Anda di halaman 1dari 179

PENYUSUNAN PROGRAM APLIKASI KOMPUTASI

PERANCANGAN PELEDAKAN PADA TAMBANG TERBUKA


DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN
VISUAL BASIC 6






SKRIPSI





Oleh
TRI ATMOJO SUNARYADI
NIM. 112 04 0119










JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2011
PENYUSUNAN PROGRAM APLIKASI KOMPUTASI
PERANCANGAN PELEDAKAN PADA TAMBANG TERBUKA
DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN
VISUAL BASIC 6





SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta






Oleh
TRI ATMOJO SUNARYADI
NIM. 112 040 119








JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2011
PENYUSUNAN PROGRAM APLIKASI KOMPUTASI
PERANCANGAN PELEDAKAN PADA TAMBANG TERBUKA
DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN
VISUAL BASIC 6






SKRIPSI





TRI ATMOJO SUNARYADI
NIM. 112 040 119



Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Tanggal : .








Pembimbing I




( Ir. Bagus Wiyono, MT )

Pembimbing II




( Drs. Nur Ali Amri, MT )
Seorang Lelaki Sejati haruslah mampu menyesuaikan dirinya
dengan perubahan - perubahan besar yang terjadi di Dunia,
Tanpa harus kehilangan Jati Dirinya.

-Prinsip Kesejatian Diri No Name-


Sejatine wong ngagesang, Apa ingkang binasan, Iku kang kinaryo luhur Sejatine wong ngagesang, Apa ingkang binasan, Iku kang kinaryo luhur Sejatine wong ngagesang, Apa ingkang binasan, Iku kang kinaryo luhur Sejatine wong ngagesang, Apa ingkang binasan, Iku kang kinaryo luhur
(Sesungguhnya manusia hidup, apa yan (Sesungguhnya manusia hidup, apa yan (Sesungguhnya manusia hidup, apa yan (Sesungguhnya manusia hidup, apa yang dilakukan, itulah yang akan g dilakukan, itulah yang akan g dilakukan, itulah yang akan g dilakukan, itulah yang akan
memuliakan derajatnya) memuliakan derajatnya) memuliakan derajatnya) memuliakan derajatnya)

- Serat Sastra Gending Sultan Agung Hanyokro kusumo Serat Sastra Gending Sultan Agung Hanyokro kusumo Serat Sastra Gending Sultan Agung Hanyokro kusumo Serat Sastra Gending Sultan Agung Hanyokro kusumo- -- -









Kupersembahkan karya tulis ini kepada : Kupersembahkan karya tulis ini kepada : Kupersembahkan karya tulis ini kepada : Kupersembahkan karya tulis ini kepada :
Ayahku Soetikno Hatmo Poespito, yang
selalu memberikan motivasi spiritual
tanpa kenal lelah dan tulus
Ibuku Amini, yang selalu memberikan
kasih sayang dan dorongan semangat
tanpa kenal lelah dan tulus
Saudaraku Bambang Suhartoyo dan
Didik Puspito
RINGKASAN


Perancangan peledakan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan
pembongkaran batuan pada lapisan tanah penutup. Disamping itu terkait erat dengan
pencapaian target produksi yang diinginkan, maka hal yang harus diperhatikan
adalah parameter dari geometri peledakan yang terdiri atas burden, spacing,
subdrilling, charge length, loading density, kedalaman lubang ledak dan powder
factor.
Perancangan peledakan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan cara
manual, komputer atau gabungan dari keduanya. Sejak kemunculan komputer, cara-
cara manual sudah mulai ditinggalkan. Metode yang sering digunakan dalam
perancangan peledakan pada tambang terbuka adalah menggunakan pendekatan
metode formula R.L.Ash & formula C.J.Konya.
Metode formula R.L.Ash maupun formula C.J.Konya dapat dikerjakan dengan
cara manual maupun komputer. Jika dikerjakan dengan cara manual, maka terdapat
dua kendala yang akan dihadapi. Pertama, jika jumlah data banyak dan kompleks,
maka selain rumit juga memerlukan waktu yang cukup lama. Kedua, tingkat
akurasinya rendah, karena hal ini sangat tergantung pada subyektifitas perancang.
Oleh karena itu pemakaian komputer sebagai alat bantu tidak dapat dihindari.
Untuk mendukung penggunaan komputer tersebut, dalam penelitian ini
dilakukan pembuatan program aplikasi guna perancangan peledakan pada tambang
terbuka dengan menggunakan bahasa pemrograman visual basic 6.0.
Pembuatan program dilakukan dengan cara membahasakan algoritma formula
R.L.Ash dan formula C.J.Konya ke dalam bahasa pemrograman visual basic. Setelah
diuji coba terhadap data simulasi, program tersebut dapat digunakan untuk
menghasilkan analisa perancangan peledakan dengan baik. Hasil perhitungan
program setelah dicocokkan dengan perhitungan manual tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
Keterbatasan program aplikasi perangkat lunak yang telah dibuat adalah
sebagai berikut : (1) Terdapatnya kesalahan fungsi pada menu perancangan
rangkaian lubang ledak, (2) program aplikasi belum dapat melakukan penyimpanan
atau pemanggilan data dan mencetak output program.












iv
KATA PENGANTAR


Segala puji hanya milik Allah SWT, atas kehendak-Nyalah pada akhirnya
penelitian yang penulis lakukan dapat terselesaikan dalam bentuk skripsi ini.
Skripsi dengan judul Program Aplikasi Komputasi Perancangan Peledakan
pada Tambang Terbuka dengan menggunakan Bahasa Pemrogaman Visual Basic 6
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Skripsi ini
disusun berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dari bulan Juni hingga
September 2010 di Laboratorium Simulasi dan Komputasi Pertambangan Jurusan
Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta.
Penulis meyakini bahwa skripsi ini tidak akan pernah terwujud kecuali atas
dukungan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. H. Didit Welly Udjianto, MS, Rektor Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta
2. Dr. Ir. S. Koesnaryo, M.Sc, Dekan Fakultas Teknologi Mineral.
3. Ir. Anton Sudiyanto, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan.
4. Ir. Suyono, MS, Kepala Laboratorium Simulasi dan Komputasi Tambang.
5. Ir. Bagus Wiyono, MT, Pembimbing I.
6. Drs. Nur Ali Amri, MT, Pembimbing II
7. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.


Yogyakarta, Agustus 2011 Penulis,


Tri Atmojo Sunaryadi
v
DAFTAR ISI


RINGKASAN ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

Bab Halaman
I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 2
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ............................................................................... 2
1.5 Metodologi Penelitian ...................................................................... 2
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
II DASAR TEORI ...................................................................................... 4
2.1 Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan ................................. 4
2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi dalam merancang peledakan ..... 6
2.2.1 Peubah yang tidak dapat dikendalikan ..................................... 6
2.2.1.1 Geologi ....................................................................... 6
2.2.1.2 Struktur Diskontinuitas ................................................ 8
2.2.1.3 Sifat dan Kekuatan batuan ........................................... 8
2.2.1.4 Pengaruh Air tanah ...................................................... 9
2.2.1.5 Kondisi Cuaca ............................................................. 9
2.2.2 Peubah yang dapat dikendalikan ............................................. 10
2.2.2.1 Kemiringan Lubang Ledak .......................................... 10
2.2.2.2 Pola Pemboran ............................................................ 12
2.2.2.3 Diameter Lubang Ledak .............................................. 13
2.2.2.4 Geometri Peledakan menurut Teori R.L.Ash ............... 14
2.2.2.5 Geometri Peledakan menurut Teori C.J.Konya ............ 19
2.2.2.6 Pola Peledakan ............................................................ 26
2.2.2.7 Waktu Tunda ............................................................... 27
2.2.2.8 Sifat Bahan Peledak ..................................................... 29
2.2.2.9 Pengisian Bahan Peledak ............................................. 32
2.3 Hasil Peledakan ................................................................................ 35
2.3.1 Target Produksi ....................................................................... 35
2.3.2 Tingkat Fragmentasi Batuan ................................................... 35
2.3.3 Efek Peledakan ....................................................................... 37
2.3.3.1 Getaran Tanah ............................................................. 37
2.3.3.2 Batu Terbang ............................................................... 41
2.3.3.3 Ledakan Udara ............................................................ 42
vi
Bab Halaman
2.4 Microsoft Visual Basic versi 6.0 ....................................................... 45
2.4.1. Pengertian Microsoft Visual Basic versi 6.0 ........................... 45
2.4.2. Struktur Aplikasi Microsoft Visual Basic versi 6.0 ................. 45
2.4.3. Mengenal Data dan Variabel .................................................. 49
III HASIL PENELITIAN ............................................................................ 51
3.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 51
3.2 Perancangan Perangkat Lunak .......................................................... 51
3.2.1 Perancangan antar muka ......................................................... 51
3.2.1.1 Form Splash ................................................................ 53
3.2.1.2 Rancangan Form Utama .............................................. 54
3.2.1.3 Form Rancangan Peledakan ......................................... 55
3.2.1.4 Form Kamus ................................................................ 61
3.2.1.5 Form Referensi ............................................................ 62
3.2.1.6 Form Video Blasting ................................................... 63
3.2.1.7 Form User Manual ...................................................... 64
3.3 Algoritma Program .......................................................................... 64
3.4 Studi Kasus ...................................................................................... 66
3.4.1 Implementasi Perangkat Lunak berdasarkan Teori R.L.Ash .... 66
3.4.2 Implementasi Perangkat Lunak berdasarkan Teori C.J.Konya . 72
3.5 Tipe Error pada Perangkat Lunak .................................................... 76
IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 81
4.1 Implementasi Perangkat Lunak berdasarkan Teori R.L.Ash ............. 81
4.1.1 Burden ........................................................................... 81
4.1.2 Spacing .......................................................................... 81
4.1.3 Stemming ....................................................................... 82
4.1.4 Subdrilling ..................................................................... 82
4.1.5 Tinggi jenjang ................................................................. 82
4.1.6 Kedalaman lubang ledak ................................................ 82
4.1.7 Kolom isian ...................................................................... 82
4.1.8 Tingkat Fragmentasi berdasarkan geometri R.L.Ash ........ 82
4.1.9 Powder Factor .................................................................. 83
4.2 Implementasi Perangkat Lunak berdasarkan Teori C.J.Konya .......... 83
4.2.1 Burden ........................................................................... 83
4.2.2 Spacing .......................................................................... 83
4.2.3 Stemming ....................................................................... 84
4.2.4 Subdrilling ..................................................................... 84
4.2.5 Tinggi jenjang ................................................................. 84
4.2.6 Kedalaman lubang ledak ................................................ 84
4.2.7 Kolom isian ...................................................................... 84
4.2.8 Powder Factor .................................................................. 84
4.2.9 Tingkat Fragmentasi berdasarkan geometri C.J.Konya ..... 84
4.2 Implementasi perbandingan geometri peledakan ............................... 85
4.2.1 Burden ........................................................................... 85
vii
Bab Halaman
4.2.2 Spacing .......................................................................... 85
4.2.3 Stemming ....................................................................... 86
4.2.4 Subdrilling ..................................................................... 86
4.2.5 Tinggi jenjang ................................................................. 87
4.2.6 Kedalaman lubang ledak ................................................ 87
4.2.7 Kolom isian ...................................................................... 87
4.3 Prosentase Error pada Perangkat Lunak ........................................... 87
4.4 Keunggulan dan Kelemahan Perangkat ............................................ 87
4.4.1 Keunggulan ............................................................................ 87
4.4.1 Kelemahan .............................................................................. 88
V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 90
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 90
5.2 Saran ................................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 91
LAMPIRAN ................................................................................................. 92

















viii
DAFTAR GAMBAR


Gambar Halaman
2.1 Proses Pecahnya Batuan Akibat Peledakan ............................................. 5
2.2 Peubah Terkendali dan Tidak Terkendali ................................................ 7
2.3 Pemboran dengan lubang ledak tegak dan lubang ledak miring ................. 10
2.4 Pola Pemboran ........................................................................................ 12
2.5 Pengaruh diameter lubang ledak terhadap burden ..................................... 13
2.6 Pengaruh Perbandingan Spasi/burden Terhadap Fragmentasi .................. 22
2.7 Pola Peledakan Berdasarkan Arah Runtuhan Batuan ............................... 27
2.8 Hubungan Antara Jarak Maksimum Lemparan Batuan ............................ 42
2.9 Efek Air Blast Terhadap Manusia dan Struktur Bangunan ....................... 43
2.10 Logika Diagram alir Perancangan Peledakan .......................................... 44
2.11 Lingkungan Kerja Microsoft Visual Basic versi 6.0 ................................ 46
2.12 Toolbox dalam Microsoft Visual Basic versi 6.0 ...................................... 47
2.13 Properties dalam Microsoft Visual Basic versi 6.0 ................................... 48
2.14 Jendela Source Program di Microsoft Visual Basic Versi 6.0 ................... 49
3.1 Bagan Struktur Perangkat Lunak ............................................................. 52
3.2 Tampilan Form Splash ............................................................................ 53
3.3 Tampilan form utama .............................................................................. 54
3.4 Tampilan form Input data ......................................................................... 55
3.5 Diagram alir Perancangan Perangkat Lunak ............................................ 56
3.6 Tampilan form Output data ...................................................................... 59
3.7 Tampilan form Kamus ............................................................................ 61
3.8 Tampilan form Referensi ........................................................................ 62
3.9 Tampilan form Video Blasting ................................................................ 63
3.10 Diagram Alir Tahapan Penyusunan Algoritma ........................................ 65
3.11 Tampilan form Input Data blasting ash .................................................... 68
3.12 Tampilan form Hasil Output blasting ash ................................................. 70
3.13 Tampilan form Grafik Fragmentasi ......................................................... 71
3.14 Tampilan form Rancangan lubang ledak ................................................. 71
ix
Gambar Halaman
3.15 Tampilan form Input data blasting konya .................................................. 73
3.16 Tampilan form Output data blasting konya .............................................. 75
3.17 Tingkat kesalahan perangkat lunak pada fragmentasi batuan(R.L.Ash) .... 80
3.18 Tingkat kesalahan perangkat lunak pada fragmentasi batuan(C.J.Konya) . 80


























x
DAFTAR TABEL


Tabel Halaman
2.1 Koreksi posisi lapisan batuan dan struktur geologi

.................................. 20
2.2 Potensi yang terjadi akibat variasi stiffnes ratio

....................................... 26
2.3 Waktu Tunda Antar Lubang Ledak

.......................................................... 28
2.4 Time Delay Between Row

....................................................................... 29
2.5 Hubungan Nilai Powder Factor dengan Densitas Batuan

......................... 34
2.6 Hubungan Nilai Powder Factor dengan Tipe Batuan

................................ 34
2.7 Pembobotan massa batuan untuk peledakan

............................................. 37
2.8 Data karakteristik bahan peledak

............................................................. 40
2.9 Tipe kelompok batuan

............................................................................. 40
3.1 Perbandingan perhitungan berdasarkan teori R.L.Ash

.............................. 78
3.2 Perbandingan perhitungan berdasarkan teori C.J.Konya

........................... 79
4.1 Perbandingan rancangan peledakan

......................................................... 89
















xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A. User Manual ............................................................................................ 92
B. Kontrol Perhitungan Manual ................................................................... 96
C. Algoritma Program ................................................................................. 112

1

BAB I
PENDAHULUAN




1.1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah menjadi
kebutuhan pokok dalam era informasi. Hal ini dapat dilihat dari derasnya arus
informasi dari segala penjuru dunia yang dapat diakses oleh siapapun tanpa batas
ruang dan waktu. Keberhasilan pembangunan teknologi informasi telah
mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, seperti aspek pertambangan
khususnya. Seperti yang terlihat dari berbagai macam software komputasi
pendukung telah banyak dikembangkan untuk memudahkan analisa dalam metode
perhitungan.
Rancangan peledakan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan
penambangan. Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang di
inginkan, maka di butuhkan suatu perencanaan peledakan dengan memperhatikan
besaran besaran geometri peledakan. Parameter rancangan peledakan seperti :
Burden, Stemming, Subdrilling, Spacing dan waktu penyalaan harus ditentukan
dengan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam efisiensi produk dan
pertimbangan faktor keamanan lingkungan. Dengan adanya tuntutan teknologi, serta
tersedianya berbagai macam bentuk informasi yang menuntut untuk melakukan
perubahan yang dapat menunjang efektifitas dan produktifitas maka dirasa sangatlah
perlu adanya program bantu komputasi guna mendapatkan hasil program perhitungan
rancangan peledakan secara mudah dan tepat. Dengan adanya program bantu
komputasi untuk menghitung rancangan ini akanlah sangat menghemat waktu,
tenaga, dan tentu saja tingkat ketelitian hasilnya akan lebih tinggi daripada
perhitungan manual
Untuk mendukung penggunaan program komputasi tersebut, dalam penelitian
ini diusulkan pembuatan program aplikasi guna perancangan peledakan dengan
bahasa pemrograman visual basic 6.0.
2

1.2.Tujuan Penelitian .
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat algoritma program untuk perhitungan perancangan geometri peledakan.
2. Mengetahui seberapa mampu program aplikasi dapat menghasilkan analisa
perhitungan geometri peledakan yang akurat.

1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana cara kerja aplikasi dalam menganalisa permasalahan perancangan
peledakan.
b. Penerapan algoritma bahasa pemrograman dalam analisa perancangan peledakan.

1.4. Batasan Masalah
Dalam perencanaan program ini terdapat beberapa batasan perencanaan.
Batasan-batasan tersebut dibuat untuk mempermudah dan memperjelas perencanaan
alur program. Pembuatan program aplikasi yang dilakukan dalam penelitian ini akan
dibatasi oleh beberapa hal berikut ;
a. Program aplikasi difokuskan pada analisa geometri peledakan berdasarkan
pendekatan teori R.L.Ash & C.J.Konya yang diantaranya mencakup tentang
perhitungan geometri peledakan, Efek peledakan dan Fragmentasi batuan.
b. Program ini dibatasi berdasarkan pendekatan teori yang telah ditentukan.

1.5. Metodologi Penelitian.
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini meliputi beberapa hal
yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan studi literatur
Mengidentifikasi dan mengumpulkan materi-materi prasyarat yang nantinya
digunakan untuk perhitungan dalam menentukan estimasi parameter untuk data
perancangan geometri peledakan, yaitu antara lain materi-materi dalam mata
kuliah teknik peledakan
3

2. Mencari data data referensi pendukung, yaitu antara lain metode peledakan yang
akan digunakan, spesifikasi bahan peledak dan parameter peledakan.
3. Pembuatan dan perancangan algoritma program di Laboratorium Simulasi dan
Komputasi Pertambangan.
4. Pengkajian secara teoritis terhadap keakuratan program aplikasi
5. Pengujian secara teknis terhadap keakuratan program aplikasi
6. Pembuatan laporan akhir dari penelitian yang bersangkutan.

1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara teoritis akan memberikan tambahan wawasan terhadap ilmu pertambangan
terutama dalam bidang perancangan peledakan.
2. Karena bersifat aplikatif maka dapat diterapkan dalam membantu analisa
perancangan peledakan.
3. Dapat digunakan sebagai referensi program bantu pendidikan, khususnya jurusan
Teknik Pertambangan dalam mata kuliah Teknik Peledakan.



.

















4

BAB II
DASAR TEORI

Salah satu metode pemberaian pada batuan adalah metode pemboran dan
peledakan. Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk menghancurkan,
melepas ataupun membongkar batuan dari batuan induknya, untuk memenuhi target
produksi dan memindahkan batuan yang telah hancur menjadi tumpukan material
(muckpile) yang siap untuk dimuat ke dalam alat angkut.
Salah satu indikator untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemboran
dan peledakan adalah tingkat fragmentasi batuan yang dihasilkan dari kegiatan
pemboran dan peledakan tersebut. Diharapkan ukuran fragmentasi batuan yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pada kegiatan penambangan selanjutnya.
Fragmentasi batuan yang memerlukan pemecahan ulang dinyatakan sebagai
bongkah, sehingga diperlukan upaya pemecahan ulang agar batuan tersebut bisa
digunakan.
Untuk dapat mencapai tujuan di atas, diperlukan kontrol dan pengawasan
terhadap faktor yang dapat mempengaruhi suatu operasi peledakan.

2.1. Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan
Pada prinsipnya, pecahnya batuan akibat energi peledakan dapat dibagi dalam
3 tahap, yaitu : dynamic loading, quasi-static loading, dan release of loading.
(gambar 2.1).
1. Proses pemecahan batuan tingkat I (dynamic loading)
Pada saat bahan peledak diledakkan di dalam lubang ledak, maka terbentuk
temperatur dan tekanan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan hancurnya batuan di
sekitar lubang ledak serta timbulnya gelombang kejut (shock wave) yang
merambat menjauhi lubang ledak dengan kecepatan antara 3000 5000 m/detik,
sehingga menimbulkan tegangan tangensial yang mengakibatkan adanya
rekahan menjari mengarah keluar di sekitar lubang ledak.
5

Bidang Bebas
Lubang ledak
Batas bidang bebas
Pada tahap terakhir, energi ledakan yang
dipantulkan oleh bidang bebas pada
tahap sebelumnya, dan ekspansi gas
akan menghancurkan batuan dengan
lebih sempurna
Pada tahap pertama terjadi
penghancuran batuan disekitar lubang
ledak dan diteruskannya energi ledakan
ke segala arah.
Bidang Bebas
Energi ledakan menghancurkan batuan di
sekitar lubang ledak
Retakan di sekitar lubang ledak
Energi ledakan diteruskan ke segala arah
Pada tahap kedua energi ledakan
yang bergerak sampai bidang bebas
menghancurkan batuan pada
dinding jenjang tersebut
Bidang Bebas
Pecahnya batuan pada dinding jenjang
: Tegangan tangensial


: Tegangan radial.

: Tegangan tarik.
Gambar 2.1
Proses Pecahnya Batuan Akibat Peledakan
4)


2. Proses pemecahan batuan tingkat II (quasi-static loading)
Tekanan yang meninggalkan lubang ledak pada proses pemecahan tingkat II
adalah positif. Apabila shock wave mencapai bidang bebas (free face) akan
dipantulkan kemudian berubah menjadi negatif sehingga menimbulkan
gelombang tarik (tensile wave). Karena gelombang tarik ini lebih besar dari
6

kekuatan tarik batuan, maka batuan akan pecah dan terlepas dari batuan
induknya (spalling) yang dimulai dari tepi bidang bebasnya.
3. Proses pemecahan batuan tingkat III (release of loading)
Karena pengaruh tekanan dan temperatur gas yang tinggi maka retakan menjari
yang terjadi pada proses awal akan meluas secara cepat yang diakibatkan oleh
kekuatan gelombang tarik dan retakan menjari. Massa batuan yang ada di depan
lubang ledak akan terdorong oleh terlepasnya kekuatan gelombang tekan yang
tinggi dari dalam lubang ledak, sehingga pemecahan batuan yang sebenarnya
akan terjadi. Umumnya batuan akan pecah secara alamiah mengikuti bidang
bidang yang lemah, seperti kekar dan bidang perlapisan.

2.2. Faktor faktor yang mempengaruhi dalam merancang peledakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan peledakan dapat dikelompokkan
dalam dua kategori yaitu peubah yang dapat dikendalikan (controllable variable) dan
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable variable). (Gambar 2.2)
2.2.1. Peubah yang tidak dapat dikendalikan
Adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan
manusia, hal ini disebabkan karena prosesnya terjadi secara alamiah. Yang
termasuk faktor-faktor ini adalah :
2.2.1.1. Geologi
Batuan yang menyusun kerak bumi dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
Proses terbentuknya suatu jenis batuan berbeda dengan jenis batuan lain.
Tiap-tiap tipe batuan tersusun dari mineral-mineral dalam berbagai
komposisi, ukuran, tekstur, dan struktur yang berlainan. Batuan yang
trsingkap dipermukaan bumi akan mengalami proses pelapukan dan proses
pelapukan untuk tiap-tiap batuan juga berbeda. Hal ini sangat berpengaruh
pada sifat fisik dan mekanik dari batuan. Batuan yang masih segar umumnya
mempunyai kekuatan yang lebih besar, dan akan berkurang sejalan dengan
proses pelapukan yang dialami.
7




Gambar 2.2.
Peubah Terkendali dan Tidak Terkendali Dalam Rancangan Peledakan
2)


(B) Peubah yang tidak dapat dikendalikan

Geologi
Sifat dan kekuatan batuan
Struktur diskontinuitas
Kondisi cuaca
Air tanah (kadang-kadang dapat dikontrol)

(A) Peubah yang dapat dikendalikan

Diameter lubang ledak
Kedalaman lubang ledak
Kedalaman subdrilling
Kemiringan lubang ledak
Tinggi stemming
Tinggi jenjang
Pola peledakan
Perbandingan burden dan spasi
Dimensi dan konfigurasi Peledakan

Arah peledakan
Sistim penyalaan
Urutan penyalaan
Bidang bebas
Tipe bahan peledak
Energi bahan peledak
Metode pemuatan
Air tanah (kadang-kadang
tidak dapat dikontrol)

Proses Peledakan


Hasil Peledakan

Fragmentasi
Perpindahan material hasil peledakan
Profil tumpukan hasil peledakan
Getaran tanah (ground vibration)
Ledakan udara (air blast)
Batu terbang (fly rock)
Misfires

8

2.2.1.2. Struktur Diskontinuitas
Sejauh menyangkut penggalian, massa batuan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu segar dan lapuk. Untuk batuan segar, sifat diskontinuitas
berperan penting, karena melalui zona diskontinuitas ini proses pelapukan
akan berlangsung secara intensif. Diskontinuitas ini dapat berupa kekar,
retakan, sesar, dan bidang bidang perlapisan. Kekar merupakan rekahan-
rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan yang
disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja dalam kerak bumi atau pengurangan
bahkan kehilangan tekanan dimana pergeseran dianggap sama sekali tidak
ada. Struktur kekar ini sangat penting diketahui dan merupakan pertimbangan
utama dalam operasi peledakan, dengan adanya struktur kekar ini maka
energi gelombang tekan dari bahan peledak akan mengalami penurunan yang
disebabkan adanya gas-gas hasil reaksi peledakan yang menerobos melalui
rekahan, sehingga mengakibatkan penurunan daya tekan terhadap batuan
yang akan diledakkan. Penurunan daya tekan ini akan berdampak terhadap
batuan yang diledakkan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya bongkah
pada batuan hasil peledakan bahkan batuan hanya mengalami keretakan.

2.2.1.3. Sifat dan kekuatan batuan
Sifat batuan yang penting untuk dipertimbangkan dalam rangka
perbaikan fragmentasi hasil peledakan antara lain :
Sifat fisik : bobot isi
Pada umumnya bobot isi batuan digunakan sebagai petunjuk kemudahan
batuan untuk dipecahkan dan dipindahkan. Untuk volume batuan yang
sama, batuan yang berat memerlukan energi yang lebis besar untuk
membongkarnya
Sifat mekanik : cepat rambat gelombang, kuat tekan dan kuat tarik.
Kecepatan rambat gelombang tiap batuan berbeda. Batuan yang masif
mempunyai kecepatan perambatan gelombang yang tinggi, berkaitan
dengan hal tersebut, penggunaan bahan peledak yang mempunyai
kecepatan detonasi yang tinggi dapat memberikan hasil fragmentasi yang
9

baik. Kuat tekan dan kuat tarik juga dapat digunakan sebagai petunjuk
kemudahan batuan untuk dipecahkan. Batuan pada dasarnya lebih kuat
atau tahan terhadap tekanan dari pada tarikan, hal ini dicirikan oleh kuat
tekan batuan lebih besar dibandingkan dengan kuat tariknya.

2.2.1.4. Pengaruh air tanah
Kandungan air dalam jumlah yang cukup banyak dapat mempengaruhi
stabilitas kimia bahan peledak yang sudah diisikan kedalam lubang ledak.
Kerusakan sebagian isian bahan peledak dapat mengurangi kecepatan reaksi
bahan peledak sehingga akan mengurangi energi peledakan, atau bahkan isian
akan gagal meledak (misfire). Misalnya ANFO yang dapat larut dalam air ,
tidak dapat digunakan untuk zona peledakan yang banyak airnya. Untuk
mengatasi pengaruh air, dapat menggunakan pompa untuk mengeluarkan air
tersebut dari lubang ledak kemudian membungkus bahan peledak
menggunakan plastik.. Penutupan pada lubang ledak pada saat hujan juga
merupakan salah satu cara mengurangi pengaruh air. Alternatif lain dalam
mengatasi adanya pengaruh air dalam lubang ledak adalah dengan
menggunakan bahan peledak yang tahan terhadap air atau dengan kata lain
bahan peledaka tersebut mempunyai ketahanan terhadap air (water resistence)
yang sangat baik., contohnya emulsi, watergel atau slurries.

2.2.1.5. Kondisi cuaca
Kondisi cuaca mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan
pembongkaran batuan, hal ini berkaitan dengan jadwal waktu kerja efektif
ratarata. Dalam suatu operasi peledakan, proses pengisian dan
penyambungan rangkaian lubang ledak dilakukan pada cuaca normal, dan
harus dihentikan ketika cuaca mendung (akan hujan) apalagi disertai kilat,
dan hal ini sangat membahayakan apabila mengunakan metode pelakan
listrik, karena kilatan dapat mengaktifasi aliran listrik, sehingga akan terjadi
peledakan prematur. Pada daerah tropik, semakin banyak hari hujan berarti
jumlah jam kerja efektif untuk operasi peledakan menjadi semakin pendek.
10

Semuanya itu demi kelancaran proses peledakan dan disamping itu akan
menjamin keamanan para pekerja.

2.2.2. Peubah yang dapat dikendalikan
Adalah faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh kemampuan
manusia dalam merancang suatu peledakan untuk memperoleh hasil
peledakan yang diharapkan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
2.2.2.1. Kemiringan Lubang Ledak
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak
tegak dan lubang ledak miring. Rancangan peledakan yang menerapkan
lubang ledak tegak, maka gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang
bebas lebih sempit, sehingga kehilangan gelombang tekan akan cukup besar
pada lantai jenjang bagian bawah, hal ini dapat menyebabkan timbulnya
tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan pada peledakan dengan lubang ledak
miring akan membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan
mempermudah proses pecahnya batuan dan kehilangan gelombang tekan
pada lantai jenjang menjadi lebih kecil (Gambar 2.3).


Gambar 2.3
Pemboran dengan lubang ledak tegak dan lubang ledak miring
3)
11

Keuntungan dan kerugian dari penggunaan kedua sistem tersebut adalah
sebagai berikut:
Keuntungan dari lubang ledak miring adalah:
Fragmentasi dari tumpukan hasil peledakan yang dihasilkan lebih
baik, karena ukuran burden sepanjang lubang yang dihasilkan relatif
seragam.
Mengurangi kemungkinan missfire yang disebabkan oleh cut off dari
pergerakan burden.
Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif lebih rata.
Mengurangi terjadinya pecah berlebihan pada batas baris lubang ledak
bagian belakang (back break).
Powder factor lebih rendah, ketika gelombang kejut yang dipantulkan
untuk menghancurkan batuan pada lantai jenjang lebih efisisen.
Produktifitas alat muat tinggi karena tumpukan hasil peledakan
(muckpile) lebih rendah dan seragam.
Kerugian dari lubang ledak miring adalah sebagai berikut:
Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antar
lubang ledak serta dibutuhkan lebih banyak ketelitian dalam
pembuatan lubang ledak.
Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak.
Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut deviasi yang dibentuk akan
semakin besar.
Keuntungan lubang ledak tegak adalah sebagai berikut :
Pemboran dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih akurat
Untuk tinggi jenjang sama lubang ledak akan lebih pendek jika
dibanding dengan lubang ledak miring.
Kerugian lubang ledak tegak adalah sebagai berikut:
Kemungkinan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang (toe) besar
Kemungkinan timbulnya retakan ke belakang jenjang (back break)
dan getaran tanah lebih besar.
Lebih banyak menghasilkan bongkah pada daerah di sekitar stemming.
12

2.2.2.2. Pola Pemboran
Pola pemboran merupakan suatu pola dalam pemboran untuk
menempatkan lubang lubang ledak secara sistematis. Pola pemboran ada 2
macam, yaitu : Pola pemboran sejajar (parallel pattern) dan Pola pemboran
selang seling (staggered pattern)
Pola pemboran sejajar adalah pola pemboran dengan penempatan
lubang ledak dengan baris (row) yang berurutan dan sejajar dengan burden.
Sedangkan pola pemboran selang seling merupakan pola pemboran yang
penempatan lubang lubang ledaknya selang seling setiap kolomnya
(gambar 2.4)















Gambar 2.4
Pola Pemboran
9)

Pada kondisi di lapangan, pola pemboran sejajar lebih mudah dalam
pembuatan dan pengaturannya, namun fragmentasi yang dihasilkan kurang
seragam, sedangkan untuk pola pemboran selang seling fragmentasi yang
dihasilkan lebih seragam walaupun lebih sulit dalam pengaturan di lapangan.
Free Face
B
S
A. Pola pemboran
sejajar (paralel)


S = Spasi
B = Burden

Free Face
B
S
B. Pola pemboran
selang-seling
(staggered)

S = Spasi
B = Burden

B
13

B
Menurut hasil penelitian pada peledakan batuan yang kompak dan
homogen, menunjukkan bahwa produktivitas dan tingkat fragmentasi hasil
peledakan menggunakan pola pemboran selang seling lebih baik
dibandingkan dengan pola pemboran sejajar. Hal ini disebabkan karena pada
pola pemboran selang seling, energi yang dihasilkan terdistribusi lebih
optimal dalam batuan.

2.2.2.3. Diameter Lubang Ledak
Pemilihan diameter lubang ledak tergantung pada tingkat produksi
yang diinginkan. Pemilihan ukuran lubang ledak secara tepat sangat penting
untuk memperoleh hasil fragmentasi secara maksimal dengan biaya rendah.
Diameter lubang ledak berpengaruh pada penentuan jarak burden dan jumlah
bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya (Gambar 2.5)
Faktor faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang ledak
antara lain :
Volume massa batuan yang akan dibongkar
Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
Fragmentasi yang diinginkan
Mesin bor yang tersedia (hubungannya dengan biaya pemboran)
Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan









Gambar 2.5
Pengaruh diameter lubang ledak terhadap burden
2)

D
H
2B
2D
H
14

Diameter lubang ledak berpengaruh terhadap panjang stemming.
Untuk menghindari getaran tanah dan batuan terbang (flyrock), maka lubang
ledak yang berdiameter besar harus mempunyai stemming yang panjang.
Sedangkan jika lubang ledak berdiameter kecil maka stemming yang
digunakan menjadi lebih pendek, agar tidak terjadi bongkah pada hasil
peledakan. Jika stemming terlalu panjang, maka energi ledakan tidak mampu
menghancurkan batuan pada daerah di sekitar stemming tersebut.
Diameter lubang ledak juga dibatasi oleh tinggi jenjang. Untuk tinggi
jenjang tertentu terdapat batas minimum diameter lubang ledak tertentu pula,
apabila batas minimum ini tidak tercapai maka akan terjadi penyimpangan
berlebihan yang bersifat merusak, yaitu pemecahan yang tidak merata di
sepanjang lantai jenjang serta akan menyebabkan getaran tanah.

2.2.2.4. Geometri peledakan menurut teori R.L.Ash.
R.L.Ash (1967) membuat suatu pedoman perhitungan geometri
peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh di
berbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda.
Sehingga R.L. Ash berhasil mengajukan rumusan-rumusan empirik yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan
batuan.
1) Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan bidang
bebas yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan. Menentukan
ukuran burden merupakan langkah awal agar fragmentasi batuan hasil
peledakan, vibrasi, airblast dapat memuaskan.
Burden diturunkan berdasarkan diameter lubang tembak atau diameter
mata bor atau diameter dodol bahan peledak. Untuk menentukan burden, R.L.
Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang dibuat secara empirik, yaitu
adanya batuan standar dan bahan peledak standar.
Batuan standar adalah batuan yang mempunyai berat jenis atau densitas
160 lb/cuft (2,00 ton/m
3
), tidak lain dari densitas batuan rata-rata.
15

Bahan peledak standar adalah bahan peledak yang mempunyai berat jenis
(SG) 1,2 dan kecepatan detonasi (Ve) 12.000 fps (4.000 m/det).
Apabila batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan standar dan
bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standar, maka digunakan
burden ratio (Kb) yaitu 30. Tetapi bila batuan yang akan diledakkan tidak
sama dengan batuan standar dan bahan peledak yang digunakan bukan pula
bahan peledak standar, maka harga Kb-standar itu harus dikoreksi
menggunakan faktor penyesuaian (adjustment factor).

ft
KbxDe
B
12
= ............. (2.1)
atau

m
KbxDe
B
3 , 39
= .. (2.2)

Jika :
De = diameter lubang tembak
B = burden
Kb = burden ratio

Keterangan :

Bobot isi batuan standar (Dst) = 160 lb/cuft
Bahan peledak :
SG std = 1,2
Vestd (VODstd) = 12000 fps
Kb
standard
= 30

Maka :

K
b koreksi
= 30 x Af
1
x Af
2 ............................................................................................
(2.3)


Af1 = adjusment factor untuk batuan yang diledakkan
Af
2
= adjusment factor untuk handak yang dipakai

16

Dengan :
Af
1
=
3
1
|

\
|
D
D
std
.................................................................................. (2.4)
D = bobot isi batuan yang diledakkan

Af
2
=
3
1
2
2
.
.
|
|

\
|
std std
Ve SG
Ve SG
...................................................................... (2.5)

SG = BJ bahan peledak yang dipakai
Ve = VOD bahan peledak yang dipakai
Jadi

B = m
xDe Kb
terkoreksi
3 , 39
......................................................................... (2.6)

Jarak burden yang baik adalah jarak dimana energi ledakan bisa
menekan batuan secara maksimal sehingga pecahnya batuan sesuai dengan
fragmentasi yang direncanakan dengan mengupayakan sekecil mungkin
terjadinya batuan terbang, bongkah, dan retaknya batuan pada batas akhir
jenjang.

2) Spacing (S)
Spacing adalah jarak antar lubang tembak dirangkai dalam satu baris
dan diukur sejajar terhadap bidang bebas.

S = Ks x B ..................................................................................... (2.7)

Keterangan :

Ks = spacing ratio (1,0 2,0)
B = burden (m)

Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran
batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari
ketentuan akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan
(stump) diantara dua lubang tembak setelah peledakan.
17

Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing
adalah sebagai berikut :
Peledakan serentak, S = 2 B
Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay), S = B
Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1 B hingga 2 B
Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 B - 1,8 B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang tembak dalam
baris yang sama, S = 1,15 B

3) Stemming (T)
Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi
bahan peledak, tetapi diisi material seperti tanah liat atau material hasil
pemboran (cutting).
Fungsi stemming adalah :
Meningkatkan confinning pressure dari gas hasil peledakan.
Menyeimbangkan tekanan di daerah stemming.
Mengontrol kemungkinan terjadinya airblast dan flyrock
Untuk menghitung panjang stemming perlu ditentukan dulu stemming
ratio (Kt), yaitu perbandingan panjang stemming dengan burden. Biasanya Kt
standar yang dipakai 0,70 dan ini cukup untuk mengontrol airblast, flyrock
dan stress balance. Apabila Kt < 1 maka akan terjadi. Untuk menghitung
stemming dipakai persamaan :

T = Kt . B .................................................................................... (2.8)
Keterangan :
T = Stemming (m)
Kt = Stemming ratio (0,7 1,0)
B = Burden (m)

4) Subdrilling (J)
Subdrilling merupakan kelebihan panjang lubang ledak pada bagian
bawah lantai jenjang. Subdrilling dimaksudkan agar jenjang terbongkar tepat
pada batas lantai jenjang sehingga didapat lantai jenjang yang rata setelah
18

peledakan. Panjang subdilling dipengaruhi oleh struktur geologi, tinggi
jenjang dan kemiringan lubang ledak. Panjang subdrilling diperoleh dengan
menentukan harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari
0,20. Untuk batuan massive biasanya dipakai Kj sebesar 0,3.
Hubungan Kj dengan burden diekspresikan dengan persamaan sebagai
berikut :

J = Kj . B (2.9)
Keterangan :

J = Subdilling (m)
Kj = Subdilling ratio (0,2 0,4)
B = Burden (m)

5) Kedalaman lubang ledak (H)
Kedalaman lubang ledak merupakan penjumlahan dari panjang
stemming dengan panjang kolom isian (PC) bahan peledak.
Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat
produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Menurut R.L.
Ash, kedalaman lubang ledak berdasarkan pada hole depth ratio (Kh) yang
harganya berkisar antara 1,5 4,0.
Hubungan kedalaman lubang ledak dengan burden adalah sebagai
berikut :

H = Kh . B ................................................................................... (2.10)

Keterangan :

H = Kedalaman lubang ledak (m)
Kh = Hole dept ratio (1,5 4)
B = Burden (m)

6) Panjang Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian merupakan hasil pengurangan dari kedalaman
lubang ledak dengan panjang stemming.

19

Persamaan :

PC = H T ................................................................................... (2.11)

Keterangan :

PC = Panjang kolom isian (m)
H = Kedalaman lubang ledak (m)
T = Stemming (m)

2.2.2.5. Geometri peledakan menurut teori C.J.Konya.
Perhitungan geometri peledakan menurut Konya (1990) tidak hanya
mempertimbangkan faktor bahan peledak, sifat batuan dan diameter lubang
ledak tetapi juga memperhatikan faktor koreksi terhadap posisi lapisan
batuan, keadaan struktur geologi serta koreksi terhadap jumlah lubang ledak
yang diledakkan. Faktor terpenting untuk dikoreksi menurut Konya (1990)
adalah masalah penentuan besarnya nilai burden (B).
a. Burden (B)
Pemilihan nilai burden yang tepat merupakan keputusan yang
terpenting dalam rancangan peledakan. Burden adalah jarak tegak lurus
antara lubang ledak terhadap bidang bebas terdekat dan merupakan arah
pemindahan batuan (displacement) akan terjadi.
Pada penentuan jarak burden, ada beberapa faktor yang harus
diperhitungkan seperti diameter lubang ledak, bobot isi batuan dan struktur
geologi dari batuan tersebut. Semakin besar diameter lubang ledak maka akan
semakin besar jarak burden, karena dengan diameter lubang ledak yang
semakin besar maka bahan peledak yang digunakan akan semakin banyak
pada setiap lubangnya sehingga akan menghasilkan energi ledakan yang
semakin besar. Sedangkan apabila densitas batuannya yang semakin besar,
maka agar energi ledakan berkontraksi maksimal dilakukan dengan
memperkecil ukuran burden, sehingga fragmentasi batuan yang dihasilkan
akan baik. Sedangkan struktur geologi batuan digunakan sebagai faktor
koreksi pada penentuan burden. Untuk faktor koreksi berdasarkan geologi
batuan dapat dibagi kedalam 2 konstanta yaitu Kd yang merupakan koreksi
20

terhadap posisi lapisan batuan dan Ks yaitu koreksi terhadap struktur geologi
batuan dilihat pada tabel (Tabel 2.1).

Tabel 2.1
Koreksi posisi lapisan batuan dan struktur geologi
5)
Number Of row Kr
One or two row of holes 1,00
Third and subsequent rows or buffer blast 0,9
Rock Deposition Kd
Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
Other cases of deposition 1,00
Geologic Structure Ks
Heavily cracked, frequent weak joint, weakly cemented layers 1,30
Thin well-cemented layers with tight joints 1,10
Massive intact rock 0,95


Dalam penentuan panjang burden berdasarkan rumusan Konya sebagai
berikut :
De
SGr
SGe
B
(

+ |

\
|
= 5 , 1
2
...................................................................... (2.12)
33 , 0
15 , 3 |

\
|
=
SGr
SGe
De B ....................................................................... (2.12)
33 , 0
67 , 0 |

\
|
=
SGr
Stv
De B ......................................................................... (2.12)
dengan :
B
1
= Burden (m)
SG
e
= Berat jenis bahan peledak
SG
r
= Berat jenis batuan
D
e
= Diameter lubang ledak (mm)

Sedangkan perhitungan koreksi burden digunakan rumusan dibawah ini :

B
2
= Kd x Ks x Kr x B
1
..................................................... (2.13)

21

dengan :
B
1
= Burden awal (m)
B
2
= Burden terkoreksi (m)
Kd = Faktor koreksi berdasarkan struktur geologi batuan
Ks = Faktor koreksi berdasarkan orientasi perlapisan
Kr = Faktor koreksi berdasarkan jumlah baris peledakan, yaitu Kr = 1 jika
terdapat satu atau 2 baris dan Kr = 0,9 jika terdapat 3 baris atau lebih.

b. Spasi (S)
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan
di dalam satu baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan menyebabkan
batuan hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu
kuat, sedangkan bila spasi terlalu besar akan menyebabkan banyak bongkah
atau bahkan batuan hanya mengalami keretakan dan menimbulkan tonjolan
diantara dua lubang ledak setelah diledakkan, hal ini disebabkan karena
energi ledakan dari lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan energi
dari lubang lainnya.
Penerapan jarak spasi harus mempertimbangkan perbandingannya
dengan burden agar didapat pencakupan energi peledakan yang cukup untuk
mendapatkan hasil fragmentasi yang kita inginkan. Perbandingan jarak spasi
dengan burden (S/B) pada pola peledakan dan penyebaran energinya dapat
dilihat pada Gambar 2.7.
Untuk memperoleh jarak spasi maka digunakan rumusan sebagai
berikut :
1). Serentak tiap baris lubang ledak
a. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
H < 4B, S = ( H + 2B) / 3......(2.14)
b. Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)
H = 4B, S = 2B...................(2.15)
2). Beruntun dalam tiap baris lubang ledak
a. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
H < 4B, S = ( H + 7B ) / 8 (2.16)
22


b. Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)
H = 4B, S = 1,4B ............(2.17)
















Gambar 2.6
Pengaruh Perbandingan Spasi/burden Terhadap Fragmentasi
2)

c. Stemming (T)
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak,
yang letaknya di atas kolom isian bahan peledak.
Fungsi stemming adalah agar terjadi keseimbangan tekanan dan mengurung
gas-gas hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi yang
maksimal. Disamping itu stemming juga berfungsi untuk mencegah agar tidak
terjadi batuan terbang (flyrock) dan ledakan tekanan udara (airblast) saat
peledakan. Untuk penentuan tinggi stemming digunakan rumusan seperti yang
tertera berikut ini :

T = 0,7 x B.................................................................................(2.18)

23

dengan :
T = Stemming (m)
B = Burden (m)

Ada dua hal yang berhubungan dengan stemming yaitu :
a. Panjang Stemming
Secara teoritis, stemming berfungsi sebagai penahan agar energi
ledakan terkurung dengan baik sehingga dapat menekan dengan kekuatan
yang maksimal.
Apabila peledakan menerapkan stemming yang terlalu pendek,
maka akan mengakibatkan pecahnya energi ledakan terlalu mudah
mencapai bidang bebas sebelah atas sehingga menimbulkan batuan
terbang dan energi yang menekan batuan tidak maksimal, serta
fragmentasi batuan hasil peledakan secara keseluruhan kurang baik. Pada
jenjang yang terbentuk juga akan timbul retakan yang melewati batas
jenjang (overbreak).
Sedangkan stemming yang terlalu panjang dapat mengakibatkan
energi ledakan terkurung dengan baik, tetapi fragmentasi batuan pada
bagian batas stemming keatas akan menjadi bongkah, karena energi
ledakan tidak mampu mencapainya serta dapat pula menimbulkan
backbreak.

b. Jenis dan ukuran material stemming.
Ukuran material stemming sangat berpengaruh terhadap batuan
hasil peledakan dan pemilihan bahan stemming yang tepat sangat penting
jika kita ingin meminimalkan panjang stemming. Apabila bahan stemming
terdiri dari bahan-bahan halus hasil pemboran (cutting pemboran), maka
kurang memiliki gaya gesek terhadap lubang ledak sehingga udara yang
bertekanan tinggi akan mudah mendorong stemming tersebut keluar,
dengan demikian energi yang seharusnya terkurung dengan baik dalam
lubang ledak akan hilang keluar bersamaan dengan terbongkarnya
stemming. Untuk mengatasi tersebut diatas maka digunakan bahan yang
24

memiliki karakteristik susunan butir saling berkaitan dan berbutir kasar
serta keras.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan ukuran material
stemming adalah :
Sz = 0,05 x De ..........................................................................(2.19)
dengan :
De = Diameter lubang ledak (mm)
Sz = Ukuran material stemming (mm)

d. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman pada lubang bor di bawah
lantai jenjang yang dibuat dengan maksud agar batuan dapat terbongkar
sebatas lantai jenjangnya.
Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan pada batas lantai
jenjang (toe) tidak lengkap terbongkar sehingga akan menyisakan tonjolan
pada lantai jenjangnya, sebaliknya bila panjang subdrilling terlalu besar maka
akan menghasilkan getaran tanah dan secara langsung akan menambah biaya
pemboran dan peledakan.
Dalam penentuan tinggi subdrilling yang baik untuk memperoleh
lantai jenjang yang rata maka digunakan rumusan sebagai berikut :

J = 0,3 x B..........(2.20)
dengan :
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)

e. Kedalaman Lubang Ledak (H)
Dalam penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan
dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik
Pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara
tinggi jenjang dengan besarnya subdrilling, yang dapat ditulis sebagai
berikut:
H = L+ J ................................................................................... (2.21)
25

dengan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
L = Tinggi jenjang (m)
J = Subdrilling (m)

f. Panjang Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang
akan diisi bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang
ledak dikurangi panjang stemming yang digunakan.

PC = H T .........(2.22)
dengan :
PC = Panjang kolom isian (meter)
H = Kedalaman lubang ledak (meter)
T = Stemming (meter)

g. Tinggi Jenjang (L)
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan
lubang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap
hasil peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang dan
getaran tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan
perbandingan tinggi jenjang dan jarak burden yang diterapkan (stiffness
ratio), maka akan diketahui hasil dari peledakan tersebut (Tabel 2.2).
Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan rumus
sebagai berikut :

L = 5 x De ................................................................................(2.23)
dengan :
L = Tinggi jenjang minimum (ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)

Sedangkan dari segi perlapisan batuan, untuk mendapatkan fragmentasi
batuan yang baik, diterapkan arah lubang ledak yang berlawanan arah dengan
26

bidang perlapisan batuan karena energi ledakan akan menekan batuan secara
maksimal.

Tabel 2.2
Potensi yang terjadi akibat variasi stiffnes ratio (L/B)
5)


2.2.2.6. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang
lubang ledak dalam satu baris dengan lubang ledak pada garis berikutnya
ataupun antar lubang ledak satu dengan lainnya. Pola peledakan ditentukan
berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang
diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan (gambar 2.8), pola peledakan
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak.
b. V Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan.
c. Corner Cut, yaitu pola peledakkan yang arah runtuhan batuannya kesalah
satu sudut dari bidang bebasnya.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai
berikut :
Stiffness
Ratio
Fragmentasi
Ledakan
Udara
Batu
Terbang
Getaran
Tanah
Komentar
1 Buruk Besar Banyak Besar
Banyak muncul back-break di
bagian toe. Jangan dilakukan
dan rancang ulang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang
Bila memungkinkan, rancang
ulang
3 Baik Kecil Sedikit Kecil Kontrol dan fragmentasi baik
4 Memuaskan
Sangat
kecil
Sangat
sedikit
Sangat
kecil
Tidak akan menambah
keuntungan bila stiffness ratio
di atas 4
27

a. Pola peledakkan serentak, adalah suatu pola peledakan yang terjadi secara
serentak untuk semua lubang ledak.
b. Pola peledakkan beruntun, adalah suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.











Gambar 2.7
Pola Peledakan Berdasarkan Arah Runtuhan Batuan
10)

2.2.2.7. Waktu Tunda
Waktu tunda merupakan penundaan waktu peledakan antara baris
yang depan dengan baris dibelakangnya atau antar lubang ledak dengan
menggunakan delay detonator.
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan
perbedaan waktu peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh
peledakan secara beruntun.
Keuntungan melakukan peledakan dengan waktu tunda ialah :
Fragmentasi batuan hasil peledakan akan lebih seragam dan baik
Mengurangi timbulnya getaran tanah, flyrock dan airblast.
Menyediakan bidang bebas baru untuk peledakan berikutnya.
Arah lemparan dapat diatur.
Batuan hasil peledakan (muckpile) tidak menumpuk terlalu tinggi.

28

Tujuan penyalaan dengan waktu tunda adalah untuk mengurangi
jumlah batuan yang meledak dalam waktu yang bersamaan, dan memberikan
tenggang waktu pada material yang dekat dengan bidang bebas untuk dapat
meledak secara sempurna serta untuk menyediakan ruang atau bidang bebas
baru bagi baris lubang ledak berikutnya.

1. Waktu tunda antar lubang ledak
Untuk menghitung besarnya waktu tunda dalam lubang ledak yang
berada dalam satu baris, dapat digunakan persamaan berikut sesuai dengan
Tabel 2.3.

t
H
= T
H
x S .(2.24)

Dimana :
t
H
= Waktu tunda antar lubang ledak (ms)
T
H
= Konstanta waktu tunda
S = Spasi (m)


Tabel 2.3
Waktu Tunda Antar Lubang Ledak
5)

Rock Type T
H
Contant (ms/m)
Sand, Loams, Marl, Coal

Some Limestones, Rock Salt, Shales

Compact Limestone and Marbels,
Granites and Basalts, Quartzite rocks,
Gneisses Gabroe

Diabase, Diabase Porphyrites, Compact
Gneisses and Micachist, Magnetites
6,5

5,5

4,5



3,5

29

2. Waktu tunda antar baris
Detonator tunda digunakan untuk peledakan beruntun antar baris
lubang ledak, maka persamaan yang digunakan untuk menentukan waktu
tunda adalah sebagai berikut :
tr = T
R
x B ... (2.25)
Dimana :
t
r
= waktu tunda (ms)
T
R
= konstanta waktu antar baris.
B = Burden (m)

Konstanta waktu tunda didasarkan pada hasil peledakan yang
diinginkan. Nilai konstanta waktu tunda dapat dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4
Time Delay Between Row
5)
T
R
Constant ( ms / m
)
Result
6,5 Violet, excessive air blast, backbreak,etc.
8,0 High pile close to face, moderate air blast,
backbreak
11,5 Average pile height, average air blast and
backbreak
16,5 Scattered pile with minimum backbreak


2.2.2.8. Sifat Bahan Peledak
Bahan peledak adalah suatu rakitan yang terdiri dari bahan bahan
berbentuk padat, atau cair, atau campuran keduanya, yang apabila terkena
suatu aksi seperti panas, benturan, gesekan, dan sebagainya akan bereaksi
30

dengan kecepatan tinggi, membentuk gas dan menimbulkan efek panas serta
tekanan yang sangat tinggi.
Sifat sifat bahan peledak yang mempengaruhi hasil peledakan antara
lain meliputi :
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan suatu bahan peledak adalah ukuran yang dipergunakan untuk
mengukur energi yang terkandung pada bahan peledak dan kerja yang
dapat dilakukan oleh bahan peledak tersebut.
Kekuatan dinyatakan dalam persen (%) dengan Straigth Nitroglycerin
Dynamite sebagai bahan peledak standard yang mempunyai bobot isi
(spesific gravity) sebesar 1,2 dan kecepatan detonasi (VOD) 12.000 fps.
Pada umumnya semakin besar bobot isi dan kecepatan detonasi suatu
bahan peledak maka kekuatannya juga semakin besar.
2. Kecepatan Detonasi (Velocity of Detonation = VOD)
Kecepatan detonasi adalah kecepatan gelombang detonasi yang melalui
sepanjang kolom isian bahan peledak, yang dinyatakan dalam meter/detik.
Kecepatan detonasi suatu bahan peledak tergantung pada beberapa faktor,
yaitu bobot isi bahan peledak, diameter bahan peledak, derajat
pengurungan, ukuran partikel dari bahan penyusunnya dan bahan bahan
yang terkandung dalam bahan peledak.
Untuk peledakan pada batuan keras digunakan bahan peledak yang
mempunyai kecepatan detonasi tinggi sedangkan pada batuan lunak
digunakan handak dengan kecepatan detonasi rendah. Kecepatan detonasi
bahan peledak komersial adalah antara 1.500 8000 m/s.
3. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan adalah ukuran besarnya sifat peka bahan peledak untuk mulai
beraksi dan menyebarkan reaksi peledakan ke seluruh isian. Jika diameter
bahan peledak cukup besar maka perambatan reaksinya akan lebih mudah
karena permukaan bahan peledak lebih luas, sedangkan tingkat
pengurungan cenderung memusatkan tenaga reaksinya mengarah
31

sepanjang isian dan menghindari penyebaran tenaga reaksi. Bahan peledak
yang sensitif belum tentu bagus, namun bahan peledak yang mudah
penyebaran reaksinya dan tidak peka adalah lebih menguntungkan dan
lebih aman.
4. Bobot Isi Bahan Peledak
Bobot isi bahan peledak adalah perbandingan antara berat dan volume
bahan peledak, dinyatakan dalam gr/cm
3
. Bobot isi dapat dinyatakan
dalam beberapa cara, yaitu:
a). Berat jenis (SG), tanpa satuan.
b). Stick count (SC), yaitu jumlah dodol ukuran standar 3,175 cm x 20,32
cm yang terdapat dalam satu doos seberat 22,68 kg.
c). Loading density (de), yaitu berat bahan peledak per meter panjang
isian yang dinyatakan dalam kg/m.
Pada umumnya bahan peledak yang mempunyai bobot isi tinggi akan
menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi.
5. Tekanan Detonasi
Tekanan detonasi adalah penyebaran tekanan golombang ledakan dalam
kolom isian bahan peledak, dinyatakan dengan kilobar (kb). Tekanan
akibat ledakan di sekitar dinding lubang ledak intensitasnya tergantung
pada jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi, VOD), derajat
pengurungan, jumlah dan temperatur gas hasil ledakan.
Tekanan akibat ledakan akan terjadi di sekitar dinding lubang ledak
kemudian tersebar ke segala arah. Intensitasnya dipengaruhi oleh :
Jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi, VOD)
Tingkat/derajat pengurungan.
Jumlah dan temperatur gas hasil ledakan.

6. Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance)
Ketahanan terhadap air suatu bahan peledak adalah kemampuan bahan
peledak itu dalam menahan rembesan air dalam waktu tertentu tanpa
merusak, mengurangi, merubah kepekaannya. Ketahanan ini dinyatakan
dalam jam.
32

Sifat ini sangat penting dalam kaitannya dengan kondisi kerja, sebab untuk
sebagian besar jenis bahan peledak, adanya air dalam lubang ledak
mengakibatkan ketidakseimbangan kimia dan memperlambat reaksi
pemanasan. Disamping itu, air dapat melarutkan sebagian kandungan
bahan peledak sehingga menyebabkan bahan peledak rusak.
7. Sifat Gas Beracun
Bahan peledak yang meledak menghasilkan dua kemungkinan jenis gas,
yaitu smoke atau fumes. Smoke tidak berbahaya karena hanya mengandung
uap air (H
2
O) dan asap berwarna putih (CO
2
). Sedangkan fumes bewarna
kuning dan berbahaya karena sifatnya beracun, yang terdiri dari karbon
monoksida (CO) dan oksida nitrogen (NO
x
). Fumes terjadi karena tidak
terjadi kesimbangan oksigen dalam pembakaran, hal ini dikarenakan bahan
peledak tersebut dalam keadaan rusak. Terlepas dari macam bahan peledak
yang digunakan, terjadinya fumes dapat ditekan sekecil mungkin dengan
cara penyimpanan bahan peledak secara benar, pengangkutan yang baik
sesuai dengan prosedur dan penyalaan yang sempurna pada waktu
menggunakannya.

2.2.2.9. Pengisian bahan Peledak
Jumlah pemakaian bahan peledak sangat mempengaruhi terhadap
hasil peledakan, terutama dengan tingkat fragmentasi yang dihasilkan. Hal
yang berpengaruh dalam pengisian bahan peledak dalam lubang ledak yaitu :
i. Konsentrasi Isian (loading density)
Konsentrasi isian merupakan jumlah isian bahan peledak yang
digunakan dalam kolom isian (PC) lubang ledak. Untuk menghitung lubang
ledak maka harus ditentukan dulu jumlah isian bahan peledak tiap meter
panjang kolom isian (loading density). Untuk menghitung loading density
dapat digunakan rumusan sebagai berikut
:

de = 0,508 De
2
(SG) .................. (2.26)


33

Dimana :
de = loading density (kg/m)
De = diameter lubang ledak (inchi)
SG = specific gravity bahan peledak yang digunakan
Sehingga jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang
ledak dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
E = de x PC ...................... (2.27)
Dimana :

E = jumlah bahan peledak tiap lubang ledak (kg)
De = loading density dari bahan peledak yang digunakan (kg/m)
PC = panjang kolom isian (m)

ii. Powder Factor (Pf)
Powder factor atau specific charge merupakan perbandingan antara
jumlah bahan peledak yang digunakan terhadap jumlah batuan yang
diledakkan.
Pf = E / V .. (2.28)
Dimana :

Pf = powder factor (kg / ton)
V = berat batuan yang diledakkan (m
3
)
E = berat bahan peledak yang digunakan (kg)

Nilai powder factor dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri
peledakan, struktur geologi, dan karakteristik massa batuan itu sendiri. Pada
tabel 2.5 dapat diketahui hubungan antar densitas batuan dengan nilai powder
factor, dan pada tabel 2.6 diketahui hubungan powder factor dengan beberapa
jenis batuan.
Bila pengisian bahan peledak terlalu banyak akan mengakibatkan
jarak stemming menjadi kecil sehingga menyebabkan terjadinya batuan
terbang (flyrock) dan ledakan tekanan udara (airblast). Sedangkan bila
pengisian terlalu kecil maka jarak stemming menjadi besar sehingga
menimbulkan bongkah dan backbreak di sekitar dinding jenjang.
34

2.3. Hasil Peledakan
2.3.1. Target Produksi
Target produksi merupakan jumlah batuan yang diledakkan yang dihitung
dari luas area dan kedalaman lubang ledaknya. Persamaan umum yang digunakan
untuk menentukan target produksi peledakan adalah :

V = B x S x L ..................................................................................... (2.29)

dengan :
V = Berat batuan yang diledakkan, m
3

B = Burden, m
L = Tinggi jenjang, m
S = Spacing, m


Perhitungan produksi peledakan / bulan :

( )
produksi sasaran
an pembongkar

=
% % 100
% 100
.......................................... (2.30)
Perhitungan produksi pembongkaran / peledakan :

bulan peledakan jumlah
bulan peledakan produksi
/
/
=
........................................................................... (2.31)
Perhitungan panjang jenjang :


V
P = ...................................................... (2.32)
( r B L dr )

Di mana :
P = panjang jenjang,meter
V = sasaran produksi, ton
r = jumlah baris
B = burden, meter
35

L = tinggi jenjang, meter
dr = densitas batu granit 2,62 ton / m
3


Penentuan jumlah lubang tembak :

N =
(

S
P
r .................................................................................... (2.33)
Di mana :

P = panjang jenjang,meter
N = jumlah lubang tembak
r = jumlah baris

2.3.2. Tingkat Fragmentasi Batuan
Tingkat fragmentasi batuan merupakan tingkat pecahan material dalam
ukuran tertentu sebagai hasil dari proses peledakan. Untuk memperkirakan distribusi
fragmentasi batuan hasil peledakan secara teori dapat digunakan persamaan
Kuznetsov (1973), sebagai berikut :

X = A x
(

Q
V
8 , 0
x Q
0,17
x ( E / 115 )
-0,63
........................ (2.34)
Dimana :

X = rata rata ukuran fragmentasi (cm)
A = faktor batuan (Rock Factor)
V = volume batuan yang terbongkar (m
3
)
Q = jumlah bahan peledak ANFO (kg) pada setiap lubang ledak
E = Relative Weight Strenght bahan peledak, untuk ANFO = 100

Untuk menentukan faktor batuan (RF), terlebih dahulu dilakukan pembobotan
batuan berdasarkan nilai Blastability Index (BI). Parameter yang digunakan dalam
pembobotan batuan dapat dilihat pada tabel 2.7.
36

Nilai Blastability Index (BI) dan faktor batuan (RF) dicari dengan persamaan
sebagai berikut :
Nilai Blastibility Index (BI)
4)
:
BI = 0,5 x ( RMD + JPS + JPO + SGI + H ) ........................... (2.35)

Nilai Rock Faktor (RF) :
RF = 0,12 x BI ..... (2.36)

Untuk menentukan fragmentasi batuan hasil peledakan digunakan persamaan
Roslin Ramler , yaitu :
R
x
= e
-(X/Xc)
n
........................ (2.37)

Xc =
n
X
/ 1
) 693 , 0 (
........................ (2.38)

Dimana :
R
x
= prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)
X = ukuran ayakan (cm)
n = indeks keseragaman

Besarnya n didapatkan dengan persamaan berikut :

n =
(

De
B
14 2 , 2
(


B
W
1
(


+
2
) 1 (
1
A
L
PC
.. (2.39)

Dimana :
B = burden (m)
De = diameter bahan peledak (mm)
W = standard deviasi dari keakuratan pemboran (m)
A = ratio perbandingan spasi dengan burden
PC = panjang isian (m)
L = tinggi jenjang (m)
37

Tabel 2.5
Pembobotan massa batuan untuk peledakan
4)

PARAMETER PEMBOBOTAN
1. Rock mass description (RMD)
1.1. Powdery/friable 10
1.2. Blocky 20
1.3. Totally massive 50
2. Joint plane spacing (JPS)
2.1. Close (spasi < 0,1 m) 10
2.2. Intermediate (spasi 0,1 1 m) 20
2.3. Wide (spasi > 1 m) 50
3. Joint plane orientation (JPO)
3.1. Horizontal 10
3.2. Dip out of face 20
3.3. Strike normal to face 30
3.4. Dip into face 40
4. Specific grafity influence ( SGI ) SGI = 25 x SG 50
5. Hardness ( H ) 1 10

Nilai n mengindikasikan tingkat keseragaman distribusi ukuran fragmentasi
hasil peledakan. Nilai n umumnya antara 0,8 sampai 2,2 dimana semakin besar
nilai n maka ukuran fragmentasi semakin seragam sedangkan jika nilai n rendah
mengindikasikan ukuran fragmentasi kurang seragam.

2.3.3. Efek Peledakan
Efek peledakan yang dimaksud adalah pengaruh adanya peledakan terhadap
lingkungan sekitarnya yang berkaitan dengan keamanan. Efek peledakan yang
ditimbulkan adalah getaran tanah, batu terbang dan suara ledakan.
2.3.3.1. Getaran Tanah
Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elestis. Sesuai dengan
sifat elastis material maka bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula
38

setelah tidak ada tegangan yang bekerja. Kegiatan peledakan akan menghasilkan
gelombang seismik yaitu gelombang yang menggambarkan penjalaran energi melalui
bumi yang padat (medium). Gelombang ini dapat dirasakan dalam bentuk getaran
(vibrasi).
Dua faktor prinsip yang mempengaruhi tingkat getaran hasil ledakan suatu
muatan bahan peledak yaitu ukuran (jumlah) muatan dan jarak. Apabila muatan
ditambah maka tingkat getaran akan bertambah, tetapi hubungan ini bukan
merupakan hubungan yang sederhana, misalnya muatan dua kali lipat jumlahnya
tidak menghasilkan getaran yang dua kali lipat. Begitu juga dengan pengaruh jarak
terhadap tingkat getaran, apabila jarak dari tempat peledakan bertambah maka
getaran akibat peledakan semakin kecil.
Untuk mengetahui besarnya ground vibration yang timbul akibat kegiatan
peledakan, dapat menggunakan teori yang dikemukakan oleh George Berta (1990).
Teori ini mempertimbangkan beberapa faktor antara lain : faktor impedansi, faktor
coupling, faktor perubahan, jumlah bahan peledak yang digunakan, energi perunit
massa bahan peledak, jarak, bobot isi batuan, kecepatan seismik dan tipe kelompok
batuan. Dari beberapa faktor tersebut kemudian dibuat rumusan perhitungan yaitu
sebagai berikut :
1) Faktor impedansi (
2
) :

2
2
1
) (
) (
1
r c
r c
+

= .....................................................................(2.40)
dengan :
1
= Faktor impedansi
Ic = Impedansi bahan peledak
Ir = Impedansi batuan
Jika impedansi batuan mendekati impedansi bahan peledak, maka
faktor impedansi akan mendekati harga 1, akan tetapi pada umumnya selalu
lebih kecil dari 1, ini artinya bahwa tidak semua energi yang dihasilkan akan
diteruskan pada batuan. Nilai impedansi untuk bahan peledak dapat dilihat
pada Tabel 2.8 dan nilai impedansi untuk batuan dapat dilihat pada Tabel 2.9.

39

2) Faktor coupling (
2
) :
Faktor coupling dalam hal ini merupakan fungsi dari coupling ratio
atau perbandingan antara diameter lubang ledak dengan isian bahan peledak
(
f
/
c
) dimana besaran coupling ratio ini akan menurunkan tekanan gas hasil
peledakan yang dengan sendirinya akan memperkecil energi yang diteruskan
pada batuan. Faktor coupling dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut :

( ) 1
1
2

=
e e
e f
............................................................... (2.41)

dengan :
2
= Faktor coupling

f
= Diameter lubang ledak

c
= Diameter isian bahan peledak
e = 2,72

dari persamaan diatas, maka secara otomatis
2
akan mendekati harga 1 jika

c
mendekati harga
f
dan
2
akan turun dengan besarnya coupling ratio.
Pemanfaatan fenomena tekanan dinamik sebagai fungsi dari coupling ratio
dalam teknologi peledakan dikenal dengan istilah decoupling yaitu dengan
meningkatkan copling ratio, atau dengan kata lain menggunakan cartridge
dengan diameter yang lebih kecil dari diameter lubang ledak.
3) Faktor breake (
3
) :
Faktor breake ini menyatakan besarnya perubahan energi dari bahan
peledak yang diubah menjadi getaran, yang diperkirakan sekitar 40%. Jadi
besarnya faktor perubahan (
3
) adalah 0,40 jika peledakan dilakukan terbuka
(berhubungan dengan udara luar) dan jika didalam tanah
3
< 0,40.
4) Kelompok batuan
Kelompok dari tiap-tiap batuan ini dibagi dalam 3 kelompok
berdasarkan karakteristik atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut, yaitu
batupasir dan kerikil, aluvial kompak, batuan keras dan batuan beku yang
kompak.

40

Tabel 2.6
Data karakteristik bahan peledak
10)



Bobot isi
(kg/m
3
)
Impedansi
10
6
(kg.m
-2
s
-1
)
Energi per unit massa
(MJ/kg)

e
Ic
GOMMA A 1550 11,63 6,74
GELATINE 1450 9,50 4,52
SISMIC 1550 10,23 4,00
INDROPENT D 1550 12,25 7,47
PROFIL X 1200 3,89 2,66
TUTAGEX 210 1150 4,83 3,52
VULCAN 3 1050 4,73 3,90
CAVA 1 1000 3,80 4,16
ANFO 850 1,84 3,66

Tabel 2.7
Tipe kelompok batuan
10)


Type of Ground Kf
Water logged sands and gravels 0,11 0,13
Compacted aluviums 0,06 0,09
Hard and compact rock 0,01 0,03


Dari faktor-faktor tersebut diatas dengan beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh Berta dalam usaha menetukan hubungan antara faktor-faktor
tersebut maka tingkat getaran tanah dapat dicari dengan persamaan sebagai
berikut :


rxC x KfxLogRx
x x x x
R
Q
V


5
10
6
3 2 1
= .......................................... (2.42)

41

dengan :
V = Getaran tanah (m/s)
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan per delay(kg)
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)
= Energi perunit massa (j/kg)
r = Bobot isi batuan (g/cm
3
)
C = Kecepatan gelombang seismik (m/s)

Dari tipe kelompok batuan diatas dapat ditentukan besarnya frekwensi
getaran yang dihasilkan oleh kegiatan peledakan. Frekwensi disini adalah untuk
menetukan besarnya perambatan gelombang pada batuan, yaitu dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut :

F = (Kf log R)
-1
...................................................................... (2.43)
dengan :
F = Frekuensi (Hz)
Kf = Tipe kelompok batuan
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju, (m)

3.3.3.2 Batu Terbang
Batu terbang (flyrock) yaitu batu yang terlempar secara liar pada saat terjadi
peledakan. Fly rock dapat terjadi oleh beberapa sebab, yaitu :
a. Burden dan spasi yang tidak cukup
b. Jumlah isian terlalu banyak
c. Pengaruh struktur geologi, seperti kekar, retakan dan sebagainya
d. Penempatan lubang bor yang tidak tepat
e. Stemming yang tidak cukup, baik itu panjang maupun ukuran material
stemming.
f. Kesalahan pola penyalaan dan waktu tunda
g. Lantai jenjang yang kotor
Lundborg et al. (1975) mengemukakan teorinya dalam menghitung jarak
maksimum flyrock yang terjadi pada fragmentasi batuan pada kondisi optimum.
42

Gambar 2.9 memperlihatkan hubungan antara jarak maksimum lemparan batuan
dengan specific charge (q) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Lmax = 143 D (q 0,2) ........................................................ (2.44)
dengan :
Lmax = Jarak lemparan maksimum (m)
D = Diameter lubang ledak (inchi)
q = Specific charge (kg/m
3
)











Gambar 2.8
Hubungan Jarak Maksimum Lemparan Batuan dengan Specific Charge
10)

2.3.3.2.Ledakan udara
Ledakan udara (air blast) adalah gelombang tekanan yang dirambatkan di
atmosfer dengan kecepatan di atas kecepatan suara di udara. Airblast tidak terdengar
seperti biasa, tetapi merupakan gelombang tekanan yang terjadi pada atmosfir yang
terindikasi oleh suara frekuensi tinggi, frekuensi rendah bahkan yang tidak terdengar
sekali pun. Kerusakan karena air blast dan gangguan langsung yang diakibatkannya
berhubungan dengan rencana peledakan, cuaca, kondisi lapangan dan reaksi
manusia. Pada kondisi cuaca tertentu dan rencana peledakan yang kurang sempurna
dapat menghasilkan air blast yang merambat sampai jarak jauh. Efek Airblast
terhadap manusia dan struktur bangunan dapat dilihat pada Gambar 2.10.
43


















Gambar 2.9
Efek Air Blast Terhadap Manusia dan Struktur Bangunan
4)

Airblast diukur dengan satuan dB (decibels) atau psi (pounds per squareinch).
Persamaannya :
dB = 20 log (P/Po)........... ........................................................... (2.45)
P = 3,3 (R / Q
1/3
)
-1/2
......................................................... (2.46)
dengan :
dB = Level suara (KPa)
P = Overpressure (KPa)
Po = Overpressure paling lemah yang dapat terdengar (2.10
-8
Kpa)
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan per delay (kg)


44





















Lubang ledak terisi


Tidak

Ya


Gambar 2.10
Logika Diagram alir Perancangan Peledakan
2)



Objek Design Tujuan

FragmentasiBatuanMaksimal
GetaranTanahMinimal
AirBlastMinimal
FlyingRockMinimal
Parameter Lokasi

Geologi
SifatdanKekuatanBatuan
StukturDiskontinuitas
KondisiCuaca
AirTanah
Parameter Design

Diameterlubangledak
Kedalamanlubangledak
KedalamanSubdrilling
Kemiringanlubangledak
TinggiStemming
Tinggijenjang
PolaPeledakan
PerbandinganBurdendanSpasi

DimensidanKonfigurasiPeledakan
Arahpeledakan
Sistim penyalaan
Urutan penyalaan
Bidang bebas
Tipe bahan peledak
Energi bahan peledak
Metode pemuatan Air tanah
Proses Peledakan

Tujuan Tercapai
Pola Produksi
45

2.4. Microsoft Visual Basic versi 6.0
2.4.1. Pengertian Microsoft Visual Basic versi 6.0
Microsoft Visual Basic versi 6.0 merupakan bahasa pemrograman yang
berbasis Microsoft Windows, sebagai bahasa pemrogramaan yang mutakhir,
Microsoft Visual Basic versi 6.0 dirancang untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang
tersedia dalam Microsoft Windows. Microsoft Visual Basic versi 6.0 juga merupakan
bahasa pemrograman Object Oriented Programing (OOP), yaitu pemrograman yang
berorientasi pada objek.
Visual Basic adalah salah satu development tool untuk membangun aplikasi
dalam lingkungan windows. Dalam pengembangan aplikasi, Visual Basic
menggunakan pendekatan visual untuk merancang user intervace dalam bentuk
form, sedangkan untuk kodenya menggunakan bahasa basic yang cenderung mudah
dipelajari. Visual Basic telah menjadi tool bagi para pemula maupun para developer.
Dalam lingkungan Windows User-intervace sangat memegang peranan penting,
karena dalam pemakaian aplikasi yang kita buat, pemakai senantiasa berinteraksi
dengan User-interface tanpa menyadari bahwa di belakangnya berjalan intruksi-
instruksi program yang mendukung tampilan dan proses yang dilakukan. Pada
pemrograman Visual, pengembangan aplikasi dimulai dengan pembentukan user
intervace, kemudian mengatur properti dari objek yang digunakan dalam user
interface, dan baru dilakukan penulisan kode program untuk menangani kejadian-
kejadian (event). Tahap pengembangan aplikasi demikian dikenal dengan istilah
pengembangan aplikasi dengan pendekatan Bottom Up.


2.4.2. Struktur Aplikasi Microsoft Visual Basic versi 6.0
Struktur aplikasi yang terdapat pada Microsoft Visual Basic versi 6.0 adalah
sebagai berikut :
a. Form
Merupakan window atau jendela di mana akan dibuat User-interface atau
tampilan.(Gambar 2.12)
b. Toolbox
Merupakaan tampilan berbasis grafis yang dimasukkan dalam form untuk
membuat interaksi dengan pemakai.(gambar 2.13)
46

Project Window
Menu Bar Main Tool Bar Form Desainer Code Window Properties window


Tool Box Immediate Window Watches Window Form Layout Window


Gambar 2.11
Lingkungan Kerja Microsoft Visual Basic versi 6.0
13)


Adapun secara garis besar fungsi dari masing-masing kontrol tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Pointer bukan merupakan suatu control, icon ini digunakan ketika anda
ingin memilih kontrol yang sudah berada pada form.
2) PictureBox adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan gambar
(image) dengan format BMP, DIB(bitmap), CUR(cursor),
WMF(metafile), EMF(enhanced metafile), GIF, dan JPG.
3) Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilakan text yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai
4) Textbox adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki
oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal, atau banyak baris.
47



Gambar 2.12
Toolbox dalam Microsoft Visual Basic versi 6.0
13)


5) Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container bagi kontrol
lainnya.
6) CommandButton merupakan kontrol yang hampir sering ditemukan pada
setiap form, dan digunakan untuk membangkitkan event proses tertentu
ketika pemakai melakukan diklik disana.
7) CheckBox digunakan untuk pilihan yang isinya bernilai yes/no, true/false.
8) OptionButton sering digunakan untuk pilihan yang hanya satu pilihan dari
beberapa option.
9) ListBox mengandun sejumlah item dan user dapat memilih lebih dari lebih
dari satu (bergantung pada properti multiselect).
10) ComboBox merupakan kombinasi dari textBox dan suatu ListBox di mana
pemasukan data dapat dilakukan dengan pengetikan maupun pemilihan.
11) HScrollbar dan VscrollBar digunakan untuk membentuk scrollbar berdiri
sendiri.
48

12) Timer digunakan untuk proses background yang diaktifkan berdasarkan
interval waktu tertentu yang merupakan kontrol non-visual.
13) DriveListBox, DirListBox, dan FileListBox sering digunakan untuk
membentuk dialog box yang berkaitan dengan file.
14) Shape dan Line digunakan untuk menampilakan bertuk seperti garis,
persegi, lingkaran dan sebagainya
15) Image berfungsi seperti ImageBox, tetapi tidak dapat digunakan sebagai
container bagi kontrol lainnya. Sesuatu yang perlu diketahui bahwa
kontrol Image menggunakan resource lebih kecil dibandingkan dengan
PictureBox.
16) Data digunakan untuk data binding.
17) OLE dapat digunakan sebagai tempat bagi program eksternal seperti
Microsoft Excel, Microsoft Word dan sebagainya.
c. Properties
Merupakan nilai atau karakteristik yang dimiliki oleh sebuah objek visual basic.
Tampilan properties dapat dilihat pada gambar 2.14.



Gambar 2.13
Properties dalam Microsoft Visual Basic versi 6.0
13)

49

d. Event Procedure
Merupakan kode yang berhubungan dengan objek. Kode ini akan dieksekusi
ketika ada respon dari pemakai berupa event tertentu.
e. General Procedure
Merupakan kode yang tidak berhubungan dengan objek. Kode ini harus diminta
oleh aplikasi.
f. Metods
Merupakan serangkaian perintah yang tersedia pada suatu objek yang diminta
untuk mengerjakan tugas khusus.
g. Module
Merupakan kumpulan dari prosedur umum, deklarasi variabel dan definisi
konstanta yang digunakan oleh aplikasi.




Gambar 2.14
Jendela Source Program di Microsoft Visual Basic Versi 6.0
13)


2.4.3. Mengenal Data dan Variabel
Ketika seorang user (pengguna) menggunakan sebuah program komputer,
seringkali komputer memintanya untuk memberikan informasi. Informasi ini
kemudian disimpan atau diolah oleh komputer. Informasi inilah yang disebut dengan
data.
50

Visual Basic 6.0 mengenal beberapa type data, antara lain :
a. string adalah tipe data untuk teks (huruf, angka dan tanda baca).
b. integer adalah tipe data untuk angka bulat.
c. single adalah tipe data untuk angka pecahan.
d. currency adalah tipe data untuk angka mata uang.
e. date adalah tipe data untuk tanggal dan jam.
f. boolean adalah tipe data yang bernilai TRUE atau FALSE.
Data yang disimpan di dalam memory komputer membutuhkan sebuah
wadah. Wadah inilah yang disebut dengan variabel. Setiap variabel untuk
menyimpan data dengan type tertentu membutuhkan alokasi jumlah memory (byte)
yang berbeda.
Aturan di dalam penamaan variabel adalah sebagai berikut :
a. Harus diawali dengan huruf.
b. Tidak boleh menggunakan spasi. Spasi bisa diganti dengan karakter underscore.
c. Tidak boleh menggunakan karakter-karakter khusus (seperti : +, -, *, /, <, >).
d. Tidak boleh menggunakan kata-kata kunci yang sudah dikenal oleh Visual Basic
6.0 (seperti : dim, as, string, integer, dan lain-lain).
Sebuah variabel hanya dapat menyimpan satu nilai data sesuai dengan tipe
datanya. Untuk tipe data tertentu nilai_data harus diapit tanda pembatas. Tipe data
string dibatasi tanda petik ganda. Tipe data date dibatasi tanda pagar. Tipe data
lainnya tidak perlu tanda pembatas. Sebuah variabel mempunyai ruang-lingkup
(scope) dan waktu-hidup (lifetime). Variabel yang nilai datanya bersifat tetap dan
tidak bisa diubah disebut konstanta.
Ada 2 macam variabel dalam sebuah program, yaitu:
a. variabel global adalah variabel yang dapat dikenali oleh seluruh bagian program.
Nilai data yang tersimpan didalamnya akan hidup terus selama program berjalan.
b. variabel lokal adalah variabel yang hanya dikenali oleh satu bagian program saja.
Nilai data yang tersimpan didalamnya hanya hidup selama bagian program
tersebut dijalankan.


51

BAB III
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur. Melalui studi literatur
akan dicari konsep-konsep dasar yang diperkirakan akan mengantar ke pemecahan
masalah. Hasil penelitian ini diharapkan berupa perangkat lunak yang dapat
digunakan sebagai program bantu dalam studi kasus perhitungan perancangan
peledakan berdasarkan pendekatan teori R.L.Ash dan C.J.Konya.


3.1. Lokasi penelitian
Dalam kegiatan perancangan dan pembuatan perangkat lunak peledakan ini,
penelitian dilakukan di Laboratorium Simulasi dan Komputasi Pertambangan jurusan
Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta.


3.2. Perancangan perangkat lunak
Pemrograman dalam bahasa visual basic 6 terdiri dari tiga tahapan. Pertama,
tahap pembuatan form (tampilan muka program) beserta dengan pembuatan elemen-
elemennya seperti ; menu, tombol, kotak teks, label dan lain-lain. Kedua, pemberian
perintah dengan bahasa pemrograman visual basic 6.0 pada elemen-elemen yang
telah dibuat dalam form. Ketiga, menjalankan program yang telah dibuat untuk
mengetahui kesesuaian dengan perintah program yang diinginkan.

3.2.1. Perancangan antar muka
Perancangan antar muka (interface) merupakan tampilan program aplikasi
yang digunakan oleh pemakai (user) untuk dapat berkomunikasi dengan komputer.
Adapun yang menjadi rancangan antar muka dalam perancangan ini adalah
rancangan menu utama program.
Ada beberapa form yang dirancang untuk mendukung perangkat lunak ini,
yaitu : Form Splash, Form Utama, Form Geometri peledakan, Form Kamus, Form
Referensi, Form Video Blasting, dan Form User manual.
Bagan struktur perangkat lunak dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.
52










































Gambar 3.1
Bagan Struktur Perangkat Lunak
Menu Utama
Kamus
Video Blasting
Blasting Konya
Blasting Ash
User Manual
Referensi
Exit
Geometri Peledakan
Fragmentasi Batuan
Efek Peledakan
Geometri Peledakan
Fragmentasi Batuan
Efek Peledakan
53

3.2.1.1. Form Splash
Form splash merupakan form yang pertama kali muncul pada saat
program dijalankan. Dalam form ini akan ditampilkan nama judul perancangan
yang akan dibuat dan gambar atau logo. Rancangan dari form splash
diperlihatkan pada gambar 3.2 berikut.
Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai.


Gambar 3.2
Tampilan Form Splash

ii. Timer
Timer digunakan untuk proses background yang diaktifkan berdasarkan
interval waktu tertentu yang merupakan kontrol non visual.
iii. Image
Image adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan gambar pada form.
iv. Progress Bar
Progress Bar berfungsi untuk menampilkan indikasi dari proses yang sedang
berjalan.

54

3.2.1.2. Rancangan Form Utama
Ketika program dijalankan, form utama akan menjadi jendela utama
aplikasi. Untuk memudahkan pemakaian perangkat lunak maka disediakan
beberapa menu utama, yakni : Form Blasting Ash, Form Blasting Konya, Form
video Blasting, Form Kamus, Form Referensi, Form User manual, Exit.
Rancangan form utama ini diperlihatkan pada gambar 3.3 berikut.


Gambar 3.3
Tampilan form utama

Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai.
ii. Command Button
Command Button merupakan kontrol yang hampir sering ditemukan pada
setiap form, dan digunakan untuk mengeksekusi event proses tertentu ketika
pemakai menekan tombol Command Button.
55

iii. Image
Image adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan gambar pada form.
iv. Shape dan Line
Shape dan Line adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan bentuk
garis, lingkaran, persegi dan sebagainya.
v. Timer
Timer digunakan untuk proses background yang diaktifkan berdasarkan
interval waktu tertentu yang merupakan kontrol non visual.

3.2.1.3. Form Rancangan Peledakan
Form Rancangan peledakan merupakan form inti dari perangkat lunak,
form ini dibagi menjadi dua, yaitu : Form Blasting Ash (gambar 3.5) dan Form
Blasting Konya. Berdasarkan arahan pekerjaan studi peledakan, ada beberapa
macam data yang menjadi input dalam form ini, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram alir rancangan peledakan (lihat gambar 3.4).


Gambar 3.4
Tampilan form Input data

56











































Gambar 3.5

Diagram alir Perancangan Perangkat Lunak

Mulai
Input data
-Karakteristik
batuan, Jenis bahan
peledak, Target
produksi, Jumlah
baris lubang ledak.
-Parameter
pembobotan
massa batuan,
Faktor batuan.
Proses
Output

- Geometripeledakan
- Fragmentasibatuan
- Airblast
- Groundvibration
- Flyingrock
- Rancanganlubang
ledak
- Sasaranproduksi

Selesai
57

Penjabaran alur ini dapat dijelaskan sebagai berikut ;
1. Input Data
Form input ini berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan data. Form
input ini terdiri dari 2 bagian yaitu :
Bagian pertama
Pada bagian ini, pengguna diharuskan mengisi data-data tentang
karakteristik batuan, jenis bahan peledak, dan data-data pendukung lainnya.
Pada bagian ini komponen yang digunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai.
ii. Text box
Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh
pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.
iii. Combo Box
Combo box merupakan kombinasi dari Text Box dan suatu List Box di mana
pemasukan data dapat dilakukan dengan pengetikan maupun pemilihan.
iv. Command Button
Command Button merupakan kontrol yang hampir sering ditemukan pada
setiap form, dan digunakan untuk mengeksekusi event proses tertentu ketika
pemakai menekan tombol Command Button
v. Frame
Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.
Bagian kedua
Pada bagian kedua, data yang menjadi input adalah data koreksi terhadap
parameter batuan. Komponen yang digunakan pada bagian kedua adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai.
ii. Text box
Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh
pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.
58

iii. Combo box
Combo box merupakan kombinasi dari Text Box dan suatu List Box di mana
pemasukan data dapat dilakukan dengan pengetikan maupun pemilihan.
iv. Command Button
Command Button merupakan kontrol yang hamper sering ditemukan pada
setiap form, dan digunakan untuk mengeksekusi event proses tertentu ketika
pemakai menekan tombol Command Button.
v. Frame
Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.
2. Pemrosesan Data Algoritma
Data sekunder selanjutnya diproses menggunakan algoritma bahasa
pemrograman visual basic 6 dan akan menghasilkan nilai analisa geometri
peledakan. Data diproses berdasarkan rumusan formula R.L.Ash & C.J.Konya.
Penjelasan lebih lanjut telah diterangkan di bab II.

3. Output data
Form ini (gambar 3.6) berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan hasil
perhitungan. Form ini terdiri dari empat bagian utama yaitu :
a. Geometri peledakan
Pada form ini, hasil yang ditampilkan adalah geometri peledakan yang
meliputi Burden, Spacing, Stemming, Kolom isian dan Powder factor.
Komponen yang dipergunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai
ii. Text box
Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh
pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.
iii. Frame
Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

59

vi. Shape dan Line
Shape dan Line adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan bentuk
garis, lingkaran, persegi dan sebagainya.



Gambar 3.6
Tampilan form Output data

b. Fragmentasi batuan
Pada form ini, hasil yang ditampilkan adalah Fragmentasi batuan yang
meliputi Ukuran fragmentasi, Indeks keseragaman, Karakteristik ukuran, dan
Prosentase bongkah.
Komponen yang dipergunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai
ii. Text box
Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh
pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.
60

iii. Frame
Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.
iv. Chart
Chart adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan hasil dalam bentuk
grafik.
c. Efek peledakan
Pada form ini hasil yang ditampilkan adalah efek peledakan yang meliputi
Airblast, Ground vibration, dan Flying rock.
Komponen yang dipergunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai
ii. Text box
Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh
pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.
iii. Frame
Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.
d. Rancangan lubang ledak
Pada form ini, hasil yang ditampilkan adalah rancangan lubang ledak.
Komponen yang dipergunakan adalah :
i. label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai
ii. paint
Paint berfungsi untuk menampilkan secara visual dalam dua dimensi
rancangan lubang ledak.
iii. Shape dan Line
Shape dan Line adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan bentuk
garis, lingkaran, persegi dan sebagainya.
iv. Text box
Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh
pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.
61

3.2.1.4. Form Kamus
Form kamus merupakan form pendukung pada perangkat lunak. Dalam
form ini akan ditampilkan kamus dunia petambangan. Rancangan form kamus
ditampilkan pada gambar 3.7.



Gambar 3.7
Tampilan form Kamus

Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai
ii. Text box
Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh
pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.
iii. Shape dan Line
Shape dan Line adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan bentuk
garis, lingkaran, persegi dan sebagainya.
62

iv. HScroolbar dan VScroolbar
HScroolbar dan VScroolbar adalah kontrol yang digunakan untuk
membentuk scroolbar horizontal dan vertikal.


3.2.1.5. Form Referensi
Form referensi merupakan form pendukung pada perangkat lunak. Dalam
form ini akan ditampilkan referensi yang berkaitan dengan ilmu teknik
peledakan. Rancangan form referensi ditampilkan pada gambar 3.8. Pada bagian
ini, komponen yang digunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai.
ii. Text box
Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh
pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.
iii. Frame
Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

Gambar 3.8
Tampilan form Referensi
63

3.2.1.6. Form Video Blasting
Form Video Blasting merupakan form pendukung pada perangkat lunak.
Dalam form ini akan ditampilkan kontrol multimedia dalam format yang telah
tersedia dalam perangkat lunak. Rancangan form referensi ditampilkan pada
gambar 3.8 berikut.


Gambar 3.9
Tampilan form Video Blasting

Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :
i. Label
Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak
dapat diperbaiki oleh pemakai.
ii. Windows media player
Windows media player adalah kontrol multimedia yang dapat digunakan
untuk menjalankan file multimedia dengan menggunakan format yang telah
ditetapkan pada perangkat lunak.
iii. Frame
Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.
64

3.2.1.7. Form User manual
Form User manual merupakan form yang menampilkan tentang petunjuk
penggunaan perangkat lunak.

3.3. Algoritma Program
Algoritma merupakan urutan langkah - langkah yang dilakukan dalam
penyelesaian suatu masalah yang dapat dituangkan dalam bentuk kalimat.
Pendefinisian algoritma yang jelas dan teratur sangat diperlukan dalam perancangan
perangkat lunak. Algoritma juga digunakan untuk menganalisa serta menjelaskan
urutan dan hubungan antara kegiatan yang akan ditempuh unatuk menyelesaikan
suatu permasalahan hingga mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Penyusunan algoritma (Lampiran C) inilah yang merupakan bagian terpenting
dalam pembuatan perangkat lunak tanpa mengecilkan peranan penting bagian lain.
Karena di sinilah ilmu Teknik Pertambangan akan di implementasikan untuk di
susun sedemikian rupa sesuai dengan kaidah penyusunan kode program menurut
struktur bahasa pemrograman visual basic 6.0 sehingga dapat menghasilkan output
yang diharapkan. Tahapan penyusunan algoritma ditampilkan di gambar 3.10.
Adapun langkah langkah untuk menyusun kode program meliputi :
a. Mendefinisikan input data
Yang dimaksud mendefinisikan input data adalah langkah-langkah yang
ditempuh untuk mendeklarasikan data-data input yang dibutuhkan untuk
pengolahan program. Deklarasi tersebut untuk membatasi data dalam bentuk
integer (bulat, antara -32768 s.d 32767), single (pecahan, antara -3,403823 x 10
38
s.d. -1,401298 x 10
-45
untuk negatif dan 1,401298 x 10
-45
s.d. 3,403823 x 10
38
utuk
positif), atau kedalam bentuk lainnya.
b. Mengimplementasikan kode program
Pada langkah ini, data data yang telah terdeklarasi akan diimplementasikan
kedalam bahasa pemrograman visual basic 6.0 sehingga akan menghasilkan
output sesuai yang diharapkan.
c. Pengkajian teoritis
Di bagian inilah yang sering terjadi kesalahan sehingga menyebabkan program
tidak berjalan sebagaimana mestinya atau program menghasilkan output yang
65

salah. Kesalahan yang sering terjadi diantaranya adalah kesalahan dalam
mengimplementasikan rumus yang digunakan ke dalam bahasa pemrograman
visual basic 6.0.
d. Pengujian teknis
Setelah program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka langkah
selanjutnya adalah menguji keakuratan analisa program dibandingkan dengan
kontrol perhitungan manual.(lampiran B)


































Gambar 3.10

Diagram Alir Tahapan Penyusunan Algoritma

Studi Literatur
Data Sekunder
Deklarasi Variabel
Implementasi Algoritma
Pengkajiann Teoritis
Studi Kasus
Pengujian Teknis
Perangkat Lunak
66

3.4. Studi Kasus
Pada dasarnya hasil yang ingin dicapai dari perangkat lunak ini adalah
bagaimana mengoptimalkan geometri peledakan, Rancangan lubang ledak, Powder
Factor, Sasaran produksi, dan fragmentasi batuan, serta efek peledakan yang terdiri
dari air blast, ground vibration, dan flying rock.
Untuk melakukan pengujian apakah perangkat lunak yang telah dibuat dapat
bekerja sesuai dengan arahan pembuatannya, maka dilakukan studi kasus dengan
menggunakan data hasil penelitian terdahulu. Studi kasus ini juga bermaksud untuk
memberikan perbandingan hasil yang diperoleh jika data diolah secara manual atau
dengan menggunakan perangkat lunak.
Dalam studi kasus yang dilakukan, data yang dipergunakan adalah data
sekunder dari Kajian Teknis Peledakan yang dilakukan di PT CARAKA BERKAT
SARANA, kepulauan Riau oleh saudara Lukman Nul Hakim (2006), dan Kajian
Teknis Peledakan yang dilakukan di PT SEMEN CIBINONG Tbk, Cilacap, Jawa
tengah oleh saudara I Gusti Ngurah Agung Kurniawan (2004).

3.4.1. Implementasi perangkat lunak berdasarkan Teori R.L.Ash.
Perangkat lunak peledakan ini diberi nama Blasting Surface analisa, dan
khusus dipergunakan dalam menganalisis Geometri peledakan, Powder Factor,
Rancangan Lubang ledak, Fragmentasi batuan, dan Efek peledakan.
Dalam bab ini akan dibahas tentang studi kasus penggunaan perangkat lunak
berdasarkan data sekunder yang diambil dari Kajian Teknis Peledakan yang
dilakukan di PT CARAKA BERKAT SARANA, kepulauan Riau oleh saudara
Lukman Nul Hakim (2006). Tampilan form input data dapat dilihat di gambar 3.11.
Contoh pemakaian form ini adalah sebagai berikut :
a. Pada bagian geometri peledakan masukkan data-data sebagai berikut :
Bobot isi batuan standart = 160 lb/cuft
Bobot isi batuan yang diledakkan = 156,22 lb/cuft
Berat jenis bahan peledak = 0,85
Berat jenis bahan peledak standart = 1,20
VOD bahan peledak yang dipakai = 11803 fps
67

VOD bahan peledak standart = 11803 fps
Diameter lubang ledak = 3,5 inch
Tinggi jenjang lubang ledak = 5,5 m
Spacing ratio = 1,5 m
Subdrilling ratio = 0,2 m
Stemming ratio = 1,3 m
Konstanta waktu tunda antar baris = 11,50 ms
Konstanta waktu tunda antar lubang ledak = 5,5 ms

b. Pada bagian fragmentasi batuan masukkan data-data sebagai berikut :
Rock factor = 7,53
RWS bahan peledak = 100
Diameter bahan peledak = 88,9 mm
Nisbah spasi = 1,22
Standart deviasi lubang bor = 0

c. Pada bagian efek peledakan masukkan data-data sebagai berikut :
Impedansi bahan peledak = 1,84 kg.m
-2
.s
-1

Impedansi batuan = 11,10 kg.m
-2
.s
-1

Diameter lubang tembak = 3,5
Diameter bahan peledak = 3,5
Bearat bahan peledak / lubang tembak = 9,25 kg
Jarak titik ledak dengan sensor = 300 m
Faktor breake = 0,15
Energi / unit massa = 3,66
Densitas batuan = 2620 kg/m
3

Nilai factor tipe kelompok batuan = 0,03
Kecepatan rambat seismik batuan = 4200 m/s
Over pressure = 0,012
PO = 0,000000003
Jarak pengukuran = 300
Jumlah muatan bahan peledak / delay = 92,5 kg


68

d. Pada bagian informasi masukkan data-data sebagai berikut :
Jumlah baris peledakan = 4
Jumlah hari kerja / tahun = 327
Persen pembongkaran = 10 %
Sasaran produksi / tahun = 200000 bcm
Jumlah peledakan / bulan = 8



Gambar 3.11
Tampilan form Input Data Blasting Ash

Komponen lain yang digunakan dalam form ini adalah combo box yang harus
dipilih dengan cara diklik. Komponen combo box ini dipergunakan untuk jenis data
yang telah ditentukan.contoh penggunaan form ini adalah sebagai berikut :
Penentuan spasi = Peledakan dengan milisecond delay
Tipe lubang tembak = Miring dengan sudut 70 derajat
Jenis batuan = Limestone
Jenis bahan peledak = ANFO

69

Setelah semua data terisi dengan benar, tekan tombol analisa untuk melihat
hasil dari data yang telah diproses. Hasil analisa perangkat lunak ini terdiri dari
empat bagian utama,yaitu : Geometri peledakan, Fragmentasi batuan, Efek
peledakan, dan Perancangan lubang ledak.(Gambar 3.12)
Contoh hasil analisis yang dilakukan oleh perangkat lunak berdasarkan input data di
atas adalah :
a. Hasil analisa pada bagian geometri peledakan sebagai berikut :
Af 1 = 1,01
Af 2 = 0,88
Burden ratio = 26,66
Burden = 2,4 m
Apparent burden = 2,5 m
Spacing = 3,6 m
Stemming = 3,1 m
Subdrilling = 0,5 m
Kedalaman lubang = 6,4 m
Kolom isian = 3,3 m
Loading density = 5,3 kg/m
Waktu tunda antar baris = 27,6 ms
Waktu tunda antar lubang = 13,2 ms

b. Hasil analisa pada bagian fragmentasi batuan sebagai berikut :
Ukuran ayakan = 29,45 cm
Indeks keseragaman = 1,36
Karakteristik ukuran = 38,59 cm
Prosentase ukuran > 20 = 66,37 %
Prosentase ukuran > 40 = 34,98 %
Prosentase ukuran > 60 = 16,19 %
Prosentase ukuran > 80 = 6,78 %
Prosentase ukuran > 100 = 2,62 %
Prosentase ukuran < 20 = 33,63 %
Prosentase ukuran < 40 = 65,02 %
70

Prosentase ukuran < 60 = 83,81 %
Prosentase ukuran < 80 = 93,22 %
Prosentase ukuran < 100 = 97,38 %



Gambar 3.12
Tampilan form Hasil Output Blasting Ash

c. Hasil analisa pada bagian efek peledakan sebagai berikut :
Faktor impedensi = 0,49
Faktor coupling = 1
Ground vibration = 1,46 mm/s
Frekuensi = 13,46 Hz
Specific charge = 0,35 kg/m
3

Lemparan maksimum = 394 m
Diameter fragmen batuan = 0,4 m
Scale distance = 66,33 m/kg
Nilai perbandingan = 0,53
Air blast = 132,04 dB

71

d. Hasil analisa pada bagian powder factor sebagai berikut :
Jumlah isian bahan peledak = 17,30 kg
Volume batuan yang terbongkar = 46,51 m
3

Powder factor = 0,37 kg/m
3


Gambar 3.13
Tampilan form Grafik Fragmentasi


Gambar 3.14
Tampilan form Rancangan lubang ledak
72

3.4.2. Implementasi perangkat lunak berdasarkan teori C.J.Konya.
Dalam bab ini akan dibahas tentang studi kasus penggunaan perangkat lunak
berdasarkan data sekunder yang diambil dari Kajian Teknis Peledakan yang
dilakukan di PT SEMEN CIBINONG Tbk, Cilacap, Jawa tengah oleh saudara I
Gusti Ngurah Agung Kurniawan (2004).
Contoh pemakaian form ini adalah sebagai berikut :
a. Pada bagian geometri peledakan masukkan data-data sebagai berikut :
Faktor koreksi jumlah baris lubang tembak = 0,90
Faktor koreksi posisi lapisan batuan = 0,95
Faktor koreksi struktur geologi setempat = 1,1
Berat jenis bahan peledak = 0.85
Berat jenis batuan = 2,62
Relative bulk strength = 100
Diameter lubang ledak = 4,5 inch
Tinggi jenjang lubang ledak = 10 m
Konstanta waktu tunda antar baris = 11,50 ms
Konstanta waktu tunda antar lubang ledak = 5,5 ms

b. Pada bagian fragmentasi batuan masukkan data-data sebagai berikut :
Rock factor = 7,35
RWS bahan peledak = 100
Diameter bahan peledak = 114,3 mm
Nisbah spasi = 1,22
Standart deviasi lubang bor = 0

c. Pada bagian efek peledakan masukkan data-data sebagai berikut :
Impedansi bahan peledak = 1,84 kg.m
-2
.s
-1

Impedansi batuan = 11,10 kg.m
-2
.s
-1

Diameter lubang tembak = 4,5
Diameter bahan peledak = 4,5
Bearat bahan peledak / lubang tembak = 77,59 kg
Jarak titik ledak dengan sensor = 300 m
73

Faktor breake = 0,15
Energi / unit massa = 3,66
Densitas batuan = 2620 kg/m
3

Nilai factor tipe kelompok batuan = 0,03
Kecepatan rambat seismik batuan = 4200 m/s
Over pressure = 0,012
PO = 0,000000003
Jarak pengukuran = 300
Jumlah muatan bahan peledak / delay = 92,5 kg

d. Pada bagian informasi masukkan data-data sebagai berikut :
Jumlah baris peledakan = 4
Jumlah hari kerja / tahun = 327
Persen pembongkaran = 10 %
Sasaran produksi / tahun = 180000 bcm
Jumlah peledakan / bulan = 8


Gambar 3.15
Tampilan form Input Data Blasting Konya
74

Komponen lain yang digunakan dalam form ini adalah combo box yang harus
dipilih dengan cara diklik. Komponen combo box ini dipergunakan untuk jenis data
yang telah ditentukan.contoh penggunaan form ini adalah sebagai berikut :
Tipe detonator = Beruntun
Tipe lubang tembak = Tegak
Jenis batuan = Limestone
Jenis bahan peledak = ANFO

Setelah semua data terisi dengan benar, tekan tombol analisa untuk melihat
hasil dari data yang telah diproses. Hasil analisa perangkat lunak ini terdiri dari
empat bagian utama,yaitu : Geometri peledakan, Fragmentasi batuan, Efek
peledakan, dan Perancangan lubang ledak.
Contoh hasil analisis yang dilakukan oleh perangkat lunak berdasarkan input data di
atas adalah :
a. Hasil analisa pada bagian geometri peledakan sebagai berikut :
B3 = 3,06
B4 = 3,0
Burden koreksi = 2,8 m
Spacing = 3,7 m
Stemming = 2,0 m
Subdrilling = 0,8 m
Ukuran material stemming = 0,006 m
Kedalaman lubang = 10,8 m
Kolom isian = 8,9 m
Loading density = 8,7 kg/m
Waktu tunda antar baris = 27,6 ms
Waktu tunda antar lubang = 13,2 ms

b. Hasil analisa pada bagian fragmentasi batuan sebagai berikut :
Ukuran ayakan = 21,08 cm
Indeks keseragaman = 1,91
Karakteristik ukuran = 25,55 cm
Prosentase ukuran > 20 = 53,43 %
75

Prosentase ukuran > 40 = 9,51 %
Prosentase ukuran > 60 = 0,61 %
Prosentase ukuran > 80 = 0,01 %
Prosentase ukuran > 100 = 0 %
Prosentase ukuran < 20 = 46,57 %
Prosentase ukuran < 40 = 90,49 %
Prosentase ukuran < 60 = 99,39 %
Prosentase ukuran < 80 = 99,99 %
Prosentase ukuran < 100 = 100 %



Gambar 3.16
Tampilan form Output Data Blasting Konya

c. Hasil analisa pada bagian efek peledakan sebagai berikut :
Faktor impedensi = 0,49
Faktor coupling = 1
Ground vibration = 1,46 mm/s
Frekuensi = 13,46 Hz
Specific charge = 0,35 kg/m
3

76

Lemparan maksimum = 394 m
Diameter fragmen batuan = 0,4 m
Scale distance = 66,33 m/kg
Nilai perbandingan = 0,53
Air blast = 132,04 dB

d. Hasil analisa pada bagian powder factor sebagai berikut :
Jumlah isian bahan peledak = 77,59 kg
Volume batuan yang terbongkar = 104,62 m
3

Powder factor = 0,74 kg/m
3

Adapun perbandingan hasil perhitungan secara manual dan dengan menggunakan
perangkat lunak dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.




















77

Tabel 3.1
Perbandingan perhitungan berdasarkan teori R.L.Ash

Teori R.L.Ash
Perhitungan
manual
Analisa
program
Persentase
kesalahan
Burden ( B ) 2,4 m 2,4 m 0 %
Faktor penyesuaian terhadap batuan(Af1) 1,02 1,01 0,98 %
Faktor penyesuaian terhadap peledak(Af2) 0,864 0,88 2,32 %
KB terkoreksi 26,44 26,66 0,83 %
Spacing ( S ) 3,6 m 3,6 m 0 %
Stemming ( T ) 3,12 m 3,1 m 0,64 %
Subdrilling ( J ) 0,48 m 0,5 m 4,16 %
Kedalaman lubang ledak ( H ) 6,33 m 6,4 m 1,10 %
Panjang kolom isian ( PC ) 3,21 m 3,3 m 2,80 %
Ukuran rata-rata fragmentasi ( X ) 30,26 cm 29,45 cm 2,67 %
Indeks keseragaman ( n ) 1,32 1,36 3,03 %
Karakteristik ukuran ( Xc ) 39,95 cm 38,59 cm 3,40 %
Prosentase bongkah > 20 ( R20 ) 66,95 % 66,37 % -
Prosentase bongkah < 20 ( R20 ) 33,05 % 33,63 % -
Prosentase bongkah > 40 ( R40 ) 36,7 % 34,98 % -
Prosentase bongkah < 40 ( R40 ) 63,3 % 65,02 % -
Prosentase bongkah > 60 ( R60 ) 18% 16,19 % -
Prosentase bongkah < 60 ( R60 ) 82% 83,81 % -
Prosentase bongkah > 80 ( R80 ) 8,2 % 6,78 % -
Prosentase bongkah < 80 ( R80 ) 91,8 % 93,22 % -
Prosentase bongkah >100 ( R100 ) 3,48 % 2,62 % -
Prosentase bongkah >100 ( R100 ) 96,52 % 97,38 % -
Persamaan faktor impedansi 0.5 0.49 2 %
Persamaan faktor coupling 1 1 0 %
Getaran tanah 1,48 mm/s 1,46 mm/s 1,35 %
Frekuensi 13,5 Hz 13,46 Hz 0,29 %
Specific charge 0,35 kg/m
3
0,35 kg/m
3
0 %
Lemparan maksikum 394 m 394 m 0 %
Diameter fragmen batuan 0,39 m 0,4 m 0,98 %
Suara ledakan 132 dB 132,04 dB 0,03 %
Scale distance 66,33 m/kg 66,33 m/kg 0 %
Loading density 5,28 kg/m 5,3 kg/m 0,37 %
Waktu tunda antar baris 27,6 ms 27,6 ms 0 %
Waktu tunda antar lubang 13,2 ms 13,2 ms 0 %
Jumlah isian bahan peledak 17 kg 17,30 kg 1,76 %
Powder factor 0,35 kg/m
3
0,37 kg/m
3
5,71 %



78

Tabel 3.2
Perbandingan perhitungan berdasarkan teori C.J.Konya

Teori C.J.Konya
Perhitungan
manual
Analisa
program
Persentase
kesalahan
Burden ( B ) 2,7 m 2,8 m 3,7 %
Spacing ( S ) 3,6 m 3,7 m 2,7 %
Stemming ( T ) 1,9 m 2 m 5,26 %
Subdrilling ( J ) 0,8 m 0,8 m 0 %
Kedalaman lubang ledak ( H ) 10,8 m 10,8 m 0 %
Panjang kolom isian ( PC ) 8,9 m 8,9 m 0 %
Ukuran rata-rata fragmentasi ( X ) 21,24 cm 21,08 cm 0,75 %
Indeks keseragaman ( n ) 1,93 1,91 1 %
Karakteristik ukuran ( Xc ) 25,65 cm 25,5 cm 0,58 %
Prosentase bongkah > 20 ( R20 ) 53,86 % 53,43 % -
Prosentase bongkah < 20 ( R20 ) 46,14 % 46,57 % -
Prosentase bongkah > 40 ( R40 ) 9,46 % 9,51 % -
Prosentase bongkah < 40 ( R40 ) 90,54 % 90,49 % -
Prosentase bongkah > 60 ( R60 ) 0,57 % 0,61 % -
Prosentase bongkah < 60 ( R60 ) 99,43 % 99,39 % -
Prosentase bongkah > 80 ( R80 ) 0,01 % 0,01 % -
Prosentase bongkah < 80 ( R80 ) 99,99 % 99,99 % -
Prosentase bongkah >100 ( R100 ) 0 0 -
Prosentase bongkah >100 ( R100 ) 100% 100% -
Persamaan faktor impedansi 0,5 0,49 0,1 %
Persamaan faktor coupling 1 1 0 %
Getaran tanah 1,48 mm/s 1,46 mm/s 0,02 %
Frekuensi 13,5 Hz 13,46 Hz 0,04 %
Specific charge 0,31 kg/m
3
0,31 kg/m
3
0 %
Lemparan maksikum 394 m 394 m 0 %
Diameter fragmen batuan 0,39 m 0,4 m 0,01 %
Suara ledakan 132 dB 132,04 dB 0,04 %
Scale distance 66,33 m/kg 66,33 m/kg 0 %
Loading density 8,7 kg/m 8,7 kg/m 0 %
Waktu tunda antar baris 73,6 ms 73,8 ms 0,2 %
Waktu tunda antar lubang 39,05 ms 39,1 ms 0,05 %
Jumlah isian bahan peledak 77,43 kg 77,59 kg 0,16 %
Powder factor 0,75 kg/m
3
0,74 kg/m
3
0,01 %






79



Gambar 3.17
Fragmentasi batuan pada Aplikasi Blasting Ash




Gambar 3.18
Fragmentasi batuan pada Aplikasi Blasting Konya



80

BAB IV
PEMBAHASAN

Perancangan peledakan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan peledakan pada lapisan tanah penutup. Disamping itu
terkait erat dengan pencapaian target produksi yang diinginkan, maka hal yang harus
diperhatikan adalah parameter dari geometri peledakan yang terdiri atas burden,
spacing, subdrilling, charge length, loading density, kedalaman lubang ledak dan
powder factor.
Perancangan peledakan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan cara
manual, komputer atau gabungan dari keduanya. Sejak kemunculan komputer, cara-
cara manual sudah mulai ditinggalkan. Blasting Surface Analisa merupakan aplikasi
perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai program bantu dalam perhitungan
perancangan peledakan. Sebagai acuan dalam pembuatan aplikasi perangkat lunak
ini, maka digunakan pendekatan teori R.L.Ash dan C.J.Konya.

4.1. Implementasi Perangkat Lunak Berdasarkan Teori R.L.Ash.
4.1.1. Burden (B)
Untuk menentukan burden, R.L. Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang
dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standar dan bahan peledak standar.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak,
diperoleh ukuran burden sebesar 2,4 meter (Lampiran B). Sedangkan burden
yang diperoleh dari perhitungan manual sebesar 2,4 meter.
4.1.2. Spacing (S)
Penerapan jarak spacing dipengaruhi oleh nilai spacing ratio (Ks), yang nilainya
berkisar antara 1 sampai dengan 2. Nilai Ks yang dipergunakan dalam
perhitungan perangkat lunak adalah = 1,5, karena mempertimbangkan
terdapatnya struktur bidang lemah, sehingga diperoleh hasil perhitungan ukuran
81

spacing sebesar 3,6 meter, Sedangkan spacing yang diperoeh dari perhitungan
manual sebesar 3,6 meter. (Lampiran E).
4.1.3. Stemming (T)
Berdasarkan pendekatan dari teori R.L. Ash (1967), tinggi stemming ratio
berkisar antara 0,75 sampai dengan 1 dari panjang burden. Agar fungsi dari
stemming dapat dimaksimalkan yaitu mengontrol flyrock, airblast dan
mengurangi gas hasil reaksi bahan peledak, maka diperoleh tinggi stemming
maksimal, yaitu 3,1 meter (Lampiran B). Sedangkan Stemming yang diperoleh
dari hasil perhitungan manual sebesar 3,12 meter.
4.1.4. Subdrilling (J)
Ukuran subdrilling ratio berdasarkan teori R.L. Ash (1967) berkisar antara 0,2
sampai dengan 0,3 dari jarak burden. Maka digunakan ukuran subdrilling
maksimal, yaitu 0,5 meter yang diperoleh dari hasil perhitungan perangkat lunak,
Sedangkan subdrilling yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 0,48
meter. (Lampiran E).
4.1.5. Tinggi Jenjang (L)
Berdasarkan data sekunder yang diambil dari studi kasus, tinggi jenjang yang
digunakan sebesar 5,5 meter.
4.1.6. Kedalaman Lubang Ledak (H)
Kedalaman lubang ledak merupakan penjumlahan dari tinggi jenjang dengan
subdrilling. Maka kedalaman lubang ledak yang diperoleh dari hasil perhitungan
perangkat lunak adalah sebesar 6,4 meter (Lampiran B), Sedangkan kedalaman
lubang yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 6,33 meter.
4.1.7. Kolom Isian Bahan Peledak (PC)
Berdasarkan perhitungan perangkat lunak, diperoleh panjang kolom isian sebesar
3,3 meter, sedangkan panjang kolom isian yang diperoleh dengan menggunakan
perhitungan manual adalah 3,21 meter.
4.1.8. Tingkat Fragmentasi Berdasarkan Geometri R.L. Ash (1967)
Dengan perhitungan perangkat lunak berdasarkan rumusan R.L. Ash (1967) yaitu
dengan burden 2,4 m; spacing 3,6 m; stemming 3,1 m; subdrilling 0,5 m;
82

kedalaman lubang tembak 6,4 m; tinggi jenjang 5,5 m; panjang kolom isian 3,3
m, dan pemakaian bahan peledak sebesar 17,30 kg tiap lubang tembak (Lampiran
B) akan diperoleh fragmentasi batuan yang berukuran kurang dari 100 cm secara
perhitungan teori sebesar 97,38 %, atau hanya menghasilkan bongkah batuan
sebesar 2,62 % (Lampiran H).
4.1.9. Powder Factor
Nilai powder factor dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri peledakan,
struktur geologi, dan karakteristik massa batuan itu sendiri. Berdasarkan
perhitungan menggunakan perangkat lunak, besarnya powder factor yang
diperoleh dari geometri R.L. Ash (1967) yaitu 0,37 kg/m
3
, sedangkan dengan
perhitungan manual didapat powder factor sebesar 0,35 kg/m
3
.

4.2. Implementasi Perangkat Lunak Berdasarkan Teori C. J. Konya
4.2.1. Burden (B)
Menurut Konya (1990), untuk menentukan panjang burden perlu dilakukan
penyesuaian terhadap jenis bahan peledak dan berat jenis batuan yang akan
diledakkan. Selain itu, diameter lubang ledak juga mempengaruhi panjang
burden yang akan digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan perangkat lunak, diperoleh panjang burden sebesar 2,8 m
(Lampiran B). Sedangkan Burden yang diperoleh dari hasil perhitungan manual
sebesar 2,7.
4.2.2. Spacing (S)
Perhitungan panjang spasi didasarkan pada jenis detonator yang digunakan dan
berapa besar nilai perbandingan antara tinggi jenjang dan panjang burden. Dalam
rancangan ini digunakan detonator tunda (delayed detonator) dan besar nilai L/B
< 4 (tinggi jenjang rendah), jadi panjang spasi dapat dihitung dengan rumus S =
(L + 7B)/8. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak
diperoleh panjang Spasi sebesar 3,7 m (Lampiran B). Sedangkan spacing yang
diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 3,6 m.

83

4.2.3. Stemming (T)
Berdasarkan pendekatan dengan teori C. J. Konya tinggi stemming adalah sebesar
0,7 kali jarak burden. Sehingga diperoleh panjang stemming berdasarkan
perhitungan perangkat lunak sebesar 2 m. Sedangkan Stemming yang diperoleh
dari hasil perhitungan manual sebesar 1,9 m.
4.2.4. Subdrilling (J)
Berdasarkan pendekatan dengan teori Konya, panjang subdrilling dirancang
sebesar 0,8 m (Lampiran B), Sedangkan subdrilling yang diperoleh dari hasil
perhitungan manual sebesar 0,8 m.
4.2.5. Tinggi Jenjang (L)
Berdasarkan data sekunder yang diambil dari studi kasus, tinggi jenjang yang
digunakan sebesar 10 meter.
4.2.6. Kedalaman Lubang Ledak (H)
Kedalaman lubang ledak merupakan hasil penjumlahan tinggi jenjang dengan
subdrilling, maka kedalaman lubang ledak yang diperoleh dari perhitungan
perangkat lunak adalah sebesar 10,8 meter (Lampiran B). Sedangkan kedalaman
lubang ledak yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 10,8 m.
4.2.7. Kolom Isian Bahan Peledak (PC)
Berdasarkan perhitungan perangkat lunak, diperoleh panjang kolom isian sebesar
8,9 meter, sedangkan panjang kolom isian yang diperoleh dengan menggunakan
perhitungan manual adalah 8,9 meter.
4.2.8. Powder Factor
Nilai powder factor dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri peledakan,
struktur geologi, dan karakteristik massa batuan itu sendiri. Berdasarkan
perhitungan menggunakan perangkat lunak, besarnya powder factor yang
diperoleh dari geometri C. J. Konya (1990) yaitu 0,74 kg/m
3
, sedangkan dengan
perhitungan manual didapat powder factor sebesar 0,75 kg/m
3
.
4.2.9. Tingkat Fragmentasi Berdasarkan Geometri C.J. Konya (1990)
Dengan perhitungan perangkat lunak berdasarkan rumusan C. J. Konya (1990)
yaitu dengan burden 2,8 m; spacing 3,7 m; stemming 2 m; subdrilling 0,8 m;
84

kedalaman lubang tembak 10,8 m; tinggi jenjang 10 m; panjang kolom isian 8,9
m, dan pemakaian bahan peledak sebesar 77,59 kg tiap lubang tembak (Lampiran
B) akan diperoleh fragmentasi batuan yang berukuran kurang dari 100 cm secara
perhitungan teori sebesar 100 %, atau hanya menghasilkan bongkah batuan
sebesar 0 % (Lampiran B).

4.3. Implementasi Perbandingan Antara Geometri Peledakan Berdasarkan
Teori R.L. Ash (1967) dan Teori C.J. Konya (1990) dengan menggunakan
perangkat lunak.
Berdasarkan pengkajian dari studi kasus perancangan peledakan, terdapat
beberapa hal yang dapat dibahas sebagai pertimbangan teknis dalam penggunaan
pendekatan R.L.Ash (1967) dan pendekatan C.J.Konya (1990).(Tabel 4.1)
4.3.1. Burden (B)
Untuk menentukan burden, R.L. Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang
dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standar dan bahan peledak standar.
Apabila batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan standar dan bahan
peledak yang dipakai ialah bahan peledak standar, maka digunakan burden ratio
(Kb) yaitu 30. Tetapi bila batuan yang akan diledakkan tidak sama dengan batuan
standar dan bahan peledak yang digunakan bukan pula bahan peledak standar,
maka harga Kb-standar itu harus dikoreksi menggunakan faktor penyesuaian.
Menurut C.J.Konya (1990), Pada penentuan jarak burden, ada beberapa faktor
yang harus diperhitungkan seperti diameter lubang ledak, bobot isi batuan dan
struktur geologi dari batuan tersebut, Untuk faktor koreksi berdasarkan geologi
batuan dapat dibagi kedalam 2 konstanta yaitu Kd yang merupakan koreksi
terhadap posisi lapisan batuan dan Ks yaitu koreksi terhadap struktur geologi.
4.3.2. Spacing (S)
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing menurut
R.L.Ash (1967) adalah sebagai berikut :
Peledakan serentak, S = 2 B
Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay), S = B
85

Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1 B hingga 2 B
Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 B - 1,8 B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang tembak dalam baris
yang sama, S = 1,15 B
Menurut C.J.Konya (1990), untuk memperoleh jarak spasi maka digunakan
rumusan sebagai berikut :
1). Serentak tiap baris lubang ledak
a. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
H < 4B, S = ( H + 2B) / 3
b. Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)
H = 4B, S = 2B
2). Beruntun dalam tiap baris lubang ledak
a. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
H < 4B, S = ( H + 7B ) / 8
b. Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)
H = 4B, S = 1,4B

4.3.3. Stemming (T)
Menurut R.L.Ash (1967), untuk menghitung panjang stemming perlu ditentukan
dulu stemming ratio (Kt), yaitu perbandingan panjang stemming dengan burden
Menurut C.J.Konya (1990), Ada dua hal yang berhubungan dengan stemming :
a. Panjang Stemming
b. Jenis dan ukuran material stemming.


4.3.4. Subdrilling (J)
Menurut R.L.Ash (1967), Panjang subdrilling diperoleh dengan menentukan
harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk
batuan massive biasanya dipakai Kj sebesar 0,3.
Menurut C.J.Konya (1990), Dalam penentuan tinggi subdrilling yang baik untuk
memperoleh lantai jenjang yang rata maka digunakan rumusan sebagai berikut :

J = 0,3 x B
86

Tabel 4.1
Perbandingan rancangan peledakan berdasarkan teori R.L. Ash (1967)
dengan teori C.J. Konya (1990)

Perancangan Peledakan Metode R.L.Ash Metode C.J.Konya
Burden ( B ) 3,1 m 2,8 m
Spacing ( S ) 3,1 m 3,7 m
Stemming ( T ) 2,3 m 2 m
Subdrilling ( J ) 0,6 m 0,8 m
Kedalaman lubang ledak ( H ) 10,6 m 10,8 m
Panjang kolom isian ( PC ) 8,3 m 8,9 m
Ukuran rata-rata fragmentasi ( X ) 20,78 21,08 cm
Indeks keseragaman ( n ) 1,52 1,91
Karakteristik ukuran ( Xc ) 26,45 cm 25,55 cm
Prosentase bongkah > 20 ( R20 ) 51,98 % 53,43 %
Prosentase bongkah < 20 ( R20 ) 48,02 % 46,57 %
Prosentase bongkah > 40 ( R40 ) 15,33 % 9,51 %
Prosentase bongkah < 40 ( R40 ) 84,67 % 90,49 %
Prosentase bongkah > 60 ( R60 ) 3,1 % 0,61 %
Prosentase bongkah < 60 ( R60 ) 96,9 % 99,39 %
Prosentase bongkah > 80 ( R80 ) 0,46 % 0,01 %
Prosentase bongkah < 80 ( R80 ) 99,54 % 99,99 %
Prosentase bongkah >100 ( R100 ) 0,05 % 0
Prosentase bongkah >100 ( R100 ) 99,95 % 100%
Persamaan faktor impedansi 0,49 0,49
Persamaan faktor coupling 1 1
Getaran tanah 5,21 mm/s 4,24 mm/s
Frekuensi 13,46 Hz 13,46 Hz
Specific charge 0,78 kg/m
3
0,74 kg/m
3

Lemparan maksikum 225 m 225 m
Diameter fragmen batuan 0,27 m 0.27 m
Suara ledakan 132,04 dB 132,04 dB
Scale distance 14,83 m/kg 70.34 m/kg
Loading density 8,7 kg/m 8,7 kg/m
Waktu tunda antar baris 35,1 ms 32,4 ms
Waktu tunda antar lubang 16,8 ms 20,4 ms
Jumlah isian bahan peledak 72,76 kg 77,59 kg
Powder factor 0,78 kg/m
3
0,74 kg/m
3




87

4.3.5. Kedalaman Lubang Ledak (H)
Menurut R.L.Ash (1967), kedalaman lubang ledak berdasarkan pada hole depth
ratio (Kh) yang harganya berkisar antara 1,5 4,0.
Menurut C.J.Konya (1990), pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan
jumlah total antara tinggi jenjang dengan besarnya subdrilling

4.3.6. Kolom Isian Bahan Peledak (PC)
Untuk menentukan kolom isian, R.L.Ash (1967) dan C.J.Konya (1990)
mendasarkan pada hasil pengurangan dari kedalaman lubang ledak dengan
panjang stemming.

4.3.7. Fragmentasi batuan
Dengan perhitungan geometri peledakan berdasarkan rumusan R.L. Ash (1967)
akan diperoleh fragmentasi batuan yang berukuran kurang dari 100 cm secara
perhitungan teori sebesar 99,95 %, atau hanya menghasilkan bongkah batuan
sebesar 0,05 % (Lampiran B).
Dengan perhitungan usulan geometri peledakan berdasarkan rumusan C.J. Konya
(1990) akan diperoleh fragmentasi batuan yang berukuran kurang dari 100 cm
secara perhitungan teori sebesar 100 %, atau hanya menghasilkan bongkah
batuan sebesar 0 % (Lampiran B).
Berdasarkan tabel 4.1, terjadi penyimpangan pada distribusi ukuran fragmentasi
kurang 40 cm 60 cm. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan antara
pengukuran fragmentasi pada geometri peledakan R.L.Ash dengan geometri
peledakan C.J.Konya antara lain seperti berikut :
a. Pengaruh Kekuatan Batuan dan Struktur Batuan
b. Pengaruh Diameter dan Kedalaman Lubang Ledak
c. Pengaruh Sifat Bahan Peledak
d. Pengaruh Geometri Peledakan

Perbedaan distribusi fragmentasi tiap blok peledakan antara pendekatan R.L.Ash
dan pendekatan C.J.Konya berdasarkan aplikasi perangkat lunak dapat dilihat
dalam gambar grafik (Gambar 4.1) sebagai berikut
88


Gambar 4.1
Perbandingan Fragmentasi batuan pada Perangkat Lunak

4.4. Persentase Error pada Perangkat Lunak
Dalam proses pembuatan program, terdapat beberapa error yang
menyebabkan terjadinya selisih perhitungan atau program tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Pada dasarnya tiap langkah penyelesaiannya dari formulasi
hingga komputasinya hanya akan menghasilkan solusi hampiran, sehingga terjadi
kesalahan.
Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan pada studi kasus dengan
menggunakan perangkat lunak terhadap perhitungan manual, didapatkan tingkat rata-
rata nilai error sebesar 1,32% untuk aplikasi Blasting Ash (Tabel 3.1) dan 0,89%
untuk aplikasi Blasting Konya (Tabel 3.2).
Dilihat dari penyebabnya ada beberapa jenis error yang bisa terjadi, yaitu :
1. Kesalahan Syntax
Kesalahan syntax adalah error yang disebabkan oleh kesalahan menulis kode
program.
Misalnya : salah menuliskan nama object, property atau method nya
89

2. Kesalahan Logika
Kesalahan Logika Adalah error yang disebabkan oleh kesalahan logika
pemrograman (programer).
Misalnya : salah meletakkan urutan kode program. Error jenis ini relatif sulit
diketahui dan bisa saja baru diketahui setelah program di-compile menjadi
executable file (*.exe). Kejadian seperti ini sering disebut sebagai bug.
3. Kesalahan Pembulatan
Kesalahan pembulatan yaitu error yang disebabkan oleh keterbatasan jumlah digit
komputer dalam menyatakan bilangan real. Bilangan real yang panjangnya
melebihi jumlah digit komputer dibulatkan ke bilangan terdekat.
Contohnya, bilangan real tanpa akhir 0.666666., pada komputer 7 digit
dinyatakan sebagai 0.6666667.
4. Kesalahan Dinamik
Kesalahan Dinamik yaitu error yang disebabkan oleh operasi perhitungan yang
terjadi berulang - ulang, sehingga mengakibatkan terjadinya selisih antara
perhitungan manual dengan analisa program.

4.5. Keunggulan dan kelemahan perangkat
Berkaitan dengan aplikasi perangkat lunak ini, terdapat beberapa hal yang
dapat dijadikan pembahasan, yaitu ;

4.5.1. Keunggulan

1. Kemudahan Program
Berdasarkan uraian pengoperasian pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa
secara garis besar langkah pengoperasian program adalah memasukkan data
parameter teknis, dan yang terakhir adalah eksekusi untuk mengetahui hasil-
hasilnya. Untuk memasukkan data parameter teknik hanya diperlukan langkah
yaitu menekan menu analisa perhitungan dan data siap dimasukkan. Masukkan
input data ke dalam kolom yang telah disediakan, kemudian tekan tombol
eksekusi analisa untuk melihat output perhitungan.
90

Hal ini menunjukkan bahwa program aplikasi yang dibuat dengan visual basic di
atas adalah sederhana dan dapat dikatakan mudah.
2. Tampilan Program
Berdasarkan uji coba yang dilakukan, tampilan program secara keseluruhan tidak
mengalami permasalahan. Tampilan program terlihat lebih menarik dan fleksibel
dalam pengoperasiannya..
3. Akurasi perhitungan
Perhitungan geometri peledakan yang dilakukan oleh program (ditunjukkan dalam
Lampiran C) dan perhitungan yang dilakukan dengan cara manual tidak terdapat
perbedaan yang signifikan. Berdasarkan tingkat error yang dihasilkan pada
program aplikasi, dapat disimpulkan bahwa perhitungan yang dilakukan oleh
program adalah akurat.

4.5.2. Kelemahan
1. Penyimpanan Hasil
Program aplikasi belum dapat digunakan untuk menyimpan data-data maupun
hasil-hasil perhitungan, tetapi baru dapat menampilkan. Hal ini menjadi kurang
efektif karena harus melakukan pekerjaan ulang jika ingin mengetahui data atau
hasil-hasil yang sebelumnya pernah dievaluasi.
2. Pencetakan
Pencetakan data maupun output program belum dapat dilakukan oleh program ini.
Kalaupun dapat melakukan hanya terbatas pada cetak dari layar (print screen).
Untuk beberapa data mungkin tidak terlalu menjadi masalah, tetapi jika sudah
melibatkan data yang banyak, pencetakan dari layar menjadi tidak efektif.
3. Perancangan Lubang Ledak
a. Program Aplikasi belum dapat menampilkan skala dan koordinat titik lubang
ledak. Keterbatasan ini menjadikan program aplikasi menjadi kurang efektif
dikarenakan output program belum sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
b. Program aplikasi hanya dapat menampilkan output 10 baris lubang ledak dan
12 lubang ledak tiap baris. Keterbatasan ini menjadikan program aplikasi
menjadi kurang efektif dikarenakan output program belum sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya.
91

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan implementasi studi kasus dengan
menggunakan perangkat lunak, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan manual dengan aplikasi
perangkat lunak, besarnya error yang didapatkan adalah 1,32% untuk aplikasi
Blasting Ash dan 0,89% untuk aplikasi Blasting Konya.
2. Terdapat keterbatasan pada menu perancangan rangkaian lubang ledak sebab
keterbatasan pemrogram dalam pembuatan formula algoritma program.
3. Program hanya dapat dijalankan pada sistem operasi berbasiskan Windows.
4. Program belum dapat melakukan penyimpanan data dan pencetakan output
perancangan.

5.2 Saran
Perlu dilakukan perbaikan lebih lanjut untuk mengatasi beberapa keterbatasan
yang terdapat pada hasil penelitian ini. Adapun saran untuk perbaikan lebih lanjut
adalah :
1. Perbaikan program sehingga dapat melakukan penyimpanan, pemanggilan
maupun pencetakan, baik berupa data atau output program.
2. Perbaikan hasil output pada menu perancangan lubang ledak.
3. Penambahan database perlengkapan dan peralatan peledakan.
4. Penambahan skala dan koordinat pada menu perancangan lubang ledak.





92

DAFTAR PUSTAKA

1. Berta G. (1985), Explosives: An Engineering Tool, Italesplosivi, Milano, P. 43 -
88.

2. Hustrulid, W. and Kutchta, M., 1998, Blasting Surface Mine ; Volume I
Fundamentals, A.A. Balkema, Rotterdam. Page 368-442.

3. I Gusti Ngurah Agung Kurniawan, 2004, Studi Teknis Peledakan guna
mendapatkan fragmentasi batuan yang diperlukan pada Kuari batu gamping di
PT. SEMEN CIBINONG. Tbk, Pabrik Cilacap, Jawa Tengah.

4. Jimeno. C. L. and jimeno. E.L, (1995), Drlling and Blasting of Rocks, Balkema/
Rotterdam/ Brookfield.

5. Konya.CJ. (1995), Blast Design, Precision Blasting Services, Montville



6. Lukman Nul Hakim, 2006, Kajian Teknis Peledakan guna mendapatkan
fragmentasi batuan yang dibutuhkan pada Penambangan batu granit di PT.
CARAKA BERKAT SARANA, Bukit Piatu, Gunung Kijang, Kepulauan Riau.

7. Madcoms, 2005, Panduan Pemrogaman dan Referensi Kamus Visual Basic 6.0.

8. Saptono, Singgih., 2006, Teknik Peledakan, Diktat Kuliah Jurusan Teknik
Pertambangan, Yogyakarta.

9. S. Koesnaryo, Pemboran untuk penyediaan Lubang Ledak, Diktat Kuliah
Jurusan Teknik Pertambangan, Yogyakarta.

10. S. Koesnaryo, Rancangan Peledakan Batuan, Diktat Kuliah Jurusan Teknik
Pertambangan, Yogyakarta.

11. Santosa, 2005, Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio.Net 2003,
Yogyakarta.

12. Tamrock, 1987, Surface Drilling and Blasting.

13. Wahana Komputer, 2003, Pemrogaman Visual Basic 6.0.



14. Wahana Komputer, 2002, Pembuatan program Aplikasi Konstruksi dengan
visual basic 6.0.
93

LAMPIRAN A

USER MANUAL




A.1. Pengoperasian Perangkat lunak

Program Aplikasi dapat dioperasikan pada semua jenis komputer dengan
syarat memiliki sistem operasi windows. Langkah-langkah pengoperasian program
adalah sebagai berikut :
A.1.1. Pengoperasian menu Blasting Ash
1. Jalankan Aplikasi
2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Blasting Ash (gambar A2)
3. Setelah aplikasi berjalan, masukkan input data kedalam kolom yang telah tersedia
Input data dalam menu Blasting Ash terdiri dari 5 bagian, yaitu:
a. Data bahan peledak
b. Data batuan
c. Faktor koreksi
d. Data Pendukung
e. Parameter batuan
4. Setelah semua data terisi, tekan tombol Analisa untuk melihat hasil output
Hasil output dalam menu Blasting Ash terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Geometri peledakan & Efek peledakan (gambar A3)
b. Fragmentasi batuan (gambar A4)
c. Rancangan lubang ledak (gambar A5)
5. Tekan tombol grafik fragmentasi untuk melihat hasil analisa grafis
6. Untuk memulai data baru, tekan tombol Clear
7. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home
8. Untuk menutup menu Blasting Ash, tekan tombol Exit
9. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi
pendukung dalam perangkat lunak.

94

A.1.2. Pengoperasian menu Blasting Konya
1. Jalankan Aplikasi
2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Blasting Konya (gambar A2)
3. Setelah aplikasi berjalan, Masukkan input data kedalam kolom yang telah tersedia
Input data dalam menu Blasting Konya terdiri dari 5 bagian, yaitu:
a. Data bahan peledak
b. Data batuan
c. Faktor koreksi
d. Data Pendukung
e. Parameter batuan
4. Setelah semua data terisi, tekan tombol Analisa untuk melihat hasil output
Hasil output dalam menu Blasting Konya terdiri dari 3 bagian, yaitu :
d. Geometri peledakan & Efek peledakan (gambar A3)
e. Fragmentasi batuan (gambar A4)
f. Rancangan lubang ledak (gambar A5)
5. Tekan tombol grafik fragmentasi untuk melihat hasil analisa grafis
6. Untuk memulai data baru, tekan tombol Clear
7. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home
8. Untuk menutup menu Blasting Konya, tekan tombol Exit
9. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi
pendukung dalam perangkat lunak.

A.1.3. Pengoperasian menu Kamus
1. Jalankan Aplikasi
2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Kamus (gambar A2)
3. Tab A Z berfungsi sebagai huruf abjad awal dalam perbendaharaan pustaka yang
terdapat pada menu kamus
4. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home
5. Untuk menutup menu Kamus, tekan tombol Exit
6. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi
pendukung dalam perangkat lunak.

95

A.1.4. Pengoperasian menu Referensi
1. Jalankan Aplikasi
2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Referensi (gambar A2)
3. Tekan label teks yang tersedia dalam kolom parameter untuk melihat referensi
yang dibutuhkan
4. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home
5. Untuk menutup menu Referensi, tekan tombol Exit
6. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi
pendukung dalam perangkat lunak.

A.1.4. Pengoperasian menu Video Blasting
1. Jalankan Aplikasi
2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Video Blasting (gambar A2)
3. Tekan tombol Add untuk menambahkan file video kedalam playlist yang tersedia
4. Tekan tombol Remove untuk menghapus file video dalam playlist
5. Tekan tombol Clear untuk membersihkan file video dalam playlist
6. Untuk menutup menu Video Blasting, tekan tombol Exit
7. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi
pendukung dalam perangkat lunak.

A.1.4. Pengoperasian menu Konversi
1. Jalankan Aplikasi
2. Pada Menu Toolbar, tekan tombol Konversi (gambar A2)
3. Tekan tombol tab yang tersedia dalam aplikasi konversi untuk menetukan hasil
konversi yang dibutuhkan
4. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home
5. Untuk menutup menu Konversi, tekan tombol Exit

A.1.4. Pengoperasian Toolbar
1. Tombol Home berfungsi untuk kembali ke menu utama
2. Tombol About berfungsi untuk menampilkan tentang penjelasan umum tentang
batasan aplikasi
96

3. Tombol Referensi berfungsi untuk menampilkan referensi dan parameter yang
berhubungan dengan aplikasi
4. Tombol Konversi berfungsi untuk menampilkan aplikasi konversi sebagai
program pendukung
5. Tombol Kamus berfungsi untuk menampilkan kamus dunia pertambangan
6. Tombol Video berfungsi untuk menampilkan video tentang kegiatan peledakan
7. Tombol Progamer berfungsi untuk menampilkan biodata perancang program
yang berkaitan
8. Tombol Clear berfungsi untuk membuat data baru
9. Tombol Help berfungsi untuk menampilkan informasi pengoperasian program
































97

LAMPIRAN B

KONTROL PERHITUNGAN MANUAL




Kontrol perhitungan manual dimaksudkan untuk mengetahui keakuratan
output program, baik dari segi perhitungan maupun dari segi grafik fragmentasinya.
B.1. Perhitungan Teoritis Geometri Peledakan R.L.Ash
Perhitungan geometri peledakan berdasarkan rumusan yang telah disusun
oleh R.L. Ash (1967).
1) Burden (B)
Menurut R.L. Ash, burden tergantung pada Burden Ratio dan diameter
lubang bor. Besarnya Burden ratio berkisar antara 20 40 dengan K
b
standar
30. Nilai K
b
standar sebesar 30 terjadi pada kondisi :
- Densitas batuan standar = 160 lb/cuft
- SG bahan peledak standar = 1,2
- VOD bahan peledak standar = 12.000 fps
a) Faktor penyesuaian terhadap batuan (Af
1
)
Af
1
=
3
1
|

\
|
D
D
std

Dimana :

D
std
= Densitas Batuan Standard, 160 lb/cuft
D = Densitas Batuan yang diledakkan
2,5 ton/m
3
x 62,43 lb/cuft x (ton/m
3
)
-1
= 156,22 lb/cuft

Maka :
Af
1
=
3
1
lb/cuft 156,22
lb/cuft 160
|

\
|

= 1,02

98

b) Faktor penyesuaian terhadap bahan peledak (Af
2
)
Af
2
=
3
1
2
|
|

\
|
std std
xVe SG
SGxVe

Dimana :
SG ANFO = 0,85
VOD ANFO = 3700 m/s x 3,281 fps
= 12.139,7 fps

Maka :
Af
2
=
3
1
2
2
000 . 12 2 , 1
803 . 11 85 , 0
|
|

\
|
x
x

Af
2
= 0,864

Sehingga nilai K
b
terkoreksi adalah
K
b
= 30 x Af
1
x Af
2

= 30 x 1,02 x 0,864
= 26,44
Dari nilai K
b
tersebut dapat diperoleh burden, yaitu :
B = m
xDe Kb
terkoreksi
3 , 39

B = m
x
3 , 39
5 , 3 44 , 26

B = 2,4 m

Dengan kemiringan 70, maka :
Apparent burden =
o
70
) (
Sin
trueburden B

= 2,5 meter

2) Spacing (S)
S = Ks x B ( Ks = 1,0 2,0 )
S = 1,5 x 2,4
= 3,6 meter
99

3) Stemming (T)
T = Kt x B ( Kt = 0,75 1,00 )
= 0,7 x 2,4
= 1,68 meter (minimal)
T = 1,3x 2,4
= 3,12 meter (maksimal)
Digunakan tinggi stemming maksimal, yaitu sebesar 3,12 meter.

4) Subdrilling (J)
J = Kj x B ( Kj = 0,2 0,3 )
= 0,20 x 2,4
= 0,48 meter (minimal)
J = 0,30 x 2,4
= 0,72 meter (maksimal)
Digunakan subdrilling minimal, yakni sebesar 0,48 meter.

5) Kedalaman Lubang Tembak (H)
Kedalaman lubang ledak di dapat dari penjumlahan tinggi jenjang dan
subdrillling, maka tinggi jenjang dibuat 5,5 m. Sehingga kedalaman lubang
ledak sebesar 6,33 m.

H = Kh x B (Kh = 1,5 4,0 )
H =

+
70
) (
Sin
J L

=
9397 , 0
) 48 , 0 5 , 5 ( +

= 6,33 meter

Harga Kh = H/B
= 6,33/2,4
= 2,64
Selanjutnya diperiksa harga Kh (Hole depth ratio) yang didapat.
Kh = H/B
100

Harga Kh sebesar 2,64. Harga Kh masih berada dalam batas tetapan yang
besarnya berkisar antara 1,5 4,0

6) Panjang Kolom Isian (PC)
PC = H T
= 6,33 3,12
= 3,21 meter

7) Waktu Tunda
- Waktu tunda antar lubang tembak (T
H
)
TH = TH x S
TH = 5,5 ms/m x 2,4 m
= 13,2 ms
- Waktu tunda antar baris (Tr)
Tr = Tr x B
Tr = 11,5 ms/m x 24m
= 27,6 ms

8) Ukuran fragmentasi rata-rata (x)

Indek Peledakan (BI) = 0,5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H)
= 0,5 x (20 + 50 +40 + 12,5 + 3)
= 62,75
Faktor Batuan = BI x 0,12
= 62,75 x 0,12
= 7,53

Ukuran rata rata fragmentasi hasil peledakan, dapat diperkirakan dengan
menggunakan persamaan Kuznetzov (1973 ), yaitu sebagai berikut :

X = Ao x
(

Q
V
8 , 0
x Q
0,17
x ( E / 115 )
-0,63
101

Dimana :
X = rata rata ukuran fragmentasi (cm)
Ao = Faktor batuan (Rock Factor = RF)
V = Volume batuan yang terbongkar (m
3
)
Q = Jumlah bahan peledak ANFO (kg) pada setiap lubang ledak
E = Relative Weight Strenght bahan peledak, untuk ANFO = 100

X = 7,53
(

17
52 , 47
8 , 0
x 17
0,17
x ( 100 / 115 )
-0,63
= 7,53 x 2,275x 1,618 x 1,092
= 30,26 cm
Untuk mengetahui besarnya prosentase bongkah pada hasil peledakan
digunakan rumus Indek Keseragaman (n) dan Karakteristik Ukuran (Xc), dengan
persamaan sebagai berikut :
n =
(

De
B
14 2 , 2
(


B
W
1
(


+
2
) 1 (
1
A
L
PC

=
(

9 , 88
4 , 2
14 2 , 2
(


4 , 2
0
1
(


+
2
) 1 5 , 1 (
1
50 , 5
21 , 3

= 1,82 x 1 x 1,25 x 0,58
= 1,32

Perhitungan nilai karakteristik ukuran (Xc) menggunakan rumus sebagai
berikut :
Xc =
( )
n
x
1
693 , 0

=
( )
32 , 1
1
693 , 0
26 , 30

= 39,95
Perhitungan prosentase bongkah adalah sebagai berikut :
Rc =
n
Xc
X
|

\
|

l
102

Dimana :
R
x
= prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)
X = ukuran ayakan (cm)
n = indek keseragaman

Maka prosentase distribusi fragmentasi batuan adalah :
R
20
=
32 , 1
95 , 39
20
|
|

\
|

l
= 66,95 % 20 cm
= 33,05 % 20 cm

R
40
=
32 , 1
95 , 39
40
|
|

\
|

l
= 36,7 % 40 cm
= 63,3 % 40 cm

R
60
=
32 , 1
95 , 39
60
|
|

\
|

l
= 18 % 60 cm
= 82 % 60 cm


R
80
=
32 , 1
95 , 39
80
|
|

\
|

l
= 8,2 % 80 cm
= 91,8 % 80 cm

R
100
=
32 , 1
95 , 39
100
|
|

\
|

l
= 3,48 % 100 cm
= 96,52% 100 cm

B.2. Geometri Peledakan Berdasarkan Teori C. J. Konya

Perhitungan geometri peledakan berdasarkan rumusan yang telah disusun
oleh C. J. Konya (1990).
103

Diketahui :
B = burden
Kr = faktor koreksi terhadap jumlah baris lubang tembak
Kd = faktor koreksi terhadap posisi lapisan batuan
Ks = faktor koreksi terhadap struktur geologi setempat
SGe = berat jenis bahan peledak yang dipakai = 0,85
SGr = berat jenis maksimum = 2,62
Stv = relative bulk strength (ANFO = 100)
De = diameter lubang tembak = 4,5 inchi = 114,3 mm

1) Burden (B)
Menentukan ukuran burden terdapat 3 persamaan, yaitu :
a. B1 = 3,15 x De x
0,33
SGr
SGe
|

\
|

= 3,15 x 4,5 x
0,33
2,62
0,85
|

\
|

= 2,98 m

b. B2 = De x 1,5
SGr
SGe x 2
|
|

\
|
+ |

\
|

= 4,5 x 1,5
2,28
0,85 x 2
|
|

\
|
+ |

\
|

= 2,95 m

c. B3 = 0,67 x De x
0,33
SGr
Stv
|

\
|

= 0,67 x 4,5 x
0,33
2,28
100
|

\
|

= 3,06 m
Dari ketiga persamaan, diperoleh burden belum terkoreksi :

B =
3
3,06) 2,95 (2,98 + +

= 3 m
104

Dengan menggunakan faktor koreksi terhadap perlapisan batuan (Kd = 1),
struktur geologi (Ks = 1,3) dan jumlah baris (Kr = 0,9) maka harga burden
terkoreksi adalah :
B2 = B1 x Kd x Ks x Kr
B2 = 3 x 1 x 1,3 x 0,9
B2

= 2,7 meter

2) Spacing (S)
Karena memakai Delay Detonator dan L/B = 1,875 < 4, maka :
S =
8
) 7 ( B L +

=
( )
8
7 , 2 7 10 +

= 3,6 m

3) Stemming (T)
Menentukan stemming menggunakan persamaan :
T = 0,7 x B
= 0,7 x 2,7 m
= 1,9 m
Ukuran material stemming (Sz):
Sz = 0,05 x De
= 0,05 x 114 mm = 5,7 mm

4) Subdrilling (J)
Menentukan subdrilling digunakan persamaan :
J = 0,3 x B
= 0,3 x 2,7 m
= 0,8 m

5) Tinggi Jenjang Berdasarkan Stiffness Ratio
Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan
rumusan sebagai berikut :
L = 5 x De
105

Dengan :
L = Tinggi jenjang minimum (ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)

Maka :

L = 5 x 4,5
= 10 m

6) Kedalaman Lubang Tembak (H)
H = tinggi jenjang (L) + subdrilling (J)
H = 10 + 0,8
= 10,8 m

7) Panjang Kolom Isian (PC)
Menentukan kolom isian bahan peledak menggunakan persamaan :
PC = H T
= 10,8 m 1,9 m
= 8,9 m

8) Waktu Tunda
- Waktu tunda antar lubang tembak (T
H
)
TH = TH x S
TH = 5,5 ms/m x 3,7 m
= 20,4 ms
- Waktu tunda antar baris (Tr)
Tr = Tr x B
Tr = 11,5 ms/m x 2,8 m
= 32,4 ms

9) Ukuran fragmentasi rata-rata (x)

X = 7,35 ( )
63 , 0
167 , 0
8 , 0
115
100
43 , 77
43 , 77
2 , 97

|

\
|
|

\
|

106

X = 7,35 x 1,26 x 2,1 x 1,092
X = 21,24 cm

Untuk mengetahui besarnya prosentase bongkah pada hasil peledakan
digunakan rumus Indek Keseragaman (n) dan Karakteristik Ukuran (Xc),
dengan persamaan sebagai berikut :
n =
( )
L
PC
B
S
B
E
d
B
p
(
(


+
(


2
1
1 1 14 2 , 2
n = ( )
10
9 , 8
2 / ) 1 ) 7 , 2 / 6 , 3 (( 1
7 , 2
0
1
3 , 114
7 , 2
14 2 , 2 + |

\
|
|

\
|

n = (1,83) x (1) x (1,17) x (0,9)
= 1,93
Perhitungan nilai karakteristik ukuran (Xc) menggunakan rumus sebagai
berikut :
Xc =
( )
n
x
1
693 , 0

=
( )
93 , 1 / 1
693 , 0
24 , 21

= 25,65 cm
Perhitungan prosentase bongkah adalah sebagai berikut :

Rc =
n
Xc
X
|

\
|

l


Dimana :
R
x
= prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)
X = ukuran ayakan (cm)
n = indek keseragaman
Maka prosentase distribusi fragmentasi batuan adalah :
R
20
=
93 , 1
65 , 25
20
|
|

\
|

e
= 53,86 % 20 cm
= 46,14 % 20 cm
107

R
40
=
93 , 1
65 , 25
40
|
|

\
|

e
= 9,46 % 40 cm
= 90,54 % 40 cm

R
60
=
93 , 1
65 , 25
60
|
|

\
|

e
= 0,57 % 60 cm
= 99,43 % 60 cm

R
80
=
93 , 1
65 , 25
80
|
|

\
|

e
= 0,01 % 80 cm
= 99,99 % % 80 cm

R
100
=
93 , 1
65 , 25
1080
|
|

\
|

e
= 0 % 100 cm
= 100 % 100 cm
B.3. Perhitungan Teoritis Efek Peledakan

B.3.1. Getaran Tanah (Ground Vibration)
Perhitungan besarnya getaran yang ditimbulkan akibat peledakan menurut teori
Berta (1990). Data-data yang diketahui untuk batuan andesit dan bahan peledak
ANFO berdasarkan teori Berta (1990) :
Energi per unit massa ANFO = 3,66 Mj/kg
Impedansi bahan peledak ANFO (Ic) = 1,84. 10
6
. kg.m
-2
.s
-1

Impedansi batu andesit (Ir) = 11.10
6
.kg.m
-2
.s
-1

Kecepatan rambat seismik andesit (C) = 4.200 m/s
Nilai faktor tipe kelompok batu andesit (kf) = 0,03
Faktor breake (
3
) = 0,15

Sedangkan data-data yang diketahui berdasarkan data dari perusahaan :
Jarak titik ledak dengan sensor (R) = 300 m
108

Bahan peledak ANFO per lubang ledak (Q) = 9,25 kg
Densitas batu andesit () = 2.620 kg/m
3


Persamaan faktor impedansi :

1
= 1 - (Ic Ir)
2

(Ic + Ir)
2

= 1 (1,84.10
6
. kg.m
-2
.s
-1
11.10
6
. kg.m
-2
.s
-1
)
2

(1,84.10
6
. kg.m
-2
.s
-1
+ 11.10
6
. kg.m
-2
.s
-1
)
2


= 1 83,9
164,9
= 1 - 0,5
= 0,5

Persamaan faktor Coupling

2
= 1
e
f / c
(e 1)

dengan :

f
= diameter lubang tembak (3)

c
= diameter bahan peledak (3)
e = 2,27
maka :

2
= 1
e
f / c
(e 1)
= 1
e
3/3
(e 1)
= 1

Persamaan getaran tanah :


xC x Rx xkfx
x x x x
R
Q
V


log 5
10 3 2 1
6
=
200 . 4 620 . 2 14 , 3 300 log 03 , 0 5
10 66 , 3 15 , 0 1 5 , 0
300
25 , 9
6
x x x x x
x x x x
=
109

= 0,010 x 0,0214
= 1,48.10
-3
m/s
= 1,48 mm/s

Frekuensi (F)
F = (Kf log R)
-1

= (0,03 x log 300)
-1

= 13,5 Hz

B.3.2. Batu Terbang (Flyrock)
Swedish Detonic Research Foundation (1975), mengemukakan teorinya dalam
menghitung jarak maksimum yang terjadi pada fragmentasi batuan pada kondisi
optimum. Seperti yang diperlihatkan gambar 3.6.

specific charge = jumlah bahan peledak (kg)
volume batuan yang terbongkar (m
3
)
= 201.2 kg
568.205 m
3

= 0,35 kg/m
3
maka lemparan maksimum yang terjadi adalah :
L
maks
= 50 x D
= 50 x 7,88
= 394 m
dengan diameter fragmen batuan (Tb) :
Tb = 0,1 x D
2/3

= 0,1 x 7,88
2/3

= 0,39 m

B.3.3. Suara Ledakan (Airblast)
Suara ledakan (airblast) diukur dengan satuan dB (decibels) atau psi (pounds per
squareinch), dihitung dengan rumus :
dB = 20 log (P/Po)

110

dengan :
P = overpressure (psi)
Po = 3 x 10
-9
psi

Menurut Ladegaard-Pedersen and Daily (1975)
2)
, jika tidak terdapat data
percobaan, nilai P dicari dengan menggunakan grafik nomograph pada gambar D.1.
dengan mencari nilai :
scaled distance = D/Q
1/3
dan perbandingan nilai B/Q
1/3
Dimana :
D = jarak pengukuran (300 m)
B = burden (2,5 m)
Q = jumlah muatan bahan peledak per delay (92,5 kg).
Scaled Distance = D / Q
1/3

= 300 / 92,5
1/3

= 66,33 (m/kg
1/3
)
Nilai perbandingan = B / Q
1/3

= 2,5 / 92,5
1/3

= 0,55
0,6
Sehingga didapat :
P = 0,08 KPa
= 1,2 x 10
-2
psi (1 KPa = 0,1450 psi)
Maka :
dB = 20 log (P/Po)
= 20 log (1,2 . 10
-2
/ 3. 10
-9
)
= 132 dB
B.4. Loading Density
Untuk menentukan jumlah bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang
tembak maka terlebih dahulu ditentukan loading density. persamaan loading
density yang digunakan adalah sebagai berikut :

de = 0,508 x De
2
x SG

111

Dimana :
de = Laoding density (kg/m)
De = Diameter lubang ledak (inch)
SG = Berat jenis bahan peledak
Sehingga :

de Ash = 0,508 x 3,5
2
x 0,85
= 5,28 kg/m
de Conya = 0,508 x (4,5 inch)
2
x 0,85
= 8,7 kg/m

B.5. Pemakaian Bahan Peledak Tiap Lubang Ledak
Merupakan perkalian antara loading density dengan panjang kolom isian bahan
peledak.
E = (de x PC)
= 5,28 x 3,21
= 16,95 kg 17 kg tiap lubang tembak
E = de x PC
= 8,7 x 8,9
= 77,43 kg/lubang
Powder Factor
Pf =
V
E

Keterangan :
Pf = powder factor (kg/m
3
)
V = volume batuan yang diledakkan (m
3
)
E = Berat bahan peledak (ANFO + primer)
Berdasarkan data dari lapangan (Tabel D.1), diperoleh besarnya nilai powder
factor di lapangan yang berkisar antara 0,35 kg/m - 0,39 kg/m, dengan nilai powder
factor rata-rata, yaitu sebesar :
Pf =
5 , 5 6 , 3 4 , 2
17
x x

= 0,35 kg/m
3
112

LAMPIRAN C

ALGORITMA PROGRAM




C.1. Algoritma menu Blasting Ash
Form Rancangan peledakan merupakan form inti dari perangkat lunak, form ini
dibagi menjadi dua, yaitu : Form Blasting Ash dan Form Blasting Konya.
Langkah langkah pembuatan menu blasting ash adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 2 buah control Timer dan 2 buah SSTab
3. Kemudian tambahkan ke Form, 89 buah Label, 89 buah TextBox, 4 buah
CommandButton, 4 buah ComboBox, 2 buah Image, 1 buah Picture dan 1 buah
control OLE.
4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :
Private Sub Command1_Click()
Form3.Show
Unload Me
End Sub

Private Sub Command10_Click()
SSTab2.Visible = True
End Sub

Private Sub Command11_Click()
With Chart
On Error Resume Next
.chartType = VtChChartType2dLine
.AllowSelections = False
.ColumnCount = 1
.RowCount = 5
.Row = 1
.RowLabel = "R20"
.Data = Str(Text19.Text)
.Row = 2
.RowLabel = "R40"
.Data = Str(Text20.Text)
.Row = 3
113

.RowLabel = "R60"
.Data = Str(Text21.Text)
.Row = 4
.RowLabel = "R80"
.Data = Str(Text31.Text)
.Row = 5
.RowLabel = "R100"
.Data = Str(Text34.Text)
End With
End Sub

Private Sub Command13_Click()
SSTab2.Visible = False
End Sub
Private Sub Command14_Click()
On Error Resume Next
Dim RMD, JPS, JPO, SGI, HD, IP, FB, EXPLO As Single
RMD = Val(Text99.Text)
JPS = Val(Text100.Text)
JPO = Val(Text101.Text)
SGI = Val(Text102.Text)
HD = Val(Text103.Text)
IP = Val(Text96.Text)
FB = Val(Text97.Text)
IP = 0.5 * (RMD + JPS + JPO + SGI + HD)
FB = IP * 0.12
Text96.Text = Str(IP)
Text97.Text = Str(FB)
Text70.Text = Str(FB)
End Sub

Private Sub Command2_Click()
SSTab1.Visible = True
SSTab3.Visible = False
End Sub

Private Sub Command3_Click()
Form7.Show
End Sub

Private Sub Command4_Click()
frmAbout.Show
End Sub

Private Sub Command5_Click()
Form5.Show
End Sub
114


Private Sub Command6_Click()
Form4.Show
End Sub

Private Sub Command8_Click()
Form8.Show
End Sub

Private Sub Command9_Click()
SSTab3.Visible = True
On Error Resume Next
Dim DStandart, D, Drb, SG, SGStandart, VE, VEStandart, Diameter, L, L2, KH, KJ,
KT, Ks, R1, TR, TR1, TH, TH1, Af1, Af2, KB, B, Bap, B2, S, S2, T, TM, J, JM, H,
PC, Delay, de, WT, WTB, E, V, V1, PF, RF, Q, RWS, dem, A, W, X, N, N1, N2,
N4, Xc, R20, R20M, R40, R40M, R60, R60M, R80, R80M, R100, R100M, IC, IR,
TETAF, TETAC, QANFO, R, N3, SIGMA, Kf, RHO, C, P, P1, PO, D1, Q1, JBP,
VB, DP, HR, PP, SP, SPTH, SPHR, VBT, EN, AL, TP, JP, PCP, PB, PPH, JB As
Single
DStandart = Val(Text1.Text)
D = Val(Text2.Text)
Drb = Val(Text37.Text)
SG = Val(Text3.Text)
SGStandart = Val(Text4.Text)
VE = Val(Text5.Text)
VEStandart = Val(Text6.Text)
Diameter = Val(Text7.Text)
KJ = Val(Text9.Text)
KT = Val(Text10.Text)
Ks = Val(Text11.Text)
TR = Val(Text16.Text)
TH = Val(Text15.Text)
L = Val(Text8.Text)
R1 = Val(Text17.Text)
RF = Val(Text70.Text)
Q = Val(Text72.Text)
RWS = Val(Text73.Text)
dem = Val(Text74.Text)
A = Val(Text75.Text)
W = Val(Text76.Text)
IC = Val(Text61.Text)
IR = Val(Text62.Text)
TETAF = Val(Text63.Text)
R = Val(Text66.Text)
N3 = Val(Text67.Text)
EM = Val(Text68.Text)
Kf = Val(Text69.Text)
115

DS = Val(Text91.Text)
C = Val(Text92.Text)
P = Val(Text80.Text)
PO = Val(Text81.Text)
D1 = Val(Text82.Text)
DP = Val(Text87.Text)
HR = Val(Text78.Text)
PP = Val(Text13.Text)
SP = Val(Text36.Text)
AL = Val(Text105.Text)
JB = Val(Text77.Text)
Af1 = (DStandart / D) ^ (1 / 3)
Af2 = ((SG * ((VE) ^ 2)) / (SGStandart * ((VEStandart) ^ 2))) ^ (1 / 3)
KB = 30 * Af1 * Af2
B = KB * Diameter / 39.3
Bap = B / (Sin(AL / (180 / (22 / 7))))
B2 = B
S = Ks * B
S2 = S
L2 = L
T = (KT * B)
TP = T
J = (KJ * B)
JP = J
H = (L + J) / (Sin(AL / (180 / (22 / 7))))
KH = H / B
PC = H - T
PCP = PC
Delay = TR * B
de = 0.508 * ((Diameter) ^ 2) * SG
PB = SP * (100 / (100 - PP))
PPH = PB / JB
SPTH = PB * 12
SPHR = SPTH / HR
P1 = PPH / (R1 * B * L * Drb)
N4 = R1 * (P1 / S)
EN = PC * de
E = PC * de * N4
V1 = B * S * L
VBT = B * S * L * N4
PF = EN / V1
TH1 = TH * S
TR1 = TR * B
VB = V1
JBP = EN
X = RF * ((V1 / EN) ^ 0.8) * (EN ^ 0.17) * ((RWS / 115) ^ -0.63)
116

N = (2.2 - 14 * (B / (Diameter * 25.4))) * (1 - (W / B)) * (1 + (((S / B) - 1) / 2)) * (PC
/ L)
Xc = X / ((0.693) ^ (1 / N))
R20 = (2.719 ^ (-((20 / Xc) ^ (N)))) * 100
R20M = 100 - R20
R40 = (2.719 ^ (-((40 / Xc) ^ (N)))) * 100
R40M = 100 - R40
R60 = (2.719 ^ (-((60 / Xc) ^ (N)))) * 100
R60M = 100 - R60
R80 = (2.719 ^ (-((80 / Xc) ^ (N)))) * 100
R80M = 100 - R80
R100 = (2.719 ^ (-((100 / Xc) ^ (N)))) * 100
R100M = 100 - R100
N1 = 1 - ((IC - IR) ^ 2 / (IC + IR) ^ 2)
N2 = 1 / ((2.27 ^ (TETAF / Diameter)) - (2.27 - 1))
V = (((E) ^ 0.5) / R) * (((N1 * N2 * N3 * EM * (1000000)) / (5 * Kf * ((Log(R)) /
(Log(10))) * 3.14 * DS * C)) ^ 0.5) * 1000
F = (Kf * Log(R) / Log(10)) ^ -1
SC = EN / V1
LMax = 50 * Diameter
Tb = 0.1 * (Diameter ^ 0.6666667)
SD = D1 / (E ^ 0.33333333)
NP = B / (E ^ 0.33333333)
Db = (20) * ((Log(P / PO)) / Log(10))
Text22.Text = CSng(Af1)
Text22.Text = FormatNumber(Text22, 2)
Text23.Text = CSng(Af2)
Text23.Text = FormatNumber(Text23, 2)
Text24.Text = CSng(KB)
Text24.Text = FormatNumber(Text24, 2)
Text25.Text = CSng(B)
Text25.Text = FormatNumber(Text25, 1)
Text72.Text = CSng(Bap)
Text72.Text = FormatNumber(Text72, 1)
Text79.Text = CSng(B2)
Text79.Text = FormatNumber(Text79, 2)
Text26.Text = CSng(S)
Text26.Text = FormatNumber(Text26, 1)
Text83.Text = CSng(S2)
Text83.Text = FormatNumber(Text83, 2)
Text89.Text = Str(L2)
Text89.Text = FormatNumber(Text89, 2)
Text27.Text = CSng(T)
Text27.Text = FormatNumber(Text27, 1)
Text35.Text = CSng(TP)
Text35.Text = FormatNumber(Text35, 2)
Text28.Text = CSng(J)
117

Text28.Text = FormatNumber(Text28, 1)
Text50.Text = CSng(JP)
Text50.Text = FormatNumber(Text50, 2)
Text29.Text = CSng(H)
Text29.Text = FormatNumber(Text29, 1)
Text90.Text = CSng(KH)
Text90.Text = FormatNumber(Text90, 1)
Text30.Text = CSng(PC)
Text30.Text = FormatNumber(Text30, 1)
Text49.Text = CSng(PCP)
Text49.Text = FormatNumber(Text49, 2)
Text93.Text = CSng(P1)
Text93.Text = FormatNumber(Text93, 3)
Text31.Text = CSng(Delay)
Text31.Text = FormatNumber(Text31, 1)
Text32.Text = CSng(de)
Text32.Text = FormatNumber(Text32, 1)
Text71.Text = CSng(EN)
Text71.Text = FormatNumber(Text71, 2)
Text33.Text = CSng(E)
Text33.Text = FormatNumber(Text33, 2)
Text88.Text = CSng(TR1)
Text88.Text = FormatNumber(Text88, 1)
Text12.Text = CSng(TH1)
Text12.Text = FormatNumber(Text12, 1)
Text94.Text = CSng(V1)
Text94.Text = FormatNumber(Text94, 2)
Text38.Text = CSng(VBT)
Text38.Text = FormatNumber(Text38, 2)
Text14.Text = CSng(PF)
Text14.Text = FormatNumber(Text14, 2)
Text40.Text = CSng(X)
Text40.Text = FormatNumber(Text40, 2)
Text41.Text = CSng(N)
Text41.Text = FormatNumber(Text41, 2)
Text95.Text = CInt(N4)
Text95.Text = FormatNumber(Text95, 2)
Text42.Text = CSng(Xc)
Text42.Text = FormatNumber(Text42, 2)
Text43.Text = CSng(R20)
Text43.Text = FormatNumber(Text43, 2)
Text19.Text = CSng(R20M)
Text19.Text = FormatNumber(Text19, 2)
Text44.Text = CSng(R40)
Text44.Text = FormatNumber(Text44, 2)
Text20.Text = CSng(R40M)
Text20.Text = FormatNumber(Text20, 2)
118

Text45.Text = CSng(R60)
Text45.Text = FormatNumber(Text45, 2)
Text21.Text = CSng(R60M)
Text21.Text = FormatNumber(Text21, 2)
Text46.Text = CSng(R80)
Text46.Text = FormatNumber(Text46, 2)
Text31.Text = CSng(R80M)
Text31.Text = FormatNumber(Text31, 2)
Text47.Text = CSng(R100)
Text47.Text = FormatNumber(Text47, 2)
Text34.Text = CSng(R100M)
Text34.Text = FormatNumber(Text34, 2)
Text51.Text = CSng(N1)
Text51.Text = FormatNumber(Text51, 2)
Text52.Text = CSng(N2)
Text53.Text = CSng(V)
Text53.Text = FormatNumber(Text53, 2)
Text54.Text = CSng(F)
Text54.Text = FormatNumber(Text54, 2)
Text55.Text = CSng(SC)
Text55.Text = FormatNumber(Text55, 2)
Text56.Text = CSng(LMax)
Text57.Text = CSng(Tb)
Text57.Text = FormatNumber(Text57, 2)
Text58.Text = CSng(SD)
Text58.Text = FormatNumber(Text58, 2)
Text59.Text = CSng(NP)
Text59.Text = FormatNumber(Text59, 2)
Text60.Text = CSng(Db)
Text60.Text = FormatNumber(Text60, 2)
Text85.Text = CSng(PB)
Text86.Text = CSng(PPH)
Text39.Text = CSng(SPTH)
Text48.Text = CSng(SPHR)
End Sub

Private Sub Combo1_Click()
Dim Drb, D As Single
Drb = Val(Text37.Text)
D = Drb * 62.43
Text2.Text = CSng(D)
If Combo1.Text = "Diorite" Then
Text37.Text = "2.75"
ElseIf Combo1.Text = "Gabbro" Then
Text37.Text = "3"
ElseIf Combo1.Text = "Granite" Then
Text37.Text = "2.7"
119

ElseIf Combo1.Text = "Andesite" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Basalt" Then
Text37.Text = "2.8"
ElseIf Combo1.Text = "Rhyolite" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Trchyte" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Conglomerate" Then
Text37.Text = "2.6"
ElseIf Combo1.Text = "Sandstone" Then
Text37.Text = "2.5"
ElseIf Combo1.Text = "Shalc" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Dolomite" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Limestone" Then
Text37.Text = "2.6"
ElseIf Combo1.Text = "Limerock" Then
Text37.Text = "2"
ElseIf Combo1.Text = "Gneiss" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Marble" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Quartzite" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Schist" Then
Text37.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Serpentine" Then
Text37.Text = "2.6"
ElseIf Combo1.Text = "Slate" Then
Text37.Text = "2.7"
End If
End Sub

Private Sub Combo2_Click()
If Combo2.Text = "ANFO" Then
Text3.Text = "0.85"
Text73.Text = "100"
ElseIf Combo2.Text = "HEAVY ANFO" Then
Text3.Text = "1.15"
Text73.Text = "89"
ElseIf Combo2.Text = "POWERGEL COAL" Then
Text3.Text = "1.2"
Text73.Text = "180"
ElseIf Combo2.Text = "POWERGEL BUSTER" Then
Text3.Text = "1.25"
120

Text73.Text = "158"
ElseIf Combo2.Text = "EMULSION BLEND" Then
End If
End Sub

Private Sub Combo3_Click()
If Combo3.Text = "Peledakan serentak" Then
Text11.Text = "2"
ElseIf Combo3.Text = "Peledakan berurutan dengan delay interval lama" Then
Text11.Text = "1"
ElseIf Combo3.Text = "Peledakan dengan milisecond delay" Then
Text11.Text = "1.5"
ElseIf Combo3.Text = "Peledakan pola equilateral dan beruntun" Then
Text11.Text = "1.15"
End If
End Sub
Private Sub Combo4_Click()
If Combo4.Text = "TEGAK" Then
Text105.Text = "90"
End If
End Sub

Private Sub Form_Load()
Timer2.Interval = 35
VScroll2.Max = Picture2.Height
VScroll2.Min = 0 - Text18.Height
VScroll2.Value = VScroll2.Max
Form1.Top = Form1.Height * -1
Form1.Left = (Screen.Width - Form1.Width) / 2
posTengah = (Screen.Height - Form1.Height) / 2
Form1.Timer1.Interval = 50
End Sub

Private Sub Timer1_Timer()
If Me.Top < posTengah Then
Me.Top = Me.Top + ((posTengah - Me.Top) / 2)
Else
Me.Top = posTengah
Me.Timer1.Interval = 0
End If
End Sub

Private Sub Timer2_Timer()
If VScroll2.Value >= VScroll2.Min + 20 Then
VScroll2.Value = VScroll2.Value - 30
Else
VScroll2.Value = VScroll2.Max
121

DoEvents
End If

Text18.Top = VScroll2.Value
Text18.Visible = True
DoEvents
End Sub

Private Sub Picture6_MouseMove(Button As Integer, Shift As Integer, X As Single,
Y As Single)
Label50.Caption = X
Label49.Caption = Y
curx = Label50.Caption
cury = Label49.Caption
End Sub

Private Sub Picture6_Paint()
Dim N4 As Single
N4 = Val(Text95.Text)
If Text17.Text = "7" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text17.Text = "2" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text17.Text = "3" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text17.Text = "4" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Next i
122

ElseIf Text17.Text = "5" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text17.Text = "6" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text17.Text = "8" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 5600), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text17.Text = "9" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 5600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 6200), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text17.Text = "10" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
123

Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 5600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 6200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 6800), 100, vbBlue
Next i
End If
End Sub

C.2. Algoritma menu Blasting Konya
Form Rancangan peledakan merupakan form inti dari perangkat lunak, form ini
dibagi menjadi dua, yaitu : Form Blasting Ash dan Form Blasting Konya.
Langkah langkah pembuatan menu blasting ash adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 2 buah control Timer dan 2 buah SSTab
3. Kemudian tambahkan ke Form, 89 buah Label, 89 buah TextBox, 4 buah
CommandButton, 4 buah ComboBox, 2 buah Image, 1 buah Picture dan 1 buah
control OLE.
4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :
Private Sub Command1_Click()
Form3.Show
Unload Me
End Sub
Private Sub Combo1_Click()
If Combo1.Text = "Diorite" Then
Text88.Text = "2.75"
ElseIf Combo1.Text = "Gabbro" Then
Text88.Text = "3"
ElseIf Combo1.Text = "Granite" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Andesite" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Basalt" Then
Text88.Text = "2.8"
ElseIf Combo1.Text = "Rhyolite" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Trchyte" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Conglomerate" Then
Text88.Text = "2.6"
ElseIf Combo1.Text = "Sandstone" Then
Text88.Text = "2.5"
124

ElseIf Combo1.Text = "Shalc" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Dolomite" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Limestone" Then
Text88.Text = "2.6"
ElseIf Combo1.Text = "Limerock" Then
Text88.Text = "2"
ElseIf Combo1.Text = "Gneiss" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Marble" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Quartzite" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Schist" Then
Text88.Text = "2.7"
ElseIf Combo1.Text = "Serpentine" Then
Text88.Text = "2.6"
ElseIf Combo1.Text = "Slate" Then
Text88.Text = "2.7"
End If
End Sub

Private Sub Combo2_Click()
If Combo2.Text = "ANFO" Then
Text2.Text = "0.85"
Text15.Text = "100"
ElseIf Combo2.Text = "HEAVY ANFO" Then
Text2.Text = "1.15"
Text15.Text = "89"
ElseIf Combo2.Text = "POWERGEL COAL" Then
Text2.Text = "1.2"
Text15.Text = "180"
ElseIf Combo2.Text = "POWERGEL BUSTER" Then
Text2.Text = "1.25"
Text15.Text = "158"
ElseIf Combo2.Text = "EMULSION BLEND" Then
Text88.Text = "3"
End If
End Sub

Private Sub Combo3_Click()
If Combo3.Text = "TEGAK" Then
Text36.Text = "90"
End If
End Sub

125

Private Sub Combo4_Click()
If Combo4.Text = "SERENTAK" Then
S = (L + (2 * Bc)) / 3
ElseIf Combo4.Text = "BERUNTUN" Then
S = (L + (7 * Bc)) / 8
End If
End Sub

Private Sub Command10_Click()
SSTab2.Visible = True
End Sub

Private Sub Command12_Click()
With Chart
On Error Resume Next
.chartType = VtChChartType2dLine
.AllowSelections = False
.ColumnCount = 1
.RowCount = 5
.Row = 1
.RowLabel = "R20"
.Data = Str(Text19.Text)
.Row = 2
.RowLabel = "R40"
.Data = Str(Text20.Text)
.Row = 3
.RowLabel = "R60"
.Data = Str(Text21.Text)
.Row = 4
.RowLabel = "R80"
.Data = Str(Text50.Text)
.Row = 5
.RowLabel = "R100"
.Data = Str(Text78.Text)
End With
End Sub

Private Sub Command2_Click()
SSTab1.Visible = True
SSTab3.Visible = False
End Sub

Private Sub Command3_Click()
Form7.Show
End Sub


126

Private Sub Command4_Click()
frmAbout.Show
End Sub

Private Sub Command8_Click()
Form8.Show
End Sub

Private Sub Form_Load()
Timer2.Interval = 35
VScroll2.Max = Picture2.Height
VScroll2.Min = 0 - Text77.Height
VScroll2.Value = VScroll2.Max
Form2.Top = Form2.Height * -1
Form2.Left = (Screen.Width - Form2.Width) / 2
posTengah = (Screen.Height - Form2.Height) / 2
Form2.Timer1.Interval = 50
End Sub

Private Sub Timer1_Timer()
If Me.Top < posTengah Then
Me.Top = Me.Top + ((posTengah - Me.Top) / 2)
Else
Me.Top = posTengah
Me.Timer1.Interval = 0
End If
End Sub


Private Sub Timer2_Timer()
If VScroll2.Value >= VScroll2.Min + 20 Then
VScroll2.Value = VScroll2.Value - 30
Else
VScroll2.Value = VScroll2.Max

DoEvents
End If

Text77.Top = VScroll2.Value
Text77.Visible = True

DoEvents
End Sub

Private Sub Command14_Click()
On Error Resume Next
Dim RMD, JPS, JPO, SGI, HD, IP, FB, EXPLO As Single
127

RMD = Val(Text99.Text)
JPS = Val(Text100.Text)
JPO = Val(Text101.Text)
SGI = Val(Text102.Text)
HD = Val(Text103.Text)
IP = Val(Text96.Text)
FB = Val(Text97.Text)
IP = 0.5 * (RMD + JPS + JPO + SGI + HD)
FB = IP * 0.12
Text96.Text = Str(IP)
Text97.Text = Str(FB)
Text70.Text = Str(FB)
End Sub

Private Sub Command9_Click()
SSTab3.Visible = True
On Error Resume Next
Dim DL, SGe, Stv, Kr, Kd, Ks, L, L1, P1, TR, TH, B1, B2, B3, B4, B5, Bc, Bap, S,
S1, T, SZ, J, H, PC, TJ, E, EN, de, TR1, TH1, V, V1, PF, RF, Q, RWS, den, A, W,
X, N, N4, R1, Xc, R20, R20M, R40, R40M, R60, R60M, R80, R80M, R100,
R100M, IC, IR, TETAF, TETAC, QANFO, R, N3, SIGMA, Kf, RHO, C, P, PO, D,
Q1, JBP, VB, DP, HR, PP, SP, SPTH, SPHR, Drb, AL, PB, PPH, JP As Single
DL = Val(Text1.Text)
SGe = Val(Text2.Text)
Stv = Val(Text4.Text)
Kr = Val(Text5.Text)
Kd = Val(Text6.Text)
Ks = Val(Text7.Text)
TR = Val(Text8.Text)
L = Val(Text9.Text)
TH = Val(Text10.Text)
RF = Val(Text12.Text)
Q = Val(Text14.Text)
RWS = Val(Text15.Text)
den = Val(Text16.Text)
A = Val(Text17.Text)
W = Val(Text18.Text)
IC = Val(Text22.Text)
IR = Val(Text23.Text)
TETAC = Val(Text25.Text)
QANFO = Val(Text26.Text)
R = Val(Text27.Text)
R1 = Val(Text85.Text)
N3 = Val(Text28.Text)
EM = Val(Text29.Text)
Kf = Val(Text30.Text)
DS = Val(Text65.Text)
128

C = Val(Text74.Text)
P = Val(Text31.Text)
PO = Val(Text32.Text)
D = Val(Text33.Text)
JBP = Val(Text37.Text)
JP = Val(Text82.Text)
VB = Val(Text38.Text)
DP = Val(Text36.Text)
HR = Val(Text54.Text)
PP = Val(Text51.Text)
SP = Val(Text76.Text)
Drb = Val(Text88.Text)
AL = Val(Text36.Text)
B1 = (3.15 * DL * (SGe / Drb) ^ 0.33) * 0.3048
B2 = (((2 * SGe / Drb) + 1.5) * DL) * 0.3048
B3 = (0.67 * DL * (Stv / Drb) ^ 0.33) * 0.3048
B4 = (B1 + B2 + B3) / 3
Bc = B4 * Kr * Kd * Ks
B5 = Bc
Bap = Bc / (Sin(AL / (180 / (22 / 7))))
If Combo4.Text = "SERENTAK" Then
S = (L + (2 * Bc)) / 3
ElseIf Combo4.Text = "BERUNTUN" Then
S = (L + (7 * Bc)) / 8
End If
S1 = S
L1 = L
T = (0.7 * Bc)
SZ = 0.05 * DL * 0.0254
J = (0.3 * Bc)
H = (L + J) / (Sin(AL / (180 / (22 / 7))))
PC = H - T
de = 0.508 * SGe * ((DL) ^ 2)
PB = SP * (100 / (100 - PP))
PPH = PB / JP
SPTH = PB * 12
SPHR = SPTH / HR
E = PC * de
QANFO = E
P1 = PPH / (R1 * Bc * L * Drb)
N4 = R1 * (P1 / S1)
EN = PC * de * N4
V1 = Bc * S * L
VT = Bc * S * L * N4
TH1 = TH * S
TR1 = TR * Bc
PF = EN / VT
129

Q = E
X = RF * ((V1 / E) ^ 0.8) * (E ^ 0.167) * (RWS / 115) ^ -0.63
N = (2.2 - (14 * (Bc / (TETAC * 25.4)))) * (1 - (W / Bc)) * (1 + (((S / Bc) - 1) / 2)) *
(PC / L)
Xc = X / (0.693 ^ (1 / N))
R20 = (2.719 ^ (-((20 / Xc) ^ (N)))) * 100
R20M = 100 - R20
R40 = (2.719 ^ (-((40 / Xc) ^ (N)))) * 100
R40M = 100 - R40
R60 = (2.719 ^ (-((60 / Xc) ^ (N)))) * 100
R60M = 100 - R60
R80 = (2.719 ^ (-((80 / Xc) ^ (N)))) * 100
R80M = 100 - R80
R100 = (2.719 ^ (-((100 / Xc) ^ (N)))) * 100
R100M = 100 - R100
N1 = 1 - ((IC - IR) ^ 2 / (IC + IR) ^ 2)
N2 = 1 / ((2.27 ^ (DL / TETAC)) - (2.27 - 1))
V = (((QANFO) ^ 0.5) / R) * (((N1 * N2 * N3 * EM * (1000000)) / (5 * Kf *
((Log(R)) / (Log(10))) * 3.14 * DS * C)) ^ 0.5) * 1000
F = (Kf * Log(R) / Log(10)) ^ -1
SC = E / V1
LMax = 50 * DL
Tb = 0.1 * (DL ^ 0.6666667)
SD = D / (QANFO ^ 0.33333333)
NP = Bc / (QANFO ^ 0.33333333)
Db = (20) * ((Log(P / PO)) / Log(10))
Text39.Text = CSng(B1)
Text39.Text = FormatNumber(Text39, 2)
Text40.Text = CSng(B2)
Text40.Text = FormatNumber(Text40, 2)
Text41.Text = CSng(B3)
Text41.Text = FormatNumber(Text41, 2)
Text42.Text = CSng(B4)
Text42.Text = FormatNumber(Text42, 1)
Text43.Text = CSng(Bc)
Text43.Text = FormatNumber(Text43, 1)
Text34.Text = CSng(Bap)
Text34.Text = FormatNumber(Text34, 1)
Text79.Text = Str(B5)
Text79.Text = FormatNumber(Text79, 2)
Text44.Text = CSng(S)
Text44.Text = FormatNumber(Text44, 1)
Text83.Text = Str(S1)
Text83.Text = FormatNumber(Text83, 1)
Text89.Text = Str(L1)
Text89.Text = FormatNumber(Text89, 1)
Text93.Text = CSng(P1)
130

Text93.Text = FormatNumber(Text93, 1)
Text95.Text = CInt(N4)
Text95.Text = FormatNumber(Text95, 2)
Text45.Text = CSng(T)
Text45.Text = FormatNumber(Text45, 1)
Text46.Text = CSng(SZ)
Text46.Text = FormatNumber(Text46, 3)
Text47.Text = CSng(J)
Text47.Text = FormatNumber(Text47, 1)
Text48.Text = CSng(H)
Text48.Text = FormatNumber(Text48, 1)
Text49.Text = CSng(PC)
Text49.Text = FormatNumber(Text49, 1)
Text13.Text = CSng(TR1)
Text13.Text = FormatNumber(Text13, 1)
Text52.Text = CSng(EN)
Text52.Text = FormatNumber(Text52, 2)
Text37.Text = CSng(E)
Text37.Text = FormatNumber(Text37, 2)
Text53.Text = CSng(TH1)
Text53.Text = FormatNumber(Text53, 1)
Text75.Text = CSng(de)
Text75.Text = FormatNumber(Text75, 1)
Text11.Text = CSng(PF)
Text11.Text = FormatNumber(Text11, 2)
Text66.Text = CSng(X)
Text66.Text = FormatNumber(Text66, 2)
Text67.Text = CSng(N)
Text67.Text = FormatNumber(Text67, 2)
Text14.Text = CSng(Q)
Text14.Text = FormatNumber(Text14, 2)
Text26.Text = CSng(QANFO)
Text26.Text = FormatNumber(Text26, 2)
Text68.Text = CSng(Xc)
Text68.Text = FormatNumber(Text68, 2)
Text69.Text = CSng(R20)
Text69.Text = FormatNumber(Text69, 2)
Text19.Text = CSng(R20M)
Text19.Text = FormatNumber(Text19, 2)
Text70.Text = CSng(R40)
Text70.Text = FormatNumber(Text70, 2)
Text20.Text = CSng(R40M)
Text20.Text = FormatNumber(Text20, 2)
Text71.Text = CSng(R60)
Text71.Text = FormatNumber(Text71, 2)
Text21.Text = CSng(R60M)
Text21.Text = FormatNumber(Text21, 2)
131

Text72.Text = CSng(R80)
Text72.Text = FormatNumber(Text72, 2)
Text50.Text = CSng(R80M)
Text50.Text = FormatNumber(Text50, 2)
Text73.Text = CSng(R100)
Text73.Text = FormatNumber(Text73, 2)
Text78.Text = CSng(R100M)
Text78.Text = FormatNumber(Text78, 2)
Text55.Text = CSng(N1)
Text55.Text = FormatNumber(Text55, 2)
Text56.Text = CSng(N2)
Text57.Text = CSng(V)
Text57.Text = FormatNumber(Text57, 2)
Text94.Text = CSng(VT)
Text94.Text = FormatNumber(Text94, 2)
Text38.Text = CSng(V1)
Text38.Text = FormatNumber(Text38, 2)
Text58.Text = CSng(F)
Text58.Text = FormatNumber(Text58, 2)
Text59.Text = CSng(SC)
Text59.Text = FormatNumber(Text59, 2)
Text60.Text = CSng(LMax)
Text61.Text = CSng(Tb)
Text61.Text = FormatNumber(Text61, 2)
Text62.Text = CSng(SD)
Text62.Text = FormatNumber(Text62, 2)
Text63.Text = CSng(NP)
Text63.Text = FormatNumber(Text63, 2)
Text64.Text = CSng(Db)
Text64.Text = FormatNumber(Text64, 2)
Text80.Text = CSng(PB)
Text81.Text = CSng(PPH)
Text86.Text = CSng(SPTH)
Text87.Text = CSng(SPHR)
End Sub

Private Sub Picture6_Paint()
Dim N4 As Single
N4 = Val(Text85.Text)
If Text85.Text = "7" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
132

Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text85.Text = "2" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text85.Text = "3" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text85.Text = "4" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text85.Text = "5" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text85.Text = "6" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text85.Text = "8" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 5600), 100, vbBlue
133

Next i
ElseIf Text85.Text = "9" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 5600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 6200), 100, vbBlue
Next i
ElseIf Text85.Text = "10" Then
For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text85.Text) Step 1000
Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 5600), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 6200), 100, vbBlue
Picture6.Circle (i + 200, 6800), 100, vbBlue
Next i
End If
End Sub

C.3. Algoritma Menu Utama
Ketika program dijalankan, form utama akan menjadi jendela utama aplikasi. Untuk
memudahkan pemakaian perangkat lunak maka disediakan beberapa menu utama,
yakni : Form Blasting Ash, Form Blasting Konya, Form video Blasting, Form
Kamus, Form Referensi, Form User manual, Exit.
Langkah langkah pembuatan menu Utama adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 2 buah control Timer dan 1 buah SSTab
3. Kemudian tambahkan ke Form, 4 buah Label, 7 buah CommandButton, 1 buah
Image.
4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :
Private Sub Command1_Click()
Form1.Show
134

End Sub

Private Sub Command2_Click()
Form6.Show
End Sub

Private Sub Command4_Click()
Form4.Show
End Sub

Private Sub Command6_Click()
Form2.Show
End Sub

Private Sub Command7_Click()
Form5.Show
End Sub

Private Sub Command8_Click()
Unload Me
frmSplash1.Show
End Sub

C.4. Algoritma Menu Kamus
Form kamus merupakan form pendukung pada perangkat lunak. Dalam form ini akan
ditampilkan kamus dunia petambangan.
Langkah langkah pembuatan menu Kamus adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 1 buah SSTab
3. Kemudian tambahkan ke Form, 8 buah CommandButton, 1 buah ComboBox.
4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :
Private Sub Form_Load()
Form4.Top = Form4.Height * -1
Form4.Left = (Screen.Width - Form4.Width) / 2
posTengah = (Screen.Height - Form4.Height) / 2
Form4.Timer1.Interval = 50
End Sub

Private Sub Timer1_Timer()
If Me.Top < posTengah Then
Me.Top = Me.Top + ((posTengah - Me.Top) / 2)
Else
Me.Top = posTengah
135

Me.Timer1.Interval = 0
End If
End Sub

C.5. Algoritma menu Referensi
Form referensi merupakan form pendukung pada perangkat lunak. Dalam form ini
akan ditampilkan referensi yang berkaitan dengan ilmu teknik peledakan.
Langkah langkah pembuatan menu Referensi adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 2 buah control Timer dan 1 buah SSTab
3. Kemudian tambahkan ke Form, 4 buah Label, 7 buah CommandButton, 1 buah
Image.
4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :
Private Sub Form_Load()
Form5.Top = Form5.Height * -1
Form5.Left = (Screen.Width - Form5.Width) / 2
posTengah = (Screen.Height - Form5.Height) / 2
Form5.Timer1.Interval = 50
End Sub

Private Sub Timer1_Timer()
If Me.Top < posTengah Then
Me.Top = Me.Top + ((posTengah - Me.Top) / 2)
Else
Me.Top = posTengah
Me.Timer1.Interval = 0
End If
End Sub

Private Sub Label10_Click()
Image19.Visible = True
Image20.Visible = True
Image23.Visible = True
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
136

Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label11_Click()
Image24.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label12_Click()
Image25.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label13_Click()
Image26.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
137

Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label15_Click()
Image27.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label16_Click()
Image28.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

138

Private Sub Label17_Click()
Image29.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label18_Click()
Image31.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label4_Click()
Image30.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
139

Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label6_Click()
Image4.Visible = True
Image3.Visible = False
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label7_Click()
Image3.Visible = True
Image4.Visible = False
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image6.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label8_Click()
Image6.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
140

Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image8.Visible = False
End Sub

Private Sub Label9_Click()
Image8.Visible = True
Image19.Visible = False
Image20.Visible = False
Image23.Visible = False
Image24.Visible = False
Image25.Visible = False
Image26.Visible = False
Image27.Visible = False
Image28.Visible = False
Image29.Visible = False
Image30.Visible = False
Image31.Visible = False
Image3.Visible = False
Image4.Visible = False
Image6.Visible = False
End Sub

C.6. Algoritma menu Video Blasting
Form Video Blasting merupakan form pendukung pada perangkat lunak. Dalam form
ini akan ditampilkan kontrol multimedia dalam format yang telah tersedia dalam
perangkat lunak.
Langkah langkah pembuatan menu Video Blasting adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 1 buah control Windows Media Player
3. Kemudian tambahkan ke Form, 1 buah TextBox, 9 buah CommandButton.
4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :
Private Sub add_Click()
Dim sFile As String
141

'Tampilkan kotak dialog Open
With CommonDialog1
.Filter = "All Files|*.*|Wave|" & _
"*.wav|MPx Files|*.mp3"
.FilterIndex = 3
.DefaultExt = "mp3"
.DialogTitle = _
"Menambah file multimedia"
.CancelError = False
.ShowOpen
sFile = .FileName
'Tambahkan file
If Len(sFile) <> 0 Then
List1.AddItem sFile
End If
End With
End Sub

Private Sub Command2_Click()
SSTab1.Visible = False
End Sub

Private Sub Command6_Click()
Dim sFile As String
'Tampilkan kotak dialog Open
With CommonDialog1
.Filter = "All Files|*.*|Wave|" & _
"*.wav|MPx Files|*.mp3"
.FilterIndex = 3
.DefaultExt = "mp3"
.DialogTitle = _
"Menambah file multimedia"
.CancelError = False
.ShowOpen
sFile = .FileName
'Tambahkan file
If Len(sFile) <> 0 Then
List1.AddItem sFile
End If
End With
End Sub

Private Sub Command9_Click()
List1.Clear
End Sub


142

Private Sub Form_Load()
Form6.Top = Form6.Height * -1
Form6.Left = (Screen.Width - Form6.Width) / 2
posTengah = (Screen.Height - Form6.Height) / 2
Form6.Timer1.Interval = 50
End Sub

Private Sub Timer1_Timer()
If Me.Top < posTengah Then
Me.Top = Me.Top + ((posTengah - Me.Top) / 2)
Else
Me.Top = posTengah
Me.Timer1.Interval = 0
End If
End Sub
Private Sub List1_Click()
If Len(WindowsMediaPlayer1.URL) = 0 Then
'Buka file multimedia
WindowsMediaPlayer1.URL = List1
End If
End Sub
Private Sub List1_DblClick()
Dim sFile As String
sFile = List1
If Len(sFile) <> 0 Then
'Jalankan file multimedia
With WindowsMediaPlayer1
.URL = sFile
.Controls.Play
End With
Caption = Dir(sFile)
End If
End Sub

Private Sub playlist_Click()
SSTab1.Visible = True
End Sub

C.7. Algoritma menu Konversi
Langkah langkah pembuatan menu Konversi adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 2 buah control Timer dan 1 buah SSTab
3. Kemudian tambahkan ke Form, 4 buah Label, 7 buah CommandButton, 1 buah
Image.
143

4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :

Dim cinch As Currency
Dim cfeet As Currency
Dim cyard As Currency
Dim cmile As Currency
Dim cmilli As Currency
Dim ccenti As Currency
Dim cmetre As Currency
Dim ckilo As Currency
Dim ccentig As Currency
Dim cfaren As Currency
Dim csecs As Currency
Dim cmins As Currency
Dim chours As Currency
Dim cdays As Currency
Dim cmonths As Currency
Dim cyears As Currency
Dim cgram As Currency
Dim ckilos As Currency
Dim ctonne As Currency
Dim counce As Currency
Dim cpound As Currency
Dim cstone As Currency
Dim cton As Currency
Dim cmillil As Currency
Dim cletre As Currency
Dim cpint As Currency
Dim cquart As Currency
Dim cgallon As Currency
Dim cscenti As Currency
Dim csmetre As Currency
Dim cskilo As Currency
Dim cshectare As Currency
Dim csinch As Currency
Dim csfeet As Currency
Dim csmile As Currency
Dim csacre As Currency

Private Sub display()
Inch.Text = cinch
Feet.Text = cfeet
Yard.Text = cyard
Mile.Text = cmile
Milli.Text = cmilli
Centi.Text = ccenti
Metre.Text = cmetre
Kilo.Text = ckilo
144

Centig.Text = ccentig
Faren.Text = cfaren
Secs.Text = csecs
Mins.Text = cmins
Hours.Text = chours
Days.Text = cdays
Months.Text = cmonths
Years.Text = cyears
Gram.Text = cgram
Kilos.Text = ckilos
Tonne.Text = ctonne
Ounce.Text = counce
Pound.Text = cpound
Stone.Text = cstone
Ton.Text = cton
Millil.Text = cmillil
Letre.Text = cletre
Pint.Text = cpint
Quart.Text = cquart
Gallon.Text = cgallon
Scenti.Text = cscenti
SMetre.Text = csmetre
SKilo.Text = cskilo
SHectare.Text = cshectare
SInch.Text = csinch
Sfeet.Text = csfeet
Smile.Text = csmile
Sacre.Text = csacre
End Sub

Private Sub conversioncenti()
On Error GoTo error
ccenti = Centi.Text
cinch = ccenti * 10 / 25.4
cfeet = ccenti / 30.48
cyard = ccenti / 100 / 0.9144
cmile = ccenti / 100000 / 1.609
cmilli = ccenti * 10
cmetre = ccenti / 100
ckilo = ccenti / 100000
display
Exit Sub
error:
Milli.Text = "0"
Centi.Text = "0"
Metre.Text = "0"
Kilo.Text = "0"
145

Inch.Text = "0"
Feet.Text = "0"
Yard.Text = "0"
Mile.Text = "0"
End Sub

Private Sub Centi_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversioncenti
End Select
End Sub

Private Sub conversioncentig()
On Error GoTo error
ccentig = Centig.Text
cfaren = ccentig * (9 / 5) + 32
display
Exit Sub
error:
Faren.Text = "32"
Centig.Text = "0"
End Sub

Private Sub Centig_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversioncentig
End Select
End Sub

Private Sub conversionfaren()
On Error GoTo error
cfaren = Faren.Text
ccentig = (cfaren - 32) * (5 / 9)
display
Exit Sub
error:
Faren.Text = "32"
Centig.Text = "0"
End Sub

Private Sub Faren_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionfaren
End Select
146

End Sub

Private Sub conversiondays()
On Error GoTo error
cdays = Days.Text
csecs = cdays * 24 * 60 * 60
cmins = cdays * 24 * 60
chours = cdays * 24
cmonths = cdays / 365 * 12
cyears = cdays / 365
display
Exit Sub
error:
Secs.Text = "0"
Mins.Text = "0"
Hours.Text = "0"
Days.Text = "0"
Months.Text = "0"
Years.Text = "0"
End Sub

Private Sub Days_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversiondays
End Select
End Sub

Private Sub conversionfeet()
On Error GoTo error
cfeet = Feet.Text
cinch = cfeet * 12
cyard = cfeet / 3
cmile = cfeet / 3 / 1760
cmilli = cfeet * 30.48 * 10
ccenti = cfeet * 30.48
cmetre = cfeet * 30.48 / 100
ckilo = cfeet * 30.48 / 100000
display
Exit Sub
error:
Milli.Text = "0"
Centi.Text = "0"
Metre.Text = "0"
Kilo.Text = "0"
Inch.Text = "0"
Feet.Text = "0"
147

Yard.Text = "0"
Mile.Text = "0"
End Sub

Private Sub Feet_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionfeet
End Select
End Sub

Private Sub conversioninch()
On Error GoTo error
cinch = Inch.Text
cfeet = cinch / 12
cyard = cinch / 12 / 3
cmile = cinch / 12 / 3 / 1760
cmilli = cinch * 25.4
ccenti = cinch * 25.4 / 10
cmetre = cinch * 25.4 / 1000
ckilo = cinch * 25.4 / 1000000
display
Exit Sub
error:
Milli.Text = "0"
Centi.Text = "0"
Metre.Text = "0"
Kilo.Text = "0"
Inch.Text = "0"
Feet.Text = "0"
Yard.Text = "0"
Mile.Text = "0"
End Sub

Private Sub conversiongram()
On Error GoTo error
cgram = Gram.Text
ckilos = cgram / 1000
ctonne = cgram / 1000 / 1000
counce = cgram * 0.035
cpound = cgram * 0.035 / 16
cstone = cgram * 0.035 / 16 / 14
cton = cgram * 0.035 / 160
display
Exit Sub
error:
Gram.Text = "0"
148

Kilos.Text = "0"
Tonne.Text = "0"
Ounce.Text = "0"
Pound.Text = "0"
Stone.Text = "0"
Ton.Text = "0"
End Sub

Private Sub conversiongallon()
On Error GoTo error
cgallon = Gallon.Text
cmillil = cgallon * 4.546 * 1000
cletre = cgallon * 4.546
cpint = cgallon * 4 * 2
cquart = cgallon * 4
display
Exit Sub
error:
Millil.Text = "0"
Letre.Text = "0"
Pint.Text = "0"
Quart.Text = "0"
Gallon.Text = "0"
End Sub

Private Sub Gallon_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversiongallon
End Select
End Sub

Private Sub Gram_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversiongram
End Select
End Sub

Private Sub Inch_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversioninch
End Select
End Sub

Private Sub conversionhours()
149

On Error GoTo error
chours = Hours.Text
csecs = chours * 60 * 60
cmins = chours * 60
cdays = chours / 24
cmonths = chours / 24 / 365 * 12
cyears = chours / 24 / 365
display
Exit Sub
error:
Secs.Text = "0"
Mins.Text = "0"
Hours.Text = "0"
Days.Text = "0"
Months.Text = "0"
Years.Text = "0"
End Sub

Private Sub Hours_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionhours
End Select
End Sub

Private Sub conversionkilo()
On Error GoTo error
ckilo = Kilo.Text
cinch = ckilo * 1000000 / 25.4
cfeet = ckilo * 100000 / 30.48
cyard = ckilo * 1000 / 0.9144
cmile = ckilo / 1.609
cmilli = ckilo * 1000000
ccenti = ckilo * 100000
cmetre = ckilo * 1000
display
Exit Sub
error:
Milli.Text = "0"
Centi.Text = "0"
Metre.Text = "0"
Kilo.Text = "0"
Inch.Text = "0"
Feet.Text = "0"
Yard.Text = "0"
Mile.Text = "0"
End Sub
150


Private Sub Kilo_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionkilo
End Select
End Sub

Private Sub conversionmetre()
On Error GoTo error
cmetre = Metre.Text
cinch = cmetre * 1000 / 25.4
cfeet = cmetre * 100 / 30.48
cyard = cmetre / 0.9144
cmile = cmetre / 1000 / 1.609
cmilli = cmetre * 1000
ccenti = cmetre * 100
ckilo = cmetre / 1000
display
Exit Sub
error:
Milli.Text = "0"
Centi.Text = "0"
Metre.Text = "0"
Kilo.Text = "0"
Inch.Text = "0"
Feet.Text = "0"
Yard.Text = "0"
Mile.Text = "0"
End Sub

Private Sub conversionkilos()
On Error GoTo error
ckilos = Kilos.Text
cgram = ckilos * 1000
ctonne = ckilos / 1000
counce = ckilos * 1000 * 0.035
cpound = ckilos * 2.205
cstone = ckilos * 2.205 / 14
cton = ckilos / 1000 * 0.984
display
Exit Sub
error:
Gram.Text = "0"
Kilos.Text = "0"
Tonne.Text = "0"
Ounce.Text = "0"
151

Pound.Text = "0"
Stone.Text = "0"
Ton.Text = "0"
End Sub

Private Sub Kilos_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionkilos
End Select
End Sub

Private Sub conversionletre()
On Error GoTo error
cletre = Letre.Text
cmillil = cletre * 1000
cpint = cletre * 1.76
cquart = cletre * 0.88
cgallon = cletre * 0.22
display
Exit Sub
error:
Millil.Text = "0"
Letre.Text = "0"
Pint.Text = "0"
Quart.Text = "0"
Gallon.Text = "0"
End Sub

Private Sub Letre_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionletre
End Select
End Sub

Private Sub Metre_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionmetre
End Select
End Sub

Private Sub conversionmile()
On Error GoTo error
cmile = Mile.Text
cinch = cmile * 1760 * 12 * 3
152

cfeet = cmile * 1760 * 12
cyard = cmile * 1760
cmilli = cmile * 1.609 * 1000000
ccenti = cmile * 1.609 * 100000
cmetre = cmile * 1.609 * 1000
ckilo = cmile * 1.609
display
Exit Sub
error:
Milli.Text = "0"
Centi.Text = "0"
Metre.Text = "0"
Kilo.Text = "0"
Inch.Text = "0"
Feet.Text = "0"
Yard.Text = "0"
Mile.Text = "0"
End Sub

Private Sub Mile_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionmile
End Select
End Sub

Private Sub conversionmilli()
On Error GoTo error
cmilli = Milli.Text
cinch = cmilli / 25.4
cfeet = cmilli / 10 / 30.48
cyard = cmilli / 1000 / 0.9144
cmile = cmilli / 1000000 / 1.609
ccenti = cmilli / 10
cmetre = cmilli / 1000
ckilo = cmilli / 1000000
display
Exit Sub
error:
Milli.Text = "0"
Centi.Text = "0"
Metre.Text = "0"
Kilo.Text = "0"
Inch.Text = "0"
Feet.Text = "0"
Yard.Text = "0"
Mile.Text = "0"
153

End Sub

Private Sub Milli_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionmilli
End Select
End Sub

Private Sub conversionyard()
On Error GoTo error
cyard = Yard.Text
cinch = cyard * 12 * 3
cfeet = cyard * 3
cmile = cyard / 1760
cmilli = cyard * 0.9144 * 1000
ccenti = cyard * 0.9144 * 100
cmetre = cyard * 0.9144
ckilo = cyard * 0.9144 / 1000
display
Exit Sub
error:
Milli.Text = "0"
Centi.Text = "0"
Metre.Text = "0"
Kilo.Text = "0"
Inch.Text = "0"
Feet.Text = "0"
Yard.Text = "0"
Mile.Text = "0"
End Sub
Private Sub conversionounce()
On Error GoTo error
counce = Ounce.Text
cpound = counce / 16
cstone = counce / 16 / 14
cton = counce / 16 / 14 / 160
cgram = counce * 28.349
ckilos = counce * 28.349 / 1000
ctonne = counce * 28.349 / 1000 / 1000
display
Exit Sub
error:
Gram.Text = "0"
Kilos.Text = "0"
Tonne.Text = "0"
Ounce.Text = "0"
154

Pound.Text = "0"
Stone.Text = "0"
Ton.Text = "0"
End Sub

Private Sub conversionmillil()
On Error GoTo error
cmillil = Millil.Text
cletre = cmillil / 1000
cpint = cmillil / 1000 * 1.76
cquart = Millil / 1000 * 0.88
cgallon = cmillil / 1000 * 0.22
display
Exit Sub
error:
Millil.Text = "0"
Letre.Text = "0"
Pint.Text = "0"
Quart.Text = "0"
Gallon.Text = "0"
End Sub

Private Sub Millil_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionmillil
End Select
End Sub

Private Sub Ounce_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionounce
End Select
End Sub

Private Sub conversionpound()
On Error GoTo error
cpound = Pound.Text
counce = cpound * 16
cstone = cpound / 14
cton = cpound / 14 / 160
cgram = cpound * 0.454 * 1000
ckilos = cpound * 0.454
ctonne = cpound * 0.454 / 1000
display
Exit Sub
155

error:
Gram.Text = "0"
Kilos.Text = "0"
Tonne.Text = "0"
Ounce.Text = "0"
Pound.Text = "0"
Stone.Text = "0"
Ton.Text = "0"
End Sub

Private Sub conversionpint()
On Error GoTo error
cpint = Pint.Text
cmillil = cpint * 0.568 * 1000
cletre = cpint * 0.568
cquart = cpint / 2
cgallon = cpint / 2 / 4
display
Exit Sub
error:
Millil.Text = "0"
Letre.Text = "0"
Pint.Text = "0"
Quart.Text = "0"
Gallon.Text = "0"
End Sub

Private Sub Pint_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionpint
End Select
End Sub

Private Sub Pound_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionpound
End Select
End Sub

Private Sub conversionquart()
On Error GoTo error
cquart = Quart.Text
cmillil = cquart * 1.136 * 1000
cletre = cquart * 1.136
cpint = cquart * 2
156

cgallon = cquart / 4
display
Exit Sub
error:
Millil.Text = "0"
Letre.Text = "0"
Pint.Text = "0"
Quart.Text = "0"
Gallon.Text = "0"
End Sub

Private Sub Quart_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionquart
End Select
End Sub

Private Sub conversionsacre()
On Error GoTo error
csacre = Sacre.Text
cscenti = csacre * 6272640 * 6452
csmetre = csacre * 6272640 * 6452 / 10000
cshectare = csacre * 0.405
cskilo = csacre * 0.405 / 10
csinch = csacre * 6272640
csfeet = csacre * 6272640 / 144
csmile = csacre / 64
display
Exit Sub
error:
Scenti.Text = "0"
SMetre.Text = "0"
SKilo.Text = "0"
SHectare.Text = "0"
SInch.Text = "0"
Sfeet.Text = "0"
Smile.Text = "0"
Sacre.Text = "0"
End Sub

Private Sub Sacre_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionsacre
End Select
End Sub
157


Private Sub conversionscenti()
On Error GoTo error
cscenti = Scenti.Text
csmetre = cscenti / 10000
cshectare = cscenti / 100000000
cskilo = cscenti / 10000000000#
csinch = cscenti * 0.155
csfeet = cscenti / 10000 * 1.196 * 9
csacre = cscenti / 100000000 * 2.471
csmile = cscenti / 10000000000# * 0.386
display
Exit Sub
error:
Scenti.Text = "0"
SMetre.Text = "0"
SKilo.Text = "0"
SHectare.Text = "0"
SInch.Text = "0"
Sfeet.Text = "0"
Smile.Text = "0"
Sacre.Text = "0"
End Sub

Private Sub Scenti_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionscenti
End Select
End Sub

Private Sub conversionsfeet()
On Error GoTo error
csfeet = Sfeet.Text
cscenti = csfeet * 144 * 6.452
csmetre = csfeet * 144 * 6.452 / 10000
cshectare = csfeet * 144 * 6.452 / 100000000
cskilo = csfeet * 144 * 6.452 / 10000000000#
csinch = csfeet * 144
csacre = csfeet / 43560
csmile = csfeet / 43560 / 64
display
Exit Sub
error:
Scenti.Text = "0"
SMetre.Text = "0"
SKilo.Text = "0"
158

SHectare.Text = "0"
SInch.Text = "0"
Sfeet.Text = "0"
Smile.Text = "0"
Sacre.Text = "0"
End Sub

Private Sub Sfeet_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionsfeet
End Select
End Sub

Private Sub conversionshectare()
On Error GoTo error
cshectare = SHectare.Text
cscenti = cshectare * 1000000000
csmetre = cshectare * 100000
cskilo = cshectare / 10
csinch = cshectare * 1000000000 * 0.155
csfeet = cshectare * 100000 * 1.196 * 9
csmile = cshectare / 10 * 0.386
csacre = cshectare * 2.471
display
Exit Sub
error:
Scenti.Text = "0"
SMetre.Text = "0"
SKilo.Text = "0"
SHectare.Text = "0"
SInch.Text = "0"
Sfeet.Text = "0"
Smile.Text = "0"
Sacre.Text = "0"
End Sub

Private Sub SHectare_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionshectare
End Select
End Sub

Private Sub conversionsinch()
On Error GoTo error
csinch = SInch.Text
159

cscenti = csinch * 6.452
csmetre = csinch * 6.452 / 10000
cshectare = csinch * 6.452 / 100000000
cskilo = csinch * 6.452 / 1000000000000#
csfeet = csinch / 144
csacre = csinch / 6272640
csmile = csinch / 6272640 / 64
display
Exit Sub
error:
Scenti.Text = "0"
SMetre.Text = "0"
SKilo.Text = "0"
SHectare.Text = "0"
SInch.Text = "0"
Sfeet.Text = "0"
Smile.Text = "0"
Sacre.Text = "0"
End Sub

Private Sub SInch_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionsinch
End Select
End Sub

Private Sub conversionskilo()
On Error GoTo error
cskilo = SKilo.Text
cscenti = cskilo * 10000000000#
csmetre = cskilo * 1000000
cshectare = cskilo * 10
csinch = cskilo * 10000000000# * 0.155
csfeet = cskilo * 1000000 * 1.196 * 9
csmile = cskilo * 0.386
csacre = cskilo * 10 * 2.471
display
Exit Sub
error:
Scenti.Text = "0"
SMetre.Text = "0"
SKilo.Text = "0"
SHectare.Text = "0"
SInch.Text = "0"
Sfeet.Text = "0"
Smile.Text = "0"
160

Sacre.Text = "0"
End Sub

Private Sub SKilo_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionskilo
End Select
End Sub

Private Sub conversionsmetre()
On Error GoTo error
csmetre = SMetre.Text
cscenti = csmetre * 10000
cshectare = csmetre / 100000
cskilo = csmetre / 1000000
csinch = csmetre * 10000 * 0.155
csfeet = csmetre * 1.196 * 9
csmile = csmetre / 1000000 * 0.386
csacre = csmetre / 100000 * 2.471
display
Exit Sub
error:
Scenti.Text = "0"
SMetre.Text = "0"
SKilo.Text = "0"
SHectare.Text = "0"
SInch.Text = "0"
Sfeet.Text = "0"
Smile.Text = "0"
Sacre.Text = "0"
End Sub

Private Sub SMetre_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionsmetre
End Select
End Sub

Private Sub conversionsmile()
On Error GoTo error
csmile = Smile.Text
cscenti = csmile * 2.59 * 10000000000#
csmetre = csmile * 2.59 * 1000000
cshectare = csmile * 2.59 * 10
cskilo = csmile * 2.59
161

csinch = csmile * 6272640 * 64
csfeet = csmile * 6272640 * 64 / 144
csacre = csmile * 64
display
Exit Sub
error:
Scenti.Text = "0"
SMetre.Text = "0"
SKilo.Text = "0"
SHectare.Text = "0"
SInch.Text = "0"
Sfeet.Text = "0"
Smile.Text = "0"
Sacre.Text = "0"
End Sub

Private Sub Smile_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionsmile
End Select
End Sub

Private Sub conversionstone()
On Error GoTo error
cstone = Stone.Text
counce = cstone * 14 * 16
cpound = cstone * 14
cton = cstone / 160
cgram = cstone * 14 * 16 * 28.349
ckilos = cstone * 14 * 454
ctonne = cstone / 160 * 1.016
display
Exit Sub
error:
Gram.Text = "0"
Kilos.Text = "0"
Tonne.Text = "0"
Ounce.Text = "0"
Pound.Text = "0"
Stone.Text = "0"
Ton.Text = "0"
End Sub

Private Sub Stone_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
162

conversionstone
End Select
End Sub

Private Sub conversionton()
On Error GoTo error
cton = Ton.Text
counce = cton * 160 * 14 * 16
cpound = cton * 160 * 14
cstone = cton * 160
cgram = cton * 1.016 * 1000 * 1000
ckilos = cton * 1.016 * 1000
ctonne = cton * 1.016
display
Exit Sub
error:
Gram.Text = "0"
Kilos.Text = "0"
Tonne.Text = "0"
Ounce.Text = "0"
Pound.Text = "0"
Stone.Text = "0"
Ton.Text = "0"
End Sub

Private Sub Ton_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionton
End Select
End Sub

Private Sub conversiontonne()
On Error GoTo error
ctonne = Tonne.Text
counce = ctonne * 1000 * 1000 * 0.035
cpound = ctonne * 1000 * 2.205
cstone = ctonne * 1000 * 2.205 / 14
cton = ctonne * 0.984
cgram = ctonne * 1000 * 1000
ckilos = ctonne * 1000
display
Exit Sub
error:
Gram.Text = "0"
Kilos.Text = "0"
Tonne.Text = "0"
163

Ounce.Text = "0"
Pound.Text = "0"
Stone.Text = "0"
Ton.Text = "0"
End Sub

Private Sub Tonne_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversiontonne
End Select
End Sub

Private Sub Yard_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionyard
End Select
End Sub

Private Sub conversionmins()
On Error GoTo error
cmins = Mins.Text
csecs = cmins * 60
chours = cmins / 60
cdays = cmins / 60 / 24
cmonths = cmins / 60 / 24 / 365 * 12
cyears = cmins / 60 / 24 / 365
display
Exit Sub
error:
Secs.Text = "0"
Mins.Text = "0"
Hours.Text = "0"
Days.Text = "0"
Months.Text = "0"
Years.Text = "0"
End Sub

Private Sub Mins_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionmins
End Select
End Sub

Private Sub conversionmonths()
164

On Error GoTo error
cmonths = Months.Text
csecs = cmonths * 365 / 12 * 24 * 60 * 60
cmins = cmonths * 365 / 12 * 24 * 60
chours = cmonths * 365 / 12 * 24
cdays = cmonths * 365 / 12
cyears = cmonths / 12
display
Exit Sub
error:
Secs.Text = "0"
Mins.Text = "0"
Hours.Text = "0"
Days.Text = "0"
Months.Text = "0"
Years.Text = "0"
End Sub

Private Sub Months_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionmonths
End Select
End Sub

Private Sub conversionsecs()
On Error GoTo error
csecs = Secs.Text
cmins = csecs / 60
chours = csecs / 60 / 60
cdays = csecs / 60 / 60 / 24
cmonths = csecs / 60 / 60 / 24 / 365 * 12
cyears = csecs / 60 / 60 / 24 / 365
display
Exit Sub
error:
Secs.Text = "0"
Mins.Text = "0"
Hours.Text = "0"
Days.Text = "0"
Months.Text = "0"
Years.Text = "0"
End Sub

Private Sub Secs_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
165

conversionsecs
End Select
End Sub

Private Sub conversionyears()
On Error GoTo error
cyears = Years.Text
csecs = cyears * 365 * 24 * 60 * 60
cmins = cyears * 365 * 24 * 60
chours = cyears * 365 * 24
cdays = cyears * 365
cmonths = cyears * 12
display
Exit Sub
error:
Secs.Text = "0"
Mins.Text = "0"
Hours.Text = "0"
Days.Text = "0"
Months.Text = "0"
Years.Text = "0"
End Sub

Private Sub Years_KeyDown(KeyCode As Integer, Shift As Integer)
Select Case KeyCode
Case vbKeyReturn
conversionyears
End Select
End Sub

C.8. Algoritma form Splash In
Form splash merupakan form yang pertama kali muncul pada saat program
dijalankan. Dalam form ini akan ditampilkan nama judul perancangan yang akan
dibuat dan gambar atau logo.
Langkah langkah pembuatan menu splash adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 2 buah control Timer.
3. Kemudian tambahkan ke Form, 4 buah Label, 1 buah Image.
4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :
Option Explicit

Private Sub Timer1_Timer()
Timer1.Enabled = False
166

Form3.Show
Unload Me
End Sub
Private Sub Form_Load()
ProgressBar1.Value = ProgressBar1.Min
End Sub
Private Sub Timer2_Timer()
ProgressBar1.Value = ProgressBar1.Value + 9
If ProgressBar1.Value = 50 Then
ProgressBar1.Value = ProgressBar1 + 10
If ProgressBar1.Value >= ProgressBar1.Max Then
Timer2.Enabled = False
End If
End If
End Sub

C.9. Algoritma form Splash Out
Form splash merupakan form yang pertama kali muncul pada saat program
dijalankan. Dalam form ini akan ditampilkan nama judul perancangan yang akan
dibuat dan gambar atau logo.
Langkah langkah pembuatan menu splash adalah sebagai berikut :
1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe
2. Tambahkan 2 buah control Timer.
3. Kemudian tambahkan ke Form, 4 buah Label, 1 buah Image.
4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini :
Option Explicit

Private Sub Timer1_Timer()
Timer1.Enabled = False
End
End Sub
Private Sub Form_Load()
ProgressBar1.Value = ProgressBar1.Min
End Sub
Private Sub Timer2_Timer()
ProgressBar1.Value = ProgressBar1.Value + 9
If ProgressBar1.Value = 50 Then
ProgressBar1.Value = ProgressBar1 + 10
If ProgressBar1.Value >= ProgressBar1.Max Then
Timer2.Enabled = False
End If
End If
End Sub

Anda mungkin juga menyukai