Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut
/peat hingga pembatubaraan (coalification). Secara
ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat
material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk.
Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis
yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan pembentukan gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses
perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya
antrasit.
Komposisi Batubara
MASERAL ORGANIK
Komposisi batubara yang terdiri dari maseral organik dan kristal mineral
organik, yang merupakan agregat-agregat organik yang dapat dibedakan
secara mikroskopis.
MASERAL ANORGANIK
KLASIFIKASI BATUBARA
Peat/Gambut
Merupakan tahapan awal pembentukan batubara.
kandungan airnya sangat tinggi dan nilai kalornya yang sangat
rendah.
Lignit
Kata Lignit berasal dari bahasa latin lignum yang berarti kayu.
Rangking terendah dari batubara ini mempunya kandungan air dan zat
terbang (volatile matter) yang tinggi, mempunyai nilai kalor rendah. Karena
kandungan zat terbangnya yang tinggi, lignit sangat mudah terbakar
Subbituminus
Rangking batubara menengah yang tingkatan kematangan proses
metamorfosanya telah mencapai suatu kondisi dimana sifat kayunya tidak ada
lagi. Berwarna hitam kecoklatan sampai hitam. Rapuh bila diekspos ke udara.
Pembakaran spontan. Tidak dapat dibuat menjadi kokas
Bituminus
batubara ini bila dipanaskan biasanya menjadi massa yang kohesif,
mengikat dan melekat. Mempunyai nilai kalor tertinggi dan temperatur nyala
yang tinggi. Berwarna hitam berkilap. Cocok untuk bahan baku pembuatan
kokas bagi industri besi baja
Antrasit
Rangking batubara yang tertinggi. Mempunyai kandungan zat
terbang yang rendah. Hampir seluruhnya berupa karbon tetap sehingga
berwarna hitam yang sangat kemilau. Antrasit paling banyak digunakan
untuk pemanasan rumah, kokas, dan produksi gas.
Yaitu penentuan persentase abu, zat terbang (volatile matter), karbon tetap
(fixed carbon), dan kandungan air menurut metoda tertentu. Kegunaan dari
analisa proksimat antara lain untuk mengevaluasi sifat reaktivitas penyalaan
dan pembakaran batubara, basis data dalam perancangan boiler, klasifikasi
jenis batubara.
Analisa Ultimat.
Bentuk Sulfur.
Reaktivitas Batubara.
Analisa abu
ANALISA PROKSIMAT
Basis
Moisture
(%)
Zat Terbang
(%)
Karbon Tetap
(%)
Abu
(%)
Nilai Kalor
(Btu/lb)
Bahan
2,4
36,6
53,2
7,8
13.560
Dry
37,5
54,5
8,0
13.890
40,8
59,2
15.100
ANALISA ULTIMAT
Basis
Moisture
(%)
Karbon (%)
Hidrogen
(%)
Oksigen
(%)
Nitrogen
(%)
Sulfur
(%)
Bahan
2,4
75,8
5,1
8,2
1,5
1,6
Dry
77,7
5,0
6,2
1,5
1,6
Dry, ash
free
84,4
5,4
6,7
1,7
1,8
Sifat fisis
Berat Jenis
Kegunaannya untuk menentukan ukuran penyimpanan batubara maupun
perkiraan jumlah cadangan batubara tambang.
Porositas.
Yaitu perbandingan volume pori batubara terhadap volume total batubara.
Struktur pori
Yaitu distribusi ukuran (diameter) pori
Luas permukaan
Yaitu luas permukaan batubara untuk setiap satuan beratnya, dengan
penyerapan gas nitrogen
Reflektivitas
Merupakan analisa petrografi untuk menentukan kandungan vitrinit
batubara
Sifat Thermal
Nilai Kalor
Yang dilakukan dengan pembakaran dalam kalorimeter. Rumus empiris yang
menghubungkan nilai kalor dan persentase unsur-unsur pada analisa ultimat
yaitu :
HHV (Btu/lb) = 146,58 C + 568,78 H + 29 S 6,58 A 51,5 (O N)
Dimana C, H, S, A, O, N adalah persen berat kering dari karbon, hidrogen,
sulfur, abu, oksigen, dan nitrogen pada analisa ultimat. Data nilai kalor batubara
berguna untuk menghitung kebutuhan laju alir batubara bila diinginkan
pengoperasian boiler pada kapasitas panas tertentu.
Kapasitas Panas
Berguna untuk melihat sifat penyalaan batubara (temperatur penyalaan)
Indeks Swelling
Yang mengukur kecenderungan batubara untuk membengkak akibat
pembakaran. Makin tinggi indeks swelling makin cenderung pembakaran tidak
sempurna terjadi. Hal ini dikarenakan pelelehan abu yang menutupi permukaan
partikel batubara sehingga menahan masuknya oksigen kedalam pori batubara,
sementara pada kondisi temepratur tinggi terjadi pelepasan zat terbang pada
bagian dalam partikel batubara sehingga partikel batubara menggelembung.
Konduktivitas Panas
Berguna untuk melihat waktu penyalaan batubara
Plastisitas
Yaitu sifat perubahan batubara terhadap pemanasan batubara yang diukur
dengan Gieseler Plastometer test
Terima Kasih