Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan galian adalah semua bahan atau substansi yang terjadi dengan
sendirinya di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk keperluan
industrinya. Bahan tersebut dapat berupa logam maupun non logam dan dapat
berupa bahan tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan.
Dewasa ini penggunaan logam nikel diberbagai sektor industri di dunia
semakin meningkat, bagi Indonesia nikel merupakan salah satu komoditi tambang
yang utama hingga saat ini masih menjadi komoditi penghasil devisa cukup besar
bagi Negara, sehingga nikel laterit merupakan cadangan yang strategis, khususnya
bagi Negara kita yang mempunyai cadangan nikel laterit yang cukup besar untuk
dapat memberikan kontribusi memasok kebutuhan nickel di dunia.
Oleh karena itu, kegiatan eksplorasi dan preparasi sampel merupakan
suatu kegiatan penting yang harus di lakukan sebelum suatu usaha pertambangan
di laksanakan. Hasil dari kegiatan eksplorasi dan preparasi sampel itu harus dapat
memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumber daya
mineral/bahan galian maupuan kondisi geologi yang ada, agar upaya kelayakan
untuk pembukaan usaha pertambangan yang di maksud dapat di lakukan dengan
teliti dan benar (akurat).
Pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi yang diameternya relative
kecil bila di bandingkan dengan kedalamannya. Pemboran ini biasanya dilakukan
pada batuan atau formasi batuan dalam rangka pengumpulan data informasi dan
pengambilan contoh (sample).
Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan
sampel untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan sampel dan
kepentingan.
Tingkat kepastian dari penyebaran endapan, jumlah cadangan serta
kualitas cadangan merupakan dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri
pertambangan, sehingga peranan kegiatan eksplorasi kemudian preparasi sampel

1
menjadi hal yang sangat penting sebagai langkah awal dari seluruh rangkaian
pekerjaan dalam industri pertambangan.
Saat ini PT. Konutara Sejati sedang dalam tahap eksplorasi, produksi dan
kontruksi. Kegiatan ekplorasi dilakukan untuk mengetahui bentuk penyebaran biji
nikel. Preparasi sampel dilakukan untuk mendapatkan nilai kadar dari suatu bahan
galian. Produksi dilakukan untuk mendapatkan hasil dari seluruh kegiatan
penambangan.
Atas dasar latar belakang inilah yang mendorong kami untuk melakukan
kerja praktek (KP) dengan judul :
“Tahapan Preparasi Sampel Nikel Laterit Hasil Pemboran Eksplorasi Pada
PT. Konutara Sejati, Desa Sari Mukti, Kecamatan Langgikima, Kabupaten
Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara”.
1.2 Rumusan Masalah Kerja Praktik
Adapun tujuan dalam pelaksanaan kerja praktik adalah :
1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan pada tahap preparasi sampel bor.
2. Untuk mengetahui cara menganalisa hasil preparasi sampel bor.
3. Untuk mengetahui data yang dihasilkan ketika preparasi sampel bor selesai
dianalisis.
1.3 Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Kerja Praktik
Pelaksanaan kerja praktek ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
program kurikulum semester delapan (8) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan dari penelitian ini adalah tahapan
preparasi sampel nikel laterit dari hasil pemboran eksplorasi.
Pelaksanaan kerja praktek ini mempunyai manfaat yang dapat diperoleh
yakni sebagai studi perbandingan antara teori yang didapatkan di kampus dengan
praktek sesungguhnya serta hal-hal baru di lapangan sehingga dengan memahami
perbedaan yang ada, mahasiswa tidak hanya berorientasi pada literatur dan teori
saja, tetapi mengerti dan memahami secara jelas praktek dan aplikasi dilapangan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Endapan Nickel Laterite
2.1.1 Definisi endapan nikel laterit
Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata (membentuk
bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata) (Guilbert
dan Park, 1986). Hal ini dikarenakan tanah laterit tersusun oleh fragmen –
fragmen batuan yang mengambang diantara matriks, seperti bata diantara semen.
Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil proses pelapukan lateritik
batuan induk ultramafik (peridotit, dunit dan serpentinit) yang mengandung Ni
dengan kadar tinggi, agen pelapukan tersebut berupa air hujan, suhu, kelembaban,
topografi, dan lain-lain. Umumnya pembentukan endapan nikel laterit terjadi pada
daerah tropis atau sub-tropis.
2.1.2 Genesa endapan nikel laterit
Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit,
serpentinit), dimana batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksen,
magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30 %
nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik (Boldt
,1967).
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut
dan silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan
lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi
pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002).
Menurut Hasanudin,dkk, 1992, air permukaan yang mengandung CO2 dari
atmosfir dan terkayakan kembali oleh material – material organis di permukaan
meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindian, dimana fluktuasi
air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya CO2 akan kontak
dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral
– mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni
akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan

3
mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali .Endapan besi yang
bersenyawa dengan oksida akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah,
sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan
bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung.
Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan pelindihan/leaching.
Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), Silika (Si), dan Nikel
(Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam . Tetapi jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat – zat
tersebut akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium
hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau mineral
pembawa Ni (Boldt, 1967).
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar,
maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di
zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus batuan
dasar(bedrock). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan
membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila
proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses
pengkayaan supergen/supergen enrichment. Zona pengkayaan supergen ini
terbentuk di zona Saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga
terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena
muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama tergantung dari perubahan
musim.
Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer
yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering
disebut sebagai zona batuan dasar (bed rock). Biasanya berupa batuan ultramafik
seperti Peridotit atau Dunit.
2.1.3 Profil endapan nikel laterit
Profil laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona .Profil nikel laterit
tersebut didiskripsikan dan diterangkan oleh daya larut mineral dan kondisi aliran
air tanah.

4
1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan ,lunak dan berwarna coklat
kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar
nikel maksimal 1,3% dan di permukaan atas dijumpai lapisan iron
capping. Lapisan ini mempunyai ketebalan berkisar antara 1 – 12 meter.,
merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping
mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah.
Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.
2. Lapisan Limonit berkadar menengah (Medium Grade Limonit)
Lapisan ini terletak di bawah lapisan tanah penutup Fine grained, merah-
coklat atau kuning, agak lunak, berkadar air antara 30% - 40%, kadar
nikel 1,5%, Fe 44%, MgO 3%, SiO2%, lapisan kaya besi dari limonit soil
menyelimuti seluruh area dengan ketebalan rata-rata 3 meter.. Lapisan ini
tipis pada lereng yang terjal, dan setempat hilang karena erosi. Sebagian
dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide,
lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous,
Quartz, gibsite, maghemite. Limonite di daerah west block
(unserpentinized) umumnya mempunyai nikel lebih tingi di bandingkan
dengan limonite di daerah East block (Serpentinized). Limonit dibedakan
menjadi 2, yaitu : Red limonit yang biasa disebut hematit dan Yellow
limonit yang disebut goethit . Biasanya pada goetit nikel berasosiasi
dengan Fe dan mengganti unsur Fe sehingga pada zona limonit terjadi
pengayaan unsur Ni.
3. Lapisan Bijih (Saprolit)
Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning
kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonite
berkadar menengah, dengan ketebalan rata-rata 7 meter. Campuran dari
sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan
garnierit, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat
silica boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock.
Terkadang terdapat mineral kuarsa yang mengisi rekahan, mineral-mineral

5
primer yang terlapukan, clorite. Garnierit dilapangan biasanya
diidentifikasikan sebagai colloidal talc dengan lebih atau kurang
nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
Lapisan ini terdapat bersama batuan yang keras atau rapuh dan sebagian
saprolite. Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini
merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.
4. Lapisan Batuan Dasar (Bed Rock)
Bagian terbawah dari profil laterit Lapisan ini merupakan batuan peridotit
sesar yang tidak atau belum mengalami pelapukan . Blok peridotit (batuan
dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis lagi
(kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Berwarna
kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Zona ini terfrakturisasi kuat,
kadang membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika. Frakturisasi ini
diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade
Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari
morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian
bawah bukit dengan relief yang landai. Sedang relief yang terjal endapan semakin
menipis, di samping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar
tinggi dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan
(Osborne & Waraspati, 1986).

Gambar 1. Contoh Penampang Umum Nikel Laterit Sorowako ( Osborne &


Waraspati,1986)

6
2.2 Kegiatan Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu
daerah, ruang ataupun suatu areal yang sebelumnya tidak diketahui
keberadaannya. Istilah eksplorasi geologi yang di pergunakan adalah mencari tahu
keberadaan suatu obyek geologi yang pada umumnya berupa cebakan mineral.
Pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi yang daimeternya relative
kecil bila dibandingkan dengan kedalamannya. Pemboran ini biasanya dilakukan
pada batuan atau formasi batuan dalam rangka pengumpulan data informasi dan
pengambilan conto (sample).
Tujuan pemboran secara umum adalah :
1.Untuk mengetahui/mempelajari data/informasi geologi (batuan, stratigrafi,
struktur, mineralisasi).
2. Eksplorasi mineral dan batubara
3. Kontrol pertambangan
4. Keperluan perhitungan cadangan
5. Penirisan tambang
6. Ventilasi tambang
7. Geoteknik
8. Untuk Persiapan eksploitasi bahan tambang
9. Sebagai sarana untuk eksplorasi dengan metode lain (geofisika)
10. Untuk peledakan.
Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang di lakukan
adalah untuk menetukan zona mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin,
namun demikian kegiatan pemboran dapat di hentikan jika telah dapat mengetahui
gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara
menyeluruh.
2.2.1 Mengeluarkan dan menyimpan core
a. Membuka/mengeluarkan core
1. Buka dengan menggunakan kunci innertube bagian head dan core lifter case
2. Pastikan dop terpasang

7
3. Sambungan bagian yang ada dopnya (posisi head) dengan join ke pompa air
4. Berikan tekanan pompa secara perlahan sehingga split innertube terdorong
keluar
5. Pada split mulai terdorong oleh tekanan pompa, pegang split tersebut jangan
sampai jatuh
6. Setelah core di keluarkan, bersihkan split, innertube, core lifter
7. Pasang core lifter case, lumuri split dengan pelumas dan masukan kedalam
innertube dengan didorong, pasang dop, pasang head innertube, maka innertube
assay siap di pergunakan.
b. Menyimpan Core
1. Siapkan core box.
2. Belah split innertube tadi pada posisi datar.
3. Ukur dan catat panjang core yang ada pada split innertube.
4. Masukkan core pada core box mulai dari bagian atas/head innertube (bagian
core yang pertama masuk pada innertube).
5. Posisi core searah.
6. Tuliskan kedalaman bor (dari – sampai) pada core box dengan posisi
kedalaman awal pada bagian core sebelah atas dan kedalaman yang di capai
pada posisi core sebelah bawah.
7. Tuliskan pada bagian muka core box, nomor box, kode titik bor, size penginti,
dan tulis pada bagian samping kedalaman bor (dari – sampai) dimana box
penuh.
8. Tiap box terdiri dari lima alur penyimpanan core dengan panjang isi 1 meter.
9. Simpan core box pada tempat yang aman.
2.2.2 Menghitung kemajuan bor dan core recovery
a. Menghitung kemajuan bor
1. Sambungan Dalam Spindel : Setelah bor di hentikan mata bor tetap pada posisi
bottom, spindle posisikan ke nol, beri tanda. Angkat rangkaian roods sampai
sampai sambungan terlihat di atas spindle. Kunci roods dengan chuck. Ukur
dari batas tadi sampai sambungan, kurangi tinggi spindle dengan hasil
pengukuran, maka selisihnya adalah panjang roods yang muncul di permukaan

8
tanah, jumlah rangkaian rood dan core barrel dikurangi selisih pengurangan
tinggi spindle, maka hasilnya adalah kedalaman bor. Untuk menjumlahkan
rangakaian, rood yang belum masuk kebawah permukaan tanah/casing tidak
dihitung.
2. Sambungan di bawah permukaan tanah/casing : Bor posisi netral, beri tanda
pada rood sejajar permukaan tanah atau casing, angkat rangakaian sampai
terlihat sambungan, ukur dari batas sampai sambungan. Hitung rangkaian rod
dan core barel (rod bagian atas di abaikan) dan jumlahkan dengan panjang rod
hasil pengukuran (pengukuran dari batas sampai sambungan), maka hasilnya
adalah kedalaman bor
3. Sambungan di bawah spindle, di atas permukaan tanah atau casing dalam
perhitungan kedalaman dengan mengabaikan rod bagian atas. Ukur dari
sambungan ke permukaan tanah/casing. Jumlah rangkaian rod dan core barel
di kurangi hasil pengukuran, itulah kedalaman bor.
2.2.3 Menghitung core recovery
Core recovery, kemajuan dan kedalaman bor dihitung dan di catat pada
form laporan, ini penting di karenakan kualitas product pengeboran adalah
besarnya core recovery yang dihasilkan (max 100%).
Prinsip menghitung core recovery :
Pengukuran panjang core sebaiknya dalam split tube/innertube. Kemajuan
bor adalah kedalaman akhir dikurangi kedalaman awal.
2.3 Preparasi Sampel
Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan
conto untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan sample dan
kepentingan. Berdasarkan keadaan samplenya, terdapat 2 jenis preparasi:
a. Contoh ruah (bulk samples)
Preparasinya meliputi pengeringan, penimbangan (pengukuran volume),
pencucian, pendulangan, pengeringan, pengayakan, pemagnetan, dan
penimbangan masing-masing fraksi.

9
b. Konsentrat dulang
Prinsip preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan sifat
kemagnetan (magnetic separation).
2.3.1 Prosedur preparasi sampel bor
a. Melakukan pengecekan sample dari lapangan dan memastikan sample telah
sesuai dengan nomor Sampel ID yang ada.
b. Melakukan preparasi basah dengan cara sampel dihancurkan dengan martil atau
Jaw Crusher (±3mm),lalu dimixing kemudian dikwartering menjadi ± 300 gr
c. Memindahkan sampel ke talang untuk di keringkan di oven selama kurang lebih
1 jam dengan suhu 150 ºC.( atau di sangrai secara manual )
d. Melakukan Penghancuran batu untuk sample bolder/Rock menggunakan Jaw
Crusher untuk menghasilkan material ukuran -3 mm.
e. Melakukan Proses penghancuran dengan menggunakan Disc mill untuk
menghasilkan material (-200mesh/-0.074mm)
f. Setelah di pulvelizer, material di ayak (screening) dengan ayakan -200mesh
(material yang lolos ayakan 100%)
g. Kemudian hasil ayakan dimixing dengan plastik roll secara manual, lalu
direduce dengan cara dimatriks 5 x 2 dengan menggunakan Scoop 1D lalu
dimasukkan kedalam plastik bag .
h. Setelah completed satu waybill maka dilanjutkan dengan analisa.
i. Analisa sampel dengan menggunakan XRF NITON XL3
j. Melaporkan Hasil Analisa kepada GCS di lapangan.
2.3.2 Sampling
Sampling atau pengambilan sampel/contoh adalah tahap awal dari suatu
analisis, oleh karena itu pengambilan contoh ini dipilih seperlunya saja tetapi
representatif. Pengambilan contoh merupakan pekerjaan pengambilan sebagian
kecil dari material, sedemikian rupa sehingga contoh mewakili sifat seluruh
material tersebut. Didalam melakukan pengambilan, lebih baik mengambil contoh
beberapa kali dengan jumlah kecil daripada mengambil contoh hanya sekali
dengan jumlah yang banyak. Menurut Japannese Industrial Standard M.8105-
1966, rencana pengambilan contoh meliputi beberpa hal, diantaranya adalah :

10
1. Ukuran Populasi Populasi adalah sekumpulan besar material yang akan diambil
contohnya. Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah
contoh yang harus diambil. Semakin besar pengambilan dilakukan, maka
semakin baik data yang diperoleh, tetapi perlu diingat segi biaya, waktu, serta
tenaga.
2. Increment Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi
sebagai bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan contoh.
3. Bentuk dan ukuran material Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara
pengambilan sampel/setiap increment-nya. Keberhasilan analisis terhadap
bahan galian ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling. Ada dua mekanisme
sampling, yaitu :
a. Hand sampling
Hand sampling adalah suatu cara pengambilan contoh yang dilakukan
dengan tangan. Cara ini sangat sederhana, sehingga hasilnya sangat tergantung
pada ketelitian operatornya. Cara pengambilan contoh secara hand sampling ini
ada beberapa macam yaitu :
a. Grab sampling
Grab sampling adalah cara pengambilan sampel yang paling sederhana.
Cara ini memerlukan ketelitian dari operatornya dan dilakukan apabila material
yang akan diambil benar-benar homogen (serba sama). Cara pengambilannya
dengan menggunakan sekop tangan dengan jumlah yang sama dan dalam interval
tertentu. Sampel yang diperoleh biasanya kurang representatif.
b. Shovel sampling
Shovel sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menggunakan
shovel. Dengan cara ini mempunyai keuntungan antara lain adalah lebih murah,
waktu yang diperlukan sedikit, dan memerlukan tempat yang tidak begitu luas.
Syarat pengambilannya dengan metode ini adalah bahwa sampel yang diambil
tidak boleh lebih dari dua inci ukuran butirnya.

11
c. Stream sampling
Stream sampling adalah cara pengambilan contoh dengan menggunakan
alat yang disebut hand sampel cutter. Sampel yang diambil harus berupa pulp
basah dan diambil searah aliran yang ada pada stream tersebut.
d. Pipe sampling
Pipe sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dengan
menggunakan alat pipa atau tabung dengan diameter ½ inchi, 1 inchi, 1,5 inchi.
Bentuk dari alat ini berupa pipa dengan ujung yang satu dibuat rinci dan ujung
lainnya dibuat untuk pegangan. Pipa tersebut terdiri dari dua buah pipa dimana
yang ada dibagian dalam berukuran lebih kecil, sehingga antara kedua pipa
tersebut terdapat celah untuk tempat sampel nantinya. Cara ini dipakai apabila
material yang akan diambil berupa material padat yang tidak terlalu keras dan
halus. Cara pengambilannya hanya dengan menekankan alat tersebut pada
material yang akan diambil dengan posisi tegak lurus, kemudian pipa diputar
kekanan dan kekiri kemudian diangkat.
e. Coning and Quartering
Cara ini merupakan cara yang tertua tetapi masih banyak digunakan dalam
laboratorium.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam cara ini adalah :
1. Dilakukan pencampuran (mixing) terhadap material yang akan diambil sebagai
contoh.
2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut (cone)
3. Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut
terpotong, kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama besarnya.
4. Seperempat bagian yang bersilangan diambil sebagai sampel untuk dianalisa
b. Mechanical Sampling
Metode ini biasanya dipergunakan untuk mengambil contoh dalam jumlah
banyak dibandingkan dengan cara hand sampling. Disamping itu dengan cara ini
akan didapat hasil yang lebih representative dari pada “ Hand Sampling “. Dari
hasil pengambilan contoh baik dengan metode “Hand sampling“ maupun

12
“mechanical sampling”, sebagai langkah selanjutnya adalah melakukan
pengalisaan. Contoh alat termasuk mechanical sampling adalah :
 Riffle sampler Alat ini bentuknya berupa persegi panjang dan pada bagian
dalam dibagi menjadi beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan.
Riffle-Riffle inilah yang berfungsi sebagai pembagi contoh tersebut dengan
harapan dapat terbagi sama rata.
 b. Vezin sampler Alat ini pada bagian dalamnya dilengkapi dengan
“revolting cutter”. Yaitu pemotong yang dapat berputar pada porosnya
sehingga akan membentuk suatu area yang bulat/bundar sehingga
diharapkan dapat memotong seluruh alur dari bijih.

13
BAB III

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN


3.1 Gambaran dan Sejarah Perusahaan
PT. Konutara Sejati (KS) merupakan perusahaan swasta yang bergerak
dibidang pertambangan yang melakukan proses eksplorasi, produksi, dan
pemasaran bijih nikel di wilayah Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe
Utara Provinsi Sulawesi Tenggara, berdasarkan SK Bupati Konawe Utara No.
398.A/ 2009 tentang ijin usaha pertambangan operasi produksi PT. Konutara
Sejati memilki luas wilayah isin usaha pertambangan 1,923 Ha, dan ijin IPPKH
No: 622/MENHUT-II/2011.
Dalam proses penambangan PT. Konutara Sejati melakukan Join
Operation Dengan PT Maha Bakti Abadi (MBA) sebagai kontraktor
penambangan. Saat ini PT.Konutara sejati melakukan produksi di wilayah bagian
selatan wilayah Izin usaha pertambangan dengan luas 40 Ha terdiri dari tujuh blok
penambangan.
PT. Konutara Sejati terletak di desa Sari Mukti, Kecamatan Langggikima,
Kabupaten Konawe Utara berjarak ± 10 Km dari jalan trans Sulawesi Tenggara
menuju Sulawesi Tengah. Untuk dapat sampai ke wilayah penelitian dapat di
tempu melalui rute kota Kendari menuju ibu kota Kabupaten Konawe Utara
(Asera) ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan. Asera menuju
kecamatan langgikima desa sarimukti (PT.Konutara Sejati) ditempuh dengan
waktu kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan umum maupun
roda dua.
Kerja praktek ini dilaksanakan selama 3 minggu dimulai pada tanggal 18
Februari hingga 11 Maret 2019. Lokasi kerja praktek bertempat di PT. Konutara
Sejati, Desa Sari Mukti, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara,
Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan perusahaan penambangan Nickel
Laterite.

14
Gambar 2. Peta izin usaha pertambangan (IUP) PT. Konutara Sejati
3.2 Struktur Organisasi PT. KONUTARA SEJATI

KTT
SAHARUDDIN

SITE MANAGER MINE MANAGER


ANDI.R MAKKARUMPA WANG YANG GANG

ADMIN SURVEYOR

HRD GEOLOGIST

HSE ENGINEER
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. KONUTARA SEJATI

15
BAB IV

METODE DAN HASIL


4.1 Tata Cara Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan pada PT. KONUTARA
SEJATI itu dimulai dengan tahapan pengambilan data. Dimana data-data yang di
ambil merupakan data primer dan juga data sekunder. Data primer yang dimaksud
adalah data yang di ambil langsung di lapangan seperti halnya dalam pelaksanaan
kerja praktek ini untuk data primernya merupakan sampel bor. Selanjutnya data
sekunder, yang dimaksud dengan data sekunder itu adalah data pendukung yang
bisa diperoleh melalui perusahaan tanpa harus observasi langsung kelapangan.
Data sekunder yang digunakan untuk penyelesaian laporan kerja praktek ini
merupakan peta lokasi kerja praktek dan SOP preparasi sampel bor.
Setelah data primer dan juga data sekunder diperoleh, selanjutnya
dilakukanlah preparasi sampel yang bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir
yang berupa kadar atau nilai dari suatu bahan galian. Untuk proses pengolahan
data primer dan data sekundernya dapat dilihat pada halaman hasil kerja praktek.

16
Gambar 4. Diagram Alir Kerja Praktek (flowchart)
4.2 Hasil Kerja Praktik
Hasil dari pelaksanaan kerja praktek ini berupa tahapan preparasi sampel
dari hasil eksplorasi titik bor. Kemudian untuk pemaparan lebih lanjut dan sesuai
dengan apa yang dilakukan dalam preparasi sampel hasil titik bor pada PT. KS
dapat ditemukan berupa sedikit penjelasan dan beberapa hasil dokumentasi selama
tahapan itu berlanjut. Dokumentasi hasil pelaksanaan kerja praktek ini dapat
dilihat dari gambar 5 sampai pada gambar 26.

17
4.2.1 Tahapan kegiatan eksplorasi
a. Mapping geologi
Kegiatan Maping Geologi yang dilakukan di PT. Konutara Sejati terletak
di Blok X. Maping Geologi merupakan kegiatan explorasi awal yang mengamati
secara langsung di lapangan bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran laterit
yang ditentukan melalui sebaran batuan pembentuk nikel laterit. Selain
mengamati kegiatan ini pula bertujuan dalam memetakan daerah yang memiliki
indikasi nikel laterit.
b. Pemasangan titik bor
Setelah Proses pemetaan selesai kemudian masuk ke tahap pemasangan
titik bor, pemasangan ini nantinya menjadi acuan dalam penempatan mesin bor.
PT. Konutara Sejati sendiri spasi acak yang digunakan yakni spasi 100, dari tiap
titik bor bisa mengetahui sampai sejauh mana penyebaran endapan nikel laterit
dari daerah tersebut. Apabila dari spasi acak tersebut ditemukan endapan nikel
laterit maka untuk ke akuratan data spasinya dapat di perdekat yakni spasi 50
bahkan spasi 25.

Gambar 5. Pemasangan titik bor (Stackout) oleh team survey


c. Tahapan proses pengeboran
Pengeboran yang dilakukan PT. Konutara Sejati terletak di Blok X. Dalam
kegiatan pengeboran ini menggunakan 2 buah mesin MD dengan sistem Single
Tube. Dikatakan single tube karena untuk memperoleh core pada proses
pemboran dilakukan dengan mengeluarkan tube secara keseluruhan dari dalam
lubang bor kemudian dilakukan proses pengeluran dengan menggunakan piston

18
core. Dalam pengeboran ini sendiri tiap mesin bor dibantu lima crew dan satu
operator itu berarti masing-masing unit bor terdiri dari 6 orang personil.

Gambar 6. Mesin bor tipe MD


d. Tahapan kegiatan pengeboran

Gambar 7. Pemasangan alat bor

19
Pada tahap ini yang pertama dilakukan yaitu pembuatan drill pad
meratakan tanah sebagai tempat untuk landasan alat bor, setelah landasan sudah
terpasang kemudian yang dipasang berikutnya ialah tangki oli, di ikuti dengan
pemasangan mesin penggerak. Setelah alat tersebut sudah terpasang dilanjutkan
dengan pemasangan rig. Setelah pemasangan rig sudah selesai kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan spindel, orbit sebagai pusat putaran batang bor.
Dalam pemasangan orbit ini juga diikuti pemasangan selang oli. Setelah
semua sudah terpasang dilanjutkan dengan pemasangan batang pipa di spindel,
dan pemasangan tube untuk memulai kegiatan pengeboran.

Gambar 8. pemasangan selang oli


Gambar di atas menunjukan tahapan dalam pemasangan selang oli yang
akan di hubungkan ke spindel, oli ini bertujuan dalam melumaskan pergerakan
orbit dalam memutar batang bor.

Gambar 9. Pemasangan tube

20
Pemasangan tube ini merupakan tanda dimulainya kegiatan bor. Tube
dipasangkan di pipa yang dihubungkan ke spindel.

Gambar 10. Pengeluaran ore


Setelah di bor maka ore yang masih tersimpan dalam tube dikeluarkan,
agar lebih muda dalam mengeluarkan ore tersebut di banti dengan alat seperti
tongkat yakni piston core.

Gambar 11. Sampel hasil pemboran


Setelah ore dikeluarkan maka ditempatkan di dalam core box agar
mempermudah pendeskripsian sampel. Selain mendeskripsi sampel ore yang
disimpan di core box dipasangkan kode titik bor serta angka di bagian kiri core
box yang berguna untuk mengetahui kedalam titik bor.

21
e. Pendiskripsian sampel

Gambar 12. Pendiskripsian sampel


Sampel yang di deskripsi ini diperoleh dari proses pemboran dengan
ukuran panjang 1 meter yang diletakan di core box agar mempermudah dalam
menganalisa sampel. Pada tahapan ini seoarang Geologist harus teliti melihat
mineral pembawa nikel laterit dan dapat membedakan lapisan Top soil, Over
Burden, Zona Limonit, Zona Saprolit, Badrock.
f. Pengemasan sampel

Gambar 13. Pengemasan sampel


4.2.2 Preparasi Sampel
Preparasi sample merupakan suatu pekerjaan untuk mempersiapkan
sample dikirim kelaboratorium untuk dianalisis kadar nikelnya. Sebelum sample
dianalisis, terlebih dahulu dilakukan preparasi dengan tujuan untuk mereduksi
baik jumlahnya maupun ukuran butirnya sampai dengan kehalusan 200 mesh yang
representatif dari sample itu sendiri.

22
Langkah-langkah yang dilakukan dalam preparasi sampel :
 Melakukan pengecekan sample dari lapangan dan memastikan sample
telah sesuai dengan nomor Sampel ID yang ada.

Gambar 14. Pengecekan sampel sesuai ID bor


 Melakukan preparasi basah dengan cara sampel dihancurkan dengan martil
atau Jaw Crusher (±3mm),lalu dimixing kemudian dikwartering menjadi ±
300 gr

Gambar 15. Preparasi basah

23
Gambar 16. Kwartering sampel
 Memindahkan sampel ke talang untuk di keringkan di oven selama kurang
lebih 1 jam dengan suhu 150 ºC.( atau di sangrai secara manual )

Gambar 17. Sampel untuk dikeringkan kadar airnya

Gambar 18. Pengeringan kadar air menggunakan oven

24
Gambar 19. Pengeringan kadar air menggunakan kompor
 Melakukan Penghancuran batu untuk sample bolder/Rock menggunakan
Jaw Crusher untuk menghasilkan material ukuran 3 mm.

Gambar 20. Sampel dihaluskan menggunakan Jaw Crusher -3 mm


 Melakukan Proses penghancuran dengan menggunakan Bowl untuk
menghasilkan material (200mesh/-0.074mm)

25
Gambar 21. Bowl
 Setelah di pulvelizer, material di ayak (screening) dengan ayakan 200mesh
(material yang lolos ayakan 100%)

Gambar 22. Pemisahan material untuk dilakukan pengayakan

26
Gambar 23. Ayakan material 200 mesh
 Kemudian hasil ayakan dimixing dengan plastik roll secara manual, lalu
direduce dengan cara dimatriks 5 x 2 dengan menggunakan Scoop 1D lalu
dimasukkan kedalam plastik bag .

Gambar 24. Sampel hasil ayakan

27
 Setelah completed satu waybill maka dilanjutkan mengemas sampel dalam
cup untuk kemudian dianalisa.

Gambar 25. Cup sampel untuk dianalisa


 Analisa sampel dengan menggunakan XRF NITON XL 3

Gambar 26. XRF Niton XL 3


 Melaporkan hasil analisa kepada GCS di lapangan.

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari hasil kerja praktek yang dilaksanakan pada PT. KS, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak akan terjadi proses penambangan ketika tidak dilakukan
preparasi sampel untuk mengetahui kadar dari hasil titk bor. Apakah ekonomis
untuk ditambang atau tidak.
B. Saran
Saran saya bagi perusahan PT. Konutara Sejati khususnya pada divisi
Preparasi agar lebih diperhatikan tentang pengetahuan Safety terhadap para
anggota/Crew dikarenakan dalam hal ini yang di jadikan sebagai Crew merupakan
masyarakat lokal yang pada umumnya belum mengetahui tentang pentingnya K3
serta sifat profesionalisme di pada saat bekerja.
.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Study On Nickel, Buletin Khusus No. 2-85. Departemen Pertambangan


dan Energi, Dirjen Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Teknologi
Mineral. Bandung, (1985).

Boldt, Nikel Laterite And Formation, PT. Internasional Nikel Indonesia,


Sorowako, (1967).

Delvia, Villa. E. Studi Perbandingan Kadar Ni Dan Fe Berdasarkan Sampel Cek


Pit Dan Cek Stock Pile Nikel Laterit Pada PT. Bintang Delapan Mineral
Sulawesi Tengah. UMI. Makassar, (2012).

Guilbert dan Park. The Geology Of Ore Deposits. New York: W. H. Freeman and
Company, (1986).

Osborne, R. C & Waraspati, D. Applied mine geology at PT. Inco, Soroako, South
Sulawesi, Indonesia. XV Annual Convention of the Association of
Indonesia Geologists. Yogyakarta, (1986).

Rose et al., dalam Nushantara 2002, (1979).

30

Anda mungkin juga menyukai