BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Timah merupakan salah satu bahan galian yang dimiliki tanah air indonesia yang tidak
dapat diperbaharui keberadaannya. Pertambangan timah Indonesia hingga saat ini merupakan
produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan menghasilkan salah satu produk komoditi
ekspor terbesar di dunia. Belakangan ini harga timah di pasaran dunia cenderung naik,
sehingga menjadikan timah merupakan barang jenis logam yang dicari keberadaannya, Sehingga
negara-negara penghasil timah berusaha untuk menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan
kebutuhannya.
Di indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka dan Pulau
Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Sedangkan perusahaan
milik Negara yang melakukan penambangan timah adalah PT. Timah (Persero).
Industri pertambangan timah mempunyai tahapan kegiatan yang tidak sederhana, mulai
Dalam perkembangan terakhir, PT. Tambang Timah Unit Kundur telah menitik beratkan operasi
penambangan pada cadangan timah alluvial yang berada di laut dengan mengoperasikan Kapal
Kapal Isap Produksi dapat dikatakan seperti pabrik terapung karena selain alat penggalian
peranan Kapal Isap Produksi di sektor industri pertambangan timah dewasa ini, maka
perencanaan kerja dan evaluasi pada Kapal Isap Produksi perlu dilaksanakan dengan baik dan
terukur.
Hasil Produksi bijih timah yang dihasilkan oleh Kapal Isap Produksi Timah II di instalasi
pencucian akan menghasilkan bijih timah dengan kadar Sn 60 % sampai 70 % yang kemudian
akan di proses lebih lanjut lagi di Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk ditingkatkan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang harus
diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan Kapal Isap Produksi yang nantinya akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan pencucian timah selanjutnya dan juga
agar mengetahui alat-alat yang digunakan dalam kegiatan aktivitas pencucian bijih timah dengan
menggunakan Kapal Isap Produksi, Khususnya pada Kapal Isap Produksi Timah II.
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah memperoleh wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai Aktivitas Pencucian Bijih Timah Menggunakan Kapal Isap Produksi
1. 3. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini Penulis hanya mengkaji mengenai aktivitas pencucian bijih timah
BAB II
TINJAUAN UMUM
Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan wilayah sejauh lebih
dari 800 km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt” yang merupakan bagian dari “The South
East Asia Tin Belt” yang membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia kearah
Thailand semenanjung Malaysia dan Indonesia yang mencakup wilayah Pulau-pulau Karimun,
Kundur, Singkep dan sebagian didaratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus kearah selatan
yaitu Pulau-pulau Bangka, Belitung dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.
Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu di
Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852. Dengan
kekayaan cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu Negara produsen timah
terbesar di dunia.
Bijih timah di Indonesia pertama gali digali pada tahun 1709 di sungai olim, Toboali,
Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan cara pendulangan
dan mencangkul dengan dengan system penggalian sumur Palembang atau system kolong/parit.
Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada pedagang-pedagang yang dating dari
Portugis, Spanyol, dan juga dari Belanda. Keadaan ini berubah ketika belanda dating ke
Indonesia, pada saat mana penggalian timah mulai lebih digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian
timah dilakukan secara besar-besaran dibiayai oleh para pengusaha belanda yang tergabung
dalam VOC yang kemudian monopoli dan mengawasi seluruh tambang di pulau Bangka.
Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang-tambang di pulau Bangka
dan dikelola oleh badan yang diberi nama "Bangka Tin” Winning Bedrijf" (BTW). Sedangkan di
Pulau Belitung dan Pulau Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta Belanda, masing-masing
kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (Biliton Mij.) atau lebih dikenal
dengan nama GMB di Pulau Belitung, dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij atau
Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam dua masa
pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan masa pengelolaan Belanda, di
mana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan usaha yang terpisah dan berdiri sendiri.
Bangka dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan Singkep
oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini memberikan ciri manajemen dan
organisasi yang berbeda satu dengan yang lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku
Masa yang kedua adalah masa pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status berdiri
sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam bentuk Perusahaan
Negara (PN) berdasarkan Undang-undang No. 19 PRP tahun 1960, yaitu PN Tambang Timah
berdasarkan PP No. 87 tahun 1961 ketiga Perusahaan Negara tersebut dikoordinasikan oleh
Pemerintah dalam bentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara
(BPU Tambang Timah) dengan pembagian tugas dan wewenang seperti bentuk "holding
company".
Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1968 di mana ketiga PN dan BPU ditambah
Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok dilebur menjadi satu dalam bentuk PN Tambang Timah,
yang terdiri dari Unit Penambangan Timah (UPT) Bangka, Belitung, dan Singkep serta Unit
terutama dalam menghadapi persaingan, status PN Tambang Timah ini pada tahun 1976 diubah
lagi menjadi bentuk Perseroan yaitu PT Tambang Timah (Persero) dengan Bangka, Belitung,
Singkep dan Peleburan Timah Mentok tetap sebagai unit kegiatan operasi yang dipimpin masing-
masing oleh Kepala Unit sedangkan Kantor Pusat berada di Jakarta sehingga secara manajemen
PT. Tambang Timah Unit Kundur merupakan unit PT.Timah yang bergerak dalam
bidang penambangan, ekplorasi serta peleburan dari bijih timah. Hal ini dapat terlihat dari
adanya dua tanur smelter yang terdapat di pulau Kundur dan satu unit system pabrikan solder.
Lokasi penambangan PT. Tambang Timah Unit Kundur berada di Pulau Kundur.
Kecamatan Kundur Barat, sebelah utara dari kota Tanjung Batu. Dengan jarak tempuh ± 45 km
dari pelabuhan utama Pulau Kundur di kota Tanjung Batu. Perjalanan dapat ditempuh lebih
kurang 45 menit waktu penyeberangan dari pulau karimun menuju pelabuhan Sekumbang yang
merupakan pelabuhan utama dari PT. Tambang Timah Unit Kundur. Di pulau Kundur sendiri
terdapat dua pelabuhan utama, yaitu pelabuhan Tanjung batu, dan pelabuhan Selat Belia.
dan telah disesuaikan dengan izin usaha penambangan (IUP) yang diterbitkan bupati Kabupaten
Karimun, maka secara administrasi jalur endapan bijih timah perairan P. Karimun-Kundur
tercakup kedalam Kecamatan Kundur, Kecamatan Kundur barat, Kecamatan Meral, Kecamatan
Karimun dan Kabupaten Karimun. Dari sudut geologi, sumber timah perairan tersebut
merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara. Di indonesia jalur timah ini 2/3 berada pada zona
lautan, sedangkan zona daratan berupa deretan pulau-pulau dari arah barat laut, Pulau Karimun,
Kundur, Singkep, Bangka sampai Belitung dan jejak granit bertimah terakhir berada di pulau
tersebut tergolong strategi umum pola pengembangan potensi jalur endapan bijih timah, sehingga
lokasi tersebut diterapkan peruntukannya sebagai kawasan pertambangan dengan kriteria lokasi
Berdasarkan data badan BMG tanjung balai karimun, dengan periode pencatatan tahun
a. Curah hujan rata-rata tahunan di perairan P. Karimun-Kundur adalah 2.400 mm. Curah hujan
bulanan rata-rata tercatat sebesar 230,4 dengan jumlah hari hujan 17 hari dalam sebulan (Tabel
II.1). Curah hujan harian tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 509,3 mm dengan
hari hujan sebanyak 19 hari sedangkan terendah adalah pada bulan Januari sebesar 30,7 mm
a. TABEL II.1
b. Suhu udara rata-rata bulanan pulau Kundur 27oC. Tertinggi pada bulan Juli sebesar 33oC, dan
terendah pada bulan Januari temperatur udara rata-rata bulanan mencapai 23,20oC. Pengukuran
tahun atau rata-rata bulanan sekitar 86%. Kelembapan relatif terendah pada bulan Mei dan Juli
2010 yaitu 59% sedangkan kelembaan relatif tertinggi dicapai 99% (Tabel II.3). tekanan udara
rata-rata pada sepanjang tahun 2010 adalah 1010,4 mb, terendah sebesar 1006,5 mb pada bulan
d. Arah dan kecepatan pergerakan mata angin relatif setimbang selatan dan utara, pada bulan Juni –
Oktober angin bertiup dari selatan dengan kecepatan 3 – 6 knot (1,5 – 2,5 m/det) kemudian
periode bulan Januari – April angin bergerak dari arah utara dengan kecepatan 3 – 5 knot.
Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober – November mencapai 20 knot (Tabel II.2)
TABEL II.2
fisiografi pulau-pulau lepas pantai (offshore island). Kondisi geologi gugusan pulau-pulau ini
berbeda dengan daratan bagian timur laut pulau Sumatra yang dimasukkan dalam fisiografi
daratan pantai (coastal pain). Karakteristik pulau-pulau lepas pantai adanya perbukitan yang
biasanya terbentuk dari batuan dasar (granit) baik batuan beku maupun batuan metasedimen dari
kerak benua paparan sunda yang berumur pra tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya
berupa dataran rendah berawa dan ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi cekungan
sumatra tengah yang berumur tersier dan lebih mudah selain itu gugusan pulau-pulau ini
merupakan jalur timah asia tenggara (The south east asia tin belt) yang membentang dari Cina-
Kalimantan. Keberadaan granit yang menempati gugus pulau-pulau ini menjadi menarik karena
mengandung mineral ogam, non logam dan mineral jarang yang memiliki nilai ekonomis.
Morfologi, topografi kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan sedang hingga
landai-datar dengan ketinggian kurang dari 125 m dpl. Dengan kekerasan batuan granit lebih
lembek dibanding P.karimun. keadaan sungai umunya pendek, beberapa bersifat musiman dan
relatif berpola dendrik, yakni mengikuti lembah-lembah perbukitan. Perairan diwilayah kundur
merupakan perairan selat yang berada di antara pulau-pulau dan berada didepan muara sungan
kampar, sehingga kondisi perairan wilayah tersebut dipengaruhi oleh sistem estuari muara
sungai. Secara umum kedalaman dasar laut perairan kundur kurang dari 25 meter dari muka laut.
Stratigrafi P.Karimun-Kundur dan pulau sekitar dengan urutan stratigrafi tua ke muda
sebagai berikut:
1. Formasi papan tersingkap di P.Kundur dan pulau sekitarnya, terdiri dari serpih, batu pasir,
2. Formasi malam tersingkap di P.Karimun terdiri dari serpih, konglomerat, batu gamping dan
3. Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah P.Batam-Bintan, terdiri dari serpih karbonat dan
4. Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan graisen timah dan
5. Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan graisen timah
6. Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah masuk granit karimun, atau kundur
7. Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari lempung lanau, kerikil lempungan, sisa
8. Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri dari lempung, lanau, kerikil, sisa tumbuhan,
muda. Pengelompokan sedimen permukaan dasar laut didasarkan pada prosentase besar butir
klasifikasi folk (1980) yang dapat dibedakan menjadi beberapa satuan sedimen dengan fraksi
kasar (kerikil-pasir) tersebar lebih kearah dekat pantai, sedangkan kearah lepas pantai lebih
Berdasarkan batuan yang tersingkap menunjukkan struktur geologi berarah barat laut-
tenggara yang sama dengan arah struktur bentong suture di Malaysia. Sejarah geologi diawali
dengan dijumpainya batuan dasar metasedimen era peleozoik kelompok tapanuli (Put) yang
berumur karbon-perm. Kelompok ini tersingkap di daratan pulau sumatara sedangkan didaerah
karimun kundur terbentuk formasi papan (Mpt). Pada waktu yan bersamaan terjadi pengangkatan
kala permo-triass dengan munculnya batuan magmatik granit yang berbentuk batholit.
sedimen/metasedimen formasi malang dan duriangkang. Tidak banyak yang diketahui pada
proses yang terjadi di daerah karimun-kundur pada era kenozoik khusunya kala tersier.
Sedangkan didaerah daratan sumatra, pada kala tersier diendapkan formasi pematang, sihapas,
telisa, petani dan minas yang merupakan cekungan sumatra tengah dan berpotensi migas. Pada
kala kuarter 2 juta tahun lalu terendapkan aluvial tua (Qp) dan hingga saat ini aluvial muda (Qh).
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat menentukan
keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah fase pneumatolitik,
selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah
hipotermal sampai mesotermal.Fase yang terakhir ini merupakan fase terpenting dalam
penambangan karena mempunyai arti ekonomi, dimana larutan yang mengandung timah dengan
komponen utama silica (Si02) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar dan bidang perlapisan.
2.6. Endapan Timah
Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia, yang membujur
mulai dari Cina selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan berlanjut ke Indonesia. Jalur di
Indonesia mengarah dari utara ke selatan yaitu dari pulau Karimun, P. Kundur, P. Singkep, P.
Natuna dan Karimata. Sampai ini ada dua jenis utama timah yang berdasarkan proses
terbentuknya yaitu timah primer dan timah sekunder,kedua timah jenis tersebut dibedakan atas
dasar proses terbentuknya (genesa). Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada batuan
granit daerah sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan terdapat pada
sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di laut.
Produksi delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang merupakan hasil proses
pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya ada dua puluh persen berasal dari endapan
timah primer itu sendiri. Penyebaran cadangan timah terdapat di Negara-negara yang berada di
jalur mineralisasi, seperti Negara-negara tersebut di atas. Di Indonesia bahan tambang timah
merupakan komoditi andalan untuk ekspor, selain minyak bumi dan batu bara, dan kemungkinan
pengendapan (depositional form) yang potensial terhadap konsentrasi endapan timah dibagi
perubahan secara berangsur-angsur pada interval bawah hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh
bidang erosi.
1) Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas batupasir kasar yang mempunyai
2) Bagian tengah kipas aluvial (mid fan) terusun atas batupasir kasar hingga sedang.
3) Bagian ujung kipas aluvial (distal fan) tersusun atas batupasir berukuran sedang hingga
batulempung.
c. Brainded Stream
Merupakan pola pengaliran yang bancuh / simpang siur, yang menghasilkan banyak point bar.
d. Meandering Stream
Merupakan pengendapan yang dibagi atas endapan dasar sungai dan endapan point bar.
e. Endapan pantai
Fasies endapan pantai secara umum mempunyai nilai ekonomi terhadap kandungan mineral
bijih.
Kasiterit (SnO2) merupakan mineral utama yang mengandung unsur Sn. Dalam
pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa mineral berat berharga serta sekelompok
mineral pengganggu. Endapan bijih timah didalam kasiterit pada umumnya berasal dari magma
granitik, yaitu magma dari larutan yang bersifat asam (pembentukan granit), sehingga
keterdapatan endapan bijih Timah berhubungan erat dengan terdapatnya batuan granit.
Kandungan rata-rata kadar Sn dalam batuan sebagai indikasi pegangan eksplorasi mineral dalam
menentukan nilai latar belakang yang diberikan oleh Hawkess dan Webb (1962). Harga rata-rata
ini untuk batuan beku adalah 32 ppm Sn, dengan kandungan Sn yang kecil sebesar 6 ppm pada
batuan beku mafik dan dengan maksimum 45 ppm pada batuan fesilik, sedangkan untuk batuan
sedimen serpih dapat mencapai 40 ppm. Nilai rata-rata yang digunakan ditentukan oleh Onishi
dan Sandell (1957) dan Hamaguchi (1964) dengan kisaran nilai yang dikumpulkan oleh
adalah kasiterit (SnO2). Warna kasiterit ini bermacam-macam yaitu kuning coklat, kuning
kemerahan, coklat kehitaman dan coklat tua dengan berat jenis 6,8 – 7,1. Mineral kasiterit
permukaannya mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus cahaya, tetapi lapisan
permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada yang primer ada pula yang aluvial. Dengan
sistem kristal tetragonal 4/m 2/m 2/m. Mineral mineral bersifat konduktor.
Secara umum mineral berharga yang terbawa oleh mineral kasiterit, dan mineral ikutan
berharga yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara lain:
1. Ilmenit (FeTiO3)
Umumnya ilmenit berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki berat jenis 4,5
– 5 dan bersifat konduktor dan sifat magnetik kuat. Biasa digunakan sebagai rutil (TiO2) untuk
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 – 4,7. zircon bersifat non
konduktor dan non magnetik digunakan sebagai bahan zirkonia untuk industri keramik.
Umunya memiliki warna kuning atau jaring-jaring hijau. Berat jenis monazite antar 4,6 –
5,3 dan bersifat non konduktor dan megnetik lemah. Mineral ini dijual secara berkala tergantung
pesanan konsumen.
Mineral – mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih timah, yang memiliki
perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan dan sifat magnetic (Tabel II-1). Dari
hasil kondisi lapangan, pada penambangan kapal isap produksi (KIP TIMAH II) Timah
diperoleh beberapa mineral ikutan yang utama antara lain: Pyrite/ Marcasite, ilmenit, zircone,
BAB III
LANDASAN TEORI
Kapal isap produksi adalah suatu alat gali atau pemindahan tanah yang dipergunakan
untuk menggali lapisan tanah bawah air, dimana peralatan mekanis dan pengolahan materialnya
bertumpu pada sebuah ponton. Selanjutnya material hasil penggalian tersebut dipindahkan ke
bagian pengolahan sementara, yaitu: instalasi pencucian. Bagian pengolahan sementara ini
berfungsi sebagai media pemisah antara material endapan bijih timah ( Sn ) dengan material
pengotor lainnya. Material endapan bijih timah ( Sn ) hasil pencucian ditampung di dalam kampil
bijih ( karung tempat bijih timah ), sedangkan material pengotornya langsung terpisah dan
Secara garis besar bagian utama pada Kapal Isap Produksi adalah sebagai berikut :
Ponton adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau kompartemen yang
membentuk suatu badan kapal, ponton berbentuk tabung berdiameter 1,8 meter. Selain sebagai
alat apung, ponton juga berfungsi untuk menyimpan HSD ( bahan bakar solar ) dan air tawar.
dominan:
1. Cutter
2. Ladder
3. Pipa Hiap
4. Pompa tanah
5. GPS
6. Mesin dorong/propeller
7. Mesin (Engine)
1. Cutter
Cutter adalah alat gali atau alat potong dan alat yang mampu memberai,
mengiris(menggali) lapisan tanah. Dibuat dari bahan besi baja yang keras sehingga tidak mudah
haus karna gesekan dengan tanah, didalam cutter terdiri dari 6 buah pisau dan tiap pisau terdiri
dari 8 kuku yang bertugas memotong lapisan tanah, cutter ditempatkan pada ujung ladder.
2. Ladder.
Berfungsi untuk penempatan cutter,pompa tanah,pipa isap dan pipa tekan.panjang ladder
sangat menentukan untuk mencapai kedalaman gali,setiap KIP mempunyai panjang ladder yang
berbeda-beda.Kontruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding.ujung ladder
dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder.
Pompa tanah diletakkan di ladder dengan jarak 9-12 meter dari cutter.
Dalam proses penggalian, Ladder digerakan oleh kawat ladder untuk naik turun ladder
dalam proses penggalian. Kinerja ladder sangat ditentukan oleh keahlian operator yang
mengendalikan kawat Lader sesuai dengan kedalaman pengalian. Kawat lader bisa saja putus
bila ada arus dan longsoran. Panjang ladder sangat menetukan untuk mencapai kedalaman gali,
kedalaman gali maksimum mencapai 35 m.Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat
sebagai dinding. Ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebag tumpuan
3. Pipa Hisap
Pipa hisap adalah pipa yg berbentuk mulut bebek yg berfungi untuk menghisap tanah
yang telah di hancurkan oleh cutter akan tetapi yg memberikan daya hisap adalah pompa tanah
4. Pompa Tanah
Pompa tanah berfungsi menghisap material hasil gali dari cutter yang selanjutnya
ditransportasi ke saring putar melalui pipa keong, pipa press dan pipa spiral menuju ke saring
putar. Pompa tanah di letakkan pada ladder dengan jarak sekitar 9-12 meter dari cutter,untuk
memindahkan campuran tanah dan air yang sudah digali dengan cutter,melalui pipa isap dan pipa
Kinerja cutter dan pompa tanah harus betul2 dikuasai oleh operator dalam operasional
penggalian KIP. Pompa tanah juga dapat menghisap tanah yang terberai oleh cutter, dapat
5. GPS
Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya GPS yang dapat memonitor
koordinat posisi kapal isap dengan ketelitian hingga 1 m setiap saat dan juga kedalaman
penggalian. Kapten menyimpan titik-titik lokasi yang pernah digali sehingga kemungkinan akan
6. Mesin dorong/propeller
penggalian berfungsi untuk memberi dorongan kapal kekiri dan kekanan,agar bisa berputar
360o mendorong untuk menekan ujung cutter terhadap tanah yang akan digali.
5 . Mesin (engine)
1. Engine For gravel pump, mesin funsinya untuk menggerakkan pompa tanah.
2. Engine for hydrolic pump for cutter and ladder wich, mesin yang fungsinya untuk
3. Engine for water pump & hydrolic plant ,mesin yang fungsinya menggerakkan Saringan
4. Engine for operation dredge (engine for propeller swing),mesin yang fungsinya untuk
5. Engine for sailing dredge(propeller moving engine),mesin yang berfungsi untuk Menggerakkan
6. Electric Generator , mesi yang fungsinya untuk menggerakkan generator Penerang dan
motor las.
Peralatan pencucian yang digunakan kapal isap produksi timah II , ada beberapa peralatan
1. Saringan Putar
2. Jig primer
3. Jig Clean Up
4. Sakan
5. bandar tailing
3.5. Latar Belakang KIP Timah II
KIP Timah II Dirancang oleh PT. Timah (Persero) Tbk pada tahun 2008, yang lokasinya
di Air Kantung Sungailiat Kabupaten Bangka. Uji coba operasi pada tanggal 22 Mei 2009 di
perairan Bangka dan di resmikan pada tanggal 31 Desember 2009 oleh Direktur PT. Timah
KIP Timah II beroperasi mulai dari September 2010 sampai sekarang di wilayah Laut
Kundur Kepulauan Riau pada saat ini operasional KIP Timah II berada di wilayah Kuasa
Penambangan (KP-6183) pada koordinat 310000 - 310200 LU dan 10093400 - 10093600 BT.
Konstruksi KIP Timah II ada dua. yaitu konstruksi Atas dan Bawah. Untuk di atas yaitu:
6. Atas : Merupakan Tempat Operasional KIP Timah II. Yang terdiri atas
Dua dek. Dan berisi peralatan mesin, pencucian, Ruang komando, dan ruang
7. Bawah : Merupakan Konstruksi dari pada seluruh KIP Timah II. Di mana
konstruksi berbentuk tabung dengan berdiameter 1,8 m yang merupakan gabungan beberapa
Konstruksi seluruh sebagai pondasi bawah yang berfungsi Sebagai tempat penyimpanan bahan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pencucian
Pencucian merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan penambangan, sehingga besar
kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan pencucian, Pencucian yang digunakan
Fungsi pencucian dalam suatu kegiatan penambangan adalah untuk mencuci atau
mengolah atau memisahkan bahan galian dari mineral-mineral pengotor, untuk mendapatkan
mineral utama dan mineral-mineral ikutan berharga lainnya. Setelah dilakukan pencucian bijih
timah pada kapal isap produksi timah II kadar sn yang didapatkan adalah ± 60-70 %.
Pencucian dapat berfungsi dengan baik apabila peralatan maupun prosesnya berfungsi
dengan baik pula. Apabila Posisi instalasi peralatan pencucian yang kurang baik maka akan
pencucian inilah sebagai media pembersih timah yang di bantu oleh air. Alat pencucian
Merupakan alat pemisahan material bahan galian awal, dimana material halus bertimah
sebagai undersize dan material kasar seperti bongkahan tanah besar, batu, dan kerang-kerangan,
dan lain-lain sebagai oversize. Untuk ukuran undersize adalah <10 mm sedangkan oversize >10
mm, dan kemiringan sudut saring putar pada KIP Timah II adalah 6o.
4.4.2. JIG
Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat jenis ( BJ ) dari
bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Seperti halnya sakan, jig juga menggunakan
prinsip gravitasi. Butiran bijih timah akan turun secara gravitasi akibat adanya gaya isap
(suction) dan tekan (pushion) dari air yang berada dalam kompartemen jig akibat gerakkan dari
Proses pencucian bijih timah di kapal isap dilakukan dengan menggunakan alat Jig tipe
Pan America, yaitu tipe jig diafragma dengan posisi membran berada di bawah. Gerakan
membran-nya dari atas ke bawah dengan gerakan tekanan isap. Tiap kompartemen dapat diatur
panjang dorongannya (stroke) masing-masing Pada kapal isap produksi peralatan pencuciannya
menggunakan jig tipe Pan America, yaitu suatu tipe peralatan pencucian yang terjadi akibat
adanya gaya tekan dan gaya isap dengan bersumber dari media air yang didorong dari atas ke
bawah peralatan jig. Kapal isap produksi hanya menggunakan 2 tingkatan, yaitu jig primer dan
jig clean up. Jig primer menerima umpan / feed dari undersize grizzly dan saring putar (revolving
screen). Oversize jig primer berupa material kasar akan terbuang sebagai tailing melalui bandar
tailing sedangkan undersize berupa material halus campuran bijih timah dan pasir kemudian
Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun ke bawah dan
melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan dibuat dari bahan yang tahan
terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangnya harus lebih
kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm
untuk kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm untuk kompartemen BC, ukuran lubang 6-10.
Saringan berukuran lebih besar diletakan melintang terhadap arah aliran, dengan tujuan agar
4.4.2.2. Bed
Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari batu hematite yang
berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah yang berat jenisnya lebih
Berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur pemasukan air ke tiap tangki jig dan
menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan dimasukkan ke dalam jig
dari sebelah bagian bawah saringan (Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu
fungsi yang terpenting adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga
tailing yang sudah masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas dan keluar sebagai
tailing.
Kisi-kisi (rooster) adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan menahan bed
agar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar merata di seluruh
permukaan jig sesuai kompartemen. Bahan kisi-kisi terbuat dari kayu (papan) dan dari plat (besi)
Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara terus menerus (continuitas). Alat
yang digunakan sebagai penggerak adalah menggunakan pompa hidrolik yang dihubungkan
dengan satu sumbu eksentrik yang dibagi untuk 3 kompartemen ABC dengan panjang stang yang
sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu alat penggerak untuk
proses pencucian, yang dipergunakan pada jig type Pan America. Stang balance diafragma ini
berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi
gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk menimbulkan isapan (Suction) dan tekanan
(Pushion) pada permukaan bed jig. Gerakan atas bawahnya dapat disetel (diubah-ubah)
4.4.2.6. M e m b r a n
Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan dorongan (Pushion)
dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan oleh motor penggerak. Membran
ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat
4.4.2.7. Pushion
Torak mendorong air di mana ada pengendapan atau bed sehingga terjadi pushion atau
dorongan, sehingga partikel di atas saringan bergerak mengembang dan bed akan terbuka.
Ukuran saringan lebih kecil dari ukuran bed, tetapi lebih besar dari ukuran partikel yang disaring
sehingga material yang mempunyai berat jenis besar akan disaring dan terpisah dengan berat
jenis kecil.
4.4.2.8 Suction
Apabila terjadi suction, maka di dalam hutch terjadi penyedotan terhadap partikel-
partikel di dalam atau diatas saringan, bila penyedotan ini besar maka material akan ikut tertarik.
Untuk memperkecil penyedotan ini diberikan air tambahan ( underwater ) agar air dalam hutch
tenang, sehingga terjadi pemisahan. Pada waktu Pushion, bed akan terangkat dan merenggang,
maka material berat akan menerobos masuk melalui sela - sela bed, yang biasanya berupa
hematite dan material dengan berat jenis besar akan masuk kedalam hutch sebagai produk, dan
pada waktu suction, bed akan menutup dan material ringan terus mengikuti aliran air bagian atas
sebagai tailing.
4.4.2.9. S p i g o t
Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati saringan
dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk dari Spigot ialah kerucut yang
3. Clean-up Jigs
Shakan atau yang disebut sluice box yaitu suatu saluran yang dasarnya rata dan di
atasnya dialirkan air bersama butiran-butiran mineral. Pada dasar saluran dipasang beberapa
kayu penahan ( riffles) tegak lurus arah aliran air dengan jarak tertentu. Proses pemisahannya
berdasarkan berat jenis melalui suatu aliran air yang tipis di atas sebuah permukaan yang sedikit
miring berupa papan atau deck. Sakhan atau palong yang digunakan pada instalasi pencucian
berjumalah 1 unit dengan panjang bervariasi antara 4 – 6 m lebar perjalur sekitar 1 - 1,5 m
Dengan tinggi dinding 40 – 80 cm dan kemiringan 5o – 6o. Fungsi alat ini adalah untuk mencuci
konsentrat bijih timah yang dialirkan melalaui pipa spigot pada jig clean up kompertemen A
konsentrat tersebut dimasukkan kedalam karung dan takaran berat konsentrat adalah 50
kg/karung.
Bandar tailing merupakan jalur atau bandar pembuangan material yang tidak berharga
seperti pasir, batuan dan lain-lain. Sistem buangan limbah dari masing-masing proses pencucian
KIP dengan cara tailing dipisahkan dan langsung dibuang ke laut melalui buritan kapal, dan
dimanfaatkan untuk menutup kembali lubang bekas galian. Untuk limbah hidrokarbon
ditampung dan diamankan dari TPS limbah B3 Prayun, sesuai dengan izin PSL-B3 kepmen LH
4.5. Tahapan Operasi Penambangan dan Pencucian Timah di Kapal Isap Produksi
Sistem pencucian untuk KIP memiliki prinsip kerja yakni Mekanisme KIP, pengisapan
yang dilakukan sistem kombinasi tekan dan memutar/melingkar. Gerakan isap dilakukan pada
lapisan melalui tekanan ladder yang ujungnya dilengkapi pipa hisap dan cutter, gerakan berhenti
optimasi bila tekanan lapisan keras. Kemajuan tambang relatif mengikuti putaran KIP bergerak
dari suatu titik ke titik lain sesuai dengan peta rancangan kerja material yang terhisap tersebut
kemudian masuk ke bak penampungan/bejana tuang untuk proses pencucian. Material dari
pompa tanah diteruskan ke saringan putar, didalam bejana saringan putar yang sedang berputar
ini material sekaligus disemprotkan oleh pipa hisap dan dilengkapi oleh air tambahan untuk
mengalirkan batu-batu besar kebandar batu menuju bandar tailing. Hasil dari saringan putar
merupakan material yang berupa pulb yang dalam hal ini merupakan feed. Feed tersebut
dialirkan ke instalasi pencucian melalui bak pembagi (boil box), material pengotor (keras)
sebagai tailling dibuang melalui bandar batu atau bandar tailling. Sedangkan pulb (feed) dicuci
lebih lanjut dengan menggunakan jig primer, jig sekunder . Bijih timah bersih yang telah terpisah
dari material pengotor/lumpur dibagi menjadi dua golongan, masing-masing berupa konsentrat
A high grade dan B low grade dengan kadar 20 – 30% (basah). Pada kapal isap adanya
penambahan alat pencucian yang akan meningkatkan kadar dari bijih timah tersebut yaitu
shakan. konsentrat hasil pencucian jig akan dicuci pada shakan untuk menghasilkan konsentrat
1. Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah kemudian lapisan tanah yang
2. Pompa isap tanah menghisap feed dan kemudian menyemprotkannya kedalam saring putar.
3. Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat pemisah ( sizing ),
oversize saring putar keluar sebagai tailing melalui bandar tailing sedangkan undersize dialirkan
4. Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat jenis mineral.
Oversize jig primer keluar sebagai tailing sedangkan undersize jig primer dari semua
5. Jig clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat jenis. Oversize jig
clean up keluar sebagai tailing, sedangkan undersize jig clean up kompartemen A dialirkan ke
6. Konsentrat A diproses di shakan untuk menghasilkan konsentrat akhir dengan kadar Sn > 70 %
7. Undersize jig clean up kompartemen B dan C ditampung di penampung konsentrat B dan C itu
8. Oversize dari shakan juga ditampung dan disirkulasi kembali ke kompartemen A jig clean up.
dimana pada Kapal Isap Produksi Timah II ditargetkan perbulannya untuk menghasilkan 30
ton/bulan atau 600 kampil/50kg, sedangkan hasil yang dicapai pada Kapal Isap Produksi Timah
II adalah ± 30 - 45 ton/bulan. Bijih timah yang telah di kumpulkan tiap empat hari, bijih timah
tersebut diangkut oleh kapal penjangkaran untuk di bawa ke pusat pengolahan bijih timah unit
kundur untuk dileburkan menjadi timah balok ingot, tin ball, tin soldier, dan lain-lain.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan ini penulis menyimpulkan faktor-faktor yang harus
diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan alat pencucian pada Kapal Isap Produksi
dalam pemisahan mineral berharga dengan mineral pengotor sehingga mendapatkan kadar sn ±
60-70 % adalah :
1. Setelan arus air yang tepat/sesuai, arus air tidak boleh terlalu deras karena apabila arus airnya
terlalu deras maka bijih timah akan ikut terbuang bersama tailing.
2. Ukuran ruber screen yang digunakan adalah <10 mm karena apabila ukuran ruber screen >10
mm maka mineral pyrite, kuarsa dan batuan akan mudah masuk kedalam Jig Primer dan Jig
Clean Up atau dapat disimpulkan semakin besar lubangnya, makin besar ruang antara batu-batu
bed dan makin besar butir yang melaluinya. Jika lubang saringan kecil <10 mm, maka kecil juga
material yang masuk seperti bijih timah sehingga konsentrat menjadi lebih bersih. Pada saat
Dari hasil pengamatan dan pencarian data dilapangan bahwa penulis memberi saran yaitu
1. Pada KIP Timah II berat bijih timah perkaleng susu yang diambil adalah >1,2 kg/kaleng susu,
sedangkan bijih timah yang berat 0,9 - 1,1 kg/kaleng susu di buang, saran saya ada baiknya bijih
timah yang di buang tersebut diambil untuk diolah dan diambil mineral ikutannya.
2. Untuk menghindari off kerja karena kerusakan alat ada baiknya setiap satu minggu dua kali
bagian perawatan melakukan pengecekan alat-alat penggalian dan pencucian KIP Timah II agar
DAFTAR PUSTAKA
Mirza Ibrahim Drs.; Sejarah dan Perkembangan Penambangan Timah di wilayah Kundur; PT.
Tambang Timah (Persero) Tbk. Unit Penambangan Timah Kundur; Kundur 1990 (unpublished).
Tambang Timah PT.; Pedoman Teknik Kerja, Data-data, laporan-laporan, serta buku-buku yang
diijinkan, PT. Tambang Timah.
Irwan Ir.; Pengolahan Bahan Galian, Pemisahan Bijih Timah Dengan Jig, mesh ruber screen;
Universitas Bangka Belitung; Balunijuk 2012.