PENDAHULUAN
Nikel merupakan salah satu mineral terpenting di dunia. Manfaatnya begitu besar
untuk kehidupan sehari-hari seperti pembuatan stainless steel, paduan dalam stainless
steel, baterai nikel-logam, dan berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini juga
membuat nikel sangat berharga dan memiliki nilai jual kembali yang tinggi di pasar dunia.
Setidaknya sejak tahun 1950, rata-rata permintaan nikel telah meningkat sebesar 4% per
tahun, dan diperkirakan akan meningkat setiap tahun (Dalvi et al., 2004).
Nikel laterit didefinisikan sebagai deposit nikel yang terbentuk selama laterisasi
batuan ultrabasa (olivin dan serpentin). Mengandung Ni tingkat tinggi yang terbentuk dari
tropis hingga subtropis. Kandungan Ni pada batuan asli berkisar antara 0,28%, dan dapat
ditingkatkan hingga 1% dengan konsentrasi residu limonit (Waheed, Ahmad. 2006).
Biasanya endapan nikel laterit terbentuk di Indonesia bagian timur. Berawal dari ujung
timur pulau Sulawesi merupakan famili ofiolit yang terdiri dari batuan mafik dan
ultrabasa (Surono, 2010).
Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit adalah bongkahan batu lapuk atau
batuan besi tua dengan profil sedimentasi dari material yang diangkut yang tampak seperti
batuan aslinya. Sebagian besar endapan laterit memiliki kandungan logam yang tinggi
dan dapat menjadi sangat penting secara ekonomi, seperti endapan besi, nikel, mangan,
dan bauksit.
Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa laterit adalah material dengan
kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses pelapukan yang terjadi di
iklim tropis dengan intensitas pelapukan yang tinggi. Dalam industri pertambangan nikel,
proses yang dihasilkan dari proses laterit atau laterisasi sering disebut sebagai nikel
sekunder.
Sumber daya nikel dunia terdiri dari 70% nikel laterit dan 30% nikel sulfida, 60%
produksi dunia adalah nikel sulfida dan 40% nikel laterit. Endapan nikel laterit di
1
Indonesia mengikuti penyebaran batuan alkali dan ultrabasa yang terdapat di pegunungan
Meratus dan di pulau Laut Kalimantan, lengan tenggara Sulawesi, di Maluku ditemukan
di Kepulauan Obi, pulau Gebe dan Halmahera serta di Papua (Hassanuddin, 2006). yang
terbentuk, kemudian mengalami proses pelapukan kimia dan mekanik, sehingga terjadi
pembentukan endapan laterit. Pelapukan pada batuan peridotit menyebabkan pelarutan
dan pengendapan unsur-unsur yang bergerak di zona laterit yang lebih rendah, unsur-
unsur dengan mobilitas rendah berubah menjadi unsur-unsur yang tidak bergerak, seperti
Ni, Fe, Co, Cr, Mn, Al.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
2
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Lokasi penelitian tugas akhir merupakan blok pemboran yang berada dalam
wilayah IUP PT. Riota Jaya Lestari, yang secara adminitrasi berada di Desa Lanipa-nipa,
Kecamatan Lambai, Kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara. Lokasi koordinat
penelitian wilayah dapat dilihat pada tabel
3
Pukul Perjalanan Kendaraan
07:00 WIB-10:00 WITA Bandara Yogyakarta Pesawat Terbang
Internasional Yogyakarta-
Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar
10:00 WITA-11:00 WITA Bandara Sultan Pesawat Terbang
Hasanuddin Makassar-
Bandara HaluOleo
Kendari
11:00 WITA-17:00 WITA Bandara HaluOleo Mobil
Kendari-PT. Riota Jaya
Lestari
Tabel 1.2
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Van Bemmelen (1945) membagi lengan tenggara Sulawesi menjadi tiga bagian:
bagian paling utara, tengah, dan paling selatan. Lembar Kolaka menempati ujung tengah
dan selatan lengan tenggara Sulawesi. Ada lima satuan morfologi di wilayah Kolaka.
Yaitu Morfologi Pegunungan, Morfologi Perbukitan Tinggi, Morfologi Perbukitan
Rendah, Morfologi Dataran, dan Morfologi Karst.
Gambar 2.1 Bagian Tenggara Lengan Sulawesi dari Citra IFSAR (Surono, 2013)
5
A. Morfologi Pegunungan
Pegunungan ini menempati bagian terluas dari wilayah ini dan terdiri dari
Pegunungan Mekonga, Pegunungan Tangkelemboke, Pegunungan Mendoke, dan
Pegunungan Lumbia, dipisahkan di ujung lengan tenggara. Perangkat ini memiliki medan
yang kasar dengan kemiringan yang tinggi. Jajaran pegunungan pada satuan ini memiliki
pola yang hampir sejajar dengan arah barat laut-tenggara. Pola ini menunjukkan bahwa
pembentukan topografi gunung berkaitan erat dengan sesar regional. Satuan pegunungan
ini terbentuk dari batuan metamorf dan ofiolit.
Terdapat perbedaan morfologi yang jelas antara kedua batuan penyusun tersebut,
dan gunung yang tersusun atas batuan ofiolit ini memiliki punggungan yang panjang dan
lurus, serta memiliki lereng yang relatif datar dan lereng yang curam. Sedangkan
pegunungan terbentuk dari batuan metamorf, dan punggungannya terpotong pendek
dengan kemiringan yang tidak rata meskipun bersudut tajam.
Satuan morfologi perbukitan rendah tersebar luas di ujung utara Kendari dan ujung
selatan lengan tenggara. Satuan ini terdiri dari bukit-bukit kecil yang rendah dengan
bentuk bergelombang. Batuan yang menyusun satuan ini terutama batuan sedimen klastik
Mesozoikum dan Tersier.
D. Satuan Dataran
Morfologi dataran rendah ditemukan di bagian tengah ujung selatan Am, Sulawesi
Tenggara. Tepi selatan Dataran Wawotobi dan Dataran Sampara berbatasan langsung
dengan dataran pegunungan. Distribusi morfologi ini tampaknya sangat dipengaruhi oleh
sesar geser kiri (Sesar Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha). Kedua sistem ini
6
diperkirakan masih aktif, yang ditunjukkan oleh torehan pada sedimen aluvial kedua
dataran (Surono et al, 1997). Oleh karena itu, sangat mungkin kedua dataran tersebut akan
terus mengalami penurunan. Akibat penurunan tersebut tentunya akan berdampak pada
dataran, baik itu dataran pemukiman maupun pertanian yang akan mengalami banjir yang
semakin parah setiap tahunnya.
E. Satuan Karst
Bentuk karst ini memiliki bukit kecil dengan sungai di bawah permukaan tanah.
Sebagian besar batuan penyusun satuan morfologi ini didominasi oleh batugamping
Paleozoikum, sedangkan sisanya adalah batugamping Mesozoikum. Batugamping ini
merupakan bagian atas dari Formasi Eimoko, Formasi Laonti, Formasi Buara dan
Formasi Meluhu. Beberapa batugamping yang menyusun satuan ini telah berubah
menjadi marmer.
Sulawesi Timur berasal dari Samudera Hindia dan menggusur tepi kontinen
Sulawesi Barat pada akhir Oligosen (Hall, 1996). Sementara itu, Milsom drr. (2000)
percaya bahwa subduksi ofiolit terjadi pada Eosen-Oligosen awal, menunjukkan bahwa
sedimen laut Trias-Kapur akhir diketahui di bawah tutupan ofiolit horizontal. Diduga juga
7
bahwa Sulawesi Timur, Buton, Buru, dan Seram merupakan bagian dari mikrokontinen
yang lebih besar terpisah dari Australia pada zaman Jurassic dan bertumbukan dengan
tepi benua Eurasia membentuk Sulawesi Orogen pada Oligosen.
Formasi batuan yang menyusun peta geologi wilayah Kolaka diurutkan dari yang
paling muda sampai:
Lapisan aluvial terdiri dari lanau, lempung, pasir, kerikil dan kerikil. Satuan-satuan
tersebut adalah sedimen dari sungai, rawa, dan sedimen pesisir. Umur satuan ini adalah
Holosen.
Formasi Alangga terdiri dari konglomerat dan batupasir. Zaman formasi ini adalah
Pleistosen, dan lingkungan pengendapannya berada di daerah payau. Lapisan ini tumpang
tindih dengan lapisan yang lebih tua yang termasuk dalam kelompok Molase Sulawesi.
Formasi Buara terdiri dari terumbu karang, konglomerat dan batupasir. Umur strata
ini adalah Pleistosen dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
Lapisan teritip terdiri dari tanah berpasir, napal berpasir, dan batupasir. Ditemukan
bahwa batuan ini berlapis dengan tanjakan stratifikasi yang relatif kecil <15o, membentuk
garis miring dengan sumbu miring berarah barat daya-timur laut. Lapisan ini berumur
Pliosen dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.
Formasi Emoiko terdiri dari batugamping, batugamping koral, batupasir dan batu
marl. Stratum ini berumur Pliosen dengan lingkungan sedimen laut dangkal, dan finger
relationship dengan stratum Beaupinang.
8
F. Lapisan Langkawala (Tml)
Kompleks Pompageo terdiri dari sekis mika, sekis glukofan, sekis hornblende, sekis
klorit, rijang, alabaster dan metalimestone, berwarna putih, kuning kecoklatan, hijau-abu-
abu, padat, sangat rapat dan berdaun. Saya melihatnya. Struktur lokal menunjukkan
struktur chevron, strip tekuk dan di beberapa tempat menunjukkan daun terlipat. Chert
berwarna abu-abu hingga coklat, marmer berwarna hijau, abu-abu hingga abu-abu gelap,
coklat hingga merah dan hitam dengan garis-garis putih, epitel skuamosa yang sangat
padat, biasanya jaringan kelenjar berorientasi. Kesenjangan pada batuan tersebut
didukung oleh adanya kristal kalsit yang berpadu dengan mineral Lampung dan mineral
opak.
Batuan ini terutama terdiri dari kalsit, dolomit dan piroksen. Mineral lempung dan
mineral bijih dalam bentuk garis. Wollastonite dan apatit hadir dalam jumlah yang sangat
kecil. Plagioklas albite ditelurkan kembali menjadi piroksen. Satuan ini mempunyai
kontak struktural geser dengan satuan tua utara yaitu kompleks Mekonga. Kompleks
Pompageo, berdasarkan undian usia, memiliki zaman Kapur-Paleosen Akhir yang lebih
rendah.
Lapisan Matano terdiri dari batugamping, rijang dan batu sabak. Batu kapur kotor
dari putih menjadi abu-abu. berupa endapan kalsilutit yang telah dihitung ulang dan
berbutir halus (pirit); Pelapisan yang sangat baik dengan ketebalan lapisan antara 10-15
cm; di beberapa daerah Dolomitan; Lainnya termasuk lensa rijang lokal dedaunan. Rijang
berwarna abu-abu hingga kebiruan hingga coklat kemerahan. kompak dan kemudahan
lokal; masukkan bentuk serpih dan napal; Ketebalan hingga 10 cm. Hal ini didasarkan
9
pada kandungan fosil batugamping yaitu Globotruncana sp dan Heterohelix sp, serta
Radiolaria dan rijang (Budiman, 1980). Formasi Matano merupakan lingkungan sedimen
yang terbentuk di laut dalam pada Kapur Akhir.
Formasi Meluhu terdiri dari batupasir kuarsa, serpih merah, batulanau dan
batulempung di bagian bawah. Di bagian atas, serpih hitam, batupasir dan batugamping
bergantian. Lapisan ini mengalami tektonik kuat yang dicirikan oleh lapisan batuan lereng
dengan puncak yang landai hingga 80o memanjang utara-barat daya-tenggara. Tanggal
pembentukan diperkirakan Trias.
Lapisan Laonti terdiri dari Batu Kapur Mali, Marmer dan Kuarsit. Kuarsit, putih
sampai coklat muda; keras dan keras; Ini terdiri dari mineral granular, granular, dan halus
hingga sedang, dan bersifat fibroblastik. Batuan ini sebagian besar terdiri dari sekitar 97%
kuarsa. Jarak antara oksida kuarsa adalah sekitar 3%. Era formasi ini adalah Trias.
Kompleks Mekonga terdiri dari sekis, gneiss dan kuarsit. Gneiss berwarna abu-abu
hingga abu-abu kehijauan. Xenoblas bertekstur, xenomorfik seperti partikel, tersusun dari
mineral granuloblastik berbutir halus hingga sedang. Jenis batuan ini terdiri dari quartz
gneiss dan muscovite gneiss. Ini memiliki kepadatan rendah.
10
Gambar 2.2 Stratigrafi Regional Kolaka Utara
11
Sistem sesar Lawanopo mengandung sesar besar berarah barat laut-tenggara yang
membentang sekitar 260 km sebelah utara Malili sampai Tanjung Toronipa. Ujung barat
laut sesar ini terhubung dengan Sesar Matano dan ujung tenggaranya terhubung dengan
Sesar Hamilton yang memotong Sesar Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar Lawanopo
oleh Hamilton (1979) berdasarkan dataran tinggi Lawanopo dari mana ia dipotong. Rata-
rata perubahan azimuth/plunge ditemukan 30o/44o, 356.5o/49o, dan 208.7o/21o sebagai
hasil analisis citra stereoskopik azimuth Bodin yang diukur di tiga lokasi. Adanya mata
air panas di Desa Toreo, tenggara Tinobu, serta perubahan dinding rumah dan jalan di
sepanjang patahan ini menunjukkan bahwa sistem sesar Lawanopo masih aktif.
Lengan Sulawesi Tenggara juga merupakan titik peretemuan lempeng. Artinya, ada
lempeng benua yang berasal dari Australia dan lempeng samudera yang berasal dari
Samudra Pasifik. Fragmen benua di lengan tenggara Sulawesi Continental Terrane dan
Mintakat Matarembeo. Kedua lempeng yang berbeda jenis ini bertabrakan, kemudian
ditumpangkan oleh sedimen Molasa Sulawesi sebagai akibat dari subduksi dan tumbukan
lempeng pada subduksi Oligosen Akhir-Miosen Awal, dan kompleks ofiolit yang tergeser
di atas landas kontinen. Molase Sulawesi yang tersusun dari batuan sedimen klastik dan
karbonat diendapkan sebelum dan sesudah tumbukan, sehingga molase tidak sejajar
dengan kontinen Sulawesi tenggara dan kompleks ofiolit. Pada akhir Kenozoikum,
kanker dirobek oleh beberapa pasangan, termasuk patahan Lawanopo dan patahan
Kolaka.
Sesar geologi yang dominan di Kabupaten Kolaka Utara dipengaruhi oleh Sesar
Palu Koro, lanjutan dari Sesar Sorong yang berasosiasi dengan kerak Pasifik. Kabupaten
Kolaka Utara memiliki beberapa sesar/sesar lurus yang dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Arah barat laut-tenggara merupakan arah pola pergerakan sesar Palu Koro
membentuk Danau Towuti, Danau Matano, dan Danau Poso ke arah utara.
Kemudian di bawahnya, Sesar Lasolo berkembang searah melalui pusat
Kabupaten Kolaka Utara dan kemudian menjadi titik fokus di selatan.
Arah timur laut-barat daya, yang perkembangannya tidak intensif seperti arah
barat laut-tenggara, muncul dengan urutan sebagai berikut karena memotong arah
12
barat laut-tenggara dan meluas ke utara dan pantai barat mendekati Teluk Bone.
Berdasarkan kondisi di atas, bagian utara Kabupaten Kolaka Utara merupakan
daerah yang lebih banyak mengalami gempa dan pergerakan tanah dibandingkan
dengan bagian selatan yang relatif stabil.
Gambar 2.3 Struktur Geologi daerah Sulawesi ( Smith dan Silver (1991), dan Bachri dan Baharuddin
(2001)
13
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan pada penelitian ini terdapat tiga tahap. Metode tersebut
terdapat pada diagram alir metodologi penelitian ditunjukan pada Gambar 2.1 dan
tahapan dari metode tersebut adalah sebagai berikut:
Tahapan ini merupakan tahap yang dilakukan sebelum menuju ke lokasi penelitian.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengumpulkan dan mempelajari data dari penelitian
terdahulu di area lokasi penelitian yang dapat digunakan sebagai data pendukung pada
penelitian ini, serta menentukan lokasi pengamatan yang sekiranya menarik untuk
dilakukan cek lapangan.
Studi pustaka dimana hal yang dilakukan berupa pencarian data geomorfologi,
data geologi, data struktur geologi serta materi-materi yang berkaitan dengan
judul Skripsi yang akan disusun.
Akuisisi data primer merupakan data yang didapatkan pada saat dilakukannya
pemetaan lapangan terdiri dari observasi lapangan, pengambilan data koordinat
lokasi pengamatan, pengambilan data litologi, pembuatan profil nikel laterit, dan
pengambilan dokumentasi.
B. Tahap Analisis Data
Tahapan ini penyusun melakukan beberapa analisa studio dan laboratorium pada
sampel dan data yang didapat, analisa yang dilakukan antara lain:
14
Tahapan analisis data studio yaitu data yang diolah dari data lapangan serta
didukung oleh literatur, jurnal peneliti terdahulu yang menghasilkan peta
geomorfologi, peta geologi, peta kelurusan, peta laterisasi, dan penampang profil
geokimia.
Tahapan analisis data primer ini dilakukan setelah pengambilan data lapangan
untuk memastikan data lapangan secara lebih rinci menggunakan analisa di
laboratorium, adapun analisanya berupa analis data assay, data geologi, collar,
survey dan geokimia profil nikel laterit.
C. Tahap Sintesis Data
15
BAB 4
DASAR TEORI
Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dimulai dari air permukaan yang
mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material–material organis
di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, di mana
fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini, air tanah yang kaya akan CO2 kontak
dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral–
mineral yang tidak stabil seperti olivin, serpentin dan piroksin. Mg, Si dan Ni akan larut
dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral–mineral baru
pada proses pengendapan kembali (Hasanuddin, 1992).
Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultrabasa
(peridotit, dunit, serpentin), di mana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin,
magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 %
nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang
kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh–tumbuhan akan menghancurkan
olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika ke dalam larutan,
cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel–partikel silika yang
submikroskopis. Di dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap
sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan
membentuk mineral–mineral karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi
oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah.
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika
pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta membentuk
konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co
(Rose et al., 1979, dalam Nushantara, 2002).
Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al,
Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral–mineral oxida atau
16
hidroksida, seperti limonit, hematit, dan goetit (Hasanudin, 1992). Umumnya endapan
nikel terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di olivin yang tinggi dan
nikel berkadar antara 0,2% - 0,4%.
Pembentukan bijih nikel laterit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-
faktor yang memengaruhi pembentukan nikel laterit (Ahmad, 2005) adalah:
A. Batuan Asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel
laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini batuan ultrabasa
tersebut:
Mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil seperti
Olivin dan Piroksen
B. Iklim
Musim kemarau dan musim hujan yang berselang-seling dengan kenaikan dan
penurunan muka air tanah juga dapat menyebabkan proses segregasi dan akumulasi
unsur. Perbedaan suhu yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis.
Di sini, retakan terbentuk di batu, mempercepat proses atau reaksi kimia di batu.
Iklim yang cocok untuk pembentukan endapan laterit adalah tropis dan subtropis,
serta curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan dan
pelarutan unsur-unsur yang terkandung dalam batuan asal. Sinar matahari yang intensif
dan hujan lebat menyebabkan perubahan besar dalam pemecahan batuan, yang disebut
pelapukan mekanis, terutama pada batuan di dekat permukaan bumi.
Secara khusus, curah hujan mempengaruhi jumlah air yang melewati tanah, yang
mempengaruhi kekuatan lelehan dan perpindahan komponen terlarut. Aktivitas curah
17
hujan juga penting. Semakin tinggi suhu tanah (suhu permukaan udara) menambah energi
kinetik proses pelapukan.
Yang dimaksud reagen kimia adalah unsur dan senyawa yang membantu
mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 berperan penting
dalam proses pelapukan kimia. Asam humat dapat menyebabkan dekomposisi batuan dan
mengubah pH larutan. Asam humat ini terkait erat dengan vegetasi lokal. Dalam hal ini,
vegetasi akan menghasilkan:
Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar
pohon
Humus akan lebih tebal keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya
lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal
dengan kadar yang lebih tinggi.
D. Struktur
Struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan laterit adalah retakan
dan patahan. Adanya retakan dan patahan ini mendorong penetrasi air ke dalam tanah dan
mempercepat proses pelapukan batuan induk. Selain itu, retakan dan patahan juga akan
berfungsi sebagai tempat pengendapan larutan yang mengandung Ni secara intravena.
Batuan beku dikenal sangat sulit ditembus karena porositas dan permeabilitas airnya yang
sangat kecil.
E. Topografi
Topografi lokal sangat mempengaruhi sirkulasi air dan reagen lainnya. Pada daerah
yang landai, air dapat bergerak lambat sehingga memberikan kesempatan untuk
menembus lebih dalam melalui retakan atau lubang batuan. Akumulasi sedimen biasanya
ditemukan di daerah yang landai. Hal ini menjelaskan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk medan. Daerah yang curam secara teoritis dapat menyebabkan
18
pelapukan yang kurang intensif karena jumlah limpasan (runoff) lebih besar daripada air
yang merembes.
Geometri relief lereng mempengaruhi aliran dan sirkulasi air dan reagen lainnya.
Relief yang baik untuk pengendapan bijih nikel adalah punggungan yang landai dengan
kemiringan antara 10o-30o. Di daerah terjal, pelapukan kurang intensif terjadi karena air
hujan yang jatuh ke permukaan lebih banyak mengalir daripada meresap ke dalam tanah.
Beberapa pelapukan kimia terjadi di daerah ini, menghasilkan deposit nikel yang tipis. Di
sisi lain, pada lereng, air hujan bergerak lambat dan menembus lebih dalam melalui celah-
celah atau pori-pori batuan, sehingga mengakibatkan pelapukan kimia yang intensif.
Akumulasi sedimen biasanya ditemukan di daerah dengan kemiringan landai, yang
menjelaskan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti topografi.
F. Waktu
Karena akumulasi nikel cukup tinggi, dalam jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan pelapukan yang sangat intensif. Waktu merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses pelapukan, migrasi dan pengayaan sedimen di suatu tempat.
Mungkin dibutuhkan ribuan atau jutaan tahun untuk membentuk endapan nikel laterit.
Jika waktu pelapukan terlalu singkat, endapan tipis terbentuk. Waktu yang lama akan
mengakibatkan pelapukan kimia yang sangat intensif karena penumpukan nikel yang
cukup tinggi. Banyak dari faktor-faktor ini saling terkait, dan profil karakteristik suatu
titik dapat digambarkan sebagai efek gabungan dari semua faktor individu yang terjadi
dari waktu ke waktu daripada didominasi oleh satu faktor tunggal.
Kondisi profil laterit ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat pelapukan kimia
dasar profil dan perpindahan fisik ujung profil akibat erosi. Laju pelapukan kimia
umumnya bervariasi antara 10-50 m/juta tahun, tergantung pada jumlah air yang melewati
profil, dan 2-3 kali lebih cepat pada batuan supermafik daripada pada batuan asam. Jenis,
intensitas pelapukan dan struktur batuan dari batuan asal sangat mempengaruhi potensi
endapan nikel laterit, dan informasi tentang perilaku mobilitas unsur selama pelapukan
akan sangat membantu dalam menentukan zona bijih di lokasi tersebut (Totok Darijanto,
1986).
19
4.2 ENDAPAN NIKEL LATERIT
Memahami domain geologis nikel laterit penting untuk memahami teori pelapukan
dan pembentukan endapan laterit. Endapan nikel selanjutnya merupakan produk agen
atmosfer dari batuan mafik dan supermafik yang telah mengalami fertilisasi dalam waktu
geologis.
Limonit
Saprolit
Bedrock
Secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan, yaitu faktor
fisik dan faktor kimia. Penuaan batuan yang disebabkan oleh proses fisik dipengaruhi
oleh angin, air, es, tumbuhan dan hewan. Sedangkan pelapukan yang disebabkan oleh
bahan kimia disebabkan oleh batuan yang bersentuhan dengan air, dalam hal ini air tanah,
oksigen, karbon dioksida, serta asam-asam organik dan anorganik yang bersifat asam.
Topografi merupakan faktor penting yang mengontrol pembentukan profil laterit. Secara
umum, akumulasi deposit nikel berkembang dengan baik di medan yang relatif halus dan
20
tidak berkembang dengan baik di medan yang sangat curam. (Ahmad, 2009). Sebagai
hasil dari proses geologi tersebut, produk geokimia dari endapan laterit kolumnar ini
memiliki sifat khusus yang memisahkan sifat fisik dari zona superposisi. Sedemikian rupa
sehingga secara umum terbagi menjadi 3 wilayah yaitu limonit, saprolit dan substrat
batuan (Hernandi, 2017).
Pada bagian bawah profil terdapat batuan dasar atau daerah berbatu, yaitu batuan
supermafik yang belum mengalami proses pelapukan. Komposisi kimia batuan mirip
dengan batuan dasar yang tidak berubah. Ada struktur umum dan fraktur terjadi ketika
tekanan hidrostatik terjadi pada batuan. Sedangkan sirkulasi air permukaan merembes
melalui persendian dan rekahan.
B. Zona Saprolit
Daerah ini terletak di atas batuan dasar (bedrock), umumnya boulder sebagian atau
seluruhnya telah berubah oleh cuaca, proses perubahan tersebut terjadi pada tingkat kekar
dan rekahan batuan. Tekstur atau fragmen batuan masih dapat diidentifikasi dan proses
alterasinya belum selesai. Pada batuan dengan tingkat serpentin yang tinggi, proses
alterasi terjadi tidak hanya pada kekar dan rekahan, tetapi terjadi pada seluruh massa
batuan karena daktilitas batuan yang memungkinkan pembagian muka air sebagai faktor
pengubah. Porositas lapisan di daerah saprolit sedang sampai baik, sedangkan densitas
materialnya relatif rendah. Proses alterasi batuan terus meningkat dari dalam hingga batas
luar batuan. Sementara itu, MgO, SiO2 dan alkali akan tersapu atau hilang, meninggalkan
Fe3+ besi, Al2O3, Cr dan Mn. Profil vertikal menunjukkan bahwa kandungan Fe di
bagian atas lebih tinggi dari bagian bawah dan rata-rata cenderung memiliki kandungan
Fe yang lebih rendah. Pada saprolit, nikel merupakan produk sisa, tetapi umumnya
merupakan hasil dari proses pengayaan kedua. Hal ini dikarenakan ketika tingkat
keasaman air di bagian atas tiba-tiba meningkat sehingga menyebabkan olivin terpisah
dan melepaskan magnesia, maka nikel di bagian atas akan larut dan mengendap di daerah
saprolit. Kehadiran mineral garnerite umumnya ditemukan di saprolit, area di mana silika
seperti urat atau kaleng silika hadir. Mineral umumnya terdapat di daerah saprolit dan
21
tidak semua profil vertikal memiliki kandungan nikel yang relatif seragam. Hasil proses
pengayaan nikel kedua di bagian bawah kawasan saprolit bukan merupakan bagian dari
badan mineral yang berangsur-angsur menunjukkan kadar yang lebih rendah.
C. Zona Limonit
Zona ini berada di bagian atas profil laterit dan merupakan pembentukan akhir agen
atmosfer batuan ultramafik dan konsentrasi elemen non-mobile akibat proses pelindian
pada batuan ultramafik. Lapisan permukaan zona limonit atas terdiri dari sub-zona lapisan
penutup besi, berwarna merah disebut limonit merah. Subzona ini memiliki karakteristik
kaya akan mineral hematit yang terbentuk akibat proses oksidasi dan merupakan
overburden. Pada subzona atap besi, lapisan permukaan ini memiliki porositas rendah
sampai sedang, sedangkan densitas materialnya relatif tinggi dan keadaan tekstur batuan
yang asli tidak teridentifikasi karena proses pelapukan yang terjadi secara sempurna.
Sedangkan pada zona overburden terdapat zona limonit berwarna merah-coklat atau
kuning dan biasa disebut subzona limonit kuning atau inkremental limonit-saprolit, yang
mengandung mineral goetit dan besi hidroksida. Proses pelapukan relatif diamati pada
tekstur lapisan tanah sedangkan kandungan SiO2 dan MgO terhanyut. Sedangkan unsur
sisa lainnya hadir dalam jumlah yang melimpah. Pada limonit kuning atau subzona
limonit-saprolit inkremental, porositas lapisannya rendah hingga sedang, sedangkan
densitas materialnya relatif tinggi.
Sedangkan pada bagian bawah subzona limonit kuning atau subzona limonit-
saprolit inkremental disebut sebagai subzona intermediet (zona transisi) atau zona mineral
limonit. Pada sub-zona ini kandungan besi di bagian atas relatif tinggi sedangkan di
bagian bawah relatif rendah. Umumnya, alumina dicirikan oleh adanya mineral lempung
(lempung Smecite lunak dan silika). Meskipun Cr hadir pada tingkat yang relatif tinggi,
Cr juga dapat mengandung relatif sedikit. Selama waktu ini, unsur Mn dan Co terlarut
diendapkan di zona limonit bawah (zona transisi). Selama waktu ini tingkat SiO2 dan
MgO yang rendah terbentuk. Porositas stratifikasi pada sub-zona menengah (zona
transisi) atau disebut zona mineral limonit. Masih mungkin untuk mengamati sisa struktur
batuan yang menunjukkan proses pelapukan.
22
Setelah konsep lateritisasi dipahami, mudah untuk menerapkan proses domain pada
endapan nikel laterit. Hal ini penting karena proses domain geologi merupakan jantung
dari pemodelan geologi. Domain geologi menempati setidaknya 90% akurasi dalam
pemodelan sumber daya. Kecukupan model geologi akan memudahkan estimasi sumber
daya (matematika diperlukan untuk menyiapkan model sumber daya yang sesuai)
(Coombes, 2008).
Profil zonasi nikel laterit (Waheed, 2006) dibagi menjadi 4 zona dari atas kebawah:
A. Ferruginous Zone
Daerah ini merupakan daerah dimana unsur Fe, Al, dan Mn tidak termobilisasi.
Semua komponen kimia (Ca, Na, K, Mg, Si) larut dengan air dan bermigrasi
sepanjang profil laterit.
Bagian atas zona ini kaya akan mineral besi seperti geotit dan bagian bawah
tersusun dari oksida-oksida yang lebih terhidrasi, biasanya "limonit".
Geotit ini dapat dimobilisasi dalam kondisi asam di dekat permukaan dan
mengkristal menjadi Ferrikrit.
Mineral terlarut mungkin tertinggal di daerah ini (spinel, magnetit, mematit dan
talk).
23
Di bagian bawah zona limonit, mangan, kobalt dan nikel terkonsentrasi dalam
bentuk kuarsa atau gumpalan mangan. Gumpalan mangan ini biasanya terbentuk
tipis di persimpangan dan rekahan yang mengisi permukaan.
Tekstur dan struktur batuan asli tidak lagi ditemukan di daerah ini.
Beberapa sambungan dapat ditemukan pada permukaan struktur kotak silika,
mulai dari zona saprolit hingga zona limonit.
B. Zona Smektit dan Nontronit
Zona perantara ini terletak di antara zona limonit bawah dan zona saprolit atas.
Zona ini terdiri dari lempung smektit hulu (biasanya vitronit) dan kristal kuarsa.
Jaringan sisa dan struktur asli dari batuan asli telah terpelihara dengan baik di
daerah ini dan tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Perkembangan zona-zona ini tergantung pada iklim dan karakteristik serta proses
lain yang terjadi di Bumi. Di daerah dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun,
silika dan magnesium mengalami pelapukan sehingga memberikan warna
kemerahan, tetapi tidak dalam bentuk lempung. Namun, pada iklim tropis basah
dan kering, pelapukan kimia terbatas dan tidak banyak membentuk magnesium
dan silika, sehingga ketika lapuk membentuk lempung smektit/nontronit.
Ketika zona tengah berkembang, formasi mangan muncul di atas zona tengah,
bukan di bawah limonit.
Zona tengah memiliki porositas maksimum dalam profil pelapukan. Selain
meningkatkan jumlah ruang intergranular yang dibentuk oleh pelindian mineral
ferroagnesia, drainase air tanah dapat menghasilkan pengisian aktual pada
berbagai ukuran yang memberikan warna kemerahan pada material.
C. Zona Saprolit
Ini adalah zona pelapukan batuan dasar di mana pelapukan kimia dominan terjadi
terus menerus.
Zona saprolit biasanya terletak di bawah permukaan air dan berhubungan dengan
profil pelapukan dalam kondisi selalu basah.
Saprolisasi di sepanjang permukaan artikular mengaktifkan pembentukan
"gumpalan" di dalam area saprolit.
24
Potongan mungkin memiliki pelat saprolit dengan kandungan nikel tinggi.
Kondisi kimia dan pelapukan terjadi di sepanjang sambungan dan retakan pada
batuan, serta retakan dan retakan pada kristal mineral pada batuan.
Tekstur dan struktur batuan asli masih terlihat.
Zona ini terdiri dari endapan batuan, saprolit, kuarsa dan garnierit pada
permukaan batuan.
Sebagian besar mineral batuan asli masih terlihat.
Formasi batupasir terbatas pada permukaan berbatu karena bagian dalamnya tidak
berliku-liku dan air suka masuk ke batuan segar.
Pada relief olivin serpentin, batuan berlumpur tidak memiliki kandungan nikel.
Pada olivin berliku-liku, proses metamorfik berlanjut cukup jauh di dalam batuan
karena batuan menjadi lebih lunak sehingga air dapat terus masuk ke dalam
batuan.
Dalam olivin serpentin, batu yang dihancurkan bisa kaya akan nikel.
Zona saprolit terdiri dari batuan saprolit di zona bawah dan material lunak di zona
atas.
Tingkat porositas umumnya meningkat ke atas di daerah saprolit dan mencapai
maksimum di daerah tengah.
Zona ini terdiri dari batuan dasar yang tidak berubah di bawah zona lapuk.
Daerah di mana pelapukan mungkin baru saja dimulai di sepanjang retakan dan
sambungan di batu.
Batuan mempertahankan sifat dan densitasnya, dengan pengecualian rekahan dan
sambungan.
Perbedaan antara batuan dasar dan saprolit menunjukkan batas yang sangat jelas. Dan
batas-batasnya tidak mengikuti secara horizontal, melainkan mengikuti bentuk topografi
“pelapukan depan” yang akan mengikuti arah subduksi lebih dalam pada bidang sesar,
retakan, dan retakan besar (Waheed, 2006).
25
4.4 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN
Menentukan besarnya simpangan baku dari sekumpulan data perlu dihitung dahulu
variansi dari data tersebut. Variansi digunakan untuk mengukur pencaran sampel acak
(random sample) yang didefinisikan sebagai berikut :
∑(xi -x)²
S2 = (3.1)
n-1
Simpangan baku (standard deviation) adalah akar kuadrat dari variansi. Simpangan baku
dapat dinyatakan dengan persamaan :
2
∑(xi -x )
S = √S2 atau S= √ (3.2)
n-1
Standard error (SE) adalah nlai yang mengukur seberapa tepat nilai rata-rata (mean) yang
diperoleh, dinyatakan dengan persamaan :
26
S
SE= (3.3)
√n
Koefisien variansi juga memprediksi masalah yang akan muncul dari sejumlah data.
Keofisien variansi dengan nilai lebih dari 0,5 menunjukan bahwa nilai sampel sangat
erratic sehingga dapat mempengaruhi hasil estimasi akhir.
4.5 PRINSIP ESTIMASI
Prinsip estimasi kadar dan ketebalan suatu cebakan bijih adalah melakukan
interpolasi kadar dan ketebalan contoh dalam cebakan tersebut (Bargawa, 1999). Estimasi
kadar dilakukan terhadap titik atau lokasi yang belum diketahui nilai kadar atau
ketebalannya. Dalam penelitian ini digunakan estimasi atau pembobotan dengan metode
Inverse Distance Weighted (IDW).
27
A. Metode Inverse Distance Weighted (IDW)
Metode ini merupakan suatu cara estimasi yang telah memperhitungkan adanya
hubungan letak ruang (jarak), merupakan kombinasi linear atau harga rata-rata tertimbang
(weighting average) dari titik-titik data yang ada di sekitarnya (Zibuka dkk, 2016).
Inverse Distance Weighted menentukan nilai dari suatu titik yang belum diketahui
nilainya menggunakan kombinasi bobot dan linier dari suatu titik sampel. Titik sampel
yang dimaksud merupakan titik-titik yang sudah diketahui nilainya dan secara spasial
letaknya paling dekat dengan titik yang akan ditentukan nilainya. Sementara bobot yang
dimaksud adalah fungsi jarak terbalik (inverse distance) titik-titik sampel tersebut
terhadap titik yang akan ditentukan nilainya.
Metode seperjarak ini mempunyai batasan pada jarak saja dan belum
memperhatikan efek pengelompokan data, sehingga data dengan jarak yang sama, namun
mempunyai pola sebaran yang berbeda masih akan memberikan hasil yang sama atau
dengan kata lain metode ini belum memberikan korelasi ruang antara titik data dengan
titik data yang lain (Asy’ari 2012). Rumus yang digunakan untuk metode inverse distance
adalah sebagai berikut:
1
dik
Wi= 1 , 𝑖 = 1, … 𝑛 .................................................................................. (3.19)
∑ k
di
Ẑ0 = ∑N
i Wi.Zi .......................................................................................... (3.20)
Keterangan :
Ẑ0 = Nilai titik yang diestimasi
d = Jarak titik yang diestimasi
k = Pangkat power
N = Banyaknya data
Zi = Kadar contoh
Wi = Bobot contoh
4.6 VALIDASI DATA
Cross-validation adalah salah satu metode resampling data yang paling banyak
digunakan untuk memperkirakan kesalahan prediksi sebenarnya dari model dan untuk
28
menyetel parameter model (Berrar D., 2018) Proses cross validation dilakukan dengan
cara mengambil salah satu data contoh secara bergantian dari kelompok data dalam proses
estimasi. Ketika estimasi dilakukan, maka nilai hasil estimasi dapat dibandingkan dengan
nilai data nyata dari lokasi contoh yang telah dikeluarkan dari kelompok data.
29
Model cadangan bijih menjadi akurat apabila mewakili kondisi geologi dan
karakter dari mineralisasi. Zone Geologi yang berbeda harus dimodelkan secara akurat
(Hustrulid dan Kutcha, 1995).
30
BAB 5
S1
Morfografi adalah susunan dari obyek alami yang ada di permukaan bumi,
contohnya lembah, bukit, dataran, pegunungan, sungai, pantai, dan lain-lain.
Morfometri adalah aspek yang bersifat kuantitatif dari suatu aspek bentuklahan,
contohnya kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi,
bentuk lembah, dan pola pengaliran. b. Morfogenesa: aspek yang dicerminkan
berdasarkan asal-usul dan proses terjadinya bentuklahan tersebut, dalam hal ini
termasuk struktur geologi, litologi penyusun dan proses geomorfologi.
Morfostruktur aktif adalah Aktivitas proses endogen seperti pengangkatan,
perlipatan, pensesaran, vulkanisme dengan contohnya seperti gunung api,
tektonik.
Morfostruktur pasif adalah dasar bentuklahan yang diklasifikasikan berdasarkan
tipe batuan maupun struktur batuan yang ada kaitannya dengan denudasi.
31
Morfodinamis adalah Aktivitas proses eksogen yang berhubungan dengan air,
udara, gerakan masa, es, dan lain-lain, seperti gumuk pasir, kelokan sungai, dan
pematang pantai.
A. Perbukitan Rendah
Dasar penamaan dari satuan ini berdasarkan dominasi litologi tersebut pada daerah
telitian. Satuan ini memiliki komposisi mineral olivin (40 – 90%), piroksen, mineral
32
aksesoris. Pada satuan ini ditemukan peridotit yang sudah terubah sebagian menjadi
mineral serpentin.
Batuan pada titik bor 100 memiliki karakteristik megaskopis dengan warna abu-abu
kehijauan, derajat kristalisasi hipokristalin, dengan kemas: bentuk kristal subhedral-
anhedral, serta relasi equigranular, dan komposisi mineral didominasi olivin (55%) dan
piroksen (35%), dengan mineral sekunder serpentin(10%). Batuan ini memiliki derajat
serpentinisasi rendah menurut Ade Kadarusman (2013).. Batuan ini diklasifikasikan
secara megaskopis sebagai peridotit berdasarkan Williams, 1954.
Berdarkan pengamatan secara petrografi dapat dilihat pada, sayatan batuan pada
nikol sejajar berwarna kuning ke abu-abuan, pada nikol silang berwarna abu-abu,
memiliki komposisi mineral terdiri dari olivin B4 (15%), Orthopiroksin E2(55%) dan
klinopiroksin G5(20%) dengan mineral sekunder serpentin E1 (5%) dan opak D6 (5%).
Sebagian dari mineral olivinnya sudah mulai teroksidasi. Menurut klasifikasi Streckeisen
(1974), nama batuannya adalah Olivin Orthopiroxenit.
Batuan pada titik bor 78 memiliki karakteristik megaskopis dengan warna abu-abu
kehijauan, derajat kristalisasi hipokristalin, dengan kemas: bentuk kristal subhedral-
33
anhedral, serta relasi equigranular, dan komposisi mineral didominasi .Batuan ini
memiliki derajat serpentinisasi rendah menurut Ade Kadarusman (2013).. Batuan ini
diklasifikasikan secara megaskopis sebagai peridotit berdasarkan Williams, 1954.
Batuan pada titik bor 44 memiliki karakteristik megaskopis dengan warna abu-abu,
derajat kristalisasi hipokristalin, dengan kemas: bentuk kristal subhedral-anhedral, serta
relasi equigranular, dan komposisi mineral didominasi olivin (55%) dan piroksen (30%),
dengan mineral sekunder serpentin(12%), mangan (3%). Batuan ini memiliki derajat
serpentinisasi rendah menurut Ade Kadarusman (2013).. Batuan ini diklasifikasikan
secara megaskopis sebagai peridotit berdasarkan Williams, 1954.
34
Berdasarkan pengamatan secara petrografi dapat dilihat pada sayatan batuan ini
pada nikol sejajar berwarna coklat ke abu-abuan, pada nikol silang berwarna abu-abu
hitam keunguan, memiliki komposisi mineral terdiri dari Serpentin C2 (10%), Olivin B3
(45%), Orthopiroksin D3 (25 %), Augit H5 (10%) dan mineral opak G7 (10%). Mineral
olivin dan mineral piroksinnya belum teroksidasi (menurut klasifikasi Streckeisen, 1974).
Nama batuannya adalah Hazburgit
Batuan pada titik bor 8 memiliki karakteristik megaskopis dengan warna abu-abu
gelap, derajat kristalisasi hipokristalin, dengan kemas: bentuk kristal subhedral-anhedral,
serta relasi equigranular, dan komposisi mineral didominasi olivin (40%) dan piroksen
(10%), serpentin(40%), dengan mineral sekunder mangan (5%), silika (5%). Batuan ini
memiliki derajat serpentinisasi sedang menurut Ade Kadarusman (2013). Batuan ini
diklasifikasikan secara megaskopis sebagai peridotit berdasarkan Williams, 1954.
Berdasarkan pengamatan secara petrografi dapat dilihat pada sayatan batuan pada
nikol sejajar berwarna kuning, pada nikol silang berwarna abu-abu kekuningan, memiliki
komposisi mineral terdiri dari Serpentin I5 (40%), Orthopiroksin D5 (30%),
Klinopiroksin E3 (20%), mineral opak H2 (5%) dan masa dasar (5%). Mineral olivinnya
sudah teroksidasi (menurut klasifikasi Streckeisen, 1974). Nama batuannya adalah
35
Websterit. Websterit adalah batuan beku ultrabasa yang terdiri dari mineral orthopiroksin
dan clinopiroksin, ini adalah jenis piroksenit.
E. Sebaran
Pola sebaran satuan ini mendominasi dengan luasan sekitar 100% dari blok
penelitian. Dominasi keberadaan peridotit terserpentinisasi rendah banyak ditemukan
pada bagian utara ke selatan dan barat sedangkan peridotit terserpentinisasi sedang
ditemukan pada bagian timur.
F. Umur
Penulis tidak melakukan dating sehingga tidak ada analisis penentuan umur satuan
batuan peridotit ini. Penentun umur mengacu pada peneliti sebelumnya yang
menggunakan radiometric dating dengan kesamaan litologi peridotit yang merupakan
bagian dari Kompleks Ultramafik Ofiolit Sulawesi Timur atau ESO (East Sulawesi
Ophiolite). Sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan ini berumur Kapur menurut
Rusmana, E. (1993).
36
Gambar 5.6 Sebaran batuan daerah Penelitian
37
BAB 6
NIKEL LATERIT DAERAH PENELITIAN
6.1 PROFIL FISIK NIKEL LATERIT DAERAH PENELITIAN
Secara umum zona endapan laterit berupa tanah penutup, limonit, saprolit, dan
batuan dasar berdasarkan Ahmad (2008), namun peneliti membagi beberapa zona agar
lebih rinci dan mengikuti acuan dari perusahaan ditambah dengan adanya data bawah
permukan berupa data bor yaitu pada daerah penelitian memiliki zona endapan laterit
yang terdiri atas (1) zona tanah penutup yaitu ferricrete (FE) dan top soil (SO), (2) zona
limonit yaitu ferrigenous zone (FZ), transported limonit (TL), limonite (LM), (3) zona
saprolit yaitu ferrigenous saprolite (FS), saprolite (SP), rocky saprolite (RS), saprolite
rock (SR), (4) zona batuan dasar yaitu bedrock.
Gambar 6.1 Profil Fisik Nikel Laterit Daerah Penelitian (Taylor, 1979)
38
A. Zona Limonit
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan. Terdapat iron cap / iron crust yang
berwujud keras dan kaya akan besi (Fe) berwarna hitam. Iron capping mempunyai kadar
besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Lapisan limonite berwarna merah-coklat
atau kuning, agak lunak, berkadar air antara 30% - 40%, kadar nikel 0.3-1,5%, Fe 40-
50%, MgO 0.5 - 5%, SiO2 3%, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh
area dengan ketebalan rata-rata 5 - 15 meter. Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal, dan
setempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral
manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous,
kuarsa, gibsite, maghemit. Pada bagian bawah kaya akan mineral manganese, cobalt, dan
nickel dalam bentuk asbolite atau manganese wad. Limonit dibedakan menjadi 2, yaitu :
red limonite yang biasa disebut hematit dan yellow limonite yang disebut goethit.
Biasanya pada goetit nikel berasosiasi dengan Fe dan mengganti unsur Fe sehingga pada
zona limonit terjadi pengayaan unsur Ni.
B. Smectite/Nontronit
Lapisan ini merupakan zona peralihan antara Limonite bagian bawah dan Saprolite
bagian atas. Mengandung mineral Smectite (Nontronite). Tekstur batuan induk (protolith)
masih terlihat. Ukuran butir cenderung lempung dan impermeable.
C. Zona Saprolit
Proses pelapukan batuan induk (protolith) masih terlihat dengan jelas. Kehadiran
boulder sebagai hasil dari pelapukan pada zona struktur (joint & fault). Tekstur dan
struktur protolith masih terlihat dengan jelas. Pada batuan yang unserpentinised proses
saprolitisasi hanya terjadi pada permukaan batuan saja, sehingga unserpentinised boulder
cenderung bebas nikel dan masih banyak mengandung olivin. Pada batuan yang
39
serpentinised, proses saprolitisasi masuk ke dalam pori-pori batuan sehingga
serpentinised boulder memungkinkan mengandung nikel dan sedikit mengandung olivin.
Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini merupakan lapisan yang
bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.
D. Zona Bedrock
Batuan dasar merupakan bagian paling bawah pada profil laterit berupa batuan yang
memiliki kandungan mineral ultramafik. Daerah penelitian memiliki batuan dasar yang
terdiri atas litologi peridotit. merupakan batuan beku plutonik ultramafik memiliki warna
segar abu – abu dan warna lapuk coklat kehitaman memiliki struktur masif dengan tekstur
holokristalin, inequigranular, euhedral – anhedral, mineral yang dapat diamati yaitu
olivin dan piroksen yang telah lapuk.
Peneliti mendapatkan data sekunder dari perusahaan berupa data geokimia, data
kedalaman, data logging core, dan data lokasi titik bor. Data geokimia adalah data kimia
pemboran yang meliputi persentase (%) kadar Ni, CaO, Co, Fe, Al2O3, SiO2, dan MgO.
Peneliti memisahkan dua kelompok grafik berdasarkan kelimpahan elemen jejak seperti
Ni, Co, dan CaO serta elemen utama seperti Fe, Al2O3, SiO2 dan MgO.
Tanah lapisan atas dicirikan oleh unsur Fe, yang membentuk oksida besi atau unsur
oksida besi melalui proses oksidasi dalam kondisi oksida yang sangat tinggi. Ekstrem
ditandai dengan adanya mineral hematit, yang berubah menjadi warna coklat kemerahan
berkarat di zona ini.
Zona limonit mengandung unsur Fe yang membentuk oksida besi hidroksida atau
besi oksihidroksida dalam keadaan teroksidasi melalui proses oksidasi dan hidrasi.
Kemudian unsur logam Ni, Co, MnO, Cr2O3 yang kadarnya adalah adanya mineral
hematit, goetit, limonit, mangan, maghemit, kobalt dan magnetit.
Zona saprolit mengandung unsur Fe, yang membentuk besi oksida hidroksida atau
besi oksida hidroksida, yang melalui proses reduksi ditandai dengan adanya mineral
olivin, piroksen, kromit dan magnetit. Lalu ada elemen. Kadar MgO, SiO2, dan Ni mulai
40
meningkat akibat proses pengayaan atau hipergenetik yang ditandai dengan adanya
mineral serpentin dan garnierit yang mengisi rekahan.
Profil geokimia nikel laterit peneliti mengambil lokasi titik bor yang paling
mewakili untuk mengambarkan bentuk block model dan estimasi dari sumberdaya nikel
dari lokasi penelitian.
41
RS01-03 2,00 3,00 0,88 0,07 0,05 3,67 28,16 28,77 3,37 Limonit
RS01-03 3,00 4,00 0,66 0,16 0,04 3,69 38,99 20,93 1,86 Limonit
RS01-03 4,00 5,00 1,33 1,01 0,05 4,89 24,82 27,05 3,19 Limonit
RS01-03 5,00 6,00 0,87 0,95 0,03 5,87 49,33 14,13 1,86 Limonit
RS01-03 6,00 7,00 1,98 2,58 0,03 10,72 33,90 17,33 2,06 Limonit
RS01-03 7,00 8,00 1,30 0,91 0,04 7,41 37,84 19,09 1,86 Limonit
RS01-03 8,00 8,50 0,18 0,03 0,00 1,57 83,88 4,50 0,49 Limonit
RS01-03 8,50 8,80 1,04 0,59 0,02 13,15 53,07 9,45 1,00 Limonit
RS01-03 8,80 9,00 1,07 0,20 0,01 15,48 53,66 7,05 0,15 Limonit
RS01-03 9,00 10,00 0,59 0,09 0,01 7,67 68,83 5,74 0,39 Limonit
RS01-03 10,00 11,00 0,76 0,19 0,01 32,79 39,25 6,86 0,06 Limonit
RS01-03 11,00 11,30 0,80 0,27 0,01 31,78 43,10 7,28 0,19 Limonit
RS01-03 11,30 11,60 1,31 0,82 0,02 18,25 44,34 12,14 0,54 Limonit
RS01-03 11,60 12,00 0,71 2,22 0,01 33,52 42,30 7,80 1,93 Limonit
RS01-03 12,00 13,00 0,76 2,26 0,01 32,79 43,47 8,18 2,17 Limonit
RS01-03 13,00 14,00 0,54 2,12 0,01 36,88 45,18 7,27 2,33 Limonit
RS01-03 14,00 14,36 0,70 2,73 0,01 35,02 44,83 5,58 2,40 Limonit
RS01-03 14,36 15,00 1,65 4,01 0,02 18,53 38,49 13,20 2,74 Saprolit
RS01-03 15,00 15,18 1,34 2,73 0,02 19,86 44,74 10,58 3,44 Saprolit
RS01-03 15,18 15,42 1,15 0,65 0,01 12,09 67,38 7,99 1,19 Saprolit
RS01-03 15,42 16,00 1,91 1,35 0,02 24,68 47,17 9,73 2,03 Saprolit
RS01-03 16,00 17,00 0,75 0,24 0,01 7,48 80,47 5,60 1,14 Basement
RS01-03 17,00 18,00 0,42 0,16 0,01 2,72 81,95 5,71 1,06 Basement
RS01-03 18,00 19,00 0,28 0,14 0,00 4,65 88,10 3,37 1,08 Basement
RS01-03 19,00 20,00 0,30 0,05 0,00 3,41 87,93 3,99 0,99 Basement
RS01-03 20,00 21,00 0,42 0,19 0,00 4,68 84,14 4,42 1,11 Basement
RS01-03 21,00 22,00 0,81 0,91 0,01 28,47 52,39 6,73 0,94 Basement
RS01-03 22,00 23,00 0,39 1,64 0,01 36,01 41,78 6,75 1,40 Basement
RS01-03 23,00 24,00 0,36 0,26 0,01 34,70 49,78 6,23 0,24 Basement
RS01-03 24,00 25,00 0,32 0,75 0,01 35,45 47,05 6,93 0,86 Basement
Rata-Rata Limonit 0,92 0,91 0,03 15,93 42,97 14,59 1,84
Rata-Rata Saprolit 1,51 2,19 0,02 18,79 49,45 10,38 2,35
Rata-Rata Basement 0,45 0,48 0,01 17,51 68,18 5,53 0,98
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,31%-1,9% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri
hidroksida yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit
kadarnya menjadi 1,15%-2% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock
hingga menjadi 0,28%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit
memiliki kadar 0,08%, kemudian turun menjadi 0,02% pada zona saprolit dan menjadi
0,01% pada zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,05%-2,73%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 0,65%-4% dan pada zona bedrock memiliki
kadar berkisar 0,05%-1,64%.
42
Gambar 6.3 Profil Geokimia titik bor RS-05
Hole Id From To Ni CaO Co MgO SiO2 Fe AL2O3 Layer
RS01-05 0,00 1,00 0,86 0,03 0,07 1,21 26,76 35,16 0,00 Limonit
RS01-05 1,00 2,00 1,05 0,05 0,07 2,43 25,28 35,90 0,00 Limonit
RS01-05 2,00 3,00 0,63 0,39 0,04 2,82 49,20 19,13 0,00 Limonit
RS01-05 3,00 4,00 1,14 1,08 0,06 7,84 24,53 27,50 0,00 Limonit
RS01-05 4,00 5,00 1,43 1,05 0,06 4,29 22,77 31,40 0,00 Saprolit
RS01-05 5,00 6,00 1,08 0,56 0,05 3,61 32,44 24,50 0,00 Saprolit
RS01-05 6,00 7,00 1,49 1,33 0,05 5,48 32,39 23,02 0,00 Saprolit
RS01-05 7,00 8,00 1,05 0,61 0,04 5,08 53,27 17,11 1,44 Saprolit
RS01-05 8,00 9,00 1,81 1,10 0,05 10,01 28,86 25,54 1,80 Saprolit
RS01-05 9,00 9,36 2,07 1,96 0,05 14,51 29,97 22,31 1,78 Saprolit
RS01-05 9,36 10,00 0,70 0,85 0,01 28,04 50,59 7,03 0,72 Basement
RS01-05 10,00 11,00 0,47 0,18 0,01 4,58 88,15 5,76 0,59 Basement
RS01-05 11,00 12,00 0,78 0,11 0,01 22,25 63,02 6,87 0,18 Basement
RS01-05 12,00 13,00 0,33 0,05 0,01 4,06 87,65 6,49 0,69 Basement
RS01-05 13,00 13,44 0,19 0,04 0,01 1,87 93,47 7,24 0,93 Basement
RS01-05 13,44 14,00 0,46 0,72 0,01 40,83 41,45 7,77 0,76 Basement
RS01-05 14,00 15,00 2,11 1,59 0,04 13,27 40,86 17,59 1,87 Basement
RS01-05 15,00 16,00 0,77 0,39 0,01 29,58 58,27 7,02 0,58 Basement
RS01-05 16,00 17,00 0,34 0,43 0,01 26,55 55,52 5,97 0,46 Basement
RS01-05 17,00 18,00 0,22 0,16 0,00 15,00 82,38 4,52 0,43 Basement
RS01-05 18,00 19,00 0,34 0,25 0,01 28,47 57,18 6,50 0,26 Basement
RS01-05 19,00 20,00 0,74 0,08 0,00 8,71 83,14 4,20 0,45 Basement
Rata-Rata Limonit 0,92 0,39 0,06 3,58 31,44 29,42 0,00
Rata-Rata Saprolit 1,49 1,10 0,05 7,16 33,28 23,98 0,84
Rata-Rata Basement 0,62 0,40 0,01 18,60 66,81 7,25 0,66
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 05 zona limonit memiliki ketebalan 4 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
5,36 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 10,64 meter.
43
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 1,21%-7,84%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 3,61%-
14,51% dan kadar tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar tertinggi 40,83%
ditandai dengan adanya mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 memiliki pola yang
selaras dengan unsur MgO dimana pada zona limonit memiliki kadar 24,53%-49,20%,
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 22%-53,27% dan kadar tertinggi berada
pada zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 93,87%. Unsur Fe berbanding terbalik
dengan unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 4%-17%
kemudian pada zona saprolit berkadar 17%-31,40% yang merupakan hasil dari proses
reduksi sebagai ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit
dan hadirnya mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar
tertinggi 36% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri
oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada
zona bedrock dengan kadar 1,87%, kemudian pada zona saprolit menjadi 1,8% dan pada
zona limonit kadarnya hilang
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,86%-1,14% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri
hidroksida yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit
kadarnya menjadi 1,05%-2,07% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona
bedrock hingga menjadi 0,19%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona
limonit memiliki kadar 0,07%, kemudian turun menjadi 0,05% pada zona saprolit dan
menjadi 0,01% pada zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,03%-1,04%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 0,56%-1,96% dan pada zona bedrock
memiliki kadar berkisar 0,05%-1,59%.
44
C. Geokimia Titik Bor RS-08
45
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 08 zona limonit memiliki ketebalan 7,42 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
5,58 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 7 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 5,81%-16,25%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 7,58%-
37,6% dan kadar tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar tertinggi 43,86%
ditandai dengan adanya mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 memiliki pola yang
selaras dengan unsur MgO dimana pada zona limonit memiliki kadar 27%-78%,
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 29%-47% dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 91,62%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 4,39%-7,32%
kemudian pada zona saprolit berkadar 7,28%-26,12% yang merupakan hasil dari proses
reduksi sebagai ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit
dan hadirnya mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar
tertinggi 30,90% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai
ferri oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar
pada zona bedrock dengan kadar 1,35%, kemudian pada zona saprolit menjadi 3,75%
dan pada zona limonit kadarnya menjadi5,34
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,45%-0,97% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri
hidroksida yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit
kadarnya menjadi 0,77%-1,27% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona
bedrock hingga menjadi 0,19%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona
limonit memiliki kadar 0,06%, kemudian turun menjadi 0,05% pada zona saprolit dan
menjadi 0,01% pada zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,38%-1,7%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 0,28%-1,22% dan pada zona bedrock
memiliki kadar berkisar 0,31%-1,04%.
46
D. Geokimia Titik Bor RS-12
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 12 zona limonit memiliki ketebalan 10 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
6,75 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 16,25 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 3%-15,22%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 10,73%-
18,35% dan kadar tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar tertinggi 42%
ditandai dengan adanya mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 memiliki pola yang
selaras dengan unsur MgO dimana pada zona limonit memiliki kadar12,1%-38,56%,
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 27,14%-62,81% dan kadar tertinggi berada
pada zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 91,29%. Unsur Fe berbanding terbalik
dengan unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 4,12%-
7,87% kemudian pada zona saprolit berkadar 7,21%-17,43% yang merupakan hasil dari
proses reduksi sebagai ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah
sedikit dan hadirnya mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki
kadar tertinggi 41,43% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut
47
sebagai ferri oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur
Al2O3 kadar pada zona bedrock dengan kadar 1,09%, kemudian pada zona saprolit
menjadi 2,09% dan pada zona limonit kadarnya menjadi 3,54%
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,83%-1,27% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri
hidroksida yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit
kadarnya menjadi 1,29%-2,4% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock
hingga menjadi 0,23%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit
48
memiliki kadar 0,07%, kemudian turun menjadi 0,04% pada zona saprolit dan menjadi
0,01% pada zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,13%-2,61%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 0,32%-3,23% dan pada zona bedrock
memiliki kadar berkisar 0,96%-2,12%.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 12 zona limonit memiliki ketebalan 14 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
3,75 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 4,25 meter.
49
Hole Id From To Ni CaO Co MgO SiO2 Fe AL2O3 Layer
RS01-14 0,00 1,00 0,93 0,48 0,07 5,16 23,09 31,88 4,46 Limonit
RS01-14 1,00 2,00 0,91 0,32 0,07 4,76 23,83 33,56 4,67 Limonit
RS01-14 2,00 3,00 0,89 0,36 0,07 4,77 22,40 32,40 4,65 Limonit
RS01-14 3,00 4,00 0,91 0,58 0,06 4,84 28,03 27,87 4,35 Limonit
RS01-14 4,00 5,00 0,95 0,66 0,06 4,82 23,88 30,02 4,43 Limonit
RS01-14 5,00 6,00 0,94 0,94 0,06 5,45 23,83 27,55 4,45 Limonit
RS01-14 6,00 7,00 0,76 1,09 0,04 6,10 36,52 21,79 3,43 Limonit
RS01-14 7,00 8,00 0,70 0,09 0,04 2,06 45,79 21,67 2,51 Limonit
RS01-14 8,00 8,50 0,48 0,24 0,03 2,05 66,11 14,46 2,20 Limonit
RS01-14 8,50 9,00 0,14 0,49 0,00 5,13 75,23 3,64 0,74 Limonit
RS01-14 9,00 10,00 0,27 0,17 0,01 2,93 76,32 6,20 0,90 Limonit
RS01-14 10,00 10,37 0,05 0,03 0,00 1,40 84,67 2,84 0,51 Limonit
RS01-14 10,37 11,00 0,64 0,05 0,03 1,98 59,26 13,55 0,34 Limonit
RS01-14 11,00 11,70 0,11 0,10 0,00 1,73 83,22 3,96 0,56 Limonit
RS01-14 11,70 12,00 0,95 0,09 0,04 1,98 34,87 21,96 0,29 Limonit
RS01-14 12,00 12,30 1,04 0,03 0,05 1,49 36,36 25,08 0,30 Limonit
RS01-14 12,30 12,70 0,05 0,28 0,00 3,73 82,92 3,11 0,66 Limonit
RS01-14 12,70 13,00 0,48 0,12 0,03 2,68 57,27 10,75 2,20 Limonit
RS01-14 13,00 14,00 1,13 0,19 0,05 6,29 33,98 19,54 4,92 Limonit
RS01-14 14,00 15,00 1,65 1,29 0,05 5,42 20,27 27,08 4,64 Saprolit
RS01-14 15,00 16,00 1,49 1,47 0,05 6,91 21,05 24,53 2,48 Saprolit
RS01-14 16,00 17,00 2,74 1,43 0,06 4,38 20,38 30,03 1,03 Saprolit
RS01-14 17,00 17,75 1,87 2,57 0,04 8,17 24,78 22,21 0,90 Saprolit
RS01-14 17,75 18,00 0,47 2,27 0,01 30,30 37,59 7,36 1,76 Basement
RS01-14 18,00 19,00 0,50 2,36 0,01 31,31 38,57 7,41 1,98 Basement
RS01-14 19,00 20,00 0,53 2,14 0,01 28,62 36,26 7,28 1,14 Basement
RS01-14 20,00 21,00 0,60 1,59 0,01 28,61 34,95 7,17 0,85 Basement
RS01-14 21,00 22,00 0,42 1,02 0,01 30,17 34,85 7,15 0,52 Basement
Rata-Rata Limonit 0,65 0,33 0,04 3,65 48,29 18,52 2,45
Rata-Rata Saprolit 1,94 1,69 0,05 6,22 21,62 25,96 2,26
Rata-Rata Basement 0,50 1,88 0,01 29,80 36,44 7,27 1,25
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 1,4%-6,29%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 4,38%-8,17%
dan kadar tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar tertinggi 31,31% ditandai
dengan adanya mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki
kadar23%-84,67%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 20%-24% dan kadar
tertinggi berada pada zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 34,85%-38,57%. Unsur
Fe berbanding terbalik dengan unsur MgO dimana kadar terendah berada pada zona
bedrock 7,27% kemudian pada zona saprolit berkadar 22,21%-30,03% yang merupakan
hasil dari proses reduksi sebagai ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam
jumlah sedikit dan hadirnya mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit
memiliki kadar tertinggi 33,56% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur
tersebut sebagai ferri oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit.
50
Unsur Al2O3 kadar pada zona bedrock dengan kadar 1,25%, kemudian pada zona saprolit
menjadi 2,26% dan pada zona limonit kadarnya menjadi 4,67%
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,05%-1,13% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri
hidroksida yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit
kadarnya menjadi 1,65%-2,74% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona
bedrock hingga menjadi 0,42%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona
limonit memiliki kadar 0,07%, kemudian turun menjadi 0,05% pada zona saprolit dan
menjadi 0,01% pada zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,03%-1,09%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 1,29%-2,57% dan pada zona bedrock
memiliki kadar berkisar 1,02%-2,36%.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 16 zona limonit memiliki ketebalan 16,55 meter, zona saprolit memiliki
ketebalan 7,10 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 11,35 meter.
51
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 3,53%-41,88%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 12,81%-
36,92% dan kadar tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar tertinggi 49,16%
ditandai dengan adanya mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 memiliki pola yang
selaras dengan unsur MgO dimana pada zona limonit memiliki kadar 5,93%-46,99%,
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 26,72%-51,74% dan kadar tertinggi berada
pada zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 82,56%. Unsur Fe berbanding terbalik
dengan unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 5,27%-
19,28% kemudian pada zona saprolit berkadar 7,32%-23,91% yang merupakan hasil dari
proses reduksi sebagai ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah
sedikit dan hadirnya mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki
kadar tertinggi 48,39% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut
sebagai ferri oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur
Al2O3 kadar pada zona limonit, zona saprolit dan zona bedrock tidak memiliki kandungan
unsur.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,29%-1,6% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri
hidroksida yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit
kadarnya menjadi 0,42%-2,13% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona
bedrock hingga menjadi 0,27 %. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona
limonit memiliki kadar 0,08%, kemudian turun menjadi 0,04% pada zona saprolit dan
menjadi 0,01% pada zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,01%-3,76%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 0,83%-2,61% dan pada zona bedrock
memiliki kadar berkisar 0,16%-1,65%.
52
Hole Id From To Ni CaO Co MgO SiO2 Fe AL2O3 Layer
RS01-16 0,00 1,00 0,94 0,01 0,08 3,53 5,93 45,60 0,00 Limonit
RS01-16 1,00 2,00 1,04 0,01 0,07 7,12 12,40 40,48 0,00 Limonit
RS01-16 2,00 3,00 1,38 0,08 0,08 3,73 7,47 44,99 0,00 Limonit
RS01-16 3,00 4,00 1,29 0,15 0,08 4,23 8,52 45,72 0,00 Limonit
RS01-16 4,00 5,00 1,38 0,02 0,08 3,37 7,03 48,04 0,00 Limonit
RS01-16 5,00 6,00 1,45 0,03 0,08 2,72 6,19 48,11 0,00 Limonit
RS01-16 6,00 7,00 1,47 0,11 0,07 3,76 8,35 48,39 0,00 Limonit
RS01-16 7,00 8,00 1,34 0,04 0,07 3,79 8,92 48,35 0,00 Limonit
RS01-16 8,00 9,00 1,39 0,10 0,08 3,50 13,72 46,25 0,00 Limonit
RS01-16 9,00 10,00 1,58 0,25 0,07 7,51 17,88 35,70 0,00 Limonit
RS01-16 10,00 11,00 1,47 0,22 0,07 6,34 15,55 37,20 0,00 Limonit
RS01-16 11,00 11,25 1,47 0,53 0,05 10,50 21,94 29,66 0,00 Limonit
RS01-16 11,25 12,00 0,29 2,64 0,01 41,88 46,99 6,55 0,00 Limonit
RS01-16 12,00 13,00 1,23 3,73 0,03 15,07 31,85 17,48 0,00 Limonit
RS01-16 13,00 14,00 1,33 3,46 0,03 15,48 32,02 19,86 0,00 Limonit
RS01-16 14,00 15,00 1,46 3,24 0,03 13,38 33,43 19,70 0,00 Limonit
RS01-16 15,00 16,00 1,42 3,76 0,02 16,41 34,65 17,19 0,00 Limonit
RS01-16 16,00 16,55 1,60 3,60 0,02 16,11 34,42 17,16 0,00 Limonit
RS01-16 16,55 17,00 0,42 2,03 0,01 36,92 44,59 7,54 0,00 Saprolit
RS01-16 17,00 17,40 0,77 2,61 0,01 28,10 38,35 10,14 0,00 Saprolit
RS01-16 17,40 18,00 1,63 2,03 0,04 12,81 26,72 23,91 0,00 Saprolit
RS01-16 18,00 18,65 0,86 2,31 0,01 26,24 45,02 10,02 0,00 Saprolit
RS01-16 18,65 19,00 2,11 2,57 0,03 13,16 30,31 19,58 0,00 Saprolit
RS01-16 19,00 20,00 0,42 1,84 0,01 36,17 45,48 7,32 0,00 Saprolit
RS01-16 20,00 21,00 0,56 1,19 0,01 29,94 51,74 7,76 0,00 Saprolit
RS01-16 21,00 22,00 2,13 1,90 0,03 15,79 37,91 21,01 0,00 Saprolit
RS01-16 22,00 23,00 1,52 0,83 0,03 26,46 35,55 19,85 0,00 Saprolit
RS01-16 23,00 23,65 1,59 1,87 0,03 19,71 34,81 19,61 0,00 Saprolit
RS01-16 23,65 24,00 0,49 0,16 0,01 13,54 82,56 6,54 0,00 Basement
RS01-16 24,00 24,30 0,59 0,27 0,01 13,67 75,03 7,32 0,00 Basement
RS01-16 24,30 25,00 0,30 0,19 0,01 49,16 43,65 6,11 0,00 Basement
RS01-16 25,00 26,00 0,52 0,21 0,01 30,14 62,40 6,61 0,00 Basement
RS01-16 26,00 27,00 0,93 0,18 0,03 13,67 46,38 16,74 0,00 Basement
RS01-16 27,00 28,00 0,63 0,27 0,01 8,58 66,44 10,74 0,00 Basement
RS01-16 28,00 29,00 0,86 0,27 0,03 12,22 40,78 19,28 0,00 Basement
RS01-16 29,00 30,00 0,34 0,30 0,00 17,58 74,27 5,27 0,00 Basement
RS01-16 30,00 31,00 0,61 0,70 0,01 21,92 59,70 8,51 0,00 Basement
RS01-16 31,00 32,00 0,57 1,12 0,01 26,39 52,01 9,07 0,00 Basement
RS01-16 32,00 33,00 0,27 1,65 0,01 43,55 51,15 6,64 0,00 Basement
RS01-16 33,00 34,00 0,27 1,46 0,01 43,84 50,22 6,48 0,00 Basement
RS01-16 34,00 35,00 0,28 1,38 0,01 43,08 48,19 6,55 0,00 Basement
Rata-Rata Limonit 1,31 1,22 0,06 9,91 19,29 34,25 0,00
Rata-Rata Saprolit 1,20 1,92 0,02 24,53 39,05 14,67 0,00
Rata-Rata Basement 0,51 0,63 0,01 25,95 57,91 8,91 0,00
53
G. Geokimia Titik Bor RS-19
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 19 zona limonit memiliki ketebalan 12 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
4,75 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 19,25 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 1,81%-6,06%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 2,94%-
11,58% dan kadar tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar tertinggi 41,14%
ditandai dengan adanya mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit
memiliki kadar 13,55%-86,54%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 22,06%-
37,36% dan kadar tertinggi berada pada zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi
82,04%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan unsur MgO dan SiO2 dimana kadar
terendah berada pada zona bedrock 3,76%-21% kemudian pada zona saprolit berkadar
15,9%-28,74% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai ferro oksida sehingga
membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya mineral serpentin, olivin,
piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi 38,70% yang merupakan hasil
dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri oksihidroksida sehingga membentuk
54
mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada zona bedrock dengan kadar 0,61%-
6,03%, kemudian pada zona saprolit menjadi 1,1%-4,14 dan pada zona limonit kadarnya
menjadi 5,47%
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,04%-1,13% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri
55
hidroksida yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit
kadarnya menjadi 1,13%-1,75% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona
bedrock hingga menjadi 0,11%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona
limonit memiliki kadar 0,09%, kemudian turun menjadi 0,05% pada zona saprolit dan
menjadi 0,01% pada zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,03%-1,04%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 0,23%-1,5% dan pada zona bedrock
memiliki kadar berkisar 0,04%-2,8%.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 22 zona limonit memiliki ketebalan 11 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
3,52 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 5,48 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 1,24%-4,68%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 3,6%-10,66%
dan kadar tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar tertinggi 34,39% ditandai
dengan adanya mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar
7,57%-36,21%, kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 18,19%-60,30% dan kadar
56
tertinggi berada pada zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 90,70%. Unsur Fe
berbanding terbalik dengan unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona
bedrock 5,34% kemudian pada zona saprolit berkadar 20,96% yang merupakan hasil dari
proses reduksi sebagai ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah
sedikit dan hadirnya mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki
kadar tertinggi 38,33% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut
sebagai ferri oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur
Al2O3 kadar pada zona bedrock dengan kadar 0,85%, kemudian pada zona saprolit
menjadi 0,46%-4,01% dan pada zona limonit kadarnya menjadi 5,8%
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,87%-1,39% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri
hidroksida yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit
kadarnya menjadi 1,14%-1,80% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona
bedrock hingga menjadi 0,21%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona
limonit memiliki kadar 0,08%, kemudian turun menjadi 0,07% pada zona saprolit dan
57
menjadi 0,01% pada zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,04%-0,71%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 0,04%-1,74% dan pada zona bedrock
memiliki kadar berkisar 0,05%-0,85%.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 27 zona limonit memiliki ketebalan 4 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
7,6 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 15,4 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 1,5 kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 8,76% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar tertinggi 30,72% ditandai dengan
adanya mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 4,16%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 22,58%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 41,66%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 9,05% kemudian
pada zona saprolit berkadar 27% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai ferro
oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya mineral
58
serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi 52,22% yang
merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri oksihidroksida
sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada zona bedrock
dengan kadar 1%, kemudian pada zona saprolit menjadi 1,63% dan pada zona limonit
kadarnya menjadi 4,87%
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,19% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 1,6 % dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga menjadi
0,25%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki kadar
59
0,1%, kemudian turun menjadi 0,06% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada zona
bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,01% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,37% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 1,17%.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 38 zona limonit memiliki ketebalan 17 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
2,55 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 4,45 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 7,93% kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 21% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 10,75% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 20,29%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 42,06%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 78%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 4,7% kemudian
pada zona saprolit berkadar 12,05% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai
ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya
60
mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi
32,62% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri
oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada
zona bedrock dengan kadar 1,14%, kemudian pada zona saprolit menjadi 2,58% dan pada
zona limonit kadarnya menjadi 5,05%.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,13% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 1,23 % dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,34%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,11%, kemudian turun menjadi 0,04% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada
61
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 1,02% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 2,1% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,26%.
62
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 46 zona limonit memiliki ketebalan 7 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
10,43 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 5,57 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 2% kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 10,72% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 26,6% ditandai dengan adanya mineral
olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 3,96% kemudian pada
zona saprolit memiliki kadar 37,14%, dan kadar tertinggi berada pada zona bedrock yaitu
dengan kadar tertinggi 44,62%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan unsur MgO dan
SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 10,85% kemudian pada zona
saprolit berkadar 23,05% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai ferro oksida
sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya mineral
serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi 47,78% yang
merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri oksihidroksida
sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada zona bedrock
dengan kadar 1,71%, kemudian pada zona saprolit menjadi 2,57% dan pada zona limonit
kadarnya menjadi 6,16%.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,29% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 1,52 % dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,67%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,11%, kemudian turun menjadi 0,05% pada zona saprolit dan menjadi 0,02% pada
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,04% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,83% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 1,53%.
63
L. Titik Bor 53
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
64
titik bor 53 zona limonit memiliki ketebalan 1 meter, zona saprolit memiliki ketebalan 6
meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 10 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 6,4% kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 20,78% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 38,03% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 14,29%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 41,04%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 46,4%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 7,59% kemudian
pada zona saprolit berkadar 17,87% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai
ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya
mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi
40,15% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri
oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada
zona limonit, zona saprolit dan zona bedrock tidak memiliki unsur
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,02% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 1,54 % dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,65%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,08%, kemudian turun menjadi 0,03% pada zona saprolit dan menjadi 0,02% pada
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,23% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,96% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,16%.
65
M. Geokimia Titik Bor RS-56
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 56 zona limonit memiliki ketebalan 7 meter, zona saprolit memiliki ketebalan 19
meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 13 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 1,28% kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 5,27% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 6,97% ditandai dengan adanya mineral
olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 2,65% kemudian pada
zona saprolit memiliki kadar 21,90%, dan kadar tertinggi berada pada zona bedrock yaitu
dengan kadar tertinggi 40,78%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan unsur MgO dan
SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 6,60% kemudian pada zona
saprolit berkadar 29,52% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai ferro oksida
sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya mineral
serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi 44,90% yang
merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri oksihidroksida
sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada zona bedrock
66
dengan kadar 5,78%, kemudian pada zona saprolit menjadi 2,59% dan pada zona limonit
kadarnya menjadi 0,61%.
Hole Id From To Ni CaO Co MgO SiO2 Fe AL2O3 Layer
RS01-56 0,00 1,00 0,77 0,01 0,07 0,73 1,77 43,96 5,01 Limonit
RS01-56 1,00 2,00 0,93 0,01 0,09 0,69 1,32 44,22 5,22 Limonit
RS01-56 2,00 3,00 0,95 0,01 0,07 0,95 1,33 44,35 4,71 Limonit
RS01-56 3,00 4,00 1,08 0,01 0,07 0,62 1,52 46,48 4,48 Limonit
RS01-56 4,00 5,00 1,09 0,01 0,10 1,34 2,88 45,62 6,38 Limonit
RS01-56 5,00 6,00 1,17 0,01 0,08 1,95 3,29 47,15 6,81 Limonit
RS01-56 6,00 7,00 1,19 0,01 0,08 2,67 6,42 42,54 7,87 Limonit
RS01-56 7,00 8,00 1,44 0,01 0,07 2,60 5,64 44,01 6,92 Saprolit
RS01-56 8,00 9,00 1,47 0,01 0,09 4,25 9,35 45,64 5,27 Saprolit
RS01-56 9,00 10,00 1,50 0,01 0,10 1,34 3,40 45,24 6,03 Saprolit
RS01-56 10,00 11,00 1,54 0,01 0,10 0,50 2,58 45,30 6,23 Saprolit
RS01-56 11,00 12,00 1,49 0,02 0,08 4,59 11,39 41,50 3,44 Saprolit
RS01-56 12,00 13,00 1,41 0,01 0,10 1,79 5,08 44,62 4,29 Saprolit
RS01-56 13,00 14,00 1,70 0,01 0,09 1,55 6,29 46,33 1,83 Saprolit
RS01-56 14,00 15,00 1,48 0,01 0,08 2,22 6,79 51,85 0,96 Saprolit
RS01-56 15,00 16,00 1,50 0,02 0,08 1,39 14,87 42,26 0,92 Saprolit
RS01-56 16,00 17,00 1,64 0,01 0,09 0,69 13,12 48,46 0,48 Saprolit
RS01-56 17,00 18,00 1,23 0,01 0,06 1,16 39,01 30,84 0,72 Saprolit
RS01-56 18,00 19,00 1,39 0,84 0,06 6,07 24,05 29,49 3,69 Saprolit
RS01-56 19,00 20,00 1,22 1,48 0,04 7,71 31,84 21,30 2,41 Saprolit
RS01-56 20,00 20,74 0,83 1,79 0,02 19,18 38,50 10,51 2,31 Saprolit
RS01-56 20,74 21,00 0,99 1,02 0,02 11,20 45,78 12,38 2,02 Saprolit
RS01-56 21,00 22,00 1,10 1,50 0,02 13,12 47,31 11,43 1,91 Saprolit
RS01-56 22,00 23,00 1,57 2,29 0,03 13,55 34,80 15,63 3,44 Saprolit
RS01-56 23,00 23,45 2,16 1,52 0,03 6,38 18,55 17,45 1,58 Saprolit
RS01-56 23,45 24,00 0,61 0,23 0,01 2,57 43,81 7,27 0,29 Saprolit
RS01-56 24,00 25,00 3,31 1,53 0,04 5,44 18,11 18,76 1,28 Saprolit
RS01-56 25,00 25,80 5,09 1,14 0,03 4,67 25,89 12,15 0,85 Saprolit
RS01-56 25,80 26,00 5,50 0,36 0,01 3,87 35,74 7,02 0,19 Saprolit
RS01-56 26,00 27,00 1,22 0,02 0,00 2,26 52,86 4,24 0,11 Basement
RS01-56 27,00 27,45 2,42 0,19 0,01 2,53 40,91 5,16 0,28 Basement
RS01-56 27,45 27,85 3,36 0,90 0,03 4,61 27,31 13,05 0,56 Basement
RS01-56 27,85 28,00 1,56 0,19 0,00 2,46 51,30 4,27 0,31 Basement
RS01-56 28,00 29,00 0,42 0,08 0,00 2,34 50,82 3,75 0,17 Basement
RS01-56 29,00 30,00 0,11 0,03 0,00 1,70 59,00 2,36 0,22 Basement
RS01-56 30,00 31,00 0,17 0,08 0,00 1,90 49,02 2,89 0,13 Basement
RS01-56 31,00 32,00 0,22 0,08 0,00 2,46 59,82 2,50 0,24 Basement
RS01-56 32,00 33,00 0,24 0,03 0,00 1,75 50,18 2,46 0,11 Basement
RS01-56 33,00 33,63 0,22 0,20 0,01 1,81 44,37 5,68 0,45 Basement
RS01-56 33,63 34,00 0,83 1,35 0,03 5,08 26,22 13,93 1,64 Basement
RS01-56 34,00 35,00 0,84 1,17 0,03 4,33 23,32 16,98 1,67 Basement
RS01-56 35,00 36,00 0,96 1,00 0,02 10,45 27,94 8,85 0,99 Basement
RS01-56 36,00 37,00 0,35 1,65 0,01 19,55 23,43 7,01 0,80 Basement
RS01-56 37,00 38,00 0,19 0,89 0,01 17,12 27,13 5,58 0,29 Basement
RS01-56 38,00 39,00 0,28 1,62 0,01 31,16 38,77 6,86 1,82 Basement
Rata-Rata Limonit 1,03 0,01 0,08 1,28 2,65 44,90 5,78
Rata-Rata Saprolit 1,83 0,63 0,06 5,27 21,90 29,52 2,59
Rata-Rata Basement 0,84 0,59 0,01 6,97 40,78 6,60 0,61
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,03% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
67
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 1,83 % dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,84%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,08%, kemudian turun menjadi 0,06% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,01% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,63% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,59 %.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 70 zona limonit memiliki ketebalan 3 meter, zona saprolit memiliki ketebalan 11
meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 12 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 4,78% kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 26,52% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 32,15% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 35,03%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 40,70%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 46,92%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
68
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 6,93% kemudian
pada zona saprolit berkadar 13,10% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai
ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya
mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi
28,77% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri
oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada
zona bedrock dengan kadar 1,04%, kemudian pada zona saprolit menjadi 1,14% dan pada
zona limonit kadarnya menjadi 3,47%.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,13% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
69
menjadi 2,08 % dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,3%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,06%, kemudian turun menjadi 0,03% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,18% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,36% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,45%.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 73 zona limonit memiliki ketebalan 3 meter, zona saprolit memiliki ketebalan 2
meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 12 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 3,67 % kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 20,80% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 36,29% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 11,94%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 38,89%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 44,29%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 6,61% kemudian
pada zona saprolit berkadar 16,72% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai
70
ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya
mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi
41,99% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri
oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada
zona bedrock dengan kadar 0,56%, kemudian pada zona saprolit menjadi 1,90% dan pada
zona limonit kadarnya menjadi 7.05%.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,82% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 1,79% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,48%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,09%, kemudian turun menjadi 0,04% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,25% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,46% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,24%.
71
P. Geokimia Titik Bor RS-76
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 76 zona limonit memiliki ketebalan 15 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
2,74 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 11,26 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 12,16 % kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 18,90% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 32,75% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 42,82%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 48,28%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 53,01%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 7,86% kemudian
pada zona saprolit berkadar 12,96% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai
ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya
mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi
19,35% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri
oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada
72
zona bedrock dengan kadar 1,11%, kemudian pada zona saprolit menjadi 1,76% dan pada
zona limonit kadarnya menjadi 2,73%.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
0,85% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 0,83% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,38%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,04%, kemudian turun menjadi 0,02% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada
73
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,47% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,1,06% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,64%.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 79 zona limonit memiliki ketebalan 1,45 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
8,55 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 14 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 5,39 % kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 16,33% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 25,75% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 14,83%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 32,21%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 36,19%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 6,98% kemudian
pada zona saprolit berkadar 18% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai ferro
oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya mineral
serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi 37,02% yang
74
merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri oksihidroksida
sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada zona bedrock
dengan kadar 0,95%, kemudian pada zona saprolit menjadi 2,59% dan pada zona limonit
kadarnya menjadi 5,81%.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,58% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 2,05% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,4%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,08%, kemudian turun menjadi 0,04% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,3% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,53% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,62%.
75
R. Geokimia Titik Bor RS-84
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 84 zona limonit memiliki ketebalan 3 meter, zona saprolit memiliki ketebalan 5
meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 10 meter.
76
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 11,92 % kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 13,05% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 34,83% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 24,37%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 27%, dan kadar tertinggi berada pada zona
bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 44,13%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan unsur
MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 7,78% kemudian pada
zona saprolit berkadar 16,58% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai ferro
oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya mineral
serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi 36,47% yang
merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri oksihidroksida
sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada zona bedrock
dengan kadar 0,97%, kemudian pada zona saprolit menjadi 2,97% dan pada zona limonit
kadarnya menjadi 3,04%.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,86% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 1,99% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 1,01%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,47%, kemudian turun menjadi 0,39% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,93% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,96% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,48%.
77
S. Titik Bor 88
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 88 zona limonit memiliki ketebalan 3,45 meter, zona saprolit memiliki ketebalan
12,55 meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 19 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 3,77 % kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 26,37% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 31,50% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 18,66%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 38,96%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 43,26%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 9,14% kemudian
pada zona saprolit berkadar 12,55% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai
ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya
mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi
38,82% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri
oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada
78
zona bedrock dengan kadar 1,16 %, kemudian pada zona saprolit menjadi 1,09% dan
pada zona limonit kadarnya menjadi 3,11%.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar 1,10
% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida yang
terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya menjadi
79
2,13% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga menjadi 0,49%.
Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki kadar 0,08%,
kemudian turun menjadi 0,04% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada zona bedrock.
Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,03% kemudian pada zona saprolit memiliki
kadar 0,44% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,24%.
Terlihat pada gambar terdapat informasi mengenai profil unsur geokimia dan
pembagian profil laterit, serta pembagian unsur minor dan unsur mayor. Terlihat pada
titik bor 97 zona limonit memiliki ketebalan 2 meter, zona saprolit memiliki ketebalan 9
meter dan zona bedrock memiliki ketebalan 10 meter.
Berdasarkan data geokimia pada unsur mayor, unsur MgO pada zona limonit
memiliki kadar 10,13 % kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 22,11% dan kadar
tertinggi berada pada zona berdrock dengan kadar 32,03% ditandai dengan adanya
mineral olivin dan piroksen. Unsur SiO2 pada zona limonit memiliki kadar 21,54%
kemudian pada zona saprolit memiliki kadar 37,20%, dan kadar tertinggi berada pada
zona bedrock yaitu dengan kadar tertinggi 43,99%. Unsur Fe berbanding terbalik dengan
unsur MgO dan SiO2 dimana kadar terendah berada pada zona bedrock 9,45% kemudian
80
pada zona saprolit berkadar 14,69% yang merupakan hasil dari proses reduksi sebagai
ferro oksida sehingga membentuk mineral kromit dalam jumlah sedikit dan hadirnya
mineral serpentin, olivin, piroksen dan pada zona limonit memiliki kadar tertinggi
29,61% yang merupakan hasil dari proses oksidasi pada unsur tersebut sebagai ferri
oksihidroksida sehingga membentuk mineral goethit dan limonit. Unsur Al2O3 kadar pada
zona limonit, zona saprolit dan zona bedrock tidak memiliki kadar.
Berdasarkan data geokimia unsur minor, unsur Ni pada limonit memiliki kadar
1,44% hal ini merupakan hasil dari subtitusi unsur nikel hidroksida dan ferri hidroksida
yang terdapat pada mineral geothit dan limonit, kemudian pada zona saprolit kadarnya
menjadi 2,31% dan mengalami penurunan cukup besar pada zona bedrock hingga
menjadi 0,86%. Unsur Co yang membentuk mineral cobalt pada zona limonit memiliki
kadar 0,05%, kemudian turun menjadi 0,02% pada zona saprolit dan menjadi 0,01% pada
zona bedrock. Unsur CaO pada zona limonit berkisar 0,70% kemudian pada zona saprolit
memiliki kadar 0,34% dan pada zona bedrock memiliki kadar berkisar 0,31%.
81
6.3 KORELASI PROFIL GEOKIMIA TITIK BOR DAERAH PENELITIAN
Peneliti mengolah data dan dibuat penampang yang mengkorelasikan zona laterit
antar titik bor untuk melihat perkembangan zona laterit pada daerah penelitian. Terlihat
pada Gambar 6.23. pada penampang A-A’ terlihat pada topografi rendah perkembangan
zona saprolit mengalami kesulitan dimana pada titik bor RS-08 dan titik bor RS-28 tidak
ditemukan adanya zona saprolit namun ketika topografi mulai naik zona saprolit mulai
terlihat dan semakin naik, ketebalan zona saprolit semakin tebal bisa dilihat pada titik bor
RS-38 sampai pada titik bor RS-98. Pada Gambar 6.24 penampang B-B’
memperlihatkan pada zona limonit dan zona saprolit berkembang secara baik dikarenakan
faktor topografi yang mengalami kenaikan ketinggian tidak terlalu besar dibanding
sayatan A-A’, sehingga air dapat terpenetrasi secara baik kedalam batuan dan memecah
unsur-unsur pada batuan tersebut sehingga proses laterisasi berjalan dengan baik dan
didapatkan zona laterit yang lengkap.
Indeks Sayatan
82
Gambar 6.23 Penampang korelasi antar titik bor
Persentase kehadiran mineral olivin, piroksen, dan serpentin pada batuan dasar
mempengaruhi karakteristik endapan nikel laterit. Batuan Peridotit menghasilkan
karakteristik fisik laterit yang cenderung coklat kekuningan dan coklat kemerahan
akibat pelepasan unsur Fe dan pelapukan mineral olivin menjadi goethit maupun
limonit.
Karakteristik laterit yang bernilai ekonomis pada daerah telitian dikontrol oleh
topografi dimana semakin curam ketebalan dari zona saprolitnya semakin
meningkat
83
Karakteristik laterit daerah telitian berupa Unserpentinised Type (Ahmad, 2008)
yang memiliki karakteristik laterit berkembang dari batuan asal yang tidak
terserpentinisasi sehingga pelapukan batuan sulit terjadi (hanya dibantu oleh
rekahan – rekahan) dan membentuk laterit dengan banyaknya bongkah – bongkah.
Unserpentinised Type Sorowako (Gambar 6. 25) dimana laterit yang
berkembang berupa limonite ore yang tebal dengan zona saprolit yang memiliki
banyak bongkah serta terdapat iron cap atau ferricrete dibeberapa tempat
mencirikan Unserpentinised Type .
84
yang merupakan penciri tipe endapan nikel laterit hydrous Mg silicate menurut
Butt & Cluzel (2013))
Gambar 6.26 Zona limonit kehadiran mineral Hematit, Geothit dan Limonit (A). Mineral Garnierit pada
zona Saprolit (B)
85
BAB 7
Basis data yang digunakan adalah data hasil analisis laboratorium inti bor dari
kegiatan eksplorasi. Data tersebut terdiri dari koordinat lubang bor (easting, northing,
elevation), kedalaman lubang bor, interval kedalaman lubang bor (depth from-depth to),
kadar Ni tiap interval, dan litologi.
Selanjutnya adalah melakukan pengecekan dan koreksi data untuk memastikan data
tersebut dalam keadaan valid, dan reliable (dapat diandalkan). Pengecekan data meliputi
pemeriksaan keseluruhan data survey, assay, collar, dan geologi. Jumlah lubang bor
adalah sebanyak 100 lubang bor eksplorasi dan 2568 data assay. Peta sebaran titik bor
dapat dilihat pada Gambar. Koreksi data dilakukan menggunakan aplikasi Surpac 6.6.2
dan Microsoft Excel 2013 untuk mengolah data dan memastikan data tersebut dapat
dikatakan valid dan reliable.
C. Analisa Statistik
Analisis statistik dilakukan terhadap data assay dan komposit. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui bentuk distribusi data yang digunakan. Hasil analisis statistik ini akan
digunakan untuk analisis terhadap teknik estimasi. Hasil statistik dilihat pada tabel 4.1.
86
Assay Komposit
Parameter
Limonit Saprolit Limonit Saprolit
Minimum Value 0,89 0,27 0,07 0,159
Maximum Value 1,75 5,09 2,23 4,07
N (jumlah data) 1036 436 883 386
Mean 0,98 1,73 0,99 1,67
Variance 0,12 0,25 0,09 0,26
Standard
0,35 0,51 0,32 0,51
Deviation
Coeff. Of
0,36 0,29 0,32 0,31
Variation
Median 1,02 1,67 1,02 1,62
Skewness 0,07 0,49 0,13 0,35
Kurtosis 0,49 1,97 0,38 2,13
Tabel 7.1 Analisa Statistik
D. Validasi Silang
Parameter statistik regresi linier adalah perpotongan garis regresi dengan sumbu Y
(Y-intercept), kesalahan baku estimasi disingkat RMSE (root mean square error),
kemiringan garis regresi (slope) dan koefisien korelasi disingkat R (correlation
coefficient).
87
Gambar 7.1 Scatter Plot Limonit
Diagram scatter plot hasil estimasi Inverse Distance Weight dengan data komposit
diatas menunjukan bahwa diperoleh nilai perpotongan garis regresi dengan sumbu Y pada
zone limonit sebesar 0,15 dan pada zone saprolit sebesar 0,49. Nilai RMSE zone limonit
0,6 dan zone saprolit 0,9.
88
E. Model Topografi
89
G. Block Model Sumberdaya Nikel
Block model diperoleh dari badan bijih (ore body) berupa blok 3 dimensi. Block model
harus dibuat melingkupi seluruh domain bijih yang telah dibuat berdasarkan data bor dan
topografi sebelumnya. Tabel 4.2 akan menunjukan ukuran kerangka block model. Jarak
lubang bor eksplorasi adalah 50 meter. Menurut Hustrulid & Kutcha, (1995) ukuran
minimum blok tidak kurang dari ¼ jarak rata-rata lubang bor. Jadi ukuran blok yang
digunakan adalah ¼ dari 50 meter yaitu 12,5 x 12,5 x 1 meter.
Koordinat Ukuran
Arah Minimal Maksimal Blok
East 273193.000 273643.000 12,5
North 9601396.000 9601846.000 12,5
Elevation 105.253 237.497 1
Tabel 7.3 Kordinat Block Model
90
Estimasi sumberdaya nikel laterit menggunakan metoede Inverse Distance
Weighted (IDW) dilakukan pada masing-masing zone limonit dan saprolit menggunakan
data komposit, trial and error dengan mengambil nilai RMSE terkecil. Hasil estimasi IDW
disajikan dalam model blok pada gambar untuk zone limonit dan gambar untuk zone
saprolit
91
Sumberdaya Ni Saprolit
Rata-rata kadar
Kadar (%) Volume Tonase
(%)
(m3) (ton)
0,0 – 1,0 305.156 503.508 0,93
1,0 - 1,45 448.320 739.729 1,31
1,45 – 1,9 3.910 6.450 1,62
> 1,9 0 0 0
Total 757.386 1.249.687 1,29
Tabel 7.4 Tabulasi jumlah sumberdaya Ni teknik IDW pada zone limonit
Sumberdaya Ni Saprolit
Rata-rata kadar
Kadar (%) Volume Tonase
(%)
(m3) (ton)
0,0 – 1,0 254.375 419.719 0,86
1,0 - 1,45 975.820 1.610.104 1,23
1,45 – 1,9 338.047 557.777 1,61
> 1,9 57.070 94.166 2,04
Total 1.625.313 2.861.766 1,44
Tabel 7.5 Tabulasi jumlah sumberdaya Ni teknik IDW pada zone saprolit
Estimasi sumberdaya Ni menggunakan IDW dengan cutt of grade (densitas) 1,65
pada zona limonit pada kadar 0%-1% mengasilkan volume sebesar 305.156 m3 dan tonase
sebesar 503.508 ton dengan rata-rata kadar 0,93%. Kadar 1%-1,45% mengasilkan volume
sebesar 448.320 m3 dan tonase sebesar 739.729 ton dengan rata-rata kadar 1,31%. Kadar
1,45%-1,9% mengasilkan volume sebesar 3.910 m3 dan tonase sebesar 6.450 ton dengan
rata-rata kadar 1,62%. Jumlah sumberdaya Ni yaitu 757.386 m3 dan tonase 1.249.687 ton
dengan rata-rata kadar 1,29%
Estimasi sumberdaya Ni menggunakan IDW dengan cutt of grade (densitas) 1,65
pada zona Saprolit pada kadar 0%-1% mengasilkan volume sebesar 254.375 m3 dan
tonase sebesar 419.719 ton dengan rata-rata kadar 0,86%. Kadar 1%-1,45% mengasilkan
volume sebesar 975.820m3 dan tonase sebesar 1.610.104 ton dengan rata-rata kadar
1,23%. Kadar 1,45%-1,9% mengasilkan volume sebesar 338.047 m3 dan tonase sebesar
92
557.777 ton dengan rata-rata kadar 1,61%. >1,9% mengasilkan volume sebesar 57.070
m3 dan tonase sebesar 94.166 ton dengan rata-rata kadar 2,04%. Jumlah sumberdaya Ni
yaitu 1.625.313 m3 dan tonase 2.861.766 ton dengan rata-rata kadar 1,44%.
93
BAB 8
PENUTUP
8.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada daerah penelitian yang merupakan blok muna ditemukan satuan bentuk asal
struktural berupa perbukitan rendah (S1).
2. Pada daerah penelitian yang merupakan blok muna ditemukan batuan berupa
peridotit dimana batuan ini terbagi menjadi batuan yang tersepentinisasi rendah
dan tersepentinisasi sedang.
3. Zonasi nikel laterit pada daerah penelitian berupa zona limonit, zona smectite,
zona saprolit dan zona bedrock.
4. Berdasarkan data profil titik bor menunjukan tebal atau tipisnya zona limonit dan
zona saprolit dibuktikan oleh faktor pengontrol laterisasi berupa mineralogi,
batuan dasar, iklim, topografi. Berdasarkan faktor mineraloginya di daerah telitian
didominasi oleh mineral olivin dan piroksen pada batuan dasarnya, dimana
mineral olivin dan piroksen merupakan mineral pembawa bijih nikel yang
nantinya terlapukan dan terakumulasi sebagai mineral goethit maupun limonit
pada zona limonit dan mineral garnierit, serpentin, kromit pada zona saprolit.
Batuan dasar pada daerah telitian didominasi oleh batuan peridotit dimana batuan
peridotit merupakan batuan beku ultramafik pembawa bijih nikel. Daerah
penelitian merupakan daerah dengan iklim yang lembab basah (wet humid
climate) sehingga air berperan penting untuk proses laterisasi. Terlihat pada
topografi yang landai-agak miring, karakteristik laterit pada daerah telitian
membentuk zona limonit dan saprolit yang tebal, sedangkan pada topografi yang
relatif tidak terlalu curam memiliki zona nikel laterit yang lengkap.
5. Berdasarkan mineralogi batuan dasarnya karakteristik laterit pada daerah telitian
memiliki karakteristik Unserpentinised Type dimana pada batuan dasar memiliki
tingkat serpentinisasi yang rendah – sangat rendah ditandai mineral serpentin yang
sedikit pada batuan peridotit-harzburgit serta laterit yang berkembang berupa
94
limonite ore yang tebal dengan zona saprolit yang memiliki banyak bongkah serta
terdapat iron cap atau ferricrete. Berdasarkan mineralogi zona lateritnya
karakteristik endapan nikel laterit pada daerah penelitian termasuk kedalam tipe
endapan nikel laterit oxide dan hydrous Mg silicate. Tipe endapan nikel laterit
oxide dicirikan hadirnya mineral oxide berupa hematit, maghemit, kobalt,
magenit, mangan, goethit, dan limonit serta kadar Ni yang ekonomis pada zona
limonit merupakan penciri tipe endapan nikel laterit oxide. Tipe endapan nikel
laterit hydrous Mg silicate dicirikan mineral garnierit serta kadar Ni yang
ekonomis pada zona saprolit merupakan penciri tipe endapan nikel laterit hydrous
Mg silicate.
6. Basis data yang digunakan adalah data hasil analisis laboratorium inti bor dari
kegiatan eksplorasi. Selanjutnya adalah melakukan pengecekan dan koreksi data
untuk memastikan data tersebut dalam keadaan valid, dan reliable (dapat
diandalkan). Pengecekan data meliputi pemeriksaan keseluruhan data survey,
assay, collar, dan geologi. Jumlah lubang bor adalah sebanyak 100 lubang bor
eksplorasi dan 2568 data assay.
7. Analisis statistik dilakukan terhadap data assay dan komposit. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk distribusi data yang digunakan. Hasil analisis
statistik ini akan digunakan untuk analisis terhadap teknik estimasi.
8. Block model diperoleh dari badan bijih berupa blok 3 dimensi. Ukuran block
model yang digunakan adalah ¼ dari jarak antar titik bor yaitu 12,5m x 12,5m x
1m
9. Penaksiran sumberdaya nikel pada zona limonit kadar 0%-1% mengasilkan
sumberdaya sebesar 503.508 ton, kadar 1%-1,45% mengasilkan sumberdaya
sebesar 739.729 ton, kadar 1,45%-1,9% menghasilkan sumberdaya sebesar 6.450
ton. Jumlah sumberdaya Ni 1.249.687 ton dengan rata-rata kadar 1,29%.
10. Penaksiran sumberdaya nikel pada zona saprolit kadar 0%-1% mengasilkan
sumberdaya sebesar 419.719 ton, kadar 1%-1,45% mengasilkan sumberdaya
sebesar 1.610.104 ton, kadar 1,45%-1,9% mengasilkan sumberdaya sebesar
557.777 ton, kadar >1,9% mengasilkan sumberdaya sebesar 94.166 ton dengan
95
rata-rata kadar 2,04%. Jumlah sumberdaya Ni yaitu 2.861.766 ton dengan rata-
rata kadar 1,44%.
7.2 SARAN
Beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya analisis mengenai densitas dari tiap-tiap kedalaman lubang bor, hal
ini agar dapat diketahui pengaruh densitas terhadap kadar Ni.
2. Sebelum melakukan penaksiran sumberdaya perlu adanya penelitian mengenai
zonasi profil endapan nikel laterit yang lebih akurat agar menghasilkan model
sumberdaya yang mirip di lokasi penelitian.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, W. (2008). Nickel Laterite: Fundamentals Of Chemistry, Mineralogy
Weathering Processes, Formation And Exploration. Vale Inco - VITSL.
Djauhari Noor, 2017. Perhitungan Cadangan Nikel Dengan Metoda Area Of Influence
Derah Uko-Uko, Kecamatan Pomalaa,Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi
Tenggara, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
Bogor.
Lediyantje, L., Iwan, S., dan Andrie,A. 2019. PROFIL ENDAPAN NIKEL LATERIT DI
DAERAH PALANGGA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI.
Raivel, R., Firman, F., 2020. Karakteristik Endapan Nikel Laterit di Bawah Molasa
Sulawesi Daerah Tinanggea, Sulawesi Tenggara, Jurnal GEOMining Vol. 1. No. 1
h. 25-3
97
Rima Mustika, Sri Widodo, Nurliah Jafar. 2015. ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL
LATERIT DENGAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTING (IDW)
PADA PT. VALE INDONESIA, Tbk. KECAMATAN NUHA PROVINSI
SULAWESI SELATAN. Pertambangan, Universitas Muhammadiyah Indonesia,
Universitas Hassanudin.
Surono. 2010. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi. Publikasi Khusus, Badan Geologi,
KESDM, 161h.
T.O. Simandjuntak, Surono dan Sukido. Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi. 1993.
Zufialdi Zakaria, Sidarto. 2015. Aktifitas Tektonik di Sulawesi dan Sekitarnya Sejak
Mesozoikum Hingga Kini Sebagai Akibat Interaksi Aktifitas Tektonik Lempeng
Tektonik Utama di Sekitarnya. Geologi, Universitas Padjajaran.
98