Anda di halaman 1dari 38

TAMBANG TERBUKA ( SURFACE MINING )

TKP.335

1.

DOSEN

: Ir.H.Fuad Rusjdi Suwardi, MS


Dr.Ir.H.Marwan Asof, DEA
Ir.Effendi Kadir, MT

2.

PENILAIAN

: Absen > 80 %
Tugas = 25 %
Mid Tes = 30 %
Ujian = 45 %

Nilai akhir :

A > x + 1,5 SD
B > x + 0,5 SD
C > x 0,5 SD
D > x 1,5 SD
E < x 1,5 SD

3. PERSYARATAN UJIAN : a. Absen > 80% dari banyaknya pertemuan


b. Telah menyelesaikan tugas-tugas
c. Mengikuti Mid Test

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endapan bahan galian merupakan salah satu jenis sumber daya mineral.
Endapan bahan galian pada umumnya tersebar secara tidak merata di dalam kulit
bumi baik jenis, jumlah maupun kadarnya.
Sumber daya mineral (endapan bahan galian) memiliki sifat khusus
dibandingkan dengan sumber daya yang lain, yaitu yang disebut wasting assets
atau non renewable resource yang artinya bila endapan bahan galian tersebut
ditambang di suatu tempat, maka bahan galian tersebut tidak akan tumbuh atau tidak
dapat diperbaharui kembali. Atau dengan kata lain industri pertambangan merupakan
industri dasar tanpa daur, oleh karena itu di dalam mengusahakan industri
pertambangan selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas, baik lokasi,
jenis, jumlah maupun mutu materialnya. Keterbatasan ini ditambah lagi dengan usaha
meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup. Jadi di
dalam mengelola sumber daya mineral diperlukan penerapan sistem penambangan
yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, agar
perolehannya dapat optimal.
Maksud dan tujuan industri pertambangan adalah untuk memanfaatkan
sumber daya mineral yang terdapat di dalam kulit bumi demi kesejahteraan umat
manusia.
Adapun industri pertambangan di suatu daerah akan memberikan baik dampak
positif maupun dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya.

Akibat (dampak) positif yang ditimbulkannya adalah :


1. Menambah pendapatan negara
2. Ikut meningkatkan perkembangan sosial, ekonomi dan budaya daerah
setempat.
3. Memberi kesempatan kerja
4. Memberi kesempatan alih teknologi
5. Memantapkan keamanan dan kelestarian lingkungan
Akibat (dampak) negatif yang ditimbulkannya adalah :
1. Mengubah morfologi dan fisiologi tanah (tata guna tanah)
2. Merusak lingkungan, karena :
a. Tanah subur hilang
b. Vegetasi dibuang sehingga daerah menjadi gundul, mudah tererosi dan
longsor
c. Flora dan fauna rusak, sehingga ekologinya juga rusak
d. Mencemari sungai
e. Polusi suara
f. Polusi udara (debu dari hasil penambangan dan debu jalan angkut)
3. Dapat menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya
1.2 Penambangan
Secara garis besar metode penambangan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga),
yaitu :
1. Tambang Terbuka (Surface Mining)
2. Tambang Dalam / Tambang Bawah Tanah (Underground Mining)
3. Tambang Bawah Air (Underwater Mining)
1. Tambang Terbuka
Yang dimaksud dengan tambang terbuka ialah metode penambangan yang
segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di atas atau relatif
dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung
dengan udara luar.

2. Tambang Bawah Tanah


Adalah

metode

penambangan

yang

segala

kegiatan

atau

aktivitas

penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya


tidak berhubungan langsung dengan udara luar.
3. Tambang Bawah Air
Adalah metode penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan di
bawah permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak di bawah
permukaan air.
Metode penambangan itu dipilih berdasarkan pada metode yang dapat
memberikan keuntungan yang terbesar dan buka pada dangkal dalamnya letak
endapan bahan galian itu, serta mempunyai perolehan tambang (mining
recovery) yang terbaik.
Hal itu harus dilakukan karena usaha (industri) pertambangan dikenal sebagai
wasting assets dengan risiko tinggi, sedangkan endapan bahan galian
tersebut tak dapat diperbaharui (non renewable resources).

BAB II
KAJIAN SISTEM TAMBANG TERBUKA
2.1 Cara Memilih Sistem Penambangan
Tambang

Terbuka

(surface

mining)

didefinisikan

sebagai

segala

kegiatan/aktivitas penambangan yang dilakukan di atas atau relatif dekat permukaan


bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan udara luar.
Tambang Terbuka merupakan salah satu dari 2 (dua) sistem penambangan
yang dikenal, yaitu Tambang Terbuka dan Tambang Bawah Tanah (Underground
Mining). Dengan perkembangan teknologi sekarang ini para ahli cenderung untuk
membagi sistem penambangan ini ke dalam 3 (tiga) sistem, yaitu Tambang Terbuka,
Tambang Bawah Tanah dan Tambang Bawah Air (Underwater Mining), tetapi sistem
Underwater Mining ini belum umum, maka untuk sementara tidak dibicarakan.
Bagaimana cara memilih salah satu sistem penambangan yang sesuai?
Caranya ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kedalaman Endapan : ini merupakan konsep yang telah lama, dan sekarang ini
sudah tidak cocok lagi. Sebagai contoh, di Cikotok dipakai sistem Tambang
Bawah Tanah, dimana kedalaman endapan bahan galiannya hanya kurang dari
435 meter. Sedangkan Tambang Tembaga di Bingham (Utah, USA) pada tahun
1962 sudah mencapai kedalaman 435 meter (1300 ft) ditambang dengan sistem
Tambang Terbuka.
2. Sekarang yang dipentingkan adalah pertambangan ekonomis atau tidaknya.
Pertimbangan ekonomis ini tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang
semaksimal mungkin dengan mining recovery yang semaksimal mungkin juga,
dan relatif aman bagi para pekerja.
Ada 2 (dua) hal yang dilakukan agar usaha pertambangan tersebut lebih
ekonomis, yaitu :

1. Sistem penambangan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Untuk ini ada
beberapa hal pula yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Data mineralogis
b. Sifat fisik, mekanik dan kimia dari Ore dan Country Rock, seperti
kekerasan, inpermeability dan sebagainya
c. Keadaan geologi, seperti strukturnya apakah adanya patahan atau lipatan dan
sebagainya
d. Ukuran, bentuk dan letak endapan
e. Kadarnya, yaitu kadar rata-rata dan penyebarannya
f. Modal yang tersedia
g. Ada atau tidaknya bahan pembantu di daerah tersebut (tergantung kepada
sistem apa yang dipakai
Dengan adanya sistem penambangan yang baik, akan meningkatkan Mining
Recovery. Pengertian Mining Recovery adalah perbandingan antara endapan
yang berhasil ditambang dengan endapan yang diperkirakan ada menurut
perhitungan berdasarkan data hasil eksplorasi.

2. Efisiensi kerja yang tinggi, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Memilih alat, maksudnya jumlah dan tipe alat yang sesuai
b. Koordinasi yang baik terhadap alat-alat
c. Organisasi yang sesuai/cocok untuk kondisi tersebut
d. Buruh yang terlatih untuk tugasnya masing-masing

Keuntungan dan Kerugian Tambang Terbuka


Mengapa harus diambil suatu keuntungan yang besar dalam usaha
pertambangan? Pertumbuhan suatu endapan (regeneration of the deposit) sangatlah
lama, jika dibandingkan dengan kecepatan pengambilannya. Oleh sebab itu dalam
ilmu ekonomi dikatakan Wasting Assets atau Unrenewable, yaitu penghamburan

modal. Sehingga harus diusahakan untuk mengambil ore nya sebanyak mungkin.
Dan pada umumnya, kalau ada ore yang tertinggal sukar untuk mengambilnya
kembali. Karena itu, bagian-bagian yang ditinggalkan hanyalah terbatas kepada
bagian-bagian yang tersukar untuk diambil saja. Bagian-bagian yang tersukar ini akan
membutuhkan biaya yang lebih mahal/besar, apabila ditambang. Sebagai contoh
Tambang Tembaga di Tembaga Pura yang diusahakan oleh Freeport, diperkirakan
cadangannya 30 juta ton, dan yang tidak mungkin diambil bijihnya hanya 4 juta ton.
Dengan demikian pada usaha pertambangan ada hal-hal yang kontradiktif di
dalam memilih sistem penambangannya, yaitu :
1. Dengan aman, biaya maksimal, tetapi tidak didapatkan keuntungan yang
besar
2. Tidak/kurang aman, biaya tidak begitu besar, dan mendapatkan
keuntungan yang besar.
Di sinilah letak perbedaan antara ilmu-ilmu rekayasa dengan ilmu-ilmu
matematik. Kalau pada ilmu rekayasa disebut open long solution, jawabannya
tidak hanya satu, banyak alternatif. Sedangkan pada ilmu matematik disebut one
answer solution, yaitu hanya terdapat satu jawaban atau alternatif saja.

Keuntungan Tambang Terbuka dibandingkan dengan Tambang Bawah Tanah,


yaitu :
1. Ongkos operasi penambangan per m3 atau ton, rata-rata lebih rendah (per unit ore)
karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan (illumination)
2. Pengamatan dan pengawasannya relatif lebih mudah. Faktor ini sekarang tidak
terlihat begitu menyolok, dengan adanya kemajuan teknologi di bidang
komunikasi. Pengawasan dapat diawasi dengan menggunakan kamera-kamera
televisi.
3. Kondisi kerja yang lebih baik, karena langsung berhubungan dengan udara luar
dan sinar matahari.

4. Penggunaan alat-alat mekanis yang ukurannya besar dapat lebih leluasa bergerak,
sehingga dengan demikian produksinya lebih besar. Sebagai bahan perbandingan
adalah Tambang Terbuka yang terbesar dewasa ini (di Chuqui Canata, Chili,
USA) 150.000 ton/hari, sedangkan Tambang Bawah Tanah terbesar dewasa ini
hanya 5.000 ton/hari
5. Mining Recovery rata-rata lebih besar karena batas-batas endapan lebih mudah
dilihat/diketahui dan dapat dimanfaatkan secara keseluruhan.
6. Pemakaian bahan peledak dapat lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik. Di
samping karena bahan peledak lebih mudah/cepat diencerkan oleh udara,
sehingga gas-gas beracunnya kurang berbahaya, dan biasanya pada permukaan
bumi selalu dijumpai sekurang-kurangnya dua freeface (bidang bebas).
7. Relatif lebih aman, karena bahaya yang mungkin akan timbul hanyalah sebagai
akibat kelongsoran. Sedangkan pada Tambang Bawah Tanah disamping
kelongsoran, juga disebabkan gas-gas beracun, kebakaran, keruntuhan dan
sebagainya.

Adapun kerugian-kerugian Tambang Terbuka dibandingkan dengan Tambang


Bawah Tanah, yaitu :
1. Karena pengaruh langsung dari cuaca/udara, maka karyawan lebih mudah
dipengaruhi oleh keadaan cuaca tersebut. Kalau sangat panas efisiensi berkurang,
demikian pula kalau hari hujan, mungkin tak dapat bekerja sama sekali, sehingga
hasil kerja menurun.
2. Dalamnya penggalian terbatas, terutama tergantung kepada bentuk endapannya.
Dan dalamnya endapan ini dipengaruhi pula oleh Stripping Ratio nya, yaitu
perbandingan antara pembuangan overburden dengan penggalian ore-nya yang
sangat menyolok sekali.
3. Karena seringnya melakukan mixing/blending/percampuran, maka alat-alat akan
tersebar, sehingga menyulirkan pengaturan alat-alat angkut maupun gali. Maka
pengawasan akan lebih sulit pada masalah pengangkutannya.

4. Adanya kesukaran pembuangan tanah penutup (overburden).


5. Pencemaran lingkungan biasannya relatif lebih tinggi.
Jenis-jenis Endapan
Berdasarkan cara penambangan yang dilakukan, terutama cara pembuangan
overburden nya, maka ada 4 endapan yang cocok untuk Tambang Terbuka, yaitu :
1. Endapan Elluvial (Eluvial Deposits), yaitu endapan yang terjadi karena adanya
proses konsentrasi oleh alam terhadap hasil pelapukan batuan sumber yang telah
terangkut pada jarak yang kurang dari 100 meter atau endapan sekunder yang
terkumpul masih dekat dengan batuan induknya, misalnya urat bijihnya (vein),
dan belum sempat mencapai sungai.
2. Endapan Alluvial (alluvial or placer or beach deposits) yaitu proses terjadinya
sama dengan endapan elluvial, tetapi telah terangkut lebih dari 100 meter atau
endapan sekunder yang terkumpul dalam jumlah dan kadar yang tinggi melalui
suatu proses konsentrasi alam yang letaknya sudah jauh dari batuan induknya, dan
sudah sempat diangkut oleh air sungai atau ombak laut.
3. Endapan mendatar yang luas, misalnya endapan batubara yang ditutupi oleh tanah
penutup (overburden) yang tak terlalu luas.
4. Urat bijih (Vein) yang tebalnya lebih dari 5 meter dan telah tersingkap atau dekat
permukaan bumi.
5. Endapan Horisontal yang luas, seperti batuan batubara, garam-garam dan
ilmenite.
Pengelompokan Tambang Terbuka
Pada prinsipnya Tambang Terbuka dapat digolongkan ke dalam 4 (empat)
golongan :
1. Open Pit/Open Mine/Open Cut/Open Cast
Adalah Tambang Terbuka yang diterapkan/dipakai pada penambangan ore atau
bijih. Perbedaan Open cut/Open mine dengan Open Pit/Open cast dapat dilihat
pada gambar 2.1. Contoh, Open pit/Open cast adalah Tambang Bauxite di Pulau
Bintan dan Tambang Nickel (Garnierite) di Pomalaa.

2. Strip Mine
Adalah Tambang Terbuka yang khusus diterapkan untuk endapan-endapan
horisontal, terutama untuk batubara; dapat juga pada endapan garam yang
mendatar.
Contoh Tambang batubara di Tanjung Enim (lihat gambar 2.2)
3. Quarry
Adalah Tambang Terbuka yang diterapkan pada endapan mineral industri
(industrial minerals).
Contoh, Quartz-Quarry, Sand-Quarry, Sulphur-Quarry, Marble-Quarry, AndesiteQuarry (di Bantul-Purwokerto), Granite-Quarry (di P. Karimun), LimostoneQuarry (di Tagagapura-Padalarang).

Gambar 2.1
OPEN PIT/OPEN CAST DAN OPEN CUT/OPEN MINE

Gambar 2.2
STRIP MINE

4. Alluvial Mining
Dapat dikatakan sebagai Placer Mining ataupun di Australia disebut Beachmine, yaitu cara penambangan untuk endapan placer atau alluvial.
Contoh, Tambang Cassiterite di Pulau Bangka, Belitung dan sekitarnya; Tambang
Ilmenite di Cilacap; Tambang Intan di Kalimantan Selatan.

STUDI KELAYAKAN

BAB III
PERENCANAAN TAMBANG TERBUKA

Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan


Di dalam merencanakan suatu Tambang Terbuka, ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, yaitu :
1. Keuntungan atau laba yang diinginkan oleh Perusahaan, karena masing-masing
perusahaan akan berbeda keinginan untuk memperoleh keuntungannya.
PT. ANEKA TAMBANG menghendaki keuntungan minimum 10% biasanya
tambang-tambang rakyat atau perusahaan-perusahaan kecil keuntungan yang
dikehendaki lebih besar dari 2% (pokoknya mendapatkan keuntungan yang
layak).
2. Jumlah cadangan dan umur tambang hal ini akan menentukan Production
Rate yaitu perbandingan antara jumlah cadangan dengan umur tambang.
Misalnya jumlah cadangan 100 ton, umur tambang diperkirakan 10 tahun, maka
Production Rate adalah 10 ton/tahun. Untuk umur tambang yang relatif singkat
tentu saja kebutuhan dan tipe alat-alat yang dipakai jauh berbeda dengan umur
tambang yang relatif lama.
Pr =

Q
t

(Q = Jumlah cadangan; t = Umur Tambang)

3. Ukuran dan batas maksimum daripada kedalaman tambang pada akhir operasi
penambangan

4. Kemiringan Tebing (Bench), dengan bantuan data tentang ukuran dan batas
maksimum dari kedalaman pada akhir operasi, maka kemiringan bench dapat

diperhitungkan secara iterasi berdasarkan data fisik batuan. Semakin curam atau
miring semakin menguntungkan, karena apabila tebing landai mungkin ukuran
tambang akan besar dan volume overburden yang dibuangkan akan lebih besar
pula.
5. Stripping Ratio nya. Karena dalam perencanaan perlu ditentukan beberapa luas
daerah kuasa pertambangan yang diminta, maka seberapa banyak overburden
yang perlu dibuang; kemana pembuangannya, apakah seluas daerah yang diminta
dapat menampung overburden nya.
Stripping Ratio sama dengan tiga atau lebih besar lagi belum tentu
menguntungkan, karena untung atau tidaknya perusahaan dipengaruhi oleh nilai
bahan galian itu sendiri.
Misalnya : emas bila Stripping Ratio nya = 3 baru dikatakan menguntungkan,
tetapi batubara dengan stripping ration = 3 tidaklah dikatakan menguntungkan.
6. Cut Off Grade
Ada 2 (dua) pengertian daripada cut off grade, yaitu :
a. Kadar terendah yang masih memberikan keuntungan apabila bijih tersebut
ditambang
b. Kadar terendah rata-rata yang masih menguntungkan apabila bijih tersebut
ditambang
Pengaruh daripada cut off grade ini pada penentuan batas cadangan dan
mixing. Cut off Grade bertambah besar, maka nilai cadangan akan turun,
demikian pula sebaliknya.
Untuk menambah faktor-faktor 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 dibutuhkan data eksplorasi tentang

1. Keadaan endapan bijih, yaitu :


a. Ukuran, bentuk dan posisinya
b. Sifat-sifat fisik seperti kekerasan batuan, berat jenis, struktur mineral/batuan
c. Kadarnya, termasuk penyebaran kadarnya
d. Tipa endapan (vein, massive dan sebagainya)

2. Keadaan Overburden dan Country Rock


Sifat-sifat fisiknya seperti kekerasannya, kelunakan, moisture content, besar jenis,
Swell factor dan jumlahnya. Dan sifat fisik Country Rock antara lain
permeabilitasnya, kekompakannya, berat jenisnya dan strukturnya.

3. Keadaan pasaran daripada produk yang nantinya akan dihasilkan baik masih
berbentuk bijih ataupun konsentrate. Keadaan pasaran tidak hanya harganya saja,
tetapi prospektifnya, apakah cenderung untuk stabil atau tidak. Bila harganya
akan naik peningkatan produksinya berangsur-angsur saja atau lambat-lambat
saja. Keadaan pasaran ini mempengaruhi cut off grade. Sedangkan yang
menentukan harga-harga dari cut off grade ini adalah pimpinan (manager).

Bila data ini sudah lengkap, maka barulah diadakan perencanaan (design).
Semua data yang telah diuraikan di atas, pada pokoknya dapat dibagi kedalam dua
golongan, yaitu : data untuk pertimbangan ekonomis (economical considerations) dan
data untuk pertimbangan teknis (technical consideration).

Pertimbangan Ekonomis
Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan design pada Tambang
Terbuka yang terpenting ada 4 (empat) macam, yaitu :
1. Nilai (value) daripada endapan bijih per unit berat (P). Dan biasanya dinyatakan
dalam ($/ton) atau (Rp/ton).
Misalnya :
endapan emas 10 gram/ton; harga emas 1 gram Rp. 750,maka nilai endapan bijih ini = Rp. 7.500,Misalkan 60% Fe2O3/ton; Harga Fe = Rp. 100,- /kg, maka nilainya adalah :
60
x Rp. 100,-/kg x 1000 kg = Rp. 6.000,- / ton bijih
100

2. Ongkos produksi (C), yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan


produksnya (ore atau metal) diluar ongkos stripping, dinyatakan dalam per ton
bijih.
Misalkan ongkos untuk menambang, mengolah sampai menjadi metal. Ataupun
ongkos penambangannya saja, apabila kegiatan penambangan tersebut tidak
dilanjutkan dengan pengolahannya pada perusahaan itu sendiri.
3. Ongkos Stripping of overburden nya (Cob) dinyatakan dalam per ton bijih,
yang dapat dicari dengan mengetahui terlebih dahulu Stripping Ratio nya.
Misalkan dari hasil pembuangan overburden 1.000 ton, akan didapatkan bijih
500 ton. Sedangkan ongkos untuk stripping of overburden nya Rp. 100,-/ton,
maka dapat dihitung harga per ton bijih sebagai berikut :
Ongkos stripping of overburden per ton ore
=

ton"overburden"
x ongkos penggalian / ton
ton"ore"

1000
x Rp 100,-/ton
500

= Rp 200,-/ton bijih
4. Cut off Grade, akan menentukan batas-batas cadangan sehingga menentukan
bentuk akhir penambangan. Dengan demikian luas cadangan yang memenuhi
syarat sebagai ore dapat dihitung.

Apabila faktor 1, 2 dan 3 dihubungkan, maka akan didapatkan sesuatu yang


sangat penting untuk design, yaitu : Break Event Stripping Ratio yang disingkat
BESR, adalah merupakan perbandingan antara keuntungan kotor (marginal profit)
dengan ongkos pembuangan overburden. Atau dapat dinyatakan didalam bentuk
rumus sebagai berikut :

BESR =

PC
Cob

dimana :
BESR

= Break Event Stripping Ratio

= nilai endapan bijih per ton

= ongkos endapan bijih per ton

Cob

= ongkos penggalian overburden per ton bijih

Untuk mengetahui apakah pemilihan cara penambangan dengan Tambang


Terbuka menguntungkan atau tidak, maka harus ditentukan dulu BESRnya atau
economic stripping rationya. Kalau BESR lebih besar daripada 1 (satu), maka
akan menguntungkan ditambang dengan sitem Tambang Terbuka. Tetapi kalau
BESRnya lebih kecil daripada 1 (satu), akan rugi. Lebih baik dicoba dengan sistem
Tambang Bawah Tanah. Dan apabila BESRnya = 1, maka kerja tersebut tidak
mendatangkan keuntungan.
Alternatif lain, kalau BESRnya lebih kecil daripada nol, maka lebih
menguntungkan bila ditambang dengan sistem Tambang Bawah Tanah.
Menurut textbook, bahwa Stripping Ratio sama dengan atau lebih dari 3
(tiga), menguntungkan. Tetapi sesungguhnya ini belum tentu menguntungkan. Di sini
yang penting adalah ongkos strippingnya, dan nilai bahan galian itu sendiri.
BESR dipengaruhi oleh kadar endapan, harga pasaran dan produknya. Salah
satu contoh cara pembuatan grafik BESR adalah sebagai berikut :
Gambarkan grafik BESR sebagai fungsi dari % Cu, untuk harga metal Cu berturutturut 25 C/lb; 30 C/lb; 35 C/lb. Bila diketahui pula :
a. Mining and milling costs

: $

0,50 ,- /ton ore

b. General costs and depreciation

: $

1,35 ,-/ton ore

c. Treatment cost

: $

1,77 ,-/ton ore 1,4 % Cu

: $

1,46 ,-/ton ore 1,2 % Cu

: $

1,17 ,-/ton ore 1,0 % Cu

: $

0,90 ,-/ton ore 0,8 % Cu

: $

0,65 ,-/ton ore 0,6 % Cu

d. Stripping cost

: $

0,40 ,-/ton ore (c)

e. Smelter recovery

: 90%

Penyelesaian : Lihat Tabel 1


Keterangan * :
*)

Misalkan 1,4% Cu, dalam 1 ton :


1,4
x2000 x0,9 25,2 lb Cu per ton ore
100

Jadi value = 25,2 lb/ton ore x 25 c/lb Cu = $ 6,30,- per ton ore
**) BESR =

P C 6,30 3,62 2,68

6,7
Cob
0,40
1,40

TABEL 3.1
PERHITUNGAN ONGKOS
% Cu
Mine & Mill Cost
Gen Cost & Depr
Total Cost I
Treatment Cost
Total Cost II
Price (25 c/lb)*)
Profit (Net Value)
BESR**)

1,4
$ 0,50
$ 1,35
$ 1,85
$ 1,77
$ 3,62
$ 6,30
$ 2,68
6,7

1,2
0,50
1,35
1,85
1,46
3,31
5,40
2,09
5,2

1,0
0,50
1,35
1,85
1,17
3,02
4,50
1,48
3,7

0,8
0,50
1,35
1,85
0,99
2,75
3,60
0,85
2,1

0,6
0,50
1,35
1,85
0,65
2,50 (b)
2,70 (a)
0,20
0,5

Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk metal yang berharga 30 c/lb dan
35 c/lb. Sedangkan grafik BESR untuk metal yang berharga 25 c/lb, dapat dilihat
pada Gambar 3.1

Gambar 3.1
GRAFIK BESR
BESR setiap tahun akan berubah-ubah. Pada saat menambang BESR tidak
ada, pada saat berproduksi BESR, dari kecil lalu membesar. Grafik BESR akan naik
pada saat produksi dan pembuangan overburden seimbang.
Di dalam operasi penambangan terdapat 2 (dua) pilihan, yaitu melakukan
Stripping of overburden terlebih dahulu, kemudian baru menggali ore, ataupun
menggali overburden (Stripping of overburden) dalam batas-batas tertentu, kemudian
diikuti pula dengan penggalian ore.
Keuntungan melakukan Stripping of overburden secara keseluruhan setelah
mengambil ore, adalah :
a. Begitu overburden terkupas, maka akan didapatkan ore secara terusmenerus
b. Pengontrolan akan lebih mudah
Adapun kerugiannya, adalah selama menggali overburden tidak berproduksi,
jadi BESR-nya kecil sekali. Sedangkan keuntungan melakukan Stripping of
overburden dalam batas tertentu, kemudian diadakan penggalian ore (dimana
kegiatan stripping of overburden terus berlangsung), adalah sekaligus dengan
mengerjakan stripping of overburden dapat berproduksi. Sehingga ongkos
stripping dapat ditutupi dengan penjualan ore, oleh karena itu tidak memerlukan
penanam modal yang besar (dibandingkan dengan cara pertama). Dan kerugiannya

disamping mengurusi stripping of overburden harus memikirkan pengangkutan


ore dari dalam pit (padahal masih sangat curam), lihat Gambar 3.2.

Gambar 3.2
HUBUNGAN KERJA ANTARA STRIPPING OF OVERBURDEN
DENGAN PENGGALIAN ORE

Suatu ketika design dapat berhenti (merupakan limit), yaitu bila c menjadi
sangat besar. Pada saat ini, sistem open pit atau Tambang Terbuka dapat diubah
menjadi Tambang Bawah Tanah. Misal : Kiruna Mine di Swedia
Untuk endapan yang luas/lebar, maka harus diambil pada zone-zone tertentu
(pengambilan orenya) sebagai sample, untuk menentukan kadar rata-ratanya.
Jangan kadar rata-rata dari keseluruhannya. Untuk daerah-daerah yang miskin dan
batuannya kompak dibuat bench-nya yang agak curam. Dan kalau overburdennya
tidak sama pada bagian-bagian tertentu, maka perlu dibagi dalam zone-zone (lihat
Gambar 3.3), disebut pula zoning.

Gambar 3.3
ZONING
Mengenai naik turunnya harga mineral dapat diketahui sejak tahun 1930 di
dalam literature yang disusun oleh para Mineral Economist (orang yang
mempelajari tentang ekonomi suatu mineral). Dari pertimbangan ekonomis yang
terakhir daripada grade suatu ore, ditentukan oleh manager. Dimana
dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi atau pemasarannya. Kalau harga logam
naik, maka cut off grade diperluas.
Sebagai contoh : Suatu endapan besi sekunder menurut penyelidikan geologi
dan eksplorasi memiliki bed rock yang mengandung kadar Fe yang kecil sekali.
Cadangan adalah sebagai berikut :
a. yang berkadar 60 % Fe2O3, berjumlah 1 juta ton
b. yang berkadar 60 % Fe2O3, - 55 % berjumlah 5 juta ton
c. yang berkadar 55 % Fe2O3 50% berjumlah 5 juta ton
Material yang menutupi endapan dengan kadar yang berkadar 60 % Fe 2O3
berjumlah 25 juta ton. Berapakah stripping ratio bila cut off grade berturut-turut
59,5 %; 54,5 %; dan 49,5 %. Untuk dapat menghitung stripping ratio perlu dicari
jumlah ore dan jumlah overburden nya (lihat Gambar 3.4).

Gambar 3.4
CONTOH PERHITUNGAN STRIPPING RATIO
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Cut off grade 59,5 %

banyak ore = 1 juta ton


banyak overburden = 25 juta ton
Stripping of overburden = 25 : 1

Cutt off grade 54,5 %

banyak ore = 6 juta ton


banyak overburden = 20 juta ton
Stripping of overburden = 10 : 3 = 3,3

Cutt off grade 49,5 %

banyak ore = 11 juta ton


banyak overburden = 15 juta ton
Stripping of overburden = 15 : 11 = 1,4

Dengan menurunkan cut off grade, maka design pun akan berubah. Ada
kemungkinan dengan menurunkan cut off grade, keuntungan pun tidak bertambah,
karena dipengaruhi kemajuan teknologi, Cut off grade yang rendah banyak
memerlukan

ongkos-ongkos

pengolahan

(untuk

reagent,

filter-flotasi

dan

sebagainya).
Tetapi pada umumnya, menurunkan Cut off grade maka keuntungan akan
bertambah. Bila cut off grade diturunkan, maka persen recovery akan naik, namun

belum tentu mendatangkan keuntungan. Ini perlu adanya kompromi antara designer
dengan pihak pengelola terlebih dahulu.
Hasil pada suatu penambangan hendaknya mempunyai kadar-kadar rataratanya yang konstan. Karena kalau kadar rata-ratanya tidak konstan, maka
pengolahan setiap hari harus berubah, misalnya jumlah reagent yang diperlukan, alatalatnya dan sebagainya. Jadi dapat dikatakan tidak praktis.
Bagaimana caranya agar kadar rata-rata tersebut konstan? Yaitu dengan cara
mixing atau blending, agar bijih homogen. Alat-alat harus disebarkan pada
tempat-tempat tertentu untuk memudahkan mixing adalah sebagai berikut:

Misalnya pada 3 buah tempat yaitu A, B dan C (lihat gambar 3.5) endapan
dengan kadaryang berbeda-beda. Bijih pada daerah A dengan kadar a %,
jumlah b ton; bijih pada daerah B dengan kadar c% jumlah 4 ton; bijih pada
daerah c dengan kadar e %, jumlah f ton. Maka kadar rata-rata adalah :
axb cxd cxf
x100%
bd f
Daerah

Kadar (%)

Jumlah (ton)

Mixing ini biasanya dilakukan pada bin ataupun di storage (gudang).

Gambar 3.5
SALAH SATU CONTOH MIXING DI DALAM OPERASI
PENAMBANGAN

Pertimbangan Teknis
Mempertimbangkan Pengaruh Struktur Geologi
Slope Stability juga tergantung kepada struktur geologinya, yaitu joints,
fault ataupun fold. Terutama pengaruh yang mudah dilihat adalah pada daerahdaerah yang merupakan stratifikasi (perlapisan) bahan-bahan sedimen.

Gambar 3.6
CARA MEMBUAT BENCH

Bila materialnya kompak, maka bench dibuat seperti tampak pada gambar
3.6a. Dan bila materialnya tidak kompak, maka bench dibuat seperti gambar 3.6b.
Kalau struktur geologinya miring (perlapisannya miring), maka bench dibuat
menurut kemiringan struktur, lihat gambar 3.7.

Gambar 3.7
CARA MEMBUAT BENCH PADA DAERAH PERLAPISANNYA MIRING

Gambar 3.8
CARA MEMBUAT BENCH YANG TIDAK BENAR
Lihat gambar 3.8, andaikata cara pembuatan benchnya begini, maka
mengakibatkan bench stabil; bila datang banjir, mungkin akan runtuh karena
terdapat bidang yang lemah.
Secara teknis bench yang stabil seperti gambar 3.6b, kemungkinan runtuh
pada musim hujan adalah tipis. Dan kalau strukturnya berbentuk faunt, maka
sebaiknya dibuat seperti gambar 3.9.

Gambar 3.9
CARA MEMBUAT BENCH PADA DAERAH FAUNTED

Ultimate Pit Slope


Ultimate Pit Slope adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang
terbuka yang masih diperbolehkan, dan pada kemiringan ini jenjang masih tetap
mantap (stabil).
Jadi dalam menentukan kemiringan lereng suatu tambang terbuka harus
ditinjau dari dua segi, yaitu :
1. Dari segi ekonomis masih menguntungkan
2. Dari segi teknis keamanannya bisa dijamin
Dengan demikian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kemiringan
lereng (ultimate pit slope) suatu tambang adalah :
1. BESR yang masih diperbolehkan
2. Struktur geologi yang meliputi joint, bidang-bidang geser, patahan dan
lain-lain.
3. Adanya air, yaitu kandungan air tanah di dalam lapisan-lapisan batuan
4. Unsur waktu
Hubungan antara ultimate pit slope dengan BESR dapat berubah-ubah
tergantung dari harga metal di pasaran.

Menentukan Dimensi Bench


Dimensi bench tergantung kepada produksi yang diinginkan dan alat-alat
yang digunakan. Dimensi di sini adalah tinggi (L), lebar (W) dan panjang (l).
Contoh : suatu bench memiliki dimensi W = 1, L = 3 dan l = 5, maka produksinya
= 1 x 3 x 5 x 1 m3 = 15 m3.
Dimensi harus mampu menghasilkan produksi yang diinginkan, maka kita
membuat beberapa bench yang memenuhi terhadap produksi yang diminta.
Sebagai contoh : produksi yang diinginkan 100 m3, maka dimensi bench seperti di
atas harus dibuat sebanyak 7 buah bench (7 x 15 m3 = 105 m3). Di sini perlu
diperhatikan bahwa bench tersebut pun harus mampu menampung alat-alat

mekanis seperti power-shovel, trucks dan alat-alat berat lainnya. Jadi dimensi
bench dapat bermacam-macam untuk mendapatkan suatu produksi yang
diinginkan.

Gambar 3.10
DIMENSI BENCH BERDASARKAN ALAT-ALAT YANG DIPAKAI

Berdasarkan alat-alat yang dipakai, maka ukuran alat seperti power-shovel


mempengaruhi dimensi bench, dimana diperlukan ruang gerak yang cukup untuk
power-shovel maupun trucks (sebagai alat angkutnya). Juga harus disediakan
ruangan untuk melakukan pemboran, lihat gambar 2.10.
Dimensi bench menurut Head Quarter Departement of the Army (USA),
di dalam buku yang berjudul Pits ang Quarries, technical bulletine No. 5
332, terbitan Washington DC, tahun 1967, halaman 32, adalah sebagai berikut :
Wmin = y + Wt + Ls + G + Wb .............................. di dalam ft.
dimana :

Wmin

= lebar bench minimum

= lebar bench yang di bor

Wt

= lebar dari alat angkut

Ls

= panjang power-shovel (tanpa boom)

= Floor cutting radius dari power-shovel

Wb

= lebar material hasil peledakan (dianggap sama dengan

1
y)
2

Gambar 3.11
LEBAR BENCH MENURUT HEAD QUARTER DEPARTEMENT OF THE
ARMY

Mengenai tinggi bench menurut HQDA tersebut adalah :


Lo

= 1,5 Cd + 18 ................................. di dalam ft

Lin

= 1,2 Cd + 30 .................................. di dalam ft

Kemudian

dimana :
L0

= tinggi optimum bench

Cd

= dipper capacity alat gali

Lm = tinggi maksimum bench

Tetapi L maximum (Lm) belum tentu memberikan kapasitas yang besar


(lihat gambar 3.17). Dan panjang daripada bench tergantung kepada produksi
yang diminta, karena dimensi yang lainnya telah diketahui dengan menggunakan
rumus-rumus di atas.

Gambar 3.12
PENGERTIAN TINGGI OPTIMUM DAN TINGGI MAKSIMUM BENCH
Dari thesis RK Gandhy, yaitu Estimating Bench Design Parameters for
Open Cut Excavation, Rolls. Mo, 1969, memberi formulasi terhadap dimensi
bench adalah sebagai berikut :
Wmin = Rs + G + 5 Wt + Z ............................................ di dalam ft

dimana :
Wmin

= lebar minimum bench

Rs

= dumping radius dari power-shovel

= floor cutting radius power-shovel

Wt

= lebar daripada alat angkut

= lebar bench untuk menampung hasil peledakan

Gambar 3.13
LEBAR BENCH MENURUT FORMULASI RK GANDHY (1969)
5 Wt disediakan untuk tempat alat angkut (trucks), dengan perincian 3 ft
untuk tempat truck dan 2 ft untuk aliran truck tersebut.
Pada tambang besar semua bench digali, maka pekerjaan harus diatur
sedemikian rupa, sehingga alat-alat tidak sampai menganggur, penggalian dan
penyebaran diatur sedemikian rupa urut-urutan kerjanya.

Pendapat Gandhy mengenai tinggi bench adalah :


Lo

= 1,8 Cd + 18 ........................................... di dalam ft

dimana :
Lo

= tinggi optimum bench

Cd

= dipper capacity alat gali

Disamping itu Gandhy membagi formulasi lain tentang dimensi bench, yaitu :
Lmin = 2 (Rs + 2 Wt) ft
dimana :
Lmin = lebar minimum bench

= lebar untuk menampung pengembangan material yang bergerak


kearah memanjang

Untuk menghitung lebar pengembangan material () ini, digunakan rumus :

1
L
2 2b cos - b ........................ ft
13
Sf

dimana :
Sf

= Swell factor

= konstanta factor =

= natural angle of refuse

y
; y = lebar bagian yang dibor
L

Catatan untuk limestone = 300 450


Dan untuk mencari lebar bench untuk menampung hasil peledakan (Z), digunakan
rumus :

1
L
2 2b cos - bL ..................... ft
13
Sf

Menurut Gandhy, Rs dapat dicari dengan rumus :


Rs

= 4,3 Cd + 23 ........................................... ft

Untuk mencari G :
G

= 2,7 Cd + 15 ........................................... ft

Untuk mencari Lo, dapat juga digunakan rumus :


Lo

= Ps/1.500 Sfdr + 15 ................................ ft

Pertimbangan Ekologi

BAB IV
TAHAPAN OPERASI TAMBANG TERBUKA

Kegiatan dalam usaha pertambangan meliputi tugas-tugas yang dilakukan


untuk mencari, mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian mengolah
sampai bisa bermanfaat bagi manusia.
Secara garis besar tahap-tahap kegiatan dalam usaha pertambangan seperti
pada gambar 4.1. Setiap melakukan tahap-tahap kegiatan dalam usaha pertambangan,
pengusaha harus memiliki surat keputusan pemberian Kuasa Pertambangan (KP)
yang sesuai dengan tahap kegiatan yang dilakukan. Tanpa memiliki KP tersebut maka
siapapun yang melakukan kegiatan usaha pertambangan dapat diancam dengan
pidana 6 tahun penjara dan atau denda setinggi-tingginya Rp. 500.000,- (pasal 31
Undang-Undang Pokok Pertambangan No.11 Th.1967).

Gambar 4.1
TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN

4.1. METODE PERHITUNGAN CADANGAN


4.1.1. Penyelidikan Umum
Penyelidikan umum merupakan langkah pertama usaha pertambangan.
Pada tahap penyelidikan umum ini kegiatan ditujukan untuk mencari dan
menemukan endapan bahan galian dan mempelajari keadaan geologi
secara umum untuk daerah yang bersangkutan berdasarkan data
permukaan.
Cara yang digunakan dalam penyelidikan umum ini ialah mengikuti
data atau petunjuk tentang adanya suatu endapan bahan galian di suatu
darah, antara lain dengan cara tracing float, geofisika,geokimia,bor
tangan dan lain-lain.

4.1.2. Eksplorasi
Penyelidikan

eksplorasi

merupakan

kegiatan

lanjutan

dari

penyelidikan umum yang bertujuan mendapatkan kepastian tentang


endapan bahan galian tersebut, yaitu mengenai :
1. Bentuk, ukuran serta letak atau kedudukan endapan bahan galian.
2. Penentuan besarnya dan mutu (kadar) cadangan.
3. Sifat fisik dan kimia bahan galian.
4. Sifat fisik dan kimia batuan sekelilingnya dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penyelidikan eksplorasi ini


meliputi :

1. Penyelidikan geologi secara lebih teliti baik kea rah horizontal maupun
vertical.
2. Melakukan pengambilan percontoh secara sistematis dan lebih terinci
(detail) dengan cara melakkan pemboran inti (core drilling) membuat
terowongan buntu (adit) atau sumur uji (test pit).

4.1.3. Studi Kelayakan


Tahap ini merupakan puncak dari serentetan penyelidikan awal
sebelum usaha penambangan dimulai. Studi kelayakan ini merupakan
evaluasi dan perhitungan-perhitungan untuk menentukan dapat atau
tidaknya suatu endapan bahan galian ditambang dengan menguntungkan
berdasarkan pertimbangan-pertimabangan teknis dan ekonomis dengan
mengingat keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup.
Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan pengamatan serta proyeksiproyeksi harga dan pemasaran untuk dapat memperkirakan harga pokok
dan hasil penjualandi kemudian hari. Laporan yang telah dihasilkan harus
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang prospek endapan bahan
galian tersebut bila ditambang, dan untuk dapat mengambil keputusan
serta mengambil langkah-langkah selanjutnya.

4.1.4. Prinsip Menghitung Cadangan


Bila dijumpai bukit seperti gambar 4.2. dan akan dihitung volumenya,
maka dengan pertolongan peta counter dihitung luas daerah yang dibatasi
oleh counter 100 = L1. Kemudian daerah yang dibatasi oleh counter 101 =
L2 maka volume antara counter 101 adalah:
( L1 + L2 ) x 1/3 tinggi (dalam hal ini tingginya 1 meter)
2
Dan untuk menghitung luas daerah yang dibatasi oleh garis counter
dengan menggunakan planimeter.

Gambar 4.2
BUKIT YANG AKAN DIHITUNG BESAR VOLUMENYA

Bila diketahui / dikehendaki menghitung volume daerah yang dibatasi


oleh L1 dan L2, maka :
Volumenya : ( L1 + L2 ) x 1/3 t
2
= L1 + 2L2 + L3 x 2/3 t
4

Dimana : t = tinggi, dalam kasus ini sama dengan satu meter.

Rumus ini untuk bentuk yang tidak teratur, misalnya kalau dilihat dari
atas counturnya bengkok-bengkok. Bila bentuknyateratur atau hamper
bundar, maka volumenyaper interval counter (antara L1 dan L2), maka :
Volumenya : ( L1 + L2 ) x 1/3 t ( ini adalah volume bagiannya )
2
Jadi volume keseluruhannya adalah : penjumlahan dari volume-volume
bagiannya.

4.2. PEKERJAAN PERSIAPAN


Sebelum penambangan dimulai harus dilakukan persiapan-persiapan
seperti membuat jalan, membangun kantor, gudang, bengkel, menyiapkan
peralatan penambangan membabat semak belukar (clearing) sampai pengupasan
tanah penutup, tetapi harus diusahakan agar tanah pucuk yang subur (humus)
dapat diselamatkan agar dapat dipakai pada saat reklamasi bekas tambang
dikemudian hari.

4.2.1.

Pengupasan Dan Pembuangan Overburden ( Stripping and Dumping Of


Overburden ).

1. Macam-macam overburden
Overburden (tanah penutup) dapat dimasukkan dalam 6 (enam) kelas :
a. Material yang paling mudahdigali (sangat lunak)
-

Material yang mengandung sedikit air, misalnya pasir, tanah


biasa, kerikil, campuran pasir dengan tanah biasa.

Material yang banyak mengandung air, misalnya pasir


lempungan, lempung pasiran, lumpur dan quick sand (pasir
yang sangat banyak mengandung air).

DIKTAT TAMBANG TERBUKA

OLEH

ENDAR ARANASTA DRIANTO


03061002038

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009

Anda mungkin juga menyukai