Pengantar
Untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi tentunya Indonesia
membutuhkan investasi yang besar agar dapat menggerakkan
perubahan-perubahan variabel dalam jangka panjang baik pada
struktur permintaan maupun perubahan pada penawaran seperti yang
dikatakan oleh Mier and Baldwin (1957). Dengan adanya perubahan
dari variabel tersebut pada akhirnya mampu melakukan transformasi
masyarakat seperti yang disarankan Rostow (1960) melalui
pembangunan.
Pada masa pemerintahan SBY (2009-2014), Indonesia
membutuhkan investasi sebesar Rp. 2.000 triliun sehingga dapat
mendorong laju pertumbuhan ekonomi mencapai 7% dalam lima
tahun. Dipihak lain kemampuan pemerintah Indonesia hanya mampu
menyediakan dana sebesar 20% atau Rp. 400 triliun, sedangkan sisanya
Rp. 1.600 triliun (80%) berasal dari sektor swasta baik dari dalam
negeri maupun luar negeri termasuk Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Dampaknya adalah pemerintah Indonesia dalam kebijakan
harus membuka pintu selebar-lebarnya agar para investor agar dapat
menginvestasikan modalnya untuk Indonesia.
Meskipun investasi yang dimiliki terbatas, namun Indonesia
memiliki kemungkinan menjadi negara industri maju dikarenakan; (1)
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan mineral
83
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
Sejarah Pertambangan
Selama beratur-ratus tahun yang lalu, kebutuhan akan sumber
daya mineral terus mengalami perkembangan, dari keperluan akan
perhiasan, peralatan rumah tangga, pertanian, transportasi sampai
kepada industri persenjataan (Manulang, 2002:11). Menurut catatan
sejarah, pertambangan di Indonesia diprakarsai oleh orang Hindu dan
Cina sebagai pendatang yang mencari emas sekitar tahun 700 SM
kemudian dilanjutkan dengan timah sekitar tahun 1700-an (Soesastro
dan Sudarsono, 1988). Usaha pertambangan tidak menunjukkan
perkembangan yang berarti di Indonesia, karena orang-orang pribumi
umumnya lebih memilih bertani daripada kerja tambang yang
cenderung beresiko dan bersifat untung-untungan.
Seluruh kegiatan pertambangan di Indonesia awal mulanya hanya
diusahakan oleh rakyat dengan skala usaha yang tidak besar dan relatif
belum tersentuh oleh intervensi kapital yang intensif. Pada akhir abab
ke-19 seiring dengan masuknya orang-orang Belanda menjajah
Indonesia, potensi pertambangan di Indonesia mulai dikembangkan.
Namun perkembangan berlangsung lamban, dikarenakan kebijakan
pemerintahan kolonial Belanda lebih berorientasi pada sektor
pertanian dan perlakuan kepada orang-orang pribumi lebih dijadikan
sebagai buruh kasar dan bukan sebagai mandor ataupun pengawas di
perusahaan pertambangan Belanda. Kebijakan ini dilatarbelakangi
karena sumberdaya mineral merupakan sesuatu yang berharga dan
85
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
bangan yang dimiliki Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu seperti
tambang batubara Ombilin, Tambang Timah Bangka, dan Tambang
Bukit Asam. Pemerintah Hindia Belanda juga memberi beberapa
proyek besar seperti pengembangan tambang nikel di Sulawesi
Tenggara kepada pihak swasta untuk mendapat hak pengusahaannya
berdasarkan kontrak khusus dari pemerintah yang dikenal dengan
sebutan 5a contract (vijf a contrac), terutama pada ketentuan pasal 5a
indiche Mijnwent. Tambang lainnya adalah tambang emas (Bengkalis,
Cikokok, Woyla, Rejang Lebong dan Simau di Bengkulu), tambang
bauksit (pula Bintan), tambang nikel (Pomala) dan lainnya.
Kegiatan usaha pertambangan pada masa pemerintah Hindia
Belanda sempat terhenti akibat krisis ekonomi (malaise) pada tahun
1930. Secara geologi, hanya 5% luas daratan Indonesia yang sudah
dipetakan cukup rinci dan sistematis, 75%-nya lagi hanya disurvey
secara kasar, sedangkan sisanya 20% masih belum diketahui sama
sekali geologinya. Karenanya tidak ada seorangpun pakar dari geologi
pertambangan Belanda pada waktu itu, yang dapat meramalkan masa
depan pertambangan Indonesia.
Menyerahkan tentara Kerajaan Hindia Belanda KNIL kepada
balatentara Jepang (08 Maret 1942), ternyata tidak semua tambang di
Indonesia dibumihanguskan oleh Hindia Belanda. Beberapa tambang
masih dapat diusahakan dan dibuka kembali oleh balatentara Jepang
untuk memenuhi kebutuhan perang, seperti tambang batu bara.
Pemerintah balatentara Jepang juga membuka sejumlah tambang baru,
seperti tambang tembaga, bijih besi, sinaber, bijih manggan dan
bauksit. Perkembangan ini menunjukkan adanya kemajuan dalam
usaha pertambangan di Indonesia hingga akhir perang pasifik pada
tahun 1949 (Sigit, 1995:10).
Setelah berakhirnya perang pasifik dan penyerahan kedaulatan
dari Belanda ke Indonesia, sejumlah usaha pertambangan masih di
bawah pengawasan dan dikuasai oleh modal Belanda dan modal asing
lainnya belum dapat diambil-alih sepenuhnya oleh pemerintah
Indonesia. Baru tahun 1958 dengan muncul UU No. 78 tentang modal
asing oleh DPRS di mana salah satunya pasalnya (pasal 3) menyatakan
87
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
89
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
90
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
91
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
94
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
Pertambangan Rakyat
Usaha pertambangan di Kalimantan Tengah pada awalnya adalah
usaha tambang rakyat, dan jumlahnya terus bertambah. Dari data yang
dirilis oleh kompas.com tertanggal 13 Oktober 2013, memperlihatkan
bahwa penambang emas skala kecil yang dilakukan masyarakat jumlah
terus mengalami peningkatan dari 50.000 orang pada tahun 2006,
menjadi 5000.000 orang pada tahun 2012.
Konsep dasar mengenai pengelolaan pertambangan oleh
masyarakat secara khusus dijelaskan dalam UU No. 11 Tahun 1967
terutama pasal 11 ayat 1,2,3. Berdasarkan UU tersebut, diketahui
bahwa pengelolaan pertambangan dilimpahkan kepada rakyat dalam
bentuk pengusahaan bahan galian melalui instrumen perijinan. Usaha
pertambangan bahan galian tersebut meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan,
serta penjualan.
Untuk mengoperasionalkan UU tersebut kemudian dikeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 Tahun 1967 tentang pelaksanaan
UU No. 11 Tahun 1967 secara khusus dalam pasal 5-6, yang
pelaksanaannya mengacu Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
mengeluarkan No. 01.P/201/M.PE/1986 tertanggal 20 Februari 1986
tentang Pedoman Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan Galian
Strategis (golongan a) dan Vital (golongan b). Dalam konteks peraturan
menteri, pertambangan rakyat dipahami sebagai usaha pertambangan
strategis dan vital yang diusahakan secara sederhana oleh rakyat
setempat (bertempat tinggal di suatu daerah) untuk penghidupan
sehari-hari.
97
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
98
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
100
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
tempat tinggal dan fasilitas lainnya. Dampak fisik juga memiliki sisi
negatif, ini dilihat kalau didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis di
mana kegiatan penambangan merusak tanah, air, dan tumbuh-
tumbuhan, termasuk merusak kesehatan manusia karena penggunaan
merkuri untuk mengekstraksi emas telah membuat pertambangan
sebagai sumber terbesar pencipta logam sangat beracun bagi
lingkungan. Setiap harinya para pekerja tambang mempertaruhkan
dirinya menghadapi bahaya keracunan terkait dengan penggunaan
merkuri secara ilegal. Kerusakan ini terlihat dari gambar dibawah ini di
mana daerah tambang terlihat putih besar (gambar 4.4. di bawah ini).
Situasi ini digambarkan sebagai "bom waktu kesehatan" oleh Profesor
Marcello Veiga, seorang ahli dalam penggunaan merkuri dalam
penambangan emas skala kecil di University of British Columbia di
Vancouver (kompas.com, 13 Oktober 2013).
102
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
Perusahaan Pertambangan
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa perusahaan pertambangan
pada dasarnya bersifat elitis dikarenakan usaha ini mempunyai resiko
yang tinggi. Selain membutuhkan besarnya investasi pada awal usaha,
namun perolehan keuntungan membutuhkan waktu yang lama dan
belum tentu memberikan keuntungan. Karenanya investor yang
terlibat dalam usaha pertambangan besar selalu memperoleh perlakuan
atau perlindungan secara khusus dari pemerintah agar mereka mau
menanamkan investasinya.
Sejauh ini keberadaan perusahaan pertambangan di Kalimantan
Tengah belum diketahui secara pasti karena data dari jumlah
perusahaan dan data dari produksi belum ada yang pasti. Misalnya dari
data yang disampaikan Gubernur Kalimantan Tengah dalam Temu
Gubernur Kalimantan Tengah dengan Pengusaha/Investor dan Bidang
Pekerjaan Umum di Palangkara (26 Mei 2014) menyatakan bahwa per
tanggal 01 April 2014 terdapat 866 perusahaan pertambangan yang
telah memperoleh Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang terdaftar pada
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM. Sayangnya data
tentang perusahaan pertambangan yang memperoleh IUP tidak
disajikan. Sebagai gambaran penyebaran perusahaan pertambangan
yang ada di Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar 4.5. di
bawah ini.
104
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
106
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
Tabel 4.5.
Jumlah Produksi Bahan Galian Tambang di Kalimantan Tengah
Sampai Tahun 2008
Bahan
No Galian Satuan 2005 2006 2007 2008
1. Emas Kg 182 619 1.224 365
2. Perak Kg 868 4.586 10.882 1.099
3. Batubara Ton 829.141 1.256.288 2.202.009 2.573.721
4. Zircon Ton NA NA 74.175 60.583
5. Bijih Besi Ton NA NA 1.028.979 2.829.290
6. Titanium Ton NA NA 542 3.736
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Tengah, 2012
108
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
109
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
Pada tahun 1983 datang tim survey tambang emas PT. Duval
untuk melakukan survey di sekitar Gunung Moro di mana wilayah
tersebut sejak tahun 1979 dan/atau 1980 sudah ada tambang rakyat
yang beroperasi. Kemudian pada tahun 1985, PT Indo Muro Kencana
masuk secara resmi dengan menggunakan mekanisme Kontrak Karya
Pertambangan dari pemerintah Indonesia.
Perusahaan ini memulai tahap konstruksinya pada pertengahan
tahun 1993 dan produksi perdana dimulai pada bulan November 1994,
dengan produksi 137.986 ons emas dan 3.429.000 ons perak sepanjang
tahun 1995. Data yang dikumpulkan LMMDDKT (2014) diketahui
bahwa hasil eksploitasi PT. IMK pada bulan Juni 2001 menghasilkan
Emas seberat 1.17 Moz atau sama dengan 1.170.000 oz setara dengan
33.168.942 Gram Emas atau 33.169 Kilogram Emas per bulan serta
Perak seberat 22.7 Moz atau sama dengan 22.700.000 oz setara dengan
643.534.172 Gram Perak atau 643.534 Kilogram per bulan. Eksploitasi
untuk memperoleh Emas dan Perak dalam per bulannya diperoleh dari
jumlah bijih seberat 9.3 Mt dan jumlah tanah buangan tambang seberat
101 Mt. Produksinya berada di 21 titik penambangan hingga akhir
tahun 2012, seperti pada tabel 4.6. dan gambar 4.8. di bawah ini.
Tabel 4.6.
Blok Penambangan PT Indo Muro Kencana
Sampai Tahun 2012
No Blok Tambang Desa Status
1. Tasat Joking Sopan Eksplorasi
2. Luit Bawah Bantian Eksplorasi
3. Tengkanong BT Mira Eksplorasi
4. Silak Atas Mangkalisoi Eksplorasi
5. Polok Super Mangkalisoi Eksplorasi
6. Dua Lagi Mangkalisoi dan Muto Eksplorasi
7. Botol Muara Babuat Eksplorasi
8. Manuah Konut Eksplorasi
9. Konut/Krikil Konut Eksplorasi
10. Marindu Konut Eksplorasi
11. Moro Sawang Anak Dua Oreng Kambang Eksplorasi
12. Sarukau Oreng Kambang Eksplorasi
13. Air Susu Mangkalisoi Eksplorasi
14. Hitam Manis KONUT Eksplorasi
15. Rangan Tihon Mangkalisoi/Konut Eksplorasi
16. Arungnaan Batu Mirau Eksplorasi
111
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
112
Kehadiran PT Indo Muro Kencana
113
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
115