Endapan laterit merupakan sumber utama logam nikel di Indonesia yang telah
endapan laterit nikel di Indonesia yang tersebar di wilayah zona khatulistiwa tersebut
dan potensi laterit nikel di Indonesia terdapat di beberapa daerah di bagian timur
Saat ini PT. Gag Nikel sebuah anak perusahaan PT Antam, Tbk. telah dan
sedang melaksanakan persiapan penambangan bijih nikel laterit di pulau Gag, Kepulauan
Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat. Sejak awal eksplorasi
maupun tidak langsung di dalam eksplorasi bijih nikel KK - PT. Gag Nikel yang terdapat
di Pulau Gag, Kepulauan Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat.
penelitian tentang fraksinasi laterit nikel yang terdapat di Pulau Gag, Kepulauan Waigeo
67
6.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari studi fraksinasi laterit nikel di pulau Gag, Kepulauan Waigeo Barat,
1. Untuk mengetahui potensi kadar nikel yang ada dalam laterit nikel berdasarkan
ukuran butirnya.
2. Dapat dipakai sebagai data pembanding terhadap data eksplorasi nikel pemboran
single tube.
termasuk dalam wilayah Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat dan letak posisi
geografis Pulau Gag berada pada 129°53’00” Bujur Timur dan 0°25’00” Lintang Selatan.
Gambar 6.1. Letak dan Posisi Pulau Gag Sebagai Daerah Penelitian
Pulau Gag terletak kurang lebih 160 Km dari Kota Sorong, Propinsi Papua Barat
dan akses menuju pulau Gag dapat ditempuh dari Kota Sorong dengan menggunakan
perahu motor (speed boat) dengan waktu tempuh selama 3,5 - 4 jam perjalanan dan
apabila menggunakan perahu panjang (Long Boat) memakan waktu sekitar 5,5 - 7 jam.
68
Akses menuju ke Pulau Gag juga dapat dilakukan dengan menggunakan Kapal Reguler
yang jadwalnya tertentu dan memakan waktu lebih lama yaitu sekitar kurang lebih 12 jam
perjalanan.
Pulau Gag merupakan salah satu pulau pada gugusan kepulauan Waigeo Barat
Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat dan terletak di bagian barat Kepala Burung
Fisiografi pulau Gag terdiri dari dataran rendah pantai, rawa pantai dan muara
sungai, kaki gunung dan lembah kecil serta dataran tinggi. Secara umum wilayah pulau
Gag beriklim tropis dengan temperatur udara rata-rata 29,2o C - 35,7o C dan kelembaban
udara relatif tinggi. Iklim Tropis ini dipengaruhi oleh angin pasat timur laut yang terjadi
pada bulan Desember sampai bulan April dan angin pasat selatan pada bulan Juli sampai
September. Pulau Gag mempunyai curah hujan yang cukup tinggi, yaitu berkisar 200 mm
- 600 mm per bulan dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret.
Demografi penduduk Pulau Gag dihuni oleh sekitar 1000 jiwa dengan mata
pencaharian dan pola hidup yang berbeda-beda, struktur sosial masyarakat yang beragam,
fisiografi dengan zona ekosistem yang beragam memberikan pengaruh yang signifikan
Fisiografi pulau Gag terdiri dari dataran rendah pantai, rawa pantai dan muara
sungai, kaki gunung dan lembah kecil serta dataran tinggi. Pulau Gag secara fisiografi
Waigeo Province ) dari lempeng tektonik yang memanjang dari Barat, melintasi Pulau
69
Halmahera, Pulau Waigeo dan terus menuju ke Timur. Lempeng tersebut di kenal sebagai
Sub-lempeng Halmahera (Hall dkk, 1988). Sub-lempeng tersebut di sebelah Barat dibatasi
oleh suatu east dipping subduction zone, dan di sebelah Selatan dibatasi oleh major
Sejarah tektonik Pulau Gag dimulai 50 juta tahun yang lalu (Hall, 1996).
hasil dari pergerakan ini mengakibatkan zona penunjaman sepanjang Sumatera, Jawa dan
sebagian Sulawesi. Di bagian utara, Lempeng Philipina terdesak lepeng Pasifik yang
bergerak kearah barat, pergerakan ini mengakibatkan pergerakan searah jarum jam pada
lempeng Philipina.
Sesar Palu Sorong merupakan sesar mendatar dengan bagian barat yang
menerus hingga Pulau Halmahera. Akibat dari pergerakan sesar mendatar ini membentuk
Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik.
Proses lateritisasi berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
70
tersingkap di permukaan bumi sampai menghasilkan berupa residu nikel yang diakibatkan
oleh faktor laju pelapukan, struktur geologi, iklim, topografi, reagen-reagen kimia dan
didukung oleh pecahan bentukan geologi methamorphic belt di Timur dan Tenggara.
Selain itu kondisi ini juga tidak terlepas oleh iklim, reaksi kimia, struktur, dan topografi
yang cocok terhadap pembentukan nikel laterit. Pelapukan pada batuan dunit dan peridotit
beberapa zona dengan ketebalan dan kadar yang bervariasi. Daerah yang mempunyai
intensitas pengkekaran yang intensif akan mempunyai profil lebih tebal dibandingkan
dengan yang pengkekarannya kurang begitu intensif. Batuan ultramafik yang berada di
wilayah bercurah hujan tinggi, bersuhu hangat, topografi yang landai, banyak vegetasi
Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksen,
sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses serpentinisasi yang terjadi pada
batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit
menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peridotit. Sedangkan proses kimia dan
fisika dari udara, air serta pergantian suhu panas dan dingin yang bekerja kontinu,
menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Logam nikel banyak
dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Nikel merupakan logam
71
3. Pada udara terbuka memiliki sifat yang lebih stabil daripada besi.
Istilah laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata (membentuk
bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata) (Guilbert, 1986).
Disebut juga endapan limonit, didominasi oleh FeO(OH), goetit membentuk zona
saprolit bagian tengah dan bagian atas. Pada endapan ini kadar MgO umumnya
tinggi dan terjadi pengayaan pada unsur Co maupun Ni, kadar nikel rata – rata 1%
- 1,6%.
Horizon bijih utama pada endapan ini terletak dibagian bawah zona saprolit (lower
saprolit).
Didominasi oleh mineral smektit yang kaya akan unsur nikel. Ciri khas dari tipe
endapan ini adalah struktur yang relatif lebih jelas dan zona transisi antara
ferroginous saprolit dan zona saprolit tidak terjadi penurunan Mg yang sangat
Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa,
dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung
olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi. Mineral-mineral tersebut tidak stabil dan
mudah mengalami proses pelapukan. Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik
(peridotit, dunit, serpentinit), dimana batuan ini banyak mengandung mineral olivin,
72
piroksen, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30 %
nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik (Boldt ,1967).
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika
dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan lembab serta
membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al,
bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindian, dimana fluktuasi air tanah
berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya CO2 akan kontak dengan zona
saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral-mineral yang tidak
stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai
dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral-mineral baru pada proses
pengendapan kembali. Endapan besi yang bersenyawa dengan oksida akan terakumulasi
dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap
tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam
tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan
pelindihan/leaching.
Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), Silika (Si), dan Nikel (Ni)
akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam . Tetapi jika dinetralisasi
karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat – zat tersebut akan cenderung
73
Air hujan kaya CO 2
dari atmosfir
ZONE LIMONIT
Penguapan, pengen-
Konsentrasi residu
dapan Si, Al selama
dari Fe dan khromit
musim kering
Fe-hidroksida (+Ni,Al)
Al-hidroksida
naiknya air tanah
mineral lempung
akibat gaya kapiler
Mn-hidroksida (+Co)
Cr-spinel
Pengu- Penam-
rangan ZONE PELINDIAN bahan
larutan pem- silikat yang mengandung nikel terurai larutan pem-
bawa Ni, Mg, Si, dan Ni larut bawa Ni,
Mg, Si Mg, Si
SAPROLIT
Sebagian Mg mengendap
kembali pada rekahan
di batuan asal
mis. : - gel magnesit PERIDOTIT-SERPENTINIT
- serpentin
Serpentinisasi
BATUAN ULTRAMAFIK
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka
Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah
tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus batuan dasar(bedrock). Ikatan dari Ni
yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan rumus
kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang
74
Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona
pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang
pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh
proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona batuan dasar (bed
Pembentukan nikel laterit sangat dipengaruhi oleh 6 faktor utama, yaitu: a).
Batuan asal; b). Iklim; c). Reagen-reagen kimia dan vegetasi; d). Struktur geologi; e).
a. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya
endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini
pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak di antara
batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak
b. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting di dalam
75
proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan
dapat mengubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi
daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: penetrasi air dapat lebih dalam
dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan, akumulasi air hujan
akan lebih banyak , humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk,
dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk
d. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Penelitian ini adalah
batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga
penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih
memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini
yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada
f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
76
Gambar 6.4. : Proses pembentukan nikel melalui kekar-kekar batuan
Batuan yang menyusun Pulau Gag terdiri dari 2 (dua) jenis batuan, bagian
selatan didominasi oleh batuan ultrabasa jenis harzburgite berumur Miosen, sedangkan di
bagian utara tersusun oleh batuan vulkanik jenis andesit yang berumur Tersier dan sedikit
batugamping yang berada di pesisir pantai. Keberadaan Pulau Gag banyak dipengaruhi
77
oleh struktur geologi yang cukup komplek sebagai akibat dari letak pulau yang berada
Endapan nikel laterit yang dijumpai di pulau Gag berasal dari batuan ultra basa
yang telah mengalami pelapukan dan menghasilkan bijih nikel yang terikat dengan silika.
Karena proses pelapukan, maka ikatan tersebut terurai sehingga akan terjadi penghilangan
silikat di satu sisi dan terjadi pengkayaan nikel pada lapisan atau horison tertentu pada
Kriteria lokasi sampel yang akan dianalisa harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
Conto fraksi diambil pada daerah yang sudah terbuka / dinding bukaan tambang
atau pada lubang test pit zona litologi saprolit yang sudah terekspose untuk
78
Pengambilan conto fraksi dilakukan secara vertikal disesuaikan dengan pola
TP-16
TP-17
TP-18
TP-19
Gambar 6.3 merupakan lokasi tempat pengambilan sample fraksinasi pada daerah
penelitian sebanyak 4 titik yaitu TP-16, TP-17, TP-18 dan TP-19. Lokasi tersebut telah
79
6.6.2. Metode Penelitian (Uji Fraksinasi)
ukuran yang telah ditetapkan. Pada uji screen pada sampel fraksinasi di dalam penelitian
ini dilakukan dengan 6 ukuran screen, yaitu #20, #10, #2,5, #1, #0,5, dan #<0,5. Ukuran
screen dari atas ke bawah menunjukkan ukuran screen semakin halus, hal ini bertujuan
untuk menyaring dan mengelompokan ukuran butir boulder, kerikil dan pasir (Gambar
6.5).
80
Gambar 6.5. Bagan Alir Metode Uji fraksinasi
1. Zona pengkayaan terjadi pada ukuran butir yang tertangkap pada screen 2.5 cm
2. Pada zona saprolit dengan ukuran butir 2.5-10 dan ukuran butir >20cm (boulder)
Metode pengambilan conto dibuat dan dilakukan guna mendapatkan suatu data yang valid
dan benar sesuai dengan prosedur kerja. Tahapan pengambilan conto ini dapat dibagi
81
1. Persiapan Lokasi pengambilan conto/material.
a) Lokasi pengambilan sample uji fraksi overlaping dengan titik bor ekplorasi
dengan ukuran panjang 1.10 m dan lebar 1.0 m atau disesuaikan dengan ruang
b) Ukuran test pit tidak lebih besar 1.1. x 1.0 m mengingat tingkat kestabilan laterit
c) Pengambilan material uji fraksi dimulai dari lapisan paling atas (iron cap) sampai
pada zona bed rock untuk mendapatkan besar butir yang maksimal.
d) Pemilihan lubang test pit mengacu pada kedalaman lubang bor existing guna
terjadi longsor, penggali dilenggapi dengan alat pelindung diri seperti safety helmet,
safety belt, tali, sepatu, serta membawa perlengkapan lainnya seperti kamera untuk
mengambil dokumen penyebaran laterit di setiap zonasi dan alat penggali seperti
paling atas, ukuran yang digunakan adalah screen ukuran 0.5cm, 1cm, 2.5cm,
c) Material yang tertahan pada screen paling atas adalah material dengan ukuran +
20 cm, yang tertahan pada ukuran screen 10cm adalah material dengan ukuran
82
butir 10 -20 cm dan seterusnya sampai di dapat ukuran butir di bawah ukuran 0.5
diproses selanjutnya.
palu untuk mendapatkan ukuran yang memungkinkan bisa masuk jaw crusher
ukuran butir tertentu, dilakukan mixing atau pencampuran butir yang sama
sampai tercampur/homogen.
quartering dengan komposisi “A” dan “B” di pisah (tidak diambil) sedang
kelompok “C” dan “D” adalah kelompok yang diambil sebagai perwakilan
a) Hasil mixing dan quartering dari ukuran butir yang sama ditempatkan pada alas
lain : kode lobang / test pit, ukuran butir, dan berat butir dalam satuan kg.
83
c) Pemberian identitas pada material menggunakan aluminium tag yang ditandai
1. Lokasi sumuran sampling harus overlap (1) Pengambilan sampel dimulai dari bagian
dengan titik bor eksplorasi. atas (iron cap) sampai bagian bed rock.
(2) Pengamanan (safety) pada persiapan 2. Pengambilan sampel hingga bagian bawah
pengambilan sampel. (bed rock) pada sumuran uji.
3. Proses penimbangan sampel sebelum (3) Proses penyaringan sampel dengan ukuran
dilakukan penyaringan. ayakan bertingkat dengan ukuran lubang
mulai 20 cm hingga 0.5 cm.
84
(4) Pemisahan dan pengelompokan ukuran butir. 4. Ukuran butir berdimensi diatas 20 cm di
pecah menjadi lebih kecil.
Gambar 6.6. (1) Persiapan Lokasi pengambilan conto/material dan (2) Pengambilan
material uji fraksi.
5. Proses mixing atau proses pencampuran (5) Pengambilan contoh dengan metoda
butiran yang untuk mendapatkan sebaran quartering dengan cara sampel dibagi 4
butir yang seragam (homogen). dan diambil sampel yang berhadapan.
(6) Sampel hasil proses mixing dan quatering 6. Proses labeling menggunakan plat
kemudian di beri kode dan label untuk di alumunium (aluminium tag) dan spidol.
analisa di laboratorium.
Gambar 6.7. (3) Penimbangan dan Penyaringan, (4) Pengelompokkan Ukuran Butir,
(5)Coning dan Quartering dan (6) Identitas Material Fraksi.
Dari hasil analisa unsur kimia menggambarkan laju kenaikan kadar Ni pada ukuran
butir 2.5 – 10cm hingga ukuran butir 10-20cm, hal ini menunjukkan bahwa terjadinya
pelapukan yang intensif pada zona saprolit dengan boulder ukuran sedang (Tabel 6.1.).
85
Pada boulder dengan ukuran di atas 20 cm juga masih menunjukan adanya
pelapukan ditunjukkan dengan nilai kadar Ni pada ukuran tersebut masih menunjukkan
1. Potensi nikel laterit pada zona bedrock dengan ukuran butir >20 cm masih
2. Perlu di lakukan treatment terhadap boulder dengan ukuran butir > 20 cm untuk
menghindari kerugian pada perhitungan cadangan (proved reserves) yang siap tambang
dan untuk meningkatkan nilai tambah pada saat dilakukannya operasi penambangan
(ekploitasi).
86
Gambar 6.11. Interpolasi kadar Ni dari ukuran fraksi > 20 cm
87
Gambar 6.12. Penampang Korelasi Sebaran Laterit Nikel Bor Single Tube
88