Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang

Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi


Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

BAB II
GEOLOGI

2.1 Geologi Regional


Secara fisiografi Pulau Sumatera terletak di sebalah Barat Daya dari
Kontinen Paparan Sunda dan merupakan jalur konvergen antara lempeng
Hindia – Australia yang menyusup di seberah Barat lempeng Paparan
Sunda. Hasil dari konvergensi ini menghasilkan subduksi di sepanjang
palung sunda dan pergerakan lateral menganan dari sistem sesar
Sumatera.
Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat daya Paparan Sunda. Lempeng
Eurasia yang berupa daratan Asia Tenggara bagian Busur Sunda.
Struktur Sumatra dijelaskan oleh Bemmelen (1949) dan dalam hal
lempeng tektonik oleh Hamilton (1979) yang dapat dilihat ada Gambar 2.1.
Elemen struktur utama Sumatera dan wilayah sekitarnya yaitu:
Forearc Region, yang meliputi zona subduksi, bagian dari zona Sunda
yang membentang dari Myanmar ke Indonesia bagian timur. Wilayah yang
terletak di palung samudra dari busur vulkanik, dengan demikin kawasan
ini ditemukan pad abates kovergen akibat tekanan tektonik karena
menindihnya satu lempeng tektonik diatas lempeng lainnya. Forearc
Region terletak di antara punggung bukit, dan busur vulkanik di daratan
Sumatra.
Perbukitan Barisan dan Zona Sesar Sumatra. Perbukitan Barisan terdiri
dari batuan basement yang terangkat pada Paleozoikum Atas dan
Mesozoikum. Batuan sedimen dan vulkanik yang beragam mengalami
terdeamorfosis dan ditrobos oleh granit, ditindih oleh batuan sedimen
Cenozoikum dan vulkanik yang termasuk produk-produk dari gunung
berapi yang berkaitan dengan zona subduksi saat ini, yang membentuk
busur vulkanik yang sedang aktif. Zona Sesar Sumatera merupakan sesar
yang kompleks dextral strike-slip yang menjalar sepanjang pulau melalui
Perbukitan Barisan dari BaratLaut ke Tenggara dengan zona kompresi
dan ekstensi mengalami pengangkatan dan patahan yang membentuk
graben sepanjang zona sesar.Backarc Region,membentang ke arah timur

2-1
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

laut dari Perbukitan Barisan, melintasi Selat Malaka ke pantai timur


Semenanjung Malaya, terdapatnya cekungan sedimen Tersier yang
mengalami penguraian dan penurunan muka bumi dan diisi oleh Neogene
untuk memberikan sedimentasi saat ini. Sedimen dipengaruhi oleh lipatan
dan patahan dan mengandung batubara dan sumber daya minyak dan
gas utama Sumatera (Dyah, Herning & Aluwisia: 2011)

2.1.1 Geomorfologi Regional


Geologi cekungan sumatera selatan adalah suatu hasil kegiatan tektonik
yang berkaitan erat dengan penunjaman lempeng Indo-Australia,yang
bergerak ke arah utara hingga timurlaut terhadap lempeng Eurasia yang
relatif diam. Zona penunjaman lempeng meliputi daeah sebelah barat
pulau sumatera dan selatan pulau jawa. Beberapa lempeng kecil (Micro-
plate) yang berada di antarazona interaksi tersebut turut bergerak dan
menghasilkan zona konvergensi dalam berbagai bentuk dan arah.
Penunjaman lempeng Indo-Australia tersebut dapat mempengaruhi
keadaan batuan,morfologi, tektonik dan struktur jalur busur
depan,magmatic,dan busur belakang.Cekungan sumatera selatan
termasuk kedalam cekungan busur belakang (Back arc Basin) yang
terbentuk akibat interaksi antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng
mikro-sunda.Cekungan ini dibagi menjadi 4 (empat) sub cekungan yaitu:
1. Sub cekungan Jambi
2. Sub cekungan Palembang utara
3. Sub cekungan Palembang selatan
4. Sub cekungan Palembang tengah
Cekungan Sumatera Selatan (South Sumatra Basin) dibatasi oleh
Paparan Sunda di sebelah Timurlaut, daerah ketinggian Lampung
(Lampung High) di sebelah Tenggara, Pegunungan Bukit Barisan di
sebelah Baratdaya serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga
Puluh (Tiga Puluh High) di sebelah Baratlaut. Evolusi cekungan ini diawali
sejak Mesozoic dan merupakan cekungan busur belakuang (back arc
basin). Tektonik cekungan Sumatera dipengaruhi oleh pergerakan

2-2
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

konvergen antara Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Paparan


Sunda (Heidrick dan Aulia, 1993).

Gambar 2.1. Lokasi Cekungan Sumatera Selatan dan batas-batasnya


Sumber : Heidrick dan Aulia, 1993

2-3
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

Gambar 2.2. Peta Lembar Sarolangun


Sumber : scribd

2-4
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

Gambar 2.3. Geologi Regional Daerah Penyelidikan pada IUP-OP. PT. ALAM SEJAHTERA ABADI

2-5
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

2.1.2 Litologi Regional


Pada dasarnya stratigrafi cekungan Sumatera Selatan terdiri dari satu
siklus besar sedimentasi yang dimulai dari fase transgresi pada awal
siklus dan fase regresi pada akhir siklusnya. Awalnya siklus ini dimulai
dengan siklus non- 9 marine, yaitu proses diendapkannya Formasi Lahat
pada oligosen awal dan setelah itu diikuti oleh Formasi Talang Akar yang
diendapkan diatasnya secara tidak selaras. Fase transgresi ini terus
berlangsung hingga miosen awal, dan berkembang formasi Batu Raja
yang terdiri dari batuan karbonat uyang diendapkan pada lingkungan back
reef, fore reef dan intertidal. Sedangkan untuk fase transgresi maksimum
diendapkan Formasi Gumai bagian bawah yang terdiri dari shale laut
dalam secara selaras diatas Formasi Batu Raja. Fase regresi terjadi pada
saat diendapkannya Formasi Gumai bagian atas dan diikuti oleh
pengendapan Formasi Air Benakat secara selaras yang didominasi oleh
litologi batupasir pada lingkungan pantai dan delta.
Pada pliosen awal, laut menjadi semakin dangkal karena terdapat dataran
delta dan non-marine yang terdiri dari perselingan batupasir dan claystone
dengan sisipan berupa batubara. Pada saat pliosen awal ini menjadi
waktu pembentukan dari formasi Muara Enim yang berlangsung sampai
pliosen akhir yang terdapat pengendapan batuan konglomerat, batu
apung dan lapisan batupasir tuffa. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan
diawali dengan siklus pengendapan darat, kemudian berangsur menjadi
pengendapan laut, dan kembali kepada pengendapan darat. Urut-urutan
stratigrafi dari tua ke muda (Faishal. Rizqi: 2008).

2-6
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

Litologi

Pasir, Batulempung

Kas
Kerikil, pasir tuffan

ai
Muara dan lempung,
Enim
Lempung, lempung
pasiran, pasir dan
lapisan tebal
Lempung pasiran
batubara
akat
Ben
Air

dan padatan, banyak


pasir dan gamping
Gum

Napal, lempung,
ai

serpih, serpih
lanauan kadang-
kadang gamping,
dan pasir tipis
Napal, gamping terumbu dan
Bat

Raj
u

gamping lempungan

Pair, pasir gampingan,


Tala
ng

lempung, lempung pasiran


sedikit batubara, pasir
kasar

Tuff ungu, hiaju, merah


LAF

dan coklat
Lempung tuffan, breksi
dan konglemerat
tersie

Batuan beku aneka warna


Pra-

dan batuan sedimen yang


termetaforsir tingkat
rendah
Gambar 2.4. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
Sumber : Koesoemadinata, 1980

2-7
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

a. Batuan Dasar (Basement)


Batuan dasar (pra tersier) terdiri dari batuan kompleks Paleozoikum dan
batuan Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku, dan batuan
karbonat. Batuan dasar yang paling tua, terdeformasi paling lemah,
dianggap bagian dari Lempeng-mikro Malaka, mendasari bagian utara
dan timur cekungan. Lebih ke selatan lagi terdapat Lempeng-mikro Mergui
yang terdeformasi kuat, kemungkinan merupakan fragmen kontinental
yang lebih lemah. Lempeng-mikro Malaka dan Mergui dipisahkan oleh
fragmen terdeformasi dari material yang berasal dari selatan dan
bertumbukan.
Bebatuan granit, vulkanik, dan metamorf yang terdeformasi kuat (berumur
Kapur Akhir) mendasari bagian lainnya dari cekungan Sumatera Selatan.
Morfologi batuan dasar ini dianggap mempengaruhi morfologi rift pada
Eosen-Oligosen, lokasi dan luasnya gejala inversi/pensesaran mendatar
pada Plio-Pleistosen, karbon dioksida lokal yang tinggi yang mengandung
hidrokarbon gas, serta rekahan-rekahan yang terbentuk di batuan dasar
(Ginger& Fielding, 2005).

b. Formasi Lahat
Formasi Lahat diperkirakan berumur oligosen awal (Sardjito dkk, 1991).
Formasi ini merupakan batuan sedimen pertama yang diendapkan pada
Cekungan Sumatera Selatan. Pembentukannya hanya terdapat pada
bagian terdalam dari cekungan dan diendapkan secara 12 tidak selaras.
Pengendapannya terdapat dalam lingkungan darat/aluvialfluvial sampai
dengan lacustrine.Fasies batupasir terdapat di bagian bawah, terdiri dari
batupasir kasar, kerikilan, dan konglomerat. Sedangkan fasies shale
terletak di bagian atas (Benakat Shale) terdiri dari batu serpih sisipan
batupasir halus, lanau, dan tufa. Sehingga shale yang berasal dari
lingkungan ini dapat menjadi batuan induk. Pada bagian tepi graben
ketebalannya sangat tipis dan bahkan tidak ada, sedangkan pada bagian
tinggian intra-graben sub cekungan selatan dan tengah Palembang
ketebalannya mencapai 1000m (Ginger & Fielding, 2005).

2-8
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

c. Formasi Talang Akar


Formasi Talang Akar diperkirakan berumur oligosen akhir sampai miosen
awal. Formasi ini terbentuk secara tidak selaras dan kemungkinan
paraconformable di atas Formasi Lahat dan selaras di bawah Formasi
Gumai atau anggota Basal Telisa/formasi Batu Raja. Formasi Talang Akar
pada cekungan Sumatera Selatan terdiri dari batulanau, batupasir dan
sisipan batubara yangdiendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga
transisi. Bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan
sisipan batubara. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara
batupasir dan serpih.
Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 460 – 610 m di dalam
beberapa area cekungan. Variasi lingkungan pengendapan formasi ini
merupakan fluvial-deltaic yang berupa braidded stream dan point bar 13 di
sepanjang paparan (shelf) berangsur berubah menjadi lingkungan
pengendapan deltafront, marginal marine, dan prodelta yang
mengindikasikan perubahan lingkungan pengendapan ke arah cekungan.
Sumber sedimen batupasir Talang Akar Bawah ini berasal dari dua
tinggian pada kala oligosen akhir, yaitu di sebelah timur (Wilayah Sunda)
dan sebelah barat (deretan Pegunungan Barisan dan daerah tinggian
dekat Bukit Barisan).

d. Formasi Baturaja
Formasi Batu Raja diendapkan secara selaras di atas formasi Talang Akar
pada kala miosen awal. Formasi ini tersebar luas terdiri dari karbonat
platforms dengan ketebalan 20-75 m dan tambahan berupa karbonat
build-up dan reef dengan ketebalan 60-120 m. Didalam batuan
karbonatnya terdapat shale dan calcareous shale yang diendapkan pada
laut dalam dan berkembang di daerah platform dan tinggian (Bishop,
2001). Produksi karbonat berjalan dengan baik pada masa sekarang dan
menghasilkan pengendapan dari batugamping. Keduanya berada pada
platforms di pinggiran dari cekungan dan reef yang berada pada tinggian
intra-basinal. Karbonat dengan kualitas reservoir terbaik umumnya berada

2-9
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

di selatan cekungan, akan tetapi lebih jarang pada bagian utara sub-
cekungan Jambi (Ginger dan Fielding, 2005).

e. Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas formasi Batu Raja pada
kala oligosen sampai dengan tengah miosen. Formasi ini tersusun 15 oleh
fosilliferous marine shale dan lapisan batugamping yang mengandung
glauconitic (Bishop, 2001). Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih
yang mengandung calcareous shale dengan sisipan batugamping, napal
dan batulanau. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara
batupasir dan shale. Ketebalan formasi Gumai ini diperkirakan 2700 m di
tengah-tengah cekungan. Sedangkan pada batas cekungan dan pada
saat melewati tinggian ketebalannya cenderung tipis.

f. Formasi Air Benakat


Formasi Air Benakat diendapkan selama fase regresi dan akhir dari
pengendapan formasi Gumai pada kala tengah miosen (Bishop, 2001).
Pengendapan pada fase regresi ini terjadi pada lingkungan neritik hingga
shallow marine, yang berubah menjadi lingkungan delta plain dan coastal
swamp pada akhir dari siklus regresi pertama. Formasi ini terdiri dari
batulempung putih kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-
abu hitam kebiruan, glaukonitan setempat mengandung lignit dan di
bagian atas mengandung tufaan sedangkan bagian tengah kaya akan fosil
foraminifera. Ketebalan formasi ini diperkirakan antara 1000-1500 m.

g. Formasi Muara Enim


Formasi ini diendapkan pada kala akhir miosen sampai pliosen dan
merupakan siklus regresi kedua sebagai pengendapan laut dangkal 16
sampai continental sands, delta dan batu lempung. Siklus regresi kedua
dapat dibedakan dari pengendapan siklus pertama (formasi Air Benakat)
dengan ketidakhadirannya batupasir glaukonit dan akumulasi lapisan
batubara yang tebal. Pengendapan awal terjadi di sepanjang lingkungan
rawa-rawa dataran pantai, sebagian di bagian selatan cekungan Sumatra
Selatan, menghasilkan deposit batubara yang luas. Pengendapan

2-10
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

berlanjut pada lingkungan delta plain dengan perkembangan secara lokal


sekuen serpih dan batupasir yang tebal.
Siklus regresi kedua terjadi selama kala Miosen akhir dan diakhiri dengan
tanda-tanda awal tektonik Plio-Pleistosen yang menghasilkan penutupan
cekungan dan onset pengendapan lingkungan non marine Batupasir pada
formasi ini dapat mengandung glaukonit dan debris volkanik. Pada formasi
ini terdapat oksida besi berupa konkresikonkresi dan silisified wood.
Sedangkan batubara yang terdapat pada formasi ini umumnya berupa
lignit. Ketebalan formasi ini tipis pada bagian utara dan maksimum berada
di sebelah selatan dengan ketebalan 750 m (Bishop, 2001).

h. Formasi Kasai
Formasi ini diendapkan pada kala pliosen sampai dengan pleistosen.
Pengendapannya merupakan hasil dari erosi dari pengangkatan Bukit
Barisan dan pegunungan Tigapuluh, serta akibat adanya pengangkatan
pelipatan yang terjadi di cekungan. Pengendapan dimulai setelah
tandatanda awal dari pengangkatan terakhir Pegunungan Barisan yang 17
dimulai pada miosen akhir. Kontak formasi ini dengan formasi Muara Enim
ditandai dengan kemunculan pertama dari batupasir tufaan. Karakteristik
utama dari endapan siklus regresi ketiga ini adalah adanya kenampakan
produk volkanik. Formasi Kasai tersusun oleh batupasir kontinental dan
lempung serta material piroklastik. Formasi ini mengakhiri siklus susut
laut. Pada bagian bawah terdiri atas tuffaceous sandstone dengan
beberapa selingan lapisan-lapisan tuffaceous claystone dan batupasir
yang lepas, pada bagian teratas terdapat lapisan tuff, batu apung yang
mengandung sisa tumbuhan dan kayu berstruktur sedimen silang siur.
Lignit terdapat sebagai lensa-lensa dalam batupasir dan batulempung
yang terdapat tuff.

2.1.3 Struktur Geologi Regional


Secara regional perkembangan struktur geologi di Sumatera Selatan pada
prinsipnya dipengaruhi oleh beberapa rejim tektonik. Pada daerah
Cekungan belakang busur (back-arc basin) struktur geologi berkembang
akibat kombinasi pensesaran lateral (strike slip atau wrenching) dan rejim

2-11
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

kompresional, sedangkan pada daerah busur vulkanik (volcanic arc)


perkembangan struktur geologi dikontrol oleh wrenching lihat gambar 2.5.
Pada Cekungan Sumatera Selatan struktur geologi pada umumnya
ditunjukkan oleh dua komponen utama, yaitu (1) batuan dasar pra-Tersier
yang membentuk half graben, horst dan blok sesar dan (2) elemen
struktur berarah Baratlaut-Tenggara dan struktur depresi di Timurlaut yang
keduanya terbentuk sebagai akibat dari orogen Plio-Plistosen.

Gambar 2.5. Ilustrasi mekanisme pembentukan struktur geologi di


cekungan belakang busur dan busur vulkanik di daerah Sumatera Selatan
Sumber : Scribd
Jenis struktur yang umum dijumpai di Cekungan Sumatera Selatan terdiri
dari lipatan, sesar dan kekar. Struktur lipatan memperlihatkan orientasi
BaratlautTenggara, melibatkan sikuen batuan berumur Oligosen-Plistosen
(Gafoer dkk., 1986). Sedangkan sesar yang ada merupakan sesar normal
dan sesar naik. Sesar normal dengan pola kelurusan Baratlaut-Tenggara
tampak berkembang pada runtunan batuan berumur Oligosen-Miosen,
sedang struktur dengan arah umum Timurlaut – Baratdaya, Utara-Selatan,
dan Barat-Timur terdapat pada sikuen batuan berumur Plio-Plistosen.
Sesar naik biasanya berarah Baratlaut-Tenggara, Timurlaut-Baratdaya
dan Barat-Timur, dijumpai pada batuan berumur Plio-Plistosen dan
kemungkinan merupakan hasil peremajaan (reactivation) struktur tua yang
berupa sesar tarikan (extensional faults).
Struktur rekahan yang berkembang memperlihatkan arah umum
TimurlautBaratdaya, relatif tegak lurus dengan “strike” struktur regional
atau sejajar dengan arah pergerakan tektonik (tectonic motion) di
Sumatera. Pembentukan struktur lipatan, sesar, dan kekar di Cekungan

2-12
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

Sumatera Selatan memberikan implikasi yang signifikan terhadap


akumulasi sumber daya minyak bumi, gas alam, batubara, dan panas
bumi. Kumpulan struktur lipatan yang membentuk antiklinorium telah
banyak dijumpai berperan sebagai perangkap hidrokarbon. Selain struktur
geologi, jenis litologi penyusun stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan
telah pula mengontrol penyebaran sumber daya energi fosil dan non-fosil
di daerah ini.
Kabupaten Batanghari pada umumnya adalah daerah berbukit dengan
ketinggian berkisar antara 11 - 500 m di atas permukaan laut.Sebagian
besar Kabupaten Batanghari di Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan
Sungai Batanghari kebanjiran rawa sepanjang tahun. Dalam
geomorfologis Kabupaten Batang Hari adalah daerah yang mempunyai
kemiringan landai berkisar dari 0 hingga 8 persen (92,28 persen).
Kecamatan yang terletak di hulu Sungai Batang daerah cenderung lebih
bergelombang dibandingkan daerah hilir. Wilayah ini yang terletak di
Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten dan
Kecamatan Mersam Maro Sebo Ilir. Tembesi Muara, Muara Bulian,
Kabupaten dan Kecamatan Bajubang Pemayung memiliki topografi yang
cenderung lebih datar / miring, sedangkan wilayah dengan topografi
miring di daerah Kabupaten Batang Hari hampir tidak ada.
Kabupaten Batanghari dilalui oleh dua sungai besar yaitu Sungai Batang
dan Batang Tembesi. Beberapa sungai lainnya yang relatif besar
termasuk Dangun Sungai Bangko, Sungai Kayu Aro, Sungai Rengas,
Sungai Cincin, Sungai perangkap. Selain sungai-sungai besar ada juga
beberapa sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Sungai Singoan,
Sungai Bernai, Sungai Mersam, Bulian Sungai, Sungai Kandang, Sungai
Aur, dan Sungai Bacang lain - lain.
Kondisi geologi dan struktur tanah yang ditemukan di Kabupaten
Batanghari meliputi wilayah didominasi oleh 283.986 ha Neogin diikuti
oleh daerah endapan tufa 171.662 ha dan 84.472 ha Vulkan. Penyebaran
tipe struktur terkonsentrasi di wilayah Neogin kecamatan Maro Sebo Ulu
yang meliputi 74.660 ha, atau 26,29 persen, meliputi sebagian Kecamatan

2-13
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

Pemayung 53.822 ha atau 18,95 persen dan wilayah Kecamatan Mersam


43.353 ha atau 15,26 persen. Untuk jenis sedimen tersebar hampir merata
di setiap kabupaten, sementara tufa Vulcan Sub terkonsentrasi pada area
seluas 32.247 XXIV batin Ha atau 38,17 persen dan sisanya tersebar di
hampir semua kabupaten (Enggiatmoko, Dinawan B. 2013).

2.2 penyelidikan dan hasil penyelidikan terdahulu


2.2.1 Nama Instansi/Organisasi
Profil pererusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
-Nama perusahaan : PT. Alam Sejahtera Abadi
-Jenis Badan Hukum : PT (Perseroan Terbatas)
-Alamat Persahaan : Dusun Kunangan Jaya II
-Bidang Usaha dan atau Kegiatan : Pertambangan Batubara
-Lokasi Proyek : Desa Bungku
-NPWP :-
-Izin yang terkait dengan IUP-OP :-
-Nama :-
-Jabatan :-
-Alamat :-

2.2.3 Geomorfologi Penyelidikan Terdahulu


Ketinggian dari morfologi ini berkisar antara 71-83 meter diatas
permukaan laut. Satuan morfologi ini terdapat dalam blok IUP PT. Alam
Sejahtera abadi yang areanya berkonsesi dengan batuan penyusun yang
terdiri dari batulempung yang beraal dari pelapukan batuan yang lebih tua
dan juga endapan sungai. Daerah penyelidikan merupakan suatu
perbukitan yang bergelombang lemah-sedang yang termasuk didalam IUP
PT. Alam Sejahtera Abadi yang tersusun dari sedimen lunak-keras.

2.2.4 Litologi Dan Stratigrafi Penyelidikan Terdahulu


Daerah penyelidikan terdahulu memiliki beberapa formasi yaitu Formasi
Muara Enim, yang terdiri dari lapisan Sub Batulempung, Batupasir,
Lempung-pasiran, Pasir-lempungan, Karbonesium, Mudstone, hal ini
didapat berdasar data bor. Pelapisan batuan yang ditemukan selama

2-14
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

penyelidkan biasanya mengarah ke Timurlaut - Baratdaya dengan slope


lapisan kearah Baratdaya 6o-13o. Dari data pemboran yang telah
dilakukan terdahulu ditemukan batuan yang berupa batulempung, dan
sisipan batubara.

2.2.5 Struktur Geologi Penyelidikan Terdahulu


Struktur geologi penyelidkan terdahulu berdasarkan hasil korelasi titik bor
dapat disimpulkan bahwa daerah penyelidikan terletak di bagian Baratlaut
kearah Tenggara.

2.2.6 Sumberdaya Penyelidikan Terdahulu


Terdapat dua jenis kualitas batubara yang utama yaitu sub-bituminus
sampai bituminus.

Tabel 2.1. Sumberdaya dan Cadangan Batubara PT. Alam Sejahtera


Abadi
NO Nama Block Seam Ketebalan Sumberdaya Tahun 2019
/ Prospek
Terukur Total

(m) (ton) (ton)

1. Block 1 Seam A 9 30.358.481 30.358.481

2-15
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

Gambar 2.6. Sumberdaya dan Cadangan Batubara PT. Alam Sejahtera Abadi

2-16
Laporan Praktikum Lapangan Perencanaan Tambang
Pada IUP-OP PT. Alam Sejahtera Abadi
Desa Bungku, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Tahun 2019

2-17

Anda mungkin juga menyukai