada tahap berikutnya, bandingkan hasil
uji kekuatan dan kompresibilitas contoh tanah yang didapat dengan rentang variasi untuk
menentukan representasi lapisan tanah tertentu.)
Perlu dipertimbangkan melakukan uji yang lebih mutakhir atau tambahan penyelidikan
lapangan tergantung dari aspek geoteknik suatu proyek, jenis tanah, variasi tanah dan
model perhitungan.
a) Contoh tanah untuk pengujian harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mencakup
rentang sifat indeks setiap lapisan yang relevan.
b) Untuk timbunan atau lapisan pasir atau kerikil, dapat menggunakan benda uji yang
dibentuk ulang (reconstituted specimens). Benda uji yang dibentuk harus memiliki
komposisi, kepadatan dan kadar air yang kurang lebih sama dengan material asli di
lapangan.
2. Desain Turap
Diagram alir perancangan turap diperlihatkan pada Gambar 2. Prinsipnya proses
perancangan dimulai dengan menentukan prakiraan awal dimensi dinding, sistem
penunjang, parameter tanah dan muka air tanah, dan lainnya. Selanjutnya dilakukan
analisis dan hasil analisis dibandingkan dengan kriteria-kriteria seperti stabilitas dinding,
stabilitas dasar galian, defleksi maksimum, kecukupan dimensi dinding, dan sebagainya.
Bila ada kekurangan, lakukan perubahan dan lakukan kembali analisis dinding. Proses ini
terus berlangsung sehingga seluruh kriteria terpenuhi.
Tentukan :
Profil tanah yang disederhanakan, parameter tanah
rencana, tinggi muka air tanah (GWL) rencana
Pilih :
Tipe turap, tipe support system
Tentukan :
Dimensi awal turap, kedalaman penetrasi, kekakuan
support system
Analisis turap
Perilaku dinding
Defleksi turap, (perbesar dimensi/
OK? perpendek jarak
support)
𝑠𝑠 = 𝑐𝑐 ′ + 𝜎𝜎 ′ tan 𝜙𝜙′
dimana,
c’ = kohesi
φ’ = sudut geser dalam efektif
σ’ = tegangan normal efektif
Pada setiap kedalaman z di bawah permukaan tanah, tegangan bawah permukaan vertikal
adalah :
𝝈𝝈′𝒐𝒐 = 𝒒𝒒 + 𝜸𝜸𝜸𝜸 (1)
Jika dinding dalam keadaan diam dan tidak diperbolehkan bergerak sama sekali, baik
menjauhi massa tanah atau ke dalam massa tanah (yaitu, tidak ada regangan horizontal),
tekanan lateral pada kedalaman z adalah
Dimana :
Untuk tanah yang terkonsolidasi berlebihan, koefisien tekanan tanah diam dapat dinyatakan
sebagai (Mayne dan Kulhawy, 1982)
Dengan nilai koefisien tekanan tanah diam yang dipilih dengan benar, Persamaan. (2)
dapat digunakan untuk menentukan variasi tekanan tanah lateral dengan kedalaman z.
Gambar 3b menunjukkan variasi σ’h dengan kedalaman untuk dinding yang digambarkan
pada Gambar 3a. Perhatikan bahwa jika beban tambahan q = 0 dan tekanan air pori u = 0,
diagram tekanan akan menjadi segitiga. Gaya total, Po , per satuan panjang dinding yang
diberikan pada Gambar 3a sekarang dapat diperoleh dari area diagram tekanan yang
diberikan pada Gambar 3b dan adalah
𝟏𝟏
𝑷𝑷𝒐𝒐 = 𝑷𝑷𝟏𝟏 + 𝑷𝑷𝟐𝟐 = 𝒒𝒒𝑲𝑲𝒐𝒐 𝑯𝑯 + 𝜸𝜸𝑯𝑯𝟐𝟐 𝑲𝑲𝒐𝒐
𝟐𝟐
(5)
dimana,
P1 = luas segi empat 1
P2 = luas segitiga 2
Lokasi garis kerja gaya resultan, Po , dapat diperoleh dengan mengambil momen terhadap
dasar dinding. Dengan demikian,
𝑯𝑯 𝑯𝑯
𝑷𝑷𝟏𝟏 � �+𝑷𝑷𝟐𝟐 � �
𝒛𝒛� = 𝟐𝟐
𝑷𝑷𝒐𝒐
𝟑𝟑
(6)
Jika muka air tanah terletak pada kedalaman z < H, diagram tekanan diam yang ditunjukkan
pada Gambar 3b harus sedikit dimodifikasi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Jika
berat satuan efektif tanah di bawah muka air tanah sama dengan γ’ (yaitu, γsat - γw), maka
pada z = 0, 𝜎𝜎′ℎ = 𝐾𝐾𝑜𝑜 𝜎𝜎′𝑜𝑜 = 𝐾𝐾𝑜𝑜 𝑞𝑞
pada z = H1, 𝜎𝜎′ℎ = 𝐾𝐾𝑜𝑜 𝜎𝜎′𝑜𝑜 = 𝐾𝐾𝑜𝑜 (𝑞𝑞 + 𝛾𝛾𝐻𝐻1 )
Perhatikan bahwa dalam persamaan sebelumnya, σ’o dan σ’h masing-masing adalah
tekanan vertikal dan horizontal efektif. Menentukan distribusi tekanan total pada dinding
memerlukan penambahan tekanan hidrostatik u, yaitu nol dari z = 0 sampai z = H1 dan H2γw
pada z = H2 . Variasi σ’h dan u dengan kedalaman ditunjukkan pada Gambar 4b. Oleh
karena itu, gaya total per satuan panjang dinding dapat ditentukan dari luas diagram
tekanan. Secara khusus,
𝑷𝑷𝒐𝒐 = 𝑨𝑨𝟏𝟏 + 𝑨𝑨𝟐𝟐 + 𝑨𝑨𝟑𝟑 + 𝑨𝑨𝟒𝟒 + 𝑨𝑨𝟓𝟓
Gambar 4 Tekanan tanah diam dengan muka air tanah berada di kedalaman z < H
Lingkaran Mohr sesuai dengan perpindahan dinding ∆x = 0 dan ∆x > 0 ditunjukkan sebagai
lingkaran a dan b, masing-masing, pada Gambar 5b. Jika perpindahan dinding, ∆x, terus
meningkat, lingkaran Mohr yang sesuai akhirnya hanya akan menyentuh selubung
kegagalan Mohr–Coulomb yang ditentukan oleh persamaan
𝑠𝑠 = 𝑐𝑐 ′ + 𝜎𝜎 ′ tan 𝜙𝜙′
Lingkaran ini, ditandai c pada gambar, mewakili kondisi keruntuhan pada massa tanah;
tegangan horizontal kemudian sama dengan 𝜎𝜎 ′ 𝑎𝑎 , disebut sebagai tekanan aktif Rankine.
Garis-garis geser (bidang runtuh) di dalam massa tanah kemudian akan membentuk sudut
±(45 + 𝜙𝜙 ′ ⁄2) dengan horizontal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5a.
Tegangan utama untuk lingkaran Mohr yang menyentuh selubung kegagalan Mohr–
Coulomb yaitu :
𝜙𝜙′ 𝜙𝜙′
𝜎𝜎′1 = 𝜎𝜎′3 tan2 �45 + � + 2𝑐𝑐 ′ tan �45 + �
2 2
𝜙𝜙′ 𝜙𝜙′
𝜎𝜎′𝑜𝑜 = 𝜎𝜎′𝑎𝑎 tan2 �45 + � + 2𝑐𝑐 ′ tan �45 + �
2 2
𝜎𝜎′𝑜𝑜 2𝑐𝑐 ′
𝜎𝜎′𝑎𝑎 = −
𝜙𝜙′ 𝜙𝜙′
tan2 �45 + � tan �45 + �
2 2
atau
𝝓𝝓′ 𝝓𝝓′
𝝈𝝈′ 𝒂𝒂 = 𝝈𝝈′ 𝒐𝒐 𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝟐𝟐 �𝟒𝟒𝟒𝟒 − � − 𝟐𝟐𝒄𝒄′ 𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭 �𝟒𝟒𝟒𝟒 − �
𝟐𝟐 𝟐𝟐
𝜙𝜙′
dimana 𝑲𝑲𝒂𝒂 = tan2 �45 − 2 � = Koefisien tekanan aktif Rankine
Kedalaman zc biasanya disebut sebagai kedalaman retak tarik, karena tegangan tarik di
dalam tanah pada akhirnya akan menyebabkan retak di sepanjang antarmuka tanah-
dinding. Jadi, total gaya aktif Rankine per satuan panjang dinding sebelum retak tarik terjadi
adalah
𝐻𝐻 𝐻𝐻 𝐻𝐻
𝑃𝑃𝑎𝑎 = � 𝜎𝜎′𝑎𝑎 𝑑𝑑𝑑𝑑 = � 𝛾𝛾𝛾𝛾𝐾𝐾𝑎𝑎 𝑑𝑑𝑑𝑑 − � 2𝑐𝑐′�𝐾𝐾𝑎𝑎 𝑑𝑑𝑑𝑑
0 0 0
1 2
= 𝛾𝛾𝐻𝐻 𝐾𝐾𝑎𝑎 − 2𝑐𝑐′𝐻𝐻�𝐾𝐾𝑎𝑎 ( 10 )
2
Setelah retak tarik muncul, gaya per satuan panjang pada dinding hanya akan disebabkan
oleh distribusi tekanan antara kedalaman z = zc dan z = H, seperti yang ditunjukkan oleh
area yang ditetaskan pada Gambar 5c. Gaya ini dapat dinyatakan sebagai :
1
𝑃𝑃𝑎𝑎 = (𝐻𝐻 − 𝑧𝑧𝑐𝑐 )�𝛾𝛾𝐻𝐻𝐾𝐾𝑎𝑎 − 2𝑐𝑐′�𝐾𝐾𝑎𝑎 � ( 11 )
2
atau
1 2𝑐𝑐′
𝑃𝑃𝑎𝑎 = �𝐻𝐻 − � �𝛾𝛾𝐻𝐻𝐾𝐾𝑎𝑎 − 2𝑐𝑐′�𝐾𝐾𝑎𝑎 � ( 12 )
2 𝛾𝛾 �𝐾𝐾𝑎𝑎
𝑐𝑐
Namun, penting untuk disadari bahwa kondisi tekanan tanah aktif hanya akan tercapai jika
dinding dibiarkan “mengalir” secukupnya. Jumlah perpindahan keluar dinding yang
diperlukan adalah sekitar 0,001H hingga 0,004H untuk timbunan tanah berbutir dan sekitar
0,01H hingga 0,04H untuk timbunan tanah kohesif.
Perhatikan lebih lanjut bahwa jika parameter kekuatan geser tegangan total (c, φ)
digunakan, persamaan yang mirip dengan Persamaan. (8) dapat diturunkan, yaitu,
𝜙𝜙 𝜙𝜙
𝜎𝜎 ′ 𝑎𝑎 = 𝜎𝜎 ′ 𝑜𝑜 tan2 �45 − � − 2𝑐𝑐 tan �45 − �
2 2
( 13 )
𝝓𝝓′ 𝝓𝝓′
𝝈𝝈′ 𝒑𝒑 = 𝝈𝝈′ 𝒐𝒐 𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝟐𝟐 �𝟒𝟒𝟒𝟒 +
𝟐𝟐
� + 𝟐𝟐𝒄𝒄′ 𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭 �𝟒𝟒𝟒𝟒 +
𝟐𝟐
� ( 14 )
Sekarang dilihat,
𝜙𝜙′
= tan2 �45 + � ( 15 )
2
Persamaan (16) menghasilkan (Gambar 6c), diagram tekanan tanah pasif pada dinding
dapat dilihat pada Gambar 6a. Perhatikan bahwa z = 0,
dan pada z = H,
1
𝑃𝑃𝑝𝑝 = 𝛾𝛾𝐻𝐻 2 𝐾𝐾𝑝𝑝 + 2𝑐𝑐′𝐻𝐻�𝐾𝐾𝑝𝑝 ( 17 )
2
Perkiraan besaran gerakan dinding, ∆x, yang diperlukan untuk menimbulkan keruntuhan
pada kondisi pasif adalah sebagai berikut:
Jika timbunan di belakang dinding adalah tanah berbutir (yaitu, c’=0), maka, dari
Persamaan. (17), gaya pasif per satuan panjang dinding adalah :
1
𝑃𝑃𝑝𝑝 = 𝛾𝛾𝐻𝐻 2 𝐾𝐾𝑝𝑝 ( 18 )
2
Daftar Pustaka