PROPOSAL
Oleh
RESKI S. KASALA
14 31 1 374
PENDAHULUAN
hampir di seluruh wilayah nusantara dan merupakan salah satu modal untuk
besar bagi negara melalui pajak dan royalti setiap tahunnya. Industri
kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui dan karena terjadinya suatu endapan
bahan galian memerlukan waktu yang cukup lama, maka dalam pemanfaatannya
Bahan galian adalah semua bahan atau substansi yang terjadi dengan
industrinya. Bahan tersebut dapat berupa logam maupun non logam dan dapat
I-1
berupa bahan tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan. Dewasa ini
bagi Indonesia nikel merupakan salah satu komoditi tambang yang utama hingga
saat ini masih menjadi komoditi penghasil devisa cukup besar bagi Negara,
sehingga nikel laterit merupakan cadangan yang strategis, khususnya bagi Negara
kiata yang mempunyai cadangan nikel laterit yang cukup besar untuk dapat
dari kegiatan eksplorasi itu harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan
yang ada, agar upaya kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan yang di
maksud dapat di lakukan dengan teliti dan benar (akurat). Ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk kegiatan eksplorasi hasil tambang disuatu tempat,
yaitu dapat dilakukan dengan pengambilan sampel melalui pemboran atau juga
peledakan untuk dipreparasi untuk dianalisis kadar nikel. Tingkat kepastian dari
kegiatan eksplorasi menjadi hal yang sangat penting sebagai langkah awal dari
Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat
I-2
terjadinya pelapukan, selain topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk,
terbentuk beberapa lokasi endapan nikel laterit yang potensial untuk ditambang.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa daerah penghasil bijih nikel dengan jumlah
Tenggara). Salah satu daerah yang juga memiliki perusahaan tambang bijih nikel
Preparasi Conto Serta Analisis Kadar Nikel pada PT. Teknik Alum Service,
berikut:
1. Apakah sistem pengambilan sampel yang dilakukan PT. Teknik Alum Service
2. Apakah sistem preparasi conto yang dilakukan untuk mengetahui kadar dari
3. Bagaimana cara menganalisis sampel yang telah dipreparasi agar kadar nikel
dapat diketahui ?
I-3
1.2.2 Batasan Masalah
Dari rumusan masalah yang didapatkan, maka penelitian ini dibatasi untuk
mengetahui pengambilan sampel dan preparasi conto dari lokasi tambang serta
Analisis kadar nikel pada PT. Teknik Alum Service, Kabupaten Morowali,
Sulawesi Tengah.
3. Mengetahui cara menganalisis sampel yang telah dipreparasi agar kadar nikel
dapat diketahui.
preparasi contoh serta analisis kadar nikel yang sesuai dengan standard. Serta
2 Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pilihan lain dan bahan masukan
I-4
1.4.2 Manfaat Teoritis
Survey Lokasi
Studi Kelayakan
Pengambilan Prepasi
Sampel Conto
Hasil
I-5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT. Teknik Alum Service
seluas 1.301 Ha di Wilayah Desa Buleleng dan Torete Kecamatan Bungku Pesisir
II-1
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Teknik Alum Service (TAS) didirikan pada tahun 2007 dan
dilanjutkan di Desa Torete sampai dengan Tahun 2009 dan kantor PT. TAS
beralamat di desa Buleleng, dan saat itu masih dipimpin oleh Agam Tirto
Nickel (Bijih Nikel), PT. TAS melakukan sosialisasi publik pada hari senin
Tanggal, 22 September 2008 yang bertempat di Desa Buleleng. Pada awal tahun
sampai dengan tahun 2012 Bulan Oktober, dan masih dipimpin oleh Bapak
Agam Tirto Buwono. Pada tahun 2012 Bulan November, PT. TAS kembali
melakukan kegiatan di Lokasi yang sama yaitu di Desa Buleleng dan Torete
dibawah Pimpinan Bapak Syarifudin, dan hanya sampai pada Bulan Agustus
2013. Pada tahun 2013 Bulan Agustus , PT. TAS diambil alih oleh Bapak Joseph
Hong selaku pimpinan PT. TAS sampai dengan sekarang dan kembali melakukan
kegiatan penambangan di Desa Buleleng dan Torete sampai saat ini (Ariyanto,
2016)
Produksi (WIUP OP) PT. Teknik Alum Service berada di Desa Buleleng dan
Tengah. Wilayah izin tersebar dalam beberapa wilayah yang terpisah, luas
II-2
Untuk mencapai daerah kegiatan Operasi Produksi pada Lokasi penelitian
pada PT. Teknik Alum Service, ada beberapa alternatif yang dapat ditempuh
dengan jalur darat yaitu, dari palu dapat ditempuh dengan menggunakan
dapat ditempuh sekitar + 3 jam, dan dari Kolaka ke Kendari + 4 jam kemudian
selama + 5 jam dari Kendari ke Buleleng, dengan kondisi jalan beraspal dan
jalan tanah berbatu, terutama setelah akan memasuki perbatasan antara Provinsi
II-3
2.4 Penduduk dan Sosial Budaya
suku juga hadir di wilayah ini, baik suku lokal itu sendiri yaitu suku Bungku dan
berbagai suku pendatang yaitu suku Bugis, Jawa, Bali, Tator, Tolaki dan
sebagainya. Kepercayaan atau agama yang dianut penduduk di wilayah ini terdiri
dari Islam, Kristen, Katholik, dan Hindu. Adapun rumah ibadah di wilayah ini
sudah tersebar diberbagai desa. Sedangkan kondisi jalan yang terdapat di wilayah
ini relatif sudah memadai, proyek pengaspalan jalan sedang dilanjutkan dan
sisanya masih berupa jalan berbatu atau jalan tanah yang diperkeras (Ariyanto,
2016).
Teknik Alum Service secara geologi termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar
disusun oleh batuan sedimen dan ultramafik serta terdapat intrusi batuan beku.
batuan yang berumur Pra – Jura, yaitu batuan ultramafik mengalami alih tempat,
perlipataan dan sesar. Proses ini diikuti oleh kegiatan magma yang menghasilkan
terobosan granit, granodiorit dan diorite pada Kapur Akhir. Sejak Paleosen awal
II-4
Sumber : PT. Teknik Alum Service
2.5.1 Morfologi
sebagai berikut :
II-5
sedang dengan ketinggian antara 75 – 150 meter dari permukaan air laut
dan kemiringan lereng antara 10 – 45% (miring) Slope cembung, pola pengaliran
agak denritik dengan kerapatan 1,1 – 1,25. Tekstur tanah sedang berwarna coklat
muda dan proses geomorfologi yang berlangsung adalah debris slide, erosi alur
lembah yang menjadikan bentuk lembah seperti huruf “V”. Tata guna lahan
berupa hutan produktif, perkebunan liar. Satuan morfologi ini menempati ± 45%
ultramafik pada sebelah utara dan sedimen pada sebelah selatan, topografi
perbukitan bergelombang kuat ini mempunyai ketinggian ± 600 – 800 meter dari
permukaan air laut dan kemiringan lereng curam (15-30%) dengan bentuk
lembah cembung, kerapatan 1,1. Tekstur tanah sedang warna coklat tua– coklat
muda. Proses geomorfologi berupa debris floe, debris slide, erosi lembah, tata
guna lahan hutan produktif, belukar dan perkebunan. Morfologi ini dikontrol
2.5.2 Topografi
berarah relatif Barat laut – Tenggara dan Utara – Selatan, yang diduga merupakan
lipatan-lipatan yang dipengaruhi oleh Sesar Matano di sebelah utara dan Sesar
II-6
Lasolo di bagian selatannya. Adanya bukit-bukit soliter yang ditemukan,
beserta unsur-unsur lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah
air yang meluncur (run off) lebih banyak dari pada air yang meresap ini
kelompok batuan (Darman dan Sidi, 2000), pada wilayah sulawesi yaitu :
II-7
terjadi karena adanya proses burial metamorphism. Batuan penyusunnya
berupa sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika-amfibol, sekis grafit
dan genes.
Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan sedimen
Pada Neogen tak selaras di atas kedua mendala yang saling bersentuhan itu,
dan batupasir. Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh
II-8
Alangga berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang
terdapat lensa konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi ini
pada pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan
yang berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik. Sesar Palu–Koro memotong
Sulawesi bagian barat dan tengah, menerus ke bagian utara hingga ke Palung
Sulawesi Utara yang merupakan batas tepi benua di Laut Sulawesi. Jalur Sesar
Palu – Koro merupakan sesar mendatar sinistral dengan pergeseran lebih dari
750 km (Tjia, 1973; Sukamto, 1975), arah gerak sesuai dengan jalur Sesar
Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang terletak di bagian barat
dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan Selatan Sulawesi,
menghasilkan lembah sungai sadang dan sungai masupu yang sistemnya dikontrol
II-9
Sumber : Hamilton 1997
yang sangat dipengaruhi oleh bentuk kemiringan lereng (topografi). Air tanah
yang mana sebagian besar dari air tanah pembawa Ni, Mg dan Si yang
II-10
terakumulasi di tempat-tempat yang dalam sesuai dengan rekahan-rekahan
yang ada, sedangkan pada lereng dengan kemiringan landai sampai sedang
profil endapan nikel laterit yang ideal (Waheed, 2002) dibagi menjadi 4 zona
yaitu:
1. Zona Overburden
Zona ini merupakan top soil mempunyai kadar besi yang tinggi tapi
kadar nikel yang rendah (kurang dari 1%). Zona ini tersusun oleh humus dan
2. Zona Limonit
Zona ini merupakan lapisan kaya besi dari limonit soil yang
menyelimuti seluruh area dengan kadar nikel antara 1% – 2%. Pada zona ini
Limonit dibedakan menjadi dua, yaitu red limonite (hematit) dan yellow
limonite (goethit). Lapisan ini memiliki ukuran butir halus (fine grained),
berwarna merah-coklat atau kuning, agak lunak, berkadar air antara 30-40 %,
lapisan kaya besi dari tanah limonit menyelimuti seluruh daerah dengan
ketebalan rata-rata 3 – 7 meter. Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal dan
dapat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam
3. Zona Saprolit
II-11
kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonit,
dengan kadar nikel yang lebih tinggi (lebih dari 2%) dan ketebalan rata-
saprolitic rims, vein dari endapan garnierit, nickeliferous quartz, mangan dan
pada beberapa kasus terdapat silica boxwork, bentukan dari suatu zona
tekstur batuan asal masih terlihat. Lapisan ini terdapat bersama batuan
yang keras atau rapuh dan sebagian saprolit. Lapisan ini merupakan
Zona ini merupakan bagian terbawah dari profil laterit dengan kadar
nikel yang rendah (kurang dari 1%) dan secara umum sudah tidak
batuan peridotit yang tidak atau belum mengalami pelapukan. Zona ini
dari morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada
II-12
2.6 Nikel Laterit
Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat
1981). Jenis–jenis batuan tersebut antara lain batuan yang banyak mengandung
mineral olivin, piroksen, dan amphibole. Nikel laterit umumnya ditemukan pada
batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur
nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai
hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni,
Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir
proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal
tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni
II-13
haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral
akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau
pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai
batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa
urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan
segar yang disebut dengan akar pelapukan (Root of weathering) (Gleeson, dkk.,
2003).
Endapan nikel terbentuk melalui suatu proses yang panjang dan memakan
waktu lama. Proses pembentukan endapan laterit nikel dimulai ketika batuan
tersebut hingga menjadi tanah (soil). Apabila batuan tersebut mengandung nikel
pembentukan bijih laterit nikel dimulai dari proses pelapukan batuan ultrabasa
II-14
(Dunit atau Peridotit). Batuan ultrabasa tersusun atas atas mineral olivine,
piroksen, amfibol, dan mika. Olivin pada batuan ini mempunyai kandungan nikel
sekitar 0,3 %. Batuan ultrabasa yang mengandung nikel ini mengalami proses
serpentinisasi, yaitu proses terisinya retakan atau kekar oleh mineral serpentin
pengaruh dari tanah. Selanjutnya oleh pengaruh iklim setempat batuan induk
kimia di dasar profil dan pemindahan fisik ujung profil karena erosi. Tingkat
dengan jumlah air yang melalui profil, dan 2 – 3 kali lebih cepat dalam batuan
pelapukan, dan struktur batuan yang sangat mempengaruhi potensi endapan nikel
lateritik, maka informasi perilaku mobilitas unsur selama pelapukan akan sangat
Profil endapan nikel laterit keseluruhan terdiri dari 5 zona gradasi sebagai
1. Iron Capping
Berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron
capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah.
II-15
2. Limonite Layer
Berwarna merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil
menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan
sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam
3. Silika Boxwork
boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork
4. Saprolite
rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada
beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari
II-16
5. Bedrock
Merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang
lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum
atau sama dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang
diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni,
ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai nilai ekonomis suatu lokasi
atau area yang akan ditambang. Eksplotasi dilakukan oleh geologist yang
sehingga dapat menghasilkan nilai tereka (inferred) yang nantinya dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan nilai indikasi (indicated) pada suatu
eksplorasi sangat penting, ini bertujuan agar dapat memperoleh informasi yang
tepat. Untuk pengambilan data biasanya dilakukan Tespit atau tenching yaitu
II-17
sampling dengan cara pembuatan sumuran 1×1 meter peresegi dengan kedalaman
tertentu. sampel tespit ini dapat memberikan gambaran secara visual kenampakan
profil laterit secara vertikal dengan dimensi tertentu pada daerah yang dianggap
representatif.
Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian
material yang dapat mewakili jenis batuan, formasi atau badan bijih (endapan)
dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan deskripsi termasuk lokasi dan
komposisi dari batuan, formasi atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses
Hard, 2003).
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja tetapi juga
pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk
2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan saja,
II-18
metode penambangan.
3. Selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol kadar
(quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja yang aktif,
batuan induk.
1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai akibat
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
representatif.
II-19
1. Ukuran Populasi
Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah conto yang
harus diambil. Semakin besar pengambilan dilakukan, maka semakin baik data
yang diperoleh, tetapi perlu diingat segi biaya, waktu, serta tenaga.
2. Increment
1. Hand sampling
Hand sampling adalah suatu cara pengambilan conto yang dilakukan dengan
tangan. Cara ini sangat sederhana, sehingga hasilnya sangat tergantung pada
ketelitian operatornya. Cara pengambilan conto secara hand sampling ini ada
a. Grab sampling
II-20
sama dan dalam interval tertentu. Sampel yang diperoleh biasanya kurang
representatif.
b. Shovel sampling
shovel. Dengan cara ini mempunyai keuntungan antara lain adalah lebih
murah, waktu yang diperlukan sedikit, dan memerlukan tempat yang tidak
sampel yang diambil tidak boleh lebih dari dua inci ukuran butirnya.
c. Stream sampling
alat yang disebut hand sampel cutter. Sampel yang diambil harus berupa
pulp basah dan diambil searah aliran yang ada pada stream tersebut.
d. Pipe sampling
menggunakan alat pipa atau tabung dengan diameter ½ inchi, 1 inchi, 1,5
inchi. Bentuk dari alat ini berupa pipa dengan ujung yang satu dibuat rinci
dan ujung lainnya dibuat untuk pegangan. Pipa tersebut terdiri dari dua
buah pipa dimana yang ada dibagian dalam berukuran lebih kecil,
sehingga antara kedua pipa tersebut terdapat celah untuk tempat sampel
nantinya. Cara ini dipakai apabila material yang akan diambil berupa
material padat yang tidak terlalu keras dan halus. Cara pengambilannya
hanya dengan menekankan alat tersebut pada material yang akan diambil
II-21
dengan posisi tegak lurus, kemudian pipa diputar kekanan dan kekiri
kemudian diangkat.
Cara ini merupakan cara yang tertua tetapi masih banyak digunakan dalam
sebagai contoh.
besarnya.
dianalisa
2. Mechanical Sampling
banyak dibandingkan dengan cara hand sampling. Disamping itu dengan cara
ini akan didapat hasil yang lebih representative dari pada “ Hand Sampling “.
a. Riffle sampler
Alat ini bentuknya berupa persegi panjang dan pada bagian dalam dibagi
II-22
inilah yang berfungsi sebagai pembagi contoh tersebut dengan harapan
b. Vezin sampler
Alat ini pada bagian dalamnya dilengkapi dengan “revolting cutter”. Yaitu
morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan kualitas sampling. Logam
nikel disamping diambil mineral primer, juga dapat diambil dari endapan sedimen
residu yang berupa mineral granierit. Proses pelapukan kimia yang terjadi pada
batuan ultra basah yang mengandung unsur nikel di dalamnya. Makin lama
1. Batuan induk berupa batuan beku basa-ultra basa yang mengandung unsur Ni.
2. Iklim tropis sampai subtropis, dimana pelapukan kimia jauh lebih besar dari
3. Pelapukan terjadi pada batuan yang letaknya pada atau dekat permukaan bumi.
terdapat di bawah lapisan laterit. Endapan nikel laterit yang ekonomis biasanya
II-23
terdiri dari 1,5 – 3,9 % Ni, 6 – 10% H2O, 40 – 55% SiO2, 20 – 30% MgO, 13 –
20% Fe2O3, 0 – 1% Al2O3 dan CaO, 0 – 2% CO, dan 0,1 – 0,8% Cr2O3.
conto untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan conto dan
dipreparasi, kemudian dianalisis. Oleh karena itu pengambilan conto ini dipilih
baik mengambil conto beberapa kali dengan jumlah kecil daripada mengambil
conto hanya sekali dengan jumlah yang banyak. Tingkat kepastian dari
kegiatan eksplorasi menjadi hal yang sangat penting sebagai langkah awal dari
II-24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pengambilan sampel dan preparasi Nikel laterit hasil uji laboratorium. Selanjutnya
lisan yang didapat melalui observasi pada PT. Teknik Alum Service.
mengambil lokasi di PT. Teknik Alum Service, Desa Buleleng dan Torete
III-1
3.3 Sumber Data
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada
berupa:
a. Metode Literatur
dari materi kuliah, buku-buku referensi, dan hasil penelitian sebelumnya sebagai
data sekunder.
III-2
b. Metode Interview/Wawancara
c. Metode Pengamatan/Observasi
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulan. Dengan kata lain
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah sampel nikel sesuai
representatif dari jumlah data yang ada maka digunakan metode statistik dan
III-3
Berdasarkan data-data yang diperoleh kemudian data tersebut di olah
menggunakan Ms.Excel.
sampling atau pengambilan sampel/conto yang merupakan tahap awal dari suatu
analisis, oleh karena itu pengambilan conto ini dipilih seperlunya saja tetapi
kecil dari material, sedemikian rupa sehingga conto mewakili sifat seluruh
material tersebut.
1. Pengeringan
2. Penumbukan
padat untuk mendapatkan butiran mineral dan fragmen batuan yang halus,
3. Penimbangan
Conto yang sudah kering ditimbang dan dicatat dalam formulir analisis.
III-4
4. Pembagian
5. Pengayakan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menghitung sumberdaya nikel laterit
yang telah didapatkan baik dari hasil pemboran maupun peledakan yang
dilakukan oleh PT. Teknik Alum Service untuk memperoleh nikel laterit. Data
yang dikumpulkan dalam penyusunan ialah data primer dan data sekunder. Data
primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dari lokasi penelitian kemudian
diolah serta dianalisis agar lebih mudah dalam pemecahan masalah dalam
penelitian ini.
III-5
3.8 Bagan Alir Penelitian
III-6
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, D. 2016. Studi Teknis Reklamasi Lahan Pasca Tambang di PT. Teknis
Alum Service. Kolaka.
Gleeson, S.A., Butt, C.R.M., Elias, dan M., 2003. Nickel laterites a review.
Society of Economic Geologist Newsletter, 54, 9-16.
Golightly JP. 1979. Nickel ferous Laterites : a general description. In : Evans DJI,
Shoemaker RS, Veltman H (eds) International Laterite Symposium.
Society of Mining Engineers, New York, pp 3-23.