Anda di halaman 1dari 33

Sejarah Pertambangan Di

Indonesia
Dosen Pengampu
Siti Aminah, S.Si., M.T

Nama Anggota

Hepta Dwi Wasisto


201910901003

Thoriq Waliyyudin
211910901035

Agus Prastyo
211910901011
Sejarah tambang Di
Indonesia
Pendahulua
n
Pengantar
Pertambangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggali, mengolah,
dan mengekstrak mineral, batubara, dan sumber daya tambang lainnya
yang terdapat di bumi. Pertambangan merupakan sektor yang sangat
penting bagi kemajuan ekonomi suatu negara, karena sumber daya
tambang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku industri,
sumber energi, dan sebagainya.
Pertambangan di Indonesia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari sejarah besar bangsa ini. Seberapa tua pemakaian besi dan mineral
lainnya dalam kehidupan, setua itulah umur pertambangan dilakukan
rakyat. Pertambangan dilakukan oleh masyarakat secara tradisional dengan
alat-alat sederhana.
SEJARAH
Sejarah
Sejarah pertambangan di Indonesia bisa ditelusuri sejak zaman pra-sejarah. Bukti
arkeologis menunjukkan bahwa manusia purba di Indonesia sudah menggunakan
batu dan logam untuk membuat alat-alat dan perhiasan. Misalnya seperti:
 Situs Liang Bua (Flores)
Ditemukan artefak dari batu obsidian yang berasal dari Pulau Sumbawa
 Situs Gilimanuk (Bali)
Ditemukan artefak dari tembaga dan perunggu yang berasal dari masa 1000 SM
hingga 500 M.
Sejarah
Pada zaman pemerintahan Kerajaan Majapahit, pertambangan emas
dan perak merupakan sumber utama kekayaan kerajaan. Akan tetapi,
Sejarah tidak memberikan informasi yang jelas tentang lokasi tambang
emas zaman Kerajaan Majapahit atau nama raja yang memerintahkan
untuk menambang. Namun, diketahui bahwa Kerajaan Majapahit pada
masa itu merupakan salah satu kerajaan terbesar di Asia Tenggara, dan
pertambangan emas dan perak merupakan salah satu sumber kekayaan
utama negara tersebut. Konon kabarnya Majapahit juga memiliki
pertambangan besi di beberapa daerah, seperti di Madura, Jawa Timur.
Era Kolonial
Era Kolonial

Sejarah industri pertambangan tidak jauh dari sejarah kolonialisme.


Revolusi Industri di Eropa menggeser komoditas rempah-rempah
dengan komoditas pertambangan. Pada tahun 1850 pemerintah
Hindia-Belanda mendirikan Dienst van het Mijnwezen (Dinas
Pertambangan) tepatnya di Batavia.
Di tahun yang sama pemerintahan Hindia-Belanda
membuat peraturan pertambangan (Mijnreglement)
yang pertama. Peraturan ini menguntungkan pihak
swasta warga negara Belanda dan area nya terbatas
hanya di luar Pulau Jawa.
Era Kolonial

Pada tahun 1899, pemerintahan kolonial Hindia-Belanda


mengesahkan Indische Mijn Wet (IMW, Nederlandsche No.124)
yang mengatur penggolongan bahan galian dan pengusahaan
pertambangan. Menurut peraturan ini, pemilik tanah tidak memiliki
hak atas sumber daya mineral yang terdapat di bawah tanah
pemiliknya.
Pada akhir 1938, terdapat 471 konsesi dan izin pertambangan di
wilayah Hindia-Belanda yang juga mencakup minyak bumi. Pada
masa ini produksi didominasi oleh timah, minyak bumi, dan batu
bara. Saat sekutu dikalahkan jepang pada perang dunia ke dua,
pemerintahan kolonial melakukan bumi hangus pada sejumlah
instansi Pertambangan.
Orde
Lama
Orde Lama
Pada pasca setelah kekalahan Belanda, industri pertambangan tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk digunakan oleh penjajah Jepang.
Di masa ini juga masih menerapkan Indische Mijnwet sebagai hukum
bertambangan dengan mengalami beberapa perubahan pada
pasal-pasal yang ada.
Jepang menguasai pertambangan di Indonesia selama 3 tahun. Hasil
industri pertambangan yang dihasilkan dipakai untuk mendukung
militer saat perang dunia.
Orde Lama
Jepang segera melakukan perbaikan dan mengoprasikan kembali
tambang-tambang yang rusak. Meskipun masa penambangan
Jepang tergolong singkat, akan tetapi eksplorasi yang dilakukan
menghasilkan beberapa temuan baru dan jumlah tambang batu
bara bertambah dengan signifikan.
Beberapa barang tambang baru yang dikembangkan
antara lain tambang tembaga, bijih besi, sinabar, bijih
mangan dan bauksit.
Orde Lama
Untuk menyempurnakan UU IMW, Pemerintah Indonesia
mengeluarkan UU No. 78 tahun 1958 untuk mengatur mekanisme
penanaman modal asing. Setahun kemudian, pemerintah
mengeluarkan UU No.10 tahun 1959. Hukum ini memberikan
wewenang pemerintah untuk membatalkan hak pertambangan yang
sebelimnya diberikan sebelum tahun 1949.
Tahun 1960 Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan
pertambangan yang pertama kalinya, yaitu Peraturan Pemerintah
Pengganti UU No. 37 Tahun 1960 tentang Pertambangan yang
seiring berjalannya waktu disebut dengan UU No. 37 Prp Tahun
1960.
Orde Baru
Orde Baru

Dalam kepemimpinan Orde Baru, kebijakan di bidang


pertambangan lebih ditujukan untuk menarik investor asing.
Hal
ini dapat dilihat dari Ketetapan MPRS No.
XXIII/MPRS/1966
Pemerintah juga mengeluarkan UU No.1 tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No. 11
tahun 1967
Orde Baru

Setelah disahkan UU PMA, pada tanggal 5 April 1967 dilakukan


pengesahan kontrak karya (KK) Penanaman Modal Asing yang
pertama kalinya, yaitu antara Freeport Sulphur Company milik
Amerika dengan Pemerintah Indonesia.
Beberapa perusahaan tersebut diantaranya ALCOA,
Billton Mij, INCO, Kennecott, dan US Steel dengan total
penanaman modal asing yang masuk pada saat itu
sebesar US$ 2.488,4 juta
Orde Baru
Masuknya investor asing yang menguasai sector industry
pertambangan menjadi awal kerusakan lingkungan hidup di
Indonesia.
Pasal 30 UU Pertambangan No. 11 tahun 1967
“Apabila selesai melakukan penambangan dan galian pada suatu tempat
pekerjaan,
pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan mengembalikan
tanah
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya
lainnya.”
Banyak perusahaan yang sudah mendapatkan ijin
eksploitasi mineral ternyata tidak menerapkan aturan
dalam mereklamasi lahan bekas tambang
Sekarang
Sekarang

Dalam era baru ini, otonomi yang semula dikuasai oleh Pemerintah
Pusat (sentralistik) diberikan kepada daerah (desentralisasi). Hal ini
diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 menggantikan UU No. 22
Tahun 1999.
Pemerintah juga mengeluarkan UU No.4 Tahun 2009
menggantikan UU No. 11 Tahun 1967 yang disebut UU Minerba.
Di dalam UU ini terdapat beberapa bentuk perijinan yang diatur
antara lain IUP dan IUPK
Pasca Orde Baru
Pasca Orde Baru
Pasca Orde Baru
HUKUM dan PERATURAN
Sekarang

Undang undang yang digunakan sekarang


Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, yang sebagiannya telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020.
Pembahasan tentang dinamika perkembangan kebijakan pertambangan
minerba menjadi perlu dilakukan setidaknya karena tiga
alasan. Pertama, Indonesia merupakan negara yang kaya dengan
sumber daya geologi,1
baik berupa bahan galian radioaktif, bahan
galian logam, bahan galian non-logam, dan bahan galian batuan
serta batubara. Besi, emas primer, tembaga, nikel, bauksit, dan perak
merupakan jenis sumber daya geologi mineral logam yang menjadi
andalan Indonesia.
Kedua, sektor pertambangan merupakan komoditas bernilai
ekonomi tinggi
dan terbukti berkontribusi besar dalam mendo rong
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada periode 1975-1985, sering
disebut masa keemasannya, sektor ini bahkan menyumbang di atas
20 persen pada perekonomian nasional.
Ketiga, perubahan regulasi pada dasarnya akan mengubah arah
kebijakan perihal yang diatur dalam regulasi tersebut, pun demikian
pada bidang minerba. Sebagai contoh, diberikannya kewenangan
kepada pemerintah daerah pasca-reformasi untuk mengelola pertam
bangan di wilayahnya namun dalam perkembangan berikutnya
kewenangan ini ditiadakan, menjadi mungkin karena regulasi yang
dibentuk.
Putusan Mahkamah Konsitusi Nomor 64/PUU-XVIII/2020, hlm. 170-3

Putusan Mahkamah Konstitusi ini menjadi titik balik penguatan


BUMN dan BUMD tambang untuk mendapatkan prioritas atas
IUPK bekas KK dan PKP2B yang merupakan kehendak Pasal 33 ayat
(3) UUD 1945. Tentu, pemberian prioritas ini memiliki tantangan
tersendiri bagi BUMN dan BUMD, misalnya terkait dengan potensi
corruption, rent seeking, dan weak governance. Namun, soal tata kelola
ini menjadi tugas dari pemerintah agar BUMN dan BUMD menjadi
organ penguasaan negara yang good corporate governance dalam
memberikan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Penutup
Kesimpulan

Industri Pertambangan Indonesia telah mengalami perubahan


perubahaan yang sangat pesat sejak sebelum reformasi sampai
pasca reformasi hingga sekarang.
Harapannya kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah
mengenai sektor pertambangan nantinya dapat menunjang
kesejahteraan masyarakat Indonesia
Terima Kasih Banyak

LAMPU MATI TAK ADA CAHAYA


PAKAI BAJU KELIRU CELANA
INI SEKIAN PRESENTASI KITA
APAKAH ADA YANG MAU BERTANYA

Anda mungkin juga menyukai