Ditinjau dari segi pemanfaatannya, batubara dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Batubara untuk bahan bakar, disebut batubara bahan bakar (steaming coal, fuel coal, atau
energy coal)
2. Batubara bitumen untuk pembuatan kokas, disebut batubara kokas (cooking coal)
3. Batubara untuk dibuat bahan-bahan dasar energi lainnya, disebut batubara konversi
(conversion coal)
3. BATUBARA KONVERSI
Batubara konversi ialah batubara yang dimanfaatkan tidak sebagai bahan bakar
padat, tetapi energi yang dikandungnya, disimpan dalam bentuk lain, yakni gas dan
cairan. Pengubahan batubara dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui
pembuatan gas atau gasifikasi (gasification) dan pencairan batubara atau likuifaksi
(coal liquefaction).
Dalam proses gasifikasi, semua zat organik dalam batubara diubah kedalam bentuk
gas, terutama karbon monoksida, karbon dioksida, dan hidrogen. Gas-gas ini kemudian
dapat pula diubah menjadi bahan-bahan kimia, seperti pupuk dan metanol.
Proses likuifaksi bertujuan mengubah batubara menjadi minyak. Penelitian yang
dilakukan SASOL di Afrika Selatan yang telah berhasil mengubah batubara menjadi
minyak (gasolin, diesel, jet fuel), gas maupun bahan kimia lain melalui pembuatan gas.
Cara langsung ialah dengan menghidrogenasikan batubara (rasio atom
hidrogen/karbon = 0,7) sehingga menjadi minyak (rasio atom hidrogen hidrogen/karbon
>1.2)
*Sumber: http://industri-batubara.blogspot.co.id/2011/04/pemanfaatan-batubara.html
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, produk kokas batubara Ombilin memiliki sifat
kimia yang cukup baik seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Hal ini terlihat dari kandungan
sulfurnya hanya 0,38 % dan abu = 8,90 %, nilai ini telah memenuhi spesifikasi kokas pengecoran
logam.
Kandungan abu dan sulfur dalam kokas sangat penting pada operasi pengecoran logam.
Kandungan abu dalam kokas dapat mengurangi karbon, menurunkan suhu logam dan dapat
meningkatkan jumlah slag. Sedangkan kandungan sulfur dalam kokas dapat mempengaruhi
kestabilan operasi dari tungku pengecoran, meningkatkan volume slag dan mempengaruhi
kualitas logam.
Secara umum kokas briket telah dapat digunakan sebagai bahan bakar dan reduktor pada
pengecoran logam. Dalam pengamatan pengujian kokas briket untuk pengecoran besi meliputi
cairan logam dan konsentrasi gas buang di sekitar tungku pengecoran, % CE, %C, % Si. Hasil
pengamatan terlihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Hasil Analisa Kokas
Kokas Kokas
No. Kadar
Impor Briket
Kadar air, %
1. Kadar abu, % 0,68 2,93
2. Kadar zat terbang, 7,45 8,90
3. % 1,17 3,21
4. Kadar karbon padat, 90,70 84,96
5. % 7058 6894
6. Nilai kalor,KKal/kg 0,82 0,,38
7. Total sulfur, % - -
8. Phospor, % - 97,39
9. Drop shatter - 54,32
Kuat tekan, kg/cm2
Basis : adb
Table 2. Pengamatan pengujian mutu kokas untuk pengecoran logam
Fisik (% berat)
Abu 8.0 9.0 max
Air 2.5 5.0 max
Belerang 0.65 0.82 max
Zat Terbang 0.5 1.5 max
Alkali (K2O+Na2O) 0.25 0.40 max
Fosfor 0.02 0.33 max
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Secara umum, mutu kokas briket yang dibuat telah memenuhi spesifikasi kokas pengecoran
logam.
Kokas briket telah dapat digunakan sebagai bahan bakar reduktor pada pengecoran logam
dalam tungku tungkik dan menghasilkan mutu coran yang baik, temperatur cairan logam cukup
tinggi (1458O C) serta kandungan C = 3,27%.
Kandungan gas buang (NO2 dan SO2) hasil pembakaran kokas briket sangat kecil (mendekati
nol) sehingga tidak menimbulkan pencemaran udara di sekitar daerah pengecoran logam
tersebut.
*sumber: https://enoldgande.blogspot.co.id/2016/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Gasifikasi adalah proses konversi bahan bakar padat menjadi gas melalui reaksi
dengan satu atau campuran reaktan udara, oksigen, uap air, karbon dioksida. Proses Gasifikasi
bertujuan untuk menghasilkan produk gas yang sesuai dengan penggunaannya baik sebagai
sumber energi atau sebagai bahan baku industri kimia
Proses gasifikasi batubara merupakan proses konversi secara kimia dari batubara yang
berbentuk partikel atau Padatan menjadi gas yang bernilai bakar atau combustible. Pada dasarnya
gasifikasi batubara adalah reaksi oksidasi parsial dari batubara dengan oksigen atau udara. Proses
gasifikasi dilakukan dalam suatu reaktor yang disebut dengan gasifier. Combustible gas yang
dapat dihasilkan dari proses gasifikasi adalah CO, H2, CH4 dan sebagainya. Gas produk
gasifikasi ini dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar, bahan baku proses sintesa atau
bahan kimia lainnya.
Berbagai macam proses telah digunakan untuk mengubah bahan bakar fosil menjadi
gas untuk mendapatkan tipe gas yang cocok untuk pengaplikasian yang dibutuhkan. Dalam
beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, kebutuhan yang berbeda dari sebelumnya telah muncul,
dan pengembangan penelitian telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Subjek dari pengembangan penelitian itu meliputi : (1) pengendalian lingkungan
(pengembangan dari proses yang bisa membuang kotoran dengan mudah, termasuk pengendalian
CO2), Penghematan energi (pengembangan dari proses yang memberikan konversi energi yang
sangat efektif), dan (3) diversifikasi sumber bahan mentah (gasifikasi bahan mentah yang belum
pernah digunakan sebelumnya)
Teknologi gasifikasi yang digunakan untuk konversi batubara menjadi bahan bakar
gas dikenal dengan nama gasifier. Beberapa teknik yang biasa digunakan untuk proses gasifikasi
adalah:
Dari ketiga teknik tersebut, yang paling sederhana dan murah untuk aplikasi sebagai
bahan bakar adalah proses gasifikasi dengan metoda fixed bed gasification.
Pada proses gasifikasi akan dihasilkan abu (ash removal) yang merupakan kotoran dari
batubara. Abu ini dapat dikeluarkan secara langsung pada operasi temperatur rendah (non-
slagging gasifier) sebagai dry ash atau dikeluarkan pada operasi slagging gasifier pada
temparatur tinggi, sebagai liquid ash dengan viskositas rendah.
Gasifikasi dilakukan dalam sebuah tungku atau reaktor yang disebut gasifier. Secara
skematik gasifier untuk batubara tipe updraft dapat dilihat pada gambar di bawah. Unit Gasifier
ini dilengkapi dengan steam drum yang menghasilkan uap air.
Batubara dimasukan dari bagian atas, dan bergerak ke bawah secara gravity. Reaktan
oksigen dalam udara dan uap air ditiup dari bagian bawah reaktor. Reaktan berserta gas hasil
reaksi lainnya akan bergerak ke bagian atas gasifier.
1. Batubara secara gravity masuk ke dalam tungku/gasifier dari bagian atas. pengumpanan
menggunakan feeder otomatis.
2. Udara dan steam dimasukkan dari bagian bawah tungku yang dilengkapi dengan pengatur laju
pengumpanan.
3. Steam dan udara panas bergerak dari bagian bawah tungku melewati tumpukan batubara yang
bergerak dari bagian atas.
4. Terjadi reaksi antara batubara yang bergerak ke bawah dengan udara dan steam yang
bergerak ke arah atas sesuai dengan lokasi dan temperaturnya.
Ini adalah bagian dari sunshine project yang ditujukan untuk pengembangan sebuah
teknologi untuk gasifikasi batubara kalori rendah untuk pembangkit listrik, yag mana
mempunyai efisiensi panas yang lebih tinggi dibandingkan pembangkit listrik konvensional
pulverized coal thermal. Inti dari pengembangan penelitian ini meliputi gasifikasi dan proses
sistem kering pemurnian gas maupun test elemen turbin gas. Di laboraorium penelitian Yubari di
Hokaido, sebuah sistem pilot plant yang berbasis 40 t/d sistem gasifikasi dan mempunyai sistem
desulfurisasi gas sebesar 4500 Nm3/h. Sebuah sistem pembuangan abu, dan test elemen turbin
gas sebesar 3700 Nm3/h mulai berjalan setelah melewati gasifikasi PDU sebesar 5 t/d.
Gasifikasi ini adalah merupakan 2 tahapan dari tipe fluidized bed dengan tekanan 20
atm. Dengan sistem ini, batubara dihancurkan dan dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam
tungku pembakaran bagian atas dan tergasifikasi oleh gas panas dari bagian bawah tungku.
Udaradimasukkan ke bagian atas tungku dan gas yang telah terbentuk tadi dibawa keluar dari
tungku setelah panas tergantikan. Butiran butiran kasar arang yang tak terreaksi dikumpukan
oleh pipa overflow L dan butiran halus dikumpulkan oleh sebuah cyclone. Butiran butiran
tersebut dimasukkan kedalam tungku bagian bawah, dimana mereka dibakar lebih lanjut dan
digasifikasi oleh udara dan uap kemudian dibawa ke bagian atas tungku melalui cyclone
intermediet. Abu abunya dibuang dari pipa overflow tungku bagian bawah dan cyclone
intermediet dan juga dari bagian dasar tungku jika diperlukan.
Dengan sistem desulfurisasi, gas yang terbentuk dimasukkan melalui bagian dasar dari
kolom absorbsi fluidized bed untuk membuat senyawa sulfur bereaksi dengan senyawa besi
oksida dan mengeluarkannya dalam bentuk besi sulfida. Besi sulfida dikirim ke kolom
pembaruan fluidized bed, dimana senyawa ini dibakar dan dikembalikan ke bentuk besi oksida
yang mana diresirkulasi dan digunakan kembali.
Sistem pembuangan debu atau abu terdiri dari dua kolom pengumpul debu yang
mempunyai panel filter didalamnya yang terdiri dari sebuah looper untuk bagian depannya dan
sebuah kabel yang berhubungan untuk permukaan belakangnya. Sebuah saringan sedang
diturunkan kebawah dalam laju tetap. Debu yang terkandung dalam gas dibuang, karena gas
mengalir melewati saringan medium, disebabkan oleh efek sinergis dari penyaringan dari
laminasi penyaring dan lapisan debu yang dibentuk dalam penyaring medium. Penyaring
medium yang terpasang didalam panel terresirkulasi untuk digunakan kembali setelah debu
dibuang oleh pemisah debu yang terdiri dari saringan goyang (vibrating screen).
Test elemen sistem turbin gas terdiri dari tiga alat test untuk pembakan, material, dan
deposit. Pada setiap alat, pengukuran pembakaran bersuhu tinggi dari gas yang terbentuk.
Pemillihan material yang cocok untuk turbin gas dan alat yang sama, dan penelitian dari
pengaruh kotoran di pembakar gas di bilah turbin dilakukan menggunakan tekanan normal, skala
penuh pembakar utama. Menggunakan sistem pilot plant yang dijelaskan tadi, penelitian dan
pengembangan proyek tahap pertama telah diselesaikan, mencapai hasilnya pada periode dari
1974 sampai 1987.
Teknologi ini dikembangkan untuk memperoleh efisiensi tenaga yang tinggi dalam
keseluruhan sistem pembangkit listrik dengan gasifikasi batubara. Batubara bereaksi oksigen
didalam udara dalam sebuah entrained bed pada temperatur yag tinggi dan tekanan yang tinggi
dalam sebuah sistem, dan tenaga listrik dihasilkan menggunakan turbin 1300C dengan efisiensi
tinggi dan turbin uap yag sedang dikembangkan untuk batubara kalori rendah.
Sebuah sistem pilot plant untuk gasifikasi batubara untuk pembangkit listrik telah
dibangun di Kota Iwaki. Di prefektur Fukushima, dan peneliannya sudah dijalankan sejak 1991.
Teknologi ini bertujuan memproduksi gas berkalori tinggi dengan kisaran kalori
5000 k kal/Nm3
Dengan membuat oksigen dan uap air bereaksi dengan campuran bubur batubara
dengan minyak berat. Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk industry bahan bakar gas dan
untuk bahan bakar pengganti sebagai natural gas (SNG) selain metan. Teknologi Hybrid dapat di
uraikan sebagai berikut :
1. Bubur batubara dibuat dengan material mentah yang mengandung 30% batubara dari total
berat dan minyak berat, meliputi minyak bekas yang dicampurkan dengan tujuan meningkatkan
proses pembakaran pada system yang disebut hydrohoist.
2. Hal ini secara sederhana termasuk tipe dari gasifikasi fluida, yang meliputi bagian oksidasi
pada bagian terbawah dari lapisan cairan tersebut dan pemusatan panas pada bagian atas.
3. Oksigen dan hydrogen adalah bahan baku dalam oksidasi utama dari panel penyebaran, dan
arang akan menjadi gas pada tempratur yang berkisar 900C. Abu lalu diekstrak sebagai dry ash
dari bagian pusat. Selain itu campuran tersebut disebarkan ke dalam bagian penguraian panas di
saat suhu terlalu rendah.
4. Gas diproduksi pada tungku gasifikasi saat pendinginan. Material yang digunakan adalah
pasir silica sebagai fluida menengah, yang memiliki kemampuan untuk menghalangi gas agar
tidak tertahan oleh tar.
Dalam tujuan untuk penyempurnaan teknologi tersebut, digunakan perawatan bubur campuran
dengan kapasitas 12 ton/hari yang dibuat di kota Iwaki, provinsi Fukhusima dan penelitian telah
dilakuan sejak 1982 sampai 1985.
Hal berikut data hasil penelitian :
1. Formasi penyebaran fluida melalui metode pembakaran bubur campuran ke dalam
pembakaran meningkatkan tingkat uap, yang termasuk dalam gas aktif.
2. Meningkatakan efektifitas dari tungku gasifikasi dengan membuat suhu lebih tinggi
dibandingkan metode oksigen-hidrogen, yang mencegah abu dari meleleh dan menumpuk.
3. Mencegah masalah kokas pada saluran produksi gas.
pendinginan gas lebih efisien 70% lebih tinggi dari target dan 500 jam beroprasi secra
berkelanjutan yang telah dibuktikan.
6. Teknologi Hidrogasifikasi Batubara
Teknologi ini diciptakan untuk gas yang kaya akan metan, BTX, dan lainnya, yang
membuat batubara bereaksih sangat cepat dengan hydrogen. Tipe dari pereaksi telah berganti
dari tipe fluidized termasuk HYGAS. Gabungan dari entrained bed dan fluidized bed dikenal
sebagai HYDRANE dimana prosesnya juga telah dipelajari.
Tipikal dari system yang menggunakan entrained bed reactor adalah rockwall system.
Dalam system sirkulasi dan hubungan antar reaksi 2 sistem menggunakan hydrogen sebagai
medium. Semuanya dapat dikelompokkan dalam kategori hypygrolysis, dan semua dari PDU
system telah dikembangkan/ Dalam bagian ini, entrained bed system dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Rock wall corp. dari Amerika mengaplikasikan hal ini dalam teknologi mesin roket menjadi
gasifikasi batubara. Untuk membuat rockwall FHP proses. Teknologi ini dibuat untuk pabrik
pembuatan metan, yang akan menjadi SNG, BTX dan lainnya. Dengan mereaksikan hydrogen
yang sangat panas pada saat pembakaran oleh oksigen dengan batubara halusdalam waktu yang
sangat singkat. Dalam pengembangan system ini, kemajuan proses FHP telah dipelajari untuk
dapat memenuhi kebutuhan sendiri untuk hydrogen dari perubahan uap. Di saat yang sama
memungkinkan hidrogasifikasi dnegan menambahkan uap kedalam reaksi gas, malah dari
produksi dan pemasukan hydrogen emlalui sebagian pembakaran dari arang. NEDO dan 6 anak
perusahaanny ikut serta dalam pengembangan di priode 1984 sampai 1986. Sejak 1986, Tokyo
Gas terus mempelajari proses ini.
2. Osaka Gas dan British Gas melakukan pengembangan dari reactor damam sejak 1986 untuk
memanfaatkan panas dari sirkulasi gasdalam reaksi batubara dan hydrogen dengan memasang
sebuah pipa di dalam reactor dan membuat aliran sirkulasi gas disekitar inner pipe. Batubara
adalah bahan baku seperti batubara halus dalam Rock Wall method.
3. Bantuan dari Badan Penelitian dan Ilmu Pengetahuan Industri, Industri Kimia Ashasi
diikutkan dalam pengembangan dari proses mendapatkan BTX dan etanol dalam kurn waktu
1980 sampai 1984. Proses ini berkarakteristik melalui transisimetal salt dengan batubara dan
membuatnya menjadi katalis, dan mengadopsi system reaksi dari penjelasan hydrogen dalam 2
tahap.
Gasifier batu bara telah mampu dioperasikan pada proses pengeringan teh, tetapi
operasionalnya masih dengan sistem batch (berkala) dan tidak bisa secara kontinu. Sedang
sistem pengumpan batu bara sudah mampu dilakukan secara kontinu, tetapi abu batu bara tidak
bisa dikeluarkan secara kontinu, dan menumpuk di bagian bawah reaktor hingga menggangu
proses gasifikasi. Penelitian bertujuan untuk penyempurnaan gasifier batu bara dengan membuat
dan memasang sistem pengeluaran abu yang kontinu, agar pengumpanan batu bara dapat
dilakukan secara terus menerus tanpa menghentikan kegiatan operasi, serta memasang sistem
kontrol aliran udara sehingga alur proses gasifikasi dapat diamati.
Metodologi meliputi: modifikasi sistem pengeluaran abu untuk kemudian memasang
alat kontrol laju alir udara dan melakukan uji coba gasifikasi batu bara untuk mengamati
kemampuan reaktor dalam operasi pada sistem kontinu melalui pengontrol laju alir udara dan
untuk mengkaji laju reaksi. Hasil analisis pengukuran diameter, batu bara dibedakan menjadi dua
fraksi yaitu -4,0+2,5cm dan -2,5+0,9cm. Dari pengukuran temperatur operasi selama percobaan
tanpa penyulut awal memperlihatkan pada waktu ID-fan di nyalakan, bara api yang masih tersisa
kembali menyala dan menghasilkan panas serta memicu batu bara didekatnya terbakar. Karena
jumlah batu bara yang ada dalam gasifier jauh lebih besar dibanding jumlah udara yang masuk,
maka terjadilah gasifikasi. Pengamatan selama percobaan menunjukkan bahwa tanpa penyalaan
awal dan tanpa pembongkaran sisa proses sebelumnya, batu bara dalam gasifier cepat terbakar
dan gas yang dihasilkan terbakar dengan sendiri. Dari percobaan memperlihatkan bahwa
pengeluaran abu sistem double valve dapat dioperasikan dengan baik dan abu batu bara dapat
dikeluarkan dari reaktor tanpa mengganggu proses gasifikasi. Alat kontrol laju alir udara primer
berupa oriface dan manometer (pipa U) dapat digunakan untuk mengontrol dan mengamati
proses gasifikasi.
B. Likuifaksi Batubara
Jika batubara, yang solid. Dikonversi ke dalam cairan dengan membuatnya bereaksi
dengan hidrogen pada suhu tinggi dan tekanan tinggi. Penanganan masalah trasportasi meluding
(dk tau arti meluding) dan penyimpanan akan dipecahkan. Pada saat yang sama, hal ini akan
mengakibatkan pembuatan energi bersih melalui desulphurization. Akibatnya, batubara cair
dapat digunakan dalam hampir semua sektor pasar produk minyak bumi yang hadir.
Proses pencairan Batubara secara luas dapat digolongkan ke dalam proses pencairan tidak
langsung dan proses pencairan langsung. Proses-proses yang telah dikembangkan di Jepang,
USA dan Jerman adalah semua proses pencairan langsung. Di sisi lain, proses pencairan tidak
langsung telah diadopsi pada tanaman yang praktis beroperasi di Afrika Selatan.
Proses pencairan tidak langsung (Fischer-Tropsch sintesis proses) dirancang untuk
membuat batubara menjadi gas dan menghasilkan gas sintetik yang terdiri dari CO dan H2, dan
untuk mensintesis fase cair hidrokarbon menggunakan gas sintetis tersebut sebagai bahan baku.
Umumnya , batubara memiliki struktur tiga dimensi yang badan satuannya terdiri dari cincin
terkondensasi aromatik sebagai basa yang melekat pada rantai samping alifatik dan gugus
fungsional oksigen , dihubungkan oleh - rantai CH2 - jembatan O . Jumlah cincin terkondensasi
aromatik bervariasi dengan tingkat karbonisasi , dan lebih dari 10 untuk antrasit memiliki tingkat
karbonisasi tinggi .
Dengan proses pencairan langsung, pertama-tama batubara dilumat (dihancurkan)
dan bubur dibuat dengan mencampurkan batubara ini dengan sebuah pelarut. Bubur diberikan
tekanan yang dimasukkan ke dalam sebuah reaktor bersama-sama dengan hidrokarbon oleh
pompa. Bubur diberi tekanan sebanyak 100 ~ 300 atm di reaksi vassel, kemudian dipanaskan
sampai sekitar 400 ~ 480 c. disini batubara terpotong karena terkena dekomposisi karena suhu
di bagian jembatan memiliki kekuatan ikatan yang tinggi , dan direduksi menjadi molekul kecil
lalu menjadi reaksi intermediete dari fragmen kecil yang memiliki radikal bebas .Ketika jumlah
hidrogen yang cukup diberikan ke dalam sistem reaksi, radikal bebas menjadi stabil dengan
hidrogen dan menjadi matrial cair. Kemudian, produk disuling menjadi berbagai sulingan dan
dibuat menjadi produk minyak. Berbagai macam proses dapat dipertimbangkan menurut material
mentah batubara, metode untuk menambahkan hidrogen batubara, dan cara menambahkan
katalis. Di Jepang, dua jenis proses masing-masing menggunakan batubara coklat dan batubara
bituminus memiliki sifat yang berbeda sebagai bahan baku batubara yg sedang dalam
pengembangan.
Negara-negara yang paling aktif sedang membuat teknologi pencairan batubara
adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman, Inggris dan Republik Afrika Selatan. Di Amerika
Serikat , Teluk Corp , telah menyelesaikan pengoperasian 30 t / d sistem pilot plant yang
mempekerjakan proses SRC - II , dan exxon corp , telah menyelesaikan pengoperasian 250 t / d
sistem pilot plant yang mempekerjakan proses EDS . Ashland corp , telah menyelesaikan
pengoperasian 250 t / d sistem pilot plant mempekerjakan proses H - COAL . Di Amerika
Serikat, tahap penelitian sistem pilot plant telah selesai, dan waktu yang tepat untuk aplikasi
praktis telah menunggu sementara penelitian dasar terus berlanjut. Perusahaan Jerman telah
menyelesaikan penelitian pengoperasian 200 t / d pilot plant dengan versi perbaikan dari proses
IG , yang dikembangkan terutama oleh Ruhrkohle Grubh dan lain-lain selama perang dunia 2 .
Di Inggris , perusahaan sedang melakukan penelitian pengoperasian 2,5 t / tanaman d , dan
SASOL di Afrika Selatan adalah menjalankan 18.000 bbl / pabrik komersial dengan proses
pencairan tidak langsung , satu-satunya contoh di dunia.
Setelah krisis minyak yang pertama pada tahun 1973, pemerintah Jepang memulai
proyek sinar matahari pada 1974 untuk mengembangkan subsitutes minyak. Sebagai bagian dari
proyek ini, penelitian perkembangan dimulai pada teknologi pencairan batubara. Pada tahun
1980, NEDO didirikan, dan dua proyek, pengembangan teknologi pencairan batubara bituminus
(150 t/d pilotplant ) dan teknologi pencairan batubara coklat (50 t/d pilot plant) dimulai. NEDO
melaksanakan pengembangan teknis yang bertujuan membangun teknologi proses dan
meningkatkan efisiensi ekonomi dan terpercaya (anda). Pada waktu yang sama, pengembangan
teknis, pengujian dan penyelidikan mengenai upgrade (perbaikan) pencairan minyak,
keselamatan lingkungan pencairan minyak dan bahan-bahan baru sedang diperiksa sebagai dasar
umum untuk semua teknologi ini (Lihat gambar 8-12).
Skala planr komersial pencairan batubara yang dipertimbangkan saat ini adalah
sekitar 30.000 t/d (kering batubara). Diperkirakan bahwa produksi tentang 100.000 ~ 110.000
bbl/d muka pada skala ini. Kapasitas pencairan ini sesuai dengan kapasitas rata-rata per kilang
minyak di industri penyulingan minyak. Pada tahap awal minyak cair, akan digunakan dengan
sekitar 15 ~ 20% dari Konvensi produk minyak bumi dicampur di dalamnya. Akibatnya,
kerjasama dengan industri minyak ini dipertimbangkan. Selain itu, sejak LPG, fenol, sulfur, dan
amonia dapat diperoleh dalam jumlah cukup besar, bekerja sama dengan industri kimia juga
harus dipertimbangkan.
Berikut ini adalah beberapa teknologi yang dikembangkan di bidang likuifaksi
batubara :
Proyek ini dimulai sebagai bagian dari proyek MITI Sunshine yang bertujuan untuk
mengoptimalkan proses likuifaksi brown coal victoria di daerah Victoria, Australia, yang
memiliki deposit brown coal yang luas.
Pembangunan Pabriknya dimulai pada November 1981 di Kota Morwell yang berdekatan
dengan dengan tambang batubara Latrobe Valley ( cadangan tertambang : 33 miliyar ton) sekitar
150km dari Melbourne, pusat Victoria. Pembangunan sistem Hydrogenation utama sebagai tahap
kerja pertama selesai pada 1985, dan batubara pertama dimasukan ke pabrik pada November.
Sistem Hydrogenation tambahan , sebagai kerja tahap kedua selesai pada Desember 1986.
Tes untuk menguji kedua sistem Hydrogenation tersebut dilakukan pada tahun 1987.
Pada Agustus 1988, dilakukan sebuah pengoperasi an selama 1700 jam secara terus menerus.
Hasilnya, diperoleh kestabilan pada semua sistem. Setelah itu, dilakukan berbagai pengujian
untuk meningkatkan rasio dari Likuifaksi. Pengoperasian secara umum dilakukan dengan tujuan
teknologi operasi mencapai efektif. semua operasi telah selesai pada oktober 1990 dengan total
10500 jam pengoperasian. Pembongkaran Pabrik dilakukan setelah selesai penelitian operasi
pada April 1992. Susunan hasil penelitian , mencakup berbagai data yang didapat dari pabrik
telah selsesai sejak 1993.
Kapasitas pengolahan batubara dari 50 t/d (berdasarkan kelembaban abu batubara) dan
kapasitas produksi dari 150 bbl/d minyak, pabrik ini dapat digolongkan menjadi proses
pretreatment, proses pemanasan, proses hidrogenasi utama, dan proses hidrogenasi tambahan.
Proses Pretreatment terdiri dari bagian penghancuran brown coal, pengairan /
pengeringan dan peleburan. Peleburan terdiri dari percampuran brown coal kering and 2,5
bagian dari pelarut yang terbuat dari penambahan katalisator besi. Pada proses Hidrogenasi
utama, hidrogen ditiup pada kondisi temperatur 430-450 C dan tekanan 150 200 Kg / Cm2G
agar terjadi reaksi Likuifaksi. Hasil ini akan dimasukan kedalam alat destilasi untuk didestilasi
menjadi nafta dan minyak.
Didalam Alat Destilasi ini berisi material padat yang dikenakan pemisahan cair-padat
dalam proses pendinginan pelarut. Cairan hasil destilasi ini lalu dikirim ke proses hidrogenasi
tambahan ( Secondary Hydrogenation) sampai material padat terbuang. Reaktor tipe Fix Bed di
sistem hidrogenasi terisi oleh katalis Ni dan Mo sehingga reaktornya mencapai suhu 360 400
o
C dan tekanan 150 200 Kg/cm2G. Kemudian didestilasi lagi sampai tigas kali. Sekitar tiga
Barel minyak batubara bisa dibuat dari satu ton brown coal.
Hasil dari operasi Pada pabrik, tertdapat 5 target yang dicapai
1. hasil rasio liquified oil 50% atau lebih besar
2. operasi berkelanjutan selama 1000 jam atau lebih lama
3. Daashing performance : 1000 ppm atau lebih kurang
4. pengembangan katalisator hidrogenasi tambahan fixed bed yang tahan lama
5. Pengembangan proses dewatering terbaru yang ekonomis
*sumber: http://simonsamosir.blogspot.co.id/2014/07/teknologi-konversi-batubara_15.html
Batubara + H2O + O2 H2 + CO
Adapun Teknologi Penggasan Batubara adalah suatu bentuk peningkatan energi yang
terkandung di dalam batubara melalui suatu konversi dari fase padat menjadi fase gas dengan
menggunakan proses degradasi termal material-material organik pada temperatur tinggi di dalam
pembakaran yang tidak sempurna. Proses ini berlangsung di dalam suatu alat yang disebut
gasifier. Gasifying agent adalah gas yang dimasukkan ke dalam gasifier agar proses gasifikasi
berjalan dengan semestinya. Dalam memasok udara proses gasifikasi memerlukan kapasitas
tertentu, tidak boleh terlalu banyak karena menyebabkan pembakaran namun juga tidak terlalu
sedikit karena akan berpotensi untuk mematikan nyala api gasifier. Gasifying agent dapat berupa
udara, steam, atau O2 . Udara yang memasuki gasifier sering direlasikan sebagai equivalent ratio
(ER) yang besarannya dipengaruhi oleh udara dan stoichiometri bahan bakar. Ke dalam gasifier
ini nantinya akan dimasukkan bahan bakar batubara untuk dibakar di dalam reaktor (ruang
bakar) secara tidak sempurna. Dengan kata lain, proses gasifikasi merupakan proses pembakaran
parsial bahan baku padat, melibatkan reaksi antara oksigen dengan bahan bakar padat. Uap air
dan karbon dioksida hasil pembakaran direduksi menjadi gas yang dapat terbakar (flammable),
yaitu karbon monoksida (CO), hidrogen (H2) dan methan (CH4). Gas-gas ini dapat dipakai
sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk berbagai keperluan seperti menggerakkan
mesin pembakaran dalam (diesel atau bensin), yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
pembangkitan listrik.
Keseluruhan proses gasifikasi terjadi di dalam reaktor gasifikasi yang dikenal dengan
nama gasifier. Di dalam gasifier inilah terjadi suatu proses pemanasan sampai temperatur reaksi
tertentu dan selanjutnya bahan bakar tersebut melalui proses pembakaran dengan bereaksi
terhadap oksigen untuk kemudian dihasilkan gas mampu bakar dan sisa hasil pembakaran
lainnya.
a) Drying
Proses drying dilakukan untuk mengurangi kadar air (moisture) yang terkandung di
dalam biomass bahkan sebisa mungkin kandungan air tersebut hilang. Temperatur pada zona ini
berkisar antara 300 0C. Kadar air pada biomass dihilangkan melalui proses konveksi karena pada
reaktor terjadi pemanasan dan udara yang bergerak memiliki humidity yang relatif rendah
sehingga dapat mengeluarkan kandungan air biomass. Semakin tinggi temperatur pemanasan
akan mampu mempercepat proses difusi dari kadar air yang terkandung di dalam biomass
sehingga proses drying akan berlangsung lebih cepat. Reaksi oksidasi, yang terjadi pada reaktor
menghasilkan energi panas yang cukup besar dan menyebar ke seluruh bagian reaktor.
Disamping itu kecepatan gerak media pengering turut mempengaruhi proses drying yang terjad
b) Pirolisis
Pirolisis adalah dekomposisi thermo kimia dari batubara menjadi berbagai produk yang
bermanfaat, dalam keadaan tidak adanya oksidator secara total atau dengan pasokan yang
terbatas yang tidak mengizinkan gasifikasi ke tingkat yang cukup. Ini adalah salah satu beberapa
langkah reaksi atau zona diamati dalam gasifier. Selama pirolisis, molekul hidrokarbon
kompleks batubara terurai menjadi molekul yang lebih simple dan relatif lebih kecil seperti gas,
cairan, dan char. Ini berlangsung pada suhu yang lebih besar dari 300 0C
Ini adalah zona utama gasifier dimana kita mendapatkan produk atau Syngas. Proses
reduksi adalah reaksi penyerapan panas (endoterm), yang mana temperatur keluar dari gas yang
dihasilkan harus diperhatikan. Pada proses ini terjadi beberapa reaksi kimia. Di antaranya adalah
Bourdouar reaction, steam-carbon reaction, water-gas shift reaction, dan CO methanation yang
merupakan proses penting terbentuknya senyawa-senyawa yang berguna untuk menghasilkan
flammable gas, seperti hydrogen dan karbon monoksida. Proses ini terjadi pada kisaran
temperatur 400 sampai 900 0C. Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi pada zona tersebut:
Boudouard reaction
Steam-carbon reaction :
Methanation
Proses oksidasi adalah proses yang menghasilkan panas (eksoterm) yang memanaskan lapisan
karbon di bawah. Proses ini terjadi pada temperatur yang relatif tinggi, umumnya 1,100 sampai
1,500 0C. Pada temperatur setinggi ini pada gasifier updraft, akan memecah substansi tar
sehingga kandungan tar yang dihasilkan lebih rendah. Adapun reaksi kimia yang terjadi pada
proses oksidasi ini adalah sebagai berikut:
Gambar. 9 Tahapan dan distribusi suhu pada penggasan batubara (gasifikasi)
2) Downdraft
Sebuah gasifier tipe downdraft adalah reaktor cocurrent di mana udara masuk gasifier pada
ketinggian tertentu di bawah puncak. Gas produk mengalir ke bawah (memberikan nama
downdraft) dan gas keluar dari bagian bawah gasifier .Karena melewati suhu tinggi zona abu
panas, tar dalam gas produk menemukan kondisi yang menguntungkan untuk terpecah. Untuk
alasan ini, gasifier downdraft, dari semua jenis, memiliki tingkat produksi tar terendah.
Udara disemprotkan ke dalam ruang bakar dari lubang arah samping yang saling berhadapan
dengan lubang syngas keluar sehingga pembakaran dapat terkonsentrasi pada satu bagian saja
dan berlangsung secara lebih banyak dalam suatu satuan waktu tertentu.
Gambar. 12 Skema crossdraftPencairan Batubara
Tahun 2004 kerjasama pengembangan teknologi upgrade (antara China Shenhua Coal
Liquefaction Co. Ltd. dengan West Virginia University) untuk komersialisasi DCL rampung,
untuk kemudian pembangunan pabrik DCL kapasitas dunia di Inner Mongolia. Dalam Phase
pertama pabrik ini akan dihasilkan lebih dari 800.000 ton bahan bakar cair pertahunnya.
a) Pirolisa Batubara
Pirolisa merupakan cara pencairan batubara yang paling sederhana yang telah dikenal satu abad
yang lalu. Dalam proses ini batubara mengalami kraking untuk menghasilkan gas, minyak dan
kokas dengan mempergunakan batubara. Dengan demikian pada asasnya metode ini bukan
merupakan proses pencairan yang sebenarnya. Sasaran utama pencairan ini adalah mendapatkan
jenis bahan bakar yang lebih mulia dan tidak menganggu kelestarian lingkungan dalam proses
COED (Char Oil- Energy- Development) batubara yang dihancurkan dalam lapisan lapisan
mengambang. Sebelum proses ini dilakukan arang sebagian dibakar dengan oksigin, yang
merupakan sumber panas yang diperlukan untuk proses pirolisa ini.
b) Hidroginasi Langsung
Hidroginasi Langsung atau yang sering disebut dengan Proses Bergius Pier di Jerman
Barat, atau Proses Syanthol (Bureau of Mines) di USA dan Proses H Coal (Department of
Energy) juga di USA. Hidroginasi Langsung merupakan pencairan batubara metode langsung
atau dikenal dengan Direct Coal Liquefaction-DCL pada proses ini menggunakan proses hydro-
craacking dengan bantuan katalisator dimana dalam proses ini mempergunakan gas hidrogin,
batubara mula-mula digiling. Kemudian batubara ini dicampurkan dengan minyak bakar
dihasilkan oleh panas itu sendiri. Kemudian mengalami hidroginasi katalitik di bawah tekanan
yang tinggi (beberapa ratus bar) dan suhu yang tinggi (400 500OC).
Prinsip dasar dari proses ini adalah meng-introduksi-an gas hydrogen kedalam struktur
batubara agar rasio perbandingan antara C/H menjadi kecil sehingga terbentuk senyawa-senyawa
hidrokarbon rantai pendek berbentuk cair. Proses ini telah mencapai rasio konversi 70% batubara
(berat kering) menjadi sintetik cair. Pada proses ini menghasilkan suatu produk cair, dengan
kadar sulfur yang rendah, yang menyerupai minyak. Untuk mendapatkan jenis jenis minyak
lain yang lebihsegar dapat dipakai teknologi penyulingan biasa.
c) Hidroginasi solvent donor H (Ekstraksi Batubara)
Ekstraksi batubara dilakukan dengan bantuan solvent (bahan pelarut) donor- H, yang juga
bertindak sebagai minyak sluri bagi batubara yang dihancurkan. Suhu yang diperlukan untuk
konversi ini adalah sekitar 400oC, dan tekanan yang dipakai antar 20 sampai 100 bar. Produk
yang diperoleh adalah bebas abu dan mempunyai kandungan sulfur yang rendah, akan tetapi
mempunyai bentuk cair hanya pada suhu anatar 150 - 200 oC. dapat dipakai sebagai bahan bakar
untuk pusat listrik tenaga uap.
Usaha untuk lebih mencairkan bahan bakar ini dilakukan antara lain di Pittsburgh (USA), dan
menghasilkan suatu produk yang dinamakan SRC (Solvent Refined Coal), untuk dipakai sebagai
sejenis bahan padat yang bebas abu dan bebas belerang serta dapat digiling. Suatu variant dengan
hidroginasi lebih lanjut menghasilkan suatu produk cair, yang dikenal dengan SRC- H, yang
dapat dipakai sebagai minyak bakar.
Suatu proyek dari Department Of Energy, di Baytown, Texas. Mempergunakan batubara yang
mengandung banyak belerang, mempergunakan katalisator untuk memeprcepat proses. Proyek
ini mempunyai kapasitas 250 ton sehari.
2) Proses pencairan batubara dengan metode tidak langsung (Indirect Coal Liquefaction-
ICL)
a) Fisher Tropsch Process
Fisher Tropsch adalah sintesis CO/H2 menjadi produk hidrokarbon atau disebut
senyawa hidrokarbon sintetik/ sintetik oil. Metode pencairan batubara ini jga dikembangkan di
Jerman ditahun 20- an dengan Sembilan pabrik yang dibangun di akhir tahun 30- an di negeri
tersebut. Kesembilan pabrik ini tidak bekerja lagi, karena tidak dapat bersaing harga minyak
bumi yang rendh pada tahun 50 an. Pabrik yang dibangun di luar Jerman, adalah di Afrika
Selatan, oleh South African Coal, Oil and Gas Corporation (Sasol) di Sasolburg dan bekerja
sejak tahun 1955 dengan produksi 240 ribu ton setahun. Pabrik tersebut kini diperbesar hingga
mencapai kapasitas 1,5 juta ton setahun.
Sintesa Fischer Tropch berlandaskan reaksi kimia berikut :
CO + 2H2 (CH2-) + H2O
2CO + H2 (CH2-) + CO2
Pengembangan proses pertama mempergunakan sintesa bertahap dengan
mempergunakan katalis dalam sebuah reactor dengan sandaran (fixed bed) tetap pada tekanan
yang dinaikkan (proses ARGE) , yang memberihkan hasil lebih tinggi. Pada proses ARGE
dipakai suhu 230 oC, tekanan 26 bar, dan rasio H2 : CO sebesar 1 : 7. Pabrik pencairan batubara
Sasol kini merupakan pabrik pencairan batubara terbesar di dunia.
Setelah adanya kenaikan kenaikan deras dari harga minyak sejak tahun 1974, pencairan
batubara kembali mendapatkan perhatian besar negara negara industry. Misalnya dalam tahun
1974, perusahaan Ruhrkohle AG dan VEBA OEL di Jerman Barat kembali mengembangkan
proses pencairan batubara, yang dilandaskan pada prinsip Bergius Pier, dengan proyek
Bottrop yang diperkirakan akan mula berproduksi dalam tahun 1987.
*sumber: http://muhammadsaid28.blogspot.co.id/2016/08/pembakaran-dan-konversi-batu-bara.html