Anda di halaman 1dari 26

Pemetaan Geologi

Litostratigrafi

• Litostratigrafi adalah penggolongan batuan di


bumi secara bersistem, menjadi satuan-satuan
bernama, yang bersendi pada ciri-ciri batuan
yang dapat diamati di lapangan
• Urutan tingkat satuan litostratigrafi. Dari besar
ke kecil adalah : “Kelompok”, “Formasi” dan
“Anggota”.
Formasi
Adalah satuan dasar dalam pembagian satuan
litostratigrafi.
• Formasi harus memiliki keseragaman atau ciri-ciri litologi yang
nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, perulangan
dari dua jenis batuan atau lebih.
• Formasi dapat tersingkap di permukaan, berkelanjutan ke
bawah permukaan atau seluruhnya di bawah permukaan.
• Formasi haruslah mempunyai nilai stratigrafi yang memiliki
daerah yang cukup luas dan lazimnya dapat dipetakan pada
skala 1 : 25.000.
• Tebal suatu formasi berkisar antara kurang dari satu meter
sampai beberapa ribu meter. Oleh karena itu ketebalan
bukanlah suatu syarat pembatasan Formasi.
Stratigrafi Daerah Leuwiliang
Berdasarkan ciri litologi yang dijumpai di
lapangan, dapat disimpulkan bahwasanya
litologi di daerah penelitian terdiri dari tiga
formasi batuan, yaitu Formasi Bojongmanik,
Formasi Cibulakan dan Formasi Genteng. Serta
dua satuan batuan yang terbentuk kemudian,
yaitu Satuan Batuan Breksi Laharik dan Satuan
Endapan Aluvial.
Stratigrafi Daerah Leuwiliang
Denny S.K
1991
Stratigrafi Daerah Leuwiliang
1 - Fm Bojongmanik
Nama Formasi Bojongmanik, sebelum dibakukan menjadi
nama resmi, mempunyai nama berbeda-beda.
• Koolhoven (1933) menamakan sebagai Formasi
Bojongmanik Tengah atau Formasi Batubara.
• Van Bemmelen (1949) menamakannya sebagai
Bojongmanik Beds.
• Siswoyo dan Thayyib (1976, menamakan secara resmi
sebagai “Formasi Bojongmanik”.
• Denny SK (1991) membagi Fm. Bojongmanik di Leuwiliang
dsk, menjadi satu satuan batuan, yaitu Satuan Batupasir
Tufan.
Ciri Satuan Batupasir Tufan Fm. Bojongmanik

• Secara umum berupa dominasi batupasir tufan dengan


sisipan-sisipan batulempung, konglomerat, breksi dan
lensa-lensa batubara muda. Struktur sedimen yang
berkembang adalah gradded badding, cross bedding,
parallel laminasi dan scouring. Umur Miosen Tengah
(N13-N14)
• Batupasir tufan dicirikan oleh warna putih keabu-abuan
sampai kebiruan, berlapis hingga masive, bersifat tufan,
keras, ukuran butir dari halus hingga kasar, sering
memperlihatkan bentuk perulangan antara batupasir
kasar dengan batupasir halus terkadang dengan bentuk
menjari atau melensa.
Serat2 batubara pada batupasir tufan

Pecahan batubara pada batupasir tufan


Batupasir tufan, mengandung fosil
(foram kecil) dan serpihan kabon pada
Masa dasar batuan
2 - Fm. Cibulakan
• Frei (1931) merupakan orang pertama yang menamakan
satuan ini sebagai "Cibulakan Series".
• Van Bemmelen (1949) menamakannya sebagai "Annulatus
Complex" .
• Sudjatmiko (1972) dan Bhanuindra (1974) menamakannya
sebagai "Formasi Jatiluhur",
• Martodjojo (1984) menamakannya sebagai "Formasi
Cibulakan",
• Denny SK (1991), di daerah Leuwiliang, berdasarkan ciri-ciri
litologinya, membagi Formasi Cibulakan ini menjadi dua
satuan, yaitu Satuan Batulanau Selang - seling Batupasir
dan Satuan Batugamping.
Ciri Fm. Cibulakan Di Leuwiliang dsk

• Secara umum ciri litologi Formasi Cibulakan di daerah


Leuwiliang dsk, terdiri dari batupasir yang berselang-seling
dengan batulanau, serta terdapat pula serpih, lempung dan
batugamping. Umur : Miosen Tengah (N13-N14).
• Batupasir dan batulanau sangat dominan, mengandung
sedikit pirit ( ± 3% ) umumnya terisi oleh nodul-nodul
batuan karbonat berwarna putih kecoklatan.
• Batugamping berwarna putih kotor, pada bagian bawah
yang kontak dengan batupasir, memperlihatkan perlapisan,
sedangkan kearah puncak bentuknya masive.
• Struktur sedimen yang berkembang berupa paralel laminasi
serta dijumpai jejak-jejak acakan binatang.
Ciri Fm. Cibulakan
1. Satuan Batulanau Selang-seling Batupasir

Ciri Batulanau :
Batulanau berwarna abu-abu gelap umumnya bersifat karbonatan,
banyak mengandung foraminifera mikro dan sedikit yang berukuran
makro. Pada batulanau sering dijumpai nodul-nodul batuan karbonat
ukuran 5 - 20 cm berwarna putih kecoklatan, sangat keras dan
memperlihatkan kesearahan. Selain itupun sering pula dijumpai urat-
urat kalsit setebal 0,5 - 2 cm. Yang khas pada batulanau ini adalah
sering dijumpainya serat-serat karbon berwarna coklat kehitaman,
menyebar tidak merata. Pada kondisi lapuk memperlihatkan warna
terang, keputihan, menyerpih dengan retakan tak teratur.
3. Formasi Genteng
• Formasi Genteng adalah formasi batuan yang secara tidak
selaras menutupi Formasi Cibulakan dan Formasi
Bojongmanik dibagian atasnya. Dicirikan oleh litologi
berupa tuf epiklastik, batupasir tufan, konglomerat dan
breksi.
• Koolhoven (1920) menamakannya sebagai "Boven
Bojongmanik Lagen", yang dianggap sebagai Formasi
Bojongmanik Tengah.
• Van Bemmelen (1949) dengan Marks (1957)
menamakannya sebagai "Genteng Beds".
• Sebutan Formasi Genteng dibakukan oleh Siswoyo dan
Thayyib (1976), kemudian nama formasi tersebut dipakai
oleh para peneliti berikutnya.
Ciri Fm. Genteng

Secara keseluruhan ciri litologi dari Formasi


Genteng yang dijumpai di lapangan adalah berupa
tuf epiklastik, breksi andesit, konglomerat,
batupasir tuf, endapan lahar dan endapan lava
dengan struktur sedimen yang berkembang
umumnya adalah gradded bedding, silang siur dan
paralel laminasi. Dibeberapa tempat sering pula
dijumpai adanya kayu-kayu yang terkersikan tetapi
dalan jumlah yang sedikit.
Formasi Genteng, terdiri dari batu
apung, batupasir tufaan, tuf debu,
breksi andesit, konglomerat dan
lempung tufan.
Tuf batu apung berbutir halus – kasar,
berlapis baik dengan sisipan tipis tuf
debu dan kayu terkersikan.
Ciri Satuan Fm. Genteng
Kayu terkersikkan – khas dijumpai pada Fm. Genteng
TERIMA KASIH
Ciri Fm. Genteng
1. Tuf Epiklastik

• Tuf epiklastik cukup dominan penyebarannya di beberapa


tempat telah mengalami ubahan menjadi metasedimen
seperti yang dijumpai di sungai Cisarua dan Gunung
Parungpung. Tuf ini dicirikan oleh bentuk yang massive,
dengan warna putih abu-abu kekuningan, berlapis tipis hingga
sedang antara 4 mm - 20 cm, sangat keras.
• Di Desa Hambaro, Desa Citeras dan sekitarnya tuf epiklastik
yang dijumpai umumnya tidak mengalami ubahan, dicirikan
oleh warna putih kemerahan, mudah diremas kadang-kadang
terdapat material-material tuf yang berukuran 2 - 5 cm terisi
sedikit mineral hitam, kemas terbuka, pilah buruk.
Ciri Fm. Genteng
2. Batupasir Tufan, Konglomerat Serta Breksi
• Di daerah sekitar desa Citeras hingga ke arah Gunung Dongkal
banyak dijumpai singkapan Batupasir tufan yang selalu hadir
bersama konglomerat. Batupasir tufan dicirikan oleh warna
putih kecoklatan, ukuran butir dari halus hingga kasar antara
0,1 mm hingga 5 cm.
• Perubahan dari batupasir kasar ke halus secara berangsur dan
terjadi berulang-ulang. Kadang-kadang dijumpai lapisan
batupasir kasar yang lebih kompak dengan kenampakan
sebagai sisipan, ketebalan 10 - 15 cm. Kuarsa hadir cukup
banyak antara 10 - 15 % , hadir pula galena dan mineral hitam
dalam jumlah sedikit. Fragmen yang ada berupa batuan beku,
tua, bentuk butir sub rounded - rounded, pilah buruk, kemas
terbuka.
Ciri Fm. Genteng
2. Batupasir Tufan, Konglomerat Serta Breksi
• Konglomerat hadir di dalam batupasir tufan tersebut,
umumnya sebagai sisipan dengan perubahan berangsur ke
arah atas dan bawahnya, ukuran butir antara 0,1 mm - 3
cm, sub rounded - rounded, pilah buruk, kemas tertutup.
Matriks lempungan. Fragmen berupa tuf, batuan beku dan
batupasir tuf.
• Batuan breksi dapat pula dijumpai sebagai sisipan pada
batupasir tufan di sekitar desa Citeras, warna putih
kehijauan,ketebalan ± 20 cm terdiri dari fragmen serat-
serat kayu dan batuan beku dengan ukuran butir antara 0,5
- 1 cm. Hadir pula kuarsa (± 15 %) dan pirit ( ± 1 %), bentuk
butir menyudut - menyudut tanggung, pilah buruk, kemas
terbuka.
Ciri Fm. Genteng
2. Batupasir Tufan, Konglomerat Serta Breksi
• Di sekitar kaki Gunung Parungpung dijumpai breksi dalam
komposisi yang berbeda.
• Breksi ini memperlihatkan perlapisan dengan ketebalan
antara 20 - 50 cm selang-seling dengan batupasir tufan
yang berukuran kasar dan ketebalannya antara 30 - 50 cm.
Kesamaan yang dimiliki antara breksi di desa Citeras
dengan di kaki Gunung Parungpung adalah hadirnya kuarsa
yang cukup banyak yaitu antara 10 - 15 %.
• Fragmen pembentuk yang terdapat di dalam breksi Gunung
Parungpung adalah andesit, tuf, batuapung, kuarsa,
obsidian dengan ukuran butir antara 0,5 - 10 cm, bentuk
butir angular, kemas tertutup, pilah buruk dan sangat keras.

Anda mungkin juga menyukai