Anda di halaman 1dari 65

TEKNIK TEROWONGAN

I. PENDAHULUAN
2

DEFINISI
JENIS DAN FUNGSI TEROWONGAN
TEROWONGAN TAMBANG
PEDOMAN PEMILIHAN LINTASAN
TEROWONGAN
BENTUK DAN PENAMPANG
TEROWONGAN
DEFINISI
3

TEROWONGAN ialah suatu struktur bangunan


bawah tanah yang dibangun manusia untuk
menjamin kelangsungan sistem transfer baik
orang maupun benda dari satu tempat ke tempat
yang lainnya.

Teknik Terowongan adalah disiplin ilmu yang


membahas segi-segi teknik pembangunan suatu
terowongan bawah tanah, mulai dari teknik dan
prosedur penyelidikan , metode-metode
perancangan, metoda metoda penggalian ,
sampai stabilisasi dan monitoring terowongan.
JENIS-JENIS TEROWONGAN
4

Ditinjau dari segi penggunaan :


Terowongan lalulintas (KA, jalan raya, termasuk tambang
bawah tanah)
Terowongan angkutan (PLTA, irigasi, limbah, pabrik)

Ditinjau dari segi mekanika :


Terowongan tekan (pressured tunnel), yaitu terowongan
angkutan (di PLTA) yang seluruh penampangnya terisi air
yang bergerak langsung dari reservoir ke turbin,
misalnya : headrace tunnel, surge tank, penstock.
Terowongan biasa (non-pressured tunnel), yaitu semua
terowongan di luar terowongan tekan, misalnya
terowongan saluran air secara gravitasi, terowongan KA,
terowongan tambang.
TEROWONGAN TAMBANG dan
TEROWONGAN SIPIL
5

Terowongan sipil :
Digunakan untuk kepentingan umum
seperti jalan raya, jalan kereta api, irigasi
dsb.
Terowongan tambang :
Berfungsi mendukung kegiatan tambang
bawah tanah sebagai jalan transfer pekerja,
insfrastruktur (kabel listrik, pipa ventilasi,
pipa air, pipa udara bertekanan) dan
material (penyangga, logistik, material
galian, dll)
PEDOMAN PEMILIHAN LINTASAN
TEROWONGAN
6

1. Dilakukan investigasi terlebih dahulu terhadap calon


lintasan terowongan (kondisi overburden/ topografi,
geologi, geoteknik/geomekanika)
2. Kondisi topografi dan geologinya harus diketahui
sehingga pembangunan dan struktur terowongan
setelah selesai juga tetap aman
3. Dipilih alternatif lintasan terpendek
4. Untuk menghindari efek beban mati (dead load)
lintasan harus dipilih berdasarkan tebal minimum
overburden
5. Lintasan terowongan harus berjarak minimal 5 10
kali diameter terowongan
Tebal Minimum Overburden

Penyangga Rock Tunnel Earth Tunnel

Sprayed section with


mortar or concrete,
10 De > 30 m -
careless excavation
without support
Plain concrete lining
section (no support or 3 De > 6 m 5 De > 10 m
light steel support)
Plain concrete lining
section (heavy steel 2 De > 4 m 3 De > 6 m
support)
Reinforced concrete
lining section (heavy 1 De > 2 m 1.5 De > 3 m
steel suppoert)
PENAMPANG TEROWONGAN
8

Ukuran penampang terowongan ditentukan


berdasarkan pertimbangan kegunaan,
keekonomian, teknis konstruksi, hidrolika dan
mekanika.
Dari aspek hidrolika, penampang bulat dengan
panjang perimeter minimum adalah yang paling
stabil
Dari aspek batuan dasar, struktur dan mekanika :
jika batuan dasarnya adalah keras dan tidak
perlu penyangga maka dari segi teori elastisitas
yang terbaik adalah bentuk bulat.
Petunjuk penentuan bentuk penampang
terowongan :
9

Pressured Tunnel : penampang dalamnya secara prinsip


harus berbentuk bulat. Bentuk tapal kuda standar dapat
dipilih jika penggalian bentuk bulat mengalami kesulitan.
Jika lining dibuat dengan Tunnel Boring Machine (TBM) atau
shield work methods, atau monolithic steel form bentuk
penampang harus bulat.
Non pressured tunnel : dengan diameter > 2m, bentuk
penampangnya ialah tapal kuda standar.
Jika tebal overburden asli cukup tebal dan lapisan batuan
keras dan tidak terjadi failure, disarankan bentuk
penampang tipe tapal kuda 4r.
Untuk terowongan tambang bentuk penampang
terowongan biasanya tapal kuda, atau trapesium
Bentuk-bentuk penampang
10
terowongan
BULAT EPP ELLIPS

HEXAGONAL TRAPESIUM TAPAL KUDA


Istilah Standar Penampang Terowongan-
Non Pressured Tunnel

Simbol :
Ar (tinggi) Br (r dinding) Cr (r invert)

Lingkaran : 2r-r-r
Tapal kuda 2r : 2r-2r-2r
Tapal kuda 3r : 2r-3r-3r
Tapal kuda 4r : 2r-4r-4r
Tapal kuda : 2r-V-3r
Tapal kuda : 2r-V-H
II. TAHAP PENYELIDIKAN UNTUK
MEMBANGUN TEROWONGAN
12

Tujuan penyelidikan ialah untuk mengetahui secara hampir pasti


karakteristik massa tanah dan batuan di sepanjang dan sekitar lintasan
terwongan yang akan dibangun, sehingga keputusan tentang spesifikasi,
standar konstruksi, metode penggalian dan stabilisasi terowongan
memang tepat dan sesuai.
Penyelidikan untuk membangun terowongan sering memakan waktu lama
karena di samping keadaan topografi yang sulit juga harus dilakukan
secara bertahap tetapi lengkap.
Penyelidikan pendahuluan diperlukan untuk menentukan alternatif lintasan
terowongan. Kemudian setelah itu dilakukan penyelidikan geologi dan
geologi teknik / geomekanika.

KLASIFIKASI PENYELIDIKAN :
1. Tahap penyelidikan awal : penyelidikan pendahuluan (reconaisance study)
hingga studi kelayakan (feasibility study)
2. Tahap penyelidikan rinci atau tahap perancangan teknis (engineering
design) atau detail design.
3. Tahap penyelidikan pada saat konstruksi dan tahap operasi dan
pemeliharaan.
Manfaat penyelidikan geoteknik
Penyelidikan membantu mengevaluasi kelayakan, keamanan,
rancangan, dan keekonomian suatu proyek terowongan dengan cara :
13

Pemahaman yang cukup terhadap geologi dan hidrogeologi regional


untuk rancangan dan konstruksi proyek
Penentuan karakteristik fisik material yang akan mempengaruhi
perilaku terowongan
Penentuan kelayakan proyek dan memperingatkan insinyur dan
kontraktor terhadap keadaan-keadaan yang akan timbul selama
pembangunan, sehingga dapat menyiapkan rencana-rencana
kontingensi
Penyediaan data untuk memilih alternatif metode penggalian dan
penyanggaan, dan jika situasi proyek memungkinkan : menentukan
kedalaman dan arah yang paling ekonomis
Penyediaan parameter rancangan : batuan, tanah, dan hidrogeologi
yang spesifik
Meminimumkan kondisi-kondisi fisik yang tidak menentu bagi
peserta tender
Manfaat penyelidikan geoteknik (lanjutan)
14

Memprediksi bagaimana perilaku tanah dan air tanah terhadap


berbagai cara penggalian dan penyanggaan
Penetapan suatu kondisi rancangan yang definitif (lelang
berbasis geoteknik) sehingga perubahan kondisi dapat
dirundingkan secara fair selama masa konstruksi
Peningkatan keselamatan pekerjaan
Jika pendanaan proyek memungkinkan, dapat dilakukan
pengujian-pengujian skala besar yang memberikan
pengalaman dalam memperbaiki kualitas rancangan
Penyediaan data khusus yang diperlukan untuk memdukung
penyusunan biaya, produktivitas, dan perkiraan skedul untuk
keputusan rancangan, dan untuk estimasi biaya baik oleh
owner maupun calon kontraktor
Penyelidikan geologi teknik pada calon
lintasan terowongan
15

Pengeboran inti di daerah pegunungan yang sulit

Pengeboran inti

Panjang tero
wongan
3000 m

Lintasan Terowongan
Pekerjaan pengeboran inti dalam
16
Pengeboran inti dangkal
17
Pengeboran di dalam terowongan
18
Tantangan
Tim perancangan akan menemui sejumlah masalah yang sulit, seperti :
19

Sangat banyak ketidakpastian di semua proyek bawah tanah


Biaya dan kelayakan proyek akan didominasi oleh geologi
Setiap fitur investigasi geologis lebih dibutuhkan daripada proyek
pondasi tradisional
Harus diketahui geologi regional
Sifat-sifat keteknikan berubah dengan kondisi rentangan yang
luas, seperti waktu, iklim, besar dan arah pembebanan, yang
kadang-kadang drastis
Air tanah merupakan parameter yang paling sulit diprediksi dan
paling menimbulkan masalah selama konstruksi
Program eksplorasi yang komprehensif hanya mencakup volume
inti bor yang sangat kecil yaitu kurang dari 0,0005% volume
penggalian terowongan
Kondisi stratigrafi, aliran airtanah dan perilaku yang dijumpai
selama masa konstruksi akan dibandingkan dengan prediksi tim
geoteknik
Pekerjaan Geologi Teknik dan
Mekanika Batuan yang disarankan
20

PEMERIAN AWAL RINCI KONST


RUKSI
I. PENGUKURAN
1. Pemetaan Topografi p p p
2. Foto udara p - -
3. Pengideraan jauh o - -
II. GEOLOGI TEKNIK DAN MEKANIKA BATUAN
1. Pemetaan Geologi
a. Interpretasi peta topografi P - -
b. Interpretasi foto udara P - -
c. Interpretasi penginderaan jauh P - -
d. Pemetaan geologi P - -
e. Pemetaan geologi teknik P P P
f. Pemetaan struktur - p p
PEMERIAN AWAL RINCI KONSTR.
2. PENYELIDIKAN GEOFISIKA
a. Refraksi P -
21
b. Transmisi - P
3. UJI PENGEBORAN GROUTING P P
4. TEST PITTING, TEST ADIT O P
5. UJI MEKANIKA BATUAN IN SITU
a. Uji kelulusan air P -
b. Penentuan tegangan in situ P P
c. Uji deformasi massa batun - P
d. Kekuatan batuan uniaksial - P
e. Kuat geser batuan - P
f. Pengamatan pergerakan massa batuan - P
6. UJI LABORATORIUM
a. Sifat fisik (bobot isi, porositas, dsb) P P
b. Sifat mekanik (kuat tekan uniaksial, dll) p P
KLASIFIKASI TANAH UNTUK
PENEROWONGAN
22

Klasifikasi tanah atau batuan dapat berdasarkan deskripsi


dari materail tanah atau batuan itu atau berdasarkan
bagaimana perilakunya selama pembangunan terowongan
US menggunakan United Soil Classification (UC) System,
yang berdasarkan deskripsi butiran tanah. Tanah
diklasifikasi berdasarkan ukuran butir. Gradasi butir dimulai
dari gravel (G), pasir (S), Lanau (M), dan lempung (C)
sebagai ukuran butir terkecil. Gravel dan pasir dikategori
sebagai tanah berbutir kasar, yang mencakup semua
ukuran butir yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Sedangkan tanah berbutir halus mencakup lanau dan
lempung, yang lolos ukuran saringan No. 200 (sebagai
pembanding, semen portland atau tepung terigu akan lolos
saringan no. 200)
Terzaghi (1950) mempublikasikan Tunnelmans Ground
Classification System, yaitu sistem klasifikasi reaksi tanah
terhadap operasi penerowongan. (TUGAS : CARI Tabel TGC
system)
KLASIFIKASI MASSA BATUAN UNTUK
PENEROWONGAN
23

Lihat kembali di Mekanika Batuan :


Sistem klasifikasi massa batuan untuk
penerowongan yaitu:
Deeres Rock Quality Designation (RQD)
Bieniawskis Rock Mass Rating System

(RMR)
Bartons Q System (Q System)

(Tugas)
INSTRUMENTASI DAN MONITORING
TEROWONGAN
24

Teknik instrumentasi geoteknik untuk memantau dan


mengawasi konstruksi terowongan bertujuan :
1. Mengamati perilaku batuan dan airtanah untuk menentukan
asumsi rancangan
2. Untuk menentukan capaian kontraktor

3. Mendokumentasi keselamatan metode konstruksi dan


peringatan dini terhadap kondisi yang berlawanan
4. Memberikan data bagi langkah-langkah perbaikan
rancangan atau konstruksi
5. Memberikan data yang menjamin keselamatan bagi properti
atau fasum yang ada di dekat proyek
6. Untuk memastikan keselamatan inovasi metode konstruksi

7. Data instrumetasi dapat dijadikan pekerjaan rancangan yang


akan datang dengan lebih aman dan biaya efisien
8. Menyediakan data untuk manajemen klaim secara legal

9. Untuk mengawasi konstruksi, misal untuk NATM.


Instrumen untuk monitoring
25

Tape extensometer : mengukur kecepatan


deformasi dinding terowongan
Inclinometer : mengukur penurunan permukaan
tanah di atas konstruksi terowongan
Convergence meter : mengukur perpindahan
dinding terowongan
Rod extensometer : mengukur tingkat
deformasi massa batuan di sekitar terowongan
Instrumen pengukur perubahan tegangan di
sekitar terowongan
TUGAS : CARI DI LITERATUR
III. RANCANGAN TEROWONGAN
26

FILOSOFI RANCANGAN TEROWONGAN


Terowongan dibangun di dalam massa batuan yang
heterogen, anisotrop dan diskontinyu. Oki yang lebih
penting diperhitungkan ialah gaya-gaya yang dihasilkan
akibat redistribusi tegangan awal.
Adanya bidang diskontinyu juga merupakan masalah
penting dalam penentuan kekuatan batuan
Filosofi rancangan terowongan menurut E. Hoek :
Tujuan dasar setiap rancangan untuk menggalian di bwh tanah
haruslah menggunakan massa batuan itu sendiri sebagai
material struktur utamanya. Selama penggalian harus
menghasilkan sekecil mungkin gangguan stabilitas, dan
sesedikit mungkin menambahkan beton dan penyangga.
Kewajiban tim perancang yang sebenarnya bukanlah
menghitung secara teliti setiap tahap perhitungan,
tetapi terutama ialah melakukan penilaian secara
cermat
Perbedaan terowongan tambang dengan
terowongan sipil
28
ASPEK TEROWONGAN TAMBANG TEROWONGAN SIPIL
UMUR Temporer, sebatas umur tambang Permanen
PENGGUNAAN Untuk sarana penambangan, oleh Untuk pelayanan umum
pekerja yang telah terlatih sehingga persyaratan lebih
ketat
LOKASI Dibangun di tempat terdapatnya Dapat dipilih pada batuan
cadangan bijih yang baik, sesuai fungsinya
KONDISI Diketahui secara lebih baik karena Memerlukan eksplorasi lokasi
BATUAN aktivitas ber tahun tahun secara rinci
KONDISI Kondisinya berubah ubah karena Karena statik maka kondisi
TEGANGAN penambangan terus maju tegangannya relatif tetap

KEDALAMAN Lebih dalam, mengikuti letak bijih Dangkal (kurang dari 500 m)
PANJANG Jauh lebih panjang Diusahakan sependek
TOTAL mungkin
BIAYA Ditekan serendah mungkin Dana untuk penyelidikan lebih
besar.
METODE DAN PROSEDUR RANCANGAN
TEROWONGAN
29

Metode-metode Rancangan
1. Metode Analitik
2. Metode Empirik
3. Metode Observasional

METODE ANALITIK
Yaitu metode rancangan berdasarkan analisis tegangan-tegangan dan
deformasi-deformasi yang terjadi di sekitar terowongan, menggunakan :
a. Perhitungan numerik (finite element method, finite
difference method, boundary elemen metod)
b. Simulasi analog (analogi listrik, fotoelastik)
c. Permodelan fisk misalnya maket dengan skala tertentu.
d. Solusi tunggal (close-form solution) yaitu perhitungan secara
konvensional.

metode analitik
metode empirik
30

METODE EMPIRIK

Ialah metode rancangan menggunakan analisa statistik, berdasarkan


data dan informasi dari pekerjaan sejenis yang pernah dilakukan
Pendekatan empirik yang paling baik ialah berdasarkan Klasifikasi
Massa Batuan (misal : Rock Mass Rating System, Q-System, dsb)

METODE OBSERVASIONAL

Ialah metode rancangan menggunakan analisis data pemantauan


pergerakan massa batuan pada saat penggalian berlangsung, dan
analisis interaksi batuan-penyangga
Metode observasional : New Austrian Tunneling Method (NATM),
Convergence-Confinemet Method
Metode observasional juga dapat digunakan untuk back analysis
yaitu memeriksa balik terhadap hasil metode rancangan yang lain.
Metode rancangan observasional ini memungkinkan terjadinya revisi
rancangan mengikuti perkembangan yang dijumpai di lapangan,
misalnya karena perubahan karakteristik massa batuan yang tidak
diketahui sebelumnya.
TAHAPAN PERENCANAAN PEMBUATAN TEROWONGAN
(Bieniawski,1984)

A PENGUMPULAN DATA AWAL

B STUDI KELAYAKAN umpan balik

C KARAKTERISASI LOKASI TEKNIK

D ANALISIS STABILITAS

E RANCANGAN AKHIR DAN KONSTRUKSI


PENGUMPULAN DATA AWAL
PENILAIAN AWAL
(GEOLOGI, KESULITAN KONSTRUKSI, KEDALAMAN, BIAYA)

SYARAT UMUM KENDALA TEKNIS DATA GEOLOGIS YANG


(MAKSUD, DIMENSI, (DERAJAT, JALUR, ADA (DOKUMEN, PETA,
BENTUK) LENDUTAN, MAMPAT) FOTO UDARA)

KARAKTERISASI AWAL GEOTEKNIK

RENCANA PENYELIDIKAN

PEMETAAN PROGRAM PENGEBORAN TERBATAS PENYELIDIKAN


PERMUKAAN DAN PENYELIDIKAN AIR TANAH GEOFISIKA

UJI LABORATORIUM CONTOH BATUAN DAN


UJI INDEKS LAPANGAN PADA CONTOH INTI

PETA DAN PENAMPANG GEOLOGI :


KONDISI LOKASI YANG MENYENANGKAN DAN
YANG TIDAK; FORMULIR MASUKAN DATA UNTUK
SETIAP DAERAH STRUKTUR

B
STUDI KELAYAKAN A

KLASIFIKASI TEKNIK MASSA BATUAN PADA SETIAP DAERAH

PENGETAHUAN DAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN UNTUK MEM -


E PENGALAMAN PARA PERBANDINGKAN STABILITAS PENGGALIAN DAN SYARAT
AHLI YG TERLIBAT PENYANGGA DG LOKASI LAIN YG MEMPUNYAI KONDISI
GEOLOGI SERUPA

PENILAIAN KELAYAKAN :
PEMERIKSAAN KAJIAN ATAS MASALAH YG POTENSIAL PADA
PEKERJAAN TEROWONGAN
REKAYASA AWAL PENAMPANG TEROWONGAN
KONSTRUKSI ALTERNATIF DAN METODE SISTEM
PENYANGGAAN

PERTIMBANGAN SEMUA
KEMUNGKINAN TINDAKAN ADAKAH KESULITAN PD
KOREKSI YA FASILITASTEROWONGAN UNT UKURAN TIDAK

DAN BENTUK YG DIUSULKAN


APAKAH
HASILNYA SECARA PILIH LINTASAN
YA
TEKNIS,EKONOMIS,DAN TERBAIK UNTUK
FINANSIAL DPT REKAYASA AKHIR
DITERIMA
TIDAK

TOLAK LOKASI

C
KARAKTERISASI TERINCI
B

KARAKTERISASI TERINCI

RENCANA PENYELIDIKAN LAPANGAN

PEMETAAN GEOLOGI EKSPLORASI PENGEBORAN EKSPLORASI ADIT


TERINCI

PENGUJIAN GEOFISIKA UJI LABORATORIUM UJI MEKANIKA


BATUAN INSITU

PENGUKURAN UJI AIR TANAH


TEGANGAN INSITU

REMBESAN DATA :
MENYIAPKAN PETA DAN PENAMPANG GEOLOGI
HASIL ANALISA LABORATORIUM DAN UJI INSITU
KLASIFIKASI MASSA BATUAN

D
C ANALISIS KESTABILAN

PERBANDINGAN MASSA BATUAN


DENGAN YG DIPERSYARATKAN

APAKAH
HASIL TEMUAN
MENYENANGKAN

PROBLEM STABILITAS PROBLEM STABILITAS


PROBLEM STABILITAS PROBLEM STABILITAS AKIBAT PELAPUKAN AKIBAT TEKAN DAN ALIRAN
AKIBAT STRKTR GLGI AKIBAT KONDISI TEG DAN SWELLING BAT AIR TANAH YG BERLEBIH

RELOKASI LINTASAN PELAKSANAAN ANALISIS MELAKUKAN UJI SLAKE PEMASANGAN PIZOMETER


TEROWONGAN DAN TEG. PD. ZONA BATUAN DURABILITY DAN UJI UNT PENENTUAN TEK DAN
ATAU ORIENTASI DAN YG BERPOTENSI TERAK SWELLING PD BATUAN DISTRIBUSI AIR TANAH
MELAKUKAN SISTEM PEMBANDINGAN TEG
PENYANGGA TERUKUR DG KRITERIA
KETERAKAN BATUAN MEMBUAT SUMURAN
UJI UNT MELAKSANA-
KAN PERCOBAAN IN-
SITU SPT SHOTCRETE

RANC. STM. PENY. UNT MEN- URUTN RANC PENGG UNT RANC DRAINAGE DAN ATAU
CEGAH JATUHAN GRAVITASI & MENJADIKAN WKT TUNGGU SISTM GROUTING UNT
STM PKUATN PD ZN POTEN-SI MIN ANT PEMBUKAAN TANAH MENGONTROL TEK DAN
RUNTUH DAN PROTEKSINYA ALIRAN AIR

E
D

RANCANGAN AKHIR DAN KONSTRUKSI

MEMILIH LINTASAN; MENYIAPKAN RANCANGAN DAN METODA KONSTRUKSI


FINAL; INSTRUMENTASI

MENYIAPKAN SPESIFIKASI DAN ALTERNATIF PROPOSAL

REVIEW PELELANGAN DAN ALTERNATIF PROPOSAL

PENGGALIAN DAN KONSTRUKSI; PERBANDINGAN KENYATAAN DAN RAMALAN;


KLASIFIKASI MASSA BATUAN

PEMANTAUAN PADA SAAT KONSTRUKSI

MEMPELAJARI MASALAH

B
Topik khusus : METODE ELEMEN HINGGA
37

Metode Elemen Hingga (Finite Element Method, FEM)


ialah salah satu metode numerik yang dalam geomekanika dipakai untuk
menentukan medan tegangan dan perpindahan (displacement) jika
diketahui modulus elastisitas (E) berdasarkan perilaku (behavior) massa
batuan yang diterapkan.
Dalam FEM, media dianggap terdiri dari elemen-elemen berdasarkan
prinsip keseimbangan. Logikanya ialah : dengan mengetahui besar
perpindahan dari tiap titik simpul pada tiap elemen, maka perpindahan
tersebut dapat diperluas untuk seluruh elemen dalam media itu.
Prosedur FEM :
Diskretisasi (membagi media kontinyu kemjadi elemen-elemen
Penentuan fungsi dekatan dari perpindahan
Penentuan hubungan deformasi dan perpindahan
Penentuan hubungan tegangan dan deformasi
Pembentukan matriks kekakuan dari tiap-tiap elemen
Pembentukan matriks kekakuan global dari sistem.
Pemasukan syarat batas (boundary condition)
Penyelesaian sistem persamaan yang berhubungan dengan sistem
LANGKAH-LANGKAH PERMODELAN DENGAN FEM
38

Tahap yang paling sulit dan menentukan ialah pembuatan model,


sebab model yang dibuat harus benar, artinya mewakili keadaan
yang sesungguhnya di lapangan
Langkah-langkah permodelan :
Penentuan geometri terowongan ke dalam model
Penentuan karakteristik geomekanik dari batuan
Penentuan kondisi pembebanan ke dalam model

GEOMETRI TEROWONGAN
Hal yang perlu diperhatikan : geometri model, geometri daerah
penyelidikan, batas model, kesimetrian, jaringan elemen
model.
Geometri terowongan yang semula 3-dimensi dimodelkan dalam
2-dimensi dengan hipotesa regangan bidang (plane strain).
Selanjutnya ditentukan geometri daerah penyelidikan yaitu
batas pengaruh penggalian dan batas material.
MODEL TEROWONGAN
d = diameter terowongan, Batas model empiris = 20d (Brade &
Brown menyatakan radius daerah pengaruh ialah 6d).
39

Sumbu simetri model

20
d

20d 20
d
d MODEL

TEROWONGAN
20d

Untuk membatasi ukuran model dapat dianggap sumbu simetri, JARING ELEMEN HINGGA
shg cukup dimodelkan setengahnya saja.
KARAKTERISTIK GEOMEKANIK MASSA BATUAN
Data yang diperlukan :
40

Sifat fisik material : bobot isi batuan ()


Sifat mekanik material :
Modulus Young (E)
Poissons ratio ( )

Modulus rigidity (G)

Kuat tekan uniaksial

Kuat tarik

Kohesi (c)

Sudut gesek dalam

Untuk pembebanan biasanya digunakan tegangan


awal sebagai tegangan vertikal
IV. METODE PENGGALIAN
TEROWONGAN
TAHAP KONSTRUKSI
42
Tambang Terbuka

Tambang Bwh Tnh

TEKNIK TEROWONGAN
SISTEM FASILITAS yang
43 diperlukan
Metode penggalian (Peledakan, TBM)
Tenaga kerja
Sistem Load-Haul-Dump (dumptruck,
shuttletrain, mine car (lori) batuan hasil
galian
Sistem Ventilasi
Sistem udara bertekanan tinggi
Sistem drainase dan pompa
Sistem kelistrikan dan penerangan
Sistem penyanggaan/penguatan
Emergensi dan Keselamatan kerja
TEKNIK TEROWONGAN
SIKLUS PENEROWONGAN
44

PENGUKURAN

PENYANGGAAN/
PENGUATAN
PENGEBORAN

SCALING

PENGISIAN DAN
PENYAMBUNGAN
SMOKE CLEARING

BLASTING

TEKNIK TEROWONGAN
45
UNDERGROUND PAYLOADER

TEKNIK TEROWONGAN
PENGEBORAN dan PELEDAKAN UNTUK
MENGGALI TEROWONGAN
46

Perbedaan prinsip peledakan di permukaan dengan di


bawah tanah : Ruang terbatas hanya 1 bidang bebas.
Oleh kareNa itu perlu dibuat bidang bebas
tambahan dengan cara membuat cut
Untuk memperoleh terowongan yang stabil dan
bentuk yang sesuai, dibuat pola urutan peledakan
(Blasting round)
Tipe-tipe cut :
Burn cut (parallel cut)

V cut (wedge/angled cut)

Fan cut.

TEKNIK TEROWONGAN
BLASTING ROUND
Bentuk lubang bukaan : trapesium.
47

Cut Holes

Relief Holes

Angled Holes
(Enlarge holes)

Trimming holes

TEKNIK TEROWONGAN
Terowongan berbentuk lingkaran
48
atau sumuran (shaft)

SMOOTH
BLASTING

EMPTY HOLE
CUT HOLES

ENLARGE
HOLE

RELIEF HOLES

TEKNIK TEROWONGAN
URUTAN LEDAKAN
49

Penyalaan mulai dari cut holes, berturut-


turut ke arah luar.
Trimming holes diledakkan dengan
metode smooth blasting

TEKNIK TEROWONGAN
Detil smooth blasting
50

LUBANG KOSONG

LUBANG ISI

TEKNIK TEROWONGAN
51

TIPE-TIPE CUT HOLES


Yang utama :
- Parallel cuts (Burn cuts)
- V cuts / Wedge cuts

TEKNIK TEROWONGAN
BURN CUT (PARALLEL CUT)
52

(A) (B)
Diameter hole 1,5

(C) (D)

TAMPAK DEPAN PENAMPANG


TEKNIK TEROWONGAN
V-CUT
53

TEKNIK TEROWONGAN PENAMPANG


TAMPAK DEPAN
Sistem kemajuan penggalian
54
lubang bukaan
Full face (peledakan dilakukan sekaligus
untuk permuka terowongan)

Penampang :

ARAH PENGGALIAN

TEKNIK TEROWONGAN
TOP HEADING
55 (Untuk terowongan berdiameter besar)

Bagian atas digali terlebih dahulu

TEKNIK TEROWONGAN
PENAMPANG
peledakan terowongan

peledakan terowongan
PENGGALIAN TEROWONGAN
57
TIDAK DENGAN PELEDAKAN
Menggunakan alat berat :
TUNNEL BORING MACHINE (TBM)
(Tidak pernah dipakai di tambang)

TEKNIK TEROWONGAN
V. STABILISASI TEROWONGAN
58

Tujuan : membantu dinding terowongan menyangga beban massa batuan


dari atas dan samping terowongan sehingga terowongan tetap stabil
selama masa pemakaiannya.
Stabilisasi bertujuan agar sistem yang dipasang sebelum, selama dan
segera setelah penggalian memberikan penyanggaan awal dan agar
penggalian berlangsung aman, cepat dan ekonomis.
Pada tambang bawah tanah, penyanggaan dilakukan hanya bila
diperlukan. Dalam hal massa batuan termasuk batuan kompeten maka
umumnya tidak memerlukan penyanggaan terstruktur, karena massa
batuan kompeten mampu menyangga dirinya sendiri.
Berdasarkan fungsinya, sistem penyanggaan terowongan dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Penyanggaan sementara (temporary support)
2. Penyanggaan permanen
Penyanggaan sementara biasanya digunakan pada saat berlangsung penggalian,
sebelum dipasang penyangga permanen.
Pada terowongan tambang, penyanggaan sementara dapat menggunakan kayu
square-set, kayu kuda-kuda, dsb.
Sedangkan pada terowongan sipil penyanggaan sementara dapat berupa steel-arch,
rock bolt, shotcrete
Material penyangga
59

Jenis material penyangga :


Kayu tahun (biasanya kayu lokal)
Shotcrete & wire mesh

Baja (steel arch / steel rib)

Rock bolt / split set

Beton monolit

Pertimbangan dalam memilih material penyangga :


1) Umur terowongan

2) Fungsi terowongan

3) Kecukupan faktor keselamatan (safety factor)

4) Keekonomian

5) Material kayu hanya digunakan untuk di tambang


bawah tanah
Penyangga dari kayu
60

3,50
m
cap

3,00 m
post

4,00
m
Steel arch
61

Steel arch
62

Concrete Lining Rockbolting


W-Strap & Rock bolting
63

Rock bolt

W-Strap
Klasifikasi sistem stabilisasi
terowongan
64

Kuesel (1996) seorang konsultan terowongan


membagi sistem stabilisasi terowongan
berdasarkan material yang dipakai yaitu :
Batuan tanpa penyangga (unlined rock)

Sistem perkuatan batuan

Shotcrete

Stabilisasi pra-penggalian

Sistem kerangka baja

Segmental lining

Beton tuang (poured concrete)


Prinsip-prinsip STABILISASI TEROWONGAN
65

Bagian terpenting pada terowongan


ialah batuan/tanah di sekitar terowongan
Komponen terpenting pada batuan/tanah
ialah air tanahnya

SUPPORTING

Anda mungkin juga menyukai