Anda di halaman 1dari 48

PROYEK AKHIR

TAMBANG TERBUKA BATUBARA

PT. ALLIED INDO COALJAYA

Studi Kasus:

“Analisis Mine Dewatering Pada Tambang Terbuka Batubara PT. Allied Indo
CoalJaya, Desa Salak Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto

Provinsi Sumatera Barat”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Oleh:

Roy olivera
BP. 2009/98011

Konsentrasi : Pertambangan Umum

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Perusahaan
1. Sejarah Perusahaan

PT. Allied Indo Coaljaya adalah pemegang Kuasa Pertambangan (KP)

Eksploitasi Batubara berdasarkan Surat Keputusan Walikota Sawahlunto No.

05.67.PERINDAGKOP.TAHUN 2008 (KW 1373 AIC 03812) tanggal 07 Juli

2008 di Parambahan, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera

Barat dengan luas areal 372,40 hektar di sebagian wilayah Ex. PKP2B PT.

Allied Indo CoalJaya.

Pelaksanaan reklamasi daerah bekas tambang diarahkan agar menjadi

wilayah yang lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Kuasa Pertambangan

PT. Allied Indo CoalJaya yaitu kawasan pinjam pakai kawasan hutan antara

Departemen Kehutanan dan Direktorat Batubara bernomor 205 1/II/KANWIL –

5/89 tertanggal 28 November 1989 dengan peruntukan Hutan Produksi dan

Hutan Reboisasi.

Operasi penambangan yang dilakukan oleh perusahaan dengan pola

tambang terbuka (Open Cut Mine) skala kecil dengan produksi ± 4.000 ton per

bulan dan Tambang Bawah Tanah (Underground Mining) dengan produksi ±

3.000 ton per bulan.

4
Kegiatan tambang terbuka dilakukan dengan mengupas lapisan tanah

dan lapisan batuan penutup secara berjenjang membentuk teras. Lapisan tanah

dan batuan tersebut ditimbun ke daerah disposal yang sudah direncanakan.

Pengupasan dimulai dengan penebasan vegetasi dan pengumpulan top soil

setebal 40 cm serta pengupasan lapisan tanah (sub soil / tanah merah) sampai

ketebalan ± 1 m untuk keperluan penghijauan (revegetasi). Selanjutnya

dilakukan pengupasan lapisan batuan dimana lapisan yang keras diledakkan

(blasting). Setelah seluruh lapisan penutup terkupas, berikutnya dilakukan

pengambilan batubara.

Batubara diangkut dan ditimbun di stock pile processing untuk

selanjutnya dilakukan proses peremukan/sizing dan percampuran/blending

untuk mendapatkan kualitas dan ukuran butir yang diinginkan. Setelah melalui

proses (sizing & blending), batubara diangkut dengan dump truck ke PLTU

Sijantang, Talawi.

B. Deskripsi Proyek
1. Lokasi dan Kuasa Eksplorasi

Lokasi penambangan PT. AIC Jaya terletak di Parambahan,

Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.

Secara geografis wilayah KP PT. AIC Jaya berada pada posisi 100 0 46’48” -

100048’47” BT dan 000 35’34” – 000 36’59” LS, dengan batas lokasi kegiatan

sebagai berikut:
 Sebelah Utara: Wilayah desa Batu Tanjung dan desa Tumpuak Tangah,

Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto

 Sebelah Timur : Wilayah Jorong Bukit Bua dan Koto Panjang Nagari

V Koto Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung

 Sebelah Selatan : 1. Wilayah Jorong Koto Panjang Nagari V Koto,

Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung

2. Wilayah desa Salak, Kecamatan Talawi,

Kota

Sawahlunto

 Sebelah Barat : Wilayah desa Salak dan desa Sijantang Koto, Kecamatan

Talawi, Kota Sawahlunto.

Lokasi pertambangan PT. AIC Jaya berada di Parambahan, Kota Sawahlunto

Provinsi Sumatera Barat. Dari kota Padang kurang lebih berjarak ± 100 km ke

arah Timur Laut.


100 BT 101 BT

Untuk lebih jelasnya lokasi kesampaian wilayah Kota Sawahlunto dapat dilihat

pada gambar berikut ini:


Lokasi

0 LS

0 35 km
Gambar 1. Peta Kesampaian Wilayah KP PT. Allied Indo Coaljaya

Kondisi tanah daerah KP PT. AICJ yang ditambang secara Tambang

Terbuka dan Tambang Bawah Tanah, dapat diuraikan sebagai berikut :

 Tanah di daerah Parambahan bereakasi asam dengan tingkat keasaman

(pH) setiap lapisan berkisar antara 4,4 hingga 4,8(Pemetaan Tanah dan

Survai Lingkungan Hidup, 1980), karena jenis-jenis tumbuhan seperti

paku resam (pteridium aguilinum), alang-alang (imperata cylendrice),


karamunting (rhodomyrtus tomentosa) yang juga merupakan indikator

tanah yang bereaksi asam. Tanah tersebut relatif berat mengalami erosi

akibat hubungan yang erat antara sifat-sifat tanah dengan topograi dan

curah hujan serta vegetasi penutup.

1). Air Permukaan

Wilayah Kecamatan Talawi dilewati aliran Sungai Batang Ombilin

yang merupakan sumber air berbagai keperluan, dimana air Batang

Ombilin digunakan penduduk sebagai sumber air minum, mencuci, mandi,

dan sebagainya. Disamping itu Batang Ombilin juga merupakan tempat

penangkapan ikan sebagai penghasilan tambahan bagi penduduk.

Pelaksanaan pemantauan air dari kegiatan penambangan untuk

mengetahui tingkat pencemaran kualitas air maka secara rutin PT. AIC Jaya

melakukan kegiatan pemantauan kualitas air pada titik-titik pemantauan

dengan parameter yang diukur : Suhu, pH, dan Turbidity (kekeruhan).

2). Air Bawah Tanah

Berdasarkan hasil analisa air bawah tanah yang berada di Parambahan

pada umumnya memiliki daya hantar listrik yang relatif tinggi mengandung

unsur penurut khususnya Hg, Pb, dan Cr. Daya hantar listrik memberi

petunjuk bahwa air bawah tanah merupakan lingkungan yang baik untuk
aktifitas biologis. Diperkirakan bakteri akan sangat mudah berkembang di

perairan ini, kemungkinan berkontaminasi dengan bakteri dan tertu`larnya

penyakit cacing bawah tanah cukup besar.

Tingginya kadar unsur perunut tidak terlalu menghawatirkan karena

air bawah tanah tidak digunakan sebagai sumber air minum. Adanya nitrat

dan pH yang rendah pada air bawah tanah dapat juga berbahaya terhadap

manusia yang melakukan aktifitas penambangan di bawah tanah karena

kemungkinan adanya unsur yang bersifat racun.

2. Iklim dan Curah Hujan

Iklim pada daerah penambangan PT. Allied Indo CoalJaya mempunyai

iklim tropis basah (tropical humid climate) serta mempunyai dua musim

yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada saat curah hujan berada pada

puncak tertingginya, akan sangat mengganggu dalam proses produksi. Hal

ini disebabkan berbagai kendala yang disebabkan oleh turunnya hujan.

Hal-hal seperti terhentinya kegiatan produksi tambang terbuka, jalan

tambang tidak dapat dilalui kendaraan, atau material yang akan di crusher

menjadi basah. Data curah hujan dapat dilihat pada lampiran B dan C.

3 Penyaliran tambang
Area penambangan pada PT. Allied Indo Coal Jaya telah mencapai

elevasi terendah dari pada area di sekelilingnya. Dengan luas front

penambangan ± 54,0774 Ha, maka ketika hujan terjadi mengakibatkan

seluruh aliran air tersebut masuk ke dalam pit. Hal ini tentu saja menjadi

permasalahan tersendiri bagi proses penambangan. Ketika musim hujan,

area penggalian batubara selalu tergenang air hingga menyerupai danau

kecil.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dibuat sump di

sebelah area penggalian batubara. Pemompaan terhadap genangan di

sump dilakukan dengan menggunakan pompa kapasitas 540 m3/jam.

Gambar 15. Pemompaan pada Sump


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perumusan Masalah
Tambang terbuka merupakan salah satu metode penambangan, dimana

kegiatan penambangannya sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca atau udara

bebas. Elemen-elemen dari pengaruh cuaca atau udara bebas itu diantaranya

adalah hujan, panas, tekanan udara dan sebagainya yang dapat mempengaruhi

kondisi tempat kerja, kondisi alat kerja dan pekerja itu sendiri yang selanjutnya

akan dapat mempengaruhi produktifitas penambangan.

Air tambang memiliki pengaruh besar terhadap produktifitas penambangan, di

PT. Allied Indo CoalJaya, aktivitas penambangan sering terganggu karena

banyaknya air yang terdapat di sekitar front penambangan. Air yang terdapat di

sekitar front penambangan ini berasal dari air hujan dan air tanah. Di samping

menggenangi lokasi kerja air juga membuat jalan menjadi licin sehingga alat

berat yang beroperasi menjadi terganggu. Dengan terganggunya aktivitas alat

berat maka dapat membuat target produksi tidak tercapai.

Untuk dapat mengetahui cara pengendalian air yang benar tentu harus

mengetahui sumber dan perilaku air terlebih dahulu karena tambang akan

berbentuk cekungan (pit) maka operasi penambangan akan selalu dihadapkan

pada masalah air. Penanganan masalah air di dalam tambang terbuka dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu mine drainage dan mine dewatering. Mine

36
drainage merupakan usaha untuk mencegah masuknya air ke dalam tambang,

sedangkan mine dewatering merupakan usaha yang dilakukan untuk

mengeluarkan air yang telah masuk ke areal penambangan. Pada saat ini PT.

Allied Indo CoalJaya telah melakukan sistem mine dewatering dengan

menggunakan pompa, maka dari itu penulis ingin mengamati dan menganalisa

apakah sistem mine dewatering sekarang ini sudah bisa dikatakan dapat

menyelesaikan masalah air yang ada pada tambang atau belum dilihat dari

sumber dan perilaku air yang ada di tambang itu sendiri.

Seperti yang telah dijelaskan tersebut di atas maka penulis mencoba untuk

mengkaji lebih dalam permasalahan tersebut yang akan penulis tuangkan dalam

bentuk tulisan dengan judul “Analisis Mine Dewatering Pada Tambang

Terbuka Batubara PT. Allied Indo CoalJaya, Desa Salak Kecamatan Talawi

Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat”

B. Tujuan Studi Kasus


Adapun tujuan yang diharapkan dari studi kasus ini adalah:
1. Mendapatkan nilai perhitungan dari debit air permukaan dimana dihitung

dari data curah hujan dan juga debit air tanah sehingga didapatkan debit air

total yang masuk kedalam sump.


2. Apabila telah mengetahui debit air yang masuk kedalam sump, maka dapat

dihitung berapa kapasitas pompa yang seharusnya dibutuhkan untuk

mengeluarkan air ke luar sump.


3. Dengan pengeluaran air yang maksimal dari sump maka pengaruh air

terhadap kondisi tambang dapat di minimalisir.


C. Landasan Teori dan Metodologi Pemecahan
1. Landasan Teori
a. Siklus Hidrologi

Air yang berada di dalam maupun di permukaan bumi mengalami proses

yang membentuk daur. Secara umum daur hidrologi terjadi karena air yang

menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut akan terkondensasi dan

kembali jatuh ke bumi. Kejadian ini disebut presipitasi yang dapat berbentuk

hujan , salju, atau embun. Peristiwa perubahan air menjadi uap air dan

bergerak dari permukaan tanah ke udara disebut evaporasi, sedangkan

penguapan air dari tanaman disebut transipirasi. Jika kedua proses ini terjadi

secara bersama-sama maka disebut evapotranspirasi. Untuk lebih jelasnya

daur hidrologi dapat dilihat pada gambar 16.

1) Presipitasi
Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air

yang mengkondensasi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala

bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi. Jika air yang jatuh

berbentuk cair disebut hujan dan jika berupa padat disebut salju.
Sumber : Hidrogeologi Umum oleh Prof.Dr.Ir. Deny Juanda Puradimaja,

DEA Tahun 2004


Gambar 16. Siklus Hidrologi
2) Infiltrasi
Merupakan proses meresapnya sebagian atau seluruh air hujan

yang jatuh pada permukaan tanah yang masuk melalui pori-pori

permukaan tanah tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi

adalah kemiringan tanah, kelembaban tanah dan suhu air. Kemiringan

tanah berpengaruh terhadap laju infiltrasi, karena dengan semakin

miringnya permukaan tanah maka kapasitas infiltrasi akan semakin

berkurang. Besarnya kelembaban tanah akan berpengaruh kepada

derajat penggumpalan. Bila kelembaban air tinggi maka akan

menaikan derajat penggumpalan dan sebaliknya.


Tanah terdiri dari butir-butir dengan ruangan-ruangan yang

disebut pori (Void) antara butir-butir tersebut. Pori-pori ini selalu

berhubungan satu dengan yang lain sehingga air dapat mengalir


melalui ruangan pori tersebut. Proses ini disebut rembesan (seepage)

dan kemampuan tanah untuk dapat dirembes air disebut daya rembesan

(permeability).
3) Limpasan (Run off)
Limpasan adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang

bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang paling rendah

tanpa memperhatikan asal atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai

saluran. Koefisien limpasan tersaji pada tabel 1. Debit limpasan dapat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut:


Q = 0,00278 C x I x A (Juanda, 2004)
Q = Debit Limpasan (m3/dt)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas catchment area (Ha)
Air limpasan disebut juga air permukaan, yaitu air yang

mengalir di permukaan tanah. Limpasan hanya akan terjadi bila laju

hujan melebihi laju infiltrasi (sebagian air hujan memasuki bawah

permukaan tanah). Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi

cekungan-cekungan kecil atau besar pada permukaan tanah, setelah

cekungan terpenuhi maka terjadilah limpasan.

Tabel 1.

Koefisien Limpasan (c) Pada Kondisi Tertentu

No Kemiringan Tata guna lahan Nilai c


1 Datar , a. sawah dan rawa 0,2
<3% b. hutan dan kebun 0,3
c. pemukiman dan taman 0,4
2 Menengah, a. hutan dan kebun 0,4
3% - 5% b. pemukiman 0,5
c. tumbuhan yang jarang 0,6
d.tanpa tumbuhan dan daerah 0,7
penimbunan
3 Curam, a. hutan 0,6
> 15 % b. pemukiman dan kebun 0,7
c. tumbuhan yang jarang 0,8
0,9-1
d.tanpa tumbuhan dan daerah

tambang
Sumber : Diktat Kuliah Penyaliran Tambang oleh Dr.Ir. Rudy Sayoga

Gautama Tahun 1999

Air limpasan disebut juga air permukaan, yaitu air yang

mengalir di permukaan tanah. Limpasan hanya akan terjadi bila laju

hujan melebihi laju infiltrasi (sebagian air hujan memasuki bawah

permukaan tanah). Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi

cekungan-cekungan kecil atau besar pada permukaan tanah, setelah

cekungan terpenuhi maka terjadilah limpasan.


4) Air tanah
Air tanah adalah air yang keterdapatannya berada di dalam

tanah (di bawah permukaan), air tersebut berada di bawah ruang pori

antara butir dan di dalam rekahan-rekahan batuan (air celah). Uap air

yang mengembun dapat masuk ke dalam tanah secara langsung untuk

membentuk air tanah. Banyaknya air yang tertampung di bawah

permukaan tergantung pada keseragaman lapisan di bawah tanah.


Di atas permukaan air tanah, biasanya ada suatu daerah jenuh

yang tipis karena kapilaritas. Uap air akan ditahan pada celah-celah
tanah terhadap gaya grafitasi oleh gaya yang disebut tegangan

permukaan (surface tension).


Berikut ini merupakan jenis-jenis lapisan pembawa air:
a) Akuifer
Adalah lapisan batuan atau tanah yang permeabel atau lulus,
sehingga dapat meluluskan air. Akuifer dapat dibedakan menjadi
empat kelompok utama yaitu:

1) Akuifer tertekan
Adalah akuifer yang seluruhnya bersifat jenuh air dan

diapit oleh lapisan kedap air. Dalam akuifer tertekan biasanya

mempunyai tekanan air yang lebih tinggi dari tekanan

atmosfer dan kedudukan muka air di dalam sumur yang

menembus akuifer tertekan ini berada di atas lapisan akuifer

dan bila muka air berada di atas permukaan tanah maka

disebut air artesis.


2) Akuifer tak tertekan
Adalah lapisan lulus air yang hanya bagian bawahnya

saja bersifat jenuh air dilapisi oleh lapisan kedap air dan batas

atasnya adalah muka air tanah. Air tanah tak tertekan disebut

pula sebagai air tanah bas.


3) Semi-confined aquifer
Adalah akuifer yang seluruhnya bersifat jenuh air

dialasi oleh lapisan kedap air ataupun oleh lapisan semi lulus

air dan dibagian atasnya ditutupi oleh aquitar


4) Semi confined aquifer
Adalah akuifer dimana kelulusan lapisan berbutir halus

pada semi confined aquifer sangat besar sehingga komponen

aliran horizontal pada lapisan penutup tidak dapat diabaikan.


b) Aquifug
Aquifug adalah lapisan batuan atau tanah tidak lulus air

sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan dan

meluluskan air.
c) Aquiclude
Aquiclude adalah lapisan batuan atau tanah yang dapat

menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkannya.


d) Aquitar
Aquitar merupakan aquifer secara regional mempengaruhi

neraca air tetapi tidak cukup untuk dimanfaatkan.

Pengaruh atau efek tidak langsung dari air tambang (air tanah maupun

limpasan) terhadap aktifitas penambangan sebenarnya dengan mudah dapat

dilihat. Kebanyakan efeknya menyangkut biaya dan keselamatan kerja. Berikut

ini diuraikan efek langsung maupun tidak langsung dari air terhadap aktifitas

penambangan maupun di luar areal penambangan.

a. Efek langsung terhadap kegiatan penambangan


1) Biaya penyaliran, mungkin menjadi biaya yang prinsip, misalnya air

digunakan untuk proses pengolahan bahan galian atau keperluan

lainnya.
2) Longsoran lereng akibat resapan air dapat menghentikan aktifitas

produksi dan merusak front penambangan, perolehan batubara rendah,

atau mungkin dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan tambang.


b. Efek tidak langsung terhadap kegiatan penambangan
1) Mengurangi efisiensi kerja karyawan, peralatan dan menghambat

penanganan material.
2) Menambah waktu dan biaya perawatan (maintenance) alat, ban, atau

kecelakaan akibat penggunaan listrik.


3) Mengganggu aktifitas peledakan.
4) Terjadi penyumbatan pada pipa-pipa akibat pompa senantiasa

menghisap air lumpur.


b. Curah Hujan
Curah hujan adalah banyaknya hujan yang terjadi pada suatu

daerah. Curah hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam

perencanaan sistem penirisan, karena besar kecilnya curah hujan pada

suatu daerah tambang akan mempengaruhi besar kecilnya air yang masuk

ke daerah tambang.
Curah hujan merupakan data yang paling utama dalam perencanaan

kegiatan penirisan tambang terbuka. Data curah hujan dapat diukur dengan

pengamatan curah hujan, pengamatan curah hujan ini dilakukan dengan

alat pengukur curah hujan, ada dua jenis alat pengukur curah hujan, alat

ukur manual dan otomatis. Alat pengukur curah hujan ini harus diletakkan

di tempat terbuka agar air hujan yang jatuh tidak terhalangi oleh pepohonan

ataupun bangunan. Satuan curah hujan adalah milimeter (mm) yang berarti

jumlah air hujan yang jatuh pada satuan luas tertentu, jadi 1 mm curah

hujan berarti pada luas 1 m2 area jumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1

liter.
1) Daerah Tangkapan Hujan (catchment area)
Daerah tangkapan hujan (catchment area) adalah luas permukaan

dimana jika terjadinya hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke

daerah yang lebih rendah dan menuju titik pengaliran. Air hujan yang

jatuh ke permukaan sebagian akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi),

sebagian ditahan oleh tumbuhan (intersepsi), dan sebagian lagi akan

mengisi cekungan-cekungan di permukaan, setelah cekungan-cekungan

terisi maka terjadi air limpasan dan akan mengalir ke tempat yang

paling rendah. Daerah tangkapan hujan dibatasi oleh bukit-bukit dan

penggunungan.
2) Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah besar curah hujan (mm) yang terjadi

dalam waktu tertentu (jam). Berdasarkan tinggi rendahnya nilai

intensitas suatu curah hujan, dapat diklasifikasikan ke dalam lima

tingkatan dapat dilihat pada tabel 2.


Tabel 2.

Keadaaan dan Curah Hujan

Curah hujan
Keadaan hujan
1 jam 24 jam
Hujan sangat ringan <1 mm <5 mm
Hujan ringan 1-5 mm 5.20 mm
Hujan normal 5-10 mm 20.50 mm
Hujan lebat 10-15 mm 50.100 mm
Hujan sangat lebat > 20 mm
>100 mm
Sumber : Diktat Kuliah Penyaliran Tambang oleh Dr.Ir. Rudy Sayoga

Gautama Tahun 1999


Intensitas curah hujan dapat dihitung dengan rumus:

(Juanda, 2004)

I = Intensitas hujan (mm/jam)


R = Curah hujan rancangan (mm/hari)
tc = Lama waktu konsentrasi (jam)

tc dapat dihitung dengan rumus:


tc = 0,0195 x L 0,77 x S -3,85 (Juanda, 2004)
dimana:
tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Panjang aliran (m)
S = Kemiringan
3) Periode Curah Hujan
Periode curah hujan adalah hujan yang turun dalam waktu tertentu

atau hujan yang turun dalam waktu n tahun. Jika suatu data curah hujan

mencapai nilai tertentu (x) yang diperkirakan terjadi dalam n tahun,

maka n tahun adalah priode ulang x. Dalam perhitungan curah hujan

rancangan priode ulang tertentu dapat dihitung dengan metode Log

Person.
Rumus metoda Log person yaitu:
Log Rt = Log + Gx . Si (Juanda, 2004)
Dimana:
Log Rt = Curah hujan rancangan metode Log Person
Log xi = Curah hujan maksimum rata-rata selama tahun

pengamatan
Gx = Kala ulang
Si = Harga simpangan baku

Untuk mencari Log xi dapat menggunakan rumus:

Log = (Juanda, 2004)


Dimana:
xi = curah hujan harian maksimum pada tahun n
n = banyak tahun pengamatan
Besarnya koefisien kemiringan (Cs) dapat dihitung dengan rumus:

Cs = (Juanda, 2004)

Rumus yang digunakan dalam mencari simpangan baku (Si) adalah:

Si = (Juanda, 2004)

c. Penyaliran Tambang
Penyaliran tambang adalah upaya atau kegiatan penataan air yang

masuk ke dalam tambang agar tidak mengganggu kegiatan penambangan.

Penanganan air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua

jenis yaitu mine drainage dan mine dewatering. Mine drainage adalah

kegiatan untuk mencegah air masuk dalam lokasi tambang, sedangkan

mine dewatering adalah upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk

ke dalam areal penambangan.

Pembuangan air pada daerah tambang (mine dewatering) dapat dilakukan

dengan dua sistem yaitu:

1. Sistem kolam penampung (sump)


Kolam penampung adalah tempat dimana untuk menampung

air hujan ataupun air tanah yang masuk ke daerah tambang sebelum air

dipompakan. Kolam penampung ini dapat berfungsi sebagai tempat

pengendapan lumpur. Sistem ini diterapkan untuk membuang air di

daerah kerja penggalian/penambangan. Pemasangan jumlah pompa


tergantung pada kedalaman penggalian, bisa satu unit, dua unit, tiga

unit atau lebih. Kapasitas pompa harus disesuaikan dengan debit air

yang masuk ke dalam tambang tersebut.


Berdasarkan tata letak kolam penampung (sump), dapat

dibedakan menjadi 2 sistem yaitu:


a. Sistem penyaliran tidak terpusat
Sistem penyaliran tidak terpusat digunakan jika daerah

tambang relatif dangkal dengan keadaan geografis daerah luar

tambang yang memungkinkan air langsung dialirkan dari sump ke

luar tambang.
b. Sistem penyaliran terpusat
Pada sistem penyaliran terpusat dibuat sump-sump pada

setiap jenjang atau bench. Sistem pengaliran dilakukan dari

jenjang yang paling atas menuju jenjang yang bawah, sehingga

air akan terpusat pada mine sump lalu dipompakan ke luar


Sump
air dapat
akan dibedakan
terpusat berdasarkan
pada mine sumppenempatannya, yaitu: ke luar
lalu dipompakan
a) Travelling sump
tambang. Sump ini dibuat pada daerah front tambang. Sump ini
bertujuan untuk menanggulangi air permukaan dan jangka

waktu penggunaan sump ini relatif singkat dan selalu

ditempatkan sesuai kemajuan tambang.


b) Sump jenjang
Sump jenjang merupakan sump yang dibuat secara

terencana dengan baik dalam pemilihan lokasi ataupun

volumenya. Untuk lebih jelasnya, sump jenjang dapat dilihat

pada gambar 17.


Sumber : Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang oleh
Drs. Tamrin Kasim, MT Tahun 2009
Gambar 17.
Penyaliran dengan Sistem Sump Jenjang
Sump ini dibuat pada jenjang-jenjang atau bench

tambang dan biasanya dibagian lereng tepi tambang. Sump

jenjang merupakan sump permanen karena sump jenjang ini

dibuat untuk jangka waktu yang cukup lama. Sump jenjang ini

dibuat dari bahan kedap air dengan tujuan untuk mencegah

meresapnya air ke dalam tanah yang dapat mengakibatkan

terjadinya longsor jenjang.


c) Main sump
Main sump merupakan tempat penampungan terakhir

dan biasanya digunakan sebagai cadangan air. Main sump

dibuat pada elevasi terendah dari dasar tambang.


2. Sistem terowongan (adit)
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada

tambang terbuka sistem open cut. Saluran horizontal yang dibuat dari

tempat kerja menembus ke shaft yang dibuat disisi bukit untuk


pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja. Adit ini dibuat

pada setiap jenjang. Pembuangan air dengan sistem adit sangat mahal,

disebabkan tingginya biaya pembuatan saluran-saluran horizontal

tersebut dan juga pembuatan shaft. Sistem terowongan (adit) dapat

dilihat pada gambar 18.

Sumber : Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang oleh Drs.

Tamrin Kasim, MT Tahun 2009


Gambar 18.
Sistem Mine Dewatering Menggunakan Terowongan (Adit)

d. Pompa
1) Pengertian Pompa
Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan air

di daerah tambang, baik itu air tanah maupun air bawah tanah. Jenis

pompa yang banyak digunakan dalam kegiatan penyaliran tambang

adalah pompa sentrifugal. Pompa ini banyak digunakan di daerah

tambang karena mampu mengalirkan lumpur, perawatannya mudah dan

kapasitasnya besar.
Dalam pemilihan pompa, kita harus menyesuaikan dengan beberapa

faktor, yaitu:
1) Lokasi Pemindahan air
Dalam pemilihan pompa, lokasi pemindahan air tambang

harus diketahui terlebih dahulu. Sehingga ketinggian buangan,

kemiringan, belokan, dan lain-lain dapat diketahui.


2) Debit air yang dipindahkan
Debit air yaitu jumlah air atau volume air yang

dipindahkan/dikeluarkan dari tempat yang satu ke tempat yang

lainya selama waktu tertentu dengan satuan m3/jam atau m3/detik.


3) Karakteristik air
Pada umumnya air tambang mempunyai tingkat keasaman

yang tinggi dengan PH 5-7, biasanya berasal dari air resapan yang

ada pada lapisan permukaan tanah. Dengan tingginya tingkat

keasaman air tambang dapat menyebabkan kerusakan alat pompa

seperti rumah pompa, pipa (hose) dan dapat menyebabkan

menurunya produkfitas kerja pompa.


4) Kapasitas motor
Kapasitas motor yaitu besarnya daya listrik yang dipakai untuk

menggerakkan motor tersebut (kw).


5) Spesifikasi pompa
Spesifikasi pompa adalah tipe nomor pompa, nama pompa, dan

jenis pompa.
6) Kapasitas pompa
Kapasitas pompa yaitu jumlah volume air yang dapat di

hisap/dialirkan oleh pompa tersebut persatuan waktu (m3/jam).


7) Head pompa

Dalam perhitungan head total pompa dapat menggunakan rumus:


HT = Hs + Hf + Hsv + Hv + Δ Hp (Sularso, 1983: 26)

Dimana HT adalah Head total pompa yang merupakan penjumlahan

dari head statis dan kerugian-kerugian yang ada pada kondisi

direncanakan seperti adanya belokan, sambungan, katup dan

aksesoris lainya.

a) Hs (head statis) yaitu perbedaan elevasi pipa hisap dengan

elevasi pipa buang (m).


Hs = h1 – h2 (Sularso, 1983: 26)
Dimana:
h1 = Elevasi pipa buang h2 = Elevasi pipa hisap
b) Hf (head friction) yaitu kerugian energi akibat gesekan pada

pipa (m).

(Sularso, 1983: 28)

Keterangan:
Hf = Head kerugian gesekan pada pipa (m)
f = Faktor kekasaran
L = Panjang pipa aliran (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan (m/detik)
g = Gravitasi (m/detik2)
c) Hv merupakan head kecepatan keluar (m).

(Sularso, 1983: 26)

Keterangan:
V = Kecepatan (m/dt)
g = Gravitasi (m/dt2)
d) Hsv merupakan kehilangan energi akibat fitting-fitting dan

pemasangan konstruksi pada instalasi.


Hsv = Banyak fitting x Le x Hf (Sularso, 1983: 29)
Keterangan:
Hsv = Head akibat fitting-fitting
Le = Panjang ekivalen (m)
Hf = Head friction (m)
e) Perhitungan head akibat tekanan potensial (Δ Hp).
Δ Hp = Hp1 – Hp2 (Sularso, 1983: 29)

a. Pemecahan Masalah
Dalam penyaliran tambang, kegiatan yang dilakukan adalah

penataan air yang masuk ke dalam tambang agar tidak mengganggu

kegiatan penambangan. Penanganan air pada tambang dapat dilakukan

dengan mine dewatering. Mine dewatering adalah upaya untuk

mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam areal penambangan.


Air pada lokasi tambang dapat berasal dari:
1. Air permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan tanah, jenis air

ini meliputi air limpasan permukaan seperti air sungai, rawa, danau,

serta air hujan.


2. Air tanah, yaitu air yang terdapat di bawah permukaan tanah yang

meliputi air tanah dan air rembesan.


Air yang masuk ke dalam front penambangan PT. Allied Indo CoalJaya

berasal dari air permukaan dan air tanah. Air yang tergenang pada sump

dapat dilihat pada gambar 19.


Gambar 19. Genangan Air Pada Sump
1) Catchment Area
Catchment area adalah merupakan suatu areal atau daerah

tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-

titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup

yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan

mengikuti kecenderungan arah gerak air. Catchment area pada area

penambangan yang terpusat pada lokasi sump dibatasi oleh daerah

perbukitan yang mengelilingi daerah tersebut, catchment area diperlukan

dalam perhitungan debit air yang masuk ke tambang.


Luas catchment area pada lokasi penambangan yang terpusat ke

lokasi sump adalah 54,0774 Ha yang mempunyai kemiringan 40 0 sehingga

mempunyai koefisien limpasan adalah 0,9, dimana daerah penambangan

berupa tanah gundul. Air dari catchment area akan langsung masuk ke
lokasi tambang dalam bentuk limpasan. Air yang masuk ke dalam area

penambangan PT. Allied Indo CoalJaya adalah air permukaan, dimana air

tanah ini berupa air hujan dan juga air tanah yang dapat berupa mata air

dan air rembesan.


2) Pemompaan
Pompa saat ini yang digunakan oleh PT. Allied Indo CoalJaya

adalah pompa sentrifugal Tenar S1115 dengan sistem seri, pompa yang

digunakan 2 unit dengan satu pompa utama yang diletakan didekat sump

dan satu lagi sebagai Booster yang artinya pompa kedua digunakan

sebagai penerus air setelah dipompakan dari pompa utama yang kemudian

diteruskan ke kolam (settling pond) selanjutnya diteruskan ke aliran

sungai.

3) Perhitungan Debit Air Hujan Yang Masuk Ke Catcment Areal Di

Lokasi Penambangan
Dalam penghitungan debit air yang masuk ke catcment areal pada

lokasi penambangan, harus dilakukan terlebih dahulu analisa curah hujan,

dalam perhitungan debit air yang masuk ke area tersebut di atas adalah:
a. Perhitungan nilai log xi dari data curah hujan
b. Perhitungan log xi rata-rata

Log = (Juanda, 2004)

c. Perhitungan nilai

d. Perhitungan nilai
e. Perhitungan simpanan baku (Si)
Si = (Juanda, 2004)

f. Perhitungan koefisien kemiringan (cs)

Cs = (Juanda, 2004)

Perhitungan Log Rt
Log Rt = Log xi + Gx.Si (Juanda, 2004)
Perhitungan nilai tc
tc = 0,0195 x L 0,77 x S -3,85 (Juanda, 2004)
dimana:
tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Panjang aliran (m)
S = Kemiringan
g. Perhitungan nilai curah hujan (I)

(Juanda, 2004)

I = Intensitas hujan (mm/jam)


R = Curah hujan rancangan (mm/hari)
tc = Lama waktu konsentrasi (mm/jam)
h. Perhitungan debit air hujan rancangan
Q = 0,00278 C x I x A (Juanda, 2004)
Q = Debit Limpasan (m3/dt)
C = Koefisien Limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas catchment area (Ha)

4) Perhitungan Debit Air Tanah


Untuk dapat mengukur debit air tanah di lapangan, penulis

menggunakan metoda sumur uji, yaitu dengan mengasumsikan luas sumur

uji dan kenaikan tinggi air pada sumur uji.

Debit air tanah = luas sumur uji x tinggi kenaikan air rata - rata

5) Perhitungan jumlah pompa yang dibutuhkan


6) Perhitungan head total pompa
Dalam penghitungan head total pompa, maka terlebih dahulu

menganalisis tentang head statis, head friction, head kecepatan keluar dan

head tekanan potensial.


a. Hs (head statis) yaitu perbedaan elevasi pipa hisap dengan elevasi pipa

buang (m).
Hs = h1 – h2 (Sularso, 1983: 26)
Dimana:
h1 = Elevasi pipa buang
h2 = Elevasi pipa hisap
b. Hf (head friction) yaitu kerugian energi akibat gesekan pada pipa (m).

(Sularso, 1983: 28)

Keterangan:
Hf = Head kerugian gesekan pada pipa (m)
f = Faktor kekasaran
L = Panjang pipa aliran (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan (m/detik)
g = Gravitasi (m/detik2)
c. Hv merupakan head kecepatan keluar (m).

(Sularso, 1983: 26)

Keterangan:
V = Kecepatan (m/dt)
g = Gravitasi (m/dt2)
d. Hsv merupakan kehilangan energi akibat fitting-fitting dan

pemasangan konstruksi pada instalasi.


Hsv = Banyak fitting x Le x Hf (Sularso, 1983: 29)
Keterangan:
Hsv = Head akibat fitting-fitting
Le = Panjang ekivalen (m)
Hf = Head friction (m)
e. Perhitungan head akibat tekanan potensial (Δ Hp).
Δ Hp = Hp1 – Hp2 (Sularso, 1983: 29)

f. Penghitungan head total pompa.


HT = Hs + Hf + + Hv + Δ Hp (Sularso, 1983: 26)

BAB III
ANALISA DATA

1. Data
Data yang penulis gunakan dalam analisa perhitungan debit hujan total

yang masuk ke lokasi penambangan adalah :


a. Luas chatcment area terpusat ke sump = 54,0774 Ha
b. Jarak terjauh aliran air menuju sump = 957 m
c. Beda elevasi titik terjauh dengan permukaan air di sump = 50 m

Elevasi tertinggi di titik terjauh aliran = + 350

Elevasi muka air di sump = + 300

d. Kala ulang = 10 tahun


2. Analisa Data
a. Perhitungan Curah Hujan

1) Menghitung Curah hujan rancangan

Tabel 3.
Menghitung Curah Hujan Rancangan

Tahun CH log xi Log


No

2002 52 1,716 1,789 -0,073 0,005329 -0,000389


1
2003 51 1,708 1,789 -0,081 0,006561 -0,00053144
2
2004 43,5 1,639 1,789 -0,15 0,0225 -0,003375
3
2005 49,5 1,695 1,789 -0,094 0,008836 -0,0008306
4
5 2006 70 1,845 1,789 0,056 0,003136 0,000175616

6 2007 82,5 1,916 1,789 0,127 0,00016129 0,00204838

7 2008 71 1,851 1,789 0,062 0,003844 0,000238328

8 2009 57 1,756 1,789 -0,033 0,001089 0,000035937

9 2010 78 1,892 1,789 0,103 0,010609 0,00109273

10 2011 74 1,869 1,789 0,08 0,00064 0,000512

Total 17,89 0,06270529 -0,001094923

Rata-Rata 1,789

a) Log rata-rata (Log )

Log =

= 1,789
b) Perhitungan simpangan baku (Si)

Si =

= 0,08347
c) Koefisien skew (cs)

Cs =

= 0,2267

Karena nilai koefisien 0,2267 dimana 0,2267 terletak diantara 0,2 dan 0,3

maka,

0,2 = 1,301 Kala ulang 10 Tahun

0,3 = 1,309

0,1= -0,004

Gx = nilai koefisien skew Cs untuk kala ulang 10 tahun

Gx dicari dari nilai koefisien diatasnya


 Za  Cs  X
Gx = Xa 
Z

 0,2  0,226698 x0,008


Gx = 1,301 
 0,1

= 1,301 +0,00214

= 1,30314

Gx dicari dari nilai koefisien dibawahnya

Gx = 1,309+ x -0,008

= 1,309 + (-0,00586)

= 1,30314

Log R 10 = Log xi + (Gx.Si)

= 1,789 + (1,30314 x 0,08347)

= 1,789 + 0,10877

= 1,8977

R10 = 79,026 mm

tc = 0,0195 x L 0,77 x S -0,385


dimana:

L = 215 (m)
S = beda elevasi / panjang aliran

= 50 m / 957 m = 0,0522

tc = 0,0195 x L 0,77 x S -0,385


= 0,0195 x 215 0,77 x 0,0522 -0,385
= 0,0195 x (62,51 x 3,116)
= 3,7 jam
d) Perhitungan intensitas curah hujan (I)

= 3,29 x 3,43

= 11,3 mm/jam

e) Perhitungan debit air hujan


Q = 0,00278 x C x I x A
Nilai koefisien limpasan ( C ) di area penambangan tersebut
merupakan daerah tambang yang sudah di timbun dan belum ditumbuhi
tumbuh-tumbuhan yaitu 0,9 seperti yang telah dijelaskan pada tabel.
Q = Debit Limpasan (m3/dt)
C = koefisien Limpasan (Tabel)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas catchment area (Ha)
Q = 0,00278 x C x I x A
= 0,00278 x 0,9 x 11,3 x 54,0774
= 1,529 m3/detik
= 5504,62 m3/jam

b. Perhitungan Debit Air Tanah


Untuk mengukur debit air tanah di lapangan, penulis

menggunakan metoda sumur uji, yaitu dengan mengasumsikan luas

sumur uji dan kenaikan tinggi air pada sumur uji. Data pengukuran

kenaikan air tanah disajikan pada tabel 4.


Data pengukuran sumur uji
Panjang : 100 cm = 1 m
Lebar : 100 cm = 1 m
Kedalaman : 100 cm = 1 m

Tabel 4.
Data Pengukuran Kenaikan Air Tanah

Waktu Kenaikan air di


No (menit) Sumur uji ( cm )
1 0 s.d 15 37,2
2 15 s.d 30 39,5

3 30 s.d 45 40,7

4 45 s.d 60 39,6

Total 1 jam 157


Jadi rata-rata kenaikan air tanah selama 1 jam adalah 157 cm/jam =

15,7 m/jam.

Debit air tanah = luas sumur uji x tinggi kenaikan air

= (1 m x 1 m) x 15,7 m/jam

= 1 m2 x 15,7 m/jam

= 15,7 m3/jam

Debit air total

Q = Qair hujan + Q air tanah

= 5504,62 m3/jam + 15,7 m3/jam

= 5520,32 m3/jam = 1,53 m3/detik

c. Perhitungan Head Pompa

Diketahui:

Debit aliran (Q) : 1,53 m3/detik

Diameter pipa (D) : 0,69 m

Elevasi pipa hisap (h2) : 300 mdpl


Elevasi pipa buang (h1) : 350 mdpl

Beda elevasi (z) : 50 m

Panjang pipa : 215 m

a. Hs (head statis) yaitu perbedaan elevasi pipa hisap dengan elevasi pipa

buang (m).
Hs = h1 – h2
= 350 – 300 = 50 m
b. Perhitungan head akibat tekanan potensial (Δ Hp).
Δ Hp = Hp1 – Hp2

= 9,967 m

= 9,908

Jadi Δ Hp = Hp1 – Hp2

= 9,967 m – 9,908 m
= 0,059 m
c. Hf (head friction) yaitu kerugian energi akibat gesekan pada pipa (m).
A = ¼ πD2
= ¼ x 3,14 x (0,69)2
= 0,374 m2
V = Q/A

=
= 4,1 m/detik

f = 0,020 +

= 0,020 +

= 0,00001449

Dimana :
f = 0,00001449
L = 215 m
D = 0,69 m
V = 4,1 m/detik
g = 9,8 m/det2

0,00001449

= 0.4 m
d. Hsv (kehilangan energi akibat fitting-fitting dan pemasangan

konstruksi pada instalasi).


Nilai Ekivalen Le dapat dilihat pada lampiran H.
Panjang ekivalen (Le) untuk belokan 90o
= 32 x D
= 32 x 0,69 m
= 6,5024 m
Hsv = Banyak fitting x Le x Hf
= 2 x 6,5024 m x 0,4
= 0,244 m
e. Hv merupakan head kecepatan keluar (m).
=

= 0,1704 m
f. Penghitungan head total pompa.
HT = Hs + Hf + Hv + Δ Hp + Hsv
= 50 m + 0,4 m + 0,1704 m + 0,059 m + 0,244 m
= 50,9 m
d. Jumlah Pompa Yang Dibutuhkan

Dari data-data yang telah dianalisis, maka perhitungan jumlah

pompa yaitu:

Volume air yang masuk : 5520,32 m3/jam

Volume pemompaan : 540 m3/jam

Jumlah pompa :

: 10,22 ~ 10 unit

Artinya dengan debit air 5520,32 m3/jam dan dengan kapasitas

pompa yang ada 540 m3/jam maka untuk dapat mengatasi debit air yang

masuk dapat diatasi dengan 10 unit pompa saja dalam satuan waktu (jam).
e. Analisa Akhir

Dalam perencanaan sistem mine dewatering atau upaya untuk

mengeluarkan air di lokasi tambang tidak terlepas dari perhitungan debit

air yang masuk ke lokasi tambang dan perencanaan sistem pemompaan.

1) Debit air yang masuk ke catcment area


Lokasi tambang PT. Allied Indo CoalJaya mempunyai topografi

berbukit-bukit. Kemajuan penggalian yang semakin meningkat

menyebabkan penambahan jumlah air tanah yang masuk ke tambang.

Luas daerah tangkapan hujan (catchment area) yang terpusat ke sump

adalah 54,0774 Ha. Debit air yang masuk berasal dari air hujan dan air

tanah. Kondisi daerah penambangan yang gundul mengakibatkan air

limpasan langsung masuk ke tambang dengan koefisien 0,9 dengan

sudut kemiringan 400.

Dari pengolahan data-data yang telah dilakukan, maka analisis yang

diperoleh sebagai berikut:

a) Debit air hujan rancangan = 5504,62 m3/jam


= 1,52 m3/ dt
b) Debit air tanah = 15,7 m3/jam
= 0,01 m3/dt

Debit air total yang masuk ke catcment area menuju sump adalah
= 5520,32 m3/jam
= 1,53 m3/dt
2) Rencana sistem pemompaan
Pemompaan bertujuan untuk mengeluarkan air dari dalam tambang

menuju kolam atau sungai terdekat. Rencana sistem pemompaan belum

sesuai dengan yang ada karena masih kekuranagan dari jumlah maksimal

pompa yang dibutuhkan. Dengan mengacu pada kondisi tambang yang telah

direncanakan dan melalui pengolahan data-data yang ada, maka didapatkan

jumlah pompa yang digunakan. Debit air yang masuk ke catchment area

sebesar 5520,32 m3/jam sedangkan kapasitas pompa untuk mengeluarkan air

adalah 540 m3/jam sehingga jumlah pompa yang dibutuhkan sebanyak 10

unit pompa.
Selain sistem pemompaan terhadap genangan air, pengendalian

lumpur juga harus diperhatikan. Sedimentasi lumpur pada sump menyebabkan

terganggunya pemompaan sehingga pembuangan airpun tidak maksimal,

untuk itu pengerukan lumpur juga harus dilakukan secara berkala pada area

sump.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan analisis mengenai sistem

mine dewatering pada tambang batubara PT. Allied Indo CoalJaya, maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :


1. Dalam perencanaan kebutuhan pompa maka harus dilakukan terlebih

dahulu perhitungan debit air tanah dan debit air hujan. Jumlah debit air

total yang harus dipompakan keluar adalah 5504,62 m3/jam.


2. Untuk menangani masalah air di front penambangan PT. Allied Indo

CoalJaya menggunakan pompa seperti dibawah ini:


Tabel 5. Jenis dan Kapasitas Pompa

Head Total Kapasitas Pompa


Jenis Pompa
(m) (m3/jam)
Tenar S1115 50,9 540

3. Dari hasil analisis tersebut maka pompa yang ada sekarang belum cukup

untuk mengatasi genangan air yang air yang ada.


i
r

DAFTAR PUSTAKA

Data-data laporan dan arsip. 2012. PT. Allied Indo CoalJaya.

Kasim,Tamrin. 2009. Bahan Kuliah Sistem Penyaliran Tambang. Padang.

Kopa,Raimon. 2008. Buku Panduan Praktek Lapangan Industri. Padang:


Universitas Negeri Padang.

Sandunaez, Angga . 2012. Penanganan Mine Dewatering di Pit 2 Blok 411


PT. Sitasa Energi Kabupaten Bangko Jambi. Padang.

Sibwanto. 1991. Parameter Akuifer Dan Aliran Air Tanah. Bandung: Departemen
Pertambangan dan Energi
LAMPIRAN C

Data Curah Hujan Kota Sawahlunto 2007 s/d 2011

2007 2008 2009 2010 2011


Bulan
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
hh hh hh hh hh
(B) (HH) (B) (HH) (B) (HH) (B) (HH) (B) (HH)
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Januari 174 14 19.5 289 15 71 48.5 12 16.5 209 21 73 135 12 26
163.
Februari 62.5 12 13.5 106 8 54.5 89 10 27.5 245 19 28 10 52
5
Maret 85 11 17 429 16 69.5 129 13 25 291 18 58 215 12 43.5
419. 230. 280.
April 25 82.5 18 50 247 15 44.5 379 23 75 16 50
5 5 5
147.
Mei 13 26 43.5 5 34 68.5 6 23 217 14 60.5 192 10 52
5
137. 174.
Juni 7 32 12 52.5 129.5 9 40.5 170 13 66.5 94 7 26
5 5
229.
Juli 170 14 29 215 10 55.5 51 7 18 18 69 38.5 4 19
5
185. 178. 129.
Agustus 127 11 48.5 11 36 147.5 15 25.5 15 51.5 8 74
5 5 5
359. 212.
September 12 66 18 37 170.5 12 39 310 20 57 195 8 73.5
5 5
103. 152. 226.
Oktober 9 48.5 149 13 23.5 308.5 18 49.5 12 78 17 30
5 5 5
November 180 13 65 65 10 23.5 266 16 57 180 19 78 276 21 61
239.
Desember 108 8 17 90 12 21.5 363.5 24 41 36.5 7 19.5 17 39
5
Jumlah 207 218 2018. 259 218
4 149 464.5 9.5 148 528.5 5 157 407 8 199 714 5 142 546
172. 12.4 182. 12. 168.2 13.0 216. 16.5 182. 11.
Rata2/Th
83 1 38.70 45 3 44.04 0 8 33.91 5 8 59.5 08 83 45.5
Sumber :Data PT. Allied Indo CoalJaya

Ket : mm (B) = tinggi curah hujan bulanan mm (HH) = tinggi curah hujan ( hujan harian maksimum ) hh = hari hujan
LAMPIRAN G

SKEMA SISTEM MINE DEWATERING

PT. ALLIED INDO COALJAYA

Settling Pond

Bench 350 mdpl

45 m Settling Pond
Pompa 2

54 m Sungai

Sump Pompa 1

300 mdpl
LAMPIRAN K

Spesifikasi Pompa

Gambar : Pompa Tenar Tipe S1115

Tipe pompa : Tenar S1115


Daya Kerja : Min: 21 DK/2400 ppm

Max: 26 DK/2400 ppm

Isi Langkah : 1132 cc

Kapasitas Maksimum : 540 m3/jam

Lainnya : Oli diesel isi 6 liter SAE 40

Anda mungkin juga menyukai