Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEBIJAKAN TAMBANG

INVENTARISASI PERMASALAHAN TAMBANG INDONESIA

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, MS., MT

Disusun Oleh:

Erwin Patra Jenggi (03021381722113)

Harry Sabarno (03021381722091)

Monica Regina Limanto (03021381722095)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 3

BAB I ................................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4

Latar belakang ............................................................................................................................ 4

Rumusan masalah .................................................................................................................... 17

Manfaat .................................................................................................................................... 17

BAB II ................................................................................................................................................ 18

PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 18

BAB III ............................................................................................................................................... 23

PENUTUP .......................................................................................................................................... 23

Kesimpulan ............................................................................................................................... 23

Saran......................................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 24

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Inventarisasi Permasalahan Tambang Indonesia ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. Maulana
Yusuf, MS., MT selaku Dosen mata kuliah Kebijakan Tambang Universitas Sriwijaya
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai permasalahan- permasalahan yang terdapat
pada tambang di Indonesia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu mendatang.

Palembang, 17 Oktober 2018

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pertambangan merupakan pilar penting pembangunan di Indonesia. Sektor


ini telah lama menjadi sektor utama penyumbang pemasukan kas negara.
Namun, mulai tahun 2011 hingga saat ini sektor ini sedang mengalami tren
penurunan. Harga komoditi barang tambang mineral dan batubara mengalami
pemerosotan dan belum menunjukkan tanda-tanda kenaikan. Indonesia sebagai
negara yang kaya akan komiditi tambangnya pun merasakan pengaruhnya.
Mirisnya, Indonesia tidak dapat menentukan harga komoditi-komodi
tambangnya sendiri. Harga semua komoditi tersebut ditentukan oleh pasar
sehingga harga komoditi sangat rentan terhadap dinamika permintaan dan
penawaran dunia. Selain itu, perang, iklim ekonomi, embargo ekonomi,
kebijakan luar negeri, dan harga komoditi energi lain seperti minyak bumi juga
dapat turut memengaruhi penentuan harga pasar.
Dilihat dari segi peran pelaku pertambangan di Indonesia, permasalahan
pertambangan di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yakni permasalahan
yang dimiliki oleh pemerintah selaku pemilik lahan dan regulator dan
perusahaan selaku pengeksploitasi lahan , pengelola, pengekspor dan pihak
yang menaati regulasi komoditi tambang. Masing-masing memiliki
kepentingan dan tujuan. Kepentingan dan tujuan tersebut mungkin berbeda,
tetapi dibutuhkan kerjasama yang sinergis dari kedua pihak tersebut demi
pembangunan bangsa Indonesia. Hal tersebut yang menjadi tantangan
Indonesia saat ini dan di masa depan. Pemerintah dan perusahaan harus saling
berkompromi memecahkan permasalahan yang timbul tanpa ada pihak yang
dirugikan.
Berikut terdapat berbagai macam permasalahan yang bias ditemui dalam
pertambangan di Indonesia, yaitu:
1. Masalah:
Kendala Pengembangan Industri Pengolahan Bauksit di Kalimantan Barat.

4
Identifikasi :
Dengan anugerah potensi mineral bauksit yang sedemikian
banyak, sudah semestinya Provinsi Kalimantan Barat mengolahnya dan
meningkatkan nilai tambah mineral bauksit tersebut. Dengan demikian,
pemanfaatan potensi daerah akan menjadi pendorong naiknya
perkembangan daerah termasuk derajat kesejahteraan Provinsi Kalimantan
Barat dan penduduk yang tinggal di dalamnya sebagai multiplier effects
dari suatu kegiatan yang ada. Tetapi pengolahan bauksit menjadi alumina
memerlukan energi yang sangat besar, sedangkan di Provinsi Kalimantan
Barat “hanya” memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) dalam
jumlah yang relatif kecil dan potensi batubara juga tidak terlalu signifikan
sehingga Provinsi Kalimantan Barat terpaksa harus “mengimpor” energi
dari luar provinsi. Selain itu berbagai masalah seperti limbah,
infrastruktur, serta masih banyaknya perusahaan tambang yang menyalahi
aturan turut melengkapi deretan masalah yang akhirnya berimbas pada
minimnya minat investor dalam membangun industri pengolah bauksit di
Kalimantan Barat.

2. Masalah:
Perubahan regulasi proyek pertambangan yang secara tiba-tiba.
Identifikasi:
Di Indonesia regulasi cepat sekali berubah. Contohnya, mengurus
IUP sering kali berubah. Awalnya melalui pemerintah daerah. Namun,
kemudian regulasi meminta para pelaku industri untuk mengurus IUP
secara terpusat. Padahal untuk menjaga hubungan baik dengan Pemda
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Yang paling terkena dampaknya
adalah para pelaku industri tambang yang modalnya belum terlalu besar.
Terkait tambang emas, Indonesia memiliki permasalahannya sendiri
berkaitan dengan regulasi sistem penambangan. Permasalahannya adalah
tidak ada daerah di Indonesia yang boleh dilakukan penambangan secara
open pit. Padahal tambang emas dengan kadar yang tinggi biasanya dapat
dimaksimalkan dengan tambang open pit. Kalaupun ada, tambang open pit
tersebut pasti langsung dijadikan hutan lindung. Salah satu contoh
kasusnya di Jambi. Pada awalnya sudah ada IUP yang mengizinkan

5
pertambangan Open Pit di daerah tersebut dan sudah ada pernyataan
bahwa di daerah tersebut tidak akan ada area yang akan dijadikan hutan
lindung. Namun, pada akhirnya tambang tersebut ditutup dan dijadikan
hutan lindung. Jadi, tambang open pit sebenarnya secara regulasi tidak
diperbolehkan di Indonesia, apalagi di Pulau Jawa. Kebanyakan tambang
open pit yang masih beroperasi adalah tambang-tambang ilegal.

3. Masalah:
Kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat proses penambangan
yang tidak berwawasan lingkungan, sehingga dapat merusak habitat
tempat hidupnya spesies udang, ikan dan biotik lainnya yang berdampak
pada menurunnya kualitas dan kuantitas hasil kekayaan laut.
Identifikasi:
Hal ini disebabkan karena banyaknya kegiatan-kegiatan
penambangan yang tidak berwawasan lingkungan, seperti pencemaran
limbah buangan akibat proses transportasi pengangkutan bahan tambang
di laut, pembuangan limbah ke laut, atapun kegiatan tambang aluvial/
shore yang berada atatu dekat dengan pantai, hal ini menimbulkan
kerusakan pada biotik maupun abiotik yang berkenaan langsung. Terutama
pada ekosistem utan mangrove yang dimana menjadi tempat hidupnya
berbagai spesies hewan, seperti ikan, kepting, dan yang terutama adalah
udang, karena udang merupakan hewan air yang berkembang biak di hutan
mangrove, namun hutan mangrove yang kian rusak karena pencemaran
akibat segala kegiatan penambangan mengakibatkan menurunnya kualitas
dan kuantitas spesies biotik pada ekosistem hutan mangrove tersebut.

4. Masalah:
Masih belum terlaksananya Good Mining Practice pada perusahaan-
perusahaan tambang.
Identifikasi:
Kurangnya pengawasan dari pemerintah daerah dan pemerintah
pusat, serta kurangnya regulasi untuk mengatur semua aktivitas
pertambangan sehingga menimbulkan banyaknya perusahaan tambang
yang melaksanakan kegiatan tambang yang asal-asalan atau tidak sesuai

6
dengan prosedur penambangan yang baik. Oleh karena itu, pemerintah
harus melarang keras semua aktivitas penambangan yang tidak
mempunyai prosedur-prosedur yang sesuai dengan regulasi yang berlaku,
pemerintah juga harus mengawasi semua aktivitas pertambangan baik
perusahaan maupun penambangan rakyat dan memberikan sanksi-sanksi
keras bagi pihak manapun yang tidak mengikuti regulasi tersebut agar
penambangan terkontrol dan berjalan dengan aman.

5. Masalah:
Sulitnya mendapatkan perizinan untuk pembebasan lahan, IUP, dan
izin-izin lain yang menunjang kegiatan penambangan di suatu daerah.
Identifikasi:
Kesulitan mendapatkan izin ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan perusahaan baik dalam negeri maupun luar negeri enggan
melakukan kegiatan penambangan di Indonesia. Terlebih lagi jika lokasi
yang diduga memiliki bahan tambang berada di bawah kawasan yang
dilindungi, seperti hutan lindung, maka kegiatan penambangannya akan
lebih rumit, dan belum tentu dengan cara menambang bawah tanah,
cadangan yang ditambang tetap ekonomis. Regulasi di Indonesia sangat
cepat sekali berubah, contohnya saja dalam hal IUP. Yang sebelumnya
melalui pemerintah daerah, sekarang para pelaku industri harus mengurus
IUP secara terpusat.

6. Masalah:
Aktivitas penambangan batubara yang intensif di Provinsi
Kalimantan Selatan telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yaitu
menurunnya kualitas air akibat proses penambangan yang tidak
berwawasan lingkungan.
Identifikasi:
Hal ini disebabkan oleh perusahaan tambang yang membuang
limbah beracun ke sungai dan melanggar standar nasional pengelolaan air
limbah pertambangan akibatnya kurang lebih 45% dari sungai yang ada di
kawasan ini beresiko terkena pencemaran air dari aktivitas pertambangan.
Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah

7
perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap
air tanah dan air permukaan, berlanjut secara fisik perubahan morfologi
dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim mikro yang
disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa
flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat
menjadi tandus atau gundul.
Laporan yang merupakan hasil investigasi lapangan Greenpeace
selama kurang lebih enam bulan ini juga menyajikan bukti kuat betapa
perusahaan-perusahaan tambang batubara itu telah menggelontorkan
limbah berbahaya ke dalam sungai dan sumber-sumber air masyarakat,
melanggar standar nasional untuk pembuangan limbah di pertambangan.
Dalam laporan ini tercatat, dua puluh dua dari dua puluh sembilan sample
yang diambil oleh Greenpeace dari kolam penampungan limbah dan
lubang-lubang bekas tambang dari lima konsesi pertambangan batubara di
Kalimantan Selatan ditemukan memiliki derajat keasaman (pH) yang
sangat rendah, jauh di bawah standar yang ditetapkan pemerintah. Dari
seluruh sampel, 18 diantaranya memiliki derajat keasaman (pH) di bawah
4. Seluruh sampel yang diambil juga terdeteksi mengandung konsentrasi
logam berat.

7. Masalah:
Perusahaan yang meninggalkan tempat bekas penambangan dengan
tidak layak.
Identifikasi:
Setiap perusahaan pertambangan harus memiliki amdal (analisis
mengenai dampak lingkungan) agar lingkungan tidak rusak dan dapat
dijadikan tempat yang dapat bermanfaat. Jadi, Good Mining Practice
seharusnya dapat terlaksana. Namun kenyataannya, banyak yang
meninggalkan tempat bekas penambangan dalam kondisi tidak layak,
karena penegakan hukum di Indonesia belum maksimal. Dinas sebenarnya
hanya akan memberikan perizinan jika rancangan pertambangan sesuai
dengan kriteria. Izin juga mempermudah pengawasan terhadap aktivitas
penambangan. Penambangan liar yang mengatasnamakan rakyat adalah
penambangan yang tidak bisa diawasi, karena rakyat merasa tanah yang

8
ditambang merupakan milik sendiri dan bukan milik negara. Dinas tidak
bisa menjamin keselamatan kerja rakyat, serta aktifitas penambangannya
sehingga tidak dapat memastikan apakah penambangan yang dilakukan
secara liar itu aman bagi masyarakat maupun lingkungan.

8. Masalah:
Permasalahan yang terjadi pada arus jalan umum tempat berlalu-
lalangnya kendaraan-kendaraan pengangkut bahan galian tambang seperti
batubara dan bahan galian mineral lainnya yang terjadi pada arus jalan
umum di berbagai daerah di Indonesia.
Identifikasi:
Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan
batubara atapun bahan galian mineral lainnya berdampak pada aktivitas
pengguna jalan lain. Kegiatan transportasi kendaraan-kendaraan tersebut
yang bertujuan menngankut bahan galian dari tambang menuju ke
konsumen atu penghubung angkutan laiinya membuat arus jalan umum
tidak sesuai dengan fungsi aslinya, karena pengangkutan oleh kendaraan-
kendaraan tersebut menimbulakn semakin banyaknya kecelakaan,
meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, merusak aspal jalan
karena muatan yang melebihi kapasitas dari kelayakan jalan, menghambat
arus kendaaraan akibat kemacetan, menggangu pengendara lainn akibat
plusi atau jatuhan bahan angkutan, dan sebagainya, untuk itu perlu
dilakukan proses pengangkutan yang tertib dan sesuai pada kapasitas guna
mendukung kegiatan dalam bertranportasi pada arus jalan umum.

9. Masalah:
Kurangnya kenyamanan dan keamanan dalam mendirikan
perusahaan pertambangan.
Identifikasi:
Misalnya, ketika kondisi sosial politik menurun, tidak ada yang
menjamin bahwa perusahaan pertambangan yang didirikan oleh
perusahaan baik asing maupun dalam negeri aman dari kegiatan-kegiatan
anarkis masyarakat seperti demonstrasi, bahkan hingga melakukan

9
kegiatan yang membahayakan keselamatan. Terkadang, ketidaksetujuan
masyarakat akan adanya perusahaan pertambangan yang nantinya akan
merusak daerah mereka juga menjadi alasan perusahaan pertambangan
melakukan penambangan tanpa sepengetahuan masyarakat. Hal ini akan
menimbulkan dampak yang lebih panjang yang merugikan perusahaan.

10. Masalah:
Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung
Jawab Sosial Korporasi yang dilakukan pada masyarakat dan daerah di
sekitar perusahaan tambang mengakibatkan ketergantungan yang terus
menerus kepada perusahaan tambang tersebut.
Identifikasi:
Program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung
Jawab Sosial Korporasi yang dilakukan pada masyarakat dan daerah di
sekitar perusahaan tambang merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah sekitar perusahaan
tambang tersebut, namun pada kenyataannya, kegiatan CSR ini sangat
membuat beberapa masyarakat mengalami ketergantungan kepada
perusahaan tambang tersebut, sehingga kesejahteraan yang terus tumbuh
pada saat perusahaan tambang tersebut masih berdiri akan usai ketika
tambang berhenti beropersi, dan masyarakat yang tadinya sejahtera akan
menjadi thesaurus akibat tidak adanya kemandirian untuk membangun
desanya sendiri.

11. Masalah:
Ledakan tambang batubara di Sawahlunto yang disebabkan oleh
rendahnya sistem K3 pada tambang tersebut.
Identifikasi:
Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya.
Kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi, terutama pada tambang-
tambang yang lokasinya jauh dari tanah. Kecelakaan baik itu jatuh,
tertimpa benda-benda, ledakan-ledakan maupun akibat pencemaran atau
keracunan oleh bahan tambang. Oleh karena itu tindakan – tindakan
penyelamatan sangatlah diperlukan, misalnya memakai pakaian pelindung

10
saat bekerja dalam pertambangan seperti topi pelindung, but, baju kerja,
dan lain – lain.
Kecelakaan tambang di Sawahlunto yang terjadi pada tanggal 16
juni 2010 hari selasa pukul 10.30 WIB ini menjadi cambuk bagi dunia
pertambangan indonesia soalnya kecelakaan yang terjadi di kecamatan
talawi ini merupakan kecelakaan tambang terparah yang pernah terjadi
beberapa dekade ini yang menewaskan 33 pekerja tambang serta puluhan
orang dirawat karena mengalami luka-luka. Kecelakaan ini berupa ledakan
tambang bawah tanah yang berada diwilayah kuasa pertambangan PT
Dasrat Sarana Arang Sejati di bukit ngalau cigak dengan status eksploitasi
berdasarkan SK No. 05.39/PERINDAKOP/2006 berlaku mulai 2 juni
2006 sampai dengan 2 juni 2011 dengan pelaksana pertambangan
kontraktor CV. Perdana.

12. Masalah:
Musim penghujan yang berkepanjangan selama berbulan-bulan.
Permasalahan cuaca di indonesia yang akhir-akhir ini sangat gampang
berubah atau fluktuatif telah menghambat produski dari pertambangan
mineral dan energi, terlebih lagi pada saat musim penghujan yang
menghambat aktifitas peralatan, pekerja, dan sistem produksi lainnya.
Terutama pada tambang terbuka.
Identifikasi:
Faktor geografis dan cuaca yang tidak dapat diprediksi. PT Freeport
mengaku bahwa untuk membuka cadangan baru membutuhkan teknologi-
teknologi yang modern, sehingga dibutuhkan biaya produksi yang besar
pula, sedangkan teknologi-teknologi yang diciptakan di Indonesia belum
mampu untuk menghadapi kondisi geografis yang sulit ditembus.
Berikutnya masalah cuaca, cuaca yang terdapat di Indonesia dapat
dikatakan ekstrim yang memperlambat produksi sehingga menyulitkan
perusahaan tambang. Untuk masalah seperti ini mungkin sulit untuk di
selesaikan.

13. Masalah:

11
Kewajiban suatu perusahaan pertambangan diindonesia untuk
melakukan pengolahan dan pemurnian terlebih dahulu kepada komoditi
tambang sebelum dijual.
Identifikasi:
Mengenai ditetapkannya Undang-Undang No. 4 tahun 2009
mengenai Pertambangan Mineral dan Batubara. Menurut Undang-Undang
No. 4 tahun 2009, sebelum diekspor ke luar negeri, bahan tambang harus
diolah menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi. Undang-Undang
No. 4 tahun 2009 ini sebenarnya menguntungkan negara, karena harga jual
komoditi setengah jadi ataupun jadi jauh lebih mahal daripada komoditi
mentah sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara. Undang-undang
ini memaksa perusahaan pertambangan di Indonesia untuk membangun
smelter atau bekerja sama dengan perusahaan pengolahan bahan tambang
sebelum mengekspornya ke luar negeri. Namun, permasalahan muncul
ketika di Indonesia mayoritas perusahaan pertambangan berupa
perusahaan kecil sampai dengan menengah. Perusahaan-perusahaan ini
tidak mampu mendirikan smelter sendiri karena modal yang dibutuhkan
untuk membangun suatu smelter sangat besar. Karena banyak perusahaan
kecil sampai menengah yang tidak bisa menjual bahan tambangnya karena
tidak mampu membangun smelter, maka banyak perusahaan
pertambangan yang mengurangi produksi, mengurangi tenaga kerja,
bahkan sampai tidak berproduksi lagi dan menutup perusahaan.

14. Masalah:
Penurunan kualitas lingkungan akibat dilakukannya kegiatan
penambangan.
Identifikasi:
Menurut Noor (2006) permasalahan yang kerapkali terjadi pada
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral adalah terjadinya
penurunan kualitas lingkungan seperti pencemaran pada tanah, polusi
udara, dan hidrologi air. Beberapa contoh lokasi tambang yang telah
mengalami penurunan kualitas lingkungan, antara lain tambang timah di
Pulau Bangka, tambang batu bara di Kalimantan Timur, tambang emas di
Sumbawa Barat, tambang nikel di Sulawesi dan tambang tembaga di

12
Papua. Pembukaan lapisan tanah yang subur pada saat penambangan,
dapat mengakibatkan daerah yang semula subur menjadi daerah yang
tandus. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikan tanah tandus
menjadi subur kembali. Lubang-lubang bekas penambangan mengganggu
pemandangan, flora dan fauna tidak lagi dapat memanfaatkan lahan
tersebut, dan genangan air yang terdapat pada lubang tersebut
menimbulkan penyakit baru. Polusi dan degradasi lingkungan terjadi pada
semua tahap dalam aktivitas pertambangan. Tahap tersebut dimulai pada
tahap prosesing mineral dan semua aktivitas yang menyertainya seperti
penggunaan peralatan survei, bahan peledak, alat-alat berat, limbah
mineral padat yang tidak dibutuhkan.

15. Masalah:
Kekayaan milik Indonesia ini lebih banyak dikeruk atau
dimanfaatkan oleh para perusahaan asing yang ada di indonesia.
Identifikasi:
Berdasarkan permasalahan tersebut, penting dengan adanya
Undang-Undang No.4 Tahun 2009 dan UUD 1945 pasal 33 ayat 2,3 yang
dimana intinya adalah kekayaan yang ada di Indonesia harus
dimaksimalkan untuk kemakmuran rakyat Indonesia oleh Pemerintah
karena selama ini kebanyakan yang mengeruk hasil tambang atau
kekayaan di Indonesia bukanlah Indonesia sendiri melainkan Negara-
negara asing yang dimana kita dapat melihat bahwa Negara-negara asing
tersebut mendapatkan keuntungan sedangkan Negara Indonesia hanya
mendapatkan keuntungan sangat sedikit.

16. Masalah:
Melimpahnya batubara di Indonesia namun belum bisa
dimaksimalkan dengan baik.
Identifikasi:
Batubara yang melimpah di Indonesia kebanyakan merupakan
batubara yang kualitasnya rendah jadi nilai jualnya pun kurang baik
sehingga batubara Indonesia masih dianggap kurang bisa menggangkat
pertambangan di Indonesia, selain itu banyak dari pengamat lingkungan

13
yang menentang penggunaan batubara karena mengakibatkan polusi. Ada
beberapa solusi menghadapi masalah tersebut, yang pertama pemerintah
harus serius dalam mengembangkan batubara di Indonesia, yaitu dengan
cara mengolah batubara tadi yang berkualitas rendah menjadi barang yang
memiliki nilai jual lebih dan ramah lingkungan. Karena dengan
pemanfaatan batubara yang baik saya yakin pertumbuhan ekonomi di
Indonesia akan terbantu sehingga Indonesia mampu bersaing dengan
negara-negara maju lainnya.

17. Masalah:
Menurunnya profit perusahaan akibat adanya kewajiban
pembangunan smelter.
Identifikasi:
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 yang
berisi pelarangan impor hasil tambang dalam bentuk mentah/bijih,
perusahaan-perusahaan yang bergerak di pertambangan terus mengalami
masalah, terutama penurunan profit perusahaan secara terus-menerus.
Mereka harus mengolah terlebih dahulu bahan – bahan mineral terebut.
Namun, di sebagian perusahaan ada yang tidak memiliki alat untuk
mengolah bijih tersebut sehingga mereka harus membuat alat tersebut &
harus menunggu sampai alat tersebut selesai dulu. Sehingga, perusahaan
tidak mendapatkan keuntungan hingga selesainya pembangunan pabrik
pemurnian yang tidak memakan waktu yang sedikit.

18. Masalah:
Harga batubara mengalami penurunan.
Identifikasi:
Penurunan harga batubara juga merupakan sesuatu masalah serius di
sektor pertambangan. Menurut data dari salah satu perusahaan tambang
yaitu Adaro, mereka mengatakan bahwa permasalahan utama harga yang
terus mengalami penurunan dan ditahun ini sempat menempati harga
terendah selama satu dekade terakhit. Menurut data yang mereka peroleh,
pada bulan Januari 2011 harga batubara mencapai $140 per metrik ton. Ini
adalah harga tertinggi batubara selama lima tahun terakhir. Harga batubara

14
terus menurun pada tahun-tahun berikutnya hingga pada Januari 2015
harga batubara mengalami penurunan hingga $63, turun sebesar 55% dari
harga tertinggi batubara selama lima tahun terakhir.

19. Masalah:
Indonesia yang merupakan negara pengekspor batubara terbesar di
dunia, sekarang ini seperti kehilangan pasar.
Identifikasi:
Dengan ditemukannya energi baru yaitu CBM, pasar batubara
Indonesia mengalami penurunan. Akibatnya harga dari batubara itu sendiri
mengalami penurunan. Perusahan-perusahan tambang yang tidak mau
rugi, akan meningkatkan produknya demi meminimalisir kerugian.
Dampaknya penawaran akan lebih tinggi dari permintaan. Hal inilah yang
menjadi masalah besar yang tengah dihadapi.

20. Masalah:
Munculnya UU Minerba No.4 tahun 2009.
Identifikasi:
Masalah utama yang dihadapi oleh dunia pertambangan saat ini
adalah adanya UU Minerba No.4 tahun 2009. UU ini mengatur bahwa
semua hasil galian yang akan diekspor, harus terlebih dahulu diolah agar
meningkat nilai jualnya. Peraturan ini sebenarnya cukup efektif untuk
meningkatkan pendapatan negara yang berimbas pada meningkatnya
perekonomian Indonesia. Tetapi nyatanya Indonesia belum siap dengan
peraturan tersebut. Banyak perusahaan tambang yang kebingungan untuk
meningkatkan nilai bahan galian yang dihasilkannya, dikarenakan belum
dibangunnya smelter. Maka banyak perusahaan-perusahaan tambang yang
menutup perusahannya. Dampak dari tutupnya perusahaan pertambangan
akan menyebabkan pemasukan negara dari aspek pertambangan. Dampak
lainnya adalah phk karyawan dan juga sulitnya mencari pekerjaan sarjana
lulusan teknik pertambangan.

15
21. Masalah:
Kasus penambangan pasir illegal di Pantai Watu Pecak yang terletak
di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasuruan, 18 Km Arah Selatan dari
Kota Lumajang.
Identifikasi:
Kasus ini mulai mencuat setelah kasus penganiayaan terhadap dua
aktivis anti-tambang Salim yang dikenal dengan Salim Kancil dan Tosan.
Salim kemudian meninggal dan Tosan mengalami luka parah, pada 26
September lalu dan melibatkan dua polisi yang diduga menerima suap dari
pengusaha pertambangan.

22. Masalah:
Beberapa perusahaan tambang tutup sementara karena masalah
pengolahan bahan tambang.
Identifikasi:
Hal ini terjadi pada salah satu tambang nikel di Sulawesi Selatan
yang belum memiliki pabrik pengolahannya. Padahal dengan membuat
pabrik pengolahan, akan meningkatkan nilai suatu bahan tambang tersebut
sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi dibandingkan mengekspor
bahan tambang mentah. Selain itu, dengan mengolah bahan tambang
terlebih dahulu lalu mengekspornya akan memajukan nama baik Negara
Kesatuan Republik Indonesia, karena ini berarti kita tidak semena-mena
“dikeruk” oleh negara lain, tapi kita juga bisa mengolahnya terlebih
dahulu.

23. Masalah:
Kegiatan reklamasi dan pasca tambang.
Identifikasi:
Kegiatan pasca tambang pembangunan yang berkelanjutan
semestinya menghasilkan output yaitu pemanfaatan yang optimal dan
bijak terhadap sumberdaya alam yang tak terbaharukan, serta
berkesinambungan terhadap ketersediaan sumber daya alam. Adanya
dampak ekologis dari kegiatan pasca tambang memacu untuk dipikirkan
terlebih dahulu, serta dilakukan penelitian dan penaatan ruang karena bila

16
tidak dilakukan komprehensif, maka penutupan tambang hanya akan
meninggalakan kerusakan bentang alam dan lingkungan. Untuk itu
diperlukan upaya penanggulanan pencemaran dan kerusakan lingkungan
pada saat operasi maupun pasca ditutupnya usaha tambang sebagai
berkesinambungan yang pada intinya adalah upaya yang bisa untuk
menghilangkan dampak dari kegiatan tambang dengan melakukan suatu
gran desain dan kronstruksi kegiatan tambang yang berdampak lingkungan
yang dikenal dengan AMDAL.

Dari ke-23 masalah yang telah dibahas di atas, kami memilih permasalahan
“Kegiatan Reklamasi dan Pasca Tambang”. Alasan kami membahas masalah
tersebut ialah: Karena permasalahan tentang reklamasi dan pasca tambang yang
ada di indonesia masih banyak dan kurangnya kesadaran perusahaan betapa
pentingnnya melakukan reklamasi agar tidak menimbulkan dampak bagi
masyarakat di sekatar area tambang.

Rumusan masalah

1. Bagaimana permasalahan tentang kegiatan reklamasi dan pasca tambang


dapat terjadi?
2. Apa dampak yang ditimbulkan?
3. Mengapa permasalah tersebut sering terjadi?
4. Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut?

Manfaat

Manfaat dari pembahasan permasalahan ini adalah agar masyarakat dan pihak
yang bersangkutan dengan bidang pertambangan tahu mengenai pentingnya
kegiatan reklamasi dan pasca tambang bagi kelestarian lingkungan alam untuk
semua makhluk hidup di bumi.

17
BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara yang kaya raya akan sumber daya alam baik bersifat
hayati maupun non hayati. Kekayaan alam ini juga termasuk bahan galian (tambang) yang
sangat banyak ada tersimpan di dalam perut bumi Indonesia. Bahan galian itu, meliputi
emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan lain-lain.

Tambang yang ada di negara ini diperuntukkan mencapai kemakmuran rakyat


Indonesia. Konstitusi kita Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada
pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”.
Jika dilihat dari pasal tersebut sudah tentu ketika kita memanfaatkan hutan sebagai unsur
kekayaan alam yang ada di Indonesia harus melihat dari pemanfaatan yang berkelanjutan
sehingga kemakmuran rakyat dapat tercapai.

Negara Indonesia mengenal adanya Hak Bangsa dan Hak Menguasai Negara. Jika
kita melihat menggunakan hak bangsa maka seluruh bumi, air, dan ruang angkasa
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan dapat dimanfaakan oleh seluruh bangsa dan
rakyat Indonesia. Hak bangsa ini dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 di turunkan
kewenangan hak bangsa ini kepada negara melaui Hak menguasai negara pada pasal 2 ayat
2 hak menguasai dari negara dimaksud dalam pasal ini memberi wewenang untuk :

1. Mengatur dan menyelenggarakan, peruntukkan, penggunaan, persediaan, dan


pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut.
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air, dan ruang angkasa.

Sehingga negara dalam hak menguasai negara bertugas untuk mengelola kekayaan alam
Indonesia sesuai dengan Hak Bangsa Indonesia dan kemakmuran rakyat dapat tercapai.

Adanya kekayaan yang begitu besar di bumi nusantara ini membuat manusia yang
memang memiliki kebutuhan untuk hidup berusaha mengambil kekayaan tersebut agar
tujuan kelangsungan hidupnya dapat tercapai. Pada dasarnya pengelolaan yang dilakukan

18
oleh manusia-manusia Indonesia terhadap bahan galian sangat tidak menekankan pada
aspek lingkungan hidup.

Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem).


Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi manusia, kebutuhan hidupnya pun
meningkat, akibatnya terjadi peningkatan permintaan akan lahan seperti di sektor pertanian
dan pertambangan. Sejalan dengan hal tersebut dan dengan semakin hebatnya kemampuan
teknologi untuk memodifikasi alam, maka manusialah yang merupakan faktor yang paling
penting dan dominan dalam merestorasi ekosistem rusak.

Maka dari itu, harus adanya kesadaran betapa pentingnya sebuah sistem yang
melihat dari sisi lingkungan hidup dari sektor pertambangan agar bahan galian ini dapat
dinikmati oleh anak cucu kelak. Adanya permasahan tersebut maka muncul sebuah
konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan
berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan negara
yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam. Oleh sebab itu, sumber daya alam perlu
dijaga dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi
yang akan datang (Arif, 2007).

Permasalahan lingkungan yang timbul bukan hanya tanggung jawab perusahaan /


kontraktor penambang saja namun juga tanggung jawab negara sebagai organisasi yang
mempunyai hak menguasai negara. Pada dasarnya negara harus memiliki tanggung jawab
untuk menjaga lingkungan agar fungsi dan nilai lingkungan nya tidak berkurang karena
masyarakat Indonesia pada yang masa akan datang juga memiliki hak mengelola galian
tambang yang ada di Indonesia.

Permasalahan tambang di Indonesia seperti tidak ada habisnya dari tahap awal saja
seperti eksplorasi sampai tahap pasca tambang tentu akan sangat mempengaruhi sisi
lingkungan hidupnya, karena ketika suatu kawasan dibuka menjadi lokasi pertambangan
pasti akan merusak ekosistem yang ada. Namun ketika melihat sisi pembangunan
berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup maka ketika pasca tambang seharusnya nilai
lingkungan hidup yang hilang harus dikembalikan seperti semula. Apalagi barang tambang
merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan Sebagai sumber daya alam yang tak
terbarukan, suatu saat lahan mineral/batubara tidak dapat dieksploitasi lebih lanjut, baik
karena cadangan telah habis atau alasan teknis maupun alasan ekonomis.

19
Permasalahan serius yang pastinya akan berjangka panjang adalah ketika kawasan
tambang tersebut sudah dianggap habis dan akan ditutup. Penutupan tambang bukan hal
baru, selama ini ribuan tambang di dunia telah ditutup. Namun dengan semakin
berkembangnya pemikiran tentang pembangunan berkelanjutan, tuntutan semakin tinggi
sehingga isu penutupan tambang menjadi isu penting dari kegiatan pertambangan.
Tuntutan agar kondisi sosial ekonomi daerah tidak akan “turun” setelah tambang ditutup
(isu sustainability) bahkan jika mungkin akan meningkat.

Dalam praktek penambangan modern kegiatan reklamasi tidak dapat dipisahkan


dan merupakan bagian yang terintegrasi pada tahapan kegiatan pertambangan Hartman &
Mutmansky (2002) menyatakan bahwa waktu terbaik untuk memulai proses
reklamasi/penutupan tambang adalah sebelum penggalian pertama kali dilakukan
dan pemikiran tentang gambaran pasca tambang harus sudah menjadi bagian yang
terintegrasi sejak tahap eksplorasi.

Pengaturan tentang reklamasi pasca tambang sendiri pada saat ini diatur pada
Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang.
Pertaturan ini sebagai pelaksana dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.

Reklamasi dan pasca tambang sangat penting dalam praktik pertambangan. Adanya
kegagalan menjalankan dua hal ini berakibat buruk bagi lingkungan yang ujungnya
berdampak pada masyarakat dan penggunaan uang negara untuk mengatasinya. Namun
sampai sekarang, koordinasi dan perhatian pemerintah masih lemah dalam memastikan
pelaku usaha memenuhi reklamasi dan pasca tambang ini.

Menurut Dyah Paramita, peneliti Indonesian Center for Environmental Law (ICEL)
dalam konferensi pers Hasil Penelitian Potret Reklamasi dan Pasca Tambang Indonesia, di
Jakarta, koordinasi pemerintah sangat lemah dapat dilihat tidak adanya koordinasi antara
Kementerian ESDM dengan Kementerian Kehutanan.

Permasalahan selanjutnya adalah berkaitan dengan penentuan keberhasilan proses


reklamasi. Dalam PP No 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang pada
pasal 30 pelaku usaha harus menyerahkan dana jaminan reklamasi tambang paling lambat
30 hari sejak rencana reklamasi disetujui Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota. Dana
ini dikembalikan jika proses reklamasi dinilai selesai.

20
Namun, tidak ada ketentuan mengenai mekanisme audit keberhasilan proses
reklamasi itu. Pemegang IUP Produksi dan IUPK Operasi Produksi dapat mengajukan
pencairan dana jaminan itu ketika menganggap reklamasi sudah dilakukan. Untuk tingkat
pusat, pencairan ini berdasarkan persetujuan Kementerian ESDM. Namun ketika ini
berada di kawasan hutan tidak ada mekanisme dan koordinasi dengan Kementerian
Kehutanan.

Pada Peraturan Menteri Kehutanan No P.04/MENHUT-II/2011 tentang Pedoman


Reklamasi sendiri tidak mengatur jelas mekanisme pelepasan (pengembalian) dana
jaminan reklamasi di kawasan hutan. Karena itu, banyak reklamasi tambang di daerah
hutan yang sebenarnya bermasalah.

Hasil penelitian ICEL di daerah pertambangan di Samarinda, Kalimantan Timur.


Dari sekitar 1,4 juta hektar lahan terbuka, sekitar 839 ribu hektar belum direklamasi.

Banyaknya izin tambang yang dikeluarkan pemerintah daerah dan pusat. Namun,
hal itu tidak diimbangi dengan kemampuan pendataan yang baik sehingga Pemda kesulitan
dalam mengawasi. Pemerintah akan segera memperbaiki persoalan ini, karena ketika
masalah ini dibiarkan terus pemerintah akan direpotkan dengan persoalan reklamasi dan
pasca tambang.

Permasalahan PP No 78 tahun 2010 tidak berhenti di situ, menurut pasal 32 ayat 2


Jaminan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

1. Rekening bersama pada bank pemerintah.


2. Deposito berjangka pada bank pemerintah.
3. Bank garansi pada bank pemerintah atau bank swasta nasional.
4. Cadangan akuntansi.

Jika dilihat keadaannya, perlu ditegaskan kembali untuk dana ini apalagi ketika
bentuknya adalah deposito dan disimpan di bank. Maka ketika dana tersebut berbunga,
dana dari bunga ini akan lari kemana. Jangan sampai tujuan yang mulia untuk
mengembalikan ekosistem lingkungan lahan pasca tambang malah menjadi korupsi gaya
baru yang dimanfaatkan oknum pemerintah sendiri untuk menamabah kekayaannya secara
pribadi.

21
Masih maraknya permasalahan reklamasi dan lahan pasca tambang ini pemerintah
seharusnya lebih tanggap untuk meformulasikan regulasi yang cocok agar tujuan
pembangunan berkelanjutan dapat tercapai. Perlu diingat bahwa pemerintah harus
menjalankan amanat konstitusi Negara Indonesia. Dan rakyat adalah orang yang hidup
sekarang dan yang akan datang.

Dari permasalahan diatas faktor yang menyebabkan terjadinya masalah pada


reklamasi tambang di Indonesia yang pertama adalah kurangnya pengawasan terhadap
perusahaan-perusaan tambang yang ada di Indonesia,dalam hal ini pemerintah harus
meningkatakan pengawasan terhdap perusahaan-perusahaan tambang karena masih banyak
perusahaan yang belum melakukan reklamasi.Faktor yang kedua kerusakan lingkunngan
yang cukup parah di daerah tambang mengakibatkan biaya reklamasi yang besar,untuk itu
perusahaan tambang seharunya menyisihkan keuntungan dari penjualan secara berkala
untuk menyiiapkan dana reklamasi.Faktor yang terakhir kurangnya kesadaran perusahhan
tentang pentingnya reklamasi hal ini disebabkan jauhnya lokasi lahan tambang dari
pemukiman masyarakat yang membuat perusahaan enggan meklakukan reklamasi karena
dianggap tidak merugikan masyarakat,padahal danmpak jangka panjang sangat berbahaya
bisa saja seiring bertambahnya populasi jumlah penduduk dan daerah tersebut mungkin
saja dibuat pemukiman baru,dalam hal ini perusahaan harus dibekali peraturan-peraturan
tentang reklamasi dan harus melihat dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat agar
tingkat kesadaran dari perusahaan meningkat.

22
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pelaksanaan


kegiatan reklamasi dan pasca tambang sangatlah penting dilakukan demi
kelestarian lingkungan hidup dan alam sehingga keadaan yang tadinya
merupakan wilayah pertambangan dapat kembali menjadi lahan yang
bermanfaat dan bahkan lebih produktif dari sebelumnya, seperti menjadi
kawasan perhutanan yang hijau akan dapat menjadi paru-paru bagi wilayah
tersebut, ataupun jika lahan tersebut yang dahulunya adalah wilayah tambang
bawah tanah dapat dijadikan tempat wisata bawah tanah yang dapat menarik
wisatawan.

Oleh karena itu, dalam hal ini pemerintah juga harus ikut berpartisipasi
aktif dalam mensukseskan pelaksanaan kegiatan reklamasi dan pasca tambang
dengan tidak mempersulit dan memberatkan, serta jujur dalam proses
pengurusan izin, sebab hal ini merupakan tindakan yang positif dan akan
berdampak baik bagi seluruh makhluk hidup di sekitar wilayah tersebut.

Saran

1. Pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan-


perusahaan tambang yang ada di Indonesia.
2. Perusahaan harus menyisikan sebagian pendapatan untuk secara berkala
untuk dana reklamasi.
3. Perusahaan harus memikirkan dampak bagi masyarakat agar kesadaran
untuk melakukan reklamasi semakin meningkat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015 . Permasalahan Tambang di Indonesia . (Online)


https://dprtimur14.wordpress.com/2015 /07/29/permasalahan-tambang-di-
indonesia-hafizh-fauzan-12114041/ (diakses pada 17 Oktober 2018)

Anonim. Pembangunan Smelter Tingkatkan Perekonomian Nasional . (Online)


http://www.kompasiana.com/anitawulansari/pembangunan-smelter-tingkatkan-
perekonomian-nasional_552fdaad6ea834824f8b45b6/ (diakses pada 18 Oktober
2018)

Anonim. 2015 . Kasus Tambang Pasir Ilegal di Lumajang, Dua Polisi Diperiksa .(Online)
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151002_indonesia_lumaj
ang_tambang (diakses pada 18 Oktober 2018)

Anonim. 2010. Analisa Ledakan Tambang Batubara di Sawahlunto yang Menewaskan


Korban Jiwa. Online: http://cendikiamerangin.blogspot.co.id/2010/11/analisa-
ledakan-tambang-batubara-di.html. (diakses pada 18 Oktober 2018)

Anonim. 2012. Pengawasan Reklamasi dan Pasca Tambang. Online:


http://allabouttugaskuliah.blogspot.com/2012/12/pengawasan-reklamasi-dan-pasca-
tambang.html. (diakses pada 18 Oktober 2018)

Arif, I. 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian Persoalan


Lingkungan Dunia Pertambangan. Universitas Sam Ratulangi.

ESDM, Kementerian. 2009. Tim Departemen ESDM Lakukan Penanggulangan dan


Investigasi Kecelakaan Tambang Batubara. Online:
http://www.esdm.go.id/berita/55-siaran-pers/2603-penanggulangan-dan-
investigasi-kecelakaan-tambang-batubara.html?tmpl=component&print=1&page

Suprapto, Sabtanto Joko. 2008. Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi
Bahan Galian. Online:

24
http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=609
&Itemid=528. (diakses pada 18 Oktober 2018)

25

Anda mungkin juga menyukai