Anda di halaman 1dari 49

TEKNOLOGI BATUBARA

Ir. Nur Rokhati, MT


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP

LATAR BELAKANG PENGGUNAAN BATUBARA


batubara pertama kali digunakan secara komersial di

Cina sekitar tahun 1000 SM untuk mencairkan


tembaga dan untuk mencetak uang logam
sejak tahun 1960 minyak menempati posisi paling atas
sebagai sumber energi primer menggantikan batubara
Krisis minyak pada tahun 1973 menyadarkan banyak
pihak bahwa ketergantungan yang berlebihan pada
salah satu sumber energi primer, dalam hal ini
minyak, akan menyulitkan upaya pemenuhan pasokan
energi yang kontinyu
Labilnya kondisi keamanan di Timur Tengah yang
merupakan produsen minyak terbesar juga sangat
berpengaruh pada fluktuasi harga maupun stabilitas
pasokan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BATUBARA SEBAGAI


BAHAN ALTERNATIF

Negara negara maju dan negara negara berkembang terkemuka


memiliki banyak cadangan batubara
Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia
dengan pasokan yang stabil
Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik,
atau lokasi sementara.
Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan
handal.
Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun
hujan.
Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan
sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi
batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan
diaplikasikan

APA ITU BATUBARA ?


Secara definisi : Batubara adalah batuan sedimen yang

berasal dari material organik (organoclastic


sedimentary rock), dapat dibakar dan memiliki
kandungan utama berupa C, H, O.

Secara proses : batubara adalah lapisan yang merupakan

hasil akumulasi tumbuhan dan material organik pada


suatu lingkungan pengendapan tertentu yang
disebabkan oleh proses syn-sedimentary dan postsedimentary, sehingga menghasilkan rank dan tipe
tertentu

Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut
/peat hingga pembatubaraan (coalification). Secara
ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat
material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk.
Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis
yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan pembentukan gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses
perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya
antrasit.

Pembentukan Lapisan Source (peat)


Teori Rawa Peat (Gambut) Autochthon

Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batubara berasal dari


akumulasi sisa-sisa tanaman yang kemudian tertutup oleh
sedimen diatasnya dalam suatu area yang sama. Dalam
pembentukannya mempunyai waktu geologi yang cukup, yang
kemudian teralterasi menjadi tahapan batubara yang dimulai
dengan terbentuknya peat yang kemudian berlanjut dengan
berbagai macam kualitas antrasit.
Teori Transportasi Allotocton
Pembentukan batubara bukan berasal dari degradasi/peluruhan
sisa-sisa tanaman yang insitu dalam sebuah lingkungan rawa
peat, melainkan akumulasi dari transportasi material yang
terkumpul didalam lingkungan aqueous seperti danau, laut,
delta, hutan bakau. Teori ini menjelaskan bahwa terjadi proses
yang berbeda untuk setiap jenis batubara yang berbeda pula.

SENYAWA PENYUSUN BATUBARA


Lignin
Karbohidrat
Protein
Material Organik Lain
Resin
Tanin
Alkaloida
Porphirin
Hidrokarbon
Lemak/minyak

Material anorganik (mineral)

Komposisi Batubara
MASERAL ORGANIK

Komposisi batubara yang terdiri dari maseral organik dan kristal mineral
organik, yang merupakan agregat-agregat organik yang dapat dibedakan
secara mikroskopis.

Vitrinit (kayu, kulit, akar)


produk metamorfosa dan coalifikasi dari substansi-substansi humic
(selulosa, lignin, dan tanin) yang hanya terdapat pada bagian akar, kulit, dan
kayu tanaman. Virnitrit dikarakterisasi dari kandungan oksigen dan ikatan
aromatik yang tinggi
Liptinit : (spora, lemak, dll)
bersal dari bagian tanaman yang kandungan hidrogennya tinggi seperti resin,
balsam, latex, malam, spora, lemak, dan minyak nabati. Liptinit
dikarakterisasi dari kandungan hidrogennya yang tinggi dengan ikatan alifatis
Inertinit : (arang, fosil)
berasal dari bahan tanaman yang telah berubah dan terdegradasi dalam tahap
gambut pada pembentukan batubara. Inertinit dianggap setara dengan arang
dan dapat teroksidasi spontan oleh alam

MASERAL ANORGANIK

Bagian anorganik terdiri dari berbagai mineral yang berasal dari


tanamannya sendiri, air, dan batuan. Kandungan mineral yang utama
dalam batubara adalah kaolin, clay, pyrite, dan calcite, sehingga terlihat
dari kandungan oksida silikon, aluminium, besi, dan calcium yang tinggi

Unsur Pembentuk Batubara


Meskipun komposisi unsur organik pembentuk

batubara berbeda-beda sesuai dengan jenis


batubaranya, tapi kurang lebih dapat dinyatakan
sebagai C:100 H:30~110 O:3~40 N:0.5~2 S:0.1~3.
Sedangkan untuk unsur anorganik, terdiri dari unsur
anorganik utama dan unsur anorganik minor
Unsur anorganik utama: Si, Al, Ca, Fe, Mg, Na, Ti, K.
Unsur anorganik minor: Be, Se, V, Cr, Co, Ni, Cu, Zn,
Ga, Ge, As, Hg, Pb, Rb, Sr, Y, Zr, Nb, Ba, La, Ce, Nd,
Sm, dll.

Mineral Dalam Batubara


mineral lempung, misalnya kaolinite
(Al2O3.SiO2.xH2O).
karbonat, misalnya calcite (CaCO3).
sulfide, misalnya pyrite (FeS2).
oksida, misalnya quartz (SiO2).
Logam berikatan organik: ion exchangeable metal
(COONa+, dll).

Struktur makromolekul batubara


Material organik batubara terbentuk dari

makromolekul yang memiliki berat molekul ratusan


sampai ribuan atau lebih, yang tersusun dari unit
dasar berupa cincin benzena (benzene ring) dan
cincin aromatik polinukleus (polynucleus aromatic
ring) yang gugus fungsionalnya (misalnya gugus metil
atau gugus hidroksil) saling berikatan. Unit unit
dasar tersebut terhubung dengan ikatan metilen,
ikatan ether, dan ikatan lain
Makromolekul tersebut terhubung dengan ikatan
nonkovalen seperti ikatan (ikatan Van der Walls
bertipe aromatic flat space), ikatan hidrogen, ikatan
ion, dan ikatan lainnya, membentuk struktur jaringan
3 dimensi yang kuat.

Struktur molekul batubara

KLASIFIKASI BATUBARA

Peat/Gambut
Merupakan tahapan awal pembentukan batubara.
kandungan airnya sangat tinggi dan nilai kalornya yang sangat
rendah.

Lignit
Kata Lignit berasal dari bahasa latin lignum yang berarti kayu.
Rangking terendah dari batubara ini mempunya kandungan air dan zat
terbang (volatile matter) yang tinggi, mempunyai nilai kalor rendah. Karena
kandungan zat terbangnya yang tinggi, lignit sangat mudah terbakar

Subbituminus
Rangking batubara menengah yang tingkatan kematangan proses
metamorfosanya telah mencapai suatu kondisi dimana sifat kayunya tidak ada
lagi. Berwarna hitam kecoklatan sampai hitam. Rapuh bila diekspos ke udara.
Pembakaran spontan. Tidak dapat dibuat menjadi kokas

Bituminus
batubara ini bila dipanaskan biasanya menjadi massa yang kohesif,
mengikat dan melekat. Mempunyai nilai kalor tertinggi dan temperatur nyala
yang tinggi. Berwarna hitam berkilap. Cocok untuk bahan baku pembuatan
kokas bagi industri besi baja

Antrasit
Rangking batubara yang tertinggi. Mempunyai kandungan zat
terbang yang rendah. Hampir seluruhnya berupa karbon tetap sehingga
berwarna hitam yang sangat kemilau. Antrasit paling banyak digunakan
untuk pemanasan rumah, kokas, dan produksi gas.

Analisa Kimia Batubara


Analisa Proksimat

Yaitu penentuan persentase abu, zat terbang (volatile matter), karbon tetap
(fixed carbon), dan kandungan air menurut metoda tertentu. Kegunaan dari
analisa proksimat antara lain untuk mengevaluasi sifat reaktivitas penyalaan
dan pembakaran batubara, basis data dalam perancangan boiler, klasifikasi
jenis batubara.

Analisa Ultimat.

Yaitu penentuan kadar unsur-unsur karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan


unsur oksigen. Kegunaan analisa ultimat antara lain adalah penghitungan
kebutuhan udara minimum untuk dapat terbakar sempurna, penghitungan
persentase udara lebih (percentage of excess air), perhitungan konsentrasi gas
buang termasuk polutan oksida sulfur dan nitrogen, penghitungan rasio atom
hidrogen dan karbon, serta rasio atom oksigen dan karbon.

Bentuk Sulfur.

Yaitu penentuan kandungan sulfur dalam batubara yang terikat dalam


struktur molekul organik dan non organiknya.

Reaktivitas Batubara.

Reaktifitas batubara diukur dengan menggunakan alat termogravimeter,


untuk memperoleh profil pembakaran. Data reaktivitas menunjukkan sifat
kemudahan dan kemampuannya untuk terbakar.

Analisa abu

ANALISA PROKSIMAT
Basis

Moisture
(%)

Zat Terbang
(%)

Karbon Tetap
(%)

Abu
(%)

Nilai Kalor
(Btu/lb)

Bahan

2,4

36,6

53,2

7,8

13.560

Dry

37,5

54,5

8,0

13.890

Dry, ash free

40,8

59,2

15.100

ANALISA ULTIMAT
Basis

Moisture
(%)

Karbon (%)

Hidrogen
(%)

Oksigen
(%)

Nitrogen
(%)

Sulfur
(%)

Bahan

2,4

75,8

5,1

8,2

1,5

1,6

Dry

77,7

5,0

6,2

1,5

1,6

Dry, ash
free

84,4

5,4

6,7

1,7

1,8

Sifat fisis
Berat Jenis
Kegunaannya untuk menentukan ukuran penyimpanan batubara maupun
perkiraan jumlah cadangan batubara tambang.

Porositas.
Yaitu perbandingan volume pori batubara terhadap volume total batubara.

Struktur pori
Yaitu distribusi ukuran (diameter) pori

Luas permukaan
Yaitu luas permukaan batubara untuk setiap satuan beratnya, dengan
penyerapan gas nitrogen

Reflektivitas
Merupakan analisa petrografi untuk menentukan kandungan vitrinit
batubara

Sifat Thermal

Nilai Kalor
Yang dilakukan dengan pembakaran dalam kalorimeter. Rumus empiris yang
menghubungkan nilai kalor dan persentase unsur-unsur pada analisa ultimat
yaitu :
HHV (Btu/lb) = 146,58 C + 568,78 H + 29 S 6,58 A 51,5 (O N)
Dimana C, H, S, A, O, N adalah persen berat kering dari karbon, hidrogen,
sulfur, abu, oksigen, dan nitrogen pada analisa ultimat. Data nilai kalor batubara
berguna untuk menghitung kebutuhan laju alir batubara bila diinginkan
pengoperasian boiler pada kapasitas panas tertentu.
Kapasitas Panas
Berguna untuk melihat sifat penyalaan batubara (temperatur penyalaan)
Indeks Swelling
Yang mengukur kecenderungan batubara untuk membengkak akibat
pembakaran. Makin tinggi indeks swelling makin cenderung pembakaran tidak
sempurna terjadi. Hal ini dikarenakan pelelehan abu yang menutupi permukaan
partikel batubara sehingga menahan masuknya oksigen kedalam pori batubara,
sementara pada kondisi temepratur tinggi terjadi pelepasan zat terbang pada
bagian dalam partikel batubara sehingga partikel batubara menggelembung.
Konduktivitas Panas
Berguna untuk melihat waktu penyalaan batubara
Plastisitas
Yaitu sifat perubahan batubara terhadap pemanasan batubara yang diukur
dengan Gieseler Plastometer test

Jenis jenis Batubara dan Pemanfaatannya


(Sumber: The Coal Resource, 2004)

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai