Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada industri pertambangan, khususnya tambang terbuka, tingginya curah hujan


dapat mempengaruhi bahkan menghambat kegiatan operasional penambangan,
Metode tambang terbuka ( open pit) akan menyebabkan terbentuknya cekungan
yang luas sehingga sangat potensial untuk menjadi daerah tampungan air, baik
yang berasal dari air limpasan permukaan maupun air tanah.

Pada saat kondisi cuaca ekstrim berupa adanya curah hujan yang tinggi maka air
yang berasal dari limpasan permukaan dapat menggenangi lantai dasar dan
menyebabkan berlumpurnya front penambangan sehingga membawa dampak
kerugian bagi perusahaan. Disamping itu, material yang dibawa oleh air limpasan
jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak terhadap kerusakan ekosistem
sekitar. Pengamatan di lapangan terlihat adanya daerah tangkapan hujan yang luas.

Permasalahan tersebut akan menghambat aktifitas penambangan yang


mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Diperlukan suatu bentuk upaya
yang optimal untuk penanganan air yang masuk ke pit melalui suatu bentuk kajian
teknik sistem penyaliran tambang dengan menganalisis semua aspek yang
berpengaruh terhadap penanganan air yang masuk ke pit. Melalui upaya
penanganan air yang masuk ke pit, maka diharapkan permasalahan yang timbul
akibat tidak terkontrolnya air yang masuk ke pit dapat dihindari dan diminimalisir,
sehingga aktifitas penambangan tetap dapat dilakukan walaupun dalam cuaca yang
ekstrim.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuandari penelitian ini adalah:
1.
E. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menghitung besaran
kuantitas air berdasarkan data curah hujan, menghitung debit limpasan yang
akan masuk ke sump dan menentukan pemasangan pompa untuk mengeluarkan
air yang masuk ke sump.
Pengolahan Data
Data yang telah di peroleh kemudian diolah sebagai berikut:
1. Menentukan frekuensi curah hujan periode ulang 2 tahun.
2. Menghitung intensitas hujan berdasarkan parameter besaran curah hujan
rencana dan waktu kosentrasi yang ditentukan berdasarkan jarak dari titik
terjauh menuju titik terkumpulnya air.
3. Mengiterpretasi luasan catchment area pada peta situasi pit ab ekstention
PT. Andalan Mining Mining menggunakan software minex
4. Menghitung besaran debit limpasan yang masuk ke pit penambangan
berdasarkan parameter koefisien aliran, intensitas hujan, dan luasan
catchment area menggunakan persamaan rasional. Menghitung head pompa
dan kapasitas pompa untuk mengeluarkan air dari pit penambangan.
5. Menghitung kapasitas pompa yang digunakan untuk menangani volume
sump.
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Perusahaan pertambangan batubara PT. Kaltim Prima Coal secara geografis


terletak pada 116°-118° BT dan 1° 34’ LU-1° 17’ LS, berada di Kecamatan Sangatta,
Kabupaten Kutai Timur. Sangatta terletak ±150 km di sebelah utara Kota Samarinda,
±300 km sebelah utara Kota Balikpapan. Lokasi penambangan terletak di sebelah
utara Sungai Sangatta yang berjarak ±20 km dari Pantai Timur Kalimantan.

PT. Kaltim Prima Coal adalah pemegang kuasa eksplorasi dan penambangan
untuk daerah seluas 90.960 Ha di kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur,
Provinsi Kalimantan Timur. Pada awalnya PT. Kaltim Prima Coal merupakan
perusahaan Joint Ventura antara Conzinc Rio Tinto Australia (CRA Limited) dan
British Petroleum (BP) dari Inggris, tetapi sejak 10 Oktober 2003 seluruh saham PT.
Kaltim Prima Coal yang dimiliki oleh kedua perusahaan tersebut dijual kepada PT.
Bumi Resources Tbk.

Pada tahun 1930 tim survey geology dari Belanda telah mengumpulkan
informasi geology dan cadangan batubara di Kalimantan Timur khususnya Sangatta.
Pada tahun 1970, PT. Rio Tinto Indonesia melakukan eksplorasi lanjutan . Negoisasi
perjanjian dengan pemerintah dimulai pada akhir tahun 1978 dan pada tanggal 31
Oktober 1981, persetujuan Kontrak Bagi Hasil (KBH) telah disetujui oleh Presiden
Soeharto dengan surat keputusan No. B50/Pres/10/1981, dan ditandatangani oleh
perum tambang batubara (sekarang PT. Tambang Batubara Bukit Asam) dan PT.
Kaltim Prima Coal memenangkan tender dari pemerintah Indonesia dan
mendapatkan konsesi lahan di Kalimantan Timur, meliputi daerah Sangatta,
Bengalon, dan Separi Santan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur,
Hasil studi kelayakan penambangan yang selesai pada tahun1986 menyatakan
cadangan batubara yang terukur diperkirakan berjumlah 360 juta ton. Sehingga
pada tahun 1988, PT. Kaltim Prima Coal telah menyelesaikan penyusunan rencana
operasi penambangan.
Tahun 1989, PT. Kaltim Prima Coal mulai membangun kostruksi tambang.
Sarana-sarana tambang yang dibangun antara lain adalah crushing dan stockpile
dengan kapasitas 500.000 ton, pelabuhan untuk kapal yang bisa mengangkut
muatan batubara hingga 180.000 ton, lalu Bandar udara, pembangkit listrik, serta
perumahan karyawan dengan sarana kesehatann pendidikan, dan olahraga.

Pada tanggal 1 Januari 1992, operasi produk resmi dibuka oleh PT. Kaltim Prima
Coal dan secara resmi telah dibuka oleh bapak Presiden Soeharto pada tanggal 19
Februari 1992 bersamaan dengan lima persusahaan tambang lainnya yang ada di
Indonesia.

B. LETAK, LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH


Penelitian dilakukan di areal reklamasi PT Kaltim Prima Coal (PT. KPC). PT Kaltim
Prima Coal beroperasi dalam wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara (PKP2B) J2/JiDu/16/82 dengan batas geografis 117º 27” 7.40” - 117º 40’
43.40” BT dan 0º 31’ 20.52” - 0º 52’ 4.60” LU, termasuk ke dalam wilayah
administrasi Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan
pertambangan ini terletak sekitar 120 km di arah Timur Laut Samarinda atau
berjarak 200 km dari Balikpapan. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan
eksplorasi, penambangan dan pemasaran batubara dengan luas daerah kerja
90.960 Ha, yang meliputi wilayah tambang Sangatta dan Bengalon (Gambar 1) (PT
Kaltim Prima Coal, 2005).
Gambar 1. Lokasi Tambang Batubara PT Kaltim Prima Coal di
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
C. KONDISI LINGKUNGAN

D. GEOLOGI
Kondisi Geologi
Formasi Balikpapan yang berumur miosen merupakan formasi pembawa lapisan
batubara di daerah Sangatta dan Bengalon. Formasi ini terbentuk di dalam
Cekungan Kutai yang melampar dari sebelah selatan Samarinda sampai di utara
daerah Sangkulirang (Gambar 2).
Di daerah Sangatta terdapat dua kelompok potensi batubara utama, yaitu potensi
batubara Pinang dan Melawan. Operasi penambangan batubara yang dilakukan
saat ini berada pada struktur Sinklin Lembak di bagian selatan dari daerah konsesi
pertambangan, di sebelah utara sungai Sangatta, dan di sebelah barat Kubang
Pinang.
Endapan batubara di daerah Bengalon terletak di utara sungai Bengalon, 30 km di
sebelah utara daerah Sangatta, dan secara geologis masih termasuk dalam Sinklin
Lembak yang tersesarkan dan juga di dalam sinklin penebaran yang merupakan
perpanjangan dari Sinklin Lembak ke arah utara. Terdapat bukti kuat yang
menunjukkan bahwa pelamparan batubara menerus dari daerah Pinang dan
Melawan sampai ke daerah Bengalon.

Struktur Geologi
Secara umum jenis struktur utama yang dijumpai pada wilayah kerja PT. KPC yaitu
Kubah Pinang (pinang dome), struktur pelipatan kuat dengan penunjaman ke arah
utara dengan sumbu utara-selatan, struktur pelipatan menengah dengan orientasi
sumbu timur-barat, serta beberapa struktur sesar pasca sedimentasi.

Struktur pelipatan dengan orientasi sumbu timur-barat terbentuk lebih dulu


dibandingkan dengan struktur pelipatan dengan orientasi sumbu sejajar Sinklin Lembak,
walaupun struktur pelipatan yang kedua ini dipengaruhi oleh struktur pelipatan regional
yang dijumpai di Cekungan Kutai dan merupakan ciri yang dapat dipakai untuk
menentukan batas ekonomis endapan batubara di Cekungan Kutai. Kubah Pinang
diinterpretasikan sebagai tubuh intrusi, sehingga kubah ini terlihat sangat menonjol
keberadaannya di antara pelipatan regional pada bagian selatan Blok Lembak dan
mengakibatkan adanya kenaikan kualitas batubara di daerah sekitarnya. Walaupun
demikian, kenaikan kualitas juga dialami oleh semua lapisan batubara pada daerah
sayap antiklin di seluruh Cekungan Kutai.

Struktur geologi yang dijumpai di daerah Bengalon pada umumnya berupa perlipatan
sedang dan struktur sesar normal. Daerah Bengalon barat terletak pada daerah utara
perpanjangan Sinklin Runtu, sedangkan Bengalon timur terletak pada struktur sinklin
penebaran. Struktur turun dengan offset sejauh 100 m – 200 m dengan arah timur –
barat memotong potensi daerah batubara. Di Bengalon Barat, Sesar Rantau
mengakibatkan adanya perulangan lapisan batubara, sehingga terjadi penggandaan
cadangan. Sedangkan di Bengalon Timur sebuah sesar turun secara normal dengan
offset sebesar 230 m membentuk batas utara penambangan di tambang Aa. Dari data
pemboran di sekitar daerah sesar tidak terlihat adanya perubahan yang terjadi akibat
pergerakan sesar-sesar tersebut.

Geomorfologi

Daerah Sangatta membentang di antara sungai Bengalon dan Sungai Sangatta. Kedua
sungai ini bermuara ke arah timur menuju Selat Makasar. Daerah Sangatta didominasi
oleh perbukitan bergelombang dengan elevasi tertinggi mencapai 330 meter di atas
permukaan laut yang merupakan puncak dari Pinang Dome. Daerah yang berada di
sekitar Pinang Dome ini setempat memiliki relief yang cukup tajam dengan kemiringan
lereng yang relatif curam. Daerah-daerah yang tersebar di sekitar sayap Pinang Dome
relatif memiliki morfologi bergelombang, setempat terdapat perbukitan
kecil dengan ketinggian puncak yang bervariasi dari beberapa puluh meter hingga lebih
dari 200 meter. Satuan morfologi yang relatif datar mendominasi bagian selatan daerah
Pinang Dome di sepanjang bagian hilir Sungai Sangatta di Kota Sangatta.

Daerah aktivitas penambangan dan pit potensial di daerah Bengalon membentang di


utara Sungai Bengalon. Ketinggian daerah bervariasi mulai dari beberapa meter di atas
permukaan laut pada Sungai Bengalon sampai dengan 160 m di atas permukaan laut
pada daerah yang tidak rata di sebelah barat Bengalon. Daerah banjir dari sungai
Bengalon lebarnya sampai dengan 4 meter. Cakupan dari Sungai Bengalon adalah
Sungai Lembak, yang kemudian membagi daerah Bengalon menjadi 2 bagian, yaitu East
Bengalon (Pit A) dan West Bengalon (Pit B dan Pit C). Daerah penambangan merupakan
daerah tertinggi pada masing-masing sisi wilayah Bengalon tersebut.

Gambar 2. Peta Geologi PT. Kaltim Prima Coal

F. STRATIGRAFI
Secara regional, kondisi geologi dan stratigrafi wilayah kerja PT. KPC dijabarkan
berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan oleh Departemen Geologi PT. KPC.
Formasi Balikpapan merupakan formasi yang sangat dominan melampar di daerah
konsesi dan menopang secara selaras di atas formasi Pulau Balang. Formasi
Balikpapan tersusun atas perselingan antara batulumpur, batulanau, batupasir, dan
batubara dengan sisipan tipis batugamping. Batas stratigrafi antara formasi
Balikpapan dengan formasi Pulau Balang pada umumnya ditandai dengan
kehadiran sisipan lensa batugamping.
Stratigrafi secara regional untuk wilayah Sangatta dan Bengalon dapat diuraikan
sebagai berikut (diurutkan dari formasi yang paling muda menuju formasi yang
lebih tua) :
1. Endapan Alluvium (QA). Terdiri dari endapan sungai dan pantai. Endapan
ini terdiri dari lempung dan lanau, serta pasir, dan kerikil.
2. Formasi Kampung Baru (Tpkb). Formasi ini terdiri dari lempung pasiran,
batu pasir dengan sisipan batubara dan tuff. Berumur miosen akhir – plio
plistosen, dengan lingkungan pengendapan delta sampai laut dangkal.
Ketebalan formasi ini berkisar antara 500 - 800 m.
3. Formasi Balikpapan (Tmba). Formasi ini terdiri dari pasir lepas, lempung,
lanau, tuf dan batubara, berumur miosen tengah – miosen akhir.
Ketebalan formasi ini kurang lebih 2.000 m, dengan lingkungan
pengendapan muka daratan delta. Formasi ini tertindih selaras dengan
kampung baru.
4. Formasi Pulau Balang (Tmpb). Formasi ini terdiri atas perselingan
batupasir dengan batulempung dan batulanau, setempat bersisipan tipis
lignit, batupasir atau batu pasirgampingan, berumur miosen awal bagian
atas dan miosen tengah bagian bawah. Sedimentasi diperkirakan terjadi
di daerah prodelta dengan tebaran terumbu di beberapa tempat.
BAB III

KAJIAN PUSTAKA

A. CURAH HUJAN
B. DEBIT AIR
C. PEMOMPAAN DAN PEMIPAAN
D. SALURAN
E. KOLAM PENGENDAPAN
BAB IV

Analisis Data Curah Hujan

Dalam penelitian ini pengolahan data curah hujan dilakukan untuk mendapatkan besarnya nilai curah
hujan dan intensitas curah hujan dalam satu jam. Hujan rencana ini ditentukan dari hasil analisis
frekuensi data curah hujan yang tersedia dengan menggunakan metode partial duration series, yaitu
dengan mengambil/mencatat curah hujan maksimum periode 2004–2014 dengan mengabaikan waktu
kejadian hujan. Berdasarkan data curah hujan, diperoleh data curah hujan rata– rata 89,95 mm/hari,
dan curah hujan maksimum terjadi bulan januari–mei dengan curah hujan tertinggi sebesar 130,2
mm/hari.

Tabel 1. Curah hujan maksimum


Curah Hujan
Tahun Maksimum (X)
(mm)
200 130,20
4
200 78,20
200 78,60
6
200 54,50
7
200 124,00
8
200 90,00
9
201 96,00
0
201 72,00
1
201 85,00
2
201 77,00
3
201 104,00
4
Jumlah 989,50
Rata- 89,,95
rata

Analisis data curah hujan dilakukan dengan menggunakan metode distribusi Gumbel, meliputi sbb :

a. Perhitungan Standar deviasi dengan rumus :


√∑(x − x̅ )2 2 0,32 0,0
∂=
n−1 3 0,42 7
0,0
5.051,47 4 -0,03 3
0,3
=√ 7
11 − 1 5 1,10 0,2
6 0,63 7
0,0
= √505,15 0
7 0,75 0,0
= 22,48 8 0,11 3
0,2
a. Perhitungan reduced variate (koreksi variasi) 9 0,52 2
0,0
10 0,22 0
0,1
Untuk periode ulang (T) 2 tahun : 3
  T 1   11 0,90 0,1
Yt  1og  log  Jumlah 6,37 1
1,9
T rata- 0,58 4
rata

 
Nilai koreksi simpangan dapat
 ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai
Yt  1og  log 2 1

2
 berikut :

 0.52 √∑(Yn − Y̅n̅)²


 ∂n =


b. Penentuan reduced mean (koreksi rata- n−1
rata)
1,94
Tabel 2. Nilai koreksi rata-rata =√
11 − 1
No N M
= √0,19
1 11 1
2 11 8 = 0,44
e. Perhitungan
3 curah hujan
11 7 rencana
4 11 11 Perhitungan curah hujan rencana
5 11 2 ditentukan dengan distribusi Gumbel.
Perhitungan curah hujan rencana untuk
6 11 5 periode 2 tahun :
7 11 4 ∂
Xt = X + (Yt − Yn)
8 11 10 ∂n
9 11 6 22,48
= 89,95 + (0,52 − 0,58)
10 11 9 0,44
11 11 3 = 89,95 + 51,09 (– 0,06)
= 89,95 + (−3,07)
Nilai reduced mean dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai = 86,88 mm/hari
berikut :
  n  1  m  2.Debit Air
Yn  log log 

  n  1  a. Perhitungan reduced standar deviation


(koreksi simpangan) Air yang akan masuk kedalam pit ab
Tabel 3. Nilai koreksi simpangan ekstention adalah air tanah.

No Yn ( 𝑌𝑛− a. Debit air tanah


𝑌̅ ̅
1 1,4 0,71 Studi hidrogeologi pada daerah
2 penambangan di pit ab ekstention belum
pernah dilakukan, sehingga dilakukan
tinjauan langsung terhadap pengaruh air
tanah pada pit ab ekstention. Hasil
tinjauan
lapangan menunjukkan pada lereng- 2
lereng jenjang di lokasi penelitian tidak 86,88
= 24 3
memperlihatkan adanya rembesan 24 ( )
air 1
tanah meskipun pada musim hujan. = 30,44 mm/jam
Lapisan batupasir dan batulempung
 Daerah tangkapan hujan (Catchment area)
menunjukkan sifat permeabilitas yang
kecil. Pengamatan terhadap peta geologi Luasan catchment area pit ab
daerah penelitian menunjukkan bahwa ekstention ditentukan menggunakan
daerah penelitian termasuk dalam program minex. Luasan yang
Formasi Balikpapan dan Formasi didapatkan yaitu 526,29 ha atau
Kampungbaru dengan batuan 5,26 km2.
penyusunnya adalah batulempung,
batulanau, dan serpih, dengan sisipan
 Koefisien Aliran (C)
batubara dan batupasir. Dengan melihat
hal tesebut dapat diasumsikan bahwa air Nilai koefisien limpasan (C) untuk
tanah yang ada didaerah penambangan kajian teknis sistem penyaliran
tidak terlalu berpengaruh adalah 0,75 (Tabel 4) dengan
terharap pertimbangan bahwa kondisi pada
aktivitas lokasi penelitian adalah dasar pit
penambangan. dan jenjang (pit floor and bench).
b. Debit Air Limpasan Tabel 4. Nilai koefisien limpasan
Air yang masuk ke dalam sump pit ab
ekstention merupakan air yang berasal
dari limpasan hujan. Jumlah debit
limpasan yang masuk ke sump pit
dihitung menggunakan parameter waktu
kosentrasi, intensitas curah hujan,
koefisien aliran dan luasan catchment
area.

 Waktu Kosentrasi (Tc)

Jarak yang ditempuh oleh air untuk


mengalir dari titik tertinggi disposal
menuju sump (L) adalah 4.000 m
dengan dengan kemiringan tanah
(S) adalah 0,00054 %. Waktu
konsentrasi untuk sump adalah
211,39 menit.

Waktu kosentrasi (Tc) ditentukan


menggunakan rumus Kirpich,
sebagai berikut:
𝐿 2
𝑇𝑐 = 0,0195 ( ) 0,77 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
√𝑆
4000
= 0,0195 ( ) 0,77 𝑚𝑒𝑛𝑡𝑖
√0,00054
= 211,39 menit
= 3,52 jam
 Intensitas Curah Hujan (I)

Perhitungan intensitas hujan


ditentukan menggunakan rumus
Mononobe berdasarkan parameter
frekuensi curah hujan dan waktu
kosentrasi dengan melihat lama
terjadinya hujan:
Nilai
Surface Koefisien
No
Cover/Land Limpasan
Use (C)
Coal Seam,
Debit air
Haul limpasan
Road, adalah debit air
1 rencana
hujan dalam suatu1.0daerah
Pit Floor &
0
Loading
tangkapan hujan Point
yang diperkirakan
akan masuk
Active ke dalam lokasi tambang.
2 0.7
Dumpingdebit
Perhitungan air limpasan
5
menggunakan
3 Clearingpersamaan
Area rasional
0.7 :
0
Rehab
Q = 0,278 . C . I . Area
A
Before Re-
𝐼 = 𝑋𝑇 24 3 4
= 0,278 x 0,75 x 30,44 x 5,26 0.6
vegetated/Fre
5
24 ( ) sh Rehab
= 33,38 m³/detikArea
𝑇𝑐 Re-
5 0.5
vegetated 5
Natural
6 0.5
Rainfores
0
Modified From : KPC Design
Flood Estimation Manual
= 2.002,80 m³/menit berada pada sump akan dipompakan ke
boster (Gambar 3) setelah itu di alirkan
= 120.168 m³/jam
ke kolam pengendapan (Gambar 6).

 Debit andalan Untuk menghitung waktu pemompaan


dengan mengetahui :
Dengan menggunakan (tabel 2) untuk
 volume sump 422.991,36 m3
menentukan nilai debit andalan
 efisien kapasitas pompa 828 m3/jam x 20 jam
digunakan probabilitas metode weibull :
kerja pompa adalah 16.560 m3/hari
m  3 unit pompa multiflo.
P=
n
+ Waktu
pompa
1
didapatkan berada pada
peluang nilai elevasi -118 pada
rata-rata debit pit ab ekstention.
andalan adalah Sump yang dibuat
50%. bersifat kondusif
yang berfungsi
3. Sump sebagai tempat
Sump berfungsi terakumulasinya
sebagai tempat air pada saat
penampungan air hujan dan sebagai
sementara front kerja ketika
sebelum tidak terjadi
dipompakan hujan dan
keluar tambang. memiliki
Perhitungan debit kapasitan untuk
air limpasan menampung air
didapatkan sebanyak
volume air total 422991,36 m3.
yang akan masuk Waktu yang
ke dalam sump diperlukan untuk
memompa air
dengan waktu
konsentrasi 3,52 dalam sump yaitu
Jam atau 0,15 20 jam/hari
Hari. dengan ketentuan
Berdasarkan hasil 4 jam digunakan
perhitungan untuk
dengan maintenance.
parameter debit 4. Pemompa
limpasan dan an dan
waktu Pemipaan
konsentrasi
diperoleh volume Pompa yang
sump jika terjadi digunakan adalah
hujan dalam 1 3 unit pompa tipe
hari dengan mutiflo 420
rumus sebagai (Gambar 1).
berikut : kapasitas pompa
dapat diketahui
Vsump = Q x Tc
dari kurva pompa
multiflo 420
= 120.168 (Gambar 4).
x 3,52 diketahui
kapasitas pompa
=
yang digunakan
422.991,36
adalah 828
m3
m3/jam atau
Letak sump 19.872 m3/hari,
total head yaitu Bentuk kolam pengapuran
volume
125 m dengan 𝑠𝑢𝑚𝑝 pengendapan setelah itu
RPM 1.100 = berbentuk dialirkan
(Tabel 5) tingkat efisien kapasitas sederhana, menuju
pompa x jumlah
efisiensi 73%. pompa yaitu berupa penampungan
Pipa yang kolam yang dimana air
digunakan 422.991,36 berbentuk zig tersebut sudah
adalah pipa = zag yang bersih dan
16.560 x 3
polypipe disesuaikan digunakan
(Gambar 2) 422.991,36 dengan untuk
yang = kondisi keperluan
4
mempunyai 9 lapangan. Air seperti
panjang 10 m . yang masuk ke pengisian
atau 60 m/joint 6 kolam water truck,
dengan 8 pengendapan pencucian
0
diameter 8 inch. akan mobil dan lain-
Jumlah pipa = 8,5 hari atau 8 dilakukan lain.
yang digunakan hari 12 jam proses
adalah 90
Gambar1.
batang. Air
Multiflo 420
yang
Gambar 2. Pipa
Polypipe

Gambar 3. Booster

5.Kolam dan akan lebih


pengendap mudah dalam
an penanganan air
yang keluar dari
Kolam kolam
pengendapan pengendapan.
(settling pond)
ditempatkan
pada sebelah
timur pit ab
extention.
Pemilihan
tersebut
didasarkan
pada
pertimbangan
bahwa
penempatan
kolam Gambar 4.
pengendapan Kurva pompa
pada daerah ini multiflo 420
tidak akan
mengganggu
aktivitas Tabel 5. Kapasitas pompa multiflo 420
penambangan
Ma
Tipe x
RPM Head Q
(m3/s) (m3/h)

MF-420 150 0,37 1332


1200
DAFTAR PUSTAKA

Gautama, R. S., 1991. Hidrologi &


Geohidrologi. Diktat Kuliah. Bandung.

Soemarto, C. D., 1987. Hidrologi Teknik. Penentuan


Besar Debit Andalan. Usaha Nasional.
Surabaya.

176
Gambar 5. Kolam pengendapan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai