Anda di halaman 1dari 82

RANCANGAN PUSH BACK PENAMBANGAN NIKEL

BERDASARKAN ARAH SEBARAN BIJIH PADA BLOK B


PT. TIMAH INVESTASI MINERAL

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH :

ARI IRWANDI
F1B213009

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
NOVEMBER 2019
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul

“RANCANGAN PUSH BACK PENAMBANGAN NIKEL BERDASARKAN ARAH

SEBARAN BIJIH PADA BLOK B PT.TIMAH INVESTASI MINERAL SITE KABAENA

BARAT KABUPATEN BOMBANA”. Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Teknik Pertambangan

Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini tidak jarang mendapat

hambatan. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Deniyatno, S.Si., MT Selaku pembimbing pertama dan Bapak Suryawan

Asfar, ST., M.Si yang dengan penuh ketabahan hati telah meluangkan waktu,

tenaga serta pikiran dalam mengarahkan dan membimbing penulis selama proses

penyelesaian tugas akhir ini.

Melalui kesempatan besar ini dengan hormat dan segenap hati penulis

haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis Ibunda tercinta

Sarmia/Rahmiyati dan Ayahanda Amirullah atas segala restu, doa, semangat,

dan ketabahan hati dalam mendidik, dan membesarkan penulis. Semoga Allah

SWT selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya.

iii
Dalam kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga

laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan.

2. Rektor Universitas Halu Oleo.

3. Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITK) Universitas Halu Oleo

4. Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Teknik Pertambangn Jurusan Teknik

Pertambangan serta Staf yang bertugas.

5. Bapak Drs. Firdaus, M.Si, Bapak Erwin Anshari S.Si., M.Eng dan Bapak

Marwan Zam Mili, S.T., MT selaku Dewan Penguji yang telah memberikan

banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir.

6. Seluruh dosen dan staf yang telah memberikan ilmu selama penulis berada di

bangku perkuliahan Fakulas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu

Oleo

7. Perusahaan PT. Timah Investasi Mineral yang telah memberikan kesempatan

untuk melakukan penelitian tugas akhir.

8. Saudara kakak dan adik saya yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

9. Saudara-saudaraku Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan Universitas

Halu Oleo khususnya angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan namanya

satu persatu semoga kelak ilmu yang kita cari bersama dapat memberikan

manfaat bagi kita dan orang banyak.

10. Kepada seluruh pihak yang telah memberi berkontribusi yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu

iv
Penulis menyadari dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih terdapat

kekurangan mengingat penulis memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu,

penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut dan penulis tentunya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari seluruh pembaca.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada

penulis dan semua pihak yang membacanya. Semoga Allah SWT selalu

memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam mencari Ilmu yang

bermanfaat bagi dunia dan akhirat kelak. Wassalam.

Kendari, september 2019

Penulis

v
RANCANGAN PUSH BACK PENAMBANGAN NIKEL BERDASARKAN
ARAH SEBARAN BIJIH PADA BLOK B PT.TIMAH INVESTASI
MINERAL

Ari Irwandi1), Deniyatno2), Suryawan Asfar3)


1)
Jurusan Teknik Pertambangan, FITK, Universitas Halu Oleo
ariirwandi123@gmail.com

ABSTRAK

Rancangan push back adalah bentuk-bentuk penambangan yang menunjukan


bagaimana suatu pit akan ditambang dari tahapan awal hingga tahap akhir
rancangan tambang (Pit Limit). Secara administratif PT Timah Investasi Mineral
berada di Kabupaten Bombana Kecamatan Kabaena Barat Desa Baliara, jarak
tempuh Kendari ke Bombana ± 8 jam di lalui jalur darat dan jalur laut lama
perjalanan perjalanan darat ± 4 begitu juga dengan jalur laut ± 4, menuju lokasi
penelitian. Penelitian ini berfokus pada blok B dengan tujuan membuat rancangan
Push back untuk memenuhi target produksi 30.000 ton/bulan dengan
pertimbangan faktor loosing 10% dan kadar rata-rata Ni 1.5%. Berdasarkan hasil
estimasi diketahui total cadangan 124.040 ton, Rancangan push back dibuat
sebanyak 4 push back berdasarkan target produksi bulanan yaitu: bulan pertama
cadangan 33.038 ton kadar rata-rata Ni 1,92%, kemudian dilanjutkan pada bulan
ke dua yaitu pada push back kedua dengan cadangan 32.138 ton kadar Ni rata-rata
1,94%, dilanjutkan pada push back ketiga total cadangan 25.490 ton yang
berkadar Ni rata-rata 1,47% dan dilanjutkan pada push back keempat total
cadangan 33.347 ton yang berkadar Ni rata-rata 1,89%.
Kata Kunci : Push Back, Target Produksi, Pit Limit

vi
NICKEL MINING PUSH BACK DESIGN BASED ON ORE
DISTRIBUTION DIRECTION IN BLOCK B PT. TIMAH INVESTASI
MINERAL

Ari Irwandi1), Deniyatno2), Suryawan Asfar3)


1)
Jurusan Teknik Pertambangan, FITK, Universitas Halu Oleo
ariirwandi123@gmail.com

ABSTRACT

The push back design is mining forms that indicate how a pit will be mined from
the initial stage to the final stage of the mine design (Pit Limit). Administratively,
PT Timah Investasi Mineral is located in Bombana Regency, West Kabaena
District, Baliara Village, the distance from Kendari to Bombana is ± 8 hours by
land and sea lane by land travel ± 4 as well as by sea by ± 4, to the study site. This
research focuses on Block B with the aim of making a Push Back design to meet
the production target of 30,000 tons / month taking into account a loosing factor
of 10% and an average level of 1.5% Ni. Based on the estimation results it is
known that the total reserves are 124,040 tons, The push back design is made of 4
push backs based on monthly production targets, namely: the first month of
reserves 33,038 tons the average level of Ni 1.92%, then continued in the second
month, namely on the second push back with reserves of 32,138 tons Ni levels an
average of 1.94%, continued with the third push back total reserves of 25,490 tons
with an average Ni of 1.47% and continued with the fourth push back in total
reserves of 33,347 tons with an average Ni of 1.89%.
Keywords: Push Back, Production Target, Pit Limit

vii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Kegiatan Penambangan Dan Operasi Produksi 4
B. Perencanaan Tambang 5
C. Parameter Perancangan Tambang 8
D. Push Back 11
E. Penjadwalan Produksi Tambang (Mine scheduling) 21

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Lokasi, Waktu dan Tempat Penelitian 27
B. Prosedur Penelitian 28
C. Tahapan Kegiatan Penelitian 28
D. Instrument Penelitian 30
E. Bagan Alir Kegiatan Penelitian 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Bentuk dan Sebaran Bijih 32
B. Blokmodel dan Pit Limit Blok B 33
C. Pembagian Sub Blok Penambangan 34
D. Jumlah Cadangan dan Umur Tambang 35
E. Push Back 36

V. PENUTUP
A. Kesimpulan 43
B. Saran 43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 tahapan bukaan tambang 10
Gambar 2.2 perencanaan kemajuan tambang 11
Gambar 2.3 Sumberdaya Hipotetik untuk Studi awal penentuan rancangan 11
Gambar 2.4 Bentuk rancangan Push Back Sumberdaya Hipotetik. 12
Gambar 2.5 Bagian-Bagian Jenjang 15
Gambar 2.6 Working Bench dan Safety Bench 16
Gambar 2.7 Catch Bench 16
Gambar 2.8 Overall Slope Angle 17
Gambar 2.9 Sketsa perhitungan volume dengan rumus mean area. 18
Gambar 2.10 Sketsa perhitungan volume dengan rumus prismoida 19
Gambar 2.11 Sketsa perhitungan volume dengan rumus kerucut terpancung 20
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian 27
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian 31
Gambar 4.1 Bentuk dan sebaran bijih blok B dengan COG 1,5% Ni
(Utara - Selatan) 32
Gambar 4.2 Bentuk dan sebaran bijih blok B dengan COG 1,5% Ni
(Timur - Barat) 32
Gambar 4.3 Blokmodel blok B 33
Gambar 4.4 Pit Limit 34
Gambar 4.5 Pembagian sub-blok penambangan blok B (tampak atas) 35
Gambar 4.6 pit bulan pertama beserta sub-blok penambangannya 37
Gambar 4.7 pit bulan kedua beserta sub-blok penambangannya 39
Gambar 4.8 Pit bulan ketiga beserta sub-blok penambangannya 40
Gambar 4.9 Pit bulan keempat beserta sub-blok penambangannya 42

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Alat dan bahan yang digunakan 30
Tabel 4.1 Sub-blok yang dibuka bulan pertama 36
Tabel 4.2 Sub-blok yang dibuka bulan kedua 38
Tabel 4.3 Sub-blok yang dibuka bulan ketiga 39
Tabel 4.4 Sub-blok yang dibuka bulan ketiga 41

x
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor usaha pertambangan khususnya dalam skala besar adalah salah satu

sektor usaha yang membutuhkan modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar

itu menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan yang

akan dilakukannya dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya

dengan pengembalian modal secepat mungkin. Oleh karena itu, untuk

mewujudkannya diperlukan perencanaan yang matang dengan

mempertimbangkan banyak faktor penting sebelum penambangan itu

dilaksanakan. Dalam hal ini tahap perencanaan produksi adalah suatu tahap untuk

menentukan urutan penambangan setelah melalui proses perencanaan sebelumnya

yang melibatkan beberapa hal antara lain perhitungan cadangan, geometri, pit

limit, dan lain - lain (Adisoma G, 2010 ).

PT. Timah Investasi Mineral adalah salah satu perusahan pertambangan

yang memegang Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan seluas 300 Ha.

Wilayah Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi tersebut terletak di Desa

Baliara Selatan, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Provinsi

Sulawesi Tenggara (PT.Timah Investasi Mineral, 2018).

PT. Timah Investasi Mineral mempunyai tiga blok penambangan, yaitu

Blok A, Blok B dan Blok C. Sistem penambangan bijih nikel yang diterapkan

oleh PT.Timah Investasi Mineral Site Kabaena adalah sistem tambang terbuka.

(PT.Timah Investasi Mineral, 2018).

1
2

Adapun permasalahan pada lokasi penelitian yaitu rancangan penambangan

yang dirancang selama ini bersifat jangka panjang, dengan pengeluaran biaya

produksi yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena kurangnya strategi atau

perencanaan yang mapan sehingga perlu dilakukan perancangan penambangan

jangka pendek dengan tujuan membagi cadangan yang ada kedalam unit-unit kecil

berdasarkan target produksi dan stripping ratio dalam bentuk rancangan push

back.

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam proses penambangan

agar dapat berjalan lebih terencana dan sesuai dengan kondisi aktual pada

PT.Timah Investasi Mineral.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada kegiatan

penelitian ini adalah bagaimana merancang push back penambangan bijih nikel di

Blok B PT.Timah Investasi Mineral Site Kabaena berdasarkan target produksi dan

stripping ratio.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat dalam kegiatan penelitian ini,

maka tujuan dari penelitian ini adalah membagi cadangan yang ada kedalam sub

blok berdasarkan stripping ratio dan target produksi dalam bentuk rancangan push

back pada Blok B PT.Timah Investasi Mineral Site Kabaena.


3

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari kegiatan penelitian yang diharapkan antara lain:

1. Membuka wawasan bagi mahasiswa terkait hubungan ilmu yang diperoleh

dengan aktifitas dunia kerja serta membuka wawasan mengenai proses rancangan

push back pada penambangan bijih nikel.

2. Memberikan informasi kepada pihak perusahaan mengenai parameter penting

yang ada pada daerah penelitian untuk menyusun rancangan push back

penambangan bijih nikel.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kegiatan Penambangan dan Operasi Produksi

Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara, pada pasal 1 dijelaskan bahwa Pertambangan adalah

sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan

pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,

studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Sedangkan

penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi

mineral dana tau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral

ikutan.

Waterman sulistyana (2010), beberapa tahapan kegiatan penambangan

secara garis besar adalah:

a) Pembabatan (clearing)

b) Pengupasan tanah penutup (stripping)

c) Penggalian bahan galian (mining)

d) Pemuatan (loading)

e) Pengangkutan (hauling)

f) Penumpahan (waste dump)

Kegiatan pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu tidak

dapat diperbaharui (non-renewable), mempunya resiko relatif lebih tinggi, dan

pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun social yang

relative lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Ini

4
5

artinya setiap proses pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling

berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus sebagai perusak

lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sudah tidak

diragukan lagi bahwa sektor ini menyokong pendapatan negara selama bertahun-

tahun. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan terbuka (open mining) dapat

merubah total iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan

tambang disingkirkan. Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji

tambang dari batu-batuan atau pasir seperti dalam pertambangan pasir di sungai,

para penambang pada umumnya menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya

yang dapat mencemari tanah, air atau sungai dan lingkungan.

Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara, pada pasal 1 dijelaskan bahwa Operasi Produksi adalah

tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan,

pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana

pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan. Dapat

disimpulkan bahwa, kegiatan operasi produksi ini didalamnya sudah memuat

kegiatan penambangan, yakni pembongkaran, penggalian, dan pemuatan bahan

galian. Dalam operasi produksi dikenal istilah IUP Operasi Produksi, dimana IUP

Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan

IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

B. Perencanaan Tambang (Mine Planning)

Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran

kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam anak kegiatan
6

yang harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan.

Perencanaan tambang merupakan bagian penting dalam pertambangan, karena

perencanaan tambang ini mencakup berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan

prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan, dimana pada kegiatan studi kelayakan

mencakup berbagai hal selain aspek teknis, aspek ekonomis, analisis dampak

lingkungan (AMDAL), persiapan infrastruktur tambang, serta K3. Dalam

melakukan perencanaan tambang juga mencakup kegiatan eksploitasi,

pengolahan, pemasaran, hingga penutupan tambang (Adisoma G, 2010).

Menurut Arif I (2007), ada berbagai macam perencanaan antara lain:

a) Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka

waktunya lebih dari 5 tahun secara berkesinambungan.

b) Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja yang jangka

waktu antara 1 – 5 tahun.

c) Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan aktifitas untuk jangka

waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah

dan panjang.

d) Perencanaan penyangga atau alternatif, bagaimanapun baiknya suatu

perencanaan telah disusun. Kadang-kadang karena kemudian terjadi hal-hal

terduga atau ada perubahan data dan informasi atau timbul hambatan yang

sulit untuk diatasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan maka harus

diadakan perubahan dalam perencanaannya.


7

Menurut Hustrulid (1995), ada beberapa tugas dalam perencanaan

tambang agar dapat dilakukan dengan lebih mudah, berikut ini adalah tugas yang

perlu diselesaikan dalam merencanakan tambang :

a) Penentuan batas pit

Maksud dari penentuan batas pit ialah menetukan batas akhir (limit) dari

proses penambangan, dimana seorang mine plan harus dapat merencanakan

berapa banyak bahan galian yang akan ditambang, namun dalam penentuan

batas pit ini masih belum memperhitungkan waktu dan biaya.

b) Perancangan sequence

Dalam perancangan geometri penambangan, perancangan sequence

merupakan suatu tahapan yang penting, karena pada tahapan ini membuat

penentuan pit limit menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi, sehingga

lebih mudah untuk dikerjakan, dan dalam perancangan bentuk tiga dimensi

tambang menjadi lebih mudah pula.

c) Penjadwalan produksi

Tahap selanjutnya setelah perancangan sequence, ialah penjadwalan produksi,

dimana pada tahap ini jumlah tanah penutup dengan jumlah bahan galian

yang akan ditambang dalam periode tertentu berdasarkan urutan waktu dan

target produksi.

d) Pemilihan alat

Setelah diketahui produksi yang akan dicapai, maka tahap selanjutnya adalah

pemilihan alat-alat yang akan digunakan dalam kegiatan penambangan


8

tersebut, selain pemilihan alat untuk produksi, alat pun dipilih untuk proses

pengembangan tambang.

e) Perhitungan biaya operasi dan kapital

Tahap selanjutnya dalam perencanaan tambang ialah perhitungan biaya

operasi dan kapital, dimana perhitungan biaya operasi dan kapital ini

berdasarkan target produksi yang akan dicapai serta pemilihan alat yang akan

digunakan, selain itu pada tahap ini juga dapat ditentukan jumlah waktu kerja

dan shift kerja yang diperlukan untuk mencapai target produksi yang telah

direncanakan.

C. Parameter Perancangan Tambang


Desain tambang terbuka dan penjadwalan produksi adalah bagian penting

dari usaha penambangan, optimalisasi perencaanaan berkaitan dengan

memaksimalkan keuntungan. Optimalisasi desain tambang terbuka perlu

dilakukan penentuan batas akhir pit (pit limit), pushback untuk memaksimalkan

nilai ekonomi. (Meagher, 2014)

Suatu perancangan tambang mengacu pada beberapa parameter desain

sebagai berikut :

1. SR (Stripping Ratio)

Pada tambang terbuka untuk menentukan kedalaman dari sebuah pit, perlu

diperhatikan secara detail kalkulasi dari seberapa banyak material pengotor yang

akan digali sebelum menambang ore, perbandingan antara jumlah material tanah

penutup yang akan dipindahkan dengan ore yang akan ditambang disebut nisbah

pengupasan (stripping ratio).


9

Dalam menentukan maksimal kedalaman dasar yang masih dianggap

menguntungkan saat dilakukan kegiatan penambangan, perlu diketahui mengenai

biaya dan pendapatan yang akan diperoleh dari pengupasan tanah penutup

terhadap harga jual dari ore dan produk lainnya, jika ada. Dengan kata lain biaya

yang akan dikeluarkan untuk pengupasan tanah penutup dapat menutupi biaya

pengambilan ore.Setelah nilai nisbah pengupasan telah diketahui maka dilakukan

perhitungan untuk menentukan jumlah tanah penutup yang akan dipindahkan

untuk dapat menambang ore dengan maksimum kedalaman yang telah ditentukan.

(Tatiya, 2013)

Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara tonase waste (material

penutup) yang harus dipindahkan terhadap satu ton ore yang ditambang. Hasil

suatu perancangan pit akan menentukan jumlah tonase waste dan ore yang

mengisi pit. Perbandingan antara material penutup (limonite) dan ore (saprolite)

tersebut akan memberikan nisbah pengupasan rata-rata suatu pit.

Salah satu cara untuk menguraikan secara geometri pushback secara effisien

dalam sebuah produksi penambangan menggunakan “striping ratio”. Ini

menunjukkan jumlah dari waste yang harus dipindahkan dan jumlah secara

kuantitas ore yang akan ditambang. Ratio atau perumusan dapat dirumuskan pada

persamaan berikut.

SR= ..………………….………………………………………(1)

SR= ….……………………...……………………………..(2)
10

Perbedaan kedua persamaan diatas terletak pada pemberian densitas untuk

menghitung jumlah tonasenya. Sedangkan volume masih dalam keadaan bank

cubic metric. (Hustrulid, 2013)

2. Batas Penambangan (Pit Limit)

Batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang masih

diperbolehkan dengan kemiringan lereng yang masih aman. (Encyclopedia).

Metode untuk merancang sebuah batas tambang terbuka (ultimate open pit)

dibedakan oleh ukuran deposit, kuantitas dan kualitas data, kemampuan analisis,

dan asumsi dari seorang engineer tersebut. Langkah pertama untuk perencanaan

jangka panjang atau pendek adalah menentukan batas dari tambang (baik terbuka

maupun bawah tanah). Batas ini menunjukkan jumlah batubara yang dapat

ditambang, dan jumlah material buangan (overburden) yang harus dipindahkan

selama operasi penambangan berlangsung. Ukuran, geometri, dan lokasi dari

tambang utama sangat penting dalam perencanaan tempat penimbunan tanah

penutup (overburden), jalan masuk, stockpile, dan semua fasilitas lain pada

tambang tersebut. Pengetahuan tambahan dari rancangan batas tambang juga

berguna dalam membantu pekerjaan eksplorasi mendatang. (Hariyadi, 2017)

3. Blok Model

Blok model adalah bentuk database spasial-referenced yang menyediakan

sarana untuk pemodelan tubuh 3-D dari titik dan data interval seperti data sampel

drillhole. Blok Model terdiri dari nilai-nilai interpolasi daripada pengukuran yang

benar. Ini menyediakan metode untuk memperkirakan volume, tonase, dan nilai

rata-rata tubuh 3-D dari data lubang bor jarang.


11

D. Push Back

1. Rancangan Push Back

Rancangan push back penambangan yang dimaksudkan sebagai bagian

dari proses perancangan tambang yang terkait dengan masalah pencapaian target

produksi. Rancangan push back penambangan merupakan salah satu faktor

penting dalam suatu kegiatan penambangan, terutama untuk memberikan

informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan rencana kemajuan tambang pada

suatu periode waktu tertentu. Selain memberikan gambaran mengenai rencana

kemajuan tambang, perancangan push back penambangan juga menjadi pedoman

pelaksanaan suatu kegiatan penambangan.

2. Desain Push Back

Push back merupakan bentuk-bentuk penambangan (mineable geometris)

yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk

hingga bentuk akhir pit. Tujuan dari push back adalah untuk menyederhanakan

seluruh volume yang ada dalam overall pit ke dalam unit-unit pit penambangan

yang lebih kecil. Dengan demikian, problem perancangan tambang tiga dimensi

yang amat kompleks ini dapat disederhanakan.

Unit perancangan ini, di tahap awal berusaha untuk mengaitkan hubungan

antara geometri penambangan dengan geometri distribusi bijih. Dengan

mempelajari tingkat distribusi bijih dan topografi dalam banyak kasus, maka

akan sampai pada suatu strategi pengembangan pit secara logis dalam jangka

waktu yang relatif singkat. Rancangan push back penambangan yang baik

merupakan kunci terhadap suksesnya kegiatan penambangan.


12

Tahapan – tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan

memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang

cukup untuk operasi peralatan yang efisien. Dalam merancang tahapan

penambangan, parameter waktu harus diperhitungkan, karena waktu merupakan

parameter yang sangat berpengaruh dalam suatu penjadwalan tambang untuk

mengoptimalkan target produksi. Kegiatan penambangan semestinya disusun

menurut urutan penambangannya, dimulai dari yang memiliki keuntungan rata –

rata tertitinggi (APR). Lalu semakin kebawah akan memiliki APR semakin

rendah. APR merupakan average profit ratio atau keuntungan rata – rata yang

didapat dari pemasukan dibagi semua biaya untuk pembokaran lihat Gambar 2.1.

Dengan APR yang tinggi maka, IPR (incremental profit ratio) akan semakin

bertambah, IPR merupakan peningkatan keuntungan dalam kegiatan

penambangan.

Keterangan :
A, B, C, D, E, F, dan G merupakan push back

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., 1995


Gambar 2.1.Tahapan Bukaan Tambang
13

Pada tahap perancangan, awalnya diusahakan untuk mengkaitkan

hubungan antara geometri penambangan dengan geometri per bijih. Dengan

mempelajari penyebaran bijih dan topografi maka akan diperoleh suatu cara untuk

membuat strategi pengembangan pit secara logis dalam waktu yang relatif singkat.

Tahapan – tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan

akses kesemua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk

operasi peralatan kerja tambang secara efisien. Salah satunya adalah dalam

pembuatan awal jenjang sampai akhir penambangan, sehingga dapat diketahui

kemajuan penambangannya lihat Gambar 2.2.

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., 1995


Gambar 2.2. Perancangan Kemajuan Tambang

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Push Back

a. Kondisi bahan galian

Bentuk bahan galian akan mempengaruhi proses penentuan push back.

Rancangan push back untuk bahan galian yang datar atau relatif datar

akan berbeda dengan yang berbentuk singkapan termasuk dalam hal ini

mempengaruhi penentuan geometri lerengnya lihat Gambar 2.3.


14

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., 1995


Gambar 2.3. Sumberdaya Hipotetik untuk Studi awal penentuan rancangan Push
Back.

Rock type 1 merupakan tanah penutup yang harus dibongkar, dan rock type

2 merupakan waste yang akan terambil apabila kegiatan penambangan dilakukan.

Dalam perancangan akan dapat diketahui volume dari rock type 1 dan rock type 2

yang akan terbongkar setelah perancangan push back dilakukan lihat Gambar 2.4.

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., 1995


Gambar 2.4. Bentuk rancangan Push Back Sumberdaya Hipotetik

b. Ultimate pit slope

Termasuk dalam faktor pertimbangan teknis yaitu kemiringan / batas luar

tambang yang tetap stabil dan menguntungkan. Dengan demikian, akan


15

berhubungan dengan geometri lereng yang direncanakan. Hal ini berarti

menentukan besar cadangan bijih yang akan ditambang (tonase dan kualitas bijih)

yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari bijih tersebut.

Ultimate pit slope ini juga berpengaruh pada eksplorasi lanjut, tahap

evaluasi dan tahap persiapannya didasarkan pada :

a. Sifat fisik dan mekanik batuan.

b. Struktur geologi (sesar, kekar, bidang geser).

c. Air tanah, unsur kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan.

c. Nisbah pengupasan (Stripping ratio)

Untuk penambangan bijih, nisbah pengupasan adalah perbandingan antara

volume tanah penutup yang harus dipindahkan terhadap satu ton bijih yang

ditambang. Hasil suatu perancangan pit akan menentukan jumlah tonase bahan

galian dan volume tanah penutup yang berada di pit tersebut. Perbandingan antara

tanah penutup dan bahan galian tersebut akan memberikan nisbah pengupasan

rata-rata suatu open pit.

4. Metode Penambangan

Metode penambangan secara terbuka untuk bijih terdiri dari beberapa

metode penambangan. Penentuan metode penambangan tersebut akan dipengaruhi

oleh kondisi topografi lokasi penambangan, kondisi bijih serta ketebalan

overburden. Beberapa metode tambang terbuka bijih, antara lain :

1. Open pit/open mine.

Merupakan penambangan yang dilakukan dengan permukaan yang relatif

datar menuju ke arah bawah dimana bijih tersebut berada.


16

2. Open cast/open cut.

Merupakan penambangan bijih yang dilakukan pada suatu lereng bukit.

Pada umumnya metode ini diterapkan apabila bijih yang akan ditambang

berbentuk bukit atau bijih terletak pada suatu daerah pegunungan, misalnya pada

tambang bijih Nikel di Halmahera Timur, Maluku Utara.

5. Geometri Jenjang

Perancangan jenjang meliputi panjang, lebar, dan tinggi jenjang.

Tinggi jenjang berhubungan dengan kemampuan alat gali/muat, yaitu pada

ketinggian berapa alat dapat bekerja efektif. Lebar jenjang berhubungan dengan

penentuan ukuran minimal dimana alat dapat beroperasi dengan baik. Panjang

jenjang berguna dalam penghitungan produksi sebab produksi merupakan hasil

perkalian antara panjang, lebar, dan tinggi jenjang.

Geometri jenjang (tinggi, lebar dan kemiringan) bergantung pada peralatan

yang digunakan, yang digali dan kondisi kerja. Tinggi jenjang yang sesuai

dengan ukuran excavator menjamin keselamatan dan efisiensi kerja yang tinggi,

dimana peralatan dapat bekerja secara optimal dan dapat memindahkan material

sesuai dengan kemampuannya.

Dalam operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasanya dilakukan

dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) yang diinginkan menggunakan

bendera kecil. Operator Excavator akan menggali sampai mangkuknya diposisi

bendera tesebut. Komponen dasar pada pit adalah jenjang lihat Gambar 2.5.

Bagian jenjang adalah :


17

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., 1995


Gambar 2.5. Bagian-Bagian Jenjang

a. Crest dan toe

Crest adalah pucuk atau ujung suatu jenjang, sedangkan toe adalah dasar

atau pangkal suatu jenjang. Sudut yang dibentuk garis yang menghubungkan crest

dan toe terhadap bidang vertikal disebut face angel.

b. Jenjang kerja (working bench)

Jenjang kerja adalah jenjang dimana sebagian proses penambangan

berlangsung seperti penggalian dan pemuatan berlangsung. Jenjang kerja biasanya

berukuran lebih besar dari jenjang biasa. Hal ini bertujuan agar alat yang

beroperasi dapat bebas bermanuver lihat Gambar 2.6.


18

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., 1995


Gambar 2.6. Working Bench dan Safety Bench

c. Jenjang penangkap (catch bench)

Jenjang penangkap lihat Gambar 2.7 merupakan jenjang yang dibuat

untuk menangkap material yang longsor. Jenjang ini biasanya dibuat pada dasar

jenjang yang batuannya relatif lapuk atau kurang kompak. Fungsi dari catch

bench ini untuk melindungi aktifitas yang ada working bench maupun pada jalan

tambang (ramp).

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., 1995


Gambar 2.7. Catch Bench
19

d. Overall slope angle

Merupakan sudut kemiringan dari keseluruhan jenjang yang dibuat pada

front penambangan, baik itu catch bench, jalan tambang, safety bench, maupun

working bench yang ada pada permukaan jenjang. Kemiringan ini diukur dari

crest paling atas sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan lihat

Gambar 2.8.

Sumber : Hustrulid, W. & Kuchta, M., 1995


Gambar 2.8. Overall Slope Angle

Overall slope angle pada suatu rancangan kegiatan sangat dipengaruhi

oleh kondisi tanah dan juga batuan yang ada disekitar lokasi penambangan. Selain

itu juga dipengaruhi oleh beberapa ukuran jenjang yang ada.

6. Metode panel, strip dan block

Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang dengan baik akan

memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang

cukup untuk operasi peralatan kerja tambang secara effisien. Salah satu hal

terpenting adalah untuk memperlihatkan minimal satu jalan angkut pada setiap

tahapan penambangan. Jika suatu akses jalan akan dimasukkan pada suatu tahapan
20

penambangan, lebar awal di sebalah atas harus ditambah untuk memberikan

ruangan ekstra.

Metode panel, strip dan block dijumpai pada rancangan penambangan

endapan bahan galian. Daerah penambangan dibagi menjadi bagian-bagian yang

lebih kecil, yaitu pit (tambang), panel, strip dan block. Berikut adalah penjelasan

mengenai metode panel, strip dan block pada rancangan pushback.

a. Pit, penambangan dibagi menjadi beberapa pit untuk memudahkan

pelaksanaan operasi penambangan. Pembagian pit (tambang) terutama

didasarkan pada pencapaian target produksi dari bahan galian yang akan

ditambang.

b. Panel, masing-masing pit dibagi menjadi panel-panel yang melintang

misalnya dari arah barat ke timur. Lebar tiap panel umumnya adalah 100 m.

Penomoran untuk panel 1 adalah P1, panel 2 adalah P2, dan seterusnya.

c. Strip, setiap panel dibagi lagi menjadi srip-strip yang dibuat tegak lurus

garis panel. Lebar setiap strip adalah 100 m atau setengahnya dengan jarak

melintang dari arah selatan ke utara. Penomoran untuk Strip 1 adalah S1,

Strip 2 adalah seterusnya pada masing-masing panel.

d. Block merupakan perpotongan antara panel dan strip. Bentuk akhir dari

block adalah bujursangkar dengan ukuran 100 m × 100 m ataupun 100 m ×

50 m. penomoran untuk block adalah gabungan dari panel dan strip.

(Waterman, 2010)

Proses desain penambangan lebih mengarah pada pertimbangan hasil nilai

kadar yang diperoleh pada masing-masing pemboran untuk melakukan penaksiran


21

kedalaman lapisan ore. Sehingga rancangan desain pit dilakukan bukan hanya

berdasarkan pada kedalaman lapisan namun ukuran jarak antar titik bor.

Ketentuan dalam membuat rancangan pushback pit penambangan dengan metode

panel, strip dan block menurut Hustrulid dkk., (2013) adalah :

a. Penentuan design pit total (ultimate pit limit).

b. Pentahapan penambangan (pushback pit) mengacu pada stripping ratio dan

target tonase produksi, kecenderungan yang digunakan adalah mengacu kepada

keseragaman stripping ratio, target tonase dan perubahan yang beraturan.

Pembentukan desain pushback. Hal yang harus diperhatikan adalah lebar

jenjang kerja minimal, slope dan ketinggian jenjang serta lebar jalan. Lebar

pushback sangat ditentukan oleh ukuran unit operasi yang dipergunakan.

E. Penjadwalan Produksi Tambang (Mine Scheduling)

1. Pengertian mine scheduling

Penjadwalan (scheduling) merupakan proses penugasan kapan pekerjaan

harus dimulai dan diselesaikan, sedangkan pengurutan/tahapan (sequencing)

merupakan proses pengaturan urutan atas pekerjaan-pekerjaan yang harus

diselesaikan tersebut. Prosedur yang biasa digunakan untuk mendapatkan

penjadwalan tambang yang optimal dengan mendefinisikan tahapan

penambangan. Banyaknya material/lapisan tanah penutup yang harus dikupas

selama masa pra-produksi sekurang-kurangnya adalah jumlah lapisan tanah

penutup yang harus dipindahkan dari tahapan pertama dan masih mungkin

dilakukan pengupasan pra-produksi pada tahapan kedua dan seterusnya (Abdul

Rauf, 2007).
22

Penjadwalan produksi tambang (mine scheduling) adalah salah satu bagian

dalam perencanaan tambang yang merupakan gambaran tentang jumlah produksi

yang dihasilkan dalam setiap tahapan penambangan berdasarkan waktu dan

rancangan penambangan. Tujuan dilaksanakannya proses penjadwalan ini adalah

untuk melakukan pengaturan waktu yang paling optimum sehingga proses

produksi dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Penjadwalan produksi tambang

terbagi atas 2, yaitu ada yang jangka panjang dan jangka pendek. Metode yang

digunakan untuk jangka panjang adalah backfilling atau dikenal dengan Backfill

Model (BFM). Tujuan dari model backfilling ini adalah untuk meningkatkan

produksi dan lebih pada penyederhaan penambangan, serta untuk meminimalisir

biaya penambangan (Sulistyana W, 2010).

Setelah melakukan permodelan geologi, block modelling kadar, penentuan

SR atau COG, hingga perancangan pit-limit, shedulling menjadi sangat penting

dilakukan untuk menentukan kegiatan penambangan pada tahun berikutnya.

Secara sederhana, tujuan dilakukan penjadwalan adalah untuk mendapatkan

keuntungan sebesar mungkin dengan biaya operasi sekecil mungkin. Keadaan

harga bahan galian yang terus menurun akan mempengaruhi COG (pada bijih).

Jika harga naik diluar perencanaan awal, maka akan menjadi keuntungan yang

lebih bagi perusahaan. Namun jika harga terus turun, maka perlu dilakukan

penyesuaian agar operasi tetap dapat berjalan. Cara yang paling umum adalah

dengan menekan cost produksi (melakukan efisiensi). Cara lainnya adalah dengan

melakukan re-scheduling (penjadwalan ulang). Penjadwalan ulang tidak mudah

dilakukan, salah satu faktornya adalah mengubah target produksi yang sudah
23

disepakati pada tahap awal. Menurunkan produksi berarti melakukan penyesuaian

jumlah alat dan tenaga kerja, serta biaya pemutusan ikatan kerja dan lain-lain

perlu diperhitungkan lebih lanjut. Penjadwalan ulang juga strategi yang sangat

beresiko. Melakukan penjadwalan berarti memperkirakan berapa cost yang

dikeluarkan dan berapa harga jual yang didapatkan dari bahan galian tersebut.

Namun memperkirakan harga merupakan sebuah analisis yang penuh

ketidakpastian. Berbagai faktor dari prinsip ekonomi sederhana seperti supply-

demand, kebijakan, hingga isu politik dunia dapat membuat harga bergerak tidak

pasti.

Menurut Partanto Prodjosumerio (2009), penjadwalan produksi dilakukan

dalam beberapa skenario atau simulasi. Tujuannya adalah untuk melihat sequence

mana yang paling sedikit biaya penambangannya dengan waktu yang telah

ditentukan sesuai dengan target produksi. Skenario yang dilakukan lebih

ditekankan pada pembagian sub-blok penambangan, mulai dari ukuran blok 25 x

25 x 1 sampai pada dimensi 50 x 50 x 6. Selain dari variasi dimensi blok yang

akan dibuka, juga disimulasikan tahapan penambangan atau blok mana duluan

yang dibuka pertama. Sedangkan, menurut Moreno E et all (2016), penjadwalan

produksi jangka panjang harus dapat memaksimalkan nilai NPV (net present

value) yaitu keuntungkan bersih yang akan didapatkan dengan memperthitungkan

suku bunga tertentu. Terutama untuk tambang terbuka, karena pada tambang

terbuka ini melibatkan beberapa blok penambangan. Konsep dari penjadwalan

produksi tambang atau OPMPS (Open Pit Mine Production Scheduling) tidak
24

hanya memfokuskan kepada front penambangan, tetapi stockpile dan waste dump

masuk dalam radar OPMPS.

Dalam penentuan jadwal produksi untuk jangka panjang, masalah

utamanya adalah terletak pada pemaksimalan nilai keuntungan bersih (NPV).

Pada penggunaannya di lapangan, proses penjadwalan menjadi lebih kompleks.

Penjadwalan kemudian diperkecil menjadi satuan waktu bulanan hingga

mingguan. Pada bijih, recovery kadar yang akan didapat juga menjadi bagian

dalam penjadwalan. Sehingga penjadwalan juga dilakukan dalam strategi

melakukan blending untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Aktivitas

penjadwalan dilakukan sebelum kegiatan perawatan mulai dilaksanakan dan

sangat berkaitan erat dengan strategi perawatan yang akan dilakukan untuk unit

tersebut. Dari strategi yang telah ditentukan maka semua aktivitas yang akan

dilakukan dalam proses perawatan tersebut ditentukan waktu pelaksanaannya (Raj

K. Singhal, 2011).

2. Fase penjadwalan produksi tambang

Menurut Hustrulid dan Kutcha (1995), perencanaan penjadwalan produksi

tambang sangat penting sebelum melakukan eksploitasi, olehnya dalam

melakukan perencanaan penjadwalan, ada beberapa fase yang harus diperhatikan.

a. Fase pertama adalah desain.

Sudut kemiringan yang digunakan harus berdasarkan pada hasil kajian

geoteknik.

b. Tonnase ore dan waste harus sudah diestimasi untuk tiap bench.

c. Tonnase ore dan waste tiap bench dibuatkan table secara lengkap.
25

d. Dilakukan kegiatan penambangan untuk tiap bench dan tidak dilakukan

blending untuk tiap bench. Setiap ore yang ditambang tidak dicampur satu

sama lain.

e. Menenentukan sampai batas mana dilakukan strippingi, berapa ketebalan yang

harus dibuka, dan keterdapatan atau posisi dari waste (berkadar rendah).

f. Memperhalus operasi stripping agar kegiatan ore getting berjalan optimal,

kemudian dilakukan ore getting.

g. Membuat jadwal pengupasan waste dan ore terhadap waktu.

h. Mendesain peta kemajuan tambang lengkap dengan desain jalan.

i. Dalam pengembangan eksploitasi, perhatikan COG yang telah ditentukan.

j. Penjadwalan produksi dikembangkan sesuai dengan perencanaan awal

berdasrkan waktu yang telah ditetapkan.

3. Kemajuan tambang

Merancang bentuk-bentuk penambangan (Mineable Geometris) untuk

menambang habis overburden mulai dari titik masuk awal hingga ke batas akhir

penambangan. Perancangan tahap-tahap penambangan ini membagi pit

penambangan menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil dan mudah dikelola

(Monthly plan, Weekly plan, Daily plan). Pada tahap ini, elemen waktu sudah

mulai dimasukkan ke dalam rancangan penambangan karena urutan penambangan

mulai dipertimbangkan (Adisoma G, 2010).

Ada beberapa langkah dalam membuat suatu tahapan penambangan (Mine

Sequence) yaitu:
26

a) Menghitung kembali volume pit dan diposal berdasarkan data situasi akhir

penambangan.

b) Membuat database cadangan pada areal pit (blok reserve).

c) Menghitung jadwal produksi/kapasitas alat untuk masing-masing periode.

d) Membuat penjadwalan (Mine Scheduling).

e) Melakukan simulasi perhitungan volume dan menentukan batas

penggalian sesuai dengan kapsitas alat.

f) Membuat desain situasi penambangan untuk periode-periode tersebut

(Adisoma G, 2010).
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Waktu dan Tempat Penelitian

Secara administrasi PT. Timah Investasi Mineral terletak didesa Baliara

Selatan Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi

Tenggara, dengan lokasi koordinat 121,8043 BT, dan -5,2436 LS. jarak tempuh

Kendari ke Bombana ± 8 jam di lalui jalur darat dan jalur laut lama perjalanan

perjalanan darat ± 4 begitu juga dengan jalur laut ± 4, menuju lokasi penelitian.

Gambar 3.1 Peta Lokasi penelitian

27
28

B. Prosedur Penelitian

Sebagai faktor utama dalam pemecahan masalah pada penelitian ini,

diperlukan sejumlah data dan informasi yang berkaitan dengan persoalan yang

dihadapi. Data dan informasi selanjutnya diolah dan disusun agar dapat menjadi

suatu informasi yang akan memberikan kemudahan-kemudahan dalam usaha

pemecahan masalah selanjutnya

C. Tahapan Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap studi literatur,

pengamatan lapangan, tahap pengambilan dan pengumpulan data serta tahap

pengolahan dan analisa data. Berikut adalah tahapan kegiatan penelitian yang di

maksud :

1. Studi Literatur

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan literatur-

literatur terkait dengan keadaan geologi daerah penelitian, serta literatur tentang

perencanaan tambang.

2. Pengamatan Lapangan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan pengamatan kegiatan

penambangan terutama tentang teknis penambangan pada beberapa front

penambangan, serta kondisi morfologi daerah penelitian.

3. Pengambilan dan Pengumpulan Data

Data yang dimaksud disini yaitu data sekunder. Untuk data sekunder

diperoleh dari perusahaan seperti data log bor, data topografi, data geometri pit
29

serta data penunjang berupa data batas IUP PT.Timah Investasi Mineral Site

Kabaena.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan bantuan program komputer berupa software.

untuk perencanaan penjadwalan produksi penambangan bijih nikel blok B

PT.Timah Investasi Mineral, secara garis besar tahapan pengolahan data ini

terbagi atas:

1) Penginputan data log bor dan data topografi kedalam software.

2) Desain pit limit.

5. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Analisis cadangan tertambang berdasarkan desain pit limit.

2) Analisis rancangan Push Back.

3) Analisis perhitungan tonase tiap rancangan push back.


30

D. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukan oleh tabel

berikut.

Tabel 3.1. Alat dan bahan yang digunakan


No. Nama Fungsi

Global Positioning Menentukan titik koordinat di


1
System lapangan

2 Pulpen dan Pensil Sebagai alat tulis

Sebagai tempat mencatat hasil


3 Buku lapangan
penelitian di lapangan

Laptop (Microsoft Sebagai perangkat untuk


4
office, software) mengolah data
Sebagai alat untuk mengambil
5 Kamera
gambar atau dokumentasi
31

E. Bagan Alir Kegiatan Penelitian

Secara garis besar kegiatan penelitian dilakukan dalam tahapan sebagai

berikut:

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan data

Data sekunder:
1. Data log bor
2. Data Topografi
3. Data Geometri pit

Pengolahan Data

1) Menginput data log bor dan data topografi cadangan kedalam software
2) Desain pit limit

Analisis Data

1) Cadangan tertambang berdasarkan desain pit limit.


2) Rancangan Push Back.
3) Tonase tiap rancangan push back.

Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk dan Sebaran Bijih

Bentuk sebaran endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan dari

batuan beku ultrabasa, kemudian mengalami proses laterisasi dengan

perlapisannya terdiri dari lapisan limonit (waste) dan lapisan saprolit (ore).

Bentuk dari suatu bahan galian akan mempengaruhi proses penentuan suatu

pushback. Hal ini dikarenakan rancangan pushback untuk bahan galian yang

relatif datar akan berbeda dengan yang berbentuk singkapan. Dalam hal ini

mempengaruhi penentuan geometri lerengnya.

Gambar 4.1. Bentuk dan sebaran bijih blok B dengan COG 1,5% Ni (Utara -
Selatan)

Gambar 4.2 Bentuk dan sebaran bijih blok B dengan COG 1,5% Ni (Timur -
Barat)

32
33

B. Blokmodel dan Pit Limit Blok B

Blok B mempunyai range kadar yang bervariasi mulai dari kadar 0,1

sampai pada range kadar 3. Berikut adalah gambar blokmodel blok B.

Gambar 4.3 Blokmodel blok B

Gambar blokmodel di atas menunjukan distribusi kadar nikel pada Blok B,

dimana warna biru tua menunjukan range kadar 0,0 % sampai 0,5 %, warna biru

muda menunjukan range kadar Ni 0,5 % sampai 1,0 %, warna hijau muda

menunjukan range kadar Ni 1,0 % sampai 1,5 %, warna hijau tua menunjukan

range kadar Ni 1,5 % sampai 2,0 %, warna orange menunjukan range kadar Ni

2,0 % sampai 2,5 % dan warna merah menunjukan range kadar Ni 2.0 % up.

Blokmodel tersebut mempunyai size blok 5 x 5 x 1 pada saat dilakukan estimasi

cadangan.

Berdasarkan bentuk dan sebaran bijih, maka pit limit pada Blok B

dapat dilihat pada gambar berikut.


34

Gambar 4.4 pit limit blok B

Gambar pit diatas adalah pit limit blok B yang akan ditambang, dimana

kedalaman maksimum dari pit tersebut adalah 40 m, lebar jalan dalam pit 4 m,

grade 10% (5,7110), lebar berm 4 m, tinggi jenjang 4 m, single slope

maksimum 600 serta overall slope maksimum adalah 500.

C. Pembagian Sub Blok Penambangan

Data blokmodel dengan size blok 5 x 5 x 1 m yang ada kemudian

dibuatkan sub-blok penambangan dengan dimensi blok 25 x 25 m. Tujuan

dari pembuatan sub-blok ini adalah untuk memudahkan pada saat dilakukan

kegiatan penambangan di lapangan.


35

Gambar 4.5 Pembagian sub-blok penambangan blok B (tampak atas)

Sub-blok tersebut terdiri atas 32 sub-blok, mulai dari sub-blok A1,

A2, A3 sampai pada A32. Dalam kaidah penambangan, sub-blok yang dibuka

pertama adalah yang mempunyai nisbah kupas yang rendah, kemudian sub-

blok yang dibuka tersebut akan diblending dengan sub-blok yang lain agar bisa

mencapai kadar rata-rata sesuai permintaan pasar yaitu 1,8% Ni

D. Jumlah Cadangan dan Umur Tambang

Berdasarkan data geologi, bijih nikel di daerah penelitian memiliki

kadar yang bervariasi. Kadar permintaan pasar adalah 1,8% Ni dan COG yang

ditetapkan pada blok B ini adalah 1,5% Ni. Setelah dilakukan estimasi, total
36

cadangan pada blok ini adalah 124.040 ton dengan overburden yang ikut

terbongkar adalah 154.910 ton, sehingga SR rata-ratanya adalah 1,24:1. Target

produksi yang ditetapkan adalah 30.000 ton/bulan, dengan mempertimbangkan

faktor loosing material sebesar 1 0%, maka target pembongkaran ore tiap bulan

dinaikan menjadi 33.000 ton. Berdasarkan pada target produksi tersebut, maka

umur tambang blok B diperkiran ± 4 bulan dengan luas area 1,87 Ha atau 18.774

m2.

E. Push Back

1. Push back bulan pertama

Pada push back bulan pertama, sub-blok yang dibuka pertama kali adalah

sub- blok yang mempunyai overburden yang ketebalannya kecil, sehingga pada

penambangan bulan pertama sudah ada pemasukan ore. Sub-blok yang dibuka

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Sub-blok yang dibuka bulan pertama


Elevasi Total

Rata-
Sub- Tonase Tonase Kadar Ni
SR
Blok From To OB Ore (%) Cadangan rata

Ni

A1 41 25 0 0

A2 41 25 3.263 1,8

A3 41 25 4.912 1,92

A4 40 25 17.321,5 1.200 1,91 33.714 1,92 0,52

A6 42 33 0 0

A7 42 25 9.863 1,92

A8 44 25 12.450 1,94
37

Elevasi Total
Sub- Tonase Tonase Kadar Rata-
SR
Blok From To OB Ore Ni (%) Cadangan rata
Ni
A9 41 29 1.350 1,98

A12 43 39 0 0

A13 43 39 17.321,5 188 2 33.714 1,92 0,52

A14 43 38 488 1,67

A15 44 40 0 0

Warna biru menunjukan bahwa hanya sebagian yang dibuka pada

sub-blok tersebut. Blok yang dibuka pertama adalah sub-blok A2, A3, A6, A7,

A8, dan sebagian sub-blok A1, A4, A9, A12, A13, A14, A15, dimana tonase

yang diperoleh adalah 3 3 . 0 3 8 ton dengan kadar rata-rata adalah 1,92 %

Ni dan overburden yang dibuka adalah 17.321,5 ton. Gambar bukaan yang

dihasilkan sebagai berikut.

Gambar 4.6 pit bulan pertama beserta sub-blok penambangannya


38

2. Push back bulan kedua

Pada push back bulan kedua, sub-blok yang akan dibuka adalah sub- blok

yang mempunyai overburden yang ketebalannya lebih kecil dari sub-blok dibulan

pertama tapi memiliki tonase yang lebih kecil dari pada sub-blok bulan pertama.

Sub-blok yang dibuka tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Sub-blok yang dibuka bulan kedua


Elevasi Total
Sub- Tonase Tonase Kadar
Rata- SR
Blok From To OB Ore Ni (%) Cadangan
Rata Ni

A4 40 25 3.000 1,99

A5 38 26 563 2,09

A19 42 25 9.488 1,92

A10 38 25 6.938 2,04

A11 39 35 12.907,64 0 0 32.138 1,94 0,40

A14 43 25 3.524 1,76

A15 48 25 5.738 1,91

A16 39 28 2.887 2,05

A17 39 35 0 0

Warna biru menunjukan bahwa hanya sebagian yang dibuka pada

sub-blok tersebut. Blok yang dibuka kedua adalah sub-blok A4, A5, A9, A10,

A11, dan sebagian sub-blok A14, A15, A16, A17, dimana tonase yang

diperoleh adalah 3 2 . 1 3 8 ton dengan kadar rata-rata adalah 1,94 % Ni dan

overburden yang dibuka adalah 12.907,64 ton. Gambar bukaan yang dihasilkan

sebagai berikut.
39

Gambar 4.7 pit bulan kedua beserta sub-blok penambangannya

3. Push back bulan ketiga

Pada push back bulan ketiga, sub-blok yang akan dibuka adalah sub- blok

yang mempunyai overburden yang ketebalannya lebih besar dari sub-blok

dibulan pertama dan kedua. Sub-blok yang dibuka tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.3 Sub-blok yang dibuka bulan ketiga


Elevasi Total
Sub- Tonase Tonase Kadar Rata SR
Blok From To OB Ore NI (%) Cadangan -rata
Ni
A14 43 25 3.138 1,89

A15 48 25 5.875 1,90

A16 47 25 4.451 2,03

A17 47 35 37.605 0 0 25.490 1,88 1,47

A20 44 33 1.938 1,69

A21 44 29 4.725 1,88

A22 42 28 5.175 1,87


40

Elevasi Total
Sub- Tonase Tonase Kadar Rata-
SR
Blok From To OB Ore Ni (%) Cadangan rata
Ni
A23 44 33 0 0
A26 44 42 38 1,86
37.605 25.490 1,88 1,47
A27 43 39 150 1,95
A28 44 40 0 0

Warna biru menunjukan bahwa hanya sebagian yang dibuka pada

sub-blok tersebut. Blok yang dibuka ketiga adalah sub-blok A14, A15, A16, A17,

dan sebagian sub-blok A20, A21, A22, A23, A26, A27, A28, dimana tonase

yang diperoleh adalah 2 5 . 4 9 0 ton dengan kadar rata-rata adalah 1,88 % Ni

dan overburden yang dibuka adalah 37.605 ton. Gambar bukaan yang

dihasilkan sebagai berikut.

Gambar 4.8 Pit bulan ketiga beserta sub-blok penambangannya


41

4. Push back bulan keempat

Pada push back bulan ketiga, sub-blok yang akan dibuka adalah sub- blok

yang mempunyai overburden yang ketebalannya lebih besar dari sub-blok

dibulan pertama, kedua, dan ketiga. Sub-blok yang dibuka tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Sub-blok yang dibuka bulan keempat


Elevasi Total
Sub- Tonase Tonase Kadar Ni
Rata- SR
Blok From To OB Ore (%) Cadangan
rata Ni

A12 0 0 0 0

A13 43 25 7.799 2

A18 0 0 0 0

A19 47 25 225 2,08

A20 48 25 8.925 1,75

A21 45 29 5.888 1,87

A22 42 27 900 1,85

A23 0 0 0 0

A24 0 0 0 0
87.076 33.374 1,89 2,60
A25 46 32 488 1,83

A26 46 32 5.662 1,89

A27 45 32 3.487 1,91

A28 0 0 0 0

A29 0 0 0 0

A30 0 0 0 0

A31 0 0 0 0

A32 0 0 0 0
42

Blok yang dibuka keempat adalah sub-blok A12, A13, A18, A19 A20,

A21, A22, A23, A24, A26, A27, A28, A29, A30, A31, dan A32 dimana tonase

yang diperoleh adalah 3 3 . 3 7 4 ton dengan kadar rata-rata adalah 1,89 %

Ni dan overburden yang dibuka adalah 87.076 ton. Gambar bukaan yang

dihasilkan sebagai berikut.

Gambar 4.9 Pit bulan keempat beserta sub-blok penambangannya


V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data geologi, bijih nikel di daerah penelitian memiliki

kadar yang bervariasi. Kadar permintaan pasar adalah 1,8% Ni dan COG yang

ditetapkan pada blok B ini adalah 1,5% Ni. Setelah dilakukan estimasi, total

cadangan pada blok ini adalah 124.040 ton dengan overburden yang ikut

terbongkar adalah 154.910 ton, sehingga SR rata-ratanya adalah 1:1,24. Target

produksi yang ditetapkan adalah 30.000 ton/bulan, dengan mempertimbangkan

faktor loosing material sebesar 1 0%, maka target pembongkaran ore tiap bulan

dinaikan menjadi 33.000 ton. Berdasarkan pada target produksi tersebut, maka

umur tambang blok B diperkiran ± 4 bulan dengan luas area 1,8774 Ha atau

18.774 m2.

B. SARAN

Penelitian ini hanya berfokus pada perencanaan pushback perbulan dan tidak

menghitung estimasi biaya produksinya sehingga untuk mendapatkan estimasi biaya

produksi total maka harus dilakukan penelitian lebih lanjut.

43
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf, 2007, Penaksiran Cadangan, Jurusan Teknik Tambang


Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Hal. 32.

Abdul Rauf, 2007, Eksplorasi Tambang, Jurusan Teknik Tambang Fakultas


Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Hal. 11-19.

Adisoma G, ( 2010 ), Perencanaan Berdasarkan Waktu, Teknik Pertambangan


Institut Teknologi Bandung.

Adisoma G, ( 2010 ), Pengantar Perencanaan Tambang, Direktorat Jenderal


Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi

Arif I, ( 2007 ), Dasar – Dasar Perencanaan Tambang, Teknik Pertambangan


Institut Teknologi Bandung.

Ensiklopedi Pertambangan Edisi ke-3. 2000

Gemcom Surpac, 2007, Introduction to Surpac, Surpac Minex Group Pty Ltd,
Western Australia

Hustrulid, W. & Kuchta, M., 2013, Open Pit Mine Planning and Design :
Vol. 1-Fundamentals, AA Balkema Publisher, Rotterdam
Brookfield, Netherland, P. 252-622.

Khairul, A., Maryanto, Usman, D.N., 2017, Perancangan Tambang (Pit Design)
dan Pentahapan Tambang Batubara Pit Blok 3 dengan Stripping Ratio 7 :
1 di PT Inti Bara Perdana, Desa Lubuk Sini, Kecamatan Taba Penanjung,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, Prosiding Teknik
Pertambangan, Vol. 3, No. 2, Hal. 696-704, ISSN 2460-6499.

Prodjosumerio, Partanto. (2009). “Tambang Terbuka”, Jurusan Teknik


Pertambangan Fakultas Ilmu Kebumian Institut Teknologi Bandung,
Bandung.

Raj K. Singhal, 2011, Mine Planning and Equipment Selection, AA


BalkemaPublisher, Rotterdam Brookfield, Netherland, P. 39-80.

Sulistyana W, ( 2010 ), Kursus Singkat Dua Hari Permodelan Sumberdaya /


Cadangan di Bidang Geologi Pertambangan, Bandung.

Waterman Sulistyana, 2010, Perencanaan Tambang, Anugerah Print,


Danguran, Klaten, Hal. 47-66.
Waterman, S. B. (2010). Perencanaan Tambang. Yogyakarta: Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Jogjakarta.

Undang Undang No.4 Tahun 2009. Pertambangan Mineral dan Batubara. 2009.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
a. Data collar

hole_id Y X z DEPTH HOLE_PATCH


FN13 9419520 369725 55,482 6 LINEAR
FN16 9419520 369773 50,523 16,5 LINEAR
FN21 9419500 369702 50,35 7 LINEAR
FR01 9419490 369773 41,434 15.5 LINEAR
FR02 9419470 369773 40,312 14 LINEAR
FR03 9419440 369772 39,521 19 LINEAR
FR04 9419450 369750 40,771 14 LINEAR
FR05 9419500 369750 48,02 17 LINEAR
FR06 9419470 369726 45,572 25 LINEAR
FR07 9419420 369749 39,94 13 LINEAR
FR08 9419420 369725 41 15 LINEAR
FR09 9419420 369701 41 16 LINEAR
FR10 9419470 369702 45,662 19 LINEAR
FR11 9419520 369750 53,177 17 LINEAR
FR12 9419500 369726 50,459 22 LINEAR
FR13 9419450 369700 43,261 17 LINEAR
FR14 9419450 369726 43,1 21 LINEAR
FR15 9419470 369750 43,167 14 LINEAR

b. Data survey

Hole_id Depth Dip Azimuth


FR06 25 -90 0
FR05 17 -90 0
FR04 14 -90 0
FR03 19 -90 0
FR02 14 -90 0
FR01 15,5 -90 0
FR07 13 -90 0
FN21 7 -90 0
FR08 15 -90 0
FR09 16 -90 0
FR10 19 -90 0
FN16 16,5 -90 0
FR11 17 -90 0
FN13 6 -90 0
Hole_id Depth Dip Azimuth
FR12 22 -90 0
FR13 17 -90 0
FR14 21 -90 0
FR15 14 -90 0

c. Data Gabungan Assay dan geologi

HOLE_ID FROM TO NI FE layer


FR06 0 1 1,266 27,805 OB
FR06 1 2 1,32 24,6 OB
FR06 2 3 1,03 28 OB
FR06 3 4 1,234 27,9 OB
FR06 4 5 1,266 29 OB
FR06 5 6 1,735 30,4035 ORE
FR06 6 7 1,654 28,8665 ORE
FR06 7 8 1,09 12,127 ORE
FR06 8 9 2,208 23,6875 ORE
FR06 9 10 2,083 25,8085 ORE
FR06 10 11 2,1615 31,2655 ORE
FR06 11 12 1,8875 16,4295 ORE
FR06 12 13 1,6915 18,516 ORE
FR06 13 14 2,1 32 ORE
FR06 14 15 2,0175 31 ORE
FR06 15 16 1,935 27,3 ORE
FR06 16 17 1,8525 23,6 ORE
FR06 17 18 1,77 19,9 ORE
FR06 18 19 1,235 14,759 BRK
FR06 19 20 0,32 6,6075 BRK
FR06 20 21 1,1775 15,154 BRK
FR06 21 22 0,4215 7,0855 BRK
FR06 22 23 1,2535 13,486 BRK
FR06 23 24 1,2535 13,486 BRK
FR06 24 25 2,1495 26,603 BRK
FR05 0 1 0,8345 39,918 OB
FR05 1 2 0,913 37,778 OB
FR05 2 3 1,0295 36,9545 OB
FR05 3 4 1,171 41,433 OB
FR05 4 5 1,2435 44,8785 OB
FR05 5 6 1,4085 41,994 ORE
FR05 6 7 1,975 37,919 ORE
HOLE_ID FROM TO NI FE layer
FR05 7 8 1,8875 36,29 ORE
FR05 8 9 1,8055 30,272 ORE
FR05 9 10 2,1825 32,7985 ORE
FR05 10 11 2,1 32 ORE
FR05 11 12 2,0175 31 ORE
FR05 12 13 1,935 27,3 ORE
FR05 13 14 1,8525 23,6 ORE
FR05 14 15 1,77 19,9 ORE
FR05 15 16 1,6875 16,2 ORE
FR05 16 17 0,706 13,007 BRK
FR04 0 1 0,64 19,549 OB
FR04 1 2 0,502 12,968 OB
FR04 2 3 0,918 20,71 OB
FR04 3 4 2,2965 29,9245 ORE
FR04 4 5 2,223 27,5075 ORE
FR04 5 6 2,202167 25,5075 ORE
FR04 6 7 2,158417 23,5075 ORE
FR04 7 8 2,114667 21,5075 ORE
FR04 8 9 2,070917 19,5075 ORE
FR04 9 10 2,027167 17,5075 ORE
FR04 10 11 1,935 19,2605 ORE
FR04 11 12 1,927 16,7825 ORE
FR04 12 13 1,4675 16,455 ORE
FR04 13 14 1,413 16,8475 ORE
FR03 0 1 1,002 39,7945 OB
FR03 1 2 1,1775 43,509 OB
FR03 2 3 1,0195 45,5535 OB
FR03 3 4 2,01 45,844 ORE
FR03 4 5 2,04 45,377 ORE
FR03 5 6 2,0155 41,8705 ORE
FR03 6 7 2,3105 38,5155 ORE
FR03 7 8 2,3355 37,214 ORE
FR03 8 9 2,223 27,5075 ORE
FR03 9 10 2,202167 25,5075 ORE
FR03 10 11 2,158417 23,5075 ORE
FR03 11 12 2,114667 21,5075 ORE
FR03 12 13 2,070917 19,5075 ORE
FR03 13 14 2,027167 17,5075 ORE
FR03 14 15 0,373 6,73 BRK
FR03 15 16 0,388 7,413 BRK
HOLE_ID FROM TO NI FE layer
FR03 16 17 1,6955 26,56 BRK
FR03 17 18 1,126 9,742 BRK
FR03 18 19 0,32 6,63 BRK
FR02 0 1 0,4905 13,88 OB
FR02 1 2 0,6675 15,9225 OB
FR02 2 3 1,063 26,022 OB
FR02 3 3,3 0,384 7,152 OB
FR02 3,3 4 2,081 32,821 ORE
FR02 4 5 2,1605 25,933 ORE
FR02 5 6 2,0875 20,2055 ORE
FR02 6 7 2,0745 20,478 ORE
FR02 7 8 2,0615 20,7505 ORE
FR02 8 9 2,0485 21,023 ORE
FR02 9 10 2,0355 21,2955 ORE
FR02 10 11 2,0225 21,568 ORE
FR02 11 12 0,846 11,381 BRK
FR02 12 13 0,474 8,2855 BRK
FR02 13 14 1,136 18,182 BRK
FR01 0 1 0,63 28,1 OB
FR01 1 2 0,67 25,13 OB
FR01 2 3 0,86 33,73 OB
FR01 3 4 1 42,78 OB
FR01 4 5 0,76 24,17 OB
FR01 5 6 0,647 17,828 OB
FR01 6 7 1,962 30,595 ORE
FR01 7 8 1,624 19,862 ORE
FR01 8 9 2,093 31,889 ORE
FR01 9 10 2,1605 25,933 ORE
FR01 10 11 2,0875 20,2055 ORE
FR01 11 12 2,176 30,448 ORE
FR01 12 13 2,2245 29,545 ORE
FR01 13 14 2,249 29,1675 ORE
FR01 14 15 1,222 12,6505 BRK
FR01 15 15,5 0,3515 6,714 BRK
FR07 0 1 0,812 43,373 OB
FR07 1 2 1,007 47,034 OB
FR07 2 3 1,5845 47,391 ORE
FR07 3 4 2,345 46,942 ORE
FR07 4 5 2,224 48,696 ORE
FR07 5 6 2,0875 47,246 ORE
HOLE_ID FROM TO NI FE layer
FR07 6 7 1,595 44,764 ORE
FR07 7 8 1,5845 37,1645 ORE
FR07 8 9 2,345 28,2605 ORE
FR07 9 10 2,224 20,2315 ORE
FR07 10 11 2,0875 12,2025 ORE
FR07 11 12 2,176 15,8 ORE
FR07 12 13 2,2245 14 ORE
FN21 0 1 0,883 47,072 OB
FN21 1 2 0,916 46,528 OB
FN21 2 3 0,937 42,638 OB
FN21 3 3,5 1,02 43,066 OB
FN21 3,5 4 0,314 7,06 OB
FN21 4 5 1,205 31,909 OB
FN21 5 6 0,807 9,882 OB
FN21 6 7 0,472 8,08 OB
FN20 0 1 0,8945 48,522 OB
FR08 1 2 0,8615 46,703 OB
FR08 2 3 0,9545 47,0825 OB
FR08 3 4 2,012 47,3375 ORE
FR08 4 5 1,791 47,1735 ORE
FR08 5 6 1,6935 45,5585 ORE
FR08 6 7 1,8255 43,5575 ORE
FR08 7 8 2,012 42,1995 ORE
FR08 8 9 1,791 28,0695 ORE
FR08 9 10 2,478 28,2925 ORE
FR08 10 11 2,012 7,103 ORE
FR08 11 12 1,791 30,5885 ORE
FR08 12 13 1,791 15,0615 ORE
FR08 13 14 2,478 28,2925 ORE
FR08 14 15 2,012 7,103 ORE
FR09 0 1 1,54 47,214 ORE
FR09 1 2 1,521 46,139 ORE
FR09 2 3 1,709 45,271 ORE
FR09 3 4 1,586 46,988 ORE
FR09 4 5 1,616 46,031 ORE
FR09 5 6 1,998 47,691 ORE
FR09 6 7 1,887 43,45 ORE
FR09 7 8 1,709 44,876 ORE
FR09 8 9 1,889 44,118 ORE
FR09 9 10 2,147 40,575 ORE
HOLE_ID FROM TO NI FE layer
FR09 10 11 1,838 42,882 ORE
FR09 11 12 1,687 43,455 ORE
FR09 12 13 1,8195 41,463 ORE
FR09 13 14 1,887 44,118 ORE
FR09 14 15 1,709 40,575 ORE
FR09 15 16 1,889 42,882 ORE
FR10 0 1 0,86 35,653 OB
FR10 1 2 0,973 34,991 OB
FR10 2 3 1,109 35,98 OB
FR10 3 4 0,373 7,309 OB
FR10 4 5 2,12 23,9785 OB
FR10 5 6 2,11 35,612 OB
FR10 6 7 2,1 31,311 ORE
FR10 7 8 2,09 26,399 ORE
FR10 8 9 2,08 19,699 ORE
FR10 9 10 2,16 6,8475 ORE
FR10 10 11 2,33 19,7285 ORE
FR10 11 12 2,32 20,6875 ORE
FR10 12 13 2,4 35,612 ORE
FR10 13 14 2,48 31,311 ORE
FR10 14 15 2,1 26,399 ORE
FR10 15 16 2,09 19,699 ORE
FR10 16 17 2,08 6,8475 ORE
FR10 17 18 0,3695 6,7575 BRK
FR10 18 19 0,885 12,1775 BRK
FN16 0 1 0,703 28,563 OB
FN16 1 2 0,479 13,069 OB
FN16 2 3 0,979 33,069 OB
FN16 3 4 0,739 23,605 OB
FN16 4 5 0,778 27,121 OB
FN16 5 6 0,712 27,321 OB
FN16 6 7 0,874 27,03 OB
FN16 7 8 1,505 32,092 ORE
FN16 8 9 1,531 28,418 ORE
FN16 9 10 1,584 26,674 ORE
FN16 10 11 1,989 27,374 ORE
FN16 11 12 2,512 22,057 ORE
FN16 12 13 2,482 24,708 ORE
FN16 13 14 2,399 25,911 ORE
FN16 14 15 1,705 18,479 ORE
HOLE_ID FROM TO NI FE layer
FN16 15 16 1,521 17,8125 ORE
FN16 16 16,5 0,346 6,938 BRK
FR11 0 1 0,84 41,945 OB
FR11 1 2 0,595 20,289 OB
FR11 2 3 0,962 33,667 OB
FR11 3 4 0,956 31,03 OB
FR11 4 5 1,162 36,295 OB
FR11 5 6 1,238 37,097 OB
FR11 6 7 1,061 28,719 OB
FR11 7 8 1,584 34,051 ORE
FR11 8 9 1,989 31,763 ORE
FR11 9 10 2,512 33,667 ORE
FR11 10 11 2,482 31,03 ORE
FR11 11 12 2,512 36,295 ORE
FR11 12 13 2,482 37,097 ORE
FR11 13 14 1,521 28,719 ORE
FR11 14 15 1,531 34,051 ORE
FR11 15 16 1,541 8,552 ORE
FR11 16 17 1,551 6,778 ORE
FN13 0 1 0,972 38,903 OB
FN13 1 2 0,936 27,455 OB
FN13 2 3 0,7655 18,545 OB
FN13 3 4 0,6545 14,8995 OB
FN13 4 5 0,932 21,802 OB
FN13 5 6 0,908 20,0795 OB
FR12 0 0,6 0,819 41,32 OB
FR12 0,6 1 0,398 9,568 OB
FR12 1 2 1,026 37,627 OB
FR12 2 3 1,131 41,427 OB
FR12 3 4 1,175 43,869 OB
FR12 4 5 1,131 43,763 OB
FR12 5 6 1,348 40,823 OB
FR12 6 7 1,705 36,132 ORE
FR12 7 8 1,944 28,886 ORE
FR12 8 9 1,905 26,742 ORE
FR12 9 10 0,433 7,981 ORE
FR12 10 11 1,717 21,751 ORE
FR12 11 12 1,584 27,08 ORE
FR12 12 13 1,989 8,13 ORE
FR12 13 14 2,512 20,611 ORE
HOLE_ID FROM TO NI FE layer
FR12 14 15 2,482 40,823 ORE
FR12 15 16 2,512 36,132 ORE
FR12 16 17 1,131 28,886 ORE
FR12 17 18 1,348 26,742 ORE
FR12 18 19 1,705 7,981 ORE
FR12 19 20 1,944 21,751 ORE
FR12 20 21 1,64 27,08 ORE
FR12 21 22 0,3695 8,13 BRK
FR13 0 1 2,82 30,759 ORE
FR13 1 2 2,108 26,716 ORE
FR13 2 3 2,201 31,306 ORE
FR13 3 4 2,285 46,648 ORE
FR13 4 5 2,251 41,011 ORE
FR13 5 6 2,235 34,742 ORE
FR13 6 7 1,931 29,066 ORE
FR13 7 8 1,929 28,64 ORE
FR13 8 9 1,785 21,21 ORE
FR13 9 10 1,973 20,795 ORE
FR13 10 11 1,973 20,795 ORE
FR13 11 12 2,015 20,58 ORE
FR13 12 13 1,141 6,908 ORE
FR13 13 14 2,076 13,043 ORE
FR13 14 15 1,929 28,64 ORE
FR13 15 16 1,785 21,21 ORE
FR13 16 17 1,973 20,795 ORE
FR14 0 1 1,543 31,659 ORE
FR14 1 2 2,644 27,557 ORE
FR14 2 3 0,335 6,658 ORE
FR14 3 4 2,299 24,992 ORE
FR14 4 5 0,728 9,126 ORE
FR14 5 6 1,91 22,118 ORE
FR14 6 7 2,312 24,081 ORE
FR14 7 8 2,217 28,265 ORE
FR14 8 9 2,256 29,316 ORE
FR14 9 10 2,598 22,796 ORE
FR14 10 11 2,312 16,276 ORE
FR14 11 12 2,217 24,992 ORE
FR14 12 13 2,299 24,992 ORE
FR14 13 14 0,728 9,126 ORE
FR14 14 15 1,91 22,118 ORE
HOLE_ID FROM TO NI FE layer
FR14 15 16 2,312 24,081 ORE
FR14 16 17 2,217 28,265 ORE
FR14 17 18 2,256 29,316 ORE
FR14 18 19 2,598 22,796 ORE
FR14 19 20 0,701 8,239 BRK
FR14 20 21 1,282 14,704 BRK
FR15 0 1 0,733 27,104 OB
FR15 1 2 0,679 24,831 OB
FR15 2 3 1,705 36,132 ORE
FR15 3 4 1,944 28,886 ORE
FR15 4 5 1,905 26,742 ORE
FR15 5 6 1,797 33,132 ORE
FR15 6 7 1,427 31,716 ORE
FR15 7 8 1,584 34,051 ORE
FR15 8 9 1,989 31,763 ORE
FR15 9 10 2,512 33,667 ORE
FR15 10 11 1,705 36,132 ORE
FR15 11 12 1,944 28,886 ORE
FR15 12 13 1,905 26,742 ORE
FR15 13 14 1,797 33,132 ORE
Lampiran 2

Ket: X = Rata-rata kadar ni (%)

Untuk bulan 1

Untuk bulan 2

Untuk bulan 3

Untuk bulan 4
LAMPIRAN 3
HASIL ESTIMASI CADANGAN PER SUB BLOK
A1.

A2.
A3.

A4.
A5.

A6.
A7.

A8.
A9.

A10.
A11.

A12.
A13.

A14.
A15.

A16.
A17.

A18.
A19.

A20.
A21.

A22.
A23.

A24.
A25.

A26.
A27.

A28.
A29.

A30.
A31.

A32.

Anda mungkin juga menyukai