Anda di halaman 1dari 16

Soal

1. Pengelolaan pertambangan yang baik dan benar harus memperhatikan lingkungan fisik dan
kimia, lingkungan sosial ekonomi dan masyarakat sekitar dan lingkungan pasca tambang
untuk mencapai pertambangan yang baik dan benar perlu memahami hak-hak seperti:
a. Penerapan teknik pertambangan yang tepat
b. Peduli lingkungan
c. Peduli K3
d. Penerapan prisip konservasi
e. Punya nilai tambah

Jelaskan lima faktor tersebut diatas beserta contoh-contohnya

2. Usaha pertambangan meliputi kegiatan-kegiatan


a. Penyelidikan umum
b. Ekplorasi
c. Studi kelayakan
d. Kontruksi
e. Eksploitasi
f. Pengolahan/pemurnian
g. Pengangkutan/penjualan

Jelaskan dampak apa yang dapat terjadi akibat kegiatan-kegiatan tersebut diatas.

3. Pengelolaan DAS merupakan implementasi kegiatan


a. Pengelolaan dan alokasi DAS
b. Pencegahan erosi dan banjir
c. Perlindungan nilai keindahan yang berhubungan dengan SDA
d. Identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, hutan dan air
e. Keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS
f. Perlunhya pertimbangan aspek-aspek social,ekonomi budaya dan kelembagaan yang
beroperasi didalam dan dikuar DAS yang berssangkutan

Jelaskan dan beri contoh keenam factor tersebut diatas


4. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan atas asas dan tujuan yang
tercantum dalam UURI No 32 tahun 2009 pasal 2 dan 3. Jelaskan asas-asas tersebut dengan
menghubungkanya pada kegiatan pertambangan

Jawab

1.

a. Penerapan Tekik pertambanngan yang tepat

Teknik Penambangan pada prinsipnya, teknik pertambangan yang baik dapat dilakukan apabila
didalam aktifitas pertambangan tersebut dilakukan hal-hal sebagai berikut :

• Eksplorasi harus dilaksanakan secara baik, benar dan memadai. Perhitungan cadangan
layak tambang harus ditetapkan dengan baik (tingkatakurasi tinggi).
• Studi geohidrologi, geoteknik dan metalurgi harus dilakukan secara baik dan benar.
• Studi kelayakan (feasibility study ) yang komprehensif dengan didukung datayang cukup,
perlu disusun dengan baik, termasuk studi lingkungannya (AMDALatau UKL/UPL).
• Teknik dan sistem tambang serta proses pengolahan/pemurnian harusdirencanakan dan
dilaksanakan secara baik (sistem tambang pada material lepasdan padu sangat berbeda,
demikian pula proses pengolahannya)
• Teknik konstruksi dan pemilihan peralatan harus tepat guna.
• Sistem pengangkutan bahan tambang harus terencana baik, termasuk pemilihanalat
angkut dan alat berat lainnya.
• Produksi hendaknya disesuaikan dengan jumlah ketersediaan cadangan dan spesifikasi.
• Program pasca tambang harus terencana dengan baik sebelum seluruh aktifitas
dihentikan. Pada pasca tambang harus segera dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi
padalahan bekas tambang yang disesuaikan dengan perencanaannya.
• Pelaksanaanpenataan dan reklamasi sebaiknya mengacu pada rencana tata ruang daerah
yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kondisi lahan.
b. Peduli Lingkungan

Lingkungan Aktivitas pertambangan yang selalu menunjukkan kepedulian terhadap


dampak lingkungan. Tidak bisa seratus persen dihindari, tetapi manfaatnya dimaksimalkan dan
mudaratnya diminimalisir. Dalam eksplorasi, perencanaan dan design produksi, pemilihan
metode dan teknologi, penempatan-penempatan bangunan pendukung,pengelolaan tailing,
reklamasi dan pasca eksploitasi hendaknya benar-benarmemperhatikan aspek lingkungan.

c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Praktik pertambangan yang baik sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan


pekerjanya. Dalam hal ini, perusahaan berkewajiban meliputi pembinaan, pelatihan atau
pendidikan dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan yang berkaitan dengan upaya
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal yang dilakukan adalah dengan membuat
regulasi dan penggunaan alat-alat perlindungan diri (APD), agar terhindar dari kecelakaan yang
sering terjadi pada saat kerja.

d. Penerapan Prinsip Konservasi

Upaya konservasi harus diterapkan dari mulai kegiatan eksplorasi sampai dengan
eksploitasi sumberdaya mineral dan batubara. Dalam kegiatan eksplorasi sumberdaya mineral
dan batubara, upaya konservasi dapat dilaksanakan dalam bentuk pengarsipan data-data hasil
eksplorasi sumberdaya mineral dan batubara. Sehingga, jika memang data-data hasil eksplorasi
yang diperoleh itu menguntungkan dan memnuhi persyaratan untuk dilakukan langkah
penambangan selanjutnya bisa langsung dilaksanakan. Sekalipun terhitung masih belum
ekonomis untuk ditambang, jika data sudah di arsipkan, pada suatu saat nanti ketika memang
sumber daya tersebut sudah ekonomis/layak untuk ditambang, tidak perlu lagi memulai kegiatan
eksplorasi dari awal, cukup melanjutkan kegiatan eksplorasi pada langkah selanjutnya yang lebih
detail. Selain dilakukan pengarsipan data baik oleh pemerintah maupun perusahaan, penerapan
konservasi dalam kegiatan eksplorasi dalam eksplorasi juga dapat dalam bentuk efisiensi dan
efektifitas dalam pengambilan data. Kegiatan-kegiatan eksplorasi yang dilakukan disetiap daerah
tentunya bisa jadi terdapat kemungkinan keterdapatan sumber daya mineral yang berbeda-beda
yang masih layak/menguntungkan untuk ditambang/suatu saat untuk ditambang tapi yang pasti,
dalam melakukan kegiatan eksplorasi objek yang dieksplor tidak hanya terfokus pada satu
komoditas saja, tapi juga memperhatikan keberadaan komoditas lain yang mungkin juga ada
dalam suatu daerah yang sedang dieksplorasi. Sehingga tidak terjadi dilakukannya kegiatan
eksplorasi di tempat yang sama hanya untuk mencari kemungkinan keberadaan suau komoditas
yang berbeda. Upaya konservasi ini tidak hanya diterapkan dalam kegiatan eksplorasi, tapi juga
dalam kegiatan usaha pertambangan pun sangat diperlukan guna tercapainya ketahanan energy.
Bahkan pada tahap eksploitasi sumber dayalah, upaya konservasi ini harus benar-benar
dilaksanakan secara optimal. bukan hanya memperhitungkan ekonomis atau tidak,
menguntungkan atau tidak, tapi juga memperhitungkan mengenai ketahanan energy/sumberdaya
mineral dan batubara.

e. Punya Nilai Tambah

Sesuai amanat UU No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang


dijabarkan dalam PP No.23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara, setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi wajib
melaksanakan peningkatan nilai tambah (PNT) terhadap produknya melalui proses pengolahan
dan/atau pemurnian. Sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan lima tahun sejak UU No.4/2009
diterbitkan dan tampak sederhana itu ternyata cukup memeras tenaga dan pikiran ketika ingin
diimplementasikan ke dalam Peraturan Menteri ESDM tentang PNT – selanjutnya disebut
Permen PNT. Banyak faktor yang membuat penyusunan Permen PNT terasa begitu rumit akibat
adanya “persepsi yang tidak sama” antara Kementerian ESDM dengan pelaku usaha di bidang
pertambangan mineral dan batubara dalam menerjemahkan arti PNT. Apapun namanya, jika hal
ini tidak ditangani secara ekstra hati-hati, maka dipastikan akan menimbulkan gejolak yang
bukan tidak mungkin mengakibatkan penerapan PNT menjadi kontraproduktif dan berujung pada
tidak tercapainya sasaran penerapan kebijakan PNT, yaitu meningkatkan dan mengoptimalkan
nilai tambang, pemenuhan kebutuhan di dalam negeri, peningkatan penerimaan negara, dan
peningkatan penyerapan tenaga kerja.

2. Dampak dari kegiatan pertambangan


a. Penyelidikan umum
Tahapan dimana dilakukan penyelidikan lokasi, studi geologi dan pengambilan contoh
batuan di permukaan tanah, atau sungai-sungai. Kegiatan ini dilakukan oleh para geolist
untuk mencari apakah daerah yang bersangkutan terdapat mineralisasi. Penyelidikan
umum adalah suatu pemeriksaan atau penyelidikan awal yang diadakan dalam usaha
mengetahui indikasi-indikasi mineralisasi di suatu lahan berhubungan dengan ciri-ciri
geografisnya. Pada tahap ini bisa berdampak pada lingkungan diakibatkan oleh
pengambilan sampel misalnya pada penebangan pohon, memecah batu untuk suevei hal
ini berakibat berubahnya litologi pada alam
b. Ekplorasi
pencarian mineral-mineral dengan memakai metode geologi, geofisika, geokimia
termasuk menggunakan lubang bor, lubang ujicoba, parit, terowongan dan teknik-teknik
lain, baik di permukaan maupun di bawah tanah dengan tujuan mengetahui letaknya
tumpukan (deposit) mineral yang bernilai ekonomis dan juga mengetahui ciri-ciri, bentuk
dan tingkat kandungan mineralnya.Akibatnya berdampak pada perubahan bentuk alam
ada lobang lobang bekas pengeboran, pari-parit bekas/terowongan yang kecil hal ini
berakibat terganggunya ekosistem lingkungan
c. Studi kelayakan
Ada 4 aspek dampak dari studi kelayakan tambang
1. Aspek Teknis : adalah aspek untuk memberikan gambaran dari suatu proses
pengelolaan tambang yang secara teknis dampaknya bisa diterima sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan secara teknis pertambangan, baik dari sisi internal atau sisi
eksternal (regulatory / pemerintahan). Aspek ini meliputi kelayakan dari segi :
cadangan mineral, studi geoteknik, hidrologi, teknik penambangan, pengolahan,
pemurnian, pengangkutan, pemasaran dan penjualan bahan tambang, peralatan –
master list, penutupan tambang, dan aspek teknis lainnya.
2. Aspek Ekonomi: Adalah aspek kegiatan usaha pertambangan dapat memberikan
dampak perubahan ekonomi yang positif bagi negara & masyarakat yang berada
disekitar tambang misalnya dengan naiknya pendapatan perkapita masyarakat
setempatnya maupun yang berhubungan dengan tambang, perkembangan
infrastruktur (jalan, sarana air bersih, pendidikan dsb) berkembang sejalan dengan
kemajuan industri pertambangan yang dikelola.
3. Aspek Lingkungan: Adalah aspek kegiatan usaha tambang terhadap dampak
kerusakan lingkungan yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas, perubahan
fungsi lingkungan, baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan misalnya akibat dari
kegiatan tambang tidak mengakibat pencemaran limbah B3, Erosi, sedimentasi, banjir
dan lainnya. Pada dasarnya studi pada aspek lingkungan akan meneliti dalam :
dampak terhadap kualitas udara, air dan tanah, pemantauan, rehabilitasi, pengendalian
erosi, reklamasi dan rehabilitasi, pengelolaaan bahan dan limbah berbahaya dan tidak
berbahaya.
4. Aspek Sosial : Adalah aspek kegiatan usaha pertambangan yang memberi dampak
sosial kepada masyarakat, yaitu melihat hal : pengembangan sumberdaya lokal,
kemitraan, pengembangan masyarakat dan daerah, tenaga kerja, produk dalam negeri.
Aspek sosial ini sangat erat berhubungan dengan aspek Ekonomi.

d. Kontruksi
Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan bidang energi dan
bahan bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan peningkatan pengawasan
yang menyeluruh. Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu
untuk keperluan ekspor maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta kemampuan
penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Sebab minyak bumi sumber
utama pemakaian energi yang penggunaannya terus meningkat, sedangkan jumlah
persediaannya terbatas. Karena itu perlu adanya pengembangan sumber-sumber energi
lainnya seperti batu bara, tenaga air, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga matahari,
tenaga nuklir, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya disebabkan
oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran lingkungan ini biasanya lebih
daripada diluar pertambangan. Keadaan tanah, air dan udara setempat di tambang
mempunyai pengarhu yang timbal balik dengan lingkunganya. Sebagai contoh misalnya
pencemaran lingkungan oleh gas karbonmonoksida (CO) sangat dipengaruhi oleh
keanekaragaman udara, pencemaran oleh tekanan panas tergantung keadaan suhu,
kelembaban dan aliran udara setempat.
Suatu pertambangan yang lokasinya jauh dari masyarakat atau daerah industri bila dilihat
dari sudut pencemaran lingkungan lebih menguntungkan daripada bila berada dekat
dengan permukiman masyarakat umum atau daerah industri. Selain itu jenis suatu
tambang juga menentukan jenis dan bahaya yang bisa timbul pada lingkungan. Akibat
pencemaran pertambangan batu bara akan berbeda dengan pencemaran pertambangan
mangan atau pertambangan gas dan minyak bumi. Keracunan mangan akibat menghirup
debu mangan akan menimbulkan gejala sukar tidur, nyeri dan kejang – kejang otot, ada
gerakan tubuh diluar kesadaran, kadang-kadang ada gangguan bicara dan impotensi.

e. Ekploitasi
Perubahan Bentangan alam (landscape) Semua Proyek pertambangan, terutama
pertambangan terbuka memerlukan lahan dalam jumlah sangat besar untuk membangun
lubang tambang, pabrik pengolah biji besi, perumahan karyawan. Tentunya proses
penggalian dan pengambilan batuan akan menggusur lahan pertanian, hutan, dan sumber
air (hidrologi). Aktivitas ini menyebabkan terjadinya tata air setempat, resiko bencana,
longsor serta banjir. Karena permukaan tanah dikupas, digali, menjadi lubang-lubang
raksasa. Banyak kasus hilangnya keanekaragaman hayati dan mata pencaharian penduduk
terutama yang hidupnya bergantung pada hutan. Lebih dari itu, perubahan bentangan
alam juga akan mengubah tatanan ekologi yang selama ini ada, dan malah membawa
malapetaka. Sering orang beranggapan bahwa gunung tidak punya manfaat. Padahal
gunung itu berfungsi untuk mengurangi dan menahan lajunya kecepatan angin.
f. Pengolahan/Pemurnian
Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang. Selain, tailing
kegiatan tambang juga menghasilkan limbah lain seperti: limbah kemasan bahan kimia
dan limbah domestik. Tailing yang menyerupai lumpur kental, pekat, asam dan
mengandung logam-logam berat itu berbahaya bagi keselamatan makhluk hidup.Dampak
tailing yang ditimbulkan oleh sebuah perusahan tambang berarti kita sedang bunuh diri
dan anak cucu. Perusahaan tambang setiap hari membuang ribuan ton tailing ke laut yang
mengancam keselamatan dan melahirkan malapetaka bagi anak cucu.
Dampak bagi Sosial – Budaya
g. Pengangkutan
Proses penambangan pastinya mempunyai dampak-dampak, mau itu positif ataunpun
negatif. PAD sekitar area penambangan yg meningkat, kemakmuran masyarakat
meningkat, pembangunan dan lain-lainnya adalah contoh dampak Positif dari Reklamasi
penambangan dan juga pasti mempunyai dampak-dampak negatif seperti; rusaknya
ekosistem, pencemaran udara, pencermaran lingkungan, pencemaran air dan infrastruktur
termasuk infrastruktur transportasi atau jalan. Sehubungan dengan itu, maka penulis akan
jabarkan dampak-dampak negatif dari Proses Pengangkutan/Transportasi Bahan Galian
Tambang (Batu Bara):
1. Rusaknya jalur transportasi yaitu jalanan Dengan bobot Truck Muatan atau Truk
Kontainer lebih dari 15ton per kendaraan ditambah beban Bahan Galian yg tentunya akan
menambah berat kendaraan dengan signifikan seharusnya menjadi perhatian, utamanya
Perusahaan Penambangan walau seharusnya Pemerintah dahulu yang melakukan
instruksi terhadap dampak yang ditimbulkan tersebut.
2. Masyarakat Teganggu dengan proses Pengankutan yang tak mengenal waktu proses
pengankutan tentunya tidak dilakukan hanya pada siang hari tapi juga sering dilakukan
pada waktu istirahat yaitu malam hingga subuh dini hari.
3. Kemacetan di Jalan Raya yang diakibtakan Proses Pengangkutan Bahan Galian
hingga saat ini jalur Pengakutan Bahan Galian Tambang kebanyakan masih mengunakan
jalur umum atau jalan raya yang biasa digunakan masyarakat tanpa adanya rasa bersalah
dari pengguna “yang menumpang lewat” tersebut walau interupsi awal dan yang utama
harus dihaturkan pada pihak pemeritah sebagai penegak peraturan yang bahkan mereka
sendiri yang mengeluarkan pernyataan persetujuan atas “Jalur Ilegal” tersebut.
4. Masyarakat Terganggu dengan proses Pengangkutan dengan Driver yang ugal-ugalan
biasanya Perusahaan Penambangan menggunakan Drivers Profesional untuk Proses
Pengangkutan Bahan Galian tapi mungkin saja Perusahan tersebut menggunakan jasa
pekerja lokal sebagai Driver. Dengan Salary yang bisa dikategorikan rendah berbanding
lurus dengan kecakapan dalam mengendarai alat transportasi dan pemahamannya
terhadap peraturan atau Safety dalam pertambangan.
5. Polusi Udara yang disebabkan oleh Kendaraan Setiap kendaraan pastinya mempunyai
gas emisi atau gas pembuangan. Dalam Proses Pengangkutan Bahan Galian Tambang
memiliki kendaraan baru dan lama. Biasanya yang mengakibatkan terjadinya olusi udara
adalah kendaran-kenadaraan lama yang sudah semesti dan sepatutunya diganti baru atau
di-upgrade masih berkeliaran dan digunakan sebagai alt transportasi yang malah
mengakibatkan polusi terhadap daerah sekitar area penambangan dan yang utama
merasakan tentunya adalah masyarakat sekitar area penambangan.
6. Masyarakat Terganggu dengan proses Pengangkutan yang bisa berdampak langsung
kepada Masyarakat itu sendiri dampak ini sehubungandengan dampak yang disebabkan
Driver yang tidak profesional dalam bidangnya di atas, contoh nyatanya seperti
perseorangan (penduduk sekitar area penambangan) yang tertabrak Kendaraan
Pengangkut Bahan Galian dan perseorangan tertimpa oleh Kendaraan Pengangkut Bahan
Galian Tambang yang semestinya mempunyai jalan khusus selain jalan raya umum
sebagai jalur transportasi bahan galian tambang.

3. Pengelolaan DAS merupakan implementasi kegiatan

a. Pengelolaan dan alokasi DAS

Pengelolaan DAS pada dasarnya merupakan bentuk pengelolaan yang bersifat partisipatif
dari berbagai pihak-pihak yang berkepentingan dalam memanfaatkan dan konservasi sumber
daya alam pada tingkat DAS. Pengelolaan partisipatif ini mempersyaratkan adanya rasa saling
mempercayai, keterbukaan, rasa tanggung jawab, dan mempunyai rasa ketergantungan
(interdependency) di antara sesama stakeholder. Demikian pula masing-masing stakeholder
harus jelas kedudukan dan tanggung jawab yang harus diperankan

Hal lain yang cukup penting dalam pengelolaan DAS terpadu adalah adanya distribusi
pembiayaan dan keuntungan yang proporsional di antara pihak-pihak yang berkepentingan.
Pentingnya asas keterpaduan dalam pengelolaan DAS erat kaitannya dengan pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan DAS, yaitu pendekatan ekosistem. Ekosistem DAS merupakan
sistem yang kompleks karena melibatkan berbagai komponen biogeofisik dan sosial ekonoi dan
budaya yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.nKompleksitas ekosistem DAS
mempersyaratkan suatu pendekatan pengelolaan yang bersifat multi-sektor, lintas daerah,
termasuk kelembagaan dengan kepentingan masing-masing serta mempertimbangkan prinsip-
prinsip saling ketergantungan.Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan DAS
yaitu: pertama, terdapat keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumber daya
alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam.

b. Pencegahan Erosi dan banjir


4. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:  

a. Tanggung Jawab Negara

1. negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi
masa depan.pada dunia pertambangan pemerintah mewajiban perseroan dalam melaksanakan
CSR oleh UU PT secara implisit ditujukan untuk perusahaan pertambangan, sebagai
perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam.

2. negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dalam hal ini
oemerintah harus mewijibkan setoap perusahaan hasru melakukan reklamasi dan kegian
pasca tambang agar lingkungan hidup menjadi baik dan ekosistem bias mendekati bentuk
awal sebelum dilakukan pertmabnagan

3. negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup setiap perusahaan pertambangan harus
menerapkan prinsip good mining practice agar tidak terjadi pada pencemaran lingkungan
contohnya pada pencearan sungai akibat air asam tambang cara penanggulangannya yaitu
sebelum ai tersebut di buang ke sungan harus di netralkan terlebih dahulu.

b. kelestarian dan keberlanjutan

Azas ini dimaksudkan adalah untuk mempertahankan daya dukung dan daya tampung dari alam
itu sendiri. Apabila ada yang melakukan pencemaran lingkungan baik itu perorangan atau pun
subjek hukum lainnya dapat dikenakan sanksi untuk mengembalikan alam itu seperti semula.
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pembangunan berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa
kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan
berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui
kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
mereka. Konsep ini mengandung dua unsur : (a). Kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi
golongan masyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari
semua negara; (b). Keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harus
memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada
saat ini dan di masa depan.

c. keserasian dan keseimbangan 

Bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan
ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem. pengelolaan lingkungan
harus menjadi prioritas Pemulihan lingkungan setelah ditambang mestinya menjadi bagian yang
terintegrasi dalam keseluruhan aktivitas pertambangan. Material tambang seperti minyak bumi,
gas, emas, timah, tembaga, batu bara serta jenis mineral lainnya adalah sumber daya yang tidak
terbarukan atau unrenewable resources. Material tersebut suatu saat akan habis dan
pertambangan akan dihentikan karena tidak ekonomis lagi. Banyak terjadi kasus di mana setelah
pertambangan berakhir, bekas lokasi tambang dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya pemulihan
lingkungan. Seharusnya, kawasan dan sumber daya alam yang terdampak kegiatan pertambangan
dikembalikan ke kondisi aman dan produktif melalui rehabilitasi.

d. keterpaduan

Bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai
unsur atau mensinergikan berbagai komponen terkait. Masalah kehutanan yang paling nyata
adalah deforestasi akibat HPH, perambahan hutan dan konvensi, sementara pertambangan
umumnya berkisar pada isu degradasi lahan dan pencemaran. Kedua sektor ini secara kemulatif
dapat berdampak pada lingkungan dan kehidupan sosial, ekonomi, serta budaya religi
masyarakat lokal jika tidak dikelola dengan hati-hati dan bijaksana. Kelihatan bahwa meskipun
kedua sektor tersebut mempunyai akar persoalan berbeda namun mempunayai dampak yang
sama. Sehingga nyata bahwa dampak lingkungalah yang menjadi kecemasan dan akar
pertentangan berkaitan degan teknis pengelohan dan bukan pada ada tidaknya hutan dan tambang
sebagai ciptaan Tuhan untuk di kelola. Masalah diatas kerap kali tida menjadi tolak ukur dalam
diskursus publik, dimana publik lebih peduli pada ada tidaknya sumberdaya ketimbang manfaat
yang dapat diperoleh secara bijaksana. Artinya bahwa kedua sektor tersebut semestinya tidak
menjadi pertentangan pada tataran operasional karena segmen akar masalahnya memang relatif
berbeda, sehingga membuka ruang bagi keduanya untuk saling melengkapi dalam pengelolaan
dan pemanfaatan.

e. Manfaat; 

Bahwa segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan
potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya. Indonesia sebagai negara berkembang
memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan baik dalam pengolahan
minyak maupun mineral dan batu bara. program CSR dalam menyeimbangkan kegiatan ekonomi
dan kohesi sosial dapat dilakukan dengan pembaharuan di beberapa bidang seperti peningkatan
transparansi dan tata kelola yang bertujuan untuk membangun kembali kepercayaan publik dan
meyakinkan investor; memberikan nilai sosial yang lebih luas, termasuk dukungan untuk
kesehatan, perbaikan hak asasi manusia dan perlindunganlingkungan;berkontribusi terhadap
pembangunan daerah dan kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan, serta menangani
secara seimbang keprihatinan para pemangku kepentingan utama mereka.

f.    Kehati-hatian

Bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-
langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup. Masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah, yaitu masalah
penambangan ilegal. Penambangan ilegal dilakukan tanpa izin, prosedur operasional, dan aturan
dari pemerintah. Hal ini membuat kerugian bagi negara karena mengeksploitasi sumber daya
alam secara ilegal, mendistribusikan, dan menjual hasil tambangnya secara ilegal, sehingga
terhindar dari pajak negara. Oleh karena itu, pemerintah harus menerapkan aturan yang tegas
terhadap para pihak yang melakukan penambangan ilegal.

g. Keadilan

Pada azas ini secara tersirat mengatakan bahwa pemerintah harus dapat berlaku adil terhadap
masyarakat dan pelaku usaha. Sebagai contoh : apabila ada terdapat di suatu daerah sebuah
gunung yang mengandung butiran-butiran pasir berupa emas. Maka, pemerintah dengan sigap
langsung mengambil alih hak atas tanah dari masyarakat tersebut. Pengambil alihan hak atas
tanah itu didukung juga oleh perusahaan-perusahaan emas yang tidak segan-segan mengeluarkan
biaya yang sangat besar untuk itu. Namun, hal tersebut sudah pasti sangat memprihatinkan
masyarakat sekitar, karena pembagian hasil keuntungan tidak layak. Jika hak atas tanah tersebut
sudah beralih pengelolaannya kepada perusahaan tadi, maka masyarakat sekitar tidak dapat lagi
mengusahakan emas pada daerah tersebut. Contohnya dapat dilihat pada Gunung Pagaralam di
Indonesia yang mengandung bongkahan batu berupa emas.

h. Ekoregion

Bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik


sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan
lokal. Tiap kali kehadiran tambang diketahui masyarakat, maka kecenderungan masyarakat akan
mengelompok menjadi dua kelompok ; mereka yang menerima kehadiran tambang dan mereka
yang tidak menerima kehadiran tambang. Mereka yang menerima pun biasanya terdiri dari
beberapa kelompok mereka yang menerima karena meyakini dampak positif kehadiran tambang,
atau mereka yang menerima karena tanahnya kena pembebasan.

i.    Keanekaragaman hayati

Bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu
untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati
yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang bersama dengan
unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. tumbuhan di hutan pra
tambang sedapat mungkin harus diselamatkan dan dikonservasi serta dikembalikan pada
habitatnya pada saat masa pasca tambang. Konservasi adalah pilihan yang didasari pertimbangan
ilmiah, menurut C. Marchese, konservasi adalah langkah yang ditempuh untuk menekan laju
hilangnya biodiversitas yang disebabkan oleh aktivitas manusia, perubahan iklim secara global,
hilangnya habitat dan punahnya spesies. Hal ini pun sesuai dengan kebijakan Perusahaan yang
menekankan aspek Sustainability Development dalam praktik operasionalnya.

J.    Pencemar membayar

Azas ini ditujukan kepada salah satu pangkal tolak berfikir kebijaksanaan lingkungan yang juga
tercermin dari ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu siapa yang membayar pencemaran. Pada prinsipnya
pencemar membayar mengandung makna bahwa pencemar harus memikul biaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran. Oleh sebab itu kebijakan prinsip lingkungan ini ditujukan untuk
pencegahan pencemaran, dan sarana yang digunakan pemeirntah adalah sarana peraturan/
pengaturan berupa izin dan sarana ekonomi yang terdiri dari pungutan (charges) dan uang
jaminan yang tujuan dari pungutan dan uang jaminan adalah membiayai upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran. Disamping itu pungutan pencemaran menjadi insentif bagi
pencemar untuk menghilangkan atau mengurangi pencemaran.

Tingkah laku manusia telah membawa dampak besar terhadap ketahanan atau daya dukung
lingkungan (environment carrying capacity). Aksi dan tingkah laku berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan rupa-rupa kebutuhan lain sampai pada keinginan-keinginan yang variatif,
tidak terlepas pula dari loncatan modernisasi. Jika situasinya dibanding misalnya dengan cara-
cara prateknologi modern seperti berburu, menebang pohon, berladang, menambang barang-
barang tambang yang masih sederhana, maka corak tingkah laku seperti itu tidaklah seberapa
berpengaruh pada keseimbangan lingkungan, karena masih dapat pulih melalui sistem mata
rantai ekosistem lain. Tetapi kini, praktek-praktek hidup manusia bukan lagi sekedar menutupi
kebutuhan, melainkan telah berpusat pada keinginan yang serba tidak terbatas

K. Partisipatif; 

Bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pelibatan masyarakat belum diimplementasikan dengan baik
dalam pengelolaan dampak lingkungan di sektor tambang. dalam implementasi CSR di
Indonesia, masyarakat masih dilihat sebagai objek, bukan subjek yang dilibatkan dalam
menentukan arah pembangunan. Menurutnya, perusahaan-perusahaan melihat bahwa CSR hanya
sebatas donasi uang, sehingga menganggap CSR berjalan sukses jika dana CSR habis di akhir
tahun. Sebagian besar malah tidak memenuhi standar ISO 26000. “Dalam hal community
development, CSR perusahaan belum berhasil mendorong kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat.

l.    kearifan local

 Bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai
luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Kesadaran untuk mengangkat dan
menggali kembali pengetahuan lokal atau kearifan budaya masyarakat etnik muncul karena
kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat dunia sekarang telah diiringi oleh pelbagai kerusakan
lingkungan. Kedepan, masyarakat dunia dihantui akan krisis multidimensi dan berhadapan
dengan semakin meningkatnya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan serta pencemaran
yang meluas baik di daratan, laut maupun udara. Pengetahuan lokal yang sudah menyatu dengan
sistem kepercayaan, norma dan budaya, dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos, yang
dianut dalam jangka waktu cukup lama inilah yang disebut ’kearifan budaya lokal’. Pada makna
yang sama berlaku diberbagai bidang yang berkembang di masyarakat,pada bidang
pertambangan, pengelolaan hutan secara adat, pelestarian sumber air,secara umum dinyatakan
sebagai kearifan lokal.

m. Tata kelola pemerintahan yang baik

 Bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan. Tata kelola (governance) tidak dapat
dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yaitu
transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas sebagai unsur utama. Terminologi good governance
memang belum baku, tetapi sudah banyak definisi yang coba membedah makna dari good
governance. Namun demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa good governance telah
dianggap sebagai elemen penting untuk menjamin kesejahteraan nasional (national
prosperity).Dengan cara meningkatkan akuntabilitas, reliabilitas (kehandalan), dan pengambilan
kebijakan, yang diperkirakan di dalam organisasi pemerintah, korporasi (sektor swasta), bahkan
dalam organisasi masyarakat sipil.

n. Otonomi daerah.   

Bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan
dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah
adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Daerah otonom atau disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem NKRI.

Anda mungkin juga menyukai