Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

OPTIMALISASI PEMANFAATAN BIJIH NIKEL KADAR RENDAH


DENGAN MENGGUNKAN METODE BLENDING PADA PT. MAJU
BERSAMA MINING

DIAJUKAN OLEH

ISBAR
F3G2 12 069

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam misalnya

mineral dan batubara. Kekayaan alam yang berupa mineral dan batubara ini,

sebagian telah selesai dilakukan eksplorasi dan sebagaian masih dalam proses

perijinan maupun masih dalam tahap eksploitasi.

Pada saat ini ada 2 jenis nikel yang digunakan sebagai bahan baku untuk

membuat logam nikel yaitu bijih jenis sulfide dan laterit dengan

berkembangnya waktu,cadangan nikel sulfida terus berkembang sehingga

beberapa produsen nikel menglihkan perhatianya ke bijih nikel laterit untuk

digunakan sebagai bahan baku nikel. Tidak seperti bijih sulfide, bijih laterit

tidak udah untuk ditingkatkan kadar nikelnya dengan teknologi yang ada pada

saat ini sehingga berbagai upaya penelitin terus dilakukan untuk meningkatkan

kadar nikel dalam laterit.

Bijih nikel laterit merupakan salah satusumber daya mineral yang melimpah

diIndonesia, cadanganbijih nikel laterit di Indonesia mencapai 12%cadangan

nikel dunia, yang tersebar di PulauSulawesi, Maluku, dan pulau-pulau kecil

disekitarnya. Bijih nikel laterit inidigolongkan menjadi dua jenis, yaitu

saprolityang berkadar nikel tinggi dan limonit yangberkadar nikel

rendah.Perbedaan menonjol dari2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (besi)

danMg (magnesium), bijih saprolit mempunyaikandungan Fe rendah dan Mg

tinggi sedangkanlimonit adalah sebaliknya.


Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan

batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil

dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah. Sumberdaya mineral

adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material yang memiliki nilai

ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas, dan kuantitas

tertentu yang meiliki keprospeksian yang beralasan untuk pada akhirnya dapat

diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan

kemenerusan dari sumberdaya mineral haruslah dapat diketahui, diestimasi atau

diinterpretasikan berdasarkan bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang

spesifik. Sumberdaya mineral dikelompokkan lagi berdasarkan tingkat

keyakinan geologinya kedalam kategori tereka, terujuk dan terukur.

Di dunia, bijih nikel dapat diperolehmelalui pembentukan di alam berdasar

kondisigeologis negara bersangkutan, yakni: bijih nikeljenis sulfida dan bijih

nikel jenis oksida. Bijihnikel jenis sulfida banyak terdapat di negaranegara sub

tropis seperti Canada, Rusia, EropaUtara, dan Australia.Sedangkan bijih

jenisoksida terdapat di negara tropis sepertiIndonesia, Filipina, Papua Nugini,

Brazil,Afrika Barat, Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah

B. Batasan Masalah

Pada penelitian ini hanya membatasi pada penanganan dan pemanfaatan

biji nikel kadar rendah pada area blok I PT. Maju Bersama Mining dengan

menggunakan metode pencampuran (Blending) untuk mengetahui berapa besar

nilai kadar nikel dan kadar besi sebelum dan setelah pencampuran biji nikel

kadar rendah yang dapat dimanfaatkan.


C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Berapa nilai kadar sebelum

pencampuran dan sesudah pencampuran yang dapat dimanfaatkan pada biji nikel

kadar rendah yang ada di area blok I PT. Maju Bersama Mining

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Menentukan jumlah kadar rendah bijih nikel

yang layak di pasarkan setelah pencampuran dengan nilai kadar yang memenuhi

standar cut off grade (COG) PT. Maju Bersama Mining dengan metode

pencampuran(Blending).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

tentangpemanfaatan dan penanganan bijinikel kadar rendah yang terdapat pada

area penambangan blok I PT. Maju Bersama Mining

2. Dengan diketahuinya pemanfaatan dan penanganan biji nikel kadar rendah

yang terdapat pada area penambangan blok I ini, perusahaan PT. Maju

Bersama Mining, dapat merencanakan produksi kedepannya

3. Menambahpemahaman dalampemanfaatan dan penanganan biji nikel kadar


rendah yang terdapat pada area penambangan mengunakan metode

pencampuran (Blending).

4. Menambah wawasan dan pengalaman dalam pengambilan data core untuk

kemudian dijadikan satu basis data


5. Memberikan informasi kepada perusahaan terhadap hasil Blendingnikel kadar

rendah dengan mengunakan metode pencampuran(Blending)di area blok I

untuk kemudian dijadikan acuan oleh perusahaan itu sendiri.

6. Hasil pencampuran (Blending) akan menjadi arsip oleh perusahaan itu sendiri
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Geologi Lokal Daerah Penelitian

Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan diantara tiga pergerakan

lempeng besar yaitu pergerakan lempeng Hindia Australia dari selatan dengan

kecepatan rata 7 cm/tahun, lempeng Pasifik dari timur dengan kecepatan sekitar 6

cm/tahun dan lempeng Asia bergerak relatif pasif ke Tenggara. Posisi Sulawesi

yang berada pada kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap

gerakan dan benturan ketiga lempeng bumi tersebut. Perkembangan tektonik di

kawasan Pulau Sulawesi berlangsung sejak zaman Tersier hingga sekarang,

sehingga Pulau Sulawesi termasuk daerah teraktif di Indonesia dan mempunyai

fenomena geologi yang kompleks dan rumit sehingga Pulau Sulawesi termasuk

daerah teraktif di Indonesia dan mempunyai fenomena geologi yang kompleks

dan rumit.Manifestasi tektonik yang ditimbulkan berupa patahan dan gunung api,

seperti patahan Walanae (Sulawesi Selatan), Palu Koro (dari Flores, Palu hingga

Selat Makassar), patahan Gorontalo, patahan Batui (Sulawesi Tengah), patahan

naik Selat Makassar dan patahan Matano, Lawanoppo dan Kolaka (Sulawesi

Tenggara). (Kadarusman et al, 2004)

Berdasarkan struktur litoktenik, sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi

menjadi empat, yaitu; Mandala Barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic

Arc), Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt), Mandala timur (East

Sulawesi Ophiolite Belt), dan Fragmen Benua Banggai-Sula-Tukang Besi,

kepulauan paling timur dan tenggara sulawesi yang merupakan pecahan benua

yang berpindah ke arah barat karena strike-slip dari New Guinea.Geologi regional
kabupaten konawe utara berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi

lembar lasusua-kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan

Lajur Hialu. Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur

Hialu oleh endapan kerak samudra/ofiolit (Rusmana, dkk., 1985). Secara garis

besar kedua mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo.

Gambar 1. Peta Geologi Sulawesi (Hall and Wilson, 2000


dalam Armstrong Sompotan, 2012)

Sesar dan kelurusan umumnya berarah barat laut-tenggara searah dengan

sesar geser lurus mengiri Lasolomeliputi daerah Kecamatan Asera, Kecamatan

Molawe,Kecamatan Lasolo, Kecamatan Lembo, sampai Kecamatan Sawa dan

memanjang sampai ke Teluk Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif hingga saat

ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali

pada Kala Oligosen. Sesar naik ditemukan di daerah Wawo sebelah barat

Tampakura dan di Tanjung Labuandala di selatan Lasolo, yaitu beranjaknya


Batuan Ofiolit ke atas Batuan Malihan Mekonga, Formasi Meluhu, dan Formasi

Matano.

Daerah satuan morfologi perbukitan rendah melampar luas di Utara Kendari

dan ujung Selatan Lengan Tenggara. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah

dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini terutama

batuan sedimen klastik Mesozoikum dan Tersier. Stratigrafi daerah penelitian

adalah batuan ofiolit (Ku) berumur kapur. Batuan ofiolit merupakan batuan beku

yang tersusun oleh jenis batuan Peridotit, Harzburgit, Dunit, Gabro, dan

Serpentinit berumur Kapur. Struktur yang berkembang pada daerah penelitian

yaitu sesar dan kelurusan yang umumnya berarah barat laut-tenggara searah

dengan sesar geser lurus mengiri Lasolo meliputi daerah Kecamatan Asera,

Kecamatan Molawe,Kecamatan Lasolo, Kecamatan Lembo, sampai Kecamatan

Sawa dan memanjang sampai ke Teluk Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif

hingga saat ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang

aktif kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983).

B. Pengertian Nikel Laterit

Endapan nikel laterit merupakan bijihyang dihasilkan dari proses

pelapukanbatuan ultrabasa yang ada di ataspermukaan bumi. Istilah Laterit

sendiridiambil dari bahasa Latin “later” yangberarti batubata merah (Buchanan,

1807).

Ada dua istilah utama yang digunakan dalam pengklasifikasian

endapan, yaitu sumberdaya (resources) dan cadangan (reserves). Sumberdaya

(resources) adalah akumulasi zat padat, cair dan gas yang terbentuk secara
alami di dalam atau di permukaan bumi yang diharapkan dapat dimanfaatkan

secara nyata dan bernilai ekonomis. Sedangkan jika sudah memasukkan

unsur-unsur kajian ekonomi, perencanaan tambang, pengolahan, analisis

lingkungan, dan lain-lain, maka jumlah endapan yang diperoleh (yang dapat

diambil/ditambang) dikelompokkan ke dalam cadangan (reserve)Pada dasarnya

perhitungan sumberdaya suatu endapan bahan galian, merupakan penentu

dimensi atau ukuran endapan bahan galian tersebut. Selain ukuran dalam

perhitungan sumberdaya harus pula mutu bahan galian tersebut (JORC, 2012).

Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material

yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk,

kualitas, dan kuantitas tertentu yang meiliki keprospeksian yang beralasan untuk

pada akhirnya dapat diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar,

karakteristik geologi dan kemenerusan dari sumberdaya mineral haruslah dapat

diketahui, diestimasi atau diinterpretasikan berdasarkan bukti-bukti dan

pengetahuan geologi yang spesifik. Sumberdaya mineral dikelompokkan lagi

berdasarkan tingkat keyakinan geologinya kedalam kategori tereka, terujuk dan

terukur (KCMI,2011).

Bagian dari cebakan yang tidakmemiliki prospek yang beralasan

padaakhirnya dapat diekstraksi secara ekonomistidak boleh disebut sebagai

sumberdayamineral. Istilah sumberdaya mineral mencakupmineralisasi, termasuk

material sisa danmaterial buangan, yang telah diestimasidan diidentifikasi melalui

eksplorasi danpengambilan conto, dan darinya cadanganbijih dapat ditentukan

denganpertimbangan dan penerapan factor pengubah (KCMI, 2011).


C. Proses TerbentuknyaNikel Laterit

Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolithatau tubuh

batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami

pelapukan, termasuk didalamnya proses endapan material hasil transportasi yang

masih tampak batuan asalnya sebagaian besar endapan laterit mempunyai

kandungan logam yang tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh

endapan besi, nikel, mangan dan bauksit

Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan

ultrabasa dalam hal ini adalah batuan harzburgit, batuan ini banyak mengandung

olivine, piroksen, magnesium silikat dan besi. Mineral-mineral tersebut tidak

stabil dan mudah mengalami proses pelapukan proses pelapukan dimulai pada

batuan ultramefik (peridotit, dunit, serfentinit), dimana batuan ini banyak

mengandung mineral olivine, piroksen, magnesium silikat dan besi silikat, yang

pada umumnya mengandung 0,30% nikel batuan tersebut sangat mudah

dipengaruhi oleh pelapukan lateritic. (Boldt 1967).

Menurut Hasanudin, 1992, air permukaan yang mengandung CO2 dari

atmosfer dan terkayakan kembali oleh material-material organik dipermukaan

meresap kebawah permukaan tanah sampai pada zona perlindian, dimana

fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya CO2akan

kontak dengan zona saprolit yang masih mangandung batuan asal dan melarutkan

minera-mineral yang tidak stabil seperti olive/serfentin dan piroksen. Mg, Si, dan

Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah besi yang bersenyawa

dengan oksida akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah sedangkan


magnesium nikel dan silika akan tetap tinggal kedalam larutan dan bergerak terus

selama suplai air yang masuk kedalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses

ini merupakan proses pelapukan dan pelindihan/leaching.

Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), silica (Si), dan nikel

(Ni) akan tinggal didalam larutan selama air masih bersifat asam. Tetapi jika

dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut

akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium

hidrosilicate)yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau mineral

pembawa Ni (Boldt 1967).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan kimiawi menurut Ahmad

(2006: bab 5 hal 30) adalah :

1. Kestabilan mineral (struktur kristal, melting points).

2. pH (asam / basa).

3. Reduksi / oksidasi.

4. Ukuran butir dan kekar.

5. Kecepatan pelarutan

6. Iklim.

7. Topografi.

8. Waktu.

9. Struktur batuan.

10. Permukaan air tanah.

Pembentukan nikel laterite menurut Ahmad,2006, membutuhkan

beberapa faktor, yaitu:


1. Batuan induk yang mengandung besi dan alumunium.

2. Temperatur relatif tinggi.

3. Tinggi curah hujan.

4. Intense leaching.

5. Lingkungan yang teroksidasi kuat.

6. Gentle topography

D. Klasifikasi Nikel Laterit

1. Penentuan Kadar

Penentuan kadar cadangan eksplorasi suatu daerah yaitu dari hasil pemboran

pada kegiatan eksplorasi yang dianalisa di laboratorium kimia. Kemudian

hasil analisis kadar tersebut dirata–ratakan mulai dari kadar dibawah sampai

diatas Cut of Grade (Altin, 2013).

Dari studi peningkatan kadar nikel dalam bijih nikel laterit jenis limonit

dengan membuat pelet dari campuran bijih nikel laterit jenis limonit, batubara dan

Na2SO4 dapat disimpulkan kadar nikel dalam bijih nikel laterit kadar rendah jenis

limonit dapat ditingkatkan dengan cara membuat pelet dari campuran bijih nikel

laterit kadar rendah, bahan reduktor batubara dan bahan aditif Na2SO4, kemudian

dilanjutkan dengan proses pemanggangan reduksi pelet dan melewatkan kalsin

yang dihasikan dari proses pemanggangan reduksi kedalam alat pemisahan

magnet sehingga diperoleh konsentrat nikel.

E. Pencampuran (Blending)

Proses blending merupakan proses terkendali pencampuran dua atau lebih

produk secara bersamaan, dengan kualitas spesifik yang berbeda. Proporsi dari
masing-masing produk di control agar menghasilkan produk tunggal yang terpisah

dengan kualitas spesifik yang diinginkan. Hasil pengolahan terhadap endapan

nikel dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu endapan nikel high

grade (% kadar Ni untuk kebutuhan pasar dan untuk kebutuhan ekspor) dan low

grade. (% kadar yg lebih kecil untuk kebutuhan pasar dan ekspor) Untuk

mendapatkan kualitas kadar bijih nikel yang sesuai dengan permintaan pasar

dilakukan blending nikel yang mempunyai kadar yang berbeda dengan

perbandingan rasio tertentu. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir

dari dua atau lebih tipe nikel yang mempunyai kadar berbeda, dimana kedua jenis

nikel yang ber beda akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah

yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe nikel tersebut ketika proses

pengambilan contoh dilakukan.

Adapun rumus yg dapat digunakan dalam menghitung nilai defiasi pada

proses blending yaitu :

(𝐴 𝑥: 𝑥) + (𝐵 𝑥: 𝑥)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐵𝑙𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 =
𝑧
Keterangan

A= (Rata − rata rasio terbesar x: x)

B = (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑥: 𝑥)

Z = Julmlah hari blending


Berikut ilustrasi alur tahap proses blending yang terjadi dari awal hingga

akhir

Anda mungkin juga menyukai