SELAYANG PANDANG
INDUSTRI PERTAMBANGAN INDONESIA
Secara garis besar, usaha pertambangan terbagi menjadi dua, yaitu pertambangan
mineral dan pertambangan batu bara. Pertambangan mineral terbagi lagi menjadi
empat komoditas tambang, yaitu :
a) pertambangan mineral logam,
b) pertambangan mineral non logam,
I-1
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
I-2
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Dalam manuskrip Tiongkok pada abad ke 4 M, Imigran dari negeri Tiongkok, telah
melakukan penambangan emas di Kalimantan. Pada zaman-zaman kerajaan
Nusanara emas sudah dijadikan sebagai alat tukar untuk perdangangan di
Nusantara. Oleh karena itu banyak di situs-situs sejarah Nusantara banyak
ditemukan koin dan pershiasan yang terbuat dari emas.
Pada zaman VOC, pertambangan komersial baru dilakukan di pada tahun 1669 di
Salido Sumatera Barat. Pada tambang tersebut hasilnya cukup memuaskan, namun
bebarapa tahun kemudian hasilnya menurun dan ditutup. Tahun 1732 tambang
Salido dibuka lagi, dipimpin oleh seorang ahli bernama Bollman. Eksplorasi di
tambang itu ditingkatkan dengan membuat lubang galian baru bernama cloon–
tunnel sepanjang 300 meter. Sehingga produksi tambang emas meningkat dan
cukup menguntungkan.
Pasca VOC bangkrut tahun 1799, akibat korupsi yang terjadi dalam perusahaannya,
pemerintah Kerajaan Belanda mengambil alih semua penguasaan yang sebelumnya
dimiliki VOC. Revolusi industri abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin uap,
sehingga kebutuhan akan barang tambang semakin meningkat.
Pada tahun 1850, Pemerintah Kolonial Belanda membuat Besluit (keputusan) No 45,
24 Oktober 1850 Tentang “Larangan memberikan izin penggalian tanah yang
mengandung bahan tambang berharga kepada pihak selain orang Belanda”. Dan
I-3
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Gambar 1,3. Bekas Tambang Batubara di Bayah dan Bekas Jalan Kereta
Pengangkut Batubara yang dibangun Romusha
I-4
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Selama revolusi Kemerdekaan, A.F. Lasut sebagai orang muda memiliki sifat tegas,
menolak bekerjasama dengan Belanda. Pada waktu Yogyakarta diduduki pasukan
Belanda itulah AF. Lasut pada pagi han tanggal 7 Mer 1949 diculik oleh pasukan
Belanda dan dibunuh. Oleh karena itu pada saat ini setiap tanggal 7 Mei dirayakan
sebagai Hari Tambang Nasional.
I-5
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Titik penting yang dapat dilihat pada awal pemerintahan Orde Baru ini adalah
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1966, yang menyatakan tentang
bergabungnya kembali Republik Indonesia dalam International Monetary Fund
(IMF) dan International Bank for reconstruction and Development.
Tanggal 5 April 1967 dilakukan penandatangan kontrak karya (KK) antara Freeport
Sulphur Company (FCS) dan pemerintah Indonesia. Pada periode 1967-1972 banyak
penanaman modal asing masuk di Indonesia. Investasi pada sektor pertambangan
adalah yang paling besar, sekitar 38% dari dari keseluruhan masuknya modal asing
di Indonesia, seperti Rio Tinto, Newmont Gold Company, Newcrest Mining Ltd,
Broken Hill Proprietary Company, dan Inco Ltd.
I-6
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Gambar 1.5. Tambang Tembaga dan Emas Freeport yang dimulai Zaman Orde
Baru
Perbedaan antara pertambangan era orde baru dan refomasi, Dunia Tambang
merangkum beberapa poin yang menjadi perbedaan pada era tersebut
berdasarkan Undang-Undang yang berlaku sebagai berikut:
I-7
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
3. Kewenangan pengelolaan
Pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, bahan galian strategis dan vital
diatur oleh menteri yang bertugas di bidang pertambangan, sedangkan bahan
galian yang tidak termasuk strategis dan vital diatur oleh pemerintah daerah
tingkat I (Provinsi) sesuai lokasi bahan galian berada. Sedangkan pada Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009, kewenangan pengelolaan terbagi menjadi
kewenangan di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
4. Wilayah Pertambangan
I-8
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
5. Tahapan usaha
6. Pengawasan
I-9
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Keuntungan lain yang didapat adalah perusahaan bisa mengatur luas wilayah
penambangan sesuai dengan kebutuhan. Program ini dikenal sebagai Hilirisasi
tambang.
Pada tahun 2020, terkait upaya peningkatan investasi oleh Pemerintah, dinuatlah
UU No 3 tahun 2020 tentang PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 4
TAHUN 2OO9 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. UU ini lebih
mengurangi birokratisasi yang menghambat proses perizinan usha tambang.
I-10
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Sebagai negara yang dilimpahi kekayaan alam luar biasa, Indonesia tidak lepas dari
industri pertambangan, yang meliputi 17 item, meliputi batubara, emas, biji besi,
aspal, timah, hingga nikel. Hampir setiap lini kehidupan bangsa ini secara tidak
langsung dipengaruhi sektor pertambangan dan industri turunannya, yang
menyumbang lapangan kerja cukup banyak.
I-11
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
yaitu sebesar Rp 41,77 triliun. Angka itu lebih tinggi 23,1 persen dibandingkan
target yang dibebankan sebanyak Rp 32,1 triliun.
I-12
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
atau sekitar 44.151.086 ton per tahun. Sebagai salah satu sektor penting dalam
pembangunan Indonesia, sektor pertambangan masih memberikan kontribusi
terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional.
I-13
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
I-14
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Dipublikasikan oleh BPS, estimasi jumlah tenaga kerja pada sektor pertambangan
batubara adalah sebesar 70% dari sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini
karena pertambangan batubara merupakan salah satu industri yang bersifat padat
karya. Menurut data BPS, jumlah tenaga kerja di sektor pertambangan dan galian
di tahun 2012 tercatat sekitar 1.134.000 pekerja jumlah itu meningkat
dibandingkan jumlah pekerja dua tahun sebelumnya, tahun 2010 sekitar 832 ribu
orang dan 2011 sekitar 947 ribu orang.
I-15
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Sektor tambang sangat erat kaitannya dengan akivitas ekonomi sebuah daerah
yang berimbas pada kesejahteraan masyarakat. Tidak salah kalau dikatakan,
I-16
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
performa perusahaan tambang yang mambaik bisa menjadi salah satu penopang
perekonomian daerah untuk maju dan berkembang.
Salah satu perusahaan tambang di bidang nikel, yaitu PT Vale Indonesia juga sudah
berkontribusi banyak dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Luwu
Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Ekonomi masyarakat Luwu Timur sangat
bergantung dari aktivitas pertambangan. Hal itu lantaran kontribusi PT Vale kepada
Pemkab Luwu Timur dan sangat besar bagi Pemda dan masyarakat di sekitar
tambang.
I-17
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Kabupaten Luwuk Timur sendiri PAD yang diterima sebagian besar mungkin dari PT
Vale. Bahkan pemasukan Sulawesi Selatan dari Vale porsinya sangat besar.
Berdasarkan catatan resmi Pemkab Luwu Timur, APBD 2018 tercatat sekitar Rp 1,5
triliun.
Contoh lain Tambag nikel di Kabupaten Morowali, dimana pertambangan nikel menjadi
andalan dari perekonomian Morowali. Ada 10 perusahaan pertambangan nikel besar di daerah
ini yang menyerap tenaga kerja lokal hingga 19.000 orang.
I-18
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
smelter nikel yang sudah beroperasi. Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun
2016 dicapai oleh sektor industri pengolahan sebesar 28,34%, jasa keuangan dan
asuransi sebesar 22,49% serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar
16.99%.
I-19
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
TAHUN
Barang Tambang Mineral Satuan
2017 2018 2019
Pasir Besi Ton 1 955 926,00 6 988 688,00 2 507 786,00
Konsentrat Tin Ton 71 531,00 82 809,00 86 947,00
Konsentrat Tembaga Pound 2 253 461,00 2 309 262,00 1 697 725,00
Emas troy ounce 100 514,00 132 734,00 108 977,00
Bijih Nikel ton 20 920 251,00 38 329 146,00 60 948 143,00
Bauksit ton 1 294 236,00 5 693 640,00 16 592 187,00
4
9
3
2 1
8 7
6 5
I-20
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Secara umum emas dan tembaga terbentuk dari batuan mineral yang sama.
Mineral ikutan lain dari pertambangan emas dan tembaga adalah perak (Ag). Peta
pertambangan emas dan tembaga yang besar di Indonesia dapat dilihat pada
gambar 15.
a) PT Freeport Indonesia
Saat ini saham Freeport lebih dari 50% dikuasai oleh PT Inalum, Induk
perusahaan BUMN dibidang tambang. Upaya hilirisasi hasil tambang emas dan
tembaga berupa pembangunan semelter di daerah Gresik Jawa timur saat ini
I-21
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Produksi emas PT Freeport Indonesia tahun 2019 sekitar 2,8 juta troy ons emas.
Sedangkan produksi tembaga tahun 2019 sekitar 620 juta pound tembaga.
Sedangkan total pekerja yang terlibat dalam pertambnagang Freeport
sebanyak 30,5 ribu orang. Pekerja itu termasuk karyawan dari kontraktor luar
yg bekerja di PT Freeport Indonesia.
Pekerja yang terlibat bekerja di Tambang kencana sekitar 2000 orang termasuk
karyawan dari kontraktor. Sedangkan produksi emas PT Nusa Halmahera
Mneral tahun 2019 sekitar 102,4 ribu troy ons emas.
I-22
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Namun baru 2 tambang yang produksi yaitu Pongkor dan Cibaliung. Produksi
emas PT Antam tahun 2019, sekitar 45 ribu troy ons.
d) PT AMMAN
Saat ini, Amman sedang melakukan fase tujuh atau tahap terakhir untuk
menambang di batu hijau. Pada fses tujuh produksi diharapkan mejadi 4,47
miliar pon tembaga dan 4,12 juta ounce emas pada akhir 2020 atau awal 2021.
I-23
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Sedangkan pekerja yang terlibat dalam pertambangan Batu Hijau sekitar 4300
orang pegawai tetap PT Amman dan 5000 orang dari karyawan kontraktor.
Sumber Daya Mineral per tanggal 30 Juni 2020, mencapai 7,6 juta troy ons
emas dan 66 juta troy ons perak. Produksi di Martabe dimulai tanggal 24 Juli
2012. Kapasitas operasi Tambang Emas Martabe melebihi 6 juta ton bijih per
tahun untuk menghasilkan lebih dari 300.000 troy ons emas dan 2-3 juta try
ons perak per tahun.
I-24
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
PTAR mempekerjakan lebih dari 3.000 karyawan dan kontraktor, di mana lebih
dari 99% di antaranya adalah warga negara Indonesia, dan lebih dari 70% di
antaranya direkrut dari penduduk setempat. PTAR berkomitmen untuk
menciptakan operasi yang aman dan efisien, meminimalisir dampak
lingkungan, dan memastikan keberadaan kami memberi manfaat jangka
panjang kepada seluruh pemangku kepentingan lokal.
I-25
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Nikel merupakan salah satu barang hasil tambang yang banyak memiliki nilai guna,
contohnya adalah sebagai bahan pembuatan baja dan berbagai peralatan rumah
tangga. Secara mineral geologi, tambang nikel biasanya punya ikutan mineral
berupa Cobalt (Co)
Saat ini Indonesia merupakan Negara penghasil Nikel terbesar di dunia. Saat ini,
Pemerintah melarang kegiatan ekspor nikel mentah karena mempertimbangkan
I-26
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
untuk meningkatkan nilai tambah yang diperoleh dari komoditas nikel di dalam
negeri.
1
3
4 6
5
Jumlah cadangan nikel di negeri ini memang cukup banyak. Oleh karena itu,
pemerintah setempat mengeluarkan peraturan,agar eksplorasi nikel dilakukan
I-27
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
2) Halmahera Timur
Total sumber daya nikel di wilayah Halmahera adalah 11, 890 juta ton dengan
cadangannya sebanyak 7,048 juta ton. Halmahera Timur merupakan wilayah di
provinsi Maluku Utara. Saat ini Perusahaan yang beroperasi di sana adalah PT
Antam.
I-28
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
3) Sulawesi Tenggara
I-29
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
I-30
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Di Luwu Timur sudah sejak 30 tahun talu dilakukan penambangan nikel oleh PT
Inco. Saat ini Inco sudah diakusisi oleh Vale Kanada, sehingga berganti menjadi
Vale Inco.
Gambar 1.26. Tambang Nikel dan Smelter Vale Inco Luwu Timur
PT Vale Inco sudah mempunyai smelter dan menghasilkan Nikel Mate (NiS2)
dengan kemurunian yang tinggi. Produksi Nikel Mate yang dihasilkan Vale Inco
sekitar 100 ribu ton/tahun. Nikel Mate produksi Vale Inco saat ini diekspor ke
japing.
I-31
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Produksi timah (Sn) Indonesia dari tahun 2017 hingga 2019 relatif meningkat Pada
tahun 2017 sekitar 72 ribu ton dan tahun 2019 naik menjadi 87 ribu ton. Timah
Indonesia sebagian besar diekspor ke luar negari.
I-32
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Pulau
Bangkinag Singkep
Obi, Halmahera
Mamuju
Pulau
Bangka
Pulau
Belitung
I-33
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
I-34
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Potensi pasir besi di Indonesia sangat besar terutama di sepanjang garis pantai.
Total cadangan terbukti pasir besi Indonesia sekitar 750 juta ton. Pasir besi selain
dijadikan sebagai sumber logam besi juga dijadikan bahan bauk untuk industri
semen.
Ada bebrpa perusahaan Pertambagan Pasir besi di Indonesia yang mash beroprasi
antara lain :
I-35
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Produksi pasir besi dalam 5 tahun terakhir relatif tidak stabil. Meskipun demikian
produksi puncak terjadi di tahun 2018, sekitar 6,5 juta ton berupa biji besi.
Bauksit merupakan bahan baku biji alumina. Di Indonesia ada 4 daderah berpotensi
menghasilkan bauksit anatara lain :
a) PT Antam Kalbar
PT Antam meruakan BUMN yang bergerak di industriPertambangan. Ada unit
usaha pertambangan PT Antam yang bergerak di bidang pertambagan bauksit.
Produksi Bauksit Antam sekarang ini berupa chemiccal grade bauksit. Namun saat
ini PT Antam sedang merencanakan pembuatan smelter bauksit untuk
menghasilkan alumina.
I-36
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Gambar 1.34. Unit Smelter Grade Alumina PT Well Harvest Winning-CITA Group
I-37
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Untuk meningkatkan nilai tambah dari produk bauksit, pada 2013, CITA mulai
membangun fasilitas produksi Smelter Grade Alumina (SGA) di Kalimantan Barat.
Fasilitas produksi SGA tersebut beroperasi pada 2016 dan menjadikan CITA
sebagai perusahaan penghasil SGA pertama di Indonesia, melalui entitas asosiasi
PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW).
I-38
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
I-39
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
b) PT Adaro Indonesia
Penambangan perdana dilakukan tahun 1990, dan Nama Adaro diambil oleh
Enadimsa untuk Perusahan yang mengelola Tambang Batubara hasil ekspolrasi
yang dilakukannya. Penjualan pertama batubara Adaro adalah kepada Krupp
Industries dari Jerman yang tertarik dengan karakter ramah lingkungan
Envirocoal. Kapal perusahaan, MV Maersk Tanjong, berlayar ke Eropa pada
tanggal 22 Oktober dengan 68,750 ton Envirocoal.
I-40
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
c) PT Berau Coal
Berau Coal adalah anak perusahaan sinar mas, yang mulai beroperasi tahun
1983. Wilayah kerja Berau Coal di Kabupaten Berau Kalimantan Utara. Wilayah
kerja PT Berau Coal seluas 114 ribu ha. Produksi Batubara PT Berau Coal tahun
2019 sekitar33 Juta ton per tahun.
I-41
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Dimulai dengan 3 juta ton produksi komersial batubara pada tahun 1993, volume
produksi mencapai lebih dari 300 juta ton pada Mei 2013 melalui ekspansi
infrastruktur dan peningkatan sistem penambangan yang berkelanjutan.
Tambang Pasir sekarang menghasilkan 40 juta ton batubara setiap tahun.
I-42
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
f) PT Bukit Asam
I-43
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
I-44
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
g) PT Arutmin Indonesia
Arutmin mengoperasikan lima lokasi tambang yang meliputi Senakin, Satui, Mulia,
Asam Asam dan Batulicin serta terminal ekspor batubara yang bertaraf
Internasional. Seluruhnya berlokasi di Kalimantan Selatan. Di lokasi tambang
Senakin, Satui dan Batulicin memiliki kandungan bituminous bertaraf dunia dan
Mulia dan Asam Asam memiliki kandungan sub-bituminous yang sangat memadai.
I-45
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Luas wilayah kerja PT Arutmin Indonesia sekitar 57 ribu Ha. Produksi batubara PT
Arutmin Indonesia tahun 2019 sekitar 27 juta ton.
h) PT Bayan Resources
I-46
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Secara umum kegiatan tambang adalah proses ekstraktif terhadap sumber daya
alam. Kegiatan umumnya adalah membuka lahan dan menggali tambang. Oleh
karena itu kegiatan pertambangan akan mengubah bentang alam dan “merusak”
kondisi lingkungan awal. Hal ini akan merubah tatanan ekosistem baik biologi,
geologi dan merubah tatanan sosial, ekokomi dan budaya masyarakaan di sekitar
lokasi tambang.
Hasil tambang yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
dalam kurun waktu tertentu akan habis. Sehingga pada kahirnya kegaiatan
pertambangan di suatu wilayah akan berhenti dengan menipisnya cadangan
komoditas tambang. Dengan potensi keusakan lingkungan dari kegiatan
pertambangan maka kegiatan pertambangan harus dikotrol dan dibaut reulasinya
sehingga dampak negatif dari kegiatan pertambangan dapat dikurangi.
I-47
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Dengan AMDAL kondisi lingkungan tetap berada pada suatu derajat mutu tertentu
sehingga dampak negatif dari ekspolitasi pertambangan dapat diminimalkan.
I-48
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
AMDAL dalam usaha pertambangan ini merupakan bagian persyaratan proses Izin
Tambang.
Selain itu Kementrian ESDM sudah menerbitkan Kaidah Good Mining Practice yang
dibuat Pemerintah, menempatkan aspek lingkungan sebagai yang utama.
Peraturan tersebut tertuang pada Peraturan menteri ESDM No 26 tahun 2018,
tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan uang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Gambar 1.48. Penenaan Area bekas tambang akan mengurangi dampak negatif
kegiatan pertambangan
I-49
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
I-50
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Kebutuhan ban untuk alat berat di pertambangan setahun sekitar 1,03 juta unit.
Sehingga akan menghasilkan limbah ban yang cukup banyak pertahunnya. Oleh
karena itu kalau tidak dikelola dengan baik maka akan terjadi akumulasi ban
bekasdari tahun ke tahun. Saat ini ban-ban bekas hanya isimpan di area terbuka
dan digunakan untuk menahan longsoran tanah.
Ban bekas pakai tidak termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Tapi
pembuangan ban bekas yang tidak dikelola akan berdampak negatif bagi
Lingkungan. Dampak penimbunan ban bekas tambang antara lain :
I-52
Pemanfaatan Ban Bekas dari Industri Pertambangan untuk Energi
Gambar 1.51. Penggunanan Ban Bekas Tambang sebagai Material Penahan Longsoran
Tanah.
I-53