Anda di halaman 1dari 31

6.

PENGOLAHAN / PENCUCIAN BATUBARA


(COAL PREPARATION / COAL BENEFICATION)
LANGSUNG

BLENDING
(PENCAMPURAN)

BATUBARA
DARI ROM

PRE TREATMENT
(SPRAYING)
WASHING
PLANT
PRE TREATMENT
& WASHING
PLANT

CUSTOMMER(PENGGUNA)
DITERIMA DENGAN TANPA
ADA SYARAT
DITERIMA DENGAN PENALTI
DITOLAK
DITERIMA DENGAN BONUS

Batubara hasil penambangan (ROM) dengan kandungan mineral matter

yang tinggi biasanya belum bisa langsung digunakan untuk keperluan


industri (karena nilai kalor rendah), maka perlu dilakukan pencucian
atau pembersihan dari kotoran (inherent/ axtranous impurities).
Perlu tidaknya dilakukan pencucian sangat tergantung kondisi atau
sifat batubaranya dan maksud pemanfaatannya. Ada batubara yang
hanya cukup dengan dipecah (diremukkan) dan diayak, ada juga yang
perlu dilakukan pengolahan yang lebih kompleks atau bahkan mungkin
perlu dilakukan blending sehingga diperoleh kualitas sesuai
spesifikasi sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

Pada dasarnya ada empat macam pengolahan batubara :


1. Pencucian dengan ayakan, untuk batubara kasar (trommel screen)
2. Pencucian dengan cara gravitasi, sudah banyak dipakai komersial
3. Flotasi, untuk batubara halus 500 micron
4. Aglomerasi, masih pilot plant
Untuk memenuhi persyaratan fisik, sebelum ke semua proses
pengolahan tersebut perlu dilakukan persiapan umpan terlebih
dahulu (preparation)

Instalasi pencucian batubara pada umumnya terdapat :


1. Stock pile untuk ROM
2. Conveyor (mengangkut dari stockyard ke hopper penerima)
3. Unit pengecilan ukuran dan pengayakan
4. Unit pencucian
5. Tangki thickener
6. Kolam penampung air limbah
6.1 Unit Pengecilan Ukuran dan Pengayakan
Tahapan pengecilan ukuran dan pengayakan, ini perlu karena :
Untuk menngkatkan efisiensi (kapasitas) & mengurangi terjadinya
batubara halus
Membebaskan mineral matter
Untuk memenuhi persyaratan unit pengolahan berikutnya & konsumen
1. Primary Crusher (Pemecah Utama), alatnya :
Jaw crusher
Roll crusher
Giratory crusher

2. Scondary crusher (pemecah ke dua)


Batubara produk primary crusher, undersize-nya dilakukan pengecilan
ukuran ke dua yang sebelumnya dilakukan pengayakan terlebih dahulu,
sedangkan oversize-nya dikembalikan ke primary crusher, alat scondary
crusher terdiri dari : JC, Roll crusher, Cone crusher dan Hammer mill
3. Grinding (penggerusan) adalah penggerusan hasil produk scondary
crusher, yang sebelumnya dilakukan pengayakan terlebih dahulu antara
yang kasar dan halus bisa terpisahkan. Tujuan grinding adalah untuk
memperoleh produk ukuran 70 90% (- 75 mikron), alat yang umum
digunakan adalah ball mill.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pencucian batubara :
Material :
Faktor alat :
Kapasitas maks. & min.
Komposisi partikel : lithotype, mineral
Reduction ratio
matter, hardness, kadar air, kemampuan
abrasi dsb.
Ukuran maksimum umpan
Sifat aliran butir halus
Distribusi ukuran, top size, % ukuran
halus
Getaran alat
Modal (harga alat)
Feed rate, permodalan, pemeliharaan,
sifat fisik batubara (bentuk partikel ,
dsb
BJ) dlsb.

Pengayakan (Screening), yaitu untuk memisahkan berbagai fraksi


ukuran tertentu sesuai dengan ukuran bukaan pada ayakan (aperture)

Tujuan pengayakan adalah :


1. Untuk menguliti (scalping)
2. Untuk pemisahan ukuran (sizing)
3. Untuk pengambilan kemabali media berat (washing)
4. Untuk pengurangan kadar air (dewatering)
5. Untuk meningkatkan efisiensi proses selanjutnya
6. Untuk penghilangan butiran halus (desliming)
Tipe ayakan :
1. Ayakan tetap, contoh grizzly
2. Ayakan putar, contoh trammel screen
3. Ayakan goyang (shaking screen)
4. Ayakan getar (vibrating screen)
Variabel pengayakan :
Variabel material : bentuk, ukuran dan berat jenis partikel, kandungan iar,
kelengketan butiran (cohesivness), ketahanan hancur (degradasi), bulk
density, sifak kelistrikan, kekerasan, abrasivness dsb.
Variabel alat (ayakan) : panjang, lebar, amplitude gerakan, frekuensi
gerakan, arah gerakan, kecepatan pengumpanan, teipe gerakan,
sudut datang partikel, kemiringan, bentuk aperture dsb.

Unjuk kerja ayakan (ferpormance) ayakan dapat


dinyatakan dalam :
1. Partition curve : kurva yang dibuat antara % berat dan fraksi
ukuran dalam overflow
2. Efisiensi : persentase dari berat undersize yang diperoleh
terhadap berat undersize yang terdapat dalam umpan
3. Gross efficiency : berat undersize (U) per berat umpan (F), E = U/F
4. Kapasitas ayakan, C = K (d a x RDF) 1/3
dimana : da = ukuran rata-rata pada oversize (mm)
RDF = berat jenis relatif umpan
C
= kapasitas dalam ton per meter lebar ayakan
K
= konstanta tergantung pada material yang diayak

Maksimum kapasitas yang diperbolehkan = 80 ton/hr/m


untuk berat jenis 1,5
K untuk desliming batubara pada 0,5 mm = 19
K untuk recovery magnetit = 12
K untuk dewatering = 19

Pencucian dengan ayakan

Pencucian ini dilakukan pada saat klasifikasi ukuran dengan ayakan goyang,
getar dan putar,
Air disemprotkan pada batubara di atas ayakan mencuci kotoran yang
menempel di permukaan butiran batubara
Dilakukan untuk mencuci batubara ukuran + 0,5 mm
Kerugiannya, ayakan ini akan cepat aus (rusak) karena abrasi (terjadi
gesekan batubara dengan material ayakan)

Pencucian batubara secara gravitasi


Pencucian berdasarkan perbedaan berat jenis antara batubara
dengan pengotornya
BJ batubara umumnya lebih rendah dari pengotornya (umumnya
berkisar 1,2 1,7, sehingga di dalam air akan bergerak mengendap
lebih lambat dan berada pada bagian atas dari kotorannya)
BJ pengotor berupa mineral matter seperti silikat, lempung (shale)
berkisar 2,0 2,4, pirit 2,4 4,9 dan karbonat 2,7 4,0
Beberapa metoda pencucian batubara, yaitu : Jigging, Dense Medium
Cyclone (DMC) HMS (Heavy Media Separation), Panglong (Sluice Box/
Through Lounder), Meja Goyang dan Spiral Classifier.

STUDI KETERCUCIAN BATUBARA


(COAL WASHABILITY STUDY)
Maksud dan Tujuan Studi Ketercucian Batubara :
1. Untuk menentukan berat jenis (BJ) cairan pemisah
2. Mengetahui % perolehan (yield)
3. Mengetahui kadar abu dan belerang hasil pencucian
4. Mengetahui kemungkinan masalah yang timbul pada pencucian, misalnya
apakah dapat dilakukan pada seluruh ukuran ?
Metoda yang umum dilakukan adalah dengan cara sink and float test
(uji tenggelam dan pengapungan)
Tahap-Tahap Coal Washability Study:
BJ 1,35
BJ 1,4
BJ 1,45

DST. ?

Pengambilan conto batubara


Melakukan analisis (test/ uji) ayak
Melakukan uji sink & float
Analisis kandungan abu dan belerang
Melakukan tabulasi data
Menggambarkan hasil washability
ke dalam kurva
Interpretasi kurva

Tabulasi data

Relative
Weight
density (r.d.) ( % )
1
2

% Wt of ash

(%)

of total

w t. of ash %

Cummulative Float
Wt. %

Ash %

Sink w t. of
Ash %

Cummulative Sink

+/- r.d. Distribution

Wt %

Ash %

r.d.

Wt %

10

11

12

13

42,749
64,446
71,051
74,489
77,788
79,5
-

1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9

59.61
25,16
7,05
5,12
4,55
30,61
-

19,555

100
- 1.30
+1.30-1.40
+1.40-1.50
+1.50-1.60
+1.60-1.80
+1.80-2.0
+ 2.0
Total

Keterangan Tabel

Ash

39,11
20,5
4,66
2,39
2,73
1,82
28,79
100

1,4
5,1
13,8
23,1
37,5
50,7
79,5

0,54754
1,0455
0,64308
0,55209
1,02375
0,92274
22,88805
27,62275

0,5475
1,593
2,23608
2,78817
3,81192
4,73466
27,62271

39,11
59,61
64,27
66,66
69,39
71,21
100

1,4
2,672
3,479
4,183
5,493
6,649
27,62

26,0298
26,0298
25,3867
24,8346
23,8108
22,8881
-

60,89
40,39
35,73
33,34
30,61
28,79
-

Kolom 1 : fraksi densitas relatif


Kolom 2 : persen berat setiap fraksi densitas relatif . Didapat dengan mebagi berat
setiap fraksi dengan jumlahberat keseluruhan fraksi tersebut.
Kolom 3 : kadar abu pada setiap fraksi densitas relatif
Kolom 4 : % berat abu di fraksi terapung pada densitas pemisah tertentu terhadap
berat conto total, (kolom 2 x kolom 3)/ 100
Kolom 5 : kumulatif persen berat abu. Diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada
kolom 4 secara kumulatif.
Kolom 6 : nilai kumulatif persen berat terapung. Didapat dengan menjumlahkan nilai
pada kolom 2 secara kumulatif.
Kolom 7 : persen kadar abu dari kumulatif fraksi terapung, Diperoleh dengan
(kolom 5 / kolom 6) x 100
Kolom 8 : persen berat abu didalam fraski terendap pada densitas pemisah
tertentu, diperoleh dengan (jumlah kolom 4) kolom 5
Kolom 9 : kumulatif persen berat terendapkan = 100 kolom 6
Kolom 10 : persen kadar abu dari kumulatif fraksi yang terendapkan,
(kolom 8 / kolom 9) x 100
Kolom 11 : densitas relatif
Kolom 12 : persen berat conto yang densitas relatifnya terletak antara
+0,1 dan -0,1 dari densitas pemisahan, (kolom 6 r.d. 1.5 kolom 6 r.d.1.3).
Kolom 13 : kumulatif terapung dikurangi dengan setengah persen berat fraksi
terapungnya ( kolom 13 = kolom 6 kolom 2/2)

49,36
61,94
65,465
68,025
70,3
85,605

Mengggambar Kurva Hasil Washability Test dan Interpretasinya :


a. Elementary curve : kurva untuk menentukan maksimum kadar abu yang
mungkin ada dalam suatu sorting, caranya yaitu d engan mengalurkan kolom
13 pada sumbu tegak dan kolom 3 sebagai sumbu mendatar (kurva a).
b. Cummulative float curve : kurva untuk menentukan persentase teoritis
batubara bersih yang akan diperoleh (perolehan batubara = coal yield), cara
penggambarannya yaitu dengan mengalurkan kolom 6 pada sumbu tegak di
sebelah kiri dan kolom 7 pada sumbu mendatar (kurva b).
c. Avarage ash in refuse curve : kurva untuk menentukan berapa besar kadar
abu dalam sink pada suatu jumlah float tertentu, caranya yaitu dengan
mengalurkan kolom 9 sebagai sumbu tegak di sebelah kanan dan kolom 10
pada sumbu mendatar (kurva c), jika diinginkan kadar abu batubara bersih
6% berdasarkan kurva b maka perolehannya 70% yang berarti 30% sebagai
batubara reject dengan kadar abu 80%.
d. Specific gravity curve : kurva untuk menentukan coal yield suatu pemisahan
sempurna pada SG pemisah, caranya adalah mengalurkan k olom 6 sebagai
sumbu tegak sebelah kiri dan densitas relatif kolom 1 pada sumbu mendatar
(kurva d), berdasarkan kurva ini maka dengan berat terapung 70%
pemisahan akan sangat baik bila dilakukan pada densitas 1,88.
e. Specific gravity distribution 0,1 curve : kurva untuk menentukan sukar
atau mudahnya pemisahan batubara kotor pada suatu SG yang disebabkan
karena perbedaan 0,1 dari SG yang ditentukan, caranya yaitu dgn
mengalurkan kolom 12 pada sumbu tegak sebelah kiri dan kolom 11 pada
sumbu mendatar (kurva e).

Jigging
o Merupakan metoda pencucian batubara tertua tetapi, karena murah
sehingga banyak digunakan, meskipun cara baru telah dikembangkan
o Dapat memisahkan batubara dengan pengotornya pd berbagai ukuran
o Komponen utamanya terdiri dari :
Tangki yang diisi dengan air (penuh) di mana batubara mengalir
melewati ayakan yang di atasnya diletakan batu koral (bed) dengan
BJ dan ukuran tertentu.
Pada tangki tersebut dipasang pompa torak yang bergerak bolak
-balik sehingga menghasilkan gerakan (aliran) air (naik-turun)
melewati lubang ayakan, aliran ini menyebabkan lapisan bed
terbuka dan tertutup.
o Karena adanya perbedaan BJ antara batubara dan kotorannya
sehingga mengakibatkan adanya dua lapisan endapan, lapisan
batubara ada di atasnya dan kotoran di bawahnya. Pada waktu bed
terbuka, pengotor menerobos lapisan bed dan lubang ayakan,
sedangkan batubara tidak sempat menerobos karena BJ-nya lebih
ringan dan juga bed-nya keburu tertutup (BJ bed > BJ batubara)
o Lapisan pengotor mengendap di bawah dalam tangki dan batubara
terbawa aliran air pencucian sehingga terjadi pemisahan.

HMS

o Prinsip pemisahan hampir sama dengan Jigging, tetapi media air


diganti dengan mencampur air ditambah media berat (BJ > 1, seperti
bubuk halus magnetit, hematit, terkadang felspar, lempung/ shale
dan pasir kuarsa), BJ media berat ini dapat diatur sesuai dengan
jenis materialnya dan perbandingan air dan materialnya. Maksud
penambahan media berat ini adalah untuk memperbesar daya
pemisahan.
o Ada dua tipe alat ini, yaitu :
1. Tipe tangki atau bak, alat ini bekerja secara batch dan hanya
dapat memisahkan pengotor dengan batubaranya pada ukuran kasar
( > 30 MM). Caranya yaitu dengan memasukkan batubara dalam bak
yang telah diisi media berat yang BJ telah ditentukan dari
washability test. Batubara akan mengapung dan pengotornya akan
mengendap sehingga kedua fraksi ini terpisah serta ke luar secara
mekanis melalui lubang keluaran masing-masing.
BJ 1,35
BJ 1,4
BJ 1,45

DST. ?

2. Tipe siklon (cyclone), alat ini


bekerja secara kontinyu, dapat
memisahkan batubara dengan
ukuran 30+5 MM. Batubara dan
media berat dengan tekanan dan
kecepatan tertentu disemprotkan
(dipompa) bersama-sama ke siklon
secara tangensial, efek pemisahan
terjadi karena adanya gaya
sentrifugal yang bekerja pada
butiran. Butiran BJ besar terlempar
ke dinding siklon kemudian melorot
ke luar melalui epex sebagai
underflow, sedangkan butiran BJ
ringan (batubara) terkumpul di
bagian tengah (poros) siklon dan
bergerak ke atas secara spiral
melaui vertex finder dan ke luar
sebagai overflow. Ada juga siklon
yang mengolah batubara denga
ukuran 0,5 MM, dengan media
yang dipakai cukup memakai air
biasa.

Pemisah Spiral (Spiral Classifier)


Seperti halnya meja goyang dan panglong, spiral
merupakan alat pemisahan dengan aliran yang
bergerak spiral dalam selapis air (flowing film).
Per unit, alat ini memerlukan lahan yang relatif
luas.

Cara kerja spiral :


Batubara yang bercampur dengan kotorannya
dialirkan hanyut pada talang yang berbentuk spiral,
sehingga ada gaya sentrifugal, dalam hal ini yang
ringan dan kasar akan terlempar ke luar dan yang
berat terlempar ke arah dalam. Kotoran yang
umumnya lebih berat dari batubara hanyut di bagian
dalam dan kemudian terperangkap pada lubang
pembuangannya. Sedangkan batubara terus hanyut di
bagian luar sampai di baian bawah spiral dan ke luar
sebagai konsntrat.

Pengolahan Batubara dengan Flotasi


Merupakan proses yang efektif untuk merecover batubara halus (-500 )
Prinsipnya, berdasarkan perbedaan permukaan antara batubara dan
pengotornya.
Batubara pada umumnya tidak senang air (hidrophobik) dan pengotornya
senang air (hidrophilik)
Dengan menambah kolektor dibuat menjadi lebih tidak senang air bahkan
menjadi senang terhdap udara, sehingga perlu diaduk dan dibuat banyak
gelembung udara
Pengotor yang senang air akan tetap tinggal tinggal dalam bentuk suspensi
Batubara beserta gelembung udara dikeluarkan ke atas sebagai overflow
dan pengotornya sebagai underflow sehinga terpisah
Akhir-akhir ini banyak digunakan, karena dari ROM banyak mengandung
batubara halus (10-15%) hal ini akibat dari pemakaian alat penambangan
continuous.
Kelemahannya :
- Tidak dapat digunakan untuk ukuran ultra halus (-75 mikron).
- Produk flotasi sukar dilakukan dewatering

Pengolahan Batubara dengan Aglomerasi

Prinsip dasar hampir sama dengan flotasi, hanya peranan gelembung


udara diganti dengan minyak dalam air.

Dengan bantuan agitasi yang intensif dan produk butiran minyak yang
banyak, maka butiran minyak tersebut akan menangkap butiran halus
batubara. Kemudian butiran minyak yang penuh batuabra halus tersebut
bergabung membentuk aglomerat berukuran 3-10 mm.

Aglomerat ini akan mengapung dan dengan bantuan scraper aglomerat


dikeruk ke lubang pengeluaran, sehingga terpisah dari pengotornya yang
berada di bagian bawah karena senang air.

Minyak sebagai binder tidak akan menangkap pengotor , sehingga


aglomerat ini merupakan batubara kualitas tinggi karena bercampur
dengan minyak dan dapat dijadikan coal oil mixture (COM)

Sehingga kelemahan flotasi dapat mengatasi

Dewatering dengan Centrifuge


o

Berdasarkan gaya sentrifugal, sehingga air yang ada dalam butiran halus
batubara dipaksa dikeluarkan (ditarik) dari dalam bed.

Gaya sentrifugal diperoleh dengan menggerakkan (memutar) bed


batubara yang ditaruh pada mesin centrifuge

Anda mungkin juga menyukai