Anda di halaman 1dari 17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Teknik pengambila Data

Penelitian ini dilakukan di area Coal Procesing plant di PT. Lanna Harita Indonesia,
Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Beberapa hal yang menjadi acuan dalam pengambilan data pada skripsi ini adalah:

3.1.1 Sampling

Sampling adalah pengambilan sebagian kecil material dari suatu material yang besar,
sedemikian rupa sehingga mewakili (representatif) kualitas keseluruhan material yang
besar tersebut. Pengambilan sampel dilakukan di Room Stockpile.

3.1.2 Coal Preparation

Preparasi adalah suatu proses pengerjaan sampel untuk persiapan menjadikan ukuran
dan kondisi sampel tersebut siap untuk dianalisa yang tahapannya meliputi pengeringan
udara, pengecilan ukuran sampel, mencampurkan (mixing) dan mengurangi berat
sampel dengan cara membaginya menjadi dua bagian yang disebut division.

3.2 Perangkat Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan metode mechanical


sampling dimana proses pengambilan sample dilakukan oleh alat yang sebelumnya
ditentukan setting operasinya setelah masing-masing batubara tersebut dumping di
hopper yang terletak di stockpile. Preparasi sampel dan analisis sampel di laboratorium
PT. Lanna Harita Indonesia. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang
pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.1.

32
Tabel 3.1 Daftar Perangkat Penelitian

No Kegiatan Alat dan bahas yang digunakan Jumlah Unit


1 Sampling
- Pengambilan sampel - karung sample 1 Buah
di stockpile - Marking Pen 1 Buah

2 Preparasi Sampel
Alat - Sekop 1 Buah
- Palu 1 Buah
- Timbangan elektrik 1 Buah
- Exhaust pan 3 Buah
- Oven 1 Buah
- Hammer Mill 1 Buah
- Raymond Mill 1 Buah
- Jaw Crusher 1 Buah
- Rotary Sample Divider 1 Buah
- Rifle 2 Buah
- Tray 3 Buah
- Plastik Sampel 2 Buah
Bahan - Batubara hasil pencampuran ±3 Kg
3 Analisa Sampel
Alat - Neraca Analitik 1 Buah
- Leco AC-350 (untuk CV) 1 Buah
- Bomb Calorimeter Leco AC-350 1 Buah
- Leco S-144DR (untuk Sulfur) 1 Buah
- HB43 halogen moisture analyzer 1 Buah
- Alat ukur Ash 1 Buah
Bahan - Sampel hasil preparasi 150 Gram
- Aquades
- Gas Oksigen 150 Gram

3.3 Standar Acuan

Standar acuan yang digunakan untuk sampling, preparasi hingga analisis batubara di
PT. Lanna Harita Indonesia mengacu pada metode standar pada umumnya yaitu standar
ASTM (American Society for Testing Materials). Adapun standar yang dipakai yaitu
standar ASTM dapat dilihat pada Tabel 2.2

3.4 Cara Pengambilan Data Sekunder

Pengambilan data dengan metode sekunder (tidak langsung) ada beberapa tahapan,
yaitu:

33
3.4.1 Studi Pustaka

Di dalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis menggabungkan antara


teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya didapat pendekatan
penyelesaian masalah. Salah satunya dengan studi pustaka. Pada tahapan ini, penulis
mencoba mencari referensi terkait penelitian ini referensi berdasarkan literatur dari
skripsi, jurnal serta buku tentang kualitas batubara.

3.4.2 Perumusan Masalah

Dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Adapun maksud
dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai parameter kualitas
pencampuran batubara pada saat pengujian di laboratorium di PT. Lanna Harita
Indonesia.

3.4.3 Pengamatan Lapangan

Pengamatan lapangan yang dilakukan adalah pengamatan dengan melihat langsung


proses saat masing-masing batubara tersebut dumping di hopper & proses pencampuran
batubara di stockpile PT. Lanna Harita Indonesia.

3.5 Cara Pengambilan Data Primer

3.5.1 Sampling
1. Pit Sampling
Pit Sampling dilakukan setelah eksplorasi bahkan hampir bersamaan dengan progress
tambang didalam suatu pit atau blok penambangan dengan tujuan lebih mendetailkan
data yang sudah dieksplorasi. Pit Sampling ini dilakukan oleh pit control untuk
mengetahui kualitas batubara yang segera akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk
mengontrol kualitas batubara yang akan ditambang. Pengambilan sampel pada pit,
dilakukan dengan menggunakan excavator untuk menggali singkapan batubara. Titik-
titik penggalian singkapan batubara ditentukan dengan menentukan titik-titik yang

34
mewakili dari singkapan itu sendiri. Dan saat lubang penggalian telah terbentuk,
pengambilan sampel bisa dilakukan secara random.

2. Sampling pada Hopper


Batubara yang berasal dari pit akan di dumping ke hopper yang kemudian akan
langsung digiling (crusher). Ketika berada di crusher inilah sampel yang akan diambil.
Caranya saat dumptruck datang dan siap untuk dumping, sampler harus siap berada
dilokasi tersebut. Saat dumptruck dumping, segera sampler mengambil sample batubara
dengan menggunakan sekop. Lalu masukkan kedalam karung yang telah dilapisi plastik
sampel. Isi karung sampel 5-6 kali pengisian. Setelah sampel selesai diambil, tulis
keterangan sampel pada karung sampel tersebut.

3.5.2 Preparasi Sampel Batubara

Preparasi sampel merupakan suatu proses mempersiapkan sampel dari sampel kasar
(Gross Sample) sehingga sampel tersebut mewakili untuk dilakukan analisa/pengujian
laboratorium. Berikut adalah langkah kerja preparasi sampel batubara:

1. Penerimaan Sampel
Sampel yang diterima dari pit dan saat masing-masing batubara tersebut dumping di
hopper yang terletak di stockpile tentunya telah dicatat hari, tanggal dan kode
batubaranya kemudian dikirimkan ke laboratorium untuk di preprasi.

2. Penghancuran (Crushing)
Penghancuran yaitu suatu proses untuk mengecilkan ukuran partikel sampel tanpa
mengurangi massa sampel. Pengurangan ukuran partikel biasanya dari ukuran terbesar
sebenarnya (Actual Top Size) 20, 10, 4.75 atau 2.36 mm. Salah satu cara untuk
menghancurkan/mereduksi sampel tersebut adalah dengan mesin penghancur Jaw (Jaw
Crusher). Mesin tersebut terdiri dari dua buah pelat baja bertekuk dengan sudut satu
sama lain mendekati 30°. Salah satu plat berada pada posisi tetap, sedangkan yang
lainnya berputar dengan putaran yang kecil untuk menghasilkan kerja penghancuran.
Jarak diantara kedua platdapat diatur untuk mendapatkan ukuran terbesar batubara yang
diinginkan. Sampel batubara dimasukkan melalui corong, kemudian melewati kedua

35
plat tersebut diatas dan ditampung kedalam wadah yang sesuai. Lebih jelasnya sebagai
berikut :

 Bersihkan permukaan jaw, corong mesin dan penampung dengan semprotan udara
bertekanan tinggi atau sikat khusus.
 Periksa dan pastikan apakah jaw bebas dari padatan material yang mengganjal dan
menghambat perputarannya.
 Letakkan penampung atau wadah tepat dibawah tempat keluarnya material.
 Hidupkan Jaw Crusher untuk memulai proses penghancuran.
 Masukkan sampel batubara kedalam corong mesin (maks. 10 kg). Jika sampel
batubara tersumbat didalam mesin penghancur, maka dorong dengan menggunakan
batang/tongkat besi.
 Tidak diperbolehkan mendorong material dengan menggunakan tangan kedalam
mesin penghancur.
 Jika semua sampel telah hancur, matikan mesin penghancurnya.
 Pindahkan wadah yang telah berisi sampel batubara dan masukkan kedalam mesin
Rotary Sample Divider (RSD).

3. Pemilihan (Division)
Pemilihan sampel batubara merupakan suatu proses pengurangan sampel, tanpa
merubah ukuran. Sampel batubara yang dipilih menjadi sub-sampel, masing-masing
sub-sampel merupakan perwakilan sampel yang asli. Salah satu alat yang umum
digunakan yaitu Rotary Sample Divider, yang cara kerjanya adalah sebagai berikut :
 Sebelum sampel dimasukkan kedalam mesin RSD, bersihkan corong,feeder dan
tempat meletakkan logam penampungnya. Periksa juga kebersihan salurannya.
 Setelah bersih, letakkan logam penampung pada meja berputar dan pasang penjepit
ke enam sisinya agar tidak bergetar-getar saat diputar.
 Hidupkan mesin RSD nya.
 Masukkan sampel batubara kedalam corong.
 Jika logam penampung telah mencapai ¾ penuh atau semua sampel telah terpilahkan,
matikan mesin RSD tersebut.
 Pindahkan logam penampung dari tempat peletakkannya.

36
 Ulangi langkah poin 4-6 untuk mendapatkan berat yang cukup yang nantinya akan
dilanjutkan pada analisa kualitas batubara tersebut.

3.5.3 Analisa Batubara

3.5.3.1 Penentuan Nilai Total Moisture

1. Air Dry Loss (ADL)


a. Standar Acuan
ASTM D3302
b. Ruang Lingkup
Metode ini dilakukan untuk menetukan kadar kehilangan bobot pada udara
kering atau kelembaban bebas dari contoh asli sesuai standar ASTM.
c. Prinsip
Sampel dikeringkan didalam oven pada suhu 40°C sampai bobot tetap sesuai
dengan standar ASTM. Nilai ADL dihitung berdasarkan kehilangan berat dari
sampel tersebut.
d. Peralatan dan Reagen
- Oven.
- Baki Metal.
- Timbangan.
e. Sampel
Sampel asli yang diterima dalam kantong plastik terikat.
f. Prosedur
- Atur suhu oven pengering hingga 40°C, hidupkan blowernya.
- Timbang baki metal, catat berapa beratnya pada lembar kerja.
- Letakkan sampel keatas baki, sebar merata, timbang semua baki dan sampel
satu per satu, catat beratnya (M1).
- Masukkan semua baki dan sampel kedalam oven pengering, catat waktu
mulai pengeringannya.
- Biarkan baki beserta sampelnya didalam oven selama 5 jam, keluarkan
semua dan timbang secara teliti, catat berat baki beserta sampelnya.

37
- Masukkan kembali baki dan sampel kedalam oven selama 1 jam, catat
waktunya, timbang kembali sampel tersebut. (M2)
- Pekerjaan dianggap selesai apabila tidak ada perbedaan berat contoh dengan
berat penimbangan sebelumnya.
- Hitung persen ADL dengan rumus:
𝐌𝟏−𝐌𝟐
% 𝐀𝐃𝐋 = 𝐱𝟏𝟎𝟎 ......................................... (3.1)
𝐌𝟏

2. Residual Moisture
a. Standar Acuan
ASTM D3302
b. Ruang Lingkup
Metode ini untuk menentukan kelemababan residu dari contoh dengan ukuran
± 3 mm yang telah dikeringkan sebelumnya pada tahap air dry loss.
c. Prinsip
Subcontoh dari contoh ADL dikeringkan pada suhu 107°C sampai bobotnya
konstan dalam udara kering. Sisa kelembaban (RM) dihitung berdasarkan
kehilangan berat.
d. Peralatan dan Reagen
- Oven Moisture.
- Vacuum Pump.
- Nitrogen Gas Tube with hose and regulator.
- Desicator.
- Metal Tray.
e. Sampel
Subcontoh dengan ukuran 2.60-3.00 mm yang diambil dari contoh pengerjaan
ADL.
f. Prosedur
- Naikkan suhu oven hingga angka 107°C yang telah dikalibrasi.
- Timbang dan catat berat dari petri-dish yang kering dan penutupnya sebagai
M1.
- Timbang contoh10.0000 ± 0.0100 gram ke dalam petri-dish, catat berat dari
petri-dish, penutup dan contoh sebagai M2.

38
- Lakukan langkah b dan c untuk contoh yang lainnya.
- Tempatkan petri-dish di atas penutupnya, taruh di atas baki metal.
Kemudian masukkan ke dalam oven. Nyalakan aliran udara kering, set pada
laju 350 - 400 cm3/menit.
- Keringkan sampai waktu yang diperlukan agar konstan sesuai dengan jenis
batubaranya.
- Keluarkan dari oven dan tutup petri-dish dengan tutupnya, Masukkan
kedalam desikator selama 10 menit.
- Timbang dan catat berat dari petri-dish, penutupnya dan contoh kering di
dalamnya sebagai M3.
- Hitung kelembapan residu (RM % ar) sebagaimana rumus berikut:
𝐌𝟐−𝐌𝟑
𝐑𝐌 % 𝐚𝐫 = 𝐱𝟏𝟎𝟎...................................................... (3.2)
𝐌𝟐−𝐌𝟏

- Untuk menghitung TM (Total Moisture) dengan menggunakan rumus


berikut:
𝟏𝟎𝟎−𝐀𝐃𝐋
𝐓𝐌 % 𝐚𝐫 = 𝐀𝐃𝐋 + 𝐑𝐌 ............................................. (3.3)
𝟏𝟎𝟎

Dimana ADL adalah air dry loss yang dikerjakan pada tahap preparasi batubara
sebelumnya.

3.5.3.2 Penentuan Nilai Kelembaban Bawaan (Inherent Moisture)

1. Standar Acuan
ASTM D3173
2. Ruang Lingkup
Metode ini dilakukan untuk menentukan kadar kelembaban dalam contoh yang akan
di analisa.
3. Prinsip
Sampel yang telah diketahui beratnya kemudian dikeringkan pada suhu yang telah
ditentukan yaitu 110°C. Kelembaban dalam contoh yang dianalisa (M% ad) dihitung
dari berat yang hilang setelah pemanasan.

39
4. Peralatan dan Reagen
- Oven Moisture.
- Vacuum Pump.
- Nitrogen Gas.
- Moisture Dish.
5. Sampel
Sampel analisa berukuran 0,2 mm yang telah disetimbangkan diruang timbang.
6. Prosedur
- Naikkan suhu oven yang telah dikalibrasi pada angka 110°C.
- Atur aliran gas nitrogen pada angka 400 cm3/menit.
- Timbang dan catat berat dari cawan bersih kosong dan tutupnya sebagai M1.
- Timbang sampel 1000 ± 0,0050 gr kedalam cawan.
- Catat berat cawan, tutup dan sampel sebagai M2.
- Tempatkan cawan yang tidak tertutup, tutupnya letakkan keatas plat metal
kemudian masukan ke dalam oven.
- Keringkan semua sampel tersebut selama 1 jam.
- Ambil dan keluarkan cawan beserta tutupnya dari dalam oven, lalu masukkan
kedalam mesin desikator untuk mendinginkannya selama ± 15 menit.
- Keluarkan, lalu timbang dan catat berat cawan beserta tutupnya sebagai M3.
- Lakukan langkah c hingga i, pada sampel yang lainnya.
- Hitung nilai Inherent Moisture dalam contoh analisa sebagai M %ad sebagai
berikut:
𝐌𝟐−𝐌𝟑
𝐈𝐌 % 𝐚𝐝 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎 .............................................................. (3.4)
𝐌𝟐−𝐌𝟏

3.5.3.3 Penentuan Nilai Kandungan Abu (Ash Content)

1. Standar Acuan
ASTM D3174
2. Ruang Lingkup
Metode ini untuk menentukan kandungan abu dari sampel.

40
3. Prinsip
Sampel yang telah diketahui beratnya dipanaskan kedalam tungku pembakar pada
suhu 815°C selama 1 jam. Kadar abu dihitung dari berat sisa bahan bakar.
4. Peralatan dan Reagen
- Tungku Pembakar.
- Cawan Porselain.
- Timer/Stopwatch.
- Neraca Analitik.
5. Sample
Sampel analisa berukuran 0,2 mm yang telah disetimbangkan diruang timbang.
6. Prosedur
- Naikkan suhu tungku pembakar pada suhu 815°C.
- Timbang dan catat berat dari cawan kosong yang bersih sebagai M1.
- Timbang sampel 1000 ± 0,0050 gr kedalam cawan.
- Catat berat cawan beserta sampelnya sebagai M2.
- Masukkan cawan dengan sampel kedalam tungku pembakar.
- Tutup pintu tungku biarkan selama 1 jam, gunakan stopwatch/timer.
- Buka pintu tungku, keluarkan cawan.
- Biarkan selama 10 menit diudara terbuka.
- Timbang berat cawan dan sisa bakarnya sebagai M3.
- Bersihkan cawan dan timbang kembali sebagai M4.
- Lakukan langkah b hingga j pada sampel yang lainnya.
- Hitung kadar ash sebagai ash % ad sebagai berikut:

𝐌𝟑−𝐌𝟒
𝑨𝒔𝒉 % 𝐚𝐝 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎 .............................................................. (3.5)
𝐌𝟐−𝐌𝟏

3.5.3.4 Penentuan Nilai Kalori (Calorific Value)

1. Standar Acuan
ASTM D2015, D3175

41
2. Ruang Lingkup
Metode ini untuk menentukan nilai kalori dari sampel menggunakan alat calorimeter
Leco AC 350.
3. Prinsip
Sampel yang telah diketahui beratnya dibakar dalam suatu calorimeter bomb pada
kondisi standar. Nilai dasar kalori dihitung dari pencapaian suhu air dalam wadah
calorimeter dan kapasitas panas rata-rata pada suatu system.
4. Peralatan dan Reagen
- Calorimeter Leco AC 350.
- Bomb Calorimeter.
- Washing Bottle.
- Metal Crucible.
- Fuse Wire.
- Benzoic Acid Standard.
- Analytical Balance.
- Water Cooler.
5. Sample
Sampel analisa berukuran 0,2 mm yang telah disetimbangkan diruang timbang.
6. Prosedur
- Hidupkan calorimeter, system pengairan dan air pendingin.
- Biarkan selama 30 menit untuk pemanasan alat dan menstabilkan suhu jaket
calorimeter.
- Tempatkan cawan metal bersih yang kering diatas neraca analitik lalu tekan
“Tare” untuk meng nol kan. Timbang sampel kedalam cawan sebanyak 1.000 ±
0,0010 gram. Catat beratnya.
- Atur kepala bomb pada dudukannya, hubungkan seutas kawat halus pemantik
pada elektrode bomb, ikatkan seutas benang ditengah kawat, tempatkan cawan
berisi sampel kedudukan elektroda dan dekatkan ujung benang keatas sampel.
- Masukkan 5 ml aquadest kedalam bomb.
- Pasang kepala bomb dan bomb nya sampai “o-ring seal” rapat. Putar kepala
bomb sampai benar-benar rapat.

42
- Isi bomb dengan oksigen pada tekanan maksimum 30 atm. Sambungkan selang
pengisian oksigen ke katup dikepala bomb lalu tekan tombol O2 FILL. Dengan
demikian, bomb akan terisi oksigen secara otomatis dengan tekanan 30 atm.
Lepaskan selang dari katup bomb, cek jika ada kemungkinan kebocoran. Jika
ada kebocoran lepaskan tekanan oksigen dengan memutar kepala bomb, cek o-
ring nya, cek isi cawan jika tidak berubah bias diisi ulang oksigenya.
- Isi “bucket calorimeter” dengan 2.000 ± 0,5 ml air dari pipet otomatis pada
system pengairan.
- Masukkan “bucket” kedalam calorimeter. Gunakan tang pengapit untuk
memasukkan bomb kedalam bucket secara hati-hati.
- Masukkan 2 buah kabel pembakar ke socket di kepala bomb. Pastikan kabel
tidak mengganggu tuas baling-baling pengaduk.
- Tutup calorimeter.
- Tekan tombol START pada calorimeter,
- Sistem calorimeter akan berjalan secara otomatis akan membakar bomb dan
sampel serta mengkalkulasinya menggunakan controller.
- Tanda pembakaran selesai bisa dilihat pada layar calorimeter dan nilai
kalorinya.
- Buka penutup calorimeter, cabut kabel pembakar dari kepala bomb dengan hati-
hati. Keluarkan bucket,bombjuga dengan tang pengapit dari calorimeter. Isi
kembali airnya kedalam wadah system sirkulasi air.
- Lepaskan tekanan oksigen dari bomb, gunakan selang untuk mengalirkan gas
keluar ruangan. Buka tutup bomb dan simpan dipenyangganya.
- Perhatikan bagian dalam bomb untuk melihat kemungkinan adanya pembakaran
tidak sempurna. Jika itu terjadi, ulangi pengujian.
- Cuci bagian dalam bomb menggunakan botol semprot yang telah diisi air. Buang
semua kawat sisa pembakaran.
- Lakukan pengujian untuk sampel yang lainnya.

43
3.5.3.5 Penentuan Nilai Total Sulfur

1. Standar Acuan
ASTM D4239
2. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk menentukan kandungan total sulfur pada sampel yang
menggunakan alat penganalisa Sulphur LECO.
3. Prinsip
Sampel yang telah diketahui beratnya, dibakar dengan adanya oksigen pada suhu
1350°C, yang akan mengubah sulfur menjadi sulfur oksida. Magnesium Perchlorate
digunakan sebagai perangkap untuk menangkap air dan partikel-partikel lain. Aliran
gas dilewatkan melalui sel infra merah.
4. Peralatan dan Reagen
Alat penganalisa sulfur yaitu LECO tipe S.144 DR.
5. Sampel
Sampel analisa berukuran 0,2 mm yang telah disetimbangkan diruang timbang.
6. Prosedur
- Letakkan cawan kosong diatas neraca analitik.
- Timbang sampel kedalam cawan hingga 0,2000 ± 0,500 gram, jika beratnya
telah stabil, tekan tombol ENTER. Catat identitas dan berat sampel kedalam
lembar kerja.
- Tekan tombol ANALYZE dan tunggu hingga muncul perintah LOAD FURNACE.
Dorong sampel kedalam tabung pembakar, hingga cawan menyentuh dinding
belakang.
- Tunggu hingga analisa berjalan sempurna selama 3 menit. Hasilnya secara
otomatis muncul pada computer.
- Keluarkan cawan dari tabung pembakar.
- Lakukan pengujian untuk sampel yang lainnya.

44
3.6 Mekanisme Pencampuran Batubara PT. Lanna Harita Indonesia

Pencampuran batubara (coal blending) di PT. Lanna Harita Indonesia dilakukan


menggunakan skema blending chevron stockpiling yaitu suatu cara blending dengan
membentuk tumpukan menurut garis bujur dari penampang silang (cross section)
berbentuk segitiga dimana komponen-komponen berurutan ditimbun sama rata
sepanjang pivot tengah tumpukan. Cara blending tumpukan ini merupakan salah satu
cara yang banyak dipakai. Langkah-langkah dalam proses pencampuran batubara pada
PT. Lanna Harita Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Proses pencampuran batubara di coal processing plant (CPP) atau unit pengolahan
batubara di PT. Lanna Harita Indonesia dimulai dari proses pengangkutan batubara
dari pit atau lokasi tambang. Dimana batubara ini diangkut menggunakan dump
truck HINO 500 (FM 250 JD) dan Iveco dengan kapasitas ± 20 dan ±30 ton dari pit
dengan jarak yang ditempuh dari pit adalah ±25 Km.

2) Sebelum di dumping, dump truck melewati jembatan timbang (weight bridge) untuk
diketahui berat isinya, demikian juga setelah dumping, dump truck tersebut
melewati jembatan timbang lagi untuk mengetahui berat kosongnya. Maka tonase
batubara tersebut didapatkan dari pengurangan antara berat isi dengan berat kosong
dump truck.

3) Dari timbangan, batubara disimpan terlebih dahulu di Run Of Mine (ROM)


stockpile yang dekat dengan Coal Processing plant (CPP) ini dilakukan karena
kapal ponton biasanya datang terlambat atau berdasarkan rencana yang
terkoordinasi sesuai permintaan konsumen. Batubara yang berada dalam hopper
akan langsung masuk ke alat peremuk pertama (primary crusher) jenis double rool
crusher menghasilkan produk batubara berukuran ± 150 mm, selanjutnya produk
batubara dialirkan dengan belt conveyor menuju ke alat peremuk kedua (secondary
crusher) jenis double crusher disini batubara direduksi menjadi ukuran ± 50 mm,
kemudian dialirkan dengan belt conveyor menuju crushed stockpile, setelah itu di

45
dorong menggunakan dozer Komatsu D85E-SS sebagai umpan, dimana kapasitas
ROM stockpile ± 60.000 ton.

4) Batubara yang sudah memiliki ukuran sesuai permintaan konsumen akan melalui
belt conveyor menggunakan magnetic separator dan coal scanner, proses ini
bertujuan mencegah adanya kontaminasi material logam yang berasal dari proses
penambangan sampai dengan hauling di hopper.

5) Pada tahap selanjutnya batubara dari stock 1 (low sulfur coal) akan dicampur
dengan batubara stock 2 (medium sulfur coal) yang melalui bypass conveyor sesuai
dengan permintaan konsumen yang diarahkan oleh Departement Quality Control
menuju ke tongkang. Sebelum loading ke tongkang batubara di belt conveyor hasil
pencampuran akan melewati mechanical sampling yang berfungsi untuk
mengambil batubara per 15 menit yang dikomposisi dalam per 2 jam. Lalu sampel
tersebut akan dibawa ke Laboratorium untuk di analisis kualitas batubaranya.

6) Di pelabuhan batubara dari belt conveyor hasil pencampuran langsung dimuat ke


tongkang yang kemudian dihitung kuantitas batubara oleh pihak surveyor setelah
pemuatan selesai. Pemuatan dilakukan ± 1-2 hari dimana kapasitas tongkang
berkisar antara 5.000 – 7.000 ton batubara.

7) Tongkang akan ditarik oleh tug boat untuk dibawa ke tempat pembongkaran atau
ke Mother Vessel.

8) Pembongkaran batubara dari tongkang ke kapal induk atau Mother Vessel (MV)
dilakukan di laut lepas dimana kapasitas Mother Vessel (MV) berkisar antara
50.000 – 100.000 MT.

46
3.7 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Sampel dari hasil pencampuran di conveyor
yang dibawa ke laboratorium. Setelah itu dilakukan preparasi hingga analisa kualitas
sampel batubara tersebut. Data yang telah didapat kemudian akan diolah dan dibahas
untuk mengetahui perbedaan nilai parameter kualitas hasil pencampuran batubara dan
data yang diolah disajikan menggunakan software Microsoft Excel.

47
Studi Pencampuran Kualitas Batubara Dengan Metode Truck By
Truck Di PT. Lanna Harita Indonesia Kecamatan Anggana
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Penelitian

Studi Pustaka
- Laporan Terdahulu
- Buku

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Sampel batubara 1. Hasil uji Lab Sampel Pit :
2. Data hasil uji Lab Blending :  Stockpile 1
 IM, ASH Content,  Stockpile 2
 TS & CV (adb)

Analisa Data

Pembahasan
1. Mengetahui mekanisme pencampuran batubara
2. Bagaimana nilai parameter hasil pengujian di laaboratorium
3. Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya perbedaan hasil pencampuran
batubara
4. Pengolahan data menggunakan Miscrosoft Excel

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

48

Anda mungkin juga menyukai