Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam
yang sangat besar, baik itu berupa hasil hutan maupun hasil tambang yang berupa
bijih, minyak bumi, maupun mineral. Salah satunya yakni bijih logam khususnya,
yang memiliki banyak kegunaan dan mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan adalah logam Nikel (Ni). Nikel mempunyai potensi sangat besar
untuk dikembangkan di Indonesia karena terdapat di beberapa lokasi dalam
jumlah sumber daya yang cukup besar untuk mensuplai kebutuhan nikel dalam
negeri maupun untuk diekspor ke luar negeri.Daerah penghasil nikel di indonesia
memang tergolong banyak.Maluku Utara adalah daerah yang dikenal sebagai
salah satu penghasil nikel terbesar, tepatnya di Halmahera Timur. Area
pertambangan ada di dua wilayah yakni Maba dan Wasile. Lokasi pertambangan
tersebut adalah sumber utama penghasil nikel yang ada di Kepulauan Maluku.
Nikel laterit merupakan salah satu mineral logam hasil dari proses pelapukan kimia
batuan ultramafik yang mengakibatkan pengkayaan unsur Ni, Fe, Mn, dan Co secara
residual dan sekunder (Syafrizal et al., 2011; Burger, 1996). Nikel laterit dicirikan oleh
adanya logam oksida yang berwarna coklat kemerahan mengandung Ni dan Fe (Cahit et
al., 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit
adalah morfologi, batuan asal dan tingkat pelapukan (Kurniadi et al., 2017). Tingkat
pelapukan yang tinggi sangat berperan terhadap proses lateritisasi (Tonggiroh et al.,
2012). Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari proses pelapukan yang intensif pada
batuan peridotit (Sundari dan Woro, 2012), selanjutnya infiltrasi air hujan masuk ke
dalam zona retakan batuan dan akan melarutkan mineral yang mudah larut pada batuan
dasar. Mineral dengan berat jenis tinggi akan tertinggal di permukaan sehingga
mengalami pengkayaan residu seperti unsur Ca, Mg, dan Si.
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air
yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan
nyata,

1
biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen
adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan
yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara
permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto
2005).
Penentuan kadar air pada suatu bahan memerlukan suatu ketetapan standar
pengujian, misalnya suhu yang digunakan harus diperhatikan. Seperti pada metode
yang biasa digunakan di laboratorium yaitu metode pengeringan oven digunakan suhu
tertentu. Suhu pengeringan oven yang berbeda akan berdampak pada hasil yang
berbeda. Kadar air (w) didefinisikan sebagai rasio massa fase air terhadap fase
padatan, yang dinyatakan sebagai persentase (O’Kelly, dkk., 2014).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merasa tertarik untuk menganalisa kandungan kadar air pada sampel nikel laterit,
dengan menggunakan metode oven kering. Sehingga pada penelitian ini penulis
mengambil judul : Studi tentang analisa kandungan kadar air pada endapan
nikel laterit di block 2 PT.Wanatiara persada daerah Haul sagu kabupaten
Halmahera selatan
1.2 Ruang Lingkup
Berapa kandungan kadar air dengan menggunakan metode oven kering,
pada endapan nikel laterit menggunakan metode oven kering, di block 2 pada
PT.Wanatiara Persada daerah haul sagu Kabupaten Halmahera selatan
1.3 Batasan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini permasalahan dibatasi pada Pengujian
kandungan kadar air endapan nikel laterit pada satu titik untuk zona limonit dan
zona saprolit di block 2 PT.Wanatiara Persada daerah Haul sagu Kabupaten
Halmahera selatan
1.4 Tujuan
Mengetahui kandungan kadar air pada endapan nikel laterit dengan
menggunakan metode oven kering pada PT.Wanatiara Persada daerah haul sagu
Kabupaten Halmahera selatan.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Perusahan


2.1.1 Sejarah dan Profil Perusahan
PT Wanatiara Persada (WP) merupakan perusahaan patungan antara Jinchuan
dan mitra lokal Indonesia. Dan merupakan perusahaan yang telah memiliki izin
tambang sesuai dengan surat keputusan Bupati Halmahera Selatan No.55 Tahun
2010 tanggal 22 Maret 2010 tentang penyesuaian KP-Eksporasi menjadi persetujuan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi bahan galian Nikel DMP seluas 2.483 Ha
di Desa Kawasi dan sekitarnya, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan dan
Jauh sebelum proyek pembangunan smelter feronikel dicanankan. WP telah
melakukan kegiatan eksplorasi di pulau Obi sejak 2009. Disusul dengan kegiatan
penambangan dan penjualan bijih nikel hingga 2014.
2.1.2 Lokasi Daerah Kesampaian
Pengambilan sampel dilaksanakan di area tambang PT. Wanatiara Persada site
Haul Sagu, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Lokasi penambangan bijih nikel PT.
Wanatiara Persada terletak di Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera
Selatan, Provinsi Maluku Utara. Secara astronomis PT. Wanatiara Persada terletak
pada titik koordinat 127024’49,27” BT sampai 127027’53,30”BT dan 1 026’13,42”
LS sampai 1029’02,76” LS.
Untuk jalur laut perjalanan dilakukan dari kota Ternate dengan kapal
penumpang menuju pelabuhan pertama yaitu pelabuhan Kupal Kabupaten Halmahera
Selatan Kecamatan Bacan Selatan, kemudian perjalanan di lanjutkan menuju ke pulau
Obi daerah Haul Sagu Dengan di tempuh jarak kurang ± 3 jam menggunakan speed
boat.(Gambar 2.1)

3
Gambar 2.1 Peta Lokai Kesampaian

4
2.1.3 Geologi Regional
Daerah pengambilan sampel termasuk dalam lembar geologi regional Pulau
Obi yang dikompilasi dari lembar geologi Pulau Obi (Sudana dkk, 1994), yang
dipublikasikan oleh Direktorat Geologi dan Sumberdaya Mineral Bandung.
(Gambar 2.2)
Berdasarkan geologi regional Pulau Obi (Sudana dkk, 1994), stratigrafi
Pulau Obi tersusun oleh formasi tertua sampai termuda yaitu sebagai berikut:
1. Batuan Ultramafik (pTum)
Batuan ini merupakan batuan tertua didaerah penelitian yang tersusun oleh
mineral serpentinit, piroksenit dan harsburgit. Serpentinit; kalabu kehijauan,
terdiri dari serpentin, olivin, magnetit, dan oksida besi. Piroksenit; kelabu muda
kehijauan, terdiri dari: piroksen, olivin, magnetit dan kromit. Harsburgit, dengan
warna kuning kehijauan, terdiri dari: piroksen, olivin. Batuannya sangat
tergeruskan, mengandung urat kuarsa dan kalsit, lateritisasi dan serpentinisasi kuat
sekali. Setempat ditemukan retas diorit dan gabro yang mengandung pirit.
Umurnya diduga Pra Tersier.
2. Batuan Malihan (pTs)
Terdapat sekis muskovit dan sekis klorit. Umumnya berwarna kelabu,
hijau, dan coklat, dan bentuk pejal, perdaunan yaitu terdiri dari kuarsa,
muskovit, klorit, serisit, epidot, limonit, magnetit dan bijih. Setempat urat kuarsa
dan kalsit. Satuan ini diduga benunur Pra Tersier.
3. Formasi Loleobaso (Js)
Diakibatkan proses pemalihan oleh pengaru suhu dan tekanan yang tinggi
sehingga menyebabkan proses metamorfisme terbentuk di formasi tersebut.
Formasi Loleobaso terdapat perselingan batupasir malihan, batulempung, sabak,
serpi, dan tuf. Secara umum berwarna kelabu sampai hijau, pejal, berlapis baik,
perairan sejajar, setempat berdaunan; urat kalsit, terdiri dari lempung, klorit,
serisit, kalsit, felspar, kuarsa dan rombakan karbon dan bijih. Berdasarkan fosil
Phylloceras, Stemphanoceras Maccocephlites, diduga berumur Mesozoikum
(Jura), formasi ini diduga tertindih tak selaras dengan Formasi Bacan. Dengan
tebalnya mencapai 500 m.

5
4. Formasi Fluk (Tomf)
Dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan tektonik serta aktifitas
volkanisme yang ditandai dengan penerobosan diorit dan gabro dan terdapat
lempung, pasir, serpih, dan konglomerat, dan batugamping. Batupasir, berwarna
kelabu kehijauan, pejal, gampingan berbutir halus sampai sedang, perairan sejajar.
Batulempung, kehijauan, pejal, kersikan, gamping. Serpih, kalabu kehitaman,
pejal, karbonat. Konglomerat terdiri kepingan batuan ultramafik,andesit dan
batugamping. Batugamping hablur, kelabu muda, pejal. Setempat terdapat urat
yang mengandung mineral sulfida besi. Bagian bawah Formasi Fluk menjemari
dengan bagian atas Formasi Bacan. Dengan ketebalan mencapai 100 m. Sebaran
terdapat dibagian tenggah Pulau Obi. Satuan ini tertindih takselarasan oleh
Formasi Anggai, Formasi Woi dan Formasi Obi.
5. Formasi Bacan (Tomb)
Juga dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan tektonik serta aktifitas
volkanisme sehingga terbentuknya breksi dan lava andesit, bersisipan batu pasir
tufan dan batu lempung berwarna kelabu kehijauan. Breksi berkomponen andesit,
berasal dari sedikit rijang merah. Lava yang berwarna kelabu kehijauan, andesit,
terpropilitkan, kalsit dan kuarsa. Sisipan batupasir dan batulempung berlapis baik.
Foraminifera : Globorotalia kulgeri, Globigerina venezuelana dan Austrotlilina.
Menunjukkan umur Oligosen - Miosen bawah. Tebal lebih dari 100 m.
Tersingkap di Pulau Obi tengah dan Pulau Obilatu. Bagian atasnya menjemari
dengan Formasi Fluk dan tak selarasan dengan batuan Ultramafik.
6. Batuan Terobosan (Tmd dan Tmg)
Merupakan stok dan retas diorit dan gabro. Diorit (Tmd) berwarna kelabu
kehijauan terdirir dari plagioklas, ortoklas, klorit, kuarsa, bijih dan sedikit zirkon.
Gabro (Tmg) berwarna kelabu bintik hitam terdiri atas plagioklas, piroksen,
aktunolit, dan bijih.
7. Formasi Obi (Tmpo)
Formasi Obi terdapat breksi dan lava bersisipan tuf pasir dan batu lempung
tufa. Breksi berkomponen kerakal andesit dan basal, berwarna kelabu sampai
kehitaman, tufan. Lava yang bersusun andesit piroksen, yang berwarna kelabu

6
yang terkekarkan. Tufa pasiran dan batulempung tufan mengandung foran:
Globorotalia tosaensis, Globigerinoides olbliquus, Globigerinoides fistolosus dan
Sphaeradinella dehisccen, menunjukkan Miosen Atas – Pliosen, berlingkungan
batial. Satuan ini terletak tak selaras diatas Formasi Bacan dan menjemari
dengan Formasi Woi dan Formasi Anggai.
8. Formasi Anggai (Tmpa)
Terdapat Batugamping dan batugamping pasiran, pejal. Fosil
foraminifera yaitu Lepidocyclina, Myogipsinades sp, Marginopora sp,
Cycloclypeus sp, menunjukkan umur Miosen atas sampai Pliosen- Sebarannya di
Timur Pulau Obi. Ketebalan kurang lebih 500 m. Formasi Anggai menjemari
dengan Formasi Woi.
9. Formasi Woi (Tmpw)
Formasi ini terdapat endapan batupasir, konglomerat dan napal.
Batupasir berwarna kelabu, terpilah sedang, tufan. Konglomerat berwarna
kelabu, kerakal andesit, basal dan batugamping. Napal kelabu, foraminifers
dan moluska, setempat lignitan. Fosil foraminifera diantaranya
Globigerinoides ruber, Fistolusus, Globoquadrina altispira, Orbulina
universe, Globorotalia acostaensis dan Pulleniatina obliqueloculato. Ini
menunjukkan umur Miosen Atas sampai Pliosen, berlingkungan sublitoral-
batiael. Tebalnya antara 500 m - 600 m.
10. Formasi Kayasa (Qpk)
Formasi ini terdapat Breksi dan lava. Breksi berkomponen basal dan
andesit terpilah buruk, pejal. Lava basalan dan andesitan, kelabu, berongga,
terkekarkan. Urnurnya diduga Plistosen.
11. Batugamping Terumbu (Ql)
Terdapat batugamping terumbu dan breksi batugamping, foraminifera dan
moluska, Undak terumbu di Pulau Bisa mencapai ketinggian 50 m, di Pulau
Obi dan utara. Pulau Tapes mencapai 8 m. Foraminifera diantaranya
Marginopora sp dan Calcarina Cf spengllen (Gmelin) umur satuan ini tak lebih
tua dari Pliosen.

7
12. Formasi Aluvium
Terdapat lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal sebagai endapan pantai
dan sungai. Rombakan karang ditemukan di pulau-pulau kecil di Utara Pulau Obi.

8
Gambar 2.2 Peta geologi

9
2.1.4 Geomorfologi
Morfologi di daerah kerja praktek terdapat satuan perbukitan
bergelombang lemah dan satuan perbukitan bergelombang terjal. Satuan
perbukitan bergelombang lemah menempati sebelah utara memanjang dari
timur ke barat dengan ketinggian 50 – 250 meter di permukaan laut dan

kemiringan lereng (5-20)o, punggungan lebar dan semakin menyempit ke arah


selatan dan barat. Satuan perbukitan bergelombang terjal menempati sebelah
selatan dan sebagian bagian barat daerah penelitian. Satuan perbukitan
umumnya membentuk morfologi kerucut dengan punggungan sempit dengan
ketinggian 250 – 310 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lereng (30-

50)o. Pembentukan satuan ini dipengaruhi oleh struktur kekar dan sesar yang
dapat diamati dari adanya gawir sesar yang memisahkan antara bukit. yang di
sebelah barat dengan yang di sebalah timur dan adanya batuan terbreksikan
serta tererosi lanjut.Sesar ini memanjang dariutara selatan. Daerah dengan
tingkat kelerengan landai sampai sedang merupakan tempat pengkayaan nikel,
sedangkan pada daerah dengan tingkat kelerengan curam, terjadi erosi
mekanik dan akan membawa unsur-unsur nikel sebelum unsur-unsur tersebut
membentuk endapan nikel laterit Secara morfologi Pulau Obi dapat dibagi
menjadi 3 satuan morfologi yaitu satuan morfologi pegunungan terjal, menempati
bagian tengah Pulau Obi, satuan morfologi perbukitan bergelombang dengan
ketinggian 50 – 500 m dpl, disepanjang pantai mengelilingi Pulau Obi dan satuan
morfologi dataran menempati daerah tepi pantai dan sungai terutama pantai
bagian Timur Pulau Obi. (Gambar 2.3).

1
0
Gambar 2.3 Peta Geomorfologi

1
1
2.1.5 Curah Hujan
Iklim didaerah Pengambilan sampel sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
geografis seperti ketinggian dan jarak dari pantai. Berdasarkan data stasiun cuaca
Kabupaten Halmahera Selatan dipengaruhi oleh iklim laut tropis yang terdiri dari
tiga musim, yaitu musim hujan, musim kemarau dan musim pancaroba.

Data Curah Hujan Pulau Obi


Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Sumber : BMKG
Gambar 2.4 Grafik Curah Hujan

Curah hujan rata-rata dari stasiun yang ada diwilayah pulau obi Kabupaten
Halmahera Selatan adalah 167 mm/tahun. Untuk data rata-rata terendah ada pada
bulan februari yaitu, hanya mencapai 101 mm dan yang paling tinggi berada
dibulan juni mencapai 269.76 dan dapat dilihat pada (Lampiran A).

1
2
2.1 Landasan Teori
2.2.1 Ganesa Nikel laterit
Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan
ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan dunit dan peridotite. Kedua batuan ini
kebanyakan mengandung olivin, piroksen, magnesium silikat, dan besi, mineral-
mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan. Profil nikel
laterit digunakan untuk menggambarkan zona pelapukan. Dalam endapan nikel
laterit secara umum laterit terdiri dari limonit dan saprolit. Limonit adalah zona
endapan nikel yang bersifat resistif dan kandungan air tanahnya lebih sedikit,
sedangan saprolit adalah zona endapan nikel yang bersifat konduktif dan
kandungan air tanahnya lebih banyak (Francke and Nobes, 2000).
Secara ekonomi, endapan nikel laterit mempunyai daya tarik yang
tinggi. Endapan nikel laterit diperkirakan akan menjadi sumber utama dari
produk nikel di masa mendatang. Keunggulan atau daya tarik endapan nikel
laterit karena mengandung Ni (nikel), Fe (besi) dan Co (kobal) dalam jumlah
yang ekonomis untuk diekstraksi . Pulau Obi merupakan salah satu daerah
yang dianggap prospek terhadap endapan nikel laterit terutama di Pulau Obi
bagian Utara. Kandungan logam Ni (nikel), Fe (besi), dan Co (kobal), di
daerah ini merupakan hasil pelapukan dari dunit .
Air hujan yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
permukaan air tanah sambil melindih mineral primer yang tidak stabil seperti
olivin /serpentin, dan piroksin. Air tanah meresap secara perlahan dari atas ke
bawah sampai ke batas antara zona limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir
secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan
secara horizontal (Valeton, 1967).
Dalam hal ini nikel dapat mensubtitusi magnesium dalam serpentin atau
juga mengendap pada rekahan bersama dengan larutan yang mengandung
magnesium silikon sebagai garnierit. Akibat disintegrasi pada batuan, air tanah
akan masuk pada rekahan yang terbentuk dan memungkinkan intensitas pelindian,
karena pengaruh morfologi yang semakin besar.

1
3
Keberadaan endapan nikel laterit, memiliki perbedaan karakteristik pada
masing-masing daerah. Perbedaan tersebut dapat diketahui dari sifat fisik yang
nampak di atas permukaan meliputi jenis laterit, litologi, vegetasi yang tumbuh,
dan kondisi morfologi (Mubdiana et al., 2015).
2.2.2 Faktor-faktor Utama Pembentukan Endapan Nikel Laterit
Faktor-faktor utama pembentukan bijih nikel laterit adalah :
1. Batuan asal
Merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, macam
batuan asalnya adalah batuan ultrabasa. Dalam hal ini pada batuan ultrabasa
tersebut : terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya,
mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti
olivin dan piroksin, mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan
memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
2. Iklim.
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi
rekahanrekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia
pada batuan.
3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi.
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah
yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan
kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah
pH larutan dan erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi
akan mengakibatkan : penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan
mengikuti jalur akar pohon-pohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak,
humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya
lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal
dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk

1
4
menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
4. Struktur
Yang sangat dominan adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap
struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan
adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan
berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
5. Topografi.
Setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagenreagen lain.
Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan
mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui
rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat
pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan
bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam,
secara teoritis, jumlah air yang meluncur lebih banyak daripada air yang meresap
ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
6. Waktu
Yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
2.2.3 Profil endapan nikel laterit
Profil endapan nikel laterit yang terbantuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa dapat dilihat pada (gambar 2.5.)
Berikut penjelasan dari tiap profil tersebut :
1. Top Soil
Material lapisan berupa lempung berwarna coklat kemerahan, dan biasanya
terdapat juga sisa-sisa tumbuhan. Lapisan dengan kosentrasi besi yang cukup
tinggi (ferriginous duricrust) atau merupakan laterit residu yang dapat terbentuk
pada bagian atas dari profil dan melindungi endapan nikel laterit yang ada di
bawahnya.
2. Zona Limonit

1
5
Zona ini merupakan penggambaran hasil dari pelapukan batuan ultramafik
dan kandungan sisa dari unsur yang non-mobile. Semua yang terlalur seperti (CA,
Na, K, Si) dari zona pelapukan akan meninggalkan Fe, Al, Mn yang teroksidasi
dekat permukaan (tidak terlarut). Struktur asli dan tekstur batuan asal sudah tidak
terlihat pada zona ini. Kandungan air pada zona ini sangat kecil sehingga zona ini
lebih bersifat resistif.
3. Zona saprolit
Batuan asal ultramafik pada zona ini akan berubah menjadi saprolit akibat
pengaruh air tanah. Mineral – mineral utamanya adalah serpentin, kuarsa
sekunder, dan garnierit. Mineral garnierit tidak dijumpai sebagai mineral murni
tetapi bercampur dengan serpentin kadar rendah lainnya sehingga kadar nikel
dalam bijih menjadi menurun . Pada zona ini pergantian magnesium oleh nikel
mengakibatkan kadar nikel dalam serpentin akan bertambah (Ahmad, 2005).
Kandungan air tanah pada zona ini sangat besar sehingga zona ini bersifat
konduktif. Hal ini disebabkan air tanah yang terdapat pada zona limonit meresap
ke zona ini sehingga kandungan air tanah pada zona ini sangat besar.
4. Zona batuan dasar
Zona ini umumnya didominasi oleh batuan ultramafik seperti peridotit,
piroksenit, dan serpentinit yang masih segar dan belum mengalami pelapukan
serta tekstur asli batuan masih terlihat dengan jelas. Zona ini merupakan zona
yang sangat tebal. Kandungan air tanah lebih sedikit dibandingkan zona saprolit.
Pada zona ini gelombang merambat lebih cepat dan amplitudo gelombang juga
lebih besar dibanding zona saprolit (Haerunissa dkk, 2014)

1
6
Gambar 2.5. Profil endapam nikel laterit (Ahmad, 2009)

2.2.4 Pengertian kadar air tanah


Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air
yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan
nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu
permanen adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun
tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air
secara permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah
(Sutanto 2005).
1. Ukuran Partikel Tanah
Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau
(silt), dan lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan
tanah tersebut. Kerikil (gravels) adalah kepingan - kepingan dari batuan yang
kadang- kadang juga mengandung partikel mineral quartz, feldspar, dan mineral -
mineral lain. Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar.
Butiran dari mineral yang lain mungkin juga masih ada pada golongan ini. Lanau
(Silts) sebagian besar merupakan mikroskopis (berukuran sangat kecil) dari tanah
yang terdiri dari butiran - butiran quartzyang sangat halus, dan sejumlah partikel

1
7
berbentuk lempengan- lempengan pipih yang merupakan pecahan dari mineral -
mineral mika. Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis
dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan
mikroskop biasa (Das, 1988).
2. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa disusun ke dalam
kelompok-kelompok dan sub kelompok- subkelompok. Menurut Das, 1988
klasifikasi yang sering digunakan, yaitu sistem AASHTO(American
Associationof Highway and Transportation Official) dan sistem USCS(Unified
SoilClassification System).
2.2.5 Pengujian Karakteristik Tanah
1. Kadar Air Tanah (w)
Tanah terdiri dari tiga unsur, yaitu: butiran tanah atau partikel padat (solid),
air (water) dan udara (Das,1988: 28).Pedoman pengujian kadar air mengikuti
prosedur ASTM D-2216-71 dan untuk menghitung kadar air tanah dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
M −M
w= 2
×100
3
%
M −M
3 1

dimana:
w = kadar air (%)
M1= berat cawan kosong (gram)
M2 = berat cawan + tanah basah (gram)
M3 = berat cawan + tanah kering (gram)
2. Kandungan air tanah
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai
istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang
tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan
yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori
belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air

1
8
yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105 oC hingga diperoleh berat
tanah kering yang tetap.
3. Pengertian oven
Oven merupakan sebuah peralatan berupa ruang termal terisolasi yang digunakan
sebagai pengeringan suatu bahan. Pengeringan menggunakan oven lebih cepat
dibandingkan dengan pengeringan menggunakan panas matahari. Akan tetapi,
kecepatan pengeringan tergantung dari tebal bahan yang dikeringkan. Penggunaan
oven biasanya digunakan untuk skala kecil. Oven yang kita gunakan adalah
elektrik oven yaitu oven yang terdiri dari beberapa tray didalamnya, serta
memiliki sirkulasi udara didalamnya. (Saputra A, 2010)
4. Pengeringan
Pengeringan (drying) merupakan proses perpindahan panas dan uap air secara
simultan yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang
biasanya berupa panas. Bahan yang akan dikeringkan dikontakkan dengan panas
dari udara (gas) sehingga panas akan dipindahkan dari udara panas ke bahan
basah tersebut, dimana panas ini akan menyebabkan air menguap ke dalam udara.
Dalam pengeringan ini, dapat mendapatkan produk dengan satu atau lebih tujuan
produk yang diinginkan, misalnya diinginkan bentuk fisiknya (bubuk, pipih, atau
butiran), diinginkan warna, rasa dan strukturnya, mereduksi volume, serta
memproduksi produk baru (Mujumdar,2004).
Ada beberapa masalah yang seringkali ditemui dalam proses pengeringan.
Yang pertama adalah masalah yang berkaitan dengan mutu hasil pengeringan.
Operasi yang dijalani dalam pengeringan adalah operasi yang cukup rumit yang
meliputi perpindahan panas dan massa serta mungkin beberapa laju proses lain,
seperti perubahan fisik atau kimia dari produk, yang mana hal – hal tersebut dapat
saja menimbulkan perubahan mutu hasil.
Perubahan fisik yang mungkin terjadi antara lain adalah pengerutan dan
penggumpalan. Selain perubahan fisik, dapat pula terjadi perubahan kimia yang
merubah aroma, warna, tekstur atau sifat padatan lain yang dihasilkan.

1
9
BAB III
METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Pada penelitian ini bertempat di laboratorium Fakultas Teknik prodi Teknik
pertambangan UNKHAIR dan pengambilan sampelnya di PT.wanatiara persada
kab.halmahera selatan
3.1.1 Rencana Dan Jadwal Kegiatan
Adapun kuliah peraktek jadwal yang di rencana sebagai mana pada table di
bawa ini : Tabel 3.1.1

(Tabel 3.1.1) Jadwal Kegiatan Kerja Praktek


Januari Februari Maret
No Kegiatan Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Bimbingan
proposal
2 Pengambilan
Data
3 Pengolahan
Data
4 Bimbingan
Hasil
5 Seminar
Hasil

Keterangan : Rencana kegiatan

2
0
3.2 Metode atau Tahapan
Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian dalam
melaksanakan kerja praktek yaitu sebagai berikut :
3.2.1 Studi Literatur
Studi literatur berupa studi terhadap daerah penelitian dari kepustakaan
yang dilakukan dengan cara mencari bahan-bahan pustaka yang dapat menunjang
penulis dan dapat diperoleh dari buku-buku bacaan dan juga bahan-bahan dari
internet yang berkitan dengan permasalahan penelitian yang di bahas.
3.2.2 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi linteratur,dengan
menggunakan referensi yang berkaitan dengan judul penelitian,adapun data-data
yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Yang merupakan data yang diambil langsung dilapangan dan akan
dimasukan ke laboratorium yang akan dijadikan salah satu pada saat pengujian
dilakukan yang berupa data-data yaitu pada kedua zona berupa sampel limonit dan
sampel saprolit, metode yang digunakan yaitu metode pengeringan oven.
2. Data sekunder
Yang merupakan data pendukung yang sebelumnya telah diketahui atau
diambil dari perusahan,data yang dikumpulkan yaitu berupa data curah hujan,peta
geologi dan peta daerah kesapaian, peta geomorfologi daerah pengambilan
sampel.
3.2.3 Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan diolah secara sistematis dengan di
gabungkan semua data yang telah diperoleh kemudian di analisisa sehingga
diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.
3.2.4 Analisa Data
Studi data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggabungkan antara teori dengan data-data laboratorium, sehingga dari
keduanya didapat pendekatan penyelesaian masalah. Setelah mendapatkan data-

2
1
data yang diperlukan penulis menggunakan literatur yang ada untuk menganalisis
data.

JUDUL
STUDI TENTANG ANALISA KKANDUNGAN KADAR AIR PADA
ENDAPAN NIKEL LATERIT DI BLOK 2 PADA PT.WANATIARA
PERSADA

Metode atau tahapan

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

- Peta daerah kesampaian


- Sampel limonit - Peta geologi
- Sampel saprolit - Peta geomorfologi
- Data curah hujan

Pengolahan data

Pembahasan Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

2
2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kegiatan kerja praktek dilakukan di laboratorium fakultas teknik
UNKHAIR dan lokasi pengambilan sampel berada pada PT.Wanatiara Persada,
Dalam kerja praktek ini data yg didapatkan merupakan data primer dengan judul
analisa kandungan kadar air pada endapan nikel laterit di blok 2.Maksud dari kerja
praktek ini adalah untuk mengetahui hasil kadar air dari metode oven kering, pada
blok 2. Nikel laterit yang terdapat pada lokasi pengambilan sampel terdiri dari
beberapa zona lapisan yaitu zona limonit dan zona saprolit.
4.2 Alat dan Bahan
Dalam penelitian di laboratorium adapun alat dan bahan yang diantaranya
sebagai berikut :
1. Alat
- Cawan
- Spatula
- Timbagan
- Oven

2
3
Gambar 4.1 Alat uji kadar air tanah
2. Bahan
- Sampel tanah (zona limonit dan zona saprolit
4.3 Prosedur Pengujian kadar air tanah
1. Bersihkan dan keringkan cawan timbang, kemudian timbang dan catat
beratnya
2. Masukan contoh tanah ke cawan timbang, kemudian bersama tutupnya
ditimbang
3. Dalam keadaan terbuka cawan bersama tanah dimasukan dalam oven (105-
110o C) selama 24 jam.sertakan tutup cawan,jangan sampai tertukar dengan
cawan lain.
4. Cawan tertutup dengan tanah kering ditimbang
4.4 Hasil Pengujian Laboratorium
Dalam Pengujian kadar air tanah pada endapan nikel laterit untuk sampel
pada zona limonit dan saprolit dengan mengunakan metode oven kering,maka di
dapatkan hasil kandungan kadar air tanah di bawah ini.
4.4.1 Hasil kadar air zona limonit
Sampel 1 : kadar air pada zona limonit, dapat di jabarkan dengan rumus
sebgai berikut :
berat air (Ww)
Kadar Air W 2= x 100 %
berat tanah kering(Ws)

Ditanya berapa kadar air?


M 2−M 3
Penyelesaian : W = x 100 %
M 3−M 1
56.2−50.7
W= x 100 %
50.7−14.8
5.5
W= x 100 %W =15.3 %
35.9

2
4
Hasil yang didapatkan pada sampel 1, dari pengujian kadar air dilaboratorium
yaitu:15.3%

Sampel 2 : kadar air pada zona limonit, dapat di jabarkan dengan rumus
sebgai berikut :
berat air ( Ww )
Kadar Air ( W 2 )= x 100 %
berat tanah kering (Ws )
Ditanya berapa kadar air?
M 2−M 3
Penyelesaian : W = x 100 %
M 3−M 1
72.7−40.6
W= x 100 %
40.6−14.6
32.1
W= x 100 %W =123.5 %
25.9
Hasil yang didapatkan pada sampel 2, dari pengujian kadar air dilaboratorium
yaitu : 123.5%
Dari kedua sampel maka dihitung nilai kadar rata-rata dengan prsamaan
sebagai berikut:

(w 2+ w 2) (15.3+123.5) = 69.40%
kadar air rata−rata= ¿
2 2

Maka, dari hasil kadar air dan kadar air rata-rata pada zona limonit untuk sampel 1
dan 2 didapatkan hasil yaitu: 69.40%
4.4.2 Hasil kadar air zona saprolit
Sampel 1 : kadar air pada zona saprolit, dapat di jabarkan dengan rumus
sebgai berikut :
berat air (Ww)
Kadar Air W 2= x 100 %
berat tanah kering(Ws)

Ditanya berapa kadar air?

2
5
M 2−M 3
Penyelesaian : W = x 100 %
M 3−M 1
64.9−55.9
W= x 100 %
55.9−15
9.0
W= x 100 % W =22.0 %
40.9
Hasil yang didapatkan pada sampel 1, dari pengujian kadar air dilaboratorium
yaitu : 22.0%

Sampel 2 : kadar air pada zona saprolit, dapat di jabarkan dengan rumus
sebgai berikut :
berat air ( Ww )
Kadar Air ( W 2 )= x 100 %
berat tanah kering (Ws )
Ditanya berapa kadar air?
M 2−M 3
Penyelesaian : W = x 100 %
M 3−M 1
82.8−44.2
W= x 100 %
44.2−13.2
38.6
W= x 100 %W =124.5 %
31.0
Hasil yang didapatkan pada sampel 2, dari pengujian kadar air
dilaboratorium yaitu : 124.5.%
Dari kedua sampel maka dihitung nilai kadar rata-rata dengan persamaan
sebagai berikut:

( w 2+w 2) (22.0+124.5) = 73.25%


kadar air rrata−rata= ¿
2 2

Maka , dari hasil kadar air dan kadar air rata-rata pada zona limonit untuk
sampel 1 dan 2 didapatkan hasil yaitu: 73.25%
Untuk kedua hasil kadar rata-rata persamaan 1, dilakukan lagi dengan
persamaan 2 untuk mendapatkan hasil kadar rata-rata sebenarnya, yaitu sebagai
berikut :

( w 1+ w 2) (69.40+73.25) = 71.33%
kadar air rata−rata= ¿
2 2

Maka , kadar rata-rata dari kedua sampel pada zona limonit maupun zona saprolit
yaitu : 71.33%

2
6
4.5 Pembahasan
Pengujian kadar air pada endapan nikel laterit yang berada di zona limonit
maupun zona saprolit dengan mengunakan metode oven kering, maka dilihat pada
pembahasan yang telah mendapatkan hasil dari pengambilan data untuk
kandungan kadar air tanah di bawah ini.
4.5.1 Zona limonit
Dari hasil laboratorium, dapat diketahui pada :
Pengujian sampel 1 dengan kadar air, 15.3%
Pengujian sampel 2 dengan kadar air, 123.5%
Maka, didapatkan hasil Kadar rata-rata pada zona limonit = 69.40%. Dapat dilihat
pada (Lampiran C)
Limonit adalah zona endapan nikel yang bersifat resistif dan kandungan air
tanahnya lebih sedikit (Francke and Nobes, 2000). Zona limonit dengan kedalaman
0.20- 0.60 meter. Dapat dilihat pada (lampiran D). Berdasarkan hasil pengujian
kadar air pada zona limonit terdapat perbedaan antara pengujian 1 dan pengujian
2. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar air tersebut adalah pengeringan
oven, pengeringan oven terdapat dua golongan yaitu :
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering :
- Suhu
- Kecepatan volumetrik aliran udara pengering dan
- Kadar kelembapan udara

2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan :


- Ukuran bahan
- Kadar air awal
- Tekanan persial didalam bahan (Tanggasari, 2014).
4.5.2 Zona saprolit
Dari hasil laboratorium, dapat diketahui pada :
Pengujian sampel 1 dengan kadar air, 22.0%

2
7
Pengujian sampel 2 dengan kadar air, 124.5%
Maka, didapatkanm hasil Kadar rata-rata pada zona saprolit = 73.25%. Dapat
dilihat padan (Lampiran B)
Saprolit adalah zona endapan nikel yang bersifat konduktif dan kandungan air
tanahnya lebih banyak (Francke and Nobes, 2000). Zona saprolit dengan kedalaman
1.60-2 meter. Dapat dilihat pada (Lampiran C). Berdasarkan hasil pengujian kadar
air pada zona saprolit terdapat perbedaan antara pengujian 1 dan pengujian 2.
Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar air tersebut adalah pengeringan
oven, pengeringan oven terdapat dua golongan yaitu :
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering :
- Suhu
- Kecepatan volumetrik aliran udara pengering dan
- Kadar kelembapan udara
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan :
- Ukuran bahan
- Kadar air awal
- Tekanan persial didalam bahan (Tanggasari, 2014).
4.5.3 Kandungan air tanah pada zona limonit
Berdasarkan hasil yang didapatkan, bahwa kadar air pada zona limonit lebih
rendah, di karenakan beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan air tanah,
hal ini dilihat dari struktur tanah, tanah yang mempunyai struktur yang tidak
padat(lemah), maka permeabilitasnya tinggi karena mempunyai pori-pori yang
kecil, sehingga mampu meloloskan air. Permeabilitas sangat mempengaruhi
irigasi, merupakan kemampuan tanah untuk menahaan air, jika kemampuan tanah
dalam menahan air lemah maka akan mempengaruhi irigasi, dengan demikian
tanah pada saluran irigasi yang mempunyai permeabilitas lemah akan
menyebabkan tinggi air yang akan hilang (merembes) (Sunardi, 2006). Menurut
(Francke and Nobes, 2000). Pada zona endapan nikel yang bersifat resistif dan
kandungan air tanahnya lebih sedikit.
4.5.4 Kandungan air tanah pada zona saprolit

2
8
Berdasarkan hasil yang didapatkan, bahwa kadar air pada zona saprolit
sangat tinggi, di karenakan beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan air
tanah, hal ini dilihat dari struktur tanah, tanah yang mempunyai struktur yang
padat(mantap), maka permeabilitasnya rendah karena mempunyai pori-pori yang
besar, sehingga tidak mampu meloloskan air. Permeabilitas sangat mempengaruhi
irigasi, merupakan kemampuan tanah untuk menahaan air, jika kemampuan tanah
dalam menahan air lemah maka akan mempengaruhi irigasi, dengan demikian
tanah pada saluran irigasi yang mempunyai permeabilitas lemah akan
menyebabkan tinggi air yang akan hilang (merembes), sebalikya (Sunardi, 2006).
Menurut (Francke and Nobes, 2000). Pada zona limonit endapan nikel yang
bersifat konduktif dan kandungan air tanahnya lebih banyak.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang peneliti analisa terhadap kandungan kadar air pada
endapan nikel laterit di block 2 pada PT. Wanatiara Persada Daerah Haul Sagu
Kabupaten Halmahera Selatan. Untuk zona limonit maupun zona saprolit dengan

2
9
menggunakan metode oven kering, kesimpulan yang dapat diambil dari
pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut :
1. Sampel limonit dengan diperoleh hasil kadar air rata-rata yaitu : 69.40%,
diketahui bahwa pada zona limonit kadar air sangat rendah.
2. Sampel saprolit dengan diperoleh hasil kadar rata-rata yaitu : 73.25%,
diketahui bahwa pada zona saprolit, kadar air sangat tinggi.
3. Dari kedua zona limonit maupun zona saprolit mempunyai perbedaan kadar air
rata-rata yang dipengaruhi oleh beberapa faktor air tanah diantaranya struktur
tanah, porositas dan permeabilitas.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan data yang lengkap sebaiknya, peneliti selanjutnya
melakukan penelitian pada dua tempat yakni lapangan maupun laboratorium. Pada
laboratorium pun harus adanya alat yang berkualitas agar menunjang semangat
bagi penelitian – penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Waheed., 2005. Mine Geology, Exploration Metodes, Ore Processing,


Resource Estimation, and Projeck Development. PT. Vale INCO:
Sorowako.
Ahmad, Waheed., 2009. Fundamentals of Chemistry Mineralogi, Weathering
Process and Laterit Formation. PT. Vale INCO: Sorowako.

3
0
Burger, P. A., 1996. Origins and Characteristic of Lateritic Deposits. Proseding
nickel’96 PP 179 – 183 the australisian institute of mining and
metallurgy. Meulbourne.
(Bubala et al., 2015) Bubala, H., Tisera, V. P., Nurcholis, M., Pertambangan, T.,
Veteran, U. P. N., Teknik, A., & Herlandobubalagmailcom, E.
(2015). Tingkat keberhasilan reklamasi pada PT.Wanatiara Maluku
Utara.
Conoras, W.A.K., Muhammadiyah, U., Utara M., & Firman, F. (2020).
Penyebaran Endaapan Nikel Laterit Pulau Obi Kabupaten Halmahera
Selatan Provinsi Maluku Utara.Juli.
Cahit, H., Selahattin, K., Necip G, Tolga Q, Ibrahim G, Hasan S, Osman P., 2017.
Mineralogy and genesis of the lateritic regolith related Ni-Co
deposit of the Çaldağ area (Manisa, western Anatolia), Turkey.
Canadian Journal of Earth Sciense.
Das, B. M. 1988. Mekanika Tanah 1. Terj Mochtar,N. E. dan Mochtar, B. I.
Erlangga, Jakarta.
Francke, Jan C., and Nobes, David C. 2000. A Preliminary Evaluation of GPR
For Nickel Laterite Exploraton. Department of Geologi Sciences
Universitay of Canterbury, New Zealand
Haerunnisa, A.Ashillah, Sabriyanto Aswad, Muh Altin Massinai, Syamsuddin,
Guntur S. Hadi. 2014. Determination Nickel Laterite Profile using
Correlation of ERT (Electrical Resistivity Tomography and Drill
Core Data .PIT HAGI 39, Solo.
Hanafiah. 2005. Dasar – Dasar ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta..
Isu, Sari R 2016 perbandingan pengukuran kadar air tanah lempung menggunakan
metode gravimetry dan metode gypsum Jurnal Teknik Sipil, Vol. V,
No. 2,
Kurniadi, A., Rosana, F. M., Yuningsih, T. E., Pambudi, L., 2017. Karakteristik
Batuan Asal Pembentukan Endapan Nikel Laterit Di Daerah Madang
dan Serakaman Tengah. Padjadjaran Geoscience Journal,

3
1
Mujumdar, arun S. 2004. Guid To Industri Drying Principle,Equitment and New
Development.Iwsid: Mumbai, India.
Mubdiana, A., Widodo, S., Anshariah., 2015. Karakteristik Endapan Nikel Laterit
Pada Blok X Pt. Bintang delapan Mineral Kecamatan Bahodopi
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Geomine,
Vol. 01 No. 1
O’Kelly, B. C. dan V. Sivakumar. 2014. Water content determinations for peat
and organic soils using oven-drying method. Journal of Drying
Technology. 32 (1): 631-632.
Rohmat, dede.2009 Tipikal Kuantitas Infiltrasi Karakteristik Tanah. Bandung
Sundari dan Woro., 2012, Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk
Estimasi Cadangan dan Perancangan PIT pada PT. Timah Eksplorasi
Di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara, Universitas Nusa Cendana: Kupang.
Syafrizal, 2011. Karakterisasi Mineralogy Endapan Nikel Laterit di daerah
Tinanggea Kabupaten Palangga Provinsi Sulawesi Tenggara. JTM.
XVIII (4/2011).
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan.
Yogyakarta: Kanisius.
Sudana dkk. Lembar Geologi Pulau Obi. Direktorat Geologi dan Sumberdaya
Mineral Bandung. 1994
Sunardi. (2006), “Studi Koefisien Permeabilitas (k) Pasir Gap Graded“, Skripsi,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Saputra A dan Ningrum DK, 2010 “Pengeringan Kunyit Menggunakan
Microwave dan Oven”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang
Tonggiroh, A., Mustafa, M., Suharto, 2012. Analisis Pelapukan Serpentin dan
Endapan Nikel Laterit Daerah Pallangga Kabupaten Palangga
Sulawesi Tenggara.

3
2
Tanggasari D., 2014, Sifat teknik dan karakteristik pengeringan biji jagung (zea
mays l.) pada alat pengering fluidized beds, Fakultas Teknologi
Pangan Dan Agroindustri Universitas Mataram, Mataram.

LAMPIRRAN A
DATA CURAH HUJAN PULAU OBI

Tahun/bula
n 2017 2018 2019 2020 Nilai Rata-rata

3
3
Januari 0 117.5 184.5 143.5 111.375
Februari 0 182.5 115.5 106 101
Maret 365.5 283 129 207.2 246.175
April 177.9 183.5 185 197 185.85
Mei 248.2 47 79 236.5 152.675
Juni 255.5 244.5 267.5 314 270.375
Juli 288.5 139.5 270.2 403 275.3
Agustus 243.5 61 93.4 236 158.475
September 177.5 120 38 190 131.375
Oktober 143 36 42.5 235 114.125
November 143.5 120 76.5 168 127
Desember 193.5 242 99.5 118.5 163.375
169.7583333

LAMPIRAN B
HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM

Tanggal : 18-20 Februari 2021 Kedalaman : 0-2 Meter

3
4
Lokasi Penilitian : Laboratorium Laboratorium : Fakultas
Teknik
Lokasi Sampel : PT. Wanatiara Persada No Blok : Blok Pit 2

Pengujian Kadar Air Tanah


Nama Sampel Limonit Saprolit
Nomor Sampel 1 2 1 2
Berat Cawan M1 Gram 14.8 14.6 15.0 13.2
Berat Cawan + Tanah Basah M2 Gram 56.2 72.7 64.9 82.8
Berat Cawan + Tanah
Kering M3 Gram 50.7 40.6 55.9 44.2
Berat Air (Ww) M2 - M3 Gram 5.5 32.1 9.0 38.6
Berat Tanah Kering (Ws) M3 - M1 Gram 35.9 26.0 40.9 31.0
(Ww/Ws) x 123.
Kadar Air (w2) 100% % 15.3 5 22.0 124.5
Kadar Air Rata-Rata (w2+w2)/2 % 69.40 73.25
Kadar Air Rata-Rata (w1+w2)/2 % 71.33

LAMPIRAN C
KEDALAMAN SAMPEL

3
5
SAMPEL LIMONIT SAMPEL SAPROLIT

LAMPIRAN D
DOKUMENTASI HASIL TIMBANGAN

3
6
SAMPEL LIMONIT

3
7
SAMPEL SAPROLIT

LAMPIRAN E
DOKUMENTASI PENELITIAN

3
8
3
9

Anda mungkin juga menyukai