Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

OPTIMALISASI SEKTOR PERTAMBANGAN NIKEL


DI SULAWESI DALAM KERANGKA MP3EI
(KORIDOR IV)

Dibuat Oleh Kelompok III

Edi Pudjiono, Budi Wiratno, Hady Ramdhan, Andy Rahmadi Herlambang,


Ariyadito Wicaksono

KAJIAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN WILAYAH


UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK
2011
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertambangan Indonesia dimulai pada zaman penjajahan Belanda, diawali dengan


pertambangan batubara di Pengaron-Kalimantan Timur (1849) dan pertambangan
timah di Pulau Bilitun (1850). Sementara pertambangan emas modern dimulai pada
tahun 1899 di BengkuluSumatera. Pada awal abad ke-20, pertambangan-
pertambangan emas mulai dilakukan di lokasi-lokasi lainnya di Pulau Sumatera. Pada
tahun 1928, Belanda mulai melakukan penambangan Bauksit di Pulau Bintan dan tahun
1935 mulai menambang nikel di Sulawesi tepatnya di Kecamatan Pomalaa Kabupaten
Kolaka Sulawesi Tenggara.

Sulawesi merupakan daerah dengan produksi nikel paling maju di Indonesia dan
menyumbang terhadap daerah sebesar 7 % terhadap PDRB, oleh karenanya
pertambangan nikel dikoridor Ekonomi Sulawesi yang merupakan potensi
pertambangan terbesar dikoridor ini.

Inisiatif investasi yang berhasil teridentifikasi tersebut dihimpun dari dana Pemerintah,
Swasta dan BUMN serta campuran dari ketiganya. Di samping investasi di atas, ada pula
beberapa investasi untuk kegiatan yang bukan menjadi kegiatan ekonomi utama di
Koridor Ekonomi Sulawesi, tetapi menjadi bagian dari 22 kegiatan ekonomi utama
seperti tembaga, besi baja, makanan-minuman, kelapa sawit, karet, tekstil, perkayuan
dan pariwisata yang difokuskan pada 5 destinasi pariwisata nasional dengan jumlah
investasi sebesar IDR 30,5 Triliun.
Selain itu, ada pula investasi dari beberapa kegiatan di luar 22 kegiatan ekonomi utama
yang dikembangkan di MP3EI seperti emas dan petrokimia sebesar IDR 15 Triliun.

Sulawesi memilliki 50 % cadangan nikel di Indonesia dengan sebagian besar untuk


tujuan eksport dan diikuti oleh Maluku dan Papua. Empat lokasi penting di Sulawesi
yang memiliki cadangan Nikel berlimpah adalah:

1. Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan;


2. Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah;
3. Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara;
4. Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Wilayah cadangan Nikel yang ada di lokasi tersebut memiliki proyeksi penambangan
yang cukup panjang yaitu dengan periode waktu 157,5 tahun (seratus lima puluh tujuh
tahun dan lima bulan)

1.2. Rumusan Masalah

Dari hasil uraian diatas, maka Kelompok 3 (tiga), merumuskan suatu masalah,
bagaimana optimalisasi dan kebijakan pertambangan nikel di Kabupaten Kolaka
Propinsi Sulawesi Tenggara

1.3. Tujuan Penulisan

Dari uraian diatas tujuan penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan
informasi dan pemberitahuan program MP3EI yang dicanangkan oleh pemerintah pusat
khusus pada koridor ekonomi Sulawesi pada sektor pertambangan nikel tentang sistem
optimalisasi dan penjabaran kebijakan MP3EI di koridor ekonomi Sulawesi.

1.4. Manfaat Penulisan

Dengan mempelajari dan menggali informasi dari MP3EI dan Masterplan Percepatan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), maka Kelompok 3 (tiga) berharap
dapat memberi kontribusinya pada masyarakat baik dikalangan pemerintah daerah,
dunia swasta, pelajar dan mahasiswa yang ingin mengetahui program yang dicanangkan
oleh pemerintah pusat khususnya koridor ekonomi sektor pertambangan nikel, tentang
bagaimana sistem optimalisasi dan penjabaran MP3EI di Propinsi Sulawesi Tenggara
pada sektor pertambangan nikel.
2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada 27 Mei 2011 di Jakarta Convention Center (JCC0, Presiden SBY resmi mengumumkan
Program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
sebagai Masterpeece Program Ekonomi Indonesia.

MP3EI adalah pondasi sekaligus kebijakan rencana besar pembangunan perekonomian


Nasional jangka panjang. MP3EI dihasilkan dari rumusan seluruh jajaran kabinet Indonesia
Bersatu Jilid II, komite inovasi nasional, komite ekonomi nasional, para direktur utama 39
BUMN, pengusaha yang tergabung di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), serta
Kamar Dangang dan Industri Indonesia (KADIN). Jangka waktu dalam rencana besar ini
adalah tahun 2011 hingga 2025 dan berada dalam 6 negara terbesar di dunia pada tahun
2050. Indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan
berkelanjutan dengan pertumbuhan ekonomi rill rata-rata 7% hingga 8% per tahun.
Pelaksanaan MP3EI dimaksudkan untuk mempercepat dan memperluas sasaran
pembangunan meliputi pengembangan 8 program utama yaitu sektor industri manufaktur,
pertambangan, pertanian, kelautan da perikanan, pariwisata, telekomunikasi, energi dan
pengembangan kawasan strategis nasional.

2.1. Indonesia Memiliki Kedudukan Penting Disektor Pertambangan Nikel

Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai tema Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil
Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Pertambangan Nikel Nasional. Koridor ini
diharapkan menjadi garis depan ekonomi nasional terhadap pasar Asia Timur, Australia,
dan Amerika. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan
sosial dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Meskipun demikian, secara umum
terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di Koridor Ekonomi Sulawesi:

1. Rendahnya nilai PDRB per kapita di Sulawesi dibandingkan dengan pulau lain di
Indonesia;
2. Kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen),
tumbuh dengan lambat padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50
persen tenaga kerja;
3. Investasi di Sulawesi berasal dari dalam dan luar negeri relatif tertinggal
dibandingkan daerah lain;
4. Infrastruktur perekonomian dan sosial seperti jalan, listrik, air, dan kesehatan
kurang tersedia dan belum memadai.

Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi


utama pertanian pangan, kakao, perikanan dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi
utama minyak dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin
pertumbuhan ekonomi di koridor ini.

Pabrik Nikel Kecamaatan Pomala Kabupaten Kolaka (Sumber : PT Aneka Tambang)

Untuk pengembangan pertambangan di Sulawesi Tenggara maka didorong sesuai


dengan potensi yang ada dengan fasilitas infrastruktur berupa jalan yang diperuntukan
untuk menghubungkan aksesibilitas dari sektor pertambangan nikel di koridor Sulawesi
(Rencana Proyek MP3EI).

Lebih dari 50 persen nikel yang diekspor adalah dalam bentuk bijih nikel. Dari 190 ribu
ton bijih nikel yang diproduksi Indonesia per tahunnya, hanya sekitar 80 ribu ton nikel
yang diekspor dalam bentuk nikel matte (hasil olahan bijih nikel dengan kandungan
nikel di atas 75 persen). Dengan tidak dilakukannya tahap pengolahan lanjut terhadap
bijih nikel tersebut, Indonesia kehilangan potensi pertambahan nilai produk nikel
hingga mencapai USD 200 juta per tahun.

Ekspor Nikel Indonesia (Sumber : Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia 2011-2025)

Kendala lain dalam pertambangan nikel adalah terhambatnya peningkatan tahap


kegiatan eksplorasi menjadi tahap operasi dan produksi atau pembukaan area baru
karena tumpang tindih tata guna lahan, lambatnya penerbitan rekomendasi dari
pemerintah daerah yang biasanya terkait dengan lambatnya pengurusan Ijin Pinjam
Pakai Lahan Hutan dan juga penerbitan Ijin Usaha Pertambangan.

Saat ini 60 persen produk nikel dunia dipakai dalam industri stainless steel, 25 persen
untuk campuran logam lain, dan 15 persen sisanya dipakai tanpa campuran. Produk
baja nirkarat menempati porsi terbesar karena digunakan pada banyak produk, mulai
peralatan rumah tangga hingga bahan bangunan.

Lebih dari 250.000 jenis produk menggunakan nikel sebagai bahan utamanya, 65
persen di antaranya dalam bentuk baja nirkarat.

Kegiatan pertambangan nikel dengan produksi sekitar 200 Ribu Ton per tahun,
menjadikan Indonesia produsen nikel ke-4 dari 6 negara dunia yang bersama-sama
menyumbang lebih dari 60 persen nikel dunia. Indonesia juga memiliki 8 persen
cadangan nikel dunia
PRODUKSI PERTAMBANGAN NIKEL GLOBAL

Sumber : Abare

Konsumsi nikel AS, UE dan Jepang diperkirakan akan mengalami kenaikan. Konsumsi
nikel ketiga kawasan tersebut diperkirakan naik 5% di tahun 2011 dan naik lagi 4% di
tahun 2012. Akibat gempa dan tsunami Jepang Maret 2011 lalu, negara tersebut
memerlukan stainless steel dalam jumlah yang besar untuk membangun kembali
infrastruktur publik, bangunan komersial, maupun perumahan.

Tantangan terbesar dalam percepatan dan perluasan kegiatan pertambangan nikel


adalah menciptakan industri hilir dari pertambangan nikel khususnya dalam pemurnian
(refining) hasil produksi nikel. Indonesia belum memilki fasilitas pemurnian nikel
padahal kegiatan pemurnian memberikan nilai tambah yang sangat tinggi.
2.2. Tantangan Yang Dihadapi Koridor Sulawesi
1. Sulitnya mendapatkan modal usaha dari perbankan untuk sektor pertambangan
baik investasi kecil maupun besar.
2. Peningkatan produksi dengan kapasitas tinggi belum memenuhi standar
pengolahan pemurnian yang baku di Kabupaten Kolaka Provinsi Sultra
3. Masih kurangnya infrastruktur pendukung sektor pertambangan seperti jalan dan
pelabuhan di Kabupaten Kolaka Provinsi Sultra
4. Teknologi pengolahan biji nikel belum memadai di Kabupaten Kolaka Provinsi Sultra
2.3. Strategi Yang Dapat Dilakukan
1. Memberikan kredit mikro kepada investor pertambangan
2. Mengembangan industri produksi feronikel di Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi
Tenggara
3. Meningkatkan Produksi Nikel di Pasar ekspor
4. Meningkatkan keberlanjutan sektor pertambangan melalui pemberdayaan
masyarakat lingkar tambang (CSR)
5. Meningkatkan kapasitas ifrastruktur pendorong sektor pertambangan di Kabupaten
Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara.

3. PEMBAHASAN

3.1 Regulasi Kebijakan

Untuk menjawab masalah dan tantangan pengembangan kegiatan ekonomi utama nikel
di atas, diperlukan dukungan terkait regulasi dan kebijakan berikut:

1. Penyederhanaan peraturan dan birokrasi (antar lembaga dan kementerian) untuk


mempermudah
2. kegiatan memulai dan mengoperasikan pertambangan.
3. Perbaikan kelembagaan untuk membuat investasi di pertambangan nikel lebih
menarik, karena pada saat
4. ini terdapat inefisiensi dalam hal akuisisi tambang, pembuatan kontrak, dan
sebagainya;
5. Perbaikan peraturan terkait pertanahan dan memperjelas tata guna lahan melalui
tata ruang;
6. Dukungan Pemerintah berupa pemberian insentif kepada investor industri padat
modal.
Kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :

1. Eksplorasi
2. Ekstrasi dan pembuangan limbah batuan
3. Pengolahan bijih dan operasional
4. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya
5. Pembangunan infrastuktur, jalan akses dan sumber energi
6. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman

Gambar 1. Teknik-teknik ekstraksi bahan mineral. Teknik yang digunakan tergantung pada kadar
mineral dan jarak zona mineralisasi dari permukaan tanah.

Propinsi Sulawesi Tenggara mempunyai Potensi yang besar untuk sektor pertambangan
Nikel, sehingga dapat memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan
investasi pertambangan di beberapa kabupaten diantaranya kabupaten kolaka. Untuk
mempermudah perijinan disektor petambangan nikel untuk peningkatan pendapatan
asli daerah dengan dikeluarkannya ijin-ijin Kuasa Pertambangan (KP) kepada beberapa
investor, seterusnya dilakukan penyelidikan dan memperoleh hasil dengan nilai
ekonomis maka investor tersebut melanjutkan ijin eksplorasi, dan untuk eksploitasi
diperlukan adanya rekomendasi AMDAL dari Tim Komisi AMDAL Daerah Kabupaten
Kolaka, sehingga diterbitkan SK Bupati untuk eksploitasi.
Gambar 2. Tahapan penambangan nikel

3.2 Sumber Daya Manusia dan IPTEK

Untuk mencapai pengembangan kegiatan ekonomi utama pertambangan nikel yang


efektif dan efisien, diperlukan peningkatan sumber daya manusia di kabupaten kolaka
propinsi sulawesi tenggara dengan menyekolahkan putra-putra daerah untuk
mendorong atau menguasai ilmu dan teknologi disektor pertambangan.
Penampang lapisan tanah di mana bijih nikel ditemukan (Sumber: Inkomunikasi)

Pengolahan Bijih dan Operasional Pabrik Pengolahan

Tergantung pada jenis tambang, pengolahan bijih pada umumnya terdiri dari proses
benefication dimana bijih yang ditambang diproses menjadi konsentrat bijih untuk
diolah lebih lanjut atau dijual langsung, diikuti dengan pengolahan metalurgi dan
refining. Proses benefication umumnya terdiri dari kegiatan persiapan, penghancuran
dan atau penggilingan, peningkatan konsentrasi dengan gravitasi atau pemisahan secara
magnetis atau dengan menggunakan metode flotasi (pengapungan), yang diikuti dengan
pengawaairan (dewatering) dan penyaringan. Hasil dari proses ini adalah konsentrat
bijih dan limbah dalam bentuk tailing dan serta emisi debu. Tailing biasanya
mengandung bahan kimia sisa proses dan logam berat.

Pengolahan metalurgi bertujuan untuk mengisolasi logam dari konsentrat bijih dengan
metode pyrometallurgi, hidrometalurgi atau elektrometalurgi baik dilaku-kan sebagai
proses tunggal maupun kombinasi. Proses pyrometalurgi seperti roasting (pembakaran)
dan smelting menyebabkan terjadinya gas buang ke atmosfir (sebagai contoh, sulfur
dioksida, partikulat dan logam berat) dan slag.

Metode hidrometalurgi pada umumnya menghasilkan bahan pencemar dalam bentuk


cair yang akan terbuang ke kolam penampung tailing jika tidak digunakan kembali
(recycle). Angin dapat menyebarkan tailing kering yang menyebabkan terja-dinya
pencemaran udara. Bahan-bahan kimia yang digunakan di dalam proses pengolahan
(seperti sianida, merkuri, dan asam kuat) bersifat berbahaya. Pengangkutan,
penyimpanan, penggunaan, dan pembuangannya memerlukan pengawasan ketat untuk
mencegah terjadinya gangguan terhadap kesehatan dan keselamatan serta mencegah
pencemaran ke lingkungan.

Proses pengolahan batu bara pada umumnya diawali oleh pemisahan limbah dan batuan
secara mekanis diikuti dengan pencucian batu bara untuk menghasilkan batubara
berkualitas lebih tinggi. Dampak potensial akibat proses ini adalah pembuangan batuan
limbah dan batubara tak terpakai, timbulnya debu dan pembuangan air pencuci.
Kerusakan ekosistem hutan akibat pembuangan tailing

Pengendalian polusi dari pembuangan tailing selama proses operasi harus


memperhatikan pencegahan timbulnya rembesan, pengolahan fraksi cair tailing,
pencegahan erosi oleh angin, dan mencegah pengaruhnya terhadap hewan-hewan liar.

Isu-isu penting yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi alternatif pembuangan


tailing meliputi :

Karakteristik geokimia area yang akan digunakan sebagai tempat penimbunan


tailing dan potensi migrasi lindian dari tailing.
Daerah rawan gempa atau bencana alam lainnya yang mempengaruhi keamanan
lokasi dan desain teknis .
Konflik penggunaan lahan terhadap perlindungan ekologi peninggalan budaya,
pertanian serta kepentingan lain seperti perlindungan terhadap ternak, binatang liar
dan penduduk local.
Karakteristik kimia pasir, lumpur, genangan air dan kebutuhan untuk
pengolahannya.
Reklamasi setelah pasca tambang.

Studi AMDAL juga harus mengevaluasi resiko yang disebabkan oleh kegagalan
penampungan tailing dan pemrakarsa harus menyiapkan rencana tanggap darurat yang
memadai. Pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan tanggap darurat ini harus
dinyatakan secara jelas.
3.3 Konektivitas terhadap Infrastruktur

Pengembangan kegiatan ekonomi utama Migas memerlukan dukungan peningkatan


konektivitas (infrastruktur) berupa:

Peningkatan dan pengembangan infrastruktur minyak dan gas bumi untuk


meningkatkan akses masyarakat terhadap bahan bakar gas;
Peningkatan dan pengembangan akses ke daerah-daerah eksplorasi dan eksploitasi
baru, baik di daratan maupun di lepas pantai;
Pembangunan infrastruktur pengilangan migas;
Pembangunan fasilitas penimbunan bahan bakar.

3.4 Isu Pokok dan Kendala di Daerah


1. Tumpang tindih regulasi antara provinsi dan kabupaten sebagai penerima proyek
MP3EI.
2. Minimnya sosialisasi terhadap masyarakat tentang sektor pertambangan tentang
program MP3EI
3. Minimnya sumber daya manusia disektor pertambangan
4. Keterbatasan SDM dan teknologi (IPTEK) di Kabupaten Kolaka
3.5 Kerangka Kerja MP3EI untuk Pengembangan Sektor Daerah Pada Upaya Percepatan
Pembangunan Sulawesi

Nilai Investasi
No Proyek P3EI Periode Mulai Periode Selesai Lokasi
(IDR Miliar)

1 Peningkatan jalan dari Siwa - Pare-pare - 971 2012 2014 Sulawesi Selatan
Barru - Maros - Makassar (293 km)

2 Peningkatan Jalan Parigi - Poso - Tentena - 709 2013 2014 Sulawesi Tengah
Tidantana (Batas Sulsel) (298 km)
Peningkatan jalan mendukung kegiatan
Sulawesi
3 tambang/industri nikel di Kolaka Utara 294 2012 2014
Tenggara
menuju ke Pelabuhan Lasususa (132 km)
Sulawesi
4 280 2012 2014
Peningkatan Jalan Kendari - Asera Tenggara

5 Peningkatan Jalan Maros-Watampone- 235 2011 2014 Sulawesi Selatan


Pelabuhan Bajoe (150,74 km)

6 Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan 2011 2015 Sulawesi Selatan


Laut Gorongkong, Sulawesi Selatan 217

7 Peningkatan jalan dari Batas Sultra - Malili - 2012 2014 Sulawesi Selatan
Masamba - Palopo - Siwa (318 km) 213

Sulawesi
8 Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan 2011 2014
Laut Bungkutok, Sulawesi Tenggara 186 Tenggara

9 Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan 2011 2015 Sulawesi Utara


Laut Bitung, Sulawesi Utara 173

Sulawesi
10 Peningkatan Jalan Sp-Torobulu-Lainea- 2012 2014
Kendari (127 km) 167 Tenggara

11 Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan 2011 2014 Sulawesi Tengah


Laut Pantoloan, Sulawesi Tenggara 161

12 Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan 2011 2013 Gorontalo


Laut Anggrek, Gorontalo 142

13 Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan 2011 2013 Gorontalo


Gorontalo 135
Sulawesi
14 2011 2014
Pelabuhan Bau - Bau 126 Tenggara
Sulawesi
15 2011 2014
Pelabuhan Raha 114 Tenggara
Peningkatan Jalan Majene - Polewali (49,8
16 104 2011 2013 Sulawesi Barat
km)
Nilai Investasi Periode
No Proyek P3EI Periode Mulai Lokasi
Selesai
(IDR Miliar)
1 Perluasan Pelabuhan Makassar 2.220 2011 2014 Sulawesi Selatan

2 Pembangunan Jalan Tol Manado-Minut- 1.732 2011 2014 Sulawesi Utara


Bitung/Pembangunan Jalan Express Way
Manado - Bitung (49 km)

3 Pembangunan infrastruktur penunjang 500 2011 2015 Sulawesi Utara


ekspor hasil perikanan Bitung

4 Perluasan Pelabuhan Bitung 414 2011 2015 Sulawesi Utara


4. KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk mendukung koridor ekonomi sulawesi harus diperlukan suatu terobosan baru dengan
peningkatan sumber daya manusia (SDM) di sektor pertambangan nikel, serta penguasaan
teknologi dan pengembangan pabrik feronikel dan pengembangan pabrik biji nikel di
kabupaten kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara.

Investasi di sektor pertambangan nikel pada koridor ekonomi sulawesi masih sangat rendah
dibandingkan dengan sektor utama lainnya (pertanian, perkebunan, perikanan dan
kelaautan). Diperlukan upaya untuk peningkatan investasi yang terarah guna percepatan
sektor yang dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA

1. Masterplan MP3EI 2011-2025


2. PP No. 26/2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
3. T.S. Buddhy, 2011. Bahan Kuliah Tata Ruang, 2011. UNKRIS Fakultas Teknik PWK S-2,
Pondok Gede Jakarta Timur
4. Diskusi dan Persentasi MP3EI: 17 Desember 201 Team Kelompok Tiga : Optimalisasi
Sektor Pertambangan Nikel di Sulawesi Dalam Kerangka MP3EI
5. Informasi data dari daerah Kabupaten Kolaka (DISTAMBEN, 2011)

Anda mungkin juga menyukai