Anda di halaman 1dari 25

1

ANALISIS BIAYA REKLAMASI BLOK G PADA TAMBANG


NIKEL PT. JAGAD RAYATAMA

PROPOSAL PENELITIAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH :

ANDI DEDDY SETIAWAN


R1D115015

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
DESEMBER 2020
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penambangan merupakan seluruh usaha pencarian bahan galian

berharga yang bernilai ekonomis yang meliputi penggalian, pengolahan,

pemanfaatan bahan galian yang bersifat ekonomis. Dalam mengelola

pertambangan harus padat modal, beresiko tinggi dan meterialnya tidak

dapat diperbaharui.Potensi bijih nikel yang ada di Provinsi Sulawesi

Tenggara telah mendorong PT. Jagad Rayatama untuk melakukan kegiatan

dalam sektor pertambangan yang berada di Kecamatan Palangga dan

Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi

Tenggara.

Secara administrasi, IUP PT. Jagad Rayatama terletak di Kecamatan

Palangga dan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan yang berjarak

± 90 km dari kota Kendari yang dapat ditempuh melalui jalur darat baik

itu menggunakan roda dua maupun roda empat. Perjalanan dari kota

Kendari menuju lokasi penambangan ditempuh dalam waktu ± 2 jam. PT.

Jagad Rayatama memiliki luas IUP ± 996 Ha.

Proses penambangan sistem terbuka pada prinsipnya dimulai dengan

membersihkan permukaan tanah, kemudian mengupas tanah penutup,

menggali bahan tambang, dan mengangkut bahan tambang ke tempat

penampungan (stockyard) untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan

baku industri. Alur kegiatan penambangan selengkapnya adalah sebagai

berikut : 1). Pembersihan lahan dari vegetasi yang menutupi lapisan tanah
3

permukaan (clearing and grubing) dilakukan dengan Buldozer dan

Excavator. 2). Pengupasan tanah penutup. Tanah penutup dikupas dan

diangkut ke tempat penimbunan sementara, atau ditata dan disebar di area

pembuangan (disposal) akhir. 3). Penggalian dan pengambilan bahan

tambang (ore) dengan alat gali muat (ore getting). Ore diangkut keluar

melewati jalan tambang ke Export Transite Ore (ETO) dan Export Final

Ore (EFO) di dekat pelabuhan. 4). Setiap selesai penambangan, tanah

penutup dan tanah sisa penambangan ditimbun kembali di area bekas

galian sesuai dengan design yang telah ditentukan. 5). Penanaman kembali

tanaman penutup tanah. Kegiatan penambangan terbuka pada prinsipnya

diwajibkan untuk menutup kembali areal bekas tambang yang ditinggalkan

agar tidak terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar dan dipulihkan

kembali kondisi ekosistemnya sekurang-kurangnya seperti kondisi

sebelumnya (Subowo, 2011).

Menurut Undang–Undang Nomor 4 Tahun (2009) reklamasi adalah

kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,

memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat

berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Peraturan-perundangan reklamasi dan

pascatambang di Indonesia menetapkan berbagai persyaratan untuk pelaksanaan

kegiatan tersebut. Sebagai langkah awal, para pemangku kepentingan diwajibkan

untuk berkonsultasi secara rinci tentang peraturan-perundangan terkait reklamasi

dan pasca tambang yang berlaku (Suryaningtyas dkk., 2019).


4

Salah satu hal yang harus direncanakan dengan baik dalam

melakukan kegiatan penambangan selain aspek teknis yaitu aspek

ekonomi (finansial). Hal ini dikarenakan dalam pengerjaannya, kegiatan

pertambangan membutuhkan modal yang sangat besar, mulai dari tahap

eksplorasi, pengembangan (development), penambangan, hingga pasca

tambang sehingga perencanaan finansial harus dilakukan dari awal.

Perencanaan finansial yang baik akan membuat kemungkinan kerugian

menjadi lebih kecil dan besaran keuntungan serta pengembalian modal

dapat diperkirakan (Setiawan dkk., 2018).

Salah satu tujuan mengelola industri pertambangan adalah

memperoleh keuntungan sebesar-besarnya mengingat pentingnya dalam

mengetahui biaya yang akan dikeluarkan bagi perusahaan. Mulai dari

biaya penambangan dan produksi hingga upah karyawan seta biaya

reklamasi (pasca tambang). Semuanya itu perlu di lakukan agar

perusahaan tidak mengeluarkan biaya-biaya yang tak terduga yang dapat

merugikan perusahaan. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis

mengambil judul mengenai analisis biaya reklamasi Blok G pada tambang

nikel PT. Jagad Rayatama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada kegiatan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan reklamasi lahan Blok G pada PT. Jagad Rayatama ?

2. Berapa total biaya reklamasi yang akan dikeluarkan ?


5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat dalam kegiatan

penelitian ini, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Merencanakan reklamasi lahan Blok G pada PT. Jagad Rayatama.

2. Menentukan total biaya reklamasi yang akan dikeluarkan.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi keilmuan : Dapat mengetahui perencanaan reklamasi lahan bekas

pernambangan nikel.

2. Bagi perusahaan PT. Jagad Rayatama : Selain manfaat ilmiah dapat juga di

jadikan sebagai panduan dan masukan agar kegiatan reklamasi dapat berjalan

dengan baik.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Reklamasi Dan Pasca Tambang

Menurut Undang–Undang Nomor 4 Tahun (2009) reklamasi adalah

kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,

memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat

berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun (2014), reklamasi

adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk

menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar

dapat berfungsi kembali sesuai peruntukkannya. Pasca tambang adalah kegiatan

terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan

usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial

menurut kondisi lokal di seluruh 10 wilayah pertambangan (UU No.4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara).

Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun (2010)

tentang Reklamasi dan Pasca tambang, bahwa program pasca tambang meliputi:

1. Reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang
7

2. Pemeliharaan hasil reklamasi

3. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

4. Pemantauan.

B. Ruang Lingkup Reklamasi

Perusahaan dalam melaksanakan reklamasi dan penutupan tambang

wajib memenuhi prinsip-prinsip Iingkungan hidup, keselamatan dan

kesehatan kerja, serta konservasi bahan galian. Prinsip-prinsip lingkungan

hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:

a. kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara sesuai baku

mutu Iingkungan

b. stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing,lahan bekas

tambang serta struktur buatan (man-madestructure) lainnya

c. keanekaragaman hayati

d. pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya dan

e. aspek sosial, budaya, dan ekonomi.

Prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 meliputi penciptaan kondisi aman sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Prinsip-prinsip konservasi bahan galian

sebagairnana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi pengumpulan data yang

akurat mengenai bahan galian yang tidak dieksploitasi dan atau diolah

serta sisa pengolahan bahan galian (Permen ESDM Nomor 18 tahun

2008).

C. Sasaran dan Perencanaan Kegiatan Reklamasi


8

Sembiring (2008) mengemukakan bahwa areal bekas tambang yang

belum

direvegetasi mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan erosi, pukulan air

hujan yang langsung ke permukaan tanah menyebabkan butir-butir tanah akan

hancur dan selanjutnya akan menutupi pori-pori tanah dan membuat tanah

menjadi padat. Pada saat kegiatan pertambangan tersebut berhenti atau

ditutup,maka akan timbul permasalahan-permasalahan, antara lain terganggunya

fungsi lingkungan hidup serta turunnya kualitas sosial dan kesehatan masyarakat.

Oleh sebab itu sangatlah diperlukan perencanaan penutupan tambang dalam

rangka upaya menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut untuk

menjamin pemanfaatan lahan di wilayah bekas kegiatan pertambangan agar

berfungsi sesuai peruntukannya (Huzeini dkk.,2019).

Ruang lingkup kegiatan reklamasi ini meliputi dua tahap yaitu :

pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu

ekologinya dan mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah

diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya. Sedangkan Sasaran

akhir dari reklamasi yaitu: agar terciptanya lahan bekas tambang yang

kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi dan lahan bekas

tambang dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukannya (Azim

dkk., 2017).

D. Penyusunan Rencana Reklamasi


9

Berdasarkan Peraturan menteri ESDM Nomor 7 Tahun (2014)

Paragraf 2 Pasal 12 Rencana Penyusunan Reklamasi Tahap Operasi

Produksi meliputi :

a. Tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan tahap operasi produksi

b. Rencana pembukaan lahan untuk kegiatan tahap operasi produksi yang

menyebabkan lahan terganggu,

c. Program reklamasi tahap operasi produksi dalam bentuk revegetasi dan/atau

peruntukan lainnya,

d. Kriteria keberhasilan reklamasi tahap operasi produksi meliputi standar

keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil dan penyelesaian

akhir.

E. Biaya Reklamasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral

No.7 Tahun (2014) biaya reklamasi terbagi menjadi dua yaitu biaya

langsung dan biaya tidak langsung. Adapun komponen biaya reklamasi

adalah sebagai berikut :

1. Biaya Langsung

a. Biaya pembongkaran fasilitas tambang (bangunan, jalan, kantor, dll), kecuali

ada persetujuan dari instansi yang berwenang bahwa fasilitas tersebut akan

digunakan pemerintah.

b. Biaya penataan kegunaan lahan yang terdiri dari :

1) Sewa alat – alat berat dan mekanis.


10

2) Pengaturan permukaan lahan.

3) Pengisian kembali lahan bekas tambang.

c. Biaya Reklamasi meliputi :

1) Analisis kualitas tanah.

2) Pemupukan.

3) Pengadaan bibit dan Penanaman.

d. Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang. Kegatan

teknik sipil sebagaimana dimaksud menurut Permenhut No. P.

04//menhut-II/(2011) antara lain :

1) Pengisian kembali lahan bekas galian tambang.

2) Pengaturan bentuk lahan.

3) Pengelolaan tanah pucuk.

4) Pembuatan teras.

5) Saluran pembuangan air (SPA).

6) Bangunan pengendali jurang pembuatan chekdam dan/atau penangkap oli

bekas (oil catcher).

2. Biaya Tidak Langsung

1. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat-alat berat (2,5% dari biaya langsung).

2. Biaya perencanaan reklamasi (2% - 10% dari biaya langsung).

3. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor/pihak ketiga pelaksaan

reklamasi (3% - 14% dari biaya langsung).

4. Biaya supervisi (2% - 7% dari biaya langsung).

F. Perencanaan Reklamasi
11

Perencanaan reklamasi menurut Azim dkk. (2017) meliputi :

1. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.

2. Luas areal yang di reklamasi sama dengan luas areal yang terganggu oleh

kegiatan pertambangan.

3. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan

mengatur sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi.

4. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun sampai

tingkan yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.

5. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.

6. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas

penambangan.

7. Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak dimungkinkan

agar ditanamin dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah

yang keras.

8. Setelah penambangan maka lahan bekas tambang yang diperuntukkan bagi

vegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang

sesuai dengan rencana rehabilitasi

9. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya. Memantau dan mengelola

areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

G. Pelaksanaan Reklamasi

Jenis kegiatan reklamasi antara lain :

1. Penataan lahan;

2. Pengisian kembali lubang bekas tambang;


12

a) Penataan permukaan tanah; dan

b) Penaburan/pengelolaan tanah pucuk.

3. Pengendalian erosi dan sedimentasi;

1. Pembuatan bangunan konservasi tanah (checkdam, dam penahan,

pengendali jurang, drop structure, saluran pembuangan air, dan lain-lain);

2. Penanaman cover crops untuk memperkecil kecepatan air limpasan dan

meningkatkan infiltrasi

4. Revegetasi (luas areal penanaman, jumlah tanaman per hektar dan komposisi

jenis tanaman) (Permenhut P.04/Menhut-II/2011).

Dalam melakukan reklamasi lahan bekas tambang, hal-hal yang

perlu diperhatikan dan dilakukan dalam merehabilitasi/ reklamasi lahan

bekas tambang yaitu dampak perubahan dari kegiatan pertambangan,

rekonstruksi tanah, revegetasi, pencegahan air asam tambang, pengaturan

drainase, dan tata guna lahan pasca tambang (Suprapto, 2007).

Reklamasi dinilai berhasil apabila telah memenuhi kriteria

keberhasilan reklamasi yang ditetapkan. Dalam hal ini untuk kegiatan

revegetasi perlu memperhatikan antara jenis tanaman yang dipilih dan

syarat tumbuh tanaman dengan kondisi lahan, agar kriteria keberhasilan

reklamasi dapat tercapai. Apabila pemilihan tanaman tepat dan sesuai

terhadap kondisi lahan yang akan direklamasi, maka :

1. Tanaman dapat tumbuh dengan baik

2. Persentase tumbuh tanaman yang diinginkan tercapai

3. Jumlah tanaman tiap hektar memenuhi target


13

4. Kombinasi jenis tanaman sesuai dan kesehatan tanaman baik (Setyowati dkk.,

2017).

1. Persiapan Lahan

Kegiatan persiapan lahan ini yaitu berupa pengamanan lahan bekas

tambang, pengaturan bentuk lahan dan pengaturan atau penempatan low

grade (Azim dkk., 2017).

Pengaturan bentuk lahan guna menghasilkan lahan yang siap untuk

direklamasi membutuhkan bantuan alat-alat mekanis untuk mengerjakannya.

Alat-alat yang di gunakan untuk proses pengaturan bentuk lahan adalah sebagai

berikut :

1. Buldozer

Kegiatan dozing dengan taksiran produksi buldozer dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut menurut Komatsu (2006) :

60
Q=q x x e x E ......................................................................................(1)
cm

Keterangan :

Q : Hourly production (m3 /hr; yd3/hr)

q : Production per cycle (m3; yd3)

e : Grade factor

E : Job efficiency

Cm : Cycle time (in minutes)

q=q 1 × a...............................................................................................

.. (2)
14

Keterangan :

q1 : Blade capacity (m3; yd3)

a : Blade fill factor

2. Excavator

Rumus untuk mementukan produktifitas excavator menurut

Raemaka dkk. (2018) yaitu :

PS× 3600 × FK 3
KP= m / jam..............................................................
CT

..... ( 3 )

Keterangan :

PS = Produksi per siklus = KB x KF

KB = Kapasitas bucket ( m3)

BF = Bucket Factor

CT = Cycle time (menit)

Cycle time excavator terdiri dari 4 gerakan yaitu :

1) Excavating time (digging time) atau waktu gali

2) Swing time (waktu putar) saat bucket terisi

3) Dumping time (waktu buang muatan)

4) Swing time (waktu putar) saat bucket kosong

3. Dump Truck

Rumus produktifitas dump truck menurut Raemaka dkk. (2018) yaitu :

KT ×60 × FK 3
KP= m / jam .................................................................
CT

..... ( 4 )
15

Keterangan :

KP = Kapasitas produksi

KT = Kapasitas muat (m3)

FK = Faktor Koreksi

CT = Cycle Time (menit)

Waktu siklus untuk alat angkut dump truck terdiri atas :

1) Loading time (waktu pemuatan)

2) Hauling time (waktu angkut)

3) Dumping time (waktu penumpahan)

4) Returning time (waktu kembali)

5) Spotting time (waktu manuver 2 kali)

2. Pengelolaan Tanah Pucuk (topsoil)

Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah

pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini penting karena tanah merupakan

media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting

untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi.

Untuk mengetahui berapa volume overburden yang dibutuhkan

untuk diarea reklamasi maka diperlukan suatu perhitungan. Kebutuhan

volume overburden menurut Azim dkk. (2017) :

Volume OB = Luas daerah (m¿¿ 2)¿ x ketebalan OB

(m)................................(5)

Untuk mengetahui volume top soil yang dibutuhkan dalam proses reklamasi dapat

di hitung dengan rumus. Kebutuhan Volume topsoil :


16

Kapasitas topsoil = Luas daerah (m¿¿ 2)¿ x Ketebalan topsoil

(m)..................(6)

3. Revegetasi

Dalam program reklamasi yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No

7 Tahun (2014) kegiatan revegetasi diantaranya yaitu menentukan jenis dan

jumlah tanaman yang akan digunakan untuk eklamasi, jarak tanam antar pohon

serta luas lahan yang akan direvegetasi.

Beberapa jenis tanaman yang cepat tumbuh yang umum digunakan untuk

revegetasi adalah akasia (Acasiamangium, Acasiacrassicarpa), gamal

(Gliricidiasepium), lamtoro (Leucaena galuca), sengon laut (Albizzia falcata), turi

(Sesbania grandiflora), dan lain-lain. Berdasarkan Permen Kehutanan RI Nomor:

P.4 / Menhut-II / (2011) tentang “Pedoman Reklamasi Hutan” bahwa penanaman

pohon tanaman jadi (tanaman akhir) dilakukan dengan jarak tanam 4x4 meter .

Untuk menentukan jumlah tanaman yang akan ditanam yaitu dari luas

lahan yang akan direklamasi dibagi dengan jarak tanam dengan menggunakan

persamaan menurut Alkad dkk. (2018) :

Jumlah pohon/ha =

luas area penanaman (m2)


… … … … … … … … … … … .(7)
jarak tanam antar pohon( m)

Menghitung waktu pelaksanaan reklamasi dihitung dari waktu yang di

butuhkan untuk penataan lahan yang terdiri dari pengaturan bentuk lahan dan

penebaran tanah pucuk serta waktu untuk kegiatan revegetasi yang terdiri dari

waktu pembuatan lubang tanam, waktu penanaman dan pemeliharaan.


17

Menghitung waktu pembuatan lubang tanaman menggunakan persamaan

berikut menurut Sanjaya (2018 ) :

Waktu pembuatan lubang =

waktu pembuatanlubang per batang × jumlah tanaman


(8)
60 menit

Menghitung waktu pelaksanaan penanaman menggunakan persamaan

berikut :

Waktu tanam =

waktu tanam per batang × jumlah tanaman


… … … … … … … ..(9)
60 menit

III. METODE PENELITIAN


18

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Secara administrasi, IUP PT. Jagad Rayatama terletak di Kecamatan

Palangga dan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan yang berjarak

± 90 km dari Kota Kendari. Lokasi tersebut dapat ditempuh melalui jalur

darat baik itu menggunakan roda dua maupun roda empat. Perjalanan dari

Kota Kendari menuju lokasi penambangan ditempuh dalam waktu ± 2 jam.

PT. Jagad Rayatama memiliki luas IUP ± 996 Ha.

Penelitian akan dilakukan pada blok G dalam kurun waktu ± 1 bulan

yaitu pada bulan Agustus 2020 – September 2020. Adapun lokasi

penelitian yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 1.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kuantitatif, karena

penelitian ini lebih mengarah ke penelitian penerapan (Applied Reseach).

Applied Research merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan

untuk mengaplikasikan teori yang dapat dari bangku perkuliahan terhadap

kondisi yang aktual di lapangan (Azim dkk., 2017).

ar

.1

Pe
19

C. Instrumen Penelitian

Adapun alat dan bahan atau instrumen yang dibutuhkan dalam

melaksanakan penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Instrumen Penelitian


No Alat dan Bahan Manfaat
1 Sekop Kecil Untuk mengambil sampel topsoil pada
disposal
2 Kantong Sampel Untuk menyimpan sampel topsoil yang
telah diambil pada disposal
3 Peta IUP Untuk mengetahui lokasi penelitian yang
akan diteliti
4 Kamera Untuk mendokumentasikan gambar
penelitian

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Studi literatur merupakan bagian dari kegiatan penelitian yang bertujuan

untuk mengumpulkan, mempelajari dan membaca berbagai sumber pustaka.

2. Pengambilan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan melakukan pengumpulan

data dimana, data-data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi

penelitian pada saat dilakukan survei dengan pengambilan sampel topsoil

pada bukaan yang akan direklamasi. Sampel topsoil diambil pada disposal
20

area kemudian dimasukkan ke dalam kantong sampel yang kemudian akan

dianalsis di laboratorium untuk menetukan ph dari topsoil tersebut.

b. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan

mengumpulkan jurnal, serta dokumen-dokumen serta yang ada kaitannya

dengan penulisan ini,yaitu peta luasan blok penelitian yang akan di

reklamasi, data kepemilikan overburden dandata curah hujan. Peta luasan

blok dan data kepemiliikan overburden diambil dari data yang dimiliki

perusahaan. Data curah hujan diambil dari data yang dimiliki Badan Pusat

Statistik.
21

E. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Sampel topsoil 1. Data curah hujan BPS


2. Dokumentasi Penelitian 2. Update data kepemilikan overburden
3. Peta luasan blok penambangan
4. Spesifikasi Alat
5. Data Acuan Reklamasi

Pengolahan Data
1. Menentukan area yang akan di reklamasi berdasarkan peta
luasan blok penambangan
2. Menentukan volume tanah pucuk (topsoil) dengan
menggunakan persamaan (5) dan (6)
3. Pemilihan jenis tanaman disesuaikan dengan acuan reklamasi
perusahaan
4. Menghitung biaya reklamasi yang terdiri dari :
1) Menghitung biaya penggunaan untuk penataan lahan
2) Menghitung biaya revegetasi terdiri atas jumlah bibit yang
digunakan menggunakan persamaan (7), jumlah pupuk dan
pemeliharaan (penyiraman)
5. Menghitung waktu pelaksanaan reklamasi dengan
menggunakan persamaan (8) dan (9)
6. Menghitung biaya total pelaksanaan reklamasi

1
22

Hasil
Biaya Reklamasi Blok G pada Tambang Nikel
PT. Jagad Rayatama

Selesai

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian


23

DAFTAR PUSTAKA

Alkad, E., Kasim,T., dan Yunasri, 2018, Perencanaan Dan Biaya Reklamasi
Lahan Bekas Tambang Area Tambang Batubara PT. Baturona Adimulya
Desa Supat Barat Kecamatan Babat Supat Kabupaten Musi Banyuasin,
Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3, Padang.

Azim, F., Yunasril., dan Prabowo, H., 2017, Perencanaan Reklamasi Dengan
Revegetasi Pada Stockpile Di PT. Allied Indo Coal Kecamatan Talawi
Kotamadya Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat, Jurnal Bina Tambang,
Vol. 4 No. 1, Padang.

Huzeini, A., Suhartoyo, H., dan Susatya, A., 2019, Studi Evaluasi Pasca
Tambang PT. Ratu Samban Mining Bengkulu Tengah Provinsi
Bengkulu, Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, Bengkulu.

Komatsu, 2006, Specification and Aplication Handbook Edition 27, Komatsu


Ltd,Tokyo.

Pemerintah Indonesia, 1999, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan


Republik Indonesia No. 146/Kpts-II/1999 Tentang Pedoman Reklamasi
Reklamasi Bekas tambang Dalam Kawasan Hutan, Lembaran Negara RI
Tahun 1999, No. 146, Sekretariat Negara, Jakarta.

Pemerintah Indonesia, 2008, Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral


Republik Indonesia Tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang,
Lembaran Negara RI Tahun 2008, Sekretariat Negara, Jakarta.

Pemerintah Indonesia, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 78


Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang , Lembaran Negara
RI Tahun 2010, No. 138, Sekretariat Negara, Jakarta.

Pemerintah Indonesia, 2009, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara, Lembaran Negara RI Tahun 2009,
No. 4959, Sekretariat Negara, Jakarta.

Pemerintah Indonesia, 2011, Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia


No. P. 04/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan,
Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 23, Sekretariat Negara, Jakarta.

Pemerintah Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral


Republik Indonesia No. 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Reklamasi
dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara , Lembaran Negara RI Tahun 2014, No.274, Sekretariat
Negara, Jakarta.
24

Raemaka, L. O., Firdaus., dan A. Suryawan., 2018, Perencanaan Pendajwalan


Produksi pada Penambangan Bijih Nikel Berdasarkan Target Produksi
PT. Ifishdeco Site Tinanggea, Jurnal Riset Teknologi Pertambangan (J-
Ristam) Vol. 1, No. 1, Mei 2018, ISSN 2621-3869, Kendari.

Sanjaya, M., R, 2108, Kajian Perencanaan Reklamasi Lahan Bekas


Penambangan Nikel PT. ST Nickel Resources, Universitas Halu Oleo,
Kendari.

Sembiring, S., 2008, Sifat Kimia dan Fisik Tanah pada Areal Bekas Tambang
Bauksit di Pulau Bintan Riau, Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli,
Sumatera Utara.

Setiawan, M.R. A, Widodo, S., dan Asmiani, N., 2018, Analisis Capital
Budgeting Investasi Dalam Usaha Penambangan Batubara Pada PT.
Tuah Globe Mining Provinsi Kalimantan Tengah, Jurnal Geomine, Vol.
6, No. 1, Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia,
Makassar.

Setyowati, Rr. D. N., Amala. N. A., dan Aini, N., 2017, Studi Pemilihan Tanaman
Revegetasi untuk Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang, Jurnal
Teknik Lingkungan Vol. 3 No.1, Surabaya.

Subowo, G, 2011, Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan


Upaya Reklamasi Pasca Tambang untuk Memperbaiki Kualitas Sumber
Daya Lahan dan Hayati Tanah, Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2,
Bogor

Suprapto, S.J, 2007, Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek
Konservasi Bahan Galian. Pusat Sumber Daya Geologi.

Suryaningtyas, Dr. D., Sulistijo, Dr. B., Iskandar, Dr., Sudadi, Dr. U., Kusumo,
Dr. A. D., dan Srihartati, Y., 2019, Buku Pegangan untuk Praktek terbaik
dalam Reklamasi Tambang Darat Timah Alluvial di Indonesia
Pembelajaran dari Proyek Percontohan Reklamasi Air Kundur 3,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Buddenstantalt Fur
Geowissenschafften und Roshtoffe, Jakarta.
25

Anda mungkin juga menyukai