PERENCANAAN TAMBANG
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan
mingguan mata kuliah Perencanaan Tambang yang berjudul “Analisis
Estimasi Sumberdaya Bijih Nikel Pada Lokasi IUP Tambang IUP PT. HAN
Nikel Pratama Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe
Utara Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan
berbagai pihak diantaranya; Bapak Erwin Anshari, M.Si., M.Eng selaku
dosen mata kuliah Perencanaan Tambang, serta pihak-pihak yang turut serta
membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu Penulis
sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah
diberikan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Bijih
Definisi bijih telah dipublikasikan oleh banyak pengarang buku
maupun lembaga. Taylor (1986) mendefinisikan bijih sebagai mineral
berharga yang dicari dan kemudian diekstrak dalam kegiatan
pertambangan dengan harapan (meskipun tidak selalu tercapai)
mendapatkan keuntungan untuk penambang maupun untuk komunitas
masyarakat. Sedangkan menurut Kamus Pertambangan Umum
(PPPTM, 1997) bijih diartikan sebagai mineral yang mengandung satu
logam berharga atau lebih yang dapat diolah dan diambil logamnya
secara menguntungkan sesuai dengan kondisi teknologi dan ekonomi
pada waktu itu. Istilah bijih diaplikasikan pada mineralisasi batuan
dalam tiga pemahaman yaitu pemahaman geologi dan keilmuan
(sains), kontrol kualitas pada cadangan bijih, dan bagian
termineralisasi pada front tambang. Dalam perhitungan
cadangan pemahaman kedua sangat penting dalam menunjukkan
perbedaan yang jelas antara bijih dan waste. (Notosiswoyo dkk,
2005)
2. Cut off grade (COG)
Pengertian dasar dari Cut off Grade (CoG) adalah kadar batas dimana
kadar dibawahnya mempunyai kandungan logam atau mineral dalam
batuan yang tidak memenuhi syarat-syarat keekonomian. Cut off
Grade digunakan untuk membedakan blok-blok bijih dengan blok-
blok waste dalam perhitungan cadangan. Dalam membedakan antara
bijih dan waste tersebut didasarkan pada kadar taksiran yangmasih
mengandung beberapa kesalahan, sedangkan kadar sebenarnya
belum diketahui kecuali jika sudah dilakukan penambangan.
Sehingga dalam hal ini perhitungan cadangan yang menggunakan
data kadar taksiran tidak pernah tepat terhadap hasil operasi
penambangan (kadar sebenarnya). Perubahan harga Cut off Grade
akan mempengaruhi hasil perhitungan cadangan pada blok-blok yang
telah dihitung. Apabila Cut off Grade naik maka tonase bijih akan
turun dan rata-rata kadar pada tonase tersebut akan naik. Dengan
demikian apabila Cut off Grade naik maka juga akan menaikkan harga
stripping ratio (SR, volume waste yang harus digali untuk
mendapatkan 1 ton bijih). Oleh karena itu dalam perhitungan cadangan
sebaiknya dibuat dengan memperhatikan kisaran harga Cut off Grade
untuk memudahkan optimasi dalam membuat skenario penambangan.
Konsep Cut off Grade juga berhubungan dengan konektivitas blok-
blok penambangan yang diklasifikasikan sebagai bijih pada tahap
produksi. Apabila Cut off Grade naik maka volume bijih akan turun
dan akan membuat blok kadar rendah semakin besar, disamping itu
blok-blok bijih akan terpisahkan. Blok bijih yang semakin terpisah
tersebut juga akan mempengaruhi sistem penambangan menjadi
sistem selective mining yang akan semakin menurunkan pula
jumlah cadangan cut off grade batas ekonomis untuk membuat
deliniasi zona kadar mineral atau logam yang potensial untuk
ditambang. Pembatasan zona bijih dan waste tersebut dapat berupa
kontur Cut off Grade atau blok-blok taksiran
3. Dilusi
Dilusi adalah hasil pencampuran dari material bukan bijih (waste) ke
dalam material bijih dalam rangkaian kegiatan pertambangan yang
akan menaikkan tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar.
Dilusi tidak hanya terjadi pada tahap eksplorasi saja melainkan terjadi
hingga proses pengolahan mineral. Dilusi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu dilusi internal dan eksternal. Dilusi internal adalah apabila
material kadar rendah terletak di dalam material kadar tinggi,
sedangkan dilusi eksternal adalah apabila material kadar rendah
terpisah dengan material kadar tinggi. Lebih jauh lagi, dilusi
internal dapat dibagi menjadi dua, pertama material kadar rendah
mempunyai batas yang jelas dengan material kadar tinggi (dilusi
geometri) dan kedua material kadar rendah tidak mempunyai batas
yang jelas dengan kadar tinggi (dilusi inheren). Dilusi internal
geometri hadir sebagai waste yang dibedakan dengan jelas didalam
endapan bijih, misalnya barren dike yang menerobos zona bijih.
Dilusi internal inheren dapat terjadi karena bertambahnya ukuran
blok yang digunakan untuk memisahkan bijih terhadap waste. Dilusi
eksternal terjadi karena reruntuhan dinding, kesulitan teknis
mengambil batas bijih dalam open pit, atau kurang hati-hatinya
pemisahan batas bijih dan waste. Dilusi tersebut juga bisa terjadi
dalam hal membuka stope dimana lebar bijih kurang dari lebar
minimum penambangan. Dilusi eksternal akan semakin kurang
berarti pada endapan yang besar dengan batas bijih dan
waste yang bergradasi karena jumlah dilusi akan menjadi bagian
kecil dari tonase penambangan. (Notosiswoyo dkk, 2005)
∑ t1 g1
i=1
ğ= n .................................................................................................(1)
∑ t1
i =1
Keterangan :
ğ = Nilai komposit
t 1= Ketebalan (m)
Menurut Mustika dkk (2015) fungsi umum pembobotan adalah inverse dari
kuadrat jarak dan persamaan ini digunakan pada metode Inverse Distance
Weighted (IDW) yang dirumuskan dalam formula berikut ini :
n
¿
Z =∑ wi Z i............................................................................................(2)
i−1
Keterangan :
h−i p
w i= n
................................................................................................(3)
∑ h−p
i
i=1
Keterangan :
hi = √ ( x−x i ) +( y − y i).........................................................................(4)
Keterangan :
x i, y i = Koordinat titik i
Semakin rendah power maka semakin banyak nilai yang halus ke titik.
dimana menggunakan power yang sangat rendah akan menghasilkan hasil
yang hanya menyimpang sedikit dari rata-rata global data di sisi lain daya
yang lebih tinggi akan menghasilkan hasil yang mendekati interpolasi nnp
dengan sampel yang paling dekat dengan setiap blok yang menyumbang
hampir semua bobot (Bilki dkk, 2014)
RMSE=
(5)
√ ∑ ( Ŷ i−Y i)2 ........................................................................................
i=1
n
Keterangan :
Ŷ i = Hasil estimasi
n = Jumlah data
Metode IDW secara langsung mengimplementasikan asumsi bahwa
sesuatu yang saling berdekatan akan lebih serupa dibandingkan dengan yang
saling beijauhan. Untuk menaksir sebuah nilai di setiap lokasi yang tidak di
ukur, IDW akan menggunakan nilai-nilai ukuran yang mengitari lokasi yang
akan ditaksir tersebut. Pada metode IDW, diasumsikan bahwa ingkat korelasi
dan kemiripan antara titik yang ditaksir dengan data penaksir adalah
proporsional terhadap jarak. Bobot akan berubah secara linier, sebagai fungsi
seper jarak, sesuai dengan jaraknya terhadap data penaksir.
1.Metode Konvesional
a) Tertua dan paling umum digunakan.
b) Mudah diterapkan, dikomunikasikan, dan dipahami.
c) Mudah di adaptasi dengan semua endapan mineral.
Geometri Sederhana
Deskripsi Kadar dan Tabular, ukuran bijih Tabular, bijih kecil.
Endapan ketebalan yang besar. Kadar tersebar Highly variable
menerus. Dip sedang grade.
Contoh Gamping Stratiform copper Emas veins
Endapan Batubara Mississippi valley Emas placers
lead
Sedimentary New Mexico
iron Simple porphyry
copper, uranium
Metode Menggunakan molybdenum.
Memakai metode Memakai metode
Estimasi metode 2d : inverse distance Inverse distance
weighting. Memakai weighting. Metode
polygon, isoline.
Polygon or cross- Polygon dengan
sectional dengan
15%-35% dilusi
mempertimbangkan
Geometri Sedang
Deskripsi Sederhana, kadar Geometri sederhana Geometri sederhana
endpan seragam tapi 3-D.Kelas variabel 3-D 2-D dengan
ketebalannya tidak sedang ore yang lebih
menentu, lipatan sedikit dan tidak
dan patahan yang menentu, lipatan
sederh sederhana, patahan.
Contoh Bauxite Porphyry copper Stockwork and
carling-type gold
(variable Porphyry
molybdenum Volcanogenic
thickness) base metals.
Nikel Laterit
Nikel laterit
(variable (variable thickness)
thickness)
Salt dome
BAB III
Formasi geologi pada daerah sebaran titik bor PT. Han Nikel Pratama
adalah batuan induk ultramafik berjenis Ofiolit . Batuan ofiolit adalah salah
satu batuan pembawa nikel. Alterasi batuan ultramafik yaitu serpentinisasi,
mengubah mineral-mineral pada batuan ultramafik sehingga teksturnya ikut
berubah. Proses pembentukan laterit nikel ditunjang oleh batuan asal, struktur
(joint), iklim, proses pelarutan kimia dan vegetasi, topografi dan waktu.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Waktu lateritisasi tiap ketebalan 1
mm membutuhkan waktu sekitar 100 tahun, ultramafik adalah batuan yang
kaya mineral ferromagnesian tanpa memperhatikan kandungan silika,
feldspar dan feldspatoid.
Morfologi pada daerah sebaran titik bor PT. Han Nikel Pratam
mempunyai kemiringan lereng yang relatif cukup. Kemiringan lereng pada
daerah sebaran titik bor di PT. Han Nikel Pratama berkisar antara 5% – 40%
yaitu relief kemiringan rendah sampai kemiringan tinggi. Kemiringan ini
mempengaruhi kecepatan aliran permukaan, kemiringan lereng yang lebih
tinggi akan menyebabkan infiltrasi air hujan tersebut kecil. Kemiringan
lereng yang landai atau relief yang rendah menyebabkan air hujan mengalir
pelan di permukaan sehingga banyak yang meresap ke dalam batuan atau
tanah, proses ini yang menyebabkan unsur – unsur yang mempunyai daya
larut yang tinggi seperti Ni, Co, Fe, dan Mg meresap kedalam tanah atau
batuan.
Dari tabel hasil analisis statistik dasar pada zona limonit dan
saprolit terlihat bahwa karakteristik populasi data kadarnya berbeda, hal ini
dapat ditunjukan pada nilai rata-rata dari kedua zona tersebut yang
menunjukan bahwa data kadar Ni lebih tinggi pada zona saprolit
dibandingkan dengan lapisan limonit, sedangkan untuk sebaran datanya
tidak jauh berbeda dari kedua zona.
Gambar 10. Histogram Ni Zona Limonit
Dari tabel tersebut diperoleh bahwa nilai RMSE terkecil pada penaksiran
kadar Ni diperoleh dari metode IDW dengan power 1. Selanjutnya IDW
power 1 tersebut digunakan dalam penaksiran sumberdaya dan cadangan.
Range Ni
Zona (%) Volume (m3) Tonase (Ton) Ni (%) Fe (%)
Saprolit 0.0 -> 1.3 103,950.00 145,530.00 1.01 21.37
1.3 -> 1.4 33,900.00 47,460.00 1.35 23.83
1.4 -> 1.5 28,600.00 40,040.00 1.44 24.31
1.5 -> 1.6 24,300.00 34,020.00 1.55 24.47
1.6 -> 1.7 22,175.00 31,045.00 1.64 22.83
1.7 -> 1.8 18,300.00 25,620.00 1.74 22.83
1.8 -> 1.9 17,125.00 23,975.00 1.84 22.43
1.9 -> 2.0 15,075.00 21,105.00 1.94 22.63
2.0 -> 5.0 59,275.00 82,985.00 2.38 23.31
Sub Total 322,700.00 451,780.00 1.55 22.78
Limoni
t 0.0 -> 1.3 248,200.00 372,300.00 1.04 30
1.3 -> 1.4 45,925.00 68,887.50 1.35 33.38
1.4 -> 1.5 27,775.00 41,662.50 1.44 34.21
1.5 -> 1.6 12,200.00 18,300.00 1.54 32.37
1.6 -> 1.7 5,800.00 8,700.00 1.64 30.53
1.7 -> 1.8 3,700.00 5,550.00 1.74 29.32
1.8 -> 1.9 1,725.00 2,587.50 1.84 24.62
1.9 -> 2.0 1,200.00 1,800.00 1.95 25.03
2.0 -> 5.0 3,175.00 4,762.50 2.14 23.32
Sub Total 349,700.00 524,550.00 1.16 30.76
Grand Total 672,400.00 976,330.00 1.34 27.06
Tabel. Hasil estimasi sumberdaya
Range Ni
Zona (%) Volume (m3) Tonase (Ton) Ni (%) Fe (%)
Saprolit 1.5 -> 1.6 24,300.00 34,020.00 1.55 24.47
1.6 -> 1.7 22,175.00 31,045.00 1.64 22.83
1.7 -> 1.8 18,300.00 25,620.00 1.74 22.83
1.8 -> 1.9 17,125.00 23,975.00 1.84 22.43
1.9 -> 2.0 15,075.00 21,105.00 1.94 22.63
2.0 -> 5.0 59,275.00 82,985.00 2.38 23.31
Sub Total 156,250.00 218,750.00 1.97 23.2
Limoni
t 1.5 -> 1.6 12,200.00 18,300.00 1.54 32.37
1.6 -> 1.7 5,800.00 8,700.00 1.64 30.53
1.7 -> 1.8 3,700.00 5,550.00 1.74 29.32
1.8 -> 1.9 1,725.00 2,587.50 1.84 24.62
1.9 -> 2.0 1,200.00 1,800.00 1.95 25.03
2.0 -> 5.0 3,175.00 4,762.50 2.14 23.32
Sub Total 27,800.00 41,700.00 1.69 29.75
Grand Total 184,050.00 260,450.00 1.93 24.25
Tabel. Cadangan (Ore 1) cut of grade 1,5 % Ni
Range Ni
Zona (%) Volume (m3) Tonase (Ton) Ni (%) Fe (%)
Limoni
t 1.3 -> 1.4 35,600.00 53,400.00 1.35 36.47
1.4 -> 1.5 22,425.00 33,637.50 1.44 36.81
Sub Total 58,025.00 87,037.50 1.38 36.6
Saprolit 1.3 -> 1.4 12,275.00 17,185.00 1.35 34.68
1.4 -> 1.5 10,500.00 14,700.00 1.44 34.67
Sub Total 22,775.00 31,885.00 1.39 34.67
Grand Total 80,800.00 118,922.50 1.38 36.08
Tabel. Cadangan Cadangan (Ore 2) cut of grade 1,3 % Ni dan Fe 30 %
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. Metode yang sesuai yang digunakan dalam melakukan estimasi
sumberdaya dan cadangan endapan nikel laterit pada PT. Han Nikel
Pratama adalah metode Iverst Distance Weight dengan Power 1.
2. Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya dan cadangan
menggunakan bantuan software surpac v.6.6.2 dengan metode
inverse distance wight (IDW) menunjukan bahwa jumlah volume
sumberdaya yang ada sebesar 672.400 BCM dengan tonnase
976.330 WMT. Hasil estimasi Cadangan (ore 1) dengan cut of grade
1,5 % Ni yang ada sebesar 184.050 BCM dengan tonnase 260.450
WMT. Hasil Estimasi Cadangan (ore 2) dengan cut of grade 1,3 % Ni
dan Fe 30 % yang ada sebesar 80.800 BCM dengan tonnase
118.922,5 WMT.
4.2 Saran
Saran dari kelompok kami yaitu sebaiknya kegiatan praktikum
perencanaan ini dilaksanakan di laboratorium Fakultas Ilmu Dan Teknologi
Kebumian agar kiranya praktikum ini dapat berjalan dengan efektif
DAFTAR PUSTAKA
Asfar, S., & Erick, S. (2019) Karakteristik Batuan Ultrabasa Pada Kompleks
Ofiolit Desa Paka Indah Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia, 1(01), 24-37.
Bilki, F., Haffenden, M., O’Keffe, D., Pertel, D., Soloshenko, D., Urbisinov, S.,
2014, Micromine Training Block Modelling, Micromine, Australia
Faisal, F, 2013, Metode Ordinary Kriging Blok Pada Penaksiran Ketebalan
Cadangan Batubara (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara Pada Lapangan
Eksplorasi X), Kumpulan Makalah Seminar Semirata 2013 : 203 - 208
Guskanari, 2016, Metode Point kriging Untuk Estimasi Sumbedaya Bijih Besi
(Fe) Menggunakan Data Assay (3D) Pada daerah Tanjung Buli Kabupaten
Halmahera Timur, Promine Jurnal, Volume 4(2) : 13 – 20
Irzon, R., & Abdullah, B. (2016). Geochemistry of Ophiolite Complex in North
Konawe, Southeast Sulawesi. Eksplorium: Buletin Pusat Teknologi Bahan
Galian Nuklir, 37(2), 101-114.
Pasaribu, J.M., dan Haryani, N.S., 2012, Perbandingan Teknik Interpolasi Dem
SRTM Dengan Metode Inverse Distance Weighted(IDW), Natural Neighbor
dan SplineI, Jurnal Penginderaan Jauh, Volume 9(2) : 126 – 132
Purnomo, H., & Babarsari, J. (2018). Aplikasi metode interpolasi inverse distance
weighting dalam penaksiran sumberdaya laterit nikel. Jurnal Ilmiah Bidang
Teknologi Angkasa, 10(1), 49-60.
Purnomo, H., & Babarsari, J. (2018). Aplikasi metode interpolasi inverse distance
weighting dalam penaksiran sumberdaya laterit nikel. Jurnal Ilmiah Bidang
Teknologi Angkasa, 10(1), 49-60.
Purnomo, H., 2018, Aplikasi Metode Interpolasi Inverse Distance Weighting
Dalam Penaksiran Sumberdaya Laterit Nikel (Studi kasus di Blok R,
Kabupaten Konawe-Sulawesi Tenggara), Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi
Angkasa, Volume X(1) : 49 – 60
Rafsanjani, M.R., Djamaluddin., dan Bakri, H., 2016, Estimasi Sumberdaya Bijih
Nikel Laterit Dengan Menggunakan Metode IDW di Provinsi Sulawesi
Tenggara, Jurnal Geomine, Volume 04(1) : 19 – 22
Ramadhan, M. S. (2021). PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON,
INVERSE DISTANCE WEIGHTING, DAN ORDINARY KRIGING PADA
ESTIMASI SUMBERDAYA TIMAH ALUVIAL, DAN ANALISIS SEBARAN
ENDAPANNYA (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Rinawan, F.I., Nugroho, H., dan Wibawa, R.R., 2014, Pemodelan Tiga Dimensi
(3D) Potensi Laterit Nikel Studi Kasus: Pulau Pakal, Halmahera Timur,
Maluku Utara, ISSN 1430-3125 Jurnali Itenas Rekayasa , Volume
XVIII(1) : 56 – 65