DIAJUKAN OLEH
ISBAR
F3G2 12 069
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam misalnya
mineral dan batubara. Kekayaan alam yang berupa mineral dan batubara ini,
sebagian telah selesai dilakukan eksplorasi dan sebagaian masih dalam proses
Pada saat ini ada 2 jenis nikel yang digunakan sebagai bahan baku untuk
membuat logam nikel yaitu bijih jenis sulfide dan laterit dengan
digunakan sebagai bahan baku nikel. Tidak seperti bijih sulfide, bijih laterit
tidak udah untuk ditingkatkan kadar nikelnya dengan teknologi yang ada pada
saat ini sehingga berbagai upaya penelitin terus dilakukan untuk meningkatkan
Bijih nikel laterit merupakan salah satusumber daya mineral yang melimpah
batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil
dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah. Sumberdaya mineral
adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material yang memiliki nilai
ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas, dan kuantitas
tertentu yang meiliki keprospeksian yang beralasan untuk pada akhirnya dapat
nikel jenis oksida. Bijihnikel jenis sulfida banyak terdapat di negaranegara sub
B. Batasan Masalah
biji nikel kadar rendah pada area blok I PT. Maju Bersama Mining dengan
nilai kadar nikel dan kadar besi sebelum dan setelah pencampuran biji nikel
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Berapa nilai kadar sebelum
pencampuran dan sesudah pencampuran yang dapat dimanfaatkan pada biji nikel
kadar rendah yang ada di area blok I PT. Maju Bersama Mining
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Menentukan jumlah kadar rendah bijih nikel
yang layak di pasarkan setelah pencampuran dengan nilai kadar yang memenuhi
standar cut off grade (COG) PT. Maju Bersama Mining dengan metode
pencampuran(Blending).
E. Manfaat Penelitian
yang terdapat pada area penambangan blok I ini, perusahaan PT. Maju
pencampuran (Blending).
6. Hasil pencampuran (Blending) akan menjadi arsip oleh perusahaan itu sendiri
II. TINJAUAN PUSTAKA
lempeng besar yaitu pergerakan lempeng Hindia Australia dari selatan dengan
kecepatan rata 7 cm/tahun, lempeng Pasifik dari timur dengan kecepatan sekitar 6
cm/tahun dan lempeng Asia bergerak relatif pasif ke Tenggara. Posisi Sulawesi
yang berada pada kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap
fenomena geologi yang kompleks dan rumit sehingga Pulau Sulawesi termasuk
dan rumit.Manifestasi tektonik yang ditimbulkan berupa patahan dan gunung api,
seperti patahan Walanae (Sulawesi Selatan), Palu Koro (dari Flores, Palu hingga
naik Selat Makassar dan patahan Matano, Lawanoppo dan Kolaka (Sulawesi
menjadi empat, yaitu; Mandala Barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic
Arc), Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt), Mandala timur (East
kepulauan paling timur dan tenggara sulawesi yang merupakan pecahan benua
yang berpindah ke arah barat karena strike-slip dari New Guinea.Geologi regional
kabupaten konawe utara berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi
lembar lasusua-kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan
Lajur Hialu. Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur
Hialu oleh endapan kerak samudra/ofiolit (Rusmana, dkk., 1985). Secara garis
memanjang sampai ke Teluk Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif hingga saat
ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali
pada Kala Oligosen. Sesar naik ditemukan di daerah Wawo sebelah barat
Matano.
dan ujung Selatan Lengan Tenggara. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah
adalah batuan ofiolit (Ku) berumur kapur. Batuan ofiolit merupakan batuan beku
yang tersusun oleh jenis batuan Peridotit, Harzburgit, Dunit, Gabro, dan
yaitu sesar dan kelurusan yang umumnya berarah barat laut-tenggara searah
dengan sesar geser lurus mengiri Lasolo meliputi daerah Kecamatan Asera,
Sawa dan memanjang sampai ke Teluk Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif
hingga saat ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang
1807).
(resources) adalah akumulasi zat padat, cair dan gas yang terbentuk secara
alami di dalam atau di permukaan bumi yang diharapkan dapat dimanfaatkan
lingkungan, dan lain-lain, maka jumlah endapan yang diperoleh (yang dapat
dimensi atau ukuran endapan bahan galian tersebut. Selain ukuran dalam
perhitungan sumberdaya harus pula mutu bahan galian tersebut (JORC, 2012).
yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk,
kualitas, dan kuantitas tertentu yang meiliki keprospeksian yang beralasan untuk
terukur (KCMI,2011).
kandungan logam yang tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh
ultrabasa dalam hal ini adalah batuan harzburgit, batuan ini banyak mengandung
stabil dan mudah mengalami proses pelapukan proses pelapukan dimulai pada
mengandung mineral olivine, piroksen, magnesium silikat dan besi silikat, yang
fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya CO2akan
kontak dengan zona saprolit yang masih mangandung batuan asal dan melarutkan
minera-mineral yang tidak stabil seperti olive/serfentin dan piroksen. Mg, Si, dan
Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah besi yang bersenyawa
selama suplai air yang masuk kedalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses
Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), silica (Si), dan nikel
(Ni) akan tinggal didalam larutan selama air masih bersifat asam. Tetapi jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut
2. pH (asam / basa).
3. Reduksi / oksidasi.
5. Kecepatan pelarutan
6. Iklim.
7. Topografi.
8. Waktu.
9. Struktur batuan.
4. Intense leaching.
6. Gentle topography
1. Penentuan Kadar
Penentuan kadar cadangan eksplorasi suatu daerah yaitu dari hasil pemboran
hasil analisis kadar tersebut dirata–ratakan mulai dari kadar dibawah sampai
Dari studi peningkatan kadar nikel dalam bijih nikel laterit jenis limonit
dengan membuat pelet dari campuran bijih nikel laterit jenis limonit, batubara dan
Na2SO4 dapat disimpulkan kadar nikel dalam bijih nikel laterit kadar rendah jenis
limonit dapat ditingkatkan dengan cara membuat pelet dari campuran bijih nikel
laterit kadar rendah, bahan reduktor batubara dan bahan aditif Na2SO4, kemudian
E. Pencampuran (Blending)
produk secara bersamaan, dengan kualitas spesifik yang berbeda. Proporsi dari
masing-masing produk di control agar menghasilkan produk tunggal yang terpisah
nikel dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu endapan nikel high
grade (% kadar Ni untuk kebutuhan pasar dan untuk kebutuhan ekspor) dan low
grade. (% kadar yg lebih kecil untuk kebutuhan pasar dan ekspor) Untuk
mendapatkan kualitas kadar bijih nikel yang sesuai dengan permintaan pasar
dari dua atau lebih tipe nikel yang mempunyai kadar berbeda, dimana kedua jenis
nikel yang ber beda akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah
yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe nikel tersebut ketika proses
(𝐴 𝑥: 𝑥) + (𝐵 𝑥: 𝑥)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐵𝑙𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 =
𝑧
Keterangan
akhir