Anda di halaman 1dari 54

Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code

PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan

Desember 2012

Dibuat untuk :

PT. Stania Bara Consulting


Jln Rawa Bambu Raya Blok A no. 7A (Depkes)
Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Telp. (021)78834767, 9250159 Fax. (021)78835670
Email : info@staniabaraconsulting.com
website : www.staniabaraconsulting.com
DAFTAR ISI

GLOSARIUM vi
RINGKASAN EKSEKUTIF vii
PERNYATAAN COMPETENT PERSON viii
1. PENDAHULUAN 1
1-1 Latar Belakang 1
1-2 Informasi Umum 1
2. KUALIFIKASI KONSULTAN 3
3. LEGALITAS 3
3-1 Status Hukum Izin Usaha Pertambangan 3
3-2 Tata Guna Lahan Menteri Kehutanan Republik Indonesia 4
3-3 Tata Guna Lahan Aktual 5
4. LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH 7
5. TOPOGRAFI, CUACA, DAN KONDISI DAERAH 7
5-1 Topografi 7
5-2 Cuaca 8
5-3 Kondisi Daerah 8
6. GEOLOGI 10
6-1 Tektonik Regional 10
6-2 Stratigrafi Regional 10
6-3 Potensi Batubara di Daerah Kegiatan 13
7. SEJARAH EKSPLORASI 13
8. EKSPLORASI 14
8-1 Pemetaan Geologi Detail 14
8-2 Supervisi Pengeboran 14
9. GEOLOGI LOKAL 19
9-1 Geomorfologi 19
9-2 Litostratigrafi dan Lingkungan Pengendapan 19
9-3 Struktur Geologi 26
10. GEOLOGI BATUBARA 29
10-1 Karakteristik Batubara 29
10-2 Kualitas Batubara 29
10-3 Korelasi Batubara 35

ii | P a g e
11. SUMBERDAYA BATUBARA 40
11-1 Pemodelan Geologi 40
11-2 Analisis Statistik, Geostatistik dan Pemodelan Kualitas 43
11-3 Volume Batubara 43

iii | P a g e
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta geologi regional lokasi PT. CPMM yang diambil dari Peta
Geologi Regional Lembar Buntok 1714 skala 1 : 250,000 2
Gambar 3.1 Lokasi IUP Produksi CV. CPM berdasarkan Keputusan
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik
Indonesia No. 418.K/30/DJB/2010 (Sumber : Copy dari
IUP CV. CPM No. 418.K/30/DJB/2010) 4
Gambar 3.2 Tata Guna Lahan CV. Cakra Persada Mandiri (Sumber : Copy
Laporan Eksplorasi Detail) 5
Gambar 3.3 Tata guna lahan aktual yang berada di lokasi kegiatan
pemetaan geologi detail dan pengeboran batubara 6
Gambar 4.1 Lokasi dan kesampaian daerah, berada di Desa Panaan dan
sekitarnya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong,
Provinsi Kalimantan Selatan 7
Gambar 5.1 Morfologi hasil pemetaan topografi (ground survey), Nampak
perbukitan, lereng curam, dan lembah 9
Gambar 6.1 Stratigrafi regional cekungan Barito 11
Gambar 6.2 Penampang cekungan dari selatan ke utara pulau Kalimantan 12
Gambar 8.1 Metode pemetaan geologi detail dengan jalur grid per 200 m 15
Gambar 8.2 Peta dIstribusi titik pengeboran di bagian utara dan bagian
Selatan blok IUP PT. CPMM 19
Gambar 9.1 Peta satuan geomorfologi yang dianalisis dari hasil pemetaan
topografi (ground survey) 21
Gambar 9.2 Peta distribusi singkapan batubara dan singkapan bukan
batubara, serta lintasan penampang stratigrafi lokal 24
Gambar 9.3 Stratigrafi lokal hasil pemetaan geologi detail 25
Gambar 9.4 Peta geologi lokal hasil pemetaan geologi detail, termasuk
kedalam kelompok geologi komplek dengan banyaknya
struktur geologi yang ditemukan di lokasi pemetaan 28
Gambar 10.1 Hubungan HGI dan Volatile Matter terhadap kualitas batubara
(Berkowitz, 1979 dalam Coal Geology, Larry Thomas hal. 109) 30
Gambar 10.2 Hasil analisis laboratorium dari empat sampel batubara 31
Gambar 10.3 Sumur uji lokasi pertama 32
Gambar 10.4 Sumur uji lokasi kedua 33

iv | P a g e
Gambar 10.5 Karakterisitk loging geofisika pada korelasi batubara lapisan
A, B, dan C 36
Gambar 10.6 Karakterisitk loging geofisika pada korelasi batubara lapisan
B, C, D, E, dan F 37
Gambar 10.7 Karakterisitk loging geofisika pada korelasi batubara lapisan
B, C, D, dan E 38
Gambar 11.1 Korelasi lapisan batubara utara-1 CPMM03CR dan
CPMM04CR 40
Gambar 11.2 Korelasi lapisan batubara utara-2 CPMM07R dan CPMM06C 41
Gambar 11.3 Korelasi lapisan batubara selatan CPMM16C dan CPMM15C 42
Gambar 11.4 Pemodelan geologi batubara 3D bagian utara-1 42
Gambar 11.5 Pemodelan geologi batubara 3D bagian utara-2 43
Gambar 11.6 Pemodelan geologi batubara 3D bagian selatan 43

DAFTAR FOTO

Foto 9.1 Kekar di lokasi pemetaan 27


Foto 10.1 Sumur uji di lokasi pertama 34
Foto 10.2 Sumur uji lokasi kedua 34
Foto 11.1 Kemiringan batubara 17° dari hasil coring 41

DAFTAR TABEL

Tabel 8.1 Personel Pengeboran 14


Tabel 8.2 Titik pengeboran periode pertama 16
Tabel 8.3 Titik pengeboran periode kedua 17
Tabel 9.1 Data kekar CPM24RNR 26
Tabel 9.2 Data kekar CPM26RNR 26
Tabel 9.3 Data kekar CPM14DSIP 26
Tabel 9.4 Data sesar 27
Tabel 10.1 Sampel batubara yang dianalisis di laboratorium PT. Geoservices 30
Tabel 10.2 Distribusi lapisan batubara 39
Tabel 11.1 Sumberdaya batubara 45

v|Page
GLOSARIUM

Berikut ini beberapa singkatan yang digunakan di dalam laporan ini :

adb air dried basis


ar as received basis
ASTM American Society for Testing Materials
AusIMM Australian Institute of Mining and Metallurgy
cal/gr kalori per gram
cm sentimeter
CP Competent Person
CV Comanditer Venonscaft
gr gram
ha hektar
HGI Hardgrove grindability index
HTI hutan tanaman industri
IUP Izin Usaha Pertambangan
JORC Joint Ore Reserve Committee
kg kilogram
km kilometer
m meter
m3 meter kubik
mm milimeter
msl mean sea level
PT Perseroan Terbatas
sp spesies (singular)
spp spesies (plural)
UU undang-undang

vi | P a g e
RINGKASAN EKSEKUTIF

Pemetaan geologi detail dan pengeboran eksplorasi batubara pada Izin Usaha Pertambangan
(IUP) PT. Cakra Persada Mandiri Mining, berlokasi di Desa Panaan, Kecamatan Bintang Ara,
Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.

Morfologi di lokasi ini dibagi menjadi dua satuan berdasarkan data ground survey, yaitu satuan
Geomorfologi Perbukitan Curam (elevasi 150 msl ‐ 240 msl) dan satuan Geomorfologi Perbukitan
Landai (elevasi 120 msl - 150 msl). Hasil pemetaan geologi detail menunjukkan stratigrafi lokal
dengan pola menghalus ke atas (fining upward) dan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok stratigrafi
yaitu stratigrafi bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas. Batubara berada di bagian atas
dari urut-urutan stratigrafi tersebut.

Batubara yang ditemukan baik dari singkapan maupun dari hasil coring memiliki karakter multi-
parting dengan ketebalan relatif sama yakni 0,04 m sampai 0,05 m. Batubara mempunyai warna
hitam sampai hitam kecoklatan, umumnya kusam dengan beberapa lapisan bright, goresan hitam
kecoklatan sampai hitam, subconchoidal sampai conchoidal, keras, terdapat mineral pirit. Jumlah
lapisan batubara adalah 6 (enam) lapisan, yaitu lapisan A, B, C, D, E, dan F. Lapisan B merupakan
seam utama dengan ketebalan maksimal 1,58 m sedangkan lapisan lainnya mempunyai ketebalan
0,04 m - 0,8 m.

Dari informasi data kualitas 4 (empat) sampel (hanya dari satu lubang bor yang dianalisis),
menunjukkan total moisture (ar) 4,92% - 7,34%, moisture in the analysis sample (adb) 2,15% -
3,10%, ash 28,93% - 37,27%, volatile matter 34,10% - 35,83%, fixed carbon 27,11% - 33,82%,
total sulphur 0,47% - 4,05%, calorific value (adb) 4.662-5480, calorific value (ar) 4.491-5.208, dan
nilai hardgrove grindability index (HGI) 49-57. Dari karakteristik nilai HGI dan nilai Volatile Matter
(%), dapat disimpulkan jenis batubara untuk dua sampel dari empat sampel yang dianalisis
tersebut adalah Lignite-Subbituminus Coal.

Karakteristik geologi daerah Panaan termasuk kedalam kelompok geologi komplek, dikarenakan
banyaknya struktur geologi yang ditemukan, seperti kekar, lipatan, dan patahan.

Sumberdaya batubara belum dapat dihitung dikarenakan analisis densitas pada sampel batubara
belum dilakukan, sehingga hanya volume batubara saja yang dapat dihitung. Perhitungan volume
batubara dibagi menjadi 5 (lima) kategori berdasarkan kedalaman maksimum, yaitu kedalaman 60
3
m dengan jumlah volume batubara 447.034 m , kedalaman 80 m dengan jumlah volume batubara
3 3
641.233 m , kedalaman 100 m dengan jumlah volume batubara 765.262 m , kedalaman 120 m
3
dengan jumlah volume batubara 885.105 m , dan kedalaman 200 m dengan jumlah volume
3
batubara 1.345.983 m .

vii | P a g e
PERNYATAAN COMPETENT PERSON

Informasi yang tercantum di dalam laporan ini merupakan kegiatan eksplorasi detail,
pemodelan, dan perhitungan volume batubara yang kesemuanya disusun serta dianalisis
oleh Ronald Sibarani, anggota Australian Institute of Mining and Metallurgy (AusIMM) dan
merupakan pemilik PT. Stania Bara Consulting.

Ronald Sibarani mempunyai pengalaman lebih dari 14 tahun pada industri batubara,
mencakup eksplorasi, estimasi dan assessment.
Menjadi ketua panitia Revisi Standar Nasional Indonesia (RSNI) untuk mineral logam,
dan terdaftar sebagai Competent Person di PERHAPI-IAGI. Selain itu, Ronald Sibarani
adalah anggota perumusan Kode KCMI (Komite Cadangan Mineral Indonesia), yakni
kode pelaporan sumberdaya dan cadangan mineral di Indonesia yang merupakan
pengadopsian dari JORC Code.

Ronald Sibarani, (Mining)


Bachelor Degree, Anggota AusIMM No. 207361

viii | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

1. PENDAHULUAN
1-1 Latar Belakang
PT. Stania Bara Consulting sebagai salah satu konsultan pertambangan di Indonesia
ditunjuk oleh PT. LAPI ITB untuk melaksanakan kegiatan pemetaan geologi detail dan
supervisi pengeboran yang memenuhi kaidah Joint Ore Reserve Committee (JORC)
Code, kemudian data hasil kegiatan tersebut digunakan untuk pembuatan laporan
berdasarkan kode JORC.
Kegiatan dilakukan di area IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining (PT. CPMM) yang
berlokasi sekitar 200 km ke arah timur laut dari kota Banjarmasin, tepatnya di Desa
Panaan, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

1-2 Informasi Umum


Luas area dalam kegiatan pemetaan geologi detail dan supervisi pengeboran adalah
370 ha, berada di bagian selatan dari IUP PT. CPMM dengan luas total 2.123 ha.
Blok eksplorasi secara geologi regional berada di dalam Cekungan Barito, bagian barat
dibatasi oleh Pegunungan Schwaner, pada bagian timur dibatasi oleh Pegunungan
Meratus dan Cekungan Kutai pada bagian utara.
Dalam Peta Geologi Regional Lembar Buntok Nomor 1714 skala 1 : 250,000 yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun 1994,
wilayah eksplorasi berada di bagian tenggara lembar peta tersebut yang terdiri dari
tiga formasi, dimana urutan stratigrafi dari tua ke muda yakni Batuan Vulkanik Kasale,
Formasi Tanjung, dan Formasi Berai.
Batuan sedimen Tersier tertua di daerah ini adalah Formasi Tanjung yang mempunyai
umur Eosen Akhir, terbagi menjadi bagian bawah, bagian tengah, bagian atas serta
Anggota Batulempung. Formasi Tanjung ini tertindih selaras oleh Formasi Berai yang
berumur Oligosen-Miosen.

1|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 1.1 Peta geologi regional lokasi PT. CPMM yang diambil dari Peta Geologi Regional Lembar Buntok 1714 skala 1 : 250,000

2|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

2. KUALIFIKASI KONSULTAN
Laporan teknis ini dipersiapkan sesuai format JORC untuk PT. LAPI ITB yang
dilakukan oleh Competent Person Ir. Ronald Sibarani, MAusIMM.
Ir. Ronald Sibarani, MAusIMM lulus dari Fakultas Teknik Pertambangan, Institut
Teknologi Bandung. Mempunyai pengalaman lebih dari 20 tahun dalam industri
pertambangan mineral dan batubara, merupakan salah satu Competent Person (CP)
di Indonesia dengan spesialisasi estimasi resources and reserves mineral dan
batubara.
Terdaftar sebagai anggota AusIMM, pemilik PT. Stania Bara Consulting dan PT.
Stania Bara Utama yang merupakan perwakilan CAE Mining Australasia untuk
Indonesia. Ketua panitia Revisi Standar Nasional Indonesia (RSNI) untuk mineral
logam, dan terdaftar sebagai Competent Person di PERHAPI-IAGI. Pembicara di
berbagai seminar seperti yang diadakan oleh MGEI (Masyarakat Geologi Ekonomi
Indonesia) yang berjudul “Professional Reporting on Exploration Results and
Resources-Reserves Estimation”. Diklat PERHAPI untuk PT. Kaltim Prima Coal (PT.
KPC) dan PT. Bukit Asam, Tbk (PT. BA) dengan judul “Geological Modeling and
Resources-Reserves Coal Deposit “.

3. LEGALITAS
3-1 Status Hukum Izin Usaha Pertambangan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(UU No. 4/2009), tentang pertambangan mineral dan batubara, dinyatakan bahwa UU
No. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (UU No.
11/1967) tidak berlaku lagi dan memutuskan bahwa usaha pertambangan adalah
kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang. Izin
Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut IUP adalah izin untuk melaksanakan
usaha pertambangan. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. IUP operasi
produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP eksplorasi
untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor
418.K/30/DJB/2010, tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
maka CV. Cakra Persada Mandiri yang berlokasi di Bintang Ara, Kabupaten Tabalong
dan Barito Timur, Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dengan kode

3|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

wilayah 06NPP001 memiliki luas area 2.123 ha. Belum ada informasi mengenai Clear
and Clean (CnC) list dari IUP ini (Gambar 3.1).
Sehingga dengan demikian, kegiatan eksplorasi ini menggunakan IUP Operasi
Produksi.

Gambar 3.1 Lokasi IUP Produksi CV. CPM berdasarkan Keputusan Kementerian Energi dan
Sumberdaya Mineral Republik Indonesia No. 418.K/30/DJB/2010 (Sumber : Copy dari IUP CV.
CPM No. 418.K/30/DJB/2010)

3-2 Tata Guna Lahan Menteri Kehutanan Republik Indonesia


Berdasarkan surat dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. S.558/ Menhut/ VII/
2011 perihal “Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan a.n. CV. Cakra
Persada Mandiri untuk kegiatan Operasi Produksi Batubara dan Sarana Penunjangnya
di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan” dengan luas ± 939 ha (Sembilan
ratus tiga puluh sembilan hektar) (Gambar 3.2).

4|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 3.2 Tata Guna Lahan CV. Cakra Persada Mandiri (Sumber : Copy Laporan Eksplorasi
Detail)

3-3 Tata Guna Lahan Aktual


Dari hasil pengamatan di lapangan maka daerah penelitian umumnya adalah lahan
bekas hutan tanaman industri (HTI), dimana pada lokasi tertentu masih banyak
kelihatan tanaman industri berupa sengon (Gambar 3.3).
Secara kepemilikan lahan, lokasi kegiatan telah sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat
namun hanya beberapa lahan yang digarap menjadi kebun karet.

5|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Lahan eks-HTI

Akses jalan

Kebun karet

Gambar 3.3 Tata guna lahan aktual yang berada di lokasi kegiatan pemetaan geologi detail dan pengeboran batubara

6|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

4. LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH


Daerah kegiatan terdapat di daerah Desa Panaan, Kecamatan Bintang Ara,
Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Daerah ini dapat ditempuh dari Kota
Banjarmasin menuju Kota Tanjung, Kabupaten Tabalong melalui jalan raya provinsi
sejauh ± 200 km dengan waktu perjalanan ± 5 jam dengan menggunakan kendaraan
roda empat. Dilanjutkan dengan perjalanan melalui jalan tanah dan jalan hauling
tambang ke Desa Panaan sejauh 46 km dengan lama perjalanan ± 2 jam. Desa
Panaan adalah lokasi permukiman terdekat dari lokasi kegiatan yang berjarak ± 5 km.

Gambar 4.1 Lokasi dan kesampaian daerah, berada di Desa Panaan dan sekitarnya,
Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan

5. TOPOGRAFI, CUACA, DAN KONDISI DAERAH


5-1 Topografi
Topografi daerah penelitian ini umumnya perbukitan bergelombang dan perbukitan
curam. Ketinggian antara 100 m - 220 m dari permukaan laut . Pemetaan topografi di
daerah kegiatan dilaksanakan oleh PT. CPMM dengan metode pengukuran ground
survey, hasil pemetaan topografi diserahkan ke PT. SBC sebagai data untuk
pembuatan peta geologi, perencanaan titik bor, dan pemodelan geologi batubara.
Daerah IUP memiliki karakteristik morfologi perbukitan dan lembah, semakin ke arah
baratlaut karakteristik morfologi semakin landai. Perbukitan mempunyai ketinggian dari
140 m sampai 220 m. Kemiringan lereng cukup curam, dapat dilihat dari karakteristik
lembah yang mempunyai tebing-tebing tinggi yang hampir tegak.

7|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

5-2 Cuaca
Daerah penelitian berada pada iklim yang cukup sejuk dengan curah hujan yang relatif
tinggi. Berdasarkan Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
menyatakan bahwa daerah penelitian memiliki intensitas curah hujan ringan dengan
suhu antara 23°C - 30°C, dengan tingkat kelembaban 70% - 97%.

5-3 Kondisi Daerah


Kondisi daerah penelitian adalah bekas hutan produksi. Saat ini daerah penelitian
umumnya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai areal perkebunan tanaman
karet, kayu sengon dan padi gogo. Berdasarkan data dari dinas kehutanan
menyatakan bahwa daerah penelitian merupakan kawasan hutan produksi.

8|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Lereng Lembah

North

Perbukitan Perbukitan

Gambar 5.1 Morfologi hasil pemetaan topografi (ground survey), nampak perbukitan, lereng curam, dan lembah

9|Page
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

6. GEOLOGI
6-1 Tektonik Regional
Di dalam Peta Geologi Regional Lembar Buntok Nomor 1714 skala 1 : 250,000 yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun 1994, wilayah
eksplorasi berada di bagian tenggara lembar peta. Karakteristik struktur pada lokasi
tersebut berada pada umur Mesozoikum, antara lain struktur terbreksikan dengan
kelurusan yang berarah hampir utara selatan, terdapat bongkah dan blok batuan
disana sini, maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini telah mengalami deformasi.
Sedangkan pada batuan Tersier menunjukkan struktur lipatan yang tidak ketat berarah
hampir utara selatan, maka diduga lipatan ini berkaitan erat dengan struktur batuan
Mesozoikum, adapun kelurusan yang memotong struktur utama, diduga terbentuk
pada deformasi kedua, dimana batuan Tersier telah terlipat dan termampatkan.

6-2 Stratigrafi Regional


Secara mendetail urutan stratigrafi regional dari tua ke muda pada wilayah kegiatan
eksplorasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Batuan Vulkanik Kasale (Kvh)


Berupa retas, sumbat, stocks, yang umumnya terdiri dari basal piroksen kelabu
hijau, porfiritik sampai pilotaksitik. Sebagian besar terubah membentuk mineral
lempung, klorit dan kalsit. Unit ini mencapai tebal 50 m, dan menempati daerah
morfologi perbukitan tinggi dan kasar, serta dikorelasikan dengan Formasi Haruyan
yang berumur Kapur Atas.

10 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 6.1 Stratigrafi regional cekungan Barito

Formasi Tanjung (Tet)


Bagian bawah perselingan antara batupasir, serpih, batulanau dan konglomerat aneka
bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen konglomerat antara lain : Kuarsa,
feldspar, granit, sekis, gabro dan basal. Di dalam batupasir kuarsa dijumpai
komponen glaukonit. Bagian atas perselingan antara batupasir kuarsa bermika,
batulanau, batugamping, dan batubara. Batulanau berfosil foram plangton, antara
lain: Globigerina tripartita KOCH, Globgerina ochitaensis HOWE & WALLACE,
Globigerina spp. dan Globorotalia spp., yang menunjukkan umur Eosen-Oligosen
(P16-N3); sedang batugampingnya berforam besar, antara lain : Operculina sp.,

11 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Discocyclina sp., dan Biplanispira, yang berumur Eosen Akhir (Tb). Formasi ini tidak
selaras di atas batuan Mesozoikum, terlipat hampir utara selatan dengan kemiringan
lapisan umumnya 20°, serta mempunyai tebal sekitar 1300 m, serta tersebar di daerah
perbukitan.

Formasi Berai (Tomb)


Batugamping berlapis dengan batulempung, napal dan batubara, sebagian
tersilikakan dan mengandung limonit. Batugamping berfosil foram besar, antara lain :
Spiroclypeus sp., Lepidocyclina sp., Borelis sp., Cycloclypeus sp., Nummulites fichtelli
(Michelotti), Lepidocyclina (Eulepidina) ephipiodes JONES & CHAPMAN, Operculina
sp., Spiroclypeous tidoengensis VAN DER VLERK, Heterostegina sp., dan
Amphistegina sp., yang menunjukkan umur Oligosen Tengah-Oligosen Akhir (Td-Te).
Disamping itu juga berfosil foram bentos. Formasi ini diendapkan di laut dangkal
dengan tebal mencapai 1.250 m, serta menempati morfologi perbukitan karst yang
terjal.

Gambar 6.2 Penampang cekungan dari selatan ke utara pulau Kalimantan

12 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

6-3 Potensi Batubara di Daerah Kegiatan


Salah satu penyelidikan yang pernah dilakukan di daerah kegiatan adalah “Eksplorasi
Cekungan Batubara di daerah Haruwai dan sekitarnya, Kabupaten Tabalong,
Kalimantan Selatan” oleh Sub direktorat eksplorasi Batubara dan Gambut, Direktorat
Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral,
Departemen Pertambangan dan Energi. Daerah kegiatannya meliputi Desa Murung,
Desa Halong, Desa Panaan, dan Desa Bintang Ara. Dalam kesimpulannya
menyatakan bahwa formasi yang bertindak sebagai pembawa batubara di daerah
kegiatan adalah Formasi Tanjung. Formasi ini akan ditemukan di daerah Murung,
Panaan, dan sekitar Misin. Dilihat dari kontinuitas lateral yang cukup baik maka
eksplorasi lebih lanjut mutlak diperlukan untuk mendapatkan potensi batubara
terutama di daerah Desa Burum samapai ke Desa Mihau dan daerah selatan Desa
Panaan. Uji kualitas dari laboratorium menunjukkan nilai kalori rata-rata 6.500 cal/gr
dan termasuk ke dalam jenis Sub Bituminus.

7. SEJARAH EKSPLORASI
Berdasarkan laporan dari PT. CPMM, penyelidikan yang pernah dilakukan di daerah
kegiatan adalah eksplorasi detail yang dilakukan pada Desember 2011 yang meliputi
pengecekan singkapan di lapangan dan pengeboran. Penyelidikan sebelumnya tidak
mengikuti kaidah-kaidah JORC dan hanya memberikan informasi umum mengenai
daerah kegiatan.
Pada laporan eksplorasi PT. CPMM, singkapan batubara ditemukan sebanyak 59
singkapan dan tersebar di bagian utara dan selatan daerah IUP dengan orientasi rata-
rata N 210° E. Dari data singkapan tersebut belum terlampir peta kerangka geologi
daerah kegiatan, indikasi struktur yang berkembang, dan penyebaran batubara di
daerah kegiatan. Data pengeboran batubara ditemukan tersebar di bagian utara dan
selatan daerah IUP. Pengeboran dilakukan sebanyak 55 titik bor tersebar di wilayah
rencana penambangan dengan kedalaman rata-rata 50 m. Dari 55 titik bor hanya 35
titik bor yang menembus lapisan batubara, sedangkan 20 titik bor lainnya tidak
menembus lapisan batubara. Pada laporan eksplorasi PT. CPMM tidak terdapat
informasi mengenai data pengeboran, seperti peta lokasi titik bor, log stratigrafi bor,
dan data logging geofisika, sehingga data tersebut tidak valid.

13 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

8. EKSPLORASI
8-1 Pemetaan Geologi Detail
Pemetaan geologi detail dilakukan selama satu bulan pada periode pertama kegiatan
eksplorasi IUP PT. CPMM. Total luas pemetaan sekitar 370 hektar yang merupakan
blok Selatan dari IUP PT. CPMM dengan total luas 2.123 hektar. Metode pemetaan
geologi detail ini menggunakan metode grid per 200 m, yaitu setiap interval 200 m
dilakukan penelusuran data dan informasi geologi, baik berupa data singkapan
batubara dan singkapan bukan batubara, data struktur geologi, data kenampakan
morfologi, data titik pengeboran, dan sebagainya.

8-2 Supervisi Pengeboran


Kegiatan pengeboran di wilayah IUP PT. CPMM dilakukan selama dua periode, yaitu
periode pertama pada tanggal 20 Juni 2012 sampai 10 Agustus 2012, pengeboran
sebanyak tujuh titik di bagian utara blok. Sedangkan periode kedua pada tanggal 13
September 2012 sampai 30 Oktober 2012 dilakukan pengeboran sebanyak 29 titik bor.
Penyediaan mesin bor, suku cadang, perawatan mesin bor dan hal lainnya terkait
teknis pengeboran dilakukan oleh PT. CPMM dan diatur langsung oleh koordinator
lapangan PT. CPMM.
Jumlah mesin yang beroperasi sebanyak empat mesin yaitu dua mesin Jacro 175 dan
dua mesin Jacro 200, setiap satu unit mesin dioperasikan oleh juru bor dari PT. CPMM
dan setiap satu unit mesin terdiri dari dua orang wellsite dari PT. LAPI ITB, sehingga
total juru bor sebanyak empat orang dan total wellsite sebanyak delapan orang (Tabel
8.1).

Tabel 8.1 Personel Pengeboran


PERIODE PERSONEL PERUSAHAAN JUMLAH
Geologist PT. SBC 2 orang
Wellsite PT. LAPI ITB 6 orang
I
Juru Bor PT. CPMM 3 orang
Koordinator PT. CPMM 2 orang
Geologist PT. SBC 2 orang
Wellsite PT. LAPI ITB 8 orang
II
Juru Bor PT. CPMM 4 orang
Koordinator PT. CPMM 2 orang

14 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 8.1 Metode pemetaan geologi detail dengan jalur grid per 200 m

15 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Berdasarkan hasil pemetaan detail pada periode pertama, dapat disimpulkan terdapat
dua area yang memiliki potensi batubara yaitu di bagian utara dengan luas area 115
ha dan di bagian selatan sekitar 37 ha. Sehingga penempatan titik bor hanya
ditempatkan pada area tersebut, di bagian utara sebanyak 12 titik bor dan di bagian
selatan sebanyak 11 titik bor. Namun dari rencana titik bor tersebut tidak semua
dilakukan pengeboran, contohnya di bagian utara dari 12 titik hanya 6 titik yang dibor
dikarenakan kondisi medan yang sulit dan kedalaman lapisan batubara yang cukup
dalam yaitu lebih dari 50 m dengan ketebalan rata-rata yang didapat dari data
pengeboran adalah 0.55 m (interval 0,04 m - 1,58 m). Metode pengeboran yang
dilakukan berupa pengeboran twin hole yakni pengeboran openhole dan pengeboran
part-cored hole (touch coring) untuk setiap satu titik bor. Pengukuran geophysical
logging dilakukan untuk setiap lubang bor yang telah selesai, baik lubang openhole
maupun lubang part-cored hole.
Pada pengeboran periode pertama terdapat 4 (empat) titik pengeboran openhole dan
3 (tiga) titik pengeboran part-cored hole (Tabel 8.2), sedangkan untuk periode kedua
sebanyak 14 titik openhole dan 15 titik part-cored hole (Tabel 8.3).

Tabel 8.2 Titik pengeboran periode pertama


NO TITIK BOR X Y Z KEDALAMAN
1 CPMM03 314494 9793800 147 70.00 m
2 CPMM03C 314496 9793803 159 59.13 m
3 CPMM03CR 314493 9793804 159 60.00 m
4 CPMM04R 314619 9793670 151 72.50 m
5 CPMM06 315072 9794041 132 72.00 m
6 CPMM06C 315070 9794041 132 68.00 m
7 CPMM09 315106 9794322 131 74.90 m

16 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Tabel 8.3 Titik pengeboran periode kedua


NO TITIK BOR X Y Z KEDALAMAN
1 CPMM04C 314625 9793681 150 25.00 m
2 CPMM04CBC 314622 9793680 160 23.70 m
3 CPMM04CR 314622 9793680 154 25.00 m
4 CPMM05 314805 9793861 127 70.00 m
5 CPMM07 314954 9794203 125 46.50 m
6 CPMM07R 314948 9794204 133 69.00 m
7 CPMM07CR 314959 9794214 140 48.00 m
8 CPMM09C 315105 9796330 136 69.20 m
9 CPMM09CR 315100 9794333 135 64.50 m
10 CPMM13 315483 9793208 192 58.00 m
11 CPMM13C 315499 9793210 183 12.95 m
12 CPMM14 315349 9793095 200 71.35 m
13 CPMM14B 315348 9793086 185 7.15 m
14 CPMM15 315491 9792925 191 60.00 m
15 CPMM15C 315486 9792921 189 70.00 m
16 CPMM16 315325 9792946 192 70.05 m
17 CPMM16C 315326 9792957 192 18.91 m
18 CPMM17 315451 9792791 204 70.07 m
19 CPMM17C 315453 9792790 206 45.15 m
20 CPMM18 315310 9792807 190 70.80 m
21 CPMM18C 315292 9792803 194 26.65 m
22 CPMM18CA 315293 9792805 196 26.00 m
23 CPMM19 315442 9792649 182 72.47 m
24 CPMM19C 315444 9792649 182 35.00 m
25 CPMM20 315293 9792662 155 24.00 m
26 CPMM20C 315299 9792667 155 30.00 m
27 CPMM21 315084 9793469 130 70.80 m
28 CPMM22 314963 9793608 107 70.00 m
29 CPMM23 314938 9793562 106 56.00 m

17 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 8.2 Peta dIstribusi titik pengeboran di bagian utara dan bagian selatan blok IUP PT. CPMM

18 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

9. GEOLOGI LOKAL
9-1 Geomorfologi
Berdasarkan data ground survey dapat dibagi menjadi dua satuan geomorfologi
(klasifikasi berdasarkan USSSM = United Stated Soil System Management dan USLE
= Universal Soil Loss Equation, dalam Van Zuidam, 1985), yaitu :
1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Curam (elevasi 150 msl‐240 msl)
2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Landai (elevasi 120 msl-150 msl)
Satuan Geomorfologi Perbukitan Curam menempati sekitar 190 hektar atau 52 % dari
total luas area, memiliki elevasi dengan nilai 150 msl sampai 240 msl dengan
kemiringan lereng lebih dari 20 derajat, karakteristik litologi berupa batupasir,
batulanau, batulumpur, dan batubara. Banyak ditemukan kekar dan sesar,
mengindikasikan satuan ini dipengaruhi oleh struktur geologi.
Satuan Geomorfologi Perbukitan Landai menempati sekitar 180 hektar atau 48 % dari
total luas area, memiliki elevasi dengan nilai 120 msl sampai 150 msl dengan
kemiringan lereng kurang dari 10 derajat, karakteristik litologi berupa konglomerat,
batupasir, batulanau, batulempung, dan batubara. Satuan ini merupakan satuan
erosional dan pengendapan material lapukan dari batuan yang lebih tua.

9-2 Litostratigrafi dan Lingkungan Pengendapan


Di IUP PT. CPMM satuan batuan berikut stratigrafinya dapat digolongkan berdasarkan
satuan litostratigrafi tidak resmi, yaitu penamaan satuan batuan didasarkan pada ciri-
ciri batuan yang dapat diamati dilapangan, meliputi jenis batuan, kombinasi jenis
batuan, keseragaman gejala litologi batuan dan gejala-gejala lain tubuh batuan di
lapangan (Sandi Stratigrafi Indonesia).
Stratigrafi lokal daerah kegiatan memiliki karakteristik batuan sedimen yang
menghalus ke arah atas (fining upward). Secara umum dapat dibagi menjadi tiga
bagian utama stratigrafi, yaitu stratigrafi bagian bawah, stratigrafi bagian tengah dan
stratigrafi bagian atas.
Stratigrafi bagian bawah mempunyai karakteristik batuan sedimen yang relatif kasar
mulai dari ukuran butir pasir sedang, pasir kasar, pasir sangat kasar, butiran (granule)
hingga kerakal (pebble). Batuan sedimen pada stratigrafi bagian bawah ini terdiri dari
konglomerat, batupasir kerakalan (pebbly sandstone), hingga batupasir sedang
sampai batupasir halus. Konglomerat memiliki warna coklat gelap kekuningan dengan
warna lapuk hijau kehitaman, pemilahan buruk.
Komponen terdiri dari kuarsa, kalsedon, rock fragment, ukuran komponen granule (2-
4mm) dan pebble (4-64mm), membundar sampai sangat membundar, low sphericity,

19 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

clast supported, polymodal, matrix poorly sorted, keras. Matriks konglomerat terdiri
dari pasir halus sampai pasir kasar, membundar tanggung sampai membundar,
mineral kuarsa, feldspar. Batupasir kerakalan (pebbly sandstone) umumnya mengapit
lapisan konglomerat tipis (10 - 20cm), mempunyai warna coklat terang kekuningan
dengan warna lapuk coklat tua kehitaman, ukuran butir pasir halus sampai pasir kasar,
menyudut tanggung, pemilahan baik, mempunyai butiran pebble kuarsa yang
mempunyai orientasi sejajar, struktur sedimen silang siur (crossbed).
Stratigrafi bagian tengah mempunyai karakteristik batuan sedimen yang relatif lebih
halus dari batuan sedimen stratigrafi bagian bawah. Terdiri dari batuan sedimen
dengan ukuran butir pasir sedang sampai pasir sangat halus, di beberapa tempat
terdapat batuan sedimen dengan ukuran butir pasir kasar. Batuan sedimen pada
stratigrafi bagian tengah ini merupakan batupasir dengan ukuran butir sedang sampai
sangat halus, mempunyai warna abu‐abu terang kekuningan, dengan warna lapuk
coklat muda kehijauan, pemilahan sedang sampai baik, menyudut tanggung sampai
membundar tanggung, low sphericity, clast supported, polymodal, mineral kuarsa,
feldspar, mika, di beberapa tempat memiliki lapisan tipis karbon dan batubara (0,5 - 2
mm). Struktur sedimen berupa silang siur (crossbed).
Stratigrafi bagian atas mempunyai karakteristik batuan sedimen dengan ukuran butir
yang lebih halus dari batuan sedimen pada stratigrafi bagian tengah. Terdiri dari
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir sangat halus, lanau (silt), dan
lempung (clay). Batuan sedimen yang menyusun stratigrafi bagian atas ini terdiri dari
batulanau dengan sisipan batupasir sangat halus, batulumpur, batulempung, dan
batubara. Batulanau mempunyai warna abu-abu kekuningan, warna lapuk kuning
kecoklatan, very friable, di beberapa lokasi memiliki lapisan tipis karbon (0,1 - 0,5 mm).

20 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 9.1 Peta satuan geomorfologi yang dianalisis dari hasil pemetaan topografi (ground survey)

21 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Batupasir yang menyisip diantara batulanau mempunyai ukuran butir pasir halus
sampai pasir sangat halus, berwarna abu-abu kecoklatan, dengan warna lapuk coklat
kekuningan, pemilahan baik, membundar tanggung, low sphericity, mineral kuarsa,
feldspar, friable, struktur sedimen laminasi sejajar. Batulempung yang terdapat di
stratigrafi bagian atas ini umumnya merupakan sisipan, terutama sebagai batuan atap
(roof), batuan lantai (floor) dari batubara, serta sebagai parting pada batubara.
Batulempung ini mempunyai karakter warna abu‐abu gelap, dengan warna lapuk
abu‐abu kehitaman, banyak terdapat material karbon yang hadir sebagai laminasi,
bercak dan lensa. Di beberapa lokasi batulempung ini merupakan lensa‐lensa yang
terdapat di dalam perselingan batupasir sangat halus dan batulanau.
Secara umum satuan batuan di lokasi ini adalah satuan batupasir konglomeraten,
satuan batupasir, dan satuan batupasir sisipan batulempung. Satuan batupasir
konglomeratan memiliki karakter batuan berupa konglomerat, batupasir kasar sampai
halus, dan batupasir kerakalan (pebbly sandstone). Satuan batupasir mempunyai
karakteristik berupa batupasir tebal dengan ciri khas struktur sedimen silang siur
(crossbed), batulanau. Satuan batupasir sisipan batulempung memiliki karakteristik
batuan berupa batupasir halus sampai sangat halus, batupasir sisipan batulempung,
batulanau, batulempung, dan batubara.
Penampang stratigrafi menunjukkan urut-urutan satuan batuan dari umur paling tua ke
umur paling muda yaitu satuan batupasir konglomeratan, satuan batupasir, dan satuan
batupasir sisipan batulempung.
Kesebandingan litologi lokal dengan litologi regional dapat diketahui dari karakteristik
batuan yang nampak dan memiliki ciri khas tertentu. Sehingga dapat disimpulkan
Satuan Batupasir Konglomeratan dan Satuan Batupasir merupakan Formasi Tanjung
Bagian Bawah, sedangkan Satuan Batupasir Sisipan Batulempung merupakan
Formasi Tanjung Bagian Atas.
Analisis lingkungan pengendapan dari karakteristik stratigrafi bagian bawah didominasi
oleh batuan sangat kasar seperti konglomerat yang memiliki ukuran butir granule
sampai pebble, dan batupasir kasar dengan butiran pebble (pebbly sandstone). Selain
itu banyak sekali ditemukan struktur sedimen silang siur (crossbed) yang mencirikan
adanya arus bedload. Sehingga dapat disimpulkan karakter pengendapan di bagian
bawah dan tengah dari urut‐urutan stratigrafi merupakan endapan saluran (channel
deposit).
Semakin ke arah atas dominasi batupasir crossbed sudah tidak ditemukan lagi,
berganti dengan karakter batuan sedimen yang lebih halus seperti batupasir halus
sampai batupasir sangat halus, batulanau sisipan batupasir, serta batubara yang diapit

22 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

oleh batulempung, di bagian atas dari urut-urutan stratigrafi dicirikan oleh clayey
mudstone yang banyak mengandung laminasi karbon. Selain itu banyak ditemukan
pula wavy laminated, lensa batupasir halus di dalam batulumpur, begitupun sebaliknya
ditemukan lensa batulumpur di dalam batupasir. Dari tipe struktur sedimen yang
ditemukan seperti disebutkan di atas mencirikan kondisi lingkungan belakang tanggul
sungai (backswamp).
Sehingga dapat disimpulkan lingkungan pengendapan yang sesuai dengan
karakteristik batuan sedimen, ukuran butir, struktur sedimen, serta paket stratigrafi dari
bawah ke atas, maka lingkungan pengendapan daerah pemetaan adalah fluvial - upper
delta (Larry Thomas, 2002).

23 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 9.2 Peta distribusi singkapan batubara dan singkapan bukan batubara, serta lintasan penampang stratigrafi lokal

24 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 9.3 Stratigrafi lokal hasil pemetaan geologi detail

25 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

9-3 Struktur Geologi


Pemetaan geologi detail menunjukkan banyak indikasi struktur geologi yang komplek,
dapat dilihat dari data kontur topografi, data struktur geologi berupa lipatan, sesar, dan
kekar. Adanya kelokan lokal pada sungai, kelokan tajam, percabangan sungai lokal,
keragaman lebar tanggul sungai, dan anomali pada sungai mencirikan adanya struktur
geologi.
Beberapa informasi mengenai struktur geologi seperti cermin sesar (slicken side) dan
kekar ditemukan di area ini. Data tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 9.1 Data kekar CPM24RNR


CPM24RNR
220/35 200/20 180/45 215/15 179/45 206/17 305/23
220/35 20/15 180/47 300/20 305/10 240/36
215/60 10/10 185/53 270/5 270/30 3/25
200/48 210/44 200/20 215/23 191/30 148/52
215/43 250/40 80/80 245/20 280/11 181/60

Tabel 9.2 Data kekar CPM26RNR


CPM26RNR
150/59 165/65 155/65 75/25 50/30 170/60 60/45 170/60
160/68 50/40 60/30 165/75 180/73 60/40 155/67 70/40
152/62 160/60 70/30 70/20 165/75 80/35 70/30 150/74
151/72 65/40 64/62 175/82 50/55 165/65 160/77 65/45
50/45 165/54 165/77 70/40 67/69 165/72 60/55 55/38

Tabel 9.3 Data kekar CPM14DSIP


CPM14DSIP
272/84 286/82 215/62 215/62 12/72 271/80 293/72 145/64 116/57
285/79 290/74 282/80 282/80 285/57 301/79 265/82 112/68 62/59
283/80 196/72 284/74 284/74 300/76 134/74 273/78 87/69 305/68
286/86 280/71 290/69 290/69 288/82 286/74 312/72 95/65 218/66
299/78 299/78 260/70 260/70 257/79 302/73 275/90 129/77 302/81
80/55 115/68 115/80 65/60 125/72 115/72 90/65 129/66
135/60 10/62 120/72 30/59 130/80 115/74 120/74 46/29
102/72 120/70 120/82 45/76 127/76 136/77 220/82 134/65
225/64 110/65 110/80 280/82 134/77 194/86 117/76 26/49
109/56 205/72 113/80 90/70 138/74 262/70 106/69 118/68

26 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Tabel 9.4 Data sesar


NO ID X Y Z STRIKE DIP PITCH REMARKS
1 CPM01DSIP 315565 9792837 155 100 65 15 STRIKE SLIP
2 CPM18DSIP 314765 9793884 103 139 78 12 STRIKE SLIP
3 CPM24DSIP 314857 9794116 132 244 42 45 DIP SLIP
4 CPM41DS 315297 9793812 109 230 25 15 STRIKE SLIP
5 CPM31RNRIP 314664 9793560 128 241 43 32 DIP SLIP
6 CPM34IP 314440 9793580 140 275 33 - FAULT
7 CPM72IP 314938 9793729 73 85 55 10 STRIKE SLIP
8 F01FF 314940 9793731 83 130 65 9 STRIKE SLIP
9 F03FF 314897 9793668 97 135 72 - STRIKE SLIP
10 F04FF 314883 9793654 97 144 71 - STRIKE SLIP

Selain data tersebut di atas, analisis struktur geologi juga dapat dilihat dan dianalisis
dari karakteristik kontur topgrafi, seperti adanya kerapatan kontur secara tiba-tiba,
kelurusan kontur dari bentuk lahan perbukitan dan lembah, dan sebagainya.
Ditemukan beberapa lokasi air terjun dan tebing sangat curam yang menunjukkan
gejala struktur geologi berupa patahan.
Struktur utama memanjang dari timurlaut hingga baratdaya berupa lipatan dan
patahan. Kemudian lipatan dan patahan tersebut dipotong oleh sesar-sesar mendatar
berarah ralatif barat-timur. Sesar-sesar minor banyak juga ditemukan di lokasi
pemetaan, baik di bagian selatan maupun utara. Banyaknya gaya tektonik yang
mempengaruhi batuan, menjadikan daerah ini merupakan daerah dengan kondisi
geologi komplek.

Foto 9.1 Kekar di lokasi pemetaan

27 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

CPM14DS
IP

CPM26RN
R

CPM24RN
R

Gambar 9.4 Peta geologi lokal hasil pemetaan geologi detail, termasuk kedalam kelompok geologi komplek dengan banyaknya struktur geologi yang
ditemukan di lokasi pemetaan

28 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

10. GEOLOGI BATUBARA


10-1 Karakteristik Batubara
Batubara terdapat di bagian atas dari urut-urutan stratigrafi lokal, dari data
pengeboran diketahui batubara mempunyai ketebalan dari 0,04 m sampai 1,58 m.
Merupakan batuan yang diapit oleh batualanau sisipan batupasir sangat halus,
dengan batuan roof dan floor adalah batulempung. Selain itu batubara ini pun memiliki
karakter multi-parting, dalam satu seam batubara bisa terdapat sampai tiga lapisan
parting batulempung dengan tebal parting yang relatif sama yakni 0,04 m sampai 0,05
m. Batubara mempunyai warna hitam, beberapa lapisan memiliki warna hitam
kecoklatan, umumnya kusam dengan beberapa lapisan bright, persentase bright
sekitar 40%, goresan hitam kecoklatan sampai hitam, sub‐conchoidal sampai
conchoidal, keras, terdapat mineral pirit sebagai lensa tipis dan bercak.
Selain data singkapan dan data coring, terdapat data sumur uji untuk mengetahui
karakteristik batubara termasuk batuan pengapitnya. Ada dua lokasi yang dijadikan
sumur uji, yakni lokasi pertama di bagian utara dan lokasi kedua di bagian tengah blok
(Gambar 9.4).
Sumur uji di lokasi pertama hingga kedalaman 187 cm, batubara mempunyai
ketebalan 118 cm dengan multi parting. Sedangkan sumur uji di lokasi kedua hingga
320 cm, batubara memiliki ketebalan 113 cm dengan multi parting (Gambar 10.3 dan
Gambar 10.4).

10-2 Kualitas Batubara


Kegiatan pemetaan geologi detail dan pengeboran telah menghasilkan beberapa fresh
sample batubara untuk dianalisis di laboratorium. Pengambilan sampel batubara
dilakukan sesuai kaidah JORC yang memungkinkan sampel memiliki keakuratan tinggi
dalam analisis kualitas.
Analisis sampel dikirim ke PT. Geoservices pada tanggal 23 Oktober 2012, dan
hasilnya dilaporkan pada tanggal 27 Oktober 2012. Dari sampel yang tersedia hanya 4
(empat) sampel yang dianalisis yaitu CPMM-16C 1014, CPMM-16C 1314, CPMM-16C
314, CPMM-16C 714, sampel tersebut hanya bagian body batubara, bukan
keseluruhan dari lapisan batubara itu sendiri yang terdiri atas top, body, dan bottom
(Tabel 11.1). Keempat sampel tersebut diambil dari hasil coring titik pengeboran
CPMM-16C pada tanggal 2 Oktober 2012 dan dimasukkan ke laboratorium pada
tanggal 23 Oktober 2012, sehingga ada rentang waktu 21 hari atau 3 (tiga) minggu
sejak sampel tersebut diambil sampai tiba di laboratorium, sisa sampel yang telah
diambil belum dianalisis sehingga pemodelan kualitas batubara belum dapat dibuat.

29 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Adapun karakteristik batubara yang dianalisis adalah Total Moisture (ar), Moisture in
the analysis sample (adb), Ash (adb), Volatile Matter (adb), Total Sulphur (adb),
Calorific Value (ar, adb), Hardgrove Grindability Index, semua analisis tersebut
menggunakan standar ASTM (American Society for Testing Materials).

Tabel 10.1 Sampel batubara yang dianalisis di laboratorium PT. Geoservices


Interval Horizon or
Bore Hole Sample Code Thickness Lithology Remarks
Seam
From To
CPMM16C CPMM-16C114 9.19 9.34 0.15 Claystone Roof Non coal
CPMM16C CPMM-16C214 9.34 9.49 0.15 Coal Top
CPMM16C CPMM-16C314 9.49 9.84 0.35 Coal Body Parting included
CPMM16C CPMM-16C414 9.84 9.99 0.15 Coal Bottom Parting included
CPMM16C CPMM-16C514 9.99 10.07 0.08 Claystone Floor Non coal
CPMM16C CPMM-16C614 10.57 10.72 0.15 Carbonaceous Mudstone Roof Non coal
CPMM16C CPMM-16C714 10.72 11.09 0.37 Coal Body Parting included
CPMM16C CPMM-16C814 11.09 11.24 0.15 Claystone Floor Non coal
CPMM16C CPMM-16C914 15.57 15.72 0.15 Claystone Roof Non coal
CPMM16C CPMM-16C1014 15.72 15.95 0.23 Coal Body
CPMM16C CPMM-16C1114 15.95 16.10 0.15 Carbonaceous Mudstone Floor Non coal
CPMM16C CPMM-16C1214 16.52 16.62 0.10 Claystone Roof Non coal
CPMM16C CPMM-16C1314 16.62 17.00 0.38 Coal Coal
CPMM16C CPMM-16C1414 17.00 17.15 0.15 Carbonaceous Mudstone Floor Non coal

Dari beberapa karakteristik hasil analisis keempat sampel diatas seperti nilai HGI
(Hardgrove Grindability Index) dan nilai Volatile matter (%), maka dapat disimpulkan
jenis batubara untuk sampel CPMM-16C 314 dan CPMM-16C 714 adalah Lignite-
Subbituminus Coal (Gambar 11.1).

CPMM-16C 314
CPMM-16C 714

Gambar 10.1 Hubungan HGI dan Volatile Matter terhadap kualitas batubara (Berkowitz, 1979
dalam Coal Geology, Larry Thomas hal. 109)

30 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 10.2 Hasil analisis laboratorium dari empat sampel batubara

31 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 10.3 Sumur uji lokasi pertama

32 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 10.4 Sumur uji lokasi kedua

33 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Foto 10.1 Sumur uji di lokasi pertama

Foto 10.2 Sumur uji lokasi kedua

34 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

10-3 Korelasi Batubara


Korelasi batubara antar titik bor dilakukan untuk mengetahui kemenerusan geologi
berdasarkan konsep stratigrafi lokal, terhadap lapisan batubara maupun lapisan non-
batubara yang menjadi batuan pembawa batubara atau coal-bearing sequence.
Proses korelasi geologi batubara tersebut menggunakan software Datamine Studio 3.
Metode pengelompokkan dan penamaan lapisan batubara didasarkan pada
karakteristik yang bisa diamati dari hasil coring batuan, seperti karakteristik
megaskopis dari batubara itu sendiri, lapisan parting, karakteristik litologi roof dan
floor. Selain metode tersebut di atas, metode lainnya adalah analisis karakteristik
pembacaan loging geofisika, nilai pembacaan batubara seperti natural gamma dan
density yang dapat dilihat dari karakteristik bentuk kurvanya (Gambar 10.5, Gambar
10.6, dan Gambar 10.7).
Berdasarkan informasi di atas dapat disimpulkan jumlah keseluruhan lapisan batubara
adalah 6 (enam) lapisan, yaitu lapisan A, B, C, D, E, dan F. Lapisan B yang
merupakan lapisan kedua dari atas merupakan seam utama dengan ketebalan 0,27 -
1,58 m sedangkan lapisan lainnya mempunyai ketebalan 0,04 m - 0,8 m (Tabel 10.2).

35 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

CPMM09

CPMM03CR
CPMM07R

Coal A

Coal B

Coal C

Gambar 10.5 Karakterisitk loging geofisika pada korelasi batubara lapisan A, B, dan C (on-strike)

36 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

CPMM18C

CPMM20C
Coal B
CPMM16C

Coal C
CPMM14B
Coal D
Coal E

Coal F

Gambar 10.6 Karakterisitk loging geofisika pada korelasi batubara lapisan B, C, D, E, dan F (on-
strike)

37 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

CPMM17C

CPMM19C CPMM15C

Coal B

Coal C

Coal D

Coal E

Gambar 10.7 Karakterisitk loging geofisika pada korelasi batubara lapisan B, C, D, dan E (on-
strike)

38 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Tabel 10.2 Distribusi lapisan batubara


NO BHID From To Thickness Seam Remarks
1 CPMM02 59.6 59.82 0.22 UNK Openhole
2 CPMM02 61.86 62.02 0.16 UNK Openhole
3 CPMM03CR 42.69 43.04 0.35 A Coring
4 CPMM03CR 43.8 45.2 1.4 B Coring
5 CPMM03CR 56.83 57.08 0.25 C Coring
6 CPMM04CR 3.55 3.82 0.27 B Coring
7 CPMM04CR 17.67 18.1 0.43 C Coring
8 CPMM04CR 18.7 18.97 0.27 D Coring
9 CPMM06C 63.75 64.9 1.15 B Coring
10 CPMM07R 42.58 44.16 1.58 B Openhole
11 CPMM07R 57.8 58.16 0.36 C Openhole
12 CPMM09 70.65 71.75 1.1 B Openhole
13 CPMM14B 2.72 3.1 0.38 E Coring
14 CPMM15C 4.16 4.52 0.36 B Coring
15 CPMM15C 14.92 15.67 0.75 C Coring
16 CPMM15C 15.93 16.24 0.31 D Coring
17 CPMM16C 9.34 9.99 0.65 C Coring
18 CPMM16C 10.32 10.36 0.04 UNK Coring
19 CPMM16C 10.72 11.09 0.37 D Coring
20 CPMM16C 15.72 15.95 0.23 E Coring
21 CPMM16C 16.6 17 0.4 F Coring
22 CPMM17C 22.62 23.35 0.73 B Coring
23 CPMM17C 33.12 33.7 0.58 C Coring
24 CPMM17C 34.54 34.97 0.43 D Coring
25 CPMM17C 39.7 40.5 0.8 E Coring
26 CPMM18C 8.23 9.65 1.42 B Coring
27 CPMM18C 19.57 20.1 0.53 C Coring
28 CPMM18C 24.28 24.4 0.12 E Coring
29 CPMM18C 24.73 24.95 0.22 F Coring
30 CPMM19C 3.99 4.98 0.99 B Coring
31 CPMM19C 15.48 15.95 0.47 C Coring
32 CPMM19C 20.44 21.1 0.66 E Coring
33 CPMM20C 12.16 12.81 0.65 C Coring
34 CPMM20C 18.67 18.75 0.08 E Coring

39 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

11. SUMBERDAYA BATUBARA


11-1 Pemodelan Geologi
Dari total luas blok eksplorasi sekitar 370 ha, hanya 3 (tiga) area yang dapat dibuat
model geologi batubara. Pengelompokkan ketiga area tersebut berdasarkan distribusi
titik bor, yakni blok selatan yang terdiri dari 7 (tujuh) titik bor, blok utara-1 yang terdiri
dari 2 (dua) titik bor, dan blok utara-2 yang terdiri dari 3 (tiga) titik bor.
Area selatan mempunyai 4 (empat) lapisan batubara yaitu lapisan B, C, D, E, dan F.
Area utara-1 mempunyai 4 (empat) lapisan batubara yaitu A, B, C, dan D. Area utara-2
mempunyai 2 (dua) lapisan batubara yaitu B dan C.
Pemodelan batubara di area utara-1 dan utara-2 menunjukkan arah dip relatif ke arah
barat laut sedangkan pemodelan batubara di area selatan menunjukkan arah yang
berlawanan dengan dip area utara yaitu relatif ke arah tenggara. Sehingga dapat
disimpulkan terdapat lipatan besar dengan sumbu lipatan relatif berarah timur laut -
barat daya, dimana lapisan batubara area utara dan selatan merupakan sayap
lipatannya.
Data hasil coring menunjukkan kemiringan lapisan batubara berkisar 15° sampai 18°,
akan tetapi dari korelasi memperlihatkan lapisan tersebut memiliki elevasi yang sama,
sehingga disimpulkan lapisan batubara tersebut terkena struktur geologi berupa
patahan.

NW SE

Gambar 11.1 Korelasi lapisan batubara utara-1 CPMM03CR dan CPMM04CR

40 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Foto 11.1 Kemiringan batubara 17° dari hasil coring

NW SE

Gambar 11.2 Korelasi lapisan batubara utara-2 CPMM07R dan CPMM06C

41 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

W E

Gambar 11.3 Korelasi lapisan batubara selatan CPMM16C dan CPMM15C

Gambar 11.4 Pemodelan geologi batubara 3D bagian utara-1

42 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Gambar 11.5 Pemodelan geologi batubara 3D bagian utara-2

Gambar 11.6 Pemodelan geologi batubara 3D bagian selatan

11-2 Analisis Statistik, Geostatistik dan Pemodelan Kualitas


Analisis statistik sederhana tidak bisa dilakukan karena jumlah data kualitas yang
terbatas yakni hanya ada 4 (empat) sampel dari satu lubang. Sehingga analisis lebih
lanjut/ geostatistik tidak dapat dilakukan, dengan demikian pemodelan kualitas batubara
juga tidak dapat dilakukan. Kondisi tersebut tidak memungkinkan dibuat klasifikasi
sumberdaya batubara.

43 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

11-3 Volume Batubara


Dikarenakan tidak adanya model kualitas batubara, maka hanya dapat dilakukan
perhitungan potensi batubara dari volume model geologi batubara.
Volume yang diperoleh dari model geologi tidak dapat dikonversi ke dalam tonase potensi
batubara karena densitas batubara tidak dianalisis.
Perhitungan volume batubara dibagi menjadi 5 (lima) kategori berdasarkan kedalaman
maksimum, yaitu kedalaman 60 m, 80 m, 100 m, 120 m, dan 200 m (Tabel 11.1).

44 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Tabel 11.1 Sumberdaya batubara


KEDALAMAN MAKSIMUM
LAPISAN
DENSITY 60 m 80 m 100 m 120 m INSITU (±200 m)
BATUBARA
3 3 3 3 3
VOL (M ) TON VOL (M ) TON VOL (M ) TON VOL (M ) TON VOL (M ) TON
A - 28,978 - 44,098 - 48,998 - 56,558 - 82,378 -
B - 255,637 - 418,519 - 527,808 - 627,947 - 1,025,905 -
C - 81,399 - 95,026 - 104,866 - 117,010 - 154,112 -
D - 29,368 - 29,880 - 29,880 - 29,880 - 29,880 -
E - 41,701 - 43,113 - 43,113 - 43,113 - 43,113 -
F - 9,951 - 10,597 - 10,597 - 10,597 - 10,597 -
TOTAL 447,034 - 641,233 - 765,262 - 885,105 - 1,345,983 -

45 | P a g e
Estimasi Sumberdaya Batubara Sesuai Kaidah JORC Code
IUP PT. Cakra Persada Mandiri Mining di Daerah Panaan
Stania Bara Consulting

Referensi

Boggs Jr., Sam. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy. Pearson Education.
Inc.
Soetrisno, Supriatna, Rustandi, Sanyoto, dan Hasan. 1994. Peta Geologi Lembar Buntok,
Kalimantan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Thomas, Larry. 2002. Coal Geology. John Wiley & Sons Ltd

46 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai