Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN EKSPLORASI

IUP PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA

DESA BAHORURU DAN SAKITA, KECAMATAN BUNGKU TENGAH


KABUPATEN MOROWALI TENGAH, PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH :
FRITZWEL TANDE PADANG
ENOS PAEMBONAN

BUNGKU, FEBRUARI 2021


1. RINGKASAN
Sesuai dengan permintaan untuk melakukan konfirmasi potensi endapan nikel
laterit di area IUP PT. Mineral Morowali Indonesia, telah dilakukan evaluasi
cepat dari hasil survey lapangan. dilakukan berdasarkan hasil dari pemetaan
geologi (mapping) di lapangan yang mengacu pada data geologi regional dan
bentang alam yang memungkinkan terbentuknya nikel laterite.

1.1. Kepemilikan
Area IUP PT. Mineral Morowali Indonesia terletak di Desa Bahoruru dan Sakita
Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali. dengan rincian :
IUP Operasi Produksi 188.4.45 / KEP.0262 / DESDM / 2014. luas area 154
Ha berdasarkan SK Bupati Morowali Provinsi Sulawesi Tengah, tanggal 04
Desember 2014.

1.2. Strategi Eksplorasi


Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan eksplorasi ini adalah pemetaan geologi
Pengamatan Lapangan. Pemetaan geologi bertujuan untuk mengetahui kondisi
geologi lokal serta penyebaran nikel laterit yang berkembang pada area IUP PT.
MINERAL MOROWALI INDONESIA. Kegiatan ini berupa identifikasi satuan
batuan atau strata geologi yang tersingkap di permukaan serta identifikasi bentuk
bentang alam, sebaran batuan ultramafik dan sebaran laterit pada daerah penelitian.

1.3. Gambaran Umum


Dari area IUP PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA yang di prospeksi,
diperoleh Indikasi potensi nikel yang terpetakan dari permukaan topografi zona
Ultrabasa seluas ± 100 Ha, dan zona Batugamping seluas ± 50 Ha, dimana
semuanya masuk dalam Areal Pengguna Lain (APL.

2. PENDAHULUAN
Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan teknologi, sebagai salah satu negara
yang memiliki sumber daya yang paling melimpah, Indonesia dikenal merupakan

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 1


pemain utama dalam pertambangan. Salah satunya adalah nikel, dimana Indonesia
merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Sebagian besar nikel di
Indonesia bersumber dari Pulau Sulawesi. Salah satu daerah yang memiliki
prospek keberadaan nikel yaitu di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya di
Kabupaten Morowali Utara. Penyebaran batuan ultramafik yang ada di
Morowali Utara, termasuk didalamnya daerah IUP PT. MINERAL
MOROWALI INDONESIA menjadikan daerah ini indikasi untuk adanya
sebaran bahan galian nikel. Untuk mengetahui potensi sebaran nikel pada
daerah ini maka perlu diadakan eksplorasi pendahuluan

2.1. Kerangka Acuan


Laporan ini adalah merupakan laporan hasil pemetaan geologi, yang mencakup
kondisi geologi lokal daerah penelitian serta potensi nikel laterit yang berkembang
di area IUP PT. Mineral Morowali Indonesia. Isi laporan ini membahas geomorfolgi
lokal, geologi lokal, serta potensi laterisasi pada daerah penelitian yang
merupakan hasil evaluasi dengan menggabungkan data studi literatur, hasil
kegiatan lapangan, serta interpertasi geologi pada daerah penelitian.

2.2. Dasar Opini


Pendapat dan komentar yang disajikan dalam laporan ini didasarkan pada
program kerja sebagai berikut:
3 – 9 Januari 2018:
Desktop review yang merupakan study literature yang mencakup kondisi geologi
umum, kehutanan, dan analisa kelerengan daerah penelitian
10 – 20 Januari 2018:
Persiapan dan Kegiatan pemetaan lapangan Survey Geologi (Mapping)

2.3. Cakupan Pekerjaan


Cakupan pekerjaan dilapangan adalah pemetaan geologi lintasan meliputi
pengamatan kondisi geomorfologi, litologi penyusun area IUP, struktur geologi,
serta lateritisasi yang terjadi pada daerah penelitian, dengan pengambilan
gambar/foto. Dari hasil pekerjaan diatas selajutnya dihasilkan area potensi laterit .

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 2


2.4. Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi geologi umum daerah
penelitian, terutama dalam hubungannya dengan keberadaan endapan nikel laterit
dan endapan logam lainnya. Pengidentifikasian geologi tersebut meliputi
berbagai aspek antara lain : lokasi singkapan dan sebaran serta analisa awal
tentang aspek-aspek kelayakan dan ekonomi tambang dari potensi endapan
tersebut.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk penyederhanaan peta geologi regional yang
telah ada menjadi zona-zona geologi dalam hubungannya dengan lokasi
keberadaan litologi, distribusi singkapan, serta kedudukan endapan nikel laterit
dan mineral pengikutnya, yang nantinya akan sangat membantu dalam pembatasan
wilayah penyelidikan untuk eksplorasi lanjutan.

2.5. Waktu Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan pendahuluan ini dilaksanakan selama 10 (Sepuluh) hari
kerja, tepatnya pada tanggal 10 – 20 Februari.

2.6. Tenaga Ahli


Dalam rangkaian kegiatan ini tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan
lapangan dan pengolahan data adalah tenaga ahli yang mempunyai pengalaman
dalam eksplorasi nikel di beberapa daerah di Indonesia.
1. Fritzwel Tande Padang (Koord. Project)
2. Enos Paembonan (Geologist)

3. LOKASI DAN TINJAUAN UMUM KONDISI PROYEK


3.1. Lokasi dan Kesampaian Wilayah
Area IUP PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA secara administratif
terletak di Desa Bahoruru dan Sakita yang kesemuanya masuk dalam
Kecamatan Bungku Tengah Jarak tempuh dari Kendari ± 7 jam menggunakan
Jalur Darat Roda 4. Untuk sampai ke Lokasi IUP PT. Mineral Morowali Indonesia
dengan Jarak 11.7 Km menggunakan Roda 4 sejauh 2 km, dan Jalan Kaki sejauh 9

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 3


km. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah, serta peta IUP dapat dilihat pada tabel
dan gambar di bawah ini.
Tabel 1. Batas Koordinat IUP PT. Mineral Morowali Indonesia
(IUP Operasi Produksi 188.4.45 / KEP.0262 / DESDM / 2014. luas area 154 Ha)

3.2. Tinjauan Umum Kondisi Proyek


Tinjauan umum sebelum proyek dilakukan akan memberi nilai tambah pada
proyek yang menjamin perlakuan spesifik yang dilakukan selama operasional
berlangsung. Penduduk pada daerah ini sebagian besar merupakan warga Suku
Bungku, Menui, Tolaki. Mayoritas penduduk memeluk agama Islam dan Kristen.
Mata pencaharian penduduk secara umum yaitu Bertani dan Berkebun, beberapa
diantaranya ada yang bekerja di pertambangan yang sudah ada disekitarnya.
Pada umumnya area IUP PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA seluruhnya
terletak dalam Areal Pengguna Lain (APL) (100%). Untuk mempersingkat

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 4


tahapan operasional maka kegiatan yang dilakukan lebih difokuskan ke Areal
Pengguna Lain.

Tabel 2. Areal Status Hutan IUP PT. Mineral Morowali Indonesia


(IUP Operasi Produksi 188.4.45 / KEP.0262 / DESDM / 2014. luas area 154 Ha)

Status Hutan Area (Ha) (%)


Areal Pengguna Lain (APL) 154 100%
Total 154 100%

4. GEOLOGI SETTING
4.1. Geologi Regional
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan Indo
Australia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang
menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur
kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa
bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van
Leeuwen, 1994).
Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:

• Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai


jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan
bagian ujung timur Paparan Sunda;
• Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan
malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok
Australia;
• Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang
merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen
berumur Trias-Miosen
• Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments kepulauan
paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang
berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.
Mandala Timur Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah
Kendari menjadi dua lajur, yaitu:

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 5


• Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya. Merupakan himpunan
batuan yang bercirikan asal paparan benua
• Lajur Hialu yang menempati bagian timur laut daerah ini merupakan
himpunan batuan yang bercirikan asal kerak samudera (Rusmana
danSukarna, 1985).

Hasil pengukuran gaya berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian
besar daerahnya ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan
tektonik dan geologi daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah
Lengan Timur Sulawesi dengan ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah
Batui.

Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi
sumber daya geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan
hidrokarbon.

• Panas bumi berada di sekitar daerah Tinobu,Kecamatan Lasolo,


sepanjang sesar Lasolo
• Cebakan hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah ini,
seperti: daerah Kepulauan Limbele, Teluk Matapare (Kepulauan
NuhaLabengke) Wawalinda Telewata Singgere pantaiLabengke),
Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain sebagainya.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 6


Gambar 1. Peta Geologi Umum Pulau Sulawesi
4.1.1. Mandala Timur
KOMPLEKS ULTRAMAFIK (Ku) : Harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit,
serpentinit, dunit, diabas dan gabbro.
Harzburgit, hijau sampai kehitaman, holokristalin, padu dan pejal. Mineralnya
halus sampai kasar, terdiri atas olivin (60%) dan piroksin (40%). Di beberapa
tempat menunjukkan struktur perdaunan. Hasil penghabluran ulang pada mineral
piroksin dan olivin mencirikan batas masing-masing kristal bergerigi.
Lherzolith, hijau kehitaman; holokristalin, padu dan pejal. Mineral penyusunnya
ialah olivin (45%), piroksin (25%), dan sisanya epidot, yakut, klorit, dan bijih
dengan mineral berukuran halus sampai kasar.
Serpentinit, kelabu tua sampai kehitaman; padu dan pejal. Batuannya bertekstur
afanitik dengan susunan mineral antigorit, lempung dan magnetit. Umumnya
memperlihatkan struktur kekar dan cermin sesar yang berukuran megaskopis.
Dunit, kehitaman; padu dan pejal, bertekstur afanitik. Mineral penyusunnya
ialah olivin, piroksin, plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit; berbutir halus
sampai sedang. Mineral utama olivin berjumlah sekitar 90%. Tampak adanya
penyimpangan dan pelengkungan kembaran yang dijumpai pada piroksin,
mencirikan adanya gejala deformasi yang dialami oleh batuan ini. Di beberapa
tempat dunit terserpentinkan kuat yang ditunjukkan oleh struktur sisa seperti rijang
dan barik-barik mineral olivin dan piroksin, serpentin dan talkum sebagai
mineral pengganti.

4.1.2. Struktur dan Tektonika


Struktur geologi Lembar Lasusua memperlihatkan ciri komplek tubrukan dari
pinggiran benua yang aktif. Berdasarkan struktur, himpunan batuan, biostratigrafi
dan umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 domain yang sangat berbeda, yakni: 1)
alohton : ofiolit dan malihan , dan 2) autohton: batuan gunungapi dan pluton
Tersier dan pinggiran benua Sundaland, serta kelompok molasa Sulawesi.
Lembar Bungku, sebagaimana halnya daerah Sulawesi bagian timur,
memperlihatkan struktur yang sangat rumit. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
pergerakan tektonik yang telah berulangkali terjadi di daerah ini.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 7


Struktur penting di daerah ini adalah sesar, lipatan, selain itu terdapat kekar dan
perdaunan. Secara umum kelurusan sesar berarah baratlaut – tenggara. Yang
terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar sungkup, sesar geser dan sesar turun,
yang diperkirakan sudah mulai terbentuk sejak Mesozoikum. Beberapa sesar utama
tampaknya aktif kembali.

Sesar Matano dan sesar Palu – Koro merupakan sesar utama berarah baratlaut –
tenggara, dan menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif
sampai sekarang (Tjia
1973; Ahmad, 1975), keduanya bersatu di bagian baratlaut Lembar. Diduga
pula kedua
sesar tersebut terbentuk sejak Oligosen, dan bersambungan dengan sesar Sorong
sehingga merupakan satu sistem sesar “transform”. Sesar lain yang lebih kecil
berupa tingkat pertama dan/atau kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah
sesar utama tersebut. Dengan demikian sesar-sesar ini dapat dinamakan Sistem
Sesar Matano – Palu – Koro.
Lipatan yang terdapat didaerah ini dapat digolongkan dalam lipatan lemah, lipatan
tertutup dan lipatan tumpang tindih. Pada yang pertama kemiringan lapisannya
landai, biasanya tidak melebihi 300 yang dapat digolongkan dalam jenis lipatan
terbuka. Lipatan ini berkembang dalam batuan yang berumur Miosen hingga
Plistosen; biasanya sumbu lipatannya bergelombang dan berarah baratdaya –
timurlaut. Pada yang kedua, baik yang simetris maupun yang tidak, kemiringan
lapisannya antara 500 dan tegak, ada juga yang terbalik. Lipatan ini biasanya
terdapat dalam batuan sedimen Mesozoikum. Sumbu lipatan pada umumnya
berarah utara – selatan, mungkin golongan ini terbentuk Kala Oligosen atau lebih
tua.
Stratigrafi Regional daerah Keuno berdasarkan Peta Geologi Lembar Malili,
Sulawesi ( T.O Simandjuntak, E. Rusmana, Surono dan J.B. Supanjono, 1991)
terdiri dari :
1. Kompleks Ultramafik (Ku) yang beranggotakan Hazburgit, Dunit,
Wherlit, Serpentinite, Gabro, Mafik meta, Ampibolit, Magnesit dan
setempat rodingit yang berumur Kapur.
2. Formasi Tokala(TRjt ) yang beranggotakan Perselingan Batugamping
Klastika, Batupasir sela wake, Serpih, Napal dan Lempung pasiran
bersisispan dengan argilit.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 8


Gambar 2. Peta Geologi Regional di wilayah IUP PT. MINERAL MOROWALI
INDONESIA

4.2. Geologi Daerah Penelitian


4.2.1 Geomorfologi Daerah Penelitian
Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1983), secara umum bentangalam
(morfologi) daerah penelitian dapat diklasifikasikan, yaitu Satuan Morfologi
Perbukitan Tersayat Tajam dan Satuan Morfologi Pegunungan Tersayat Tajam.
Penjelasan untuk setiap morfologi pada daerah penelitian adalah sebagai berikut
:
Tabel 3. Klasifikasi relief menurut Van Zuidam. 1983

SATUAN RELIEF SUDUT BEDA


LERENG TINGGI
Datar/Hampir datar 0-2
(%) <5
(m)
Bergelombang/Miring landai 3-7 5 – 50
Bergelombang/miring 8 - 13 50 – 75
Berbukit bergelombang/miring 14 - 20 75 – 200
Berbukit tersaya tajam/terjal 21 - 55 200 – 500
Pegunungan tersayat tajam/sangat tajam 56 - 140 500 – 1000
Pegunungan/sangat curam >140 >1000

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 9


Tabel 4. Tabel Satuan Morfologi Penyusun Lokasi Penelitian

Satuan Relief Area (Ha) (%)


Satuan Morfologi Perbukitan Tersayat Tajam 114 75%
Satuan Morfologi Pegunungan Tersayat 39 25%
Tajam Total 153 100%

Satuan Morfologi Perbukitan Tersayat Tajam


Penyebaran satuan ini terletak disebelah Selatan lokasi IUP, memanjang kearah
Tenggara. Kenampakan bentuk satuan morfologi ini dicirikan oleh sudut lereng
21% hingga 55%. Vegetasi pada umumnya berupa hutan heterogen. Dibeberapa
tempat dijumpai longsoran batuan Ultramafik dan lapukan batuan berwarna coklat
kehitaman, Tebal singkapan laterite tipis dikarenakan sudut lereng terjal sehingga
pengendapan sulit terjadi. Litologi penyusun morfologi ini adalah ultramafic.

Foto 1. Morfologi Perbukitan Tersayat Tajam, dan Outcrop Ultramafic


difoto kearah Tenggara

Satuan Morfologi Pegunungan Tersayat Tajam


Penyebaran satuan ini terletak disebelah Utara memanjang kearah Baratlaut
lokasi IUP. Kenampakan bentuk satuan morfologi ini dicirikan oleh sudut lereng
> 56%. Vegetasi pada umumnya berupa hutan heterogen. Singkapan Laterite
jarang ditemukan sebagian besar outcrop ultramafik tersingkap dipermukaan
disebabkan karena sudut lereng sangat terjal, sehingga pembentukan endapan
nikel latertite sulit terjadi. Masyarakat setempat menggunakan morfologi ini
(tata guna lahan) sebagai lokasi pengambilan Rotan dan Damar, Litologi penyusun
morfologi ini adalah ultramafic dan sebagian Batugamping.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 10


Foto 2. Morfologi Pegunungan Tersayat Tajam, dan Boulder ultramafik,
difoto relatif kearah Baratlaut

Gambar 3. Peta Morfology lokasi IUP PT. Mineral Morowali Indonesia

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 11


4.2.2 Litologi Daerah Penelitian
Litologi daerah penelitian terdiri atas satu satuan batuan yaitu satuan ultramafik.
Pembagian Satuan Litologi di daerah penelitian dibuat berdasarkan dari generalisasi
jenis batuan yang dijumpai di lokasi penelitian. Berdasarkan ciri fisik batuan
(petrology) maka batuan di daerah IUP PT. Mineral Morowali Indonesia
dimasukan kedalam Satuan Batuan Ultramafic beranggotakan serpentinite dan
peridotit (Kompleks Ultramafik).

Kompleks Ultramafik
Secara fisik batuan Serpentinite di lokasi penelitian berwarna abu-abu, kehijauan-
kecoklatan, holokristalin, euhedral, tekstur granular, komposisi batuan didominasi
oleh mineral Serpentin dan Olivine, terlihat dibeberapa tempat batuan ini sudah
teroksidasi dengan ciri fisik berwarna coklat kemerahan, terkadang hadir mineral
serpentine dalam jumlah yang besar yang merupakan mineral ubahan dari olivine
dan pyroksen.

Foto 3.Batuan ultramafik berupa Serpentinite pada IUP sebelah Utara,


difoto relatif kearah Timur.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 12


Gambar 4. Peta Geologi Lokal Daerah IUP PT. Mineral Morowali Indonesia

5. KEGIATAN LAPANGAN

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui geomorfologi dan litologi penyusun


daerah IUP, profil laterit, dan batas sebaran laterit. Kegiatan untuk mendapatkan
data – data tersebut diantaranya adalah :

❖ Pemetaan Geologi Dengan Pengamatan Stasion (Mapping)

Kegiatan Pemetaan Geologi ini dilakukan selama 3 (tiga) hari sebagai


langkah awal menindaklanjuti rekomendasi IUP PT. Mineral Morowali
Indonesia Pemetaan Geologi difokuskan dengan melakukan pengambilan data-
data geologi berupa data geomorfologi, litologi, dan struktur. Selain itu
dilakukan pengambilan data singkapan/outcrop dengan mengambil Foto serta
stasiun pengamatan geologi. Dari hasil kegiatan pemetaan lapangan ini
diperoleh batas satuan geomorfologi, satuan litologi, dan batas sebaran laterit yang
menyangkut aspek mineralisasi, dimensi/luasan serta daerah prospek nikel laterit.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 13


Stasion Pengamatan 1

Foto 5. Kenampakan Area Punggungan pada IUP sebelah Selatan (Blok 1),
difoto relatif kearah Barat.

Foto 6. Singkapan Batu Gamping pada IUP sebelah Selatan (Blok 1),
difoto relatif kearah Barat.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 14


Stasion Pengamatan 2

Foto 7. Kenampakan Area Punggungan pada IUP Bagian Tengah (Blok 2),
difoto relatif kearah Selatan.

Foto 8. Singkapan Batu Gamping pada IUP Bagian Tengah Blok 2),
difoto relatif kearah Selatan.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 15


Stasion Pengamatan 3

Foto 9. Kenampakan Area Punggungan pada IUP Bagian Utara (Blok 3),
difoto relatif kearah Timur.

Foto 10. Singkapan Batu Gamping pada IUP Bagian Tengah (Blok 3),
difoto relatif kearah Timur.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 16


❖ Drilling Eksplorasi

Untuk Menindaklanjuti kegiatan Mapping Regional Rencananya akan dilanjutkan


dengan metode Drilling Eksplorasi. Akan tetapi karena ada beberapa kendala
sehingga kegiatan Drilling Eksplorasi tidak dapat dilakukan diantaranya :

✓ Dari Pemilik IUP PT. Mineral Morowali Indonesia tidak mengijinkan untuk
melakukan Drilling Eksplorasi dengan alasan akan mengerjakan sendiri
lahan tersebut
✓ Ketidak sanggupan dari Crew Drilling untuk mengangkat Mesin Bor
dikarenakan kondisiakses menuju dilokasi IUP Mineral Morowali
Indonesia yang cukup Terjal dengan Boulder-boulder yang cukup besar dan
sangat sulit untuk di lalui.

Foto 11. Foto-foto Akses jalur menuju IUP PT. Mineral Morowali Indonesia
dengan Kondisi jalur yang sangat terjal dengan boulder-boulder yang sangat
besar dan sangat sulit untuk di lalui.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 17


6. INDIKASI NIKEL LATERITE
6.1 Proses Pengkayaan Nikel
Batuan induk bijih nikel adalah batuan ultramafik. Batuan ultramafik rata-
rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat
dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksen, sebagai hasil substitusi terhadap
atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat
diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara
unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit
akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan mengubah batuan peridotit menjadi
batuan serpentinit atau batuan serpentinit peridotit. Sedangkan proses kimia dan
fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja secara continue,
menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara
dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak
stabil (olivin dan piroksen) pada batuan ultrabasa, menghasilkan Ni, Fe, Mg yang
larut. Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat
halus. Di dalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hidroksida,
akhirnya membentuk mineral-mineral seperti goethit, limonit, dan hematit dekat
permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam
jumlah kecil.

Gambar 5. Profil laterite daerah tropis secara umum

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 18


Larutan yang mengandung Ni, Mg dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral
akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan hidrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau
hidrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap
pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit
dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa
yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai
batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa
mengisi celah- celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-
urat ini dikenal sebagai batas penunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan
segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).

6.2 Profil Kimia Laterit


Secara umum, pembagian zona laterit dapat dibagi kedalam 4 (empat) zona gradasi
yang didasarkan pada komposisi atau kandungan mineral dalam setiap zona,
adalah sebagai berikut :
• Limonite Zone ; Memiliki karakteristik material / soil berwarna merah
kecoklatan – coklat kekuningan, material penyusun butiran halus, lapisan
ini terutama tersusun oleh humus dan limonit yang kaya akan kandungan
mineral goethite dan hematite, serta dalam jumlah kecil dijumpai mangan.
• Saprolite Zone ; Lapisan ini merupakan zona bijih, memiliki karakteristik
material/soil berwarna kuning kehijauan hingga hijau, merupakan
campuran dari sisa – sisa batuan yang merupakan fragmen – fragmen batuan
induk yang teralterasi, limonite berbutir halus, garnierite dan mangan serta
silika. Pada zona ini tekstur dan struktur batuan induk dapat dikenali,
dimana merupakan zona transisi antara limonite ke bedrock.
• Boulder : merupakan bagian yang terdapat dalam limonite dan saprolit.
Dimana pada lokasi ini yang paling umum bersifat silikaan.
• Berdrock ; Merupakan bagian paling bawah dari profil laterit, tersusun oleh
bongkah dan blok ultramafic yang masih segar yang sudah tidak
mengandung mineral ekonomis.

6.3 Indikasi Nikel Laterite


Melihat profil laterite yang ditampilkan pada gambar diatas, bahwa pada daerah
ini proses laterisasi yang berkembang tidak homogen, dapat dilihat ketebalan
limonit dan saprolit yang berbeda, dijumpai pula adanya boulder-boulder

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 19


ultramafik yang terdapat dalam zona Limonit yang menandakan lokasi sebagian
daerah transported laterite.
Berdasarkan dari hasil pengamatan dilapangan berupa pengamatan
geomorfologi, litologi dan sebaran laterisasi maka lokasi yang memungkin adanya
indikasi pengkayaan mineral berada dihampir semua lokasi IUP PT. Mineral
Morowali Indonesia, dengan gambaran sebagai berikut :
✓ Di bagian selatan : dijumpai adanya singkapan batugamping yang
dipisahkan oleh sungai sebagai batas antara batugamping dan batuan
ultrabasa
✓ Di bagian tengah sampai utara : dijumpai endapan laterite yang masih
berselingan dengan boulder ultramafik yang tersingkap di atas permukaan
dengan zona laterisasi yang sangat tipis
Dari hasil pengamatan dilapangan maka Indikasi Nikel laterite dengan luasan
sebaran laterite ± 100 Ha, terletak disebelah Selatan – Utara IUP. Mineral Morowali
indonesia, dan Batugamping disebelah selatan dengan luas ± 50 Ha.

Gambar 6. Peta sebaran indikasi laterit IUP PT. Mineral Morowali Indonesia

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 20


7. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan dari pembahasan hasil Site Visit IUP PT. Mineral Morowali
Indonesia adalah sebagai berikut :
✓ Geomorfologi pada daerah penyelidikan tersusun atas 2 satuan yaitu
Satuan Perbukitan tersayat Tajam dan Satuan Morfologi Pegunungan
tersayat tajam. potensi lateritisasi secara umum berada pada satuan
geomorfologi Perbukitan tersayat tajam.
✓ Litologi pada daerah penyelidikan tersusun atas Batugamping dan
Kompleks ultramafic (Peridotit dan Serpentinite).
✓ Status hutan yang ada pada daerah penyelidikan yaitu Area Pengguna Lain.
✓ Indikasi potensi mineralisasi endapan nikel laterite didaerah penelitian
dijumpai pada IUP bagian tengah - Utara dengan luas Indikasi Area ± 100
Ha, berdasarkan pengamatan dilapangan dan hasil slope analisis.
✓ Area bagian Utara IUP tidak ditemukan potensi nikel laterite,
dikarenakan relief morphology terdiri atas Pegunungan Tersayat tajam
dengan kemiringan lereng yang terjal sehingga sangat tidak memungkin
terjadi pelapukan nikel laterite.
✓ Berdasarkan hasil analisa sample outcrop dimana sample masih
dipermukaan sehingga hasil belum menunjukkan adanya indikasi
pengkayaan mineral yang baik.

7.2 Rekomendasi
Untuk lokasi IUP PT. Mineral Morowali Indonesia, berdasarkan pengamatan
dilapangan keberadaan nikel laterite tidak merata merata dimana sebagian
setempat-tempat, sehingga untuk memperoleh grade Ni yang bagus sangat sulit
bahkan tidak akan bisa ditemukan. Sehingga direkomendasikan beberapa hal
sebagai berikut :
✓ Lokasi IUP PT Mineral Morowali Indonesia tidak prospek untuk dilakukan
Drilling Eksplorasi karena potensi Nickel yang sangat sulit untuk
ditemukan.
✓ Lokasi IUP PT. Mineral Marowali Indonesia sangat jauh untuk membuat
jalan Hauling ke Jetty.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 21


8. REFERENSI
Ahmad, Waheed, 2008, Nickel Laterites, Fundamentals of chemistry,
mineralogy, weathering processes, formation, and exploration, VALE Inco -
VITSL.
Hall, R., 2002. Cenozoic geological and plate tectonic of SE Asia and the
SW Pacific: Computer-based reconstructions, model and animations. Journal of
Asia Earth Sciences, 20, 353-431.
Japanese Industrial Standard Committee, 1992, Japanese Industrial Standard
JIS, Particulate Materials – General Rules for Methods of Sampling JIS M
8100, Japanese Standard Association, 1-24, Akasaka 4, Minato ku, Tokyo 107,
Japan.
Long, Scott D., 2001, Assay Quality Assurance-Quality control Program For
Drilling Projects at The Pre-Feasibility to Feasibility Report Level, Phoenix, USA.

PT. MINERAL MOROWALI INDONESIA 22

Anda mungkin juga menyukai